ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PROSES METAKOGNISI SISWA MELANKOLIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA
|
|
- Fanny Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS PROSES METAKOGNISI SISWA MELANKOLIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA Oleh: YULITA DWI SAPUTRA NIM RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI SEPTEMBER 2017 Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 1
2 ANALISIS PROSES METAKOGNISI SISWA MELANKOLIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA Oleh : Yulita Dwi Saputra 1), Husni 2), Rohati 3) 1) ahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2&3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 1 Yulitadwisaputra@yahoo.com 2 Sabilmath@gmail.com dan 3 Rohatifkip@unja.ac.id ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh siswa yang tidak terlatih untuk memikirkan apa yang mereka pikirkan dalam menyelesaikan soal terutama soal trigonometri. Proses menyadari dan mengatur berpikir siswa tersebut, dikenal sebagai metakognisi. Untuk mengetahui proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi dapat dilihat dari indikatornya yaitu merencanakan, memonitor dan mengevaluasi pada setiap langkah pemecahan masalah Polya. Serta siswa tipe kepribadian melankolis merupakan siswa yang cerdas dan pandai dalam akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi siswa melankolis dalam pemecahan masalah matematika di kelas X SMA. Jenis penelitian ini yaitu penelitian Kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukan bahwa siswa melankolis pertama melakukan perencanaan, memonitor dan mengevaluasi pada setiap langkah pemecahan masalah Polya, sedangkan siswa melankolis kedua tidak memenuhi indikator yang ketiga yaitu mengevaluasi pada langkah merencanakan dan melaksanakan rencana pemecahan masalah dan siswa melankolis ketiga juga tidak memenuhi indikator ketiga pada langkah merencanakan, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali pada langkah Polya. Secara keseluruhan semua subjek sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam merencanakan, memonitor dan mengevaluasi pada setiap langkah Polya. Namun siswa melankolis kedua dan siswa melankolis ketiga tidak memenuhi indikator proses metakognisi (keterampilan metakognisi) yang ketiga pada langkah merencanakan dan melaksanakan rencana pemecahan masalah Polya. Kata Kunci : Proses Metakognisi, Siswa Melankolis, Pemecahan Masalah Matematika. Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 2
3 ANALISIS PROSES METAKOGNISI SISWA MELANKOLIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS X SMA Oleh : Yulita Dwi Saputra 1), Husni 2), Rohati 3) 1) ahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2&3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 1 Yulitadwisaputra@yahoo.com 2 Sabilmath@gmail.com dan 3 Rohatifkip@unja.ac.id A. PENDAHULUAN Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan generasi muda mempunyai kesempatan yang sama melalui pendidikan. Namun banyak siswa yang mengeyam pendidikan tetapi masih terlibat tawuran, hal ini dikarenakan mereka menyelesaikan masalah menggunakan otot bukan otak. Menyelesaikan masalah menggunakan otak itu sama artinya dengan menggunakan proses berpikir kita dalam menyelesaikan masalah. Pelatihan proses berpikir seseorang dapat dilatih melalui pendidikan di sekolah. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Fitria dan Siswono (2014:24) mengatakan tujuan mata pelajaran matematika di SMP dalam domain keterampilan adalah untuk memiliki kemampuan berpikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan kongkret. Dalam mempelajari matematika kita perlu mengetahui simbol-simbol dalam matematika untuk membantu kita dalam memanipulasi soal. Chairani (2016:4) mengatakan konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis. Jadi, belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi yaitu penggunaan proses berpikir dalam menyusun bagian informasi yang diperoleh. Proses berpikir seseorang dapat dilihat dari cara mereka melakukan pemecahan masalah. Melalui pemecahan masalah siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Lester (Anggo, 2011:25) mengatakan bahwa tujuan utama mengajarkan pemecahan masalah dalam matematika adalah tidak hanya untuk melengkapi siswa dengan sekumpulan keterampilan atau proses, tetapi lebih kepada memungkinkan siswa berpikir tentang apa yang dipikirkannya. Anggo (2011:26) mengatakan berpikir tentang apa yang dipikirkan dalam hal ini berkaitan dengan kesadaran siswa terhadap kemampuannya untuk mengembangkan berbagai cara yang mungkin ditempuh dalam memecahkan masalah. Menurut Gartman dan Freiberg (Anggo, 2011:26) proses menyadari dan mengatur berpikir siswa tersebut, dikenal sebagai metakognisi, termasuk di dalamnya adalah berpikir tentang bagaimana siswa membuat pendekatan terhadap masalah, memilih strategi yang digunakan untuk menemukan pemecahan, dan bertanya kepada diri sendiri tentang masalah tersebut. Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh flavell pada tahun Metakognisi merupakan pemahaman seseorang tentang proses berpikirnya sendiri dan pemahaman atau kesadaran seseorang tentang kemampuan kognitifnya sendiri. Menurut Chairani (2016:59) wujud dari proses metakognisi adalah kesadaran Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 3
4 tentang apa yang diketahui seseorang (pengetahuan metakognisi) dan apa yang dilakukan seseorang (keterampilan metakognisi). Hal yang terkait dengan keterampilan metakognisi menunjukan pada kesadaran yang di sengaja dalam melakukan perencanaan, monitoring aktivitas kognisi, dan melakukan evaluasi. Timbulnya keterampilan metakognisi dimana seseorang dapat mengawali pikirannya dengan merancang, memantau, dan menilai apa yang dipelajarinya. Hasil penelitian Anggo (2011:25) menyatakan bahwa pelibatan metakognisi dalam belajar dan memecahkan masalah dapat di dorong melalui pemanfaatan masalah matematika yang menantang, salah satu diantaranya berupa masalah matematika kontekstual. Lalu menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh kamid (2013:64) mengatakan bahwa metakognisi antara laki-laki dan perempuan ketika menyelesaikan soal matematika tidak ditemukan perbedaannya, akan tetapi terdapat perbedaan prosedur pada langkah memahami dan melaksanakan pemecahan soal, sedangkan langkah merencanakan dan melihat kembali tidak terdapat perbedaan dalam prosedur maupun konsep. Jadi metakognisi seseorang baik lelaki maupun perempuan dapat dilihat saat mereka melakukan proses pemecahan masalah. Maka dari itu harus diperhatikan lebih lanjut tentang proses metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal. Menurut peneliti mereka tidak terlatih untuk memikirkan apa yang mereka pikirkan dalam menyelesaikan soal. Setiap siswa memiliki keterampilan metakognisi yang berbeda-beda dalam menyelesaikan sebuah soal tergantung pengetahuan dan kemampuan awal siswa. Serta faktor lain yang mempengaruhi cara siswa yang berbeda-beda menyelesaikan sebuah soal adalah karakteristik siswa. Salah satu karakteristik siswa yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran yaitu berkenaan dengan kepribadian siswa. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fitria & Siwono (2014:23) menunjukan bahwa setiap tipe kepribadian mempunyai keterampilan berpikir yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah. Fitria & Siswono (2014:24) berpendapat bahwa setiap siswa memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Khairani (2016:103) kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu. Kepribadian mencakup prilaku yang membuat masingmasing individu unik. Ada beberapa tipe kepribadian yang dimiliki seseorang diantaranya dikemukakan oleh Hipocrates dan Galenus yaitu kholeris, sifat pokok dari kholeris adalah tegas, terbuka, tegang, stress dan memiliki kecendrungan memimpin, optimis, semangat, kerja keras. Sanguinis memiliki sifat pokok ceria, heboh, ramah, dan responsif serta cenderung suka jadi pusat perhatian orang dan mudah berubah sikap. Melankolis memiliki sifat pokok rapi, lengkap, detil, dan mudah kecewa serta memiliki kecendrungan cerdas, pandai, dan mudah sedih. Sedangkan phlegmatis memiliki sifat pokok teratur, setia, kalem, tidak suka terburu-buru dan cenderung diam, menghindari konflik, dan tidak mudah terpengaruh. Saat peneliti melakukan observasi ke SMAN 1 kota jambi pada bulan januari 2017, kelas X diberlakukan kurikulum revisi terbaru, dimana mereka tidak diajarkan limit fungsi aljabar di kelas X tetapi mereka akan menjumpai materi tersebut di kelas XI. Maka dari itu, pada penelitian ini peneliti akan berfokus pada materi trigonometri. Karena pada saat mereka mempelajari trigonometri, ada yang kesulitan mengerjakan soalnya dan ada yang bisa namun dia hanya mengikuti apa yang telah diajarkan gurunya, sehingga mereka tidak menyadari mengapa menggunakan rumus ini dan itu saat menyelesaikan soal, mereka hanya bertujuan menemukan hasil akhirnya. Hal ini berkaitan dengan penggunaan metakognisi seseorang dalam memecahkan masalah matematika. Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 4
5 Dari permasalahan diatas, peneliti terdorong untuk menganalisis proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi siswa tipe kepribadian Melankolis dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah materi trigonometri. Alasan peneliti memilih kepribadian ini dari keempat kepribadian yang telah disebutkan diatas karena kepribadian Melankolis ini suka berpikir, tekun, dan cenderung cerdas namun tipe kepribadian ini pesimis dan tidak suka terlihat menonjol dikelas, jadi guru tidak tahu cara dia mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Maka dari itu penulis akan melihat bagaimana proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi siswa kepribadian ini dalam memecahkan masalah matematika pada materi trigonometri. Littauer (1996:58) mengatakan kepribadian melankolis adalah kepribadian yang suka berpikir secara mendalam, pendiam, tidak menuntut, dan suka menyendiri. Kebisingan dan kekacauan hanya akan menggangunya. Sejalan dengan itu Khairani (2016:114) mengemukakan ciri-ciri orang melankolis yang sangat tampak adalah anak ini sangat teratur, suka kerapian, seringkali dijumpai mereka secara akademis adalah anak yang cerdas dan pandai. Anak ini sangat suka mengontrol semuanya sendiri. Pembicaraan mengenai pemecahan masalah matematika tidak dapat terlepas dari tokoh utamanya, yakni George Polya. Langkah-langkah Polya (1973) dijelaskan dalam Hamiyah & Jauhar (2014: ), berikut penjelasan keempat langkah penyelesaian soal tersebut secara ringkas: 1. Memahami masalah. 2. Merencanakan penyelesaian. 3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana. 4. Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Analisis Proses Metakognisi Siswa Melankolis Dalam Pemecahan Masalah Matematika di Kelas X SMA. Berdasarka latar belakang masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi siswa melankolis dalam pemecahan masalah matematika di kelas X SMA. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan subjek berjumlah 3 orang siswa kelas X MIPA 1 SMAN 1 Kota Jambi, dimana 3 siswa tersebut merupakan tipe kepribadian melankolis. Instrumen dalam penelitian ini adalah: tes kepribadian yang telah diadopsi dari buku karangan Florence Littauer untuk memilih subjek penelitian, lembar soal tes pemecahan masalah materi trigonometri, dan pedoman wawancara. Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes kepribadian kepada seluruh siswa X MIPA 1 dan diambil n anak yang memiliki kepribadian melankolis berdasarkan skor tertinggi dan dicocokkan dengan ciri dan karakteristik secara teoritis, kemudian didapat 3 siswa yang menjadi subjek penelitian. Setelah subjek diperoleh ketiga siswa itu diberikan lembar soal pemecahan masalah materi trigonometri setelah itu masing-masing siswa diwawancarai terkait dari apa yang telah dikerjakan pada soal. Untuk melihat validasi data pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan adalah dengan menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber yaitu dengan pengecekan data dengan sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda yaitu hasil jawaban lembar tes pemecahan masalah dan hasil wawancara serta pengecekan data dengan sumber yang berbeda tetapi waktu dan teknik sama. Selanjutnya setelah masing-masing subjek menyelesaikan soal maka dilakukan wawancara terkait lembar tes pemecahan masalah yang diberikan. Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 5
6 Analisis adalah suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian (decomposition) sehingga susunan atau tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya (Satori dan Komariah, 2013:200). Analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknis analisis yang mengacu pada pendapat Sugiyono (2013: ) yang meliputi: (1) reduksi data yakni data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dalam penelitian ini akan memfokuskan pada siswa yang memiliki kepribadian melankolis dan hasil jawabannya yang memenuhi indikator proses metakognisi dilihat dari hasil pemecahan masalah dan wawancara; (2) Penyajian Data, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, serta pengklasifikasian dan identifikasi data mengenai jawaban siswa berdasarkan indikator proses metakognisi yang dipaparkan berdasarkan pada setiap soal jawaban subjek penelitian; (3) penarikan kesimpulan dalam penelitian ini yakni kesimpulan yang akan diambil yaitu proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi siswa melankolis dalam pemecahan masalah materi trigonometri, dimana dalam penelitian ini kesimpulan yang diambil berdasarkan proses metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, dan hal ini terlihat apabila subjek memenuhi indikator proses metakognisi (keterampilan metakognisi) sebagai berikut: 1) Sadar terhadap hasil dan proses berpikirnya dalam merencanakan pada setiap langkah pemecahan masalah menurut Polya. 2) Sadar terhadap hasil dan proses berpikirnya dalam memantau/memonitor pada setiap langkah pemecahan masalah menurut Polya. 3) Sadar terhadap hasil dan proses berpikirnya dalam mengevaluasi pada setiap langkah pemecahan masalah menurut Polya. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1) Deskripsi Data Hasil Tes Kepribadian Peneliti memberikan tes kepribadian ini kepada siswa kelas X MIPA 1 di SMA Negeri 1 Kota jambi. Pemilihan kelas dilakukan berdasarkan diskusi dengan guru matematika yang mengajar kelas X untuk mempermudah peneliti mendapatkan subjek penelitian yang akan diteliti. Berdasarkan hasil tes kepribadian dikelas X MIPA 1 SMAN 1 Kota Jambi didapat 4 siswa yang memiliki kepribadian melankolis 2 wanita dan 2 lelaki dengan skor berbeda beda, namun saat dilakukan penelitian tahap kedua yaitu pemberian soal dan wawancara 1 siswa tidak datang karena sakit dan siswa tersebut juga tidak memenuhi karakteristik dari siswa melankolis setelah peneliti diskusikan dengan guru matematika yang mengajar di kelas X MIPA 1, jadi yang peneliti teliti hanya 3 siswa yang terdiri dari 2 pria dan 1 wanita. Tes kepribadian ini dilakukan pada hari jum at 19 mei 2017 dan penelitian tahap selanjutnya yaitu pemberian soal pemecahan masalah dan dilanjutkan wawancara dilakukan pada hari rabu, 24 mei Selama penelitian, peneliti menggunakan instrumen lembar tugas pemecahan masalah dan pedoman wawancara yang disusun berdasarkan langkah-langkah polya dan indikator proses metakognisi pada siswa melankolis yang didapat dari tes kepribadian sesuai Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 6
7 dengan prosedur pengumpulan data yang telah dijelaskan pada bab 3. 2) Hasil Lembar Soal Pemecahan Masalah dan Wawancara Siswa Melankolis dalam Menyelesaikan Soal Materi Trigonometri Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi siswa melankolis pada pemecahan masalah matematika. Proses metakognisi yang terkait dengan keterampilan metakognisi siswa melankolis ini ditelusuri melalui langkah-langkah pemecahan masalah menurut polya. Yaitu proses metakognisi dalam memahami masalah dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi masalah, menyusun rencana dengan membangun alternatif penyelesaian masalah, melaksanakan rencana tindakan, serta mengevaluasi dengan meneliti kembali hasil yang telah diperoleh. 1. Analisis Proses Metakognisi Siswa Melankolis Yang Pertama Dengan Inisial SM.01 Berdasarkan hasil penelitian jawaban tertulis yang sudah dikerjakan oleh subjek pertama dan hasil wawancara, Subjek yang pertama ini sudah memenuhi setiap indikator proses metakognisi di setiap langkah polya. Dia sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi di setiap langkah pemecahan masalah polya. SM.01 lebih teliti dalam mengerjakan soal dan sangat lancar dalam mengungkapkan argumennya atas apa yang telah dia kerjakan. Hal ini dikarenakan hanya SM.01 yang mengerjakan soal nomor 1 dengan 2 cara dan soal nomor 2 dengan rumus yang sama tetapi menuju hasil akhirnya berbeda. 2. Analisis Proses Metakognisi Siswa Melankolis Yang Kedua Dengan Inisial SM.02 Berdasarkan hasil penelitian jawaban tertulis yang sudah dikerjakan oleh SM.02 dan hasil wawancara yang telah diberikan, Subjek yang kedua ini tidak semua indikator proses metakognisi terlihat di setiap langkah polya terpenuhi. Dia sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam merencanakan, memonitor di setiap langkah pemecahan masalah polya. Namun SM.02 tidak memenuhi indikator proses metakognisi yang ketiga pada langkah merencanakan dan melaksanakan pemecahan masalah, tetapi indikator yang ketiga terpenuhi pada langkah memeriksa kembali hasil yang telah dia peroleh. SM.02 tidak terlalu teliti seperti yang dilakukan SM.01 karena SM.02 hanya mengerjakan soal 1 kali. Pada saat proses metakognisi untuk indikator yang kedua yaitu sadar terhadap proses dan hasil berpikir dalam memonitor saat menyusun rencana. SM.02 tidak sepenuhnya dapat mengungkapkan apa yang dipikirkannya, dia hanya bisa langsung menuliskan pada lembar pengerjaan soal. 3. Analisis Proses Metakognisi Siswa Melankolis Yang Ketiga Dengan Inisial SM.03 Berdasarkan hasil penelitian jawaban tertulis yang sudah dikerjakan oleh SM.03 dan hasil wawancara yang telah diajukan, Subjek yang terakhir ini tidak semua indikator proses metakognisi terlihat pada setiap langkah polya. Dia sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam merencanakan, memonitor di setiap langkah pemecahan masalah polya. Namun SM.03 tidak memenuhi indikator proses metakognisi yang ketiga pada langkah merencanakan, melaksanakan pemecahan masalah dan memeriksa kembali untuk nomor 1 dan 2, tetapi indikator yang ketiga terpenuhi pada langkah memeriksa kembali hasil saat mengerjakan soal nomor 2 karena dia melakukan evaluasi pada hasil yang telah dia peroleh. SM.03 sama seperti SM.02 karena SM.03 hanya mengerjakan soal 1 kali. Tetapi SM.03 mengerjakan semua soal dengan cara yang berbeda dari SM.01 dan SM.02, dia menggunakan cara lain yang terpikirkan oleh SM.01 yaitu aturan sinus dan cosinus. SM.01 juga Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 7
8 mengerjakan soal dengan cara aturan sinus tetapi hanya soal nomor 1. SM.03 dalam mengungkapkan argumennya terkait dengan yang dia kerjakan tidak terlalu lancar seperti yang dilakukan SM.01 dan SM.02. Tetapi secara keselurusan dia telah menggunakan metakognisinya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. Pernyataan diatas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Chairani (2016:75), yang menyatakan bahwa proses metakognisi siswa dalam melakukan proses pemecahan masalah, maka perlu ditelusuri bagaimana kesadaran terhadap pengetahuan kognisinya, kesadaran dalam melakukan kontrol dan monitoring serta kesadaran melakukan evaluasi terhadap kegiatan proses kognisi siswa selama siswa melakukan proses pemecahan masalah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, terlihat bahwa semua subjek mulai dari siswa melankolis pertama sampai siswa melankolis ketiga telah menggunakan metakognisinya dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan hanya saja siswa melankolis kedua tidak memenuhi indikator proses metakognisi yang ketiga pada langkah merencanakan dan malaksanakan rencana. Serta siswa melankolis ketiga tidak memenuhi indikator proses metakognisi yang ketiga pada langkah merencanakan dan malaksanakan rencana serta saat memeriksa kembali. Menurut Anggo (2011:25) metakognisi memainkan peran penting dalam mendukung kesuksesan siswa saat memecahkan masalah matematika. Siswa siswi yang menggunakan metakognitifnya dengan baik akan menjadi pemikir yang kritis. Littauer (1996:59) mengatakan bahwa orang dengan kepribadian melankolis adalah tipe orang pemikir. Sejalan dengan yang dikatakan Khairani (2016:114) ciriciri anak melankolis yang sangat tampak adalah anak ini sangat teratur, suka kerapian, seringkali dijumpai mereka secara akademis adalah anak yang cerdas dan pandai. Pada tahap proses metakognisi yang pertama yaitu sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam merencanakan saat memahami masalah, SM.01, SM.02, dan SM.03 mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal dan mereka mampu mengungkapkan strategi apa yang akan digunakan atau menggunakan pengetahuan awal mereka untuk menyelesaikan soal saat mereka memahami masalah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan pada penelitian Slamet, dkk (2015:976) yang menyatakan bahwa siswa melankolis tidak mengalami kesulitan metakognisi dalam memahami masalah. Pada tahap merencanakan pemecahan masalah SM.01, SM.02, dan SM.03 dapat menemukan antara data yang ditanyakan dan data yang diketahui untuk merencanakan rumus atau cara yang akan digunakan dalam pemecahan masalah pada setiap langkah dan juga mengetahui adanya masalah yang terkait, hanya saja SM.03 masih kurang detail dalam mengungkapkan apa yang dia pikirkan, dia langsung menuangkan apa yang dia rencanakan pada kertas. Pada langkah selanjutnya yaitu melaksanakan rencana pemecahan masalah SM.01, SM.02, dan SM.03 menyusun langkah-langkah selanjutnya dan juga mengingat informasi yang penting, lalu semua subjek mampu menjelaskan mengapa mereka yakin bisa mengerjakan soal tersebut dengan cara yang mereka rencanakan. Lalu pada langkah memeriksa kembali pemecahan masalah SM.01, SM.02, dan SM.03 melakukan pemeriksaan kembali pada hasil yang telah diperoleh, hal ini telah dijelaskan pada deskripsi hasil penelitian. Pada tahap kedua proses metakognisi yaitu sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam memonitor pelaksanaan pada langkah memahami masalah SM.01, SM.02 dan SM.03 cenderung memonitor proses berpikirnya dengan baik, pada tahap memahami masalah semua subjek mampu memeriksa kesesuaian yang diketahui dan ditanya pada soal dan menjelaskan mengapa Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 8
9 mereka membaca soal lebih dari satu kali. Pada tahap merencanakan pemecahan masalah SM.01, SM.02, dan SM.03 mampu memeriksa kesesuaian pengetahuan awal yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal dan dapat menjelaskannya dengan lancar. Lalu tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah SM.01, SM.02, dan SM.03, semuanya dapat menjelaskan kesulitan apa yang mereka temui saat menyelesaikan soal dan dapat memikirkan solusi atas kesulitan atau hambatan tersebut. Pada tahap selanjunya yaitu memeriksa kembali pemecahan masalah, SM.01, SM.02, dan SM.03 dapat menjelaskan apa yang diperiksa setelah memperoleh hasil akhir. Hal ini sesuai dengan Chairani (2016:1) bahwa kemampuan metakognisi dapat dikembangkan untuk memonitor proses berpikir diri sendiri dalam lingkup yang lebih luas lagi. Chairani (2016:5) mengatakan bahwa kontrol atau pemantauan terhadap proses kognisi seseorang merupakan salah satu komponen dari proses metakognisi. Pada tahap terakhir proses metakognisi yaitu sadar terhadap proses dan hasil berpikirnya dalam mengevaluasi pada saat memahami masalah pemecahan masalah, SM.01, SM.02, dan SM.03 yakin dengan apa yang mereka tuliskan untuk apa yang diketahui dan ditanya dari soal sudah benar. Pada tahap merencanakan pemecahan masalah SM.01 dapat mengungkapkan cara lain yang bisa digunakan selain cara yang mereka gunakan, hanya saja SM.02 dan SM.03 tidak terpikir cara apa yang bisa digunakan selain cara yang mereka rencanakan. Lalu untuk tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah, SM.01, SM.02, dan SM.03 bisa menggunakan konsep atau pengetahuan awal untuk melaksanakan apa yang telah mereka rencanakan. Sejalan dengan yang dikatakan Chairani (2016:7) mengatakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan untuk bisa membedakan informasi yang telah dipelajari dan yang belum dipelajari secara efektif merupakan hal yang lebih memungkinkan untuk dapat mereview dan mempelajari informasi baru. Untuk tahap selanjutnya yaitu memeriksa kembali pemecahan masalah, SM01, SM.02, dan SM.03 setelah melakukan evaluasi pada hasil dan langkah-langkah pengerjaan, mereka yakin bahwa yang hasil yang telah mereka peroleh sudah benar dan tidak ada yang salah hitung. Namun SM.03 saat mengerjakan soal nomor 1, dia tidak melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah diperoleh. Setelah semua yang telah dijelaskan, itu semua sejalan dengan pernyataan Anggo (2011:26) bahwa terlaksananya proses metakognisi dalam pemecahan masalah merupakan salah satu faktor menarik yang banyak diperhatikan oleh banyak kalangan peneliti. Hal tersebut karena keuntungan yang didapat ketika pemecahan masalah dilakukan dengan melibatkan kesadaran terhadap proses berpikir serta kemampuan pengaturan diri. D. PENUTUP 1) Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: Subjek pertama memenuhi indikator yang pertama yaitu sadar terhadap hasil dan proses berpikirnya dalam mengembangkan perencanaan terjadi pada langkah memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah. Begitu juga pada indikator yang kedua juga terpenuhi yaitu subjek pertama sadar terhadap hasil dan proses berpikirnya dalam memonitor pelaksanaan pada setiap langkah pemecahan masalah Polya. Dan indikator yang ketiga juga terpenuhi oleh subjek pertama yaitu sadar terhadap hasil dan proses berpikirnya dalam mengevaluasi tindakan pada setiap langkah pemecahan masalah Polya. Namun subjek kedua dan ketiga belum memenuhi indikator proses metakognisi tahap ketiga pada langkah merencanakan dan melaksanakan pemecahan masalah. Subjek ketiga saat mengerjakan soal Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 9
10 nomor satu, dia tidak melakukan pemeriksaan ulang terhadap hasil yang telah dia peroleh, hal ini berarti subjek ketiga tidak melakukan proses metakognisi tahap ketiga pada tahap memeriksa kembali hasil pemecahan masalah matematika. Secara keselurusan semua subjek telah menggunakan metakognisinya saat menyelesaikan soal pemecahan masalah. 2) Saran a. Guru, diharapkan dapat memahami kepribadian dan proses metakognisi siswanya. b. Siswa Melankolis, diharapkan dengan mengetahui proses yang terkait dengan keterampilan metakognisinya dalam memecahkan masalah matematika mereka dapat terus berlatih mengatur proses berpikirnya dalam menyelesaikan soal. c. Peneliti lain, diharapkan dapat menjadi gambaran untuk penelitian selanjutnya yang sejenis dan proses metakognisi siswa berdasarkan kepribadian yang dimilikinya serta bisa meneliti berdasarkan gender, cara belajar, dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Anggo, Mustamin Pelibatan Metakognisi Dalam Pemecahan Masalah Matematika.Edumatika.1(1).ISSN: Hamiyah, N. & Jauhar, M Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Kamid Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika (Studi Kasus Pada Siswa SMP Berdasarkan Gender) Edumatica. 1(1). ISSN: Khairani, Makmun Psikologi Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Littauer, F Personality Plus. Jakarta Barat: Binarupa Aksara. Satori, D & Komariah, A Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Slamet, Isnandar. dkk Kesulitan Metakognisi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada Materi Peluang Ditinjau Dari Kepribadian Tipologi Hippocrates- Galenus Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Soe. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. 3(9). ISSN: Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Chairani Metakognisi Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika. Yogyakarta: Deepublish. Fitria, Camelia & Siswono, T.Y.E Profil Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian (Sanguinis, Koleris, Melankolis, dan Phlegmatis). Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 3(3). Yulita Dwi Saputra : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 10
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik permasalahan
Lebih terperinciKESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesulitan metakognisi siswa kelas XI MIA 1 SMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. Berpikir juga merupakan suatu kegiatan mental untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menuntut peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk menciptakan sumber daya manusia
Lebih terperinciFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI,
ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENURUT LERNER DENGAN KEPRIBADIAN ARTISAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa dituntut kreatif, inovatif dan berperan aktif dalam berinteraksi sosial. Dalam upayanya untuk kreatif, inovatif dan berperan aktif, mahasiswa memerlukan bantuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Satori
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Satori dan Komariah (2014:22) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
Lebih terperinciMATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014
PROFIL METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN KOLERIS DAN PHLEGMATIS Nur Endah Purnaningsih Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI BILANGAN BULAT BERDASARKAN PEMECAHAN MASALAH GEORGE POLYA PADA SISWA
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI BILANGAN BULAT BERDASARKAN PEMECAHAN MASALAH GEORGE POLYA PADA SISWA KELAS VII H SMPN 1 SEMEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Lebih terperinciKESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI
KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI Della Narulita 1), Masduki 2) 1) Mahasiswa Pendidikan Matematika, FKIP, 2) Dosen Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hal ini di tunjukkan dari data PISA (Program for International
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peran penting dalam kehidupan dan membantu mengembangkan kemampuan atau daya berpikir manusia. Sekolah sebagai
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA
Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA Dian Nopitasari 1 Program Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI
ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Merry Chrismasta SIMAMORA 1), Jodion SIBURIAN 1), GARDJITO 1) 1) Program Studi
Lebih terperinciJURNAL PROFIL KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL FUNGSI KOMPOSISI FUNCTION COMPOSITION PROBLEM
JURNAL PROFIL KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL FUNGSI KOMPOSISI STUDENT S PROFILE METACOGNITION SKILLS IN SOLVING FUNCTION COMPOSITION PROBLEM Oleh: RISKA SEPTIANA SARI 12.1.01.05.0091
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Profil Metakognisi Siswa yang Bergaya Kognitif Refleksif
109 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Metakognisi Berdasarkan hasil penelitian tentang metakognisi siswa dalam memecahkan masalah matematika, maka dapat dinyatakan sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan sanggat tergantung pada proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
Lebih terperinciJURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KELAS X SMA NEGERI 11 MAKASSAR Habriah Ahmad Guru
Lebih terperinciPROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN
PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN Moh.Syukron Maftuh, S.Pd., M.Pd Dosen Prodi Pendidikan Matematika-FKIP-Universitas
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)
MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Oleh Muslimin Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang E-mail: Muslimintendri@yahoo.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan setiap manusia karena dengan pendidikan, manusia mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Metakognitif Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang berkaitan
Lebih terperinciSatya Mardi Ayuningrum 1, Rubono Setiawan 2. Pendidikan Matematika, Universitas Sebelas Maret Surakarta
ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI MENERKA LALU MENGUJI KEMBALI DAN MELIHAT DARI SUDUT PANDANG LAIN DALAM MATEMATIKA NON RUTIN UNTUK PENYELESAIAN MENCARI NILAI x PADA SUATU PERSAMAAN Satya Mardi Ayuningrum 1,
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF MODEL JIGSAW PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMPN 7 MUARO JAMBI
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF MODEL JIGSAW PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMPN 7 MUARO JAMBI Husni Sabil Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA FKIP univ.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah
BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: PM-26 ANALISIS METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER
PM-26 ANALISIS METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER Rifda Khairunnisa 1), Nining Setyaningsih 2) Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : rifdakhairunnisa9@gmail.com
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika
PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIK DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 3 Mojogedang Tahun ajaran 2014/2015)
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLYA SISWA KELAS VII SMP
ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH POLYA SISWA KELAS VII SMP 1,2) Maria Kristofora Wati 1, A. A Sujadi 2 Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan tantangan dan hambatan yang semakin berat yang menuntut seseorang agar mampu bersaing untuk
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SISWA KELAS VII F SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI
PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI (PTK Pembelajaran Ekonomi di Kelas VIII B Semester Gasal SMP Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi antara kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk memecahkan masalah. Keterampilan metakognitif adalah kemampuan siswa untuk mengontrol
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, Fraenkel dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bodgan dan Guba (Suharsaputra, 2012:181) penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X G SMAN 8 MUARO JAMBI Mona Erliza 1), Astalini 2), Darmaji 3)
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN Oleh Mauludin ABSTRAK Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Jigsaw Hasil
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)
Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI) Akramunnisa 1, Andi Indra Sulestry
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif deskriptif
Lebih terperinciKata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan
Lebih terperinciDisusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SPLDV SISWA BERKEMAMPUAN TINGGI DI KELAS VIII SMP KRISTEN SATYA WACANA BERDASARKAN TAHAPAN POLYA DITINJAU DARI TINGKAT KESUKARAN SOAL JURNAL Disusun untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah harus
Lebih terperinciOleh : SITI ROHANAH A
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2 Jaten)
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Rachmad Lasaka Guru Matematika SMP Negeri 2 Luwuk, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah,
Lebih terperinciAlamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI TURUNAN FUNGSI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
Jupe UNS, Vol 2, No 1, Hal 83 s/d 94 Muzayyanah Hidayati, Upaya Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Pembelajaran Tipe Numbered Head Together. Juli 2013. UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU no. 20 tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU no. 20 tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2014:4)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2014:4) metologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menghasilkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai kesulitan siswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyelesaian soal open ended, pedoman wawancara dan lembar tes kepribadian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Validasi Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar tugas penyelesaian soal open ended, pedoman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif karena penelitian ini hanya bersifat mengkaji atau menggambarkan keadaan atau kondisi yang ada di lapangan.
Lebih terperinciKEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS Tatik Liana Program Studi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: nhalyana1@gmail.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciHELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002
ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 KOTA JAMBI Oleh: HELEN
Lebih terperinciOleh: ABDUL AZIS NASRUDIN ARSYAD A
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA KELAS VII SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 2 GATAK TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS STRATEGI PQ4R DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI GEOMETRI KELAS X SMA
ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS STRATEGI PQ4R DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI GEOMETRI KELAS X SMA OLEH Asnidar NIM RRA1C210033 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini, akan dideskripsikan dan dianalisis data proses berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan terbuka (openended) dibedakan dari gaya kognitif field dependent
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan intelektual yang sangat penting karena dengan kreativitas manusia mampu memecahkan berbagai masalah dan menciptakan berbagai
Lebih terperinciPi: Mathematics Education Journal 34
ANALISIS KESALAHAN KONSEP MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL TRIGONOMETRI KELAS X TKJ SMKN 1 GEMPOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Tifaniar Andriani 1, Ketut Suastika 2, Nyamik Rahayu Sesanti 3 1 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang baik. Hal ini sejalan dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik. Hal
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN
Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN PELUANG SISWA KELAS
Lebih terperinciPENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM
PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM Tari Asdiati 1 & Agusfianuddin 2 1 Pemerhati Pendidikan Matematika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian Subjek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah siswa kelas XI IPS di SMA PGII 2 Bandung. Sekolah tersebut terletak di Jalan Pahlawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diberlakukannya kurikulum 2013, istilah metakognitif sering muncul 1. Istilah metakognitif sering muncul karena metakognitif membentuk siswa agar ia mengetahui
Lebih terperinciPENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING SKRIPSI OLEH TANTRI IKA YULANDARI NIM 209311420840 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan dari masalah yang akan diteliti. Tempat penelitian yang
Lebih terperinciHeri Hermawan, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 4 Bajugan Pada Operasi Hitung Campuran Heri Hermawan, Baharuddin Paloloang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia dapat mengembangkan potensi dirinya dengan pendidikan. Pendidikan merupakan pilar dalam usaha menciptakan manusia yang berkualitas sehingga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini disebabkan penelitian ini menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PTK
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING (PTK Pada Siswa Kelas VII H Semester Genap SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014) NASKAH
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG
PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG Siska Putri Permata 1), Suherman 2), dan Media Rosha 3) 1) FMIPA UNP, email: siskaputri8998@yahoo.com 2,3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan, maka
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI TRIGONOMETRI
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI TRIGONOMETRI Alfin Nurlaili Zain 1, Lili Supardi 2, Harfin Lanya 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura lanya.harfin@gmail.com
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Candiwulan, UPT Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, tepatnya di jalan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.
7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia itu adalah unik dan memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda, walau terkadang juga memiliki kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan tujuan diberikannya matematika di sekolah, kita dapat melihat bahwa matematika sekolah memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang belajar,
Lebih terperinciVARIASI PENGATURAN TEMPAT DUDUK SISWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SAWAHAN
VARIASI PENGATURAN TEMPAT DUDUK SISWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SAWAHAN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Oleh: LUTHFI NUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciMEIDITA CAHYANINGTYAS K
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MEIDITA CAHYANINGTYAS
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL INQUIRY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL INQUIRY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas XI MAN 2 Boyolali Tahun 2014/2015)
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN BERFIKIR GEOMETRI BERDASARKAN LANGKAH POLYA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SMPN 3 PLOSOKLATEN
Artikel Skripsi PROFIL KEMAMPUAN BERFIKIR GEOMETRI BERDASARKAN LANGKAH POLYA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SMPN 3 PLOSOKLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Lebih terperinciPENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, April 2016 ISSN 2087-3557 PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA SMA Negeri 1 Ulujami
Lebih terperinciPROFIL METAKOGNITIF SISWA YANG BERGAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
PROFIL METAKOGNITIF SISWA YANG BERGAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Ratna Agustin 1), Ponco Sujatmiko 2), Ira Kurniawati 3) 1) Mahasiswa
Lebih terperinciANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA
ANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA Yudi Darma 1, Muhamad Firdaus 2, Andre Pratama 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PQ4R PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PQ4R PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI Agustina 1 dan Kamid 2 1 Guru Matematika SMP Negeri 8 Kota Jambi 2 Dosen
Lebih terperinciKURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM
KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM Junierissa Marpaung Dosen Tetap FKIP Prodi Bimbingan Konseling Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Berbagai permasalahan yang sering muncul
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM. Mulia Putra 1. Abstrak
PENERAPAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF PADA MATERI LIMIT FUNGSI TRIGONOMETRI SISWA SMA NEGERI 1 BAITUSSALAM Mulia Putra 1 Abstrak Matematika adalah ilmu pengetahuan yang terbentuk dari hasil pemikiran manusia
Lebih terperinciModul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika
Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. kemampuan berpikir kritis 1 atau TKBK 1 (Kurang Kritis) serta ada pula yang. yang dikemukakan oleh Rasiman dan Katrinah.
BAB V PEMBAHASAN Berikut ini peneliti akan membahas hasil penelitian berdasarkan paparan data yang telah disajikan sebelumnya. Dari paparan di atas, dapat diketahui bahwasannya penelitian mengenai analisis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Cek Kosong a. Pengertian Teknik Pembelajaran Hamdani menjelaskan bahwa teknik pembelajaran diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan diharapkan untuk selalu
Lebih terperinciPROFIL PENALARAN SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA
PROFIL PENALARAN SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA Rengga Mahendra 1), Wasilatul Murtafiah 2), Fatriya Adamura 3) 1 Pendidikan Matematika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Semua manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia secara fitrah lahir ke dunia dalam keadaan yang baik secara keseluruhan. Namun dalam kehidupannya dengan manusia lain, setiap manusia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini disebabkan oleh pendidikan mempunyai peranan penting
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP
PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP Rohati Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA FKIP univ. Jambi Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Km
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANFERRING (REACT)
PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANFERRING (REACT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 3 PANJER Ika Serfiani
Lebih terperinci