HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002"

Transkripsi

1 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 KOTA JAMBI Oleh: HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI SEPTEMBER 2017

2 ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 KOTA JAMBI Oleh : Helen Sagita Simbolon 1), Kamid 2), Syaiful 2) 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 1 helensagitasimbolon@gmail.com ABSTRAK Seseorang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Erat kaitannya dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Kepribadian seseorang akan mempengaruhi kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa ekstrovert mampu memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau relevan. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert 25% berada pada level 3 (kritis) dan 75% berada pada level 1 (tidak kritis). Sedangkan siswa introvert mampu memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau relevan dan hampir memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki kekeliruan konsep. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa introvert 25% berada pada level 3 (kritis), 25% berada pada level 2 (cukup kritis) dan 50% berada pada level 1 (tidak kritis). Kata Kunci : berpikir kristis, ekstrovert, introvert, spldv. PENDAHULUAN Perkembangan pendidikan yang semakin maju menyadarkan manusia terhadap hakikat dan pentingnya kegunaan matematika baik sebagai ilmu pengetahuan yang diajar-kan di sekolah maupun sebagai ilmu terapan yang digunakan sehari-hari. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan data pikir manusia. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006:139) mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Menandakan bahwa setelah mempelajari matematika siswa dituntut harus mempunyai berbagai macam kemampuan berpikir yang harus terus dikembangkan oleh guru saat belajar matematika. Salah satu dari kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa karna akan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Wijaya (2010:72) mengungkapkan gagasannya mengenai berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Kemampuan berpikir kritis sa- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 1

3 ngat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Berpikir kritis digunakan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan. Menurut Somakim (2011:43) kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa karena dengan kemampuan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Menanamkan kebiasaan berpikir kritis bagi pelajar perlu dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, berdasarkan hasil penelitian Syahbana (2012:54) menunjukkan bahwa masih rendahnya rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP. Tingkat kemampuan berpikir kritis setiap siswa tentunya berbeda-beda. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut salah satunya adalah tipe kepribadian siswa tersebut. Tipe kepribadian merupakan sikap yang khas yang dimiliki setiap individu dalam berperilaku yang dapat dibedakan dengan individu lain. Setiap kepribadian siswa tentunya berbeda-beda tidak ada kepribadian siswa yang sama seutuhnya, disini peran guru juga penting untuk mengetahui bagaimana guru mem-perlakukan siswa tersebut ketika proses pembelajaran dikelas. Carl G. Jung mengelompokkan tipe kepribadian menjadi dua kelompok besar berdasarkan bagaimana memusatkan perhatiannya yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert. Kepribadian ekstrovert yaitu individu yang mempunyai ciri-ciri tidak suka belajar sendiri, suka mengambil tantangan, tidak banyak pertimbangan (easy going) dan memerlukan umpan balik dari guru pada saat proses pembelajaran. Sedangkan kepribadian introvert adalah individu yang mempunyai ciri-ciri suka belajar sendiri, berhati-hati dalam mengambil keputusan, tenang dan rajin. Tipe ekstrovert merupakan tipe yang memerlukan umpan balik dari guru, tidak suka belajar dan tidak banyak pertimbangan oleh karna itu guru harus selalu memberi umpan balik dan lebih memperhatikan tipe ekstrovert namun bukan berarti tipe introvert tidak diperhatikan. Menurut Widayanti (2016:84) perbedaan sifat dan perilaku tiap individu mempengaruhi output mereka ketika memecahkan masalah karena orang satu dengan yang lain berbeda dalam menerima informasi, memproses informasi dan cara menindaklanjuti masalah. Hal ini berarti kepribadian setiap siswa mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ketika menyelesaikan soal matematika. Berdasarkan hasil ulangan siswa selama peneliti PPL di sekolah tersebut masih sangat rendah, hanya beberapa siswa yang bisa memenuhi KKM. Selain itu, peneliti memberikan test materi SPLDV kepada 36 siswa kelas VIII hasilnya, hanya lima siswa yang dapat menjawab soal dengan benar selebihnya hanya menjawab satu soal dan sama sekali tidak menjawab. Sebagian siswa tidak mengerti maksud dari soal yang diberikan. Hal ini juga diperkuat oleh guru yang mengampuh dan mengajar di kelas VIII, jika kemampuan berpikir kritis disekolah tersebut masih terbilang kurang, masih perlu bimbingan dan arahan saat mengerjakan soal cerita apalagi materi SPLDV. Sebagian siswa masih sangat sulit dalam menganalisis maksud dari soal yang diberikan sehingga tidak mampu menyelesaikan soal dengan baik. Berbagai macam kepribadian yang ada pada diri siswa secara tidak langsung berdampak pada tingkat kemampuan berpikir kritisnya. Salah satu materi yang ada dalam kelas VIII semester genap adalah sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Cara dalam penyelesaian soal SPLDV yaitu cara eliminasi, subsitusi, eliminasi subsitusi dan grafik. Dalam menyelesaikan soal SPLDV siswa diharuskan mampu untuk merumuskan masalah, menganalisis soal, mengubah menjadi model matematika dan menentukan penyelesaian apa yang akan digunakan. Oleh sebab itu berdasarkan wawancara guru dan hasil analisis peneliti ketika prapenelitian soal SPLDV ini cocok digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa, dimana indikator kemampuan berpi- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 2

4 kir kritis yang akan dilihat adalah mampu menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan (K1), mampu mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep (K2), mampu untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan atau dipertimbangkan (K3) dan ketertarikan untuk mencari solusi baru (K4). Karena pada dasarnya seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis memiliki pemikiran yang masuk akal dan reflektif dalam menganalisis, memilih, memecahkan masalah, dan membuat keputusan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Menyelesaikan Soal Materi Sistem Persamaaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMPN 1 Kota Jambi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMPN 1 Kota Jambi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan subjek berjumlah delapan orang siswa kelas VIII-B SMPN 1 Kota Jambi, dimana empat siswa yang memiliki kepribadian ektrovert dan empat siswa yang memiliki kepribadian introvert. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) untuk memilih subjek penelitian, lembar soal tes berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel, dan pedoman wawancara. Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes pemilihan subjek yaitu melalui tes MBTI dan dipilih empat orang subjek yang memiliki kepribadian ekstrovert dan empat orang subjek yang memiliki kepribadian introvert berdasarkan nilai tertinggi menurut hasil tes MBTI dan dicocokkan dengan ciri dan karakteristik secara teoritis, kemudian setelah subjek diperoleh kedelapan siswa itu diberikan lembar soal berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel. Untuk melihat validasi data pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan adalah dengan menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber yaitu dengan pengecekan data dengan sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda yaitu hasil jawaban lembar tes berpikir kritis dan hasil wawancara serta pengecekan data dengan sumber yang berbeda tetapi waktu dan teknik sama. Selanjutnya setelah masing-masing subjek menyelesaikan soal maka selanjutnya dilakukan wawancara terkait lembar tes berpikir kritis yang diberikan. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2014:248), analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah yang menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Sementara itu, analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknis analisis yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (2014:15-21) yang meliputi: (1) reduksi data yakni data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dalam penelitian ini akan memfokuskan pada siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert dan hasil jawabannya yang memenuhi indikator berpikir kritis; (2) penyajian data adalah pemaparan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian, serta pengklasifikasian dan identifikasi data mengenai jawaban siswa berdasarkan indikator berpikir kritis dan dipaparkan berdasarkan pada setiap soal jawaban subjek penelitian; (3) penarikan kesimpulan dalam penelitian ini yakni kesimpulan yang akan diambil yaitu tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert. Dimana dalam penelitian ini kesimpulan yang diambil berdasarkan ke- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 3

5 mampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal akan diadopsi dari karakter Ferret yaitu sebagai berikut: a) Kemampuan untuk menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan (K1) b) Kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep (K2) c) Kemampuan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbang-kan (K3) d) Ketertarikan untuk mencari solusi baru (K4) Berikut tingkat kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan karakteristik Ferret: Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Indikator Berpikir Kritis yang dicapai Siswa Level 3 ( (K1, K2, K3, K4), (K1, K2, K3) atau (K1, K2, K4). Level 2 (Cukup K1, K3, K4), (K2, K3, K4), (K1, K2), (K1, K3), (K1, K4), (K2, Level 1 (Tidak K3), atau (K2, K4). (K3, K4), (K1), (K3), atau (K4) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA- SAN Deskripsi Data Hasil Tes MBTI (Myers- Briggs Type Indicator) Tes ini lakukan dengan siswa mengerjakan tes kepribadian Indicator MBTI. Tes ini berupa perintah untuk menjawab soal dengan memilih salah satu pilihan jawaban yang terdiri dari dua pilihan jawaban sesuai dengan kriteria yang ada pada diri sendiri. Terdapat 25 soal dengan dua pilihan jawaban yaitu A dan B, dimana jawaban A menunjukkan ciri ekstrovert dan jawaban B menunjukkan ciri introvert. Untuk menentukan kelompok siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert digunakan kategori berdasarkan pendapat yang dikemukan oleh Zaman dan Abdillah (2009:74) dimana jika siswa memilih jawaban paling banyak A, berarti siswa tersebut cenderung memiliki kepribadian ekstrovert, jika jawaban siswa paling banyak B, berarti siswa tersebut cenderung memiliki kepribadian introvert. Tes kepribadian dilakukan pada tanggal 29 Maret 2017 diikuti oleh 36 siswa. Setelah pelaksanaan tes MBTI, dilakukan pemeriksaan dan diperoleh hasil yaitu 28 siswa ekstrovert dan 8 siswa intro-vert. Tabel 3.1 Persentase Perolehan Hasil Kepribadian Siswa Kepribadian Frekuensi Persentase Ekstrovert 28 77,78% Introvert 8 22,22% Total % Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa dari kelas yang diambil peneliti sebagai subjek penelitian, mayoritas siswa memiliki kepribadian ekstrovert yakni sebesar 77,78% dari jumlah siswa, sedangkan introvert hanya 22,22%. Setelah melihat hasil skor pada tes MBTI, peneliti menetapkan empat orang siswa sebagai subjek penelitian masing-masing dari setiap kepribadian, dipilih berdasarkan skor tertinggi dari hasil tes MBTI. Hasil Lembar Soal Tes Berpikir Kritis dan Wawancara Siswa Ekstrovert dan Introvert Setelah didapat delapan orang subjek penelitian, selanjutnya subjek tersebut diberikan lembar soal tes berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel pada tanggal 05 April 2017 yang terdiri dari 2 soal yang telah divalidasi oleh para dua dosen pendidikan matematika serta guru mata pelajaran matematika dan telah dinyatakan valid. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel. Kemampuan berpikir kritis ini ditelusuri melalui indikator kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan, dan ketertarikan untuk mencari solusi baru. dan wawancara subjek SE.01 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1 dan 2, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 4

6 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SE.01 mampu memenuhi tiga indikator yaitu K1, K2 dan K3. dan wawancara pada subjek SE.02 mampu memenuhi indikator K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1, tetapi pada soal nomor 2 subjek tidak mampu memenuhi K1, K2, dan K3 dikarenakan subjek tidak mengerti maksud dari soal nomor 2 dan tidak mampu menyelesaikannya, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SE.02 tidak mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, K3, dan K4. dan wawancara Pada subjek SE.03 ha-nya mampu memenuhi indikator K1 pada soal nomor 1, sedangkan K2 dan K3 pada soal nomor 1 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu memperbaiki kekeliruan konsep yang ada dan tidak mampu membuat kesimpulan dengan benar. Pada soal nomor 2 subjek mampu memenuhi K1, K2, dan K3, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SE.03 hanya mampu memenuhi satu inidikator yaitu K1. dan wawancara pada subjek SE.04 subjek mampu memenuhi indikator ber-pikir kritis K1, K2 dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek hanya memenuhi indikator K1, sedangkan pada indikator K2 dan K3 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu mendeteksi kekeliruan dan memperbaikinya serta subjek juga tidak mampu menyelesaikan soal nomor 2 sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SE.04 hanya memenuhi satu indikator berpikir kritis yaitu K1. dan wawancara pada subjek SI.01 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1 dan 2, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut (subjek hanya menggunakan satu cara). Jadi dapat disimpulkan subjek SI.01 mampu memenuhi tiga indikator yaitu K1, K2 dan K3. dan wawancara pada subjek SI.02 hanya mampu memenuhi indikator K1 pada soal nomor 1, sedangkan K2 dan K3 pada soal nomor 1 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu memperbaiki kekeliruan konsep yang ada dan tidak mampu membuat kesimpulan dengan benar. Pada soal nomor 2 subjek mampu memenuhi K1, K2, dan K3, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SI.02 hanya mampu memenuhi satu inidikator yaitu K1. dan wawancara pada subjek SI.03 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek memenuhi indikator K1 dan K2, sedangkan indikator K3 tidak mam- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 5

7 pu memenuhinya karena ketidaktelitian subjek dalam menyelesaikannya sehingga belum bisa membuat kesimpulan dengan benar sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru, penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SI.03 mampu memenuhi dua indikator yaitu K1 dan K2. dan wawancara pada subjek SI.04 subjek mampu memenuhi indikator berpikir kritis K1, K2 dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek hanya memenuhi indikator K1, sedangkan pada indikator K2 dan K3 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu mendeteksi kekeliruan dan memperbaikinya serta subjek juga tidak mampu menyelesaikan soal nomor 2 sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya, karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SI.04 hanya memenuhi satu indikator berpikir kritis yaitu K1. Berdasarkan deskripsi data hasil lembar tes berpikir kritis dan data hasil wawancara dapat diketahui tingkat kemampuan berpikir kritis masing-masing subjek penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dan kembali disajikan dalam bentuk tabel 3.2: Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Subjek Indikator Berpikir Kritis K1 K2 K3 K4 Level % Kepribadian Ekstrovert SE.01 - L.3 ( 25% SE L.1 (Tidak SE L.1 (Tidak 75% SE L.1 (Tidak Kepribadian Introvert SI.01 - L.3 ( 25% SI L.2 (Cukup SI L.1 (Tidak SI L.1 (Tidak 25% 50% Pembahasan Pada hasil lembar jawaban tes dan hasil wawancara subjek SE dan SI secara umum ditemukan persamaan dan perbedaan seperti cara, strategi, langkah dan penyampaian pernyataan yang berbeda-beda dalam penyelesaiannya. Ini terjadi karena subjek memiliki kepribadian yang berbeda serta pada umumnya memang tidak ada seorang individu yang sama persis dalam melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan. Sedangkan indikator kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa ekstrovert belum mampu memenuhinya dengan benar. Siswa yang memiliki kepribadian introvert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan dan hampir dapat memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki kekeliruan konsep. Sedangkan untuk indikator kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa introvert belum mampu memenuhinya dengan benar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa introvert lebih unggul dibandingkan dengan siswa ektrovert. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arief (2016:17) hasil penelitian yang diperoleh bahwa siswa yang memiliki tipe kepribadian dalam dimensi introvert dikategorikan lebih unggul dalam tingkat berpikir kritis untuk menyelesaikan soal dibandingkan dengan siswa yang memiliki tipe kepribadian dalam dimensi ekstrovert. Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 6

8 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan analisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut: a) Siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan. Sedangkan untuk indikator kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa ekstrovert belum mampu memenuhinya de-ngan benar. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert adalah 25% berada pada level 3 yaitu kritis dan 75% berada pada level 1 yaitu tidak kritis. b) Siswa yang memiliki kepribadian introvert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan dan hampir dapat memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki kekeliruan konsep. Sedangkan untuk indikator kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa introvert belum mampu memenuhinya dengan benar. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa introvert adalah 25% berada pada level 3 yaitu kritis, 25% berada pada level 2 yaitu cukup kritis dan 50% berada pada level 1 yaitu tidak kritis. c) Secara umum subjek ekstrovert dan subjek introvert memliki perbedaan kemampuan berpikir kritis, yaitu dari cara berpikir menganalisis informasi, mendeteksi kekeliruan, ketelitian, dan kecepatan dalam menyelesaikan soal, dimana kemampuan berpikir kritis siswa introvert lebih unggul dibandingkan dengan siswa ektrovert. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran dari penulis antara lain: a) Sebagai bahan pertimbangan untuk merancangan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan melihat kepribadian siswa. b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk penelitian selanjutya mengenai tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal. Rekomendasi Peneliti Lain Peneliti merekomendasikan untuk peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan tipe kepribadiannya, serta karakteristik yang seperti apa yang mempengaruhi siswa terhadap kemampuan berpikir kritisnya pada subjek yang lebih banyak, dengan materi yang lebih cocok untuk melihat kemampuan berpikir kritisnya. DAFTAR PUSTAKA Arini, Z & Rosyidi, A.H Profil Kemampuan Penalaran Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditiinjau Dari Tipe Kepribadian Extrovert Dan Introvert, Mathedunesa, 2(05): 128. ISSN: Arief, A & Naafidza, J.H Identifikasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Berdasarkan Tipe Kepribadian, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 05(01): ISSN: Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar. BSNP. Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 7

9 Fahrurrozi & Wicaksono, A Sekilas Tentang Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Garudhawaca. Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E.E., dan Hasratuddin Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Kreano, 5(02): 158. ISSN: Klimovienė, G., Urbonienė, J., & Barzdžiukienė, R Developing Critical Thinking Trough Cooperative Learning, Kalbu Studijos, (09): 79. ISSN: Miles, M. B & Huberman, A. M Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, UI Press. Jakarta. Moleong, L.J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Somakim Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Penggunaan Pendidikan Matematika Realistik. Forum FMIPA. Vol. 14 No. 1. Syahbana, A Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning, Edumatica, 02(01): 46. ISSN: Wijaya, C Pendidikan Remidial: Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zaman, S & Abdillah, S.I MBTI (Mayyers-Brrggs Type indikator). Jakarta: Visimedia. Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 8

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN: IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL FISIKA BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN Jazilatul Hikmiatun Naafidza, Alimufi Arief Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN Oleh : Putri Indriyani 1), Wardi Syafmen 2), Roseli Theis 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear M-89 Rhomiy Handican 1, Ratih Eka Safitri 2 Universitas Negeri

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SMA TIPE KEPRIBADIAN THINKING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SMA TIPE KEPRIBADIAN THINKING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SMA TIPE KEPRIBADIAN THINKING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA Yelli Ramalisa *) *) Dosen Pendidikan Matematika FKIP universitas Jambi Abstrak Berpikir kritis merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Surakarta yang beralamatkan di Jalan Kolonel Sutarto

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA TIPE KEPRIBADIAN SENSING DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA ARIABEL

ANALISIS PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA TIPE KEPRIBADIAN SENSING DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA ARIABEL ANALISIS PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA TIPE KEPRIBADIAN SENSING DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA ARIABEL 1 Yeli Ramalisa dan 2 Wardi Syafmen Dosen Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS Tatik Liana Program Studi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: nhalyana1@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Yessy Nur Hartati Universitas Negeri Malang e-mail: ayenuri@gmail.com Abstract: The aims of the research

Lebih terperinci

PROFIL KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATARDITINJAU DARI KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA

PROFIL KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATARDITINJAU DARI KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA PROFIL KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATARDITINJAU DARI KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA Ria Wahyu Wijayanti 1), Sutopo 2), Dhidhi Pambudi 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI,

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI, ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENURUT LERNER DENGAN KEPRIBADIAN ARTISAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI ARITMATIKA SOSIAL KELAS VII SMP FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN Analisis Kesalahan Menyelesaikan... (Puspita Rahayuningsih&Abdul Qohar) 109 ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP SISWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP SISWA Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP SISWA Ary Herlina Kurniati HM. 1, Murniati 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2,

Lebih terperinci

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Oleh :, M.Pd Jurusan Matematika FMIPA UNNES Abstrak Tingkat kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berpikir adalah kegiatan yang tidak mungkin untuk dihindari. Karena halhal sederhana yang akan dilakukan nantinya merupakan hasil dari proses pemikiran. Begitu juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Deporter dan Hernacki

Lebih terperinci

Nailul Asrof ( /8/A2) S1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Nailul Asrof ( /8/A2) S1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ANALISIS MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA SUB MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP Nailul Asrof (138620600128/8/A2) S1 PGSD Universitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Taufiq 1, Fahrul Basir

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA Dian Nopitasari 1 Program Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau penelitian kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir. Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir Widaryantii 1 1 SMPN 1 Kalidawir, Tulungagung Email: 1 widaryanti@gmail.com Tersedia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyelesaian soal open ended, pedoman wawancara dan lembar tes kepribadian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyelesaian soal open ended, pedoman wawancara dan lembar tes kepribadian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Validasi Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar tugas penyelesaian soal open ended, pedoman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Metode penelitian berarti cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Metode penelitian berarti cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian berarti cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif. Menurut

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE POLYA PADA SOAL CERITA PROGRAM LINEAR

PENERAPAN METODE POLYA PADA SOAL CERITA PROGRAM LINEAR JURNAL BUANA MATEMATIKA. Vol. 6, No. 2, Tahun 2016 PENERAPAN METODE POLYA PADA SOAL CERITA PROGRAM LINEAR Sri Rahmawati Fitriatien Pendidikan Matematika, Fakultas Kegurua dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik, bertujuan agar pesan yang disampaikan oleh peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir secara umum diartikan sebagai proses yang intens untuk memecahkan masalah dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yg dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP

PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP Rohati Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA FKIP univ. Jambi Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Nazom Murio: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1

Nazom Murio: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1 Nazom Murio: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1 ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN KEPRIBADIAN GUARDIAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2, Hal 70-77, Mei 2017

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2, Hal 70-77, Mei 2017 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X-IPA 3 SMA LABORATORIUM UNSYIAH BANDA ACEH Nurti Aslindiˡ, Hasmunir²,

Lebih terperinci

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper Titin Masfingatin, Wasilatul Murtafiah IKIP PGRI MADIUN

Lebih terperinci

Rohmah, Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Pembuktian

Rohmah, Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Pembuktian 1 Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal Pembuktian Berdasarkan Newman s Error Analysis (NEA) Rohmah Indahwati Email: indbeckzbecky@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 41 51 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIb

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisakan metodologi kualitatif sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebagian besar ahli Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan) yang harus dijawab

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika : Hasil Penelitian PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Setyati Puji Wulandari 1), Imam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan diberikan untuk memberikan gambaran masalah yang dialami peneliti, solusi permasalahan yang ditawarkan oleh peneliti serta batasan permasalahan yang akan diteliti. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor kemajuan suatu bangsa adalah melalui bidang pendidikan. Pendidikan dalam suatu negara menjadi sarana untuk mencetak sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikankan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan guna membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah mereka yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh ERVIN HIDAYAT

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh ERVIN HIDAYAT DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN (Artikel) Oleh ERVIN HIDAYAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014 DESKRIPSI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Tutik Shahidayanti, Atmini Dhoruri, MS Jurusan Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT Murtafiah Universitas Sulawesi Barat murtafiah@unsulbar.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Ary Herlina Kurniati HM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff dalam Pia (2011),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. 1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan yang

Lebih terperinci

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada 1 PENDAHULUAN Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA AUTIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DI KELAS VIII INKLUSI SMP N 6 KOTA JAMBI FAKULTAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika.

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA POKOK BAHASAN BANGUN DATAR (PTK Bagi Siswa Kelas VII Semester Genap SMPN 2 Giritontro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan negara yang telah maju. Pendidikan mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2) ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI TURUNAN FUNGSI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP Vivin Septiana Riyadi Putri 1, Pradnyo Wijayanti 2 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Kemampuan Pemahaman dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Kubus dan Balok Di Kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga mendasari perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 87-94 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Dian Novita Rohmatin Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang diannovita711@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD Oleh: Ika Yuliastuti 1, Suhartono. 2, Imam Suyanto 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret.

Lebih terperinci

Profil Berfikir Kritis Siswa Kepribadian Steadiness Style dalam Memecahkan Masalah Matematika

Profil Berfikir Kritis Siswa Kepribadian Steadiness Style dalam Memecahkan Masalah Matematika Profil Berfikir Kritis Siswa Kepribadian Steadiness Style dalam Memecahkan Masalah Matematika Wardi Syafmen Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA FKIP univ. Jambi Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Km 14 Mendalo

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 2015 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB Turiyah SMP 3 Kesesi Kabupaten Pekalongan Jawa

Lebih terperinci

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Penerapan Metode Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SD Dalam Memecahkan Masalah Pada Materi Diagram Batang Matematika Dunurrochmah Pradita Permatasari 148620600166/6/A3 Pradita495@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR ARTIKEL ILMIAH ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 MUARO JAMBI Oleh: RIFNI ANJANI NIM RSA1C213031

Lebih terperinci

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak terlepas dari pembelajaran. Menurut Usman (2000:4), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian 109 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif. Moleong (2009, hlm. 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

PROFIL FUNGSI KOGNITIF SISWA KELAS V SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH

PROFIL FUNGSI KOGNITIF SISWA KELAS V SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROFIL FUNGSI KOGNITIF SISWA KELAS V SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH Fitria Wulandari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Kampus I Jl. Mojopahit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya baik secara rasional, logis, sistematis, bernalar

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PROSES BERPIIR SISWA DENGAN ECERDASAN LINGUISTI DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHAN MASALAH MATEMATIA Rudis Andika Nugroho, Sutinah 2, Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ganda; kedua, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. ganda; kedua, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena beberapa pertimbangan, pertama lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan

Lebih terperinci

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang Satya Widya, Vol. 32, No.2. Desember 2016: 138-143 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 2 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI) Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI) Akramunnisa 1, Andi Indra Sulestry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun Bangsa dan Negara mengingat

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun Bangsa dan Negara mengingat BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, dimana pendidikan sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sifatnya mutlak baik dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lembang. Pemilihan SMA Negeri 1 Lembang karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula dengan pengalaman belajar dan mengajar. Pengalaman belajar merupakan hal penting bagi semua orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting sehingga suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan

Lebih terperinci

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 4 Nomor 1 Bulan Juni Tahun 2013 Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting, karena pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah

Lebih terperinci

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018 UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL POLYA DI SEKOLAH DASAR Oleh : Sukriadi Hasibuan Fakultas IPS dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. 1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan yang

Lebih terperinci

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hayatun Nufus Pendidikan Matematika Universitas Islam Riau, Pekanbaru ya2tunnufus@yahoo.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian

Lebih terperinci