SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F"

Transkripsi

1 SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh RATNA BATARI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : RATNA BATARI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : RATNA BATARI F4030 Dilahirkan pada tanggal 9 Januari 985 Di Jakarta Tanggal lulus : Agustus 007 Menyetujui: Bogor, Agustus 007 Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi. Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, MAgr. Dosen Pembimbing II Mengetahui, Dr. Ir. Dahrul Syah, Msc. Ketua Departemen ITP

4 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan di Jakarta, 9 Januari 985 dan memiliki nama lengkap Ratna Batari. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikannya di TK Kristen 7 BPK Penabur, SD Kristen 3 BPK Penabur, SLTP Kristen 3 BPK Penabur, dan SMU Kristen 3 BPK Penabur, Jakarta. Melalui jalur masuk SPMB, penulis menempuh pendidikan terakhirnya di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama melakukan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai sekretaris di Persekutuan PMK dan KEMAKI Fakultas Teknologi Pertanian pada masa jabatan , dan sebagai bendahara pada masa jabatan Penulis juga berperan serta sebagai panitia dalam kegiatan Konferensi HMPPI (Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia), BAUR 005, dan LCTIP (Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan) 005. Pada tahun 005, penulis ikut ambil bagian dalam seminar dan pelatihan HACCP yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB dan BPOM- RI. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Analisis Pangan pada periode Januari-Juni 007. Penulis menyelesaikan tugas akhirnya untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, dengan melakukan penelitian yang berjudul Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran Indigenous Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 007 sampai dengan bulan Juli 007. Penelitian ini bertempat di laboratorium ITP dan laboratorium Seafast Center, IPB.

5 Ratna Batari. F4030. Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran Indigenous Jawa Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi. dan Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, MAgr. (007) RINGKASAN Indonesia memiliki tanaman lokal yang sangat berlimpah. Tanaman lokal di Indonesia banyak yang belum terjamah untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan yang kaya akan zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan. Jenis sayuran lokal tersebutlah yang dikenal dengan sayuran indigenous. Salah satu daerah di Indonesia yang merupakan penghasil sayuran indigenous yang cukup berperan adalah daerah Jawa Barat. Komponen fenolik dalam bahan pangan memiliki peran yang sangat baik, yang salah satunya adalah sebagai antioksidan. Sayur-sayuran banyak mengandung senyawa fenolik yang berupa flavonoid. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik. Oleh karena itu, pemanfaatan sayuran indigenous sebagai sumber flavonoid akan dapat meningkatkan nilai tambah tanaman-tanaman tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi senyawa flavonoid yang berupa flavonol dan flavone pada beberapa sayuran indigenous daerah Jawa Barat. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.), beluntas (Pluchea indica Less.), mangkokan (Nothopanax scutellarium), kecombrang (Nicolaia speciosa Horan), kemangi (Ocimum sanctum Linn.), katuk (Sauropus androgynus), kedondong cina (Polyscias pinnata), antanan (Centella asiatica), pohpohan (Pilea trinervia), daun ginseng (Talinum paniculatum), dan krokot (Portulaca oleracea). Pembuatan ekstrak flavonoid dari sayuran dilakukan dengan menggunakan campuran pelarut air dan metanol. Selain itu, dilakukan pula pembuatan kurva standar flavonoid yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan komponen tersebut pada sampel. Standar yang digunakan adalah quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin, dan luteolin. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kadar air, analisis total fenol, dan deteksi flavonoid dengan menggunakan HPLC column C-8 phase; Develosil ODS-UG-3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa kadar air sayuran indigenous berkisar antara 8%-93%. Total fenol (per 00 gram berat kering) yang terbesar terdapat pada daun kenikir (5.88 mg) dan terkecil pada krokot (447.9 mg). Total flavonol dan flavone yang terdapat di dalam sayuran-sayuran yang digunakan sangatlah bervariasi. Jumlah flavonoid (per 00 gram berat kering) yang terbanyak ada pada daun katuk, yaitu sebesar mg. Kandungan quercetin yang terbanyak ada pada kenikir (43.57 mg). Krokot merupakan senyawa yang paling sedikit mengandung quercetin (4.05 mg), dan hanya komponen inilah yang terdeteksi dari krokot. Senyawa myricetin hanya terdapat pada sayuran beluntas (. mg) dan antanan (.66 mg), sedangkan senyawa luteolin hanya ada pada daun kemangi (0.49 mg) dan daun pohpohan (3.6 mg). Apigenin hanya terdeteksi pada daun kemangi, yaitu sebanyak 7. mg. Semua sampel, kecuali kecombrang dan krokot, mengandung senyawa kaempferol. Jumlah kaempferol terbesar ditemukan pada daun katuk ( mg), yang jumlahnya sangat jauh lebih banyak dibandingkan sampel lainnya.

6 i KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat-nya lah skripsi ini dapat saya selesaikan. Selama mengerjakan tugas akhir ini, penulis dibantu oleh banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi. selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas bimbingan, masukan, dorongan, dan saran Ibu selama ini.. Prof. Dr. Ir. C. Hanny Wijaya, MAgr. selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih atas bimbingan, masukan, dorongan, dan saran Ibu selama saya menyelesaikan tugas akhir saya. 3. Dr. Ir. Endang Prangdimurti, MSi. selaku dosen penguji. Terima kasih atas kesediaan Ibu sebagai penguji. 4. My family : Mama, Ci Indra, Brian, dan Diana. Terima kasih telah memberikan doa, semangat, dan dukungannya. 5. Ci Ingrid, yang telah sangat banyak mengajariku banyak hal dalam mengerjakan dan menyelesaikan penelitianku. 6. Sahabat-sahabatku : 6 Sense (Albo, CK, Mercon, Dina, Titi), JSMP (Olla, Bebe, Nat, Pau, Indi, Dei, Betsy, Fani), terima kasih atas semangat dan dukungan kalian. 7. Teman-teman satu bimbingan Bu Nuri : Olla, Dion, dan Ade. Semangat yah buat jeruk-jeruknya. Terima kasih atas dukungan dan kesediaan kalian yang selalu mau mendengarkan keluh kesahku. Terima kasih juga buat Papang, atas pemberian sampel-sampelnya. Auu, Lia, Anca, dan temanteman ITP 4, terima kasih atas dukungan dan semangatnya. 8. Teman-teman satu bimbingan Bu Hanny : Bebe, Eko, Dei, Tuti, temanteman ITP 39, 4 dan 4. Terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini. Terima kasih untuk sebuah perkumpulan bimbingan yang menyenangkan. 9. Eko, HanSib, Nene, Prita, terima kasih karena kalian telah sangat banyak membantuku selama waktu-waktu menjelang dan setelah ujian skripsiku.

7 ii 0. Teman-teman ITP 40 : Jeng (terima kasih atas pinjaman laptopnya), Aji, Rika, Tya, Agnes, Anas, Meiko, Agus, Andal, Steph, Babe, Martin, Wayan, Rina, Tathan, Arie, Adiput, Adie MR, Mardi, Hendy, Nooi, Idham, Lasty, dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semua dukungan, semangat, dan persahabatan selama 4 tahun ini.. Teman-teman ITP 39, ITP 4, dan ITP 4, serta Fajar, Yeye, dan Fiona. Terima kasih untuk semua dukungan dan semangatnya.. Teman-teman di Perwira 5 : Chris, Echie, Ribka, Kezhia, Yola, Lele, dan yang lainnya. Terima kasih atas semangat, dukungan, dan kebersamaan yang indah. 3. Pak Soenar, Mba Nani, Mba Desi, Mba Nia, dan Mba Irin. Terima kasih telah membantu saya dalam mengajari tentang HPLC. 4. Para teknisi di Laboratorium ITP : Pak Sobirin, Pak Wahid, Pak Rojak, Mba Darsih, dan teknisi lainnya yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penelitian saya. 5. Para pekerja di Seafast Center : Pak Ijul, Ibu Tri Susilowati, Ibu Tri Haryati, Pak Karna, Pak Denny, Ibu Ani, Pak Taufik, Mba Ari, dan lainnya. Terima kasih telah membantu saya dalam menyelesaikan penelitian saya. 6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satupersatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap pembacanya. Penulis memohon maaf bila ada kata-kata dan hal-hal yang kurang berkenan. Bogor, Agustus 007 Penulis

8 iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... A. LATAR BELAKANG... B. TUJUAN... 3 C. MANFAAT... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. SAYURAN INDIGENOUS... 4 B. FLAVONOID... 6 C. IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan Alat B. METODE Persiapan Sampel Analisis Kadar Air Analisis Total Fenol Ekstraksi Senyawa Flavonoid dari Sayuran Indigenous Analisis Flavonoid dengan HPLC IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. STANDAR FLAVONOID DAN LIMIT DETEKSI Myricetin Luteolin Quercetin Apigenin Kaempferol... 50

9 iv 6. Standar Campuran Senyawa Flavonoid... 5 B. STANDAR ASAM GALAT C. SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS Kenikir Beluntas Mangkokan Kecombrang Kemangi Katuk Kedondong Cina Antanan Pohpohan Daun Ginseng Krokot D. SENYAWA YANG BELUM TERIDENTIFIKASI PADA SAYURAN INDIGENOUS... 9 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA... 98

10 v DAFTAR TABEL Tabel. Komposisi kimia daun kemangi per 00 gram bagian yang dapat dimakan... 5 Tabel. Komposisi kimia daun katuk per 00 gram bagian yang dapat dimakan... 8 Tabel 3. Spesifikasi HPLC Tabel 4. Limit deteksi myricetin Tabel 5. Limit deteksi luteolin Tabel 6. Limit deteksi quercetin Tabel 7. Limit deteksi apigenin Tabel 8. Limit deteksi kaempferol... 5 Tabel 9. Hasil perhitungan konsentrasi flavonoid pada sampel dengan menggunakan kurva standar Tabel 0.Hasil perhitungan konsentrasi flavonoid pada sampel dengan menggunakan eksternal standar Tabel.Rekapitulasi hasil kadar air, total flavonoid, dan total fenol pada sampel Tabel. Perbandingan hasil analisis flavonol dan flavone dengan perhitungan kurva standar campuran dan eksternal standar campuran... 6 Tabel 3. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak kenikir Tabel 4. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak beluntas Tabel 5. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak mangkokan Tabel 6. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak kecombrang Tabel 7. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak kemangi... 7 Tabel 8. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak katuk Tabel 9. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak kedondong cina Tabel 0. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak antanan... 8 Tabel. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak pohpohan Tabel. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak daun ginseng Tabel 3. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak krokot Tabel 4. Rekapitulasi komponen yang terdeteksi pada sampel dengan menggunakan HPLC Tabel 5. Kuantifikasi area komponen unknown pada waktu retensi tertentu... 96

11 vi DAFTAR GAMBAR Gambar. Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K)... 6 Gambar. Beluntas (Pluchea indica Less.)... 8 Gambar 3. Mangkokan (Notophanax scutellarium)... 0 Gambar 4. Tanaman kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)... 3 Gambar 5. Bunga kecombrang... 3 Gambar 6. Kemangi (Ocimum sanctum Linn.)... 6 Gambar 7. Katuk (Sauropus androgynus)... 8 Gambar 8. Kedondong Cina (Polyscias pinnata)... 9 Gambar 9. Antanan (Centella asiatica)... Gambar 0. Pohpohan (Pilea trinervia)... Gambar. Daun ginseng (Talinum paniculatum)... 4 Gambar. Krokot (Portulaca oleracea)... 6 Gambar 3. Struktur kimia flavonol dan flavone yang diidentifikasi... 7 Gambar 4. Persiapan sampel Gambar 5. Prosedur analisis total fenol... 4 Gambar 6. Proses pembuatan ekstrak flavonoid dari sayuran indigenous... 4 Gambar 7. Pembuatan larutan standar flavonoid Gambar 8. Kromatogram standar myricetin Gambar 9. Kurva standar myricetin Gambar 0. Kromatogram standar luteolin Gambar. Kurva standar luteolin Gambar. Kromatogram standar quercetin Gambar 3. Kurva standar quercetin Gambar 4. Kromatogram standar apigenin Gambar 5. Kurva standar apigenin Gambar 6. Kromatogram standar kaempferol... 5 Gambar 7. Kurva standar kaempferol... 5 Gambar 8. Kromatogram standar campuran Gambar 9. Kurva standar campuran myricetin Gambar 30. Kurva standar campuran luteolin... 54

12 vii Gambar 3. Kurva standar campuran quercetin Gambar 3. Kurva standar campuran apigenin Gambar 33. Kurva standar campuran kaempferol Gambar 34. Kurva standar asam galat (ulangan ) Gambar 35. Kurva standar asam galat (ulangan ) Gambar 36. Kurva standar asam galat (ulangan 3) Gambar 37. Kromatogram ekstrak kenikir Gambar 38. Ko-kromatogram ekstrak kenikir dengan standar campuran Gambar 39. Kromatogram ekstrak beluntas Gambar 40. Ko-kromatogram ekstrak beluntas dengan standar campuran Gambar 4. Kromatogram ekstrak mangkokan Gambar 4. Ko-kromatogram ekstrak mangkokan dengan standar campuran Gambar 43. Kromatogram ekstrak kecombrang Gambar 44. Ko-kromatogram ekstrak kecombrang dengan standar campuran Gambar 45. Kromatogram ekstrak kemangi Gambar 46. Ko-kromatogram ekstrak kemangi dengan standar campuran Gambar 47. Kromatogram ekstrak katuk Gambar 48. Ko-kromatogram ekstrak katuk dengan standar campuran Gambar 49. Kromatogram ekstrak kedondong cina... 8 Gambar 50. Ko-kromatogram ekstrak kedondong cina dengan standar campuran... 8 Gambar 5. Kromatogram ekstrak antanan Gambar 5. Ko-kromatogram ekstrak antanan dengan standar campuran Gambar 53. Kromatogram ekstrak pohpohan Gambar 54. Ko-kromatogram ekstrak pohpohan dengan standar campuran Gambar 55. Kromatogram ekstrak daun ginseng Gambar 56. Ko-kromatogram ekstrak daun ginseng dengan standar campuran Gambar 57. Kromatogram ekstrak krokot... 9 Gambar 58. Ko-kromatogram ekstrak krokot dengan standar campuran... 9

13 viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran. Total fenol sayuran indigenous Lampiran. Kadar air sayuran indigenous Lampiran 3. Hasil perhitungan jumlah flavonol dan flavone pada sayuran indigenous dengan menggunakan kurva standar campuran Lampiran 4. Hasil perhitungan jumlah flavonol dan flavone pada sayuran indigenous dengan menggunakan eksternal standar campuran... 07

14 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman-tanaman lokal yang memiliki potensi yang baik. Tanaman lokal di Indonesia banyak yang belum terjamah untuk dikonsumsi sebagai bahan pangan yang kaya akan zatzat yang bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan. Jenis sayuran lokal tersebut sering disebut dan dikenal dengan sayuran indigenous. Sayuran indigenous adalah sejenis sayuran, yang walaupun tanaman sayuran itu bukan berasal dari Indonesia, namun tanaman tersebut sudah beradaptasi dan sudah dikultivasi atau dimanfaatkan oleh penduduk setempat dari dahulu, sehingga sudah dianggap sebagai tanaman turun-temurun (Anonim, 006j). Sayuran sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa Barat. Oleh karena itulah, Jawa Barat menjadi salah satu daerah di Indonesia penghasil sayuran yang cukup berperan. Berbagai tanaman indigenous telah dikonsumsi dan secara tradisional ditanam oleh nenek moyang secara turun temurun, dengan khasiat yang baik bagi tubuh manusia (Anonim, 006j). Jenis sayuran yang digunakan pada penelitian ini adalah sayuran yang telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan yang banyak terdapat di daerah Jawa Barat yaitu kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.), beluntas (Pluchea indica Less.), mangkokan (Nothopanax scutellarium), kecombrang (Nicolaia speciosa Horan), kemangi (Ocimum sanctum Linn.), katuk (Sauropus androgynus), kedondong cina (Polyscias pinnata), antanan (Centella asiatica), pohpohan (Pilea trinervia), daun ginseng (Talinum paniculatum), dan krokot (Portulaca oleracea). Bagian yang dikonsumsi dari tanaman kenikir, beluntas, mangkokan, kemangi, katuk, kedondong cina, pohpohan, dan daun ginseng adalah bagian daunnya. Lain halnya dengan krokot, karena selain daunnya, batang tanamannya juga biasa dikonsumsi. Berbeda lagi dengan kecombrang, karena bagian yang dikonsumsi dari tanaman ini adalah bunganya. Seluruh bagian tanaman dari antanan merupakan bagian yang dikonsumsi dari tanaman ini.

15 Seperti telah diketahui, komponen fenolik dalam bahan pangan memiliki peran yang sangat baik, yang salah satunya adalah sebagai antioksidan. Menurut Markham (989) yang dikutip oleh Hertog et al. (a) (99), sayur-sayuran memiliki potensi yang baik dalam kontribusi terhadap kandungan flavonoidnya. Tumbuh-tumbuhan banyak mengandung senyawa fenolik yang berupa flavonoid, yang terdistribusi secara luas pada bagianbagiannya. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik (Hertog et al. (b), 99). Oleh karena itu, dengan diketahuinya kandungan flavonoid pada tanaman-tanaman indigenous tersebut, diharapkan dapat tercipta peluang untuk meningkatkan nilai tambah dalam pemanfaatannya. Flavonoid terutama terdiri atas antosianidin, flavonol, flavone, flavanol, flavanone, dan isoflavon (Spencer et al., 003). Komponen flavonoid yang dianalisis pada penelitian kali ini adalah golongan flavonol dan flavone. Senyawa yang dianalisis dari golongan flavonol terdiri atas quercetin, kaempferol, dan myricetin, sedangkan dari golongan flavone terdiri atas apigenin dan luteolin. Pengidentifikasian dibatasi hanya pada kedua golongan ini, dikarenakan kedua golongan senyawa ini merupakan komponen flavonoid yang mayoritas (secara kualitatif) terdapat dalam sayuran (Lee, 000). Selain itu, kedua golongan senyawa ini merupakan flavonoid yang paling banyak diteliti dalam studi antikarsinogenesis (Hertog et al. (b), 99). Analisis komponen fenolik pada bahan pangan dapat menggunakan berbagai macam cara, mulai dari cara yang sederhana; seperti uji kolorimetri, hingga penggunaan instrumen yang canggih dan mutakhir; untuk pemisahan, penghitungan kuantitas, dan pengkarakterisasian masing-masing komponen. Berbagai metode kromatografi cair (kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, dan High Performance Liquid Chromatography) dapat digunakan untuk menganalisis komponen fenolik (Lee, 000). Deteksi komponen-komponen flavonol dan flavone yang terdapat pada beberapa sayuran indigenous daerah Jawa Barat yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode High Performance Liquid

16 3 Chromatography (HPLC). Dibandingkan dengan metode kromatografi cair lainnya, HPLC merupakan metode yang paling mendekati untuk dapat menyediakan dan memberikan respon yang tepat, baik dalam hal sensitivitas yang tinggi maupun dalam hal efisiensi pemisahan karena menggunakan kolom berpartikel kecil yang terbungkus dengan ketat. Selain itu, deteksi komponen dengan penggunaan metode kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas, bila dibandingkan dengan menggunakan HPLC, membutuhkan konsentrasi yang lebih besar. Pada analisis dengan metode HPLC, tidak ada pembatasan dalam hal volatilitas sampel maupun derivatisasi, seperti yang diperlukan dalam kromatografi gas (Lee, 000). Komponen flavonoid bukan merupakan komponen volatil, oleh karena itu, analisis yang tepat adalah dengan menggunakan metode HPLC. B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan mendeteksi kandungan komponen-komponen flavonoid (flavonol dan flavone) pada beberapa sayuran indigenous daerah Jawa Barat. C. MANFAAT Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan data mengenai komposisi komponen flavonoid (flavonol dan flavone) pada beberapa sayuran indigenous daerah Jawa Barat sehingga tercipta peluang untuk pemanfaatan lebih lanjut.

17 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAYURAN INDIGENOUS Indonesia terkenal dengan keragaman hayatinya. Keragaman hayati yang dimiliki Indonesia, seperti banyaknya jenis sayuran-sayuran lokal yang memiliki khasiat tertentu, sangat potensial untuk pengembangan penganekaragaman pangan yang bernilai tinggi. Sayuran lokal di Indonesia ini memiliki potensi yang cukup baik dalam kontribusi terhadap kandungan flavonoidnya. Jenis sayuran lokal tersebut sering disebut dan dikenal dengan sayuran indigenous. Sayuran indigenous adalah sejenis sayuran, yang walaupun tanaman sayuran itu bukan berasal dari Indonesia, namun tanaman tersebut sudah beradaptasi dan sudah dikultivasi atau dimanfaatkan oleh penduduk setempat dari dahulu, sehingga sudah dianggap sebagai tanaman turun-temurun (Anonim, 006j). Bagian dari sayuran-sayuran indigenous yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian yang biasa dikonsumsi (dapat berupa batang, daun, bunga, atau seluruh bagian tanaman). Jenis-jenis sayuran indigenous yang digunakan dalam penelitian ini adalah sayur-sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat daerah dan banyak ditemukan tumbuh di daerah Jawa Barat. Sayuran tersebut diantaranya adalah kenikir, beluntas, mangkokan, kecombrang, kemangi, katuk, kedondong cina, antanan, pohpohan, daun ginseng, dan krokot.. Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K) Klasifikasi dari kenikir adalah : Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Sub Division : Angiospermae Class : Dicotyledone Order : Asterales Family : Asteraceae Genus : Cosmos Species : Cosmos caudatus H.B.K

18 5 Kenikir merupakan tumbuhan tropika asal Amerika Latin, namun telah tumbuh menyebar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat, Malaysia, serta negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Anonim, 007i). Kenikir merupakan tanaman perdu dengan tinggi sekitar cm. Tanaman kenikir dapat dilihat seperti pada Gambar. Ciri-ciri daunnya adalah majemuk, bersilang berhadapan, berbagi menyirip, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-5 cm, dan berwarna hijau. Bagian tanaman yang biasa dikonsumsi adalah daun mudanya. Daun sayuran kenikir memiliki kandungan saponin, flavonoid, dan polifenol. Khasiat daunnya adalah sebagai penambah nafsu makan, obat lemah lambung, dan untuk mengusir serangga (Anonim, 006b). Kenikir telah digunakan secara tradisional untuk meningkatkan sirkulasi darah (Shui et al., 005). Hasil penelitian Ragasa et al. (997), menunjukkan bahwa daun kenikir yang diekstrak dengan kloroform memiliki aktivitas antimikroba yang baik terhadap penghambatan Staphylococcus aureus, Saccharomyces cereviseae, dan Candida albicans. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shui et al. (005), dengan menggunakan uji free radical spiking (dengan menggunakan instrumen HPLC/MS), diketahui bahwa kenikir memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi, yaitu setara dengan sekitar 400 mg asam askorbat per 00 gram sampel segar. Komponen antioksidan utama yang diidentifikasikan merupakan senyawa polar, yaitu golongan dari proantosianidin yang berbentuk sebagai dimer hingga heksamer, quercetin glikosida, klorogenik, neo-klorogenik, dan asam kriptoklorogenik. Penelitian mengenai kandungan komponen-komponen quercetin dan quercetin glikosida pada ekstrak kenikir dengan metanol, juga dilakukan di Malaysia pada bulan Juli 000. Hasil uji komponenkomponen tersebut menunjukkan adanya aktivitas antioksidan setelah dilakukan pengujian dengan uji feri tiosianat, uji asam tiobarbiturat, dan uji DPPH (Israf et al., 003).

19 6 Gambar. Kenikir (Cosmos caudatus H.B.K.). Beluntas (Pluchea indica Less.) Klasifikasi dari beluntas adalah : Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Sub Division : Angiospermae Class : Dicotyledone Order : Asterales Family : Asteraceae Genus : Pluchea Species : Pluchea indica Less. Beluntas merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak, sering bercabang banyak, dan memiliki tinggi sekitar - meter. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah Jawa bagian pantai Utara. Hingga ketinggian kurang lebih 800 meter di atas permukaan laut, tumbuhan ini dapat digunakan sebagai pagar hidup (Heyne, 987). Ciri-ciri daunnya adalah berbentuk bulat telur, tepi runcing, pangkal tumpul, berbulu halus, panjang cm, lebar -4 cm, pertulangan menyirip, dan memiliki warna hijau muda atau hijau (Anonim, 006i). Tanaman beluntas dapat dilihat seperti pada Gambar.

20 7 Sayuran beluntas memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, tanin, asam klorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor (Anonim, 005a). Anonim (003b) menambahkan bahwa daun dan bunga beluntas mengandung alkali yang bertindak sebagai antiseptik. Asam amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), lemak, besi, vitamin A, dan vitamin C, juga terdapat dalam tanaman ini. Bagian tanaman beluntas yang biasa dikonsumsi adalah daun mudanya. Daun dari tanaman ini memiliki khasiat sebagai obat penurun panas, obat batuk, dan penghilang bau keringat (Anonim, 006 i). Daun beluntas juga berguna untuk menambah nafsu makan (stomakik) dan membantu pencernaan (Anonim, 005 b). Selain fungsi-fungsi yang telah disebutkan di atas, daun beluntas juga memiliki kemampuan menghilangkan bau mulut, sebagai obat radang (inflamasi), sebagai obat oles yang baik untuk mengobati rasa lemas akibat diare, dan sebagai bahan ramuan yang berbentuk oles dan bubur. Cairan dari daun yang ditumbuk dan dicampur dengan ramuan lain-lain (adaspulasari, bawang merah, kunyit, temulawak, dan kemenyan) merupakan obat yang baik untuk penderita diare berdarah (Heyne, 987). Khasiat daun beluntas sebagai obat radang (inflamasi) dan obat diare disebabkan karena kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Ardiansyah, 005). Ardiansyah (005), melakukan penelitian terhadap pengujian ekstrak etanol daun beluntas sebagai zat antibakteri dan antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa daun beluntas mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai ekstrak yang berfungsi sebagai pengawet makanan, karena kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab keracunan makanan dan bakteri penyebab kerusakan makanan. Disamping itu juga kemampuannya sebagai radical scavenging dapat digunakan sebagai senyawa antioksidan.

21 8 Beluntas memiliki kemampuan lain, yaitu termasuk dalam salah satu tanaman yang tergolong dalam kelompok obat kontrasepsi. Komponen flavonoid yang terdapat di dalamnya akan menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan hormon testosteron. Tingginya konsentrasi testosteron akan berefek umpan balik negatif ke hipofisis, yaitu tidak melepaskan hormon FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone), sehingga akan menghambat spermatogenesis. Selain itu, senyawa tanin yang terkandung di dalamnya akan bekerja dalam menggumpalkan sperma (Susetyarini dan Wahyuni, 003). Gambar. Beluntas (Pluchea indica Less.) 3. Mangkokan (Nothopanax scutellarium) Klasifikasi dari mangkokan adalah (Anonim, 007j) : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Apiales Family : Araliaceae Genus : Nothopanax Species : Nothopanax scutellarium

22 9 Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar, walaupun dapat ditemukan tumbuh liar di ladang dan tepi sungai. Mangkokan menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, dan dapat tumbuh pada ketinggian - 00 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini merupakan perdu tahunan yang tumbuh tegak dengan tinggi - 3 m. Batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan lurus. Bagian yang dikonsumsi dari tanaman ini adalah bagian daunnya, yang memiliki ciri-ciri yaitu berdaun tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat berlekuk seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung, tepi bergerigi, diameter 6- cm, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau tua (Anonim, 005d). Gambar 3 menunjukkan gambar daun mangkokan. Batang dan daun mangkokan mengandung kalsium-oksalat, peroksidase, amygdalin, fosfor, besi, lemak, protein, serta vitamin A, B, dan C (Anonim, 005d). Anonim (005e) menambahkan bahwa daun mangkokan mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol. Pada zaman dahulu, daun mangkokan digunakan sebagai tempat darurat pengganti mangkok atau piring untuk makan bubur sagu, sehingga dinamakan daun mangkok (Heyne, 987). Daun muda dari tanaman ini dapat dimakan sebagai lalap, urapan mentah, atau direbus dan dibuat sayur (Anonim, 005d). Di daerah Jawa, bubur daun mangkokan digunakan untuk melumas kulit kepala terhadap kerontokan rambut. Di daerah Ternate, daun mudanya dimakan dengan cara direbus. Sedangkan daun tuanya oleh para wanita Ternate digunakan untuk menyembuhkan payudara yang bernanah (daun diremas dengan minyak kelapa dan sedikit curcuma, dipanaskan diatas api, lalu dioleskan pada payudara yang bernanah untuk menyusutkan pembengkakan dan mengalirkan habis air susu yang membusuk) (Heyne, 987). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triguspita et al. (000), daun mangkokan mengandung tanin, polifenol, dan saponin. Penelitian ini juga menguji efek analgetika ekstrak metanol dari daun

23 0 mangkokan. Hasil analisis yang diperoleh yaitu pemberian ekstrak dengan dosis 400 dan 800 mg/kg BB mencit, menunjukkan efek yang bermakna terhadap kontrol. Diduga bahwa senyawa tanin, polifenol, dan flavonoid merupakan senyawa aktif analgetika. Gambar 3. Mangkokan (Nothopanax scutellarium) 4. Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Klasifikasi dari kecombrang adalah : Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Sub Division : Angiospermae Class : Monocotyledonae Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Nicolaia Species : Nicolaia speciosa Horan Kecombrang merupakan tanaman tahunan, berupa semak, dan tinggi -3 meter. Batangnya semu, tegak, berpelepah, membentuk rimpang, dan berwarna hijau. Daun tanaman ini merupakan daun tunggal, lanset, memiliki ujung dan pangkal runcing, bertepi rata, pertulangan

24 menyirip, panjang 0-30 cm, lebar 5-5 cm, dan berwarna hijau. Bunga kecombrang berbentuk bongkol, majemuk, mahkota bertaju, berbulu jarang, berwarna merah jambu, dan panjang tangkai bunganya 80-0 cm. Bunga ini sering dipakai sebagai penganti buah asam (tamarin) dan kadang-kadang dibuat sebagai manisan (Anonim, 006h). Gambar 4 menunjukkan tanaman kecombrang, sedangkan Gambar 5 adalah bunga kecombrang. Kecombrang dapat dimanfaatkan dengan memasak daun muda dan bunganya dimakan sebagai teman makan nasi. Di daerah tertentu, kecombrang biasa dimasak sebagai sayur lodeh (Anonim, 003b). Di Jawa, bunga kecombrang digunakan sebagai campuran untuk makan urap dan pecal. Bunga kecombrang juga sering dimanfaatkan sebagai lalapan dan teman sambal (Djuki, 005). Orang-orang Sunda di daerah Bogor, memanfaatkan rimpangnya untuk mendapatkan warna kuning (Heyne, 987). Bagian tanaman kecombrang yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian bunganya. Bunga kecombrang memiliki kadar air sebesar 90.3%, dan nilai ph bunga kecombrang adalah 3.89 (Anggraeni, 007). Khasiat dari bunga kecombrang adalah sebagai obat penghilang bau badan (sebanyak 00 gram bunga segar, dicuci dan dikukus sampai matang, lalu dimakan sebagai sayuran), untuk memperbanyak air susu ibu, dan sebagai pembersih darah (Anonim, 006h). Zat aktif yang terkandung di dalamnya yang dapat menghilangkan bau badan adalah saponin, flavonoid, dan polifenol (Anonim, 003b). Kecombrang juga kaya akan vitamin dan mineral (Djuki, 005). Kecombrang telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri dan antikapang. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Naufalin (005). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak bunga kecombrang dengan etil asetat dan etanol mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang pada makanan terutama bakteri patogen penyebab penyakit. Sedangkan ekstraksi bunga kecombang dari pelarut heksana tidak mampu menghambat mikroba

25 makanan. Antibakteri kedua ekstrak ini lebih kuat dibanding anti kapangnya. Bila dibandingkan, aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat lebih tinggi dari ektraksi etanol. Bunga kecombang hasil ektraksi etil asetat dan etanol mampu menekan pertumbuhan Stapyllococcus aures, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, Salmonella typhimurium, Escherichia coli, Aeromonas hydrophila, dan Pseudomonas aeruginosa. Diantara semua bakteri itu, yang paling sensitif terhadap ekstrak etil asetat dan etanol ialah Pseudomonas aeruginosa. Stapyllococcus aureus merupakan bakteri yang paling resisten terhadap kedua ekstrak tersebut. Aktivitas antibakteri ekstrak bunga kecombrang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ph, NaCl (garam), dan pemanasan. Pada ph asam aktivitas anti bakteri ekstrak etil asetat dan etanol bunga kecombrang lebih tinggi dibanding ph basa (8-9). Penambahan NaCl hingga 4% ekstrak etil asetat menyebabkan peningkatan aktivitas antibakteri. Namun pada konsentrasi NaCl 5% aktivitas antibakteri cenderung menurun. Aktivitas antibakteri ini pun masih bertahan pada pemanasan suhu 80 C dan 00 C selama 0, 0, 30 menit, serta C selama 0 menit (Naufalin, 005). Ekstrak etil asetat dan etanol bunga kecombrang dapat menghambat pertumbuhan miselia kapang Penicillium funiculosum, Aspergillus flavus, dan Rhizopus oligosporus. Kapang Aspergillus flavus dan Penicillium funiculosum lebih sensitif terhadap ekstrak etil asetat. Sedangkan kapang Rhizopus oligosporus lebih resisten terhadap ekstrak etil asetat (Naufalin, 005). Ekstrak bunga kecombrang dapat berpotensi sebagai pengawet pada mie basah. Penambahan ekstrak kecombrang rebus pada mie mentah mampu meningkatkan umur simpan secara nyata sampei 46 jam dan pada mie matang sampai 4 jam (lebih lama dari kontrol). Penambahan ekstrak kecombrang pada mie matang juga terbukti mampu mengurangi pertumbuhan mikroba. Mie matang kontrol dapat memenuhi SNI sampai jam ke-40, sedangkan mie matang ekstrak segar sampai jam ke-48, dan mie matang ekstrak rebus sampai jam ke-5 (Anggraeni, 007).

26 3 Gambar 4. Tanaman kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Gambar 5. Bunga kecombrang

27 4 5. Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) Klasifikasi dari kemangi adalah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Lamiales Family : Lamiaceae Genus : Ocimum Species : Ocimum sanctum Linn. Kemangi merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak dan memiliki tinggi meter. Tanaman kemangi adalah sejenis tumbuhan tropis yang terdapat di Malaysia dan Asia lainnya. Kemangi merupakan sejenis tanaman herba dan sering ditanam di kawasan sekitar rumah (Anonim, 007f). Tanaman ini tersebar di seluruh Jawa dari dataran rendah hingga kurang lebih 600 meter di atas permukaan laut, terutama di daerah-daerah dengan musim kemarau yang kuat (Heyne, 987). Bagian yang dikonsumsi dari tanaman ini adalah daunnya. Daun kemangi memiliki ciri-ciri yaitu merupakan daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, panjang 4-6 mm, lebar 3-6 mm, memiliki tangkai daun yang panjang (sekitar cm), dan berwarna hijau (Anonim, 005 f). Bentuk daun kemangi dapat dilihat seperti pada Gambar 6. Daun kemangi memiliki bau yang sangat khas. Menurut Novary (999) yang dikutip oleh Kharisma (00), daun kemangi banyak mengandung vitamin A dan C, serta mineral P, Ca, dan Fe. Komposisi kimia daun kemangi dapat dilihat pada Tabel. Biasanya tanaman ini digunakan untuk lalapan atau sayuran urap, dan merupakan salah satu bahan dan bumbu untuk membuat pepes (Anonim, 007e). Daun kemangi memiliki khasiat sebagai obat penurun panas dan memperbaiki pencernaan (Anonim, 005f). Selain itu, daunnya juga bermanfaat untuk melancarkan keluarnya air susu pada wanita

28 5 menyusui. Jika daun kemangi diremas dengan cuka dapat pula berkhasiat sebagai obat gosok untuk mengobati encok (Heyne, 987). Daun Ocimum sanctum mengandung saponin, flavonoid, dan tanin. Sedangkan bijinya mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Anonim, 005f). Zat aktif yang terkandung dalam daun kemangi juga berfungsi sebagai antiseptik. Selain itu, daun kemangi juga dapat berkhasiat untuk menghilangkan bau badan dan dapat meningkatkan selera makan (Anonim, 003b). Tabel. Komposisi kimia daun kemangi per 00 gram bagian yang dapat dimakan Nilai gizi Jumlah Kalori (kal) 43 Protein (g) 3.3 Lemak (g). Karbohidrat (g) 7.0 Kalsium (g) 30 Fosfor (g) 38 Besi (mg) 4.8 β-karoten (μg) 4500 Thiamin (mg) 0.08 Riboflavin (mg) 0.35 Niasin (mg) 0.08 Asam askorbat (mg) 7 Air (%) 86.5 Sumber : Leung et al. (97) yang dikutip oleh Kharisma (00)

29 6 Gambar 6. Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) 6. Katuk (Sauropus androgynus) Klasifikasi dari katuk adalah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Malpighiales Family : Phyllanthaceae Tribe : Phyllantheae Sub Tribe : Flueggeinae Genus : Sauropus Species : Sauropus androgynous Katuk merupakan sayuran berdaun yang paling populer di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara (Anonim, 007p). Penyebaran tanaman ini berasal dari pulau Jawa (Anonim, 005i). Tanaman katuk merupakan tanaman perdu yang tingginya dapat mencapai hingga 3.5 meter, dengan cabang-cabang yang agak lemah dan agak terbagi. Tanaman ini tumbuh liar di hutan-hutan dan ladang-ladang. Kondisi tumbuh terbaik untuk tanaman katuk adalah di daerah dengan ketinggian 300 di atas permukaan

30 7 laut (Anonim, 006f). Di daerah Jawa, tanaman katuk sering ditanam dan terdapat di sepanjang jalan pada pagar-pagar (Heyne, 987). Bagian tanaman yang biasa dikonsumsi adalah daunnya. Ciri-ciri dari daun katuk adalah daunnya majemuk, bulat telut, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata, panjang 5-6 cm, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau tua (Anonim, 007p). Gambar 7 menunjukkan tanaman katuk. Daun katuk memiliki kandungan kimia yaitu zat protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, serta vitamin A, B, dan C (Anonim, 006f). Selain itu, Soedibyo (998) menambahkan bahwa dalam daun katuk juga mengandung senyawa steroid dan polifenol. Komposisi kimia daun katuk dapat dilihat pada Tabel. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa khasiat dari daun katuk salah satunya adalah dapat meningkatkan produksi ASI (Soedibyo, 998). Peningkatan produksi ASI ini diduga karena adanya efek hormonal dari kandungan kimia sterol pada daun katuk yang bersifat estrogenik (Anonim, 004). Anonim (006 f) dan Soedibyo (998) menyebutkan bahwa khasiat daun katuk selain untuk meningkatkan produksi ASI adalah dapat berkhasiat juga sebagai antipiretik atau obat penurun demam. Fungsi lain dari daun katuk adalah sebagai pewarna. Bila daunnya diremas-remas dengan tangan dapat memberikan warna hijau pada beberapa makanan (Heyne, 987). Hasil analisis GC-MS pada ekstrak heksana daun katuk menunjukkan adanya beberapa senyawa alifatik. Pada ekstrak eter terdapat komponen utama yang meliputi : monometil suksinat, asam benzoat dan asam -fenilmalonat; serta komponen minor meliputi : terbutol, - propagiloksan, 4H-piran-4-on, -metoksi-6-metil, 3-peten--on, 3-(-furanil), dan asam palmitat. Pada ekstrak etil asetat terdapat komponen utama yang meliputi: sis--metil-siklopentanol asetat. Kandungan daun katuk meliputi protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C. Pirolidinon, dan metil piroglutamat serta

31 8 p-dodesilfenol sebagai komponen minor. Pada penelitian terdahulu telah disebutkan bahwa daun katuk juga mengandung efedrin (Anonim, 004). Tabel. Komposisi kimia daun katuk per 00 gram bagian yang dapat dimakan Nilai gizi Jumlah Kalori (kal) 59 Protein (g) 4.8 Lemak (g).0 Karbohidrat (g).0 Kalsium (g) 04 Fosfor (g) 83 Besi (mg).7 β-karoten (μg) 0370 Thiamin (mg) 0.0 Asam askorbat (mg) 39 Air (%) 8.0 Sumber : Departemen Kesehatan RI (98) yang dikutip oleh Muchtadi (000) Gambar 7. Katuk (Sauropus androgynus)

32 9 7. Kedondong Cina (Polyscias pinnata) Klasifikasi dari kedondong cina adalah (Anonim, 007l): Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Apiales Family : Araliaceae Sub Family : Aralioideae Genus : Polyscias Species : Polyscias pinnata Genus tanaman Polyscias merupakan tanaman semak dan pohon yang merupakan tanaman asli dari kawasan tropis Asia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik. Tumbuhan ini banyak digunakan sebagai tanaman hias di rumah pada daerah yang beriklim dingin, dan sebagai tanaman pagar di daerah yang beriklim tropis, seperti Indonesia (Anonim, 007m). Tanaman kedondong cina merupakan tanaman yang tumbuh secara berkelompok. Tinggi tanamannya sekitar 90 cm. Ciri-ciri daunnya (seperti dapat dilihat pada Gambar 8) antara lain, ujung runcing, pangkal tumpul, tepinya bergerigi, dan berwarna hijau muda. Penyebaran tanaman kedondong cina berasal dari pulau Jawa (Anonim, 005i). Gambar 8. Kedondong cina (Polyscias pinnata)

33 0 8. Antanan (Centella asiatica) Klasifikasi dari antanan adalah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Apiales Family : Apiaceae Genus : Centella Species : Centella asiatica Antanan adalah tanaman herba tahunan yang kecil dari famili Apiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman asli dari Australia, kepulauan Pasifik, New Guinea, Malanesia, Malesia, dan Asia. Jenis-jenis antanan yang terdapat di Malaysia adalah antanan Cina atau antanan nyonya yang berdaun kecil, antanan daun lebar, antanan kelantan, antanan renek, antanan salad, antanan gajah, dan antanan Brunei. Di Indonesia, jenis-jenis antanan yang ada adalah antanan, antanan daun kaki kuda, antanan tikusan, dan antanan pani gowang (Anonim, 007k). Antanan adalah tanaman kosmopolit di negara tropis. Di Jawa, terutama di bagian barat dari pulau ini, antanan dapat tumbuh dari dataran rendah hingga kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini seringkali tumbuh secara berkelompok dalam jumlah yang besar dan pada tempat-tempat yang agak rindang dan lembab (Heyne, 987). Tanaman antanan dapat dilihat seperti pada Gambar 9. Tanaman antanan kaya akan berbagai zat makanan, seperti protein, zat besi, vitanim A, dan vitamin C. Antanan digunakan sebagai tanaman obat-obatan dalam pengobatan tradisional Cina (Anonim, 007a). Bagian yang dikonsumsi dari tanaman antanan adalah seluruh bagiannya. Daun Centella asiatica mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan polifenol (Anonim, 005c). Antanan merupakan herba menjalar, dengan ciri-ciri daun tunggal, tersusun dalam roset akar, dua sampai sepuluh, berbentuk ginjal, tepi bergerigi, dan berwarna hijau. Batang antanan memiliki ciri-

34 ciri kecil, tipis, berupa stolon, berwarna hijau sampai hijau kemerahmerahan, dan saling terkait antar tanaman (Soedibyo, 998). Antanan jika dikonsumsi sebagai salad, dapat membantu menjaga supaya terlihat lebih awet muda. Jika antanan dibuat jus, dapat mengurangi tekanan darah tinggi dan dapat juga digunakan sebagai minuman tonikum untuk menjaga kesehatan agar tetap prima. Antanan juga memiliki khasiat untuk menyembuhkan luka yang terbuka (Anonim, 007a). Tanaman ini juga mengandung tanin yang kemungkinan dapat membantu mengatasi radang usus dan sakit perut. Selain itu antanan bersifat manis, mendinginkan, membersihkan darah, dan melancarkan peredaran darah (Anonim, 005g). Menurut Heyne (987), seduhan antanan memiliki khasiat sebagai obat pembersih darah, hermoroida, penyakit hati, batuk kering, radang cabang tenggorok, asma, radang usus, batu ginjal, dan sebagai obat kumur pada penyakit seperti sariawan. Antanan yang diremas-remas jika dioleskan pada radang kulit yang basah akan memberikan pengobatan yang cukup baik. Gambar 9. Antanan (Centella asiatica)

35 9. Pohpohan (Pilea trinervia) Klasifikasi dari pohpohan adalah (Anonim, 007h): Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Rosales Family : Urticaceae Genus : Pilea Species : Pilea trinervia Pohpohan merupakan salah satu tumbuhan yang penyebarannya berasal dari Jawa (Anonim, 005i). Tanaman ini tumbuh secara umum di pegunungan dengan tinggi pohonnya sekitar dua meter. Bagian yang dikonsumsi dari pohpohan adalah daunnya. Daun tanaman pohpohan memiliki tekstur yang sangat lunak, berbau harum, dan dimakan sebagai lalap (Heyne, 987). Gambar 0 menunjukkan tanaman pohpohan. Gambar 0. Pohpohan (Pilea trinervia)

36 3 0. Daun ginseng (Talinum paniculatum) Klasifikasi dari daun ginseng adalah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Caryophyllales Family : Portulacaceae Genus : Talinum Species : Talinum paniculatum Daun ginseng (Talinum paniculatum) dikenal juga dengan nama kolesom Jawa. Daun ginseng merupakan tanaman herba menahun yang tumbuhnya semi menjalar dengan tinggi sekitar cm, dengan batang bercabang di bagian bawah dan pangkalnya mengeras. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis. Di Jawa tumbuh pada ketinggian 5-50 meter di atas permukaan laut (Anonim, 003a). Di Jawa Barat, tanaman ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias (Heyne, 987). Tanaman ini sangat mudah dikembangbiakan, baik dengan biji maupun setek batang. Kolesom Jawa ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat, kadang ditemukan tumbuh liar. Akarnya berdaging tebal, biasa digunakan sebagai pengganti kolesom. Daun dari tanaman ini merupakan daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, berbentuk bulat telur sungsang, tepi rata, ujung dan pangkalnya runcing, panjang 3-0 cm, lebar,5-5 cm, dan berwarna hijau mengkilat. Bunganya majemuk dengan kelopak berwarna pink (Sutomo, 006 dan Anonim, 003a). Daun dan bunga kolesom jawa dapat dilihat seperti pada Gambar. Semua bagian tanaman ini bisa dimakan, mulai dari akar hingga daunnya. Biasanya akarnya yang menggembung menyerupai akar ginseng di keringkan sebagai ramuan obat. Daunnya biasa dijual sebagai sayuran. Daun kolesom/ginseng sangat cocok ditumis, dibuat cah (dimasak dengan sedikit air) atau sebagai campuran sayur bening atau sup. Rasanya lezat

37 4 dengan tekstur lembut dan sedikit berlendir. Mengolah sayuran ini harus menggunakan api besar dan cepat karena warnanya akan berubah menjadi kehitaman jika terlalu lama dimasak (Sutomo, 006). Belum ada penelitian tentang manfaat kolesom, namun secara turun temurun akar dan daunnya dipercaya dapat meningkatkan stamina tubuh. Sejauh ini baru diketahui bahwa di dalam akar kolesom mengandung zat aktif seperti saponin, flavonoid dan tanin. Bagian daunnya mengandung vitamin A yang cukup tinggi, serat dan beragam mineral penting lainnya (Sutomo, 006). Gambar. Daun ginseng (Talinum paniculatum)

38 5. Krokot (Portulaca oleracea) Klasifikasi dari krokot adalah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Caryophyllales Family : Portulacaceae Genus : Portulaca Species : Portulaca oleracea Krokot merupakan tanaman tahunan dari famili Portulacaceae yang tingginya antara 5-50 cm. Batangnya tumbuh tegak atau sebagian/seluruhnya terletak di atas tanah tanpa membentuk akar. Di Jawa, tanaman ini tumbuh mulai dari dataran rendah sampai 800 meter di atas permukaan laut. (Heyne, 987). Daun tanaman krokot memiliki rasa yang agak asam dan asin. Konsumsi daun krokot dapat sebagai salad atau dimasak seperti bayam. Selain itu, karena sifatnya yang seperti pengental, maka cocok pula untuk campuran dalam sup atau masakan rebusan (Anonim, 007n). Di daerah Jawa, krokot merupakan lalap yang sangat digemari (Heyne, 987). Bagian yang dikonsumsi dari tanaman ini adalah daun dan batangnya. Daun krokot memiliki ciri-ciri yaitu merupakan daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, berdaging, panjang -3 cm, lebar - cm, dan berwarna hijau. Sedangkan batangnya berbentuk bulat, beruas, dan berwarna merah kecoklatan. Herba Portulaca oleracea berkhasiat sebagai obat mencret, obat penurun panas, dan obat radang lambung (Anonim, 005h). Tanaman krokot dapat dilihat seperti pada Gambar. Tanaman krokot mengandung asam lemak omega-3 yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman berdaun lainnya. Hal ini merupakan salah satu kelebihan dari tanaman krokot, karena hanya sangat sedikit tanaman yang mengandung asam lemak omega-3. Krokot juga

39 6 mengandung vitamin (terutama vitamin C dan beberapa vitamin B, serta karotenoid) dan mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti magnesium, kalsium, kalium, dan besi. Selain itu, di dalam tanaman ini juga terdapat dua tipe pigmen betalain alkaloid, yaitu pigmen betasianin yang kemerahmerahan (dapat terlihat pada warna batangnya) dan pigmen kuning betasantin (terlihat jelas pada bunganya dan tersamar pada daunnya). Kedua pigmen ini memiliki potensi sebagai antioksidan dan antimutagenik (Anonim, 007n). Tanaman krokot juga mengandung saponin dan flavonoid (Anonim, 005h). Gambar. Krokot (Portulaca oleracea) B. FLAVONOID Flavonoid terdistribusi secara luas pada tanaman, yang memiliki berbagai fungsi, termasuk berperan dalam memproduksi pigmen berwarna kuning, merah, atau biru pada bunga, dan sebagai penangkal terhadap mikroba dan insekta (Anonim, 007b). Flavonoid memiliki kontribusi yang penting dalam kesehatan manusia. Menurut Markham (989) yang dikutip oleh Hertog et al. (a) (99), disarankan agar setiap harinya manusia mengkonsumsi beberapa gram flavonoid. Flavonoid memiliki ikatan difenilpropana (C6-C3-C6) yang diketahui sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik. Selain itu, senyawa ini juga memiliki sifat sebagai

40 7 antioksidan, anti-peradangan, anti-alergi, dan dapat menghambat oksidasi dari LDL (Low Density Lipoprotein) (Anonim, 006d). Berdasarkan tatanama menurut IUPAC, flavonoid dapat diklasifikasikan kedalam (Anonim, 007b):. Flavonoids, merupakan turunan dari struktur -phenylchromen-4-one (-phenyl-,4-benzopyrone);. Isoflavonoids, merupakan turunan dari struktur 3-phenylchromen-4-one (3-phenyl-,4-benzopyrone); 3. Neoflavonoids, merupakan turunan dari struktur 4-phenylcoumarine (4-phenyl-,-benzopyrone). Jenis utama flavonoid adalah antosianidin, flavonol, flavone, flavanol, flavonone, dan isoflavon (Spencer et al., 003). Flavonol dan flavone merupakan senyawa yang paling tersebar luas dari semua pigmen tumbuhan kuning (Robinson, 995). Flavonol dan flavone yang terdapat dalam tanaman, biasanya dalam bentuk O-glikosida. Perbedaan yang paling utama antara flavonol dan flavone yaitu pada flavonol terdapat gugus hidroksi pada C3. Kedua senyawa ini banyak terdapat pada bagian daun dan bagian luar dari tanaman, dan hanya sedikit sekali yang ditemukan pada bagian tanaman yang berada di bawah permukaan tanah (Hertog et al. (a), 99). Perbedaan antara kedua senyawa ini dapat dilihat secara lebih jelas pada Gambar 3. Senyawa R R R3 Flavonol yang diidentifikasi Myricetin OH OH OH Quercetin OH OH H Kaempferol OH H H Flavone yang diidentifikasi Luteolin H OH H Apigenin H H H Gambar 3. Struktur kimia flavonol dan flavone yang diidentifikasi

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh RATNA BATARI F24103120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA

Lebih terperinci

SKRIPSI. KARAKTERISASI DAN PURIFIKASI ANTOSIANIN PADA BUAH DUWET (Syzygium cumini) Oleh BEATRICE BENNITA LEIMENA F

SKRIPSI. KARAKTERISASI DAN PURIFIKASI ANTOSIANIN PADA BUAH DUWET (Syzygium cumini) Oleh BEATRICE BENNITA LEIMENA F SKRIPSI KARAKTERISASI DAN PURIFIKASI ANTOSIANIN PADA BUAH DUWET (Syzygium cumini) Oleh BEATRICE BENNITA LEIMENA F24103029 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KARAKTERISASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan organisme yang terkandung dalam alam Plantae. Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis diklasifikasikan sebagai tumbuhan. Tumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan salah satu minuman berbahan dasar tumbuhan alami yang berkhasiat bagi tubuh. Minuman herbal dibuat dengan dasar rempahrempah, akar, batang,

Lebih terperinci

Beluntas Ciri-Ciri Tanaman, Serta Khasiat dan Manfaatnya

Beluntas Ciri-Ciri Tanaman, Serta Khasiat dan Manfaatnya 1 dari 9 02/03/2016 19.19 tanobat.com Beluntas Ciri-Ciri Tanaman, Serta Khasiat dan Manfaatnya By Ahli Pengobatan A. CIRI-CIRI TANAMAN BELUNTAS Ciri-Ciri Daun beluntas Tanaman beluntas memiliki daun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu komoditas sumber daya laut yang memiliki nilai ekonomis. Kerang ini tergolong dalam filum Mollusca makanan laut yang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Kecicang PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN International Exhibition International Studio for Arts & Culture FSRD ALVA Indonesia of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, hal ini menandai kesadaran untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan obat-obat tradisional memiliki banyak keuntungan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daun pohpohan merupakan bagian tanaman yang digunakan sebagai lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki aktivitas antioksidan yang besar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati (2009),

I. PENDAHULUAN. sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati (2009), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga menghasilkan sayuran dengan jenis dan jumlah yang banyak. Menurut Ekawati

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat masih sedikit memanfaatkan labu kuning sebagai bahan pangan. Hal ini disebabkan masyarakat masih belum mengetahui kandungan gizi yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah biji buah pepaya (Carica papaya L.). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menyumbang devisa yang tinggi bagi suatu Negara. Sektor inipun dimanfaatkan dalam meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan diakrabi masyarakat luas. Tanaman Amaranthanceae atau bayam merupakan sayuran yang memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI AKTIVITAS ANTIMIKROBIA DAUN MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus. SKRIPSI Oleh : ANGELINA THIODORA MONE NPM : 0933010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak plasma nuftah tanaman berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat terdapat di negara ini. Menurut Taslim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

Oleh : Wardani,S.Sos Disampaikan dalam Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan bagi Pokja IIITim Penggerak PKK Kecamatan dan Pokja III TP.

Oleh : Wardani,S.Sos Disampaikan dalam Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan bagi Pokja IIITim Penggerak PKK Kecamatan dan Pokja III TP. Oleh : Wardani,S.Sos Disampaikan dalam Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan bagi Pokja IIITim Penggerak PKK Kecamatan dan Pokja III TP.PKK Desa / Kel Binaan di Aula PKK Kab. Karanganyar Kol banda/hali/buring/kendu/kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging juga dapat menimbulkan

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh masyarakat Indonesia karena obat tradisional tersebut mempunyai beberapa kelebihan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Lebih dari 2000 jenis tumbuhan obat tumbuh dan berkembang di Indonesia. Namun, 1000 jenis saja yang sudah didata dan sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkn untuk

Lebih terperinci

SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS

SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS TROPICAL PLANT CURRICULUM (TPC) PROJECT SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS DARI INDONESIA Nuri Andarwulan RH Fitri Faradilla Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) I ndonesia merupakan salah satu negara produsen pisang yang penting di dunia, dengan beberapa daerah sentra produksi terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan N TB. Daerah-daerah ini beriklim hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup baik, diantaranya adalah belimbing wuluh. Pemanfaatan belimbing wuluh dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional

Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional Pendahuluan Prof.DR.Ir. Nuri Andarwulan, MSi Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Muhammadiyah Semarang Jl. Wonodri Sendang Raya No. 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Muhammadiyah Semarang Jl. Wonodri Sendang Raya No. 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus)

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) Gambar 1. Bengkuang Sumber: http://www.google.com/search?gs_rn=21&gs_ri=tanaman+bengkuang A. Sekilas Tanaman Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) dikenal dari

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PEMANFAATAN JENIS POHON MANGROVE API-API (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN PANGAN DAN OBAT-OBATAN Ketua : Dr. Ir. Cahyo Wibowo, MScF. Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. 2. Dr. Ir. Ani Suryani,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dadih adalah produk olahan susu khas Minangkabau fermentasi anaerob terbuat dari susu kerbau pada bambu dengan daun pisang sebagai penutup. Dadih mimiliki cita rasa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari tumbuhan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui sebagai tanaman pekarangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlect.) DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU SIMPAN MI BASAH MATANG

SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlect.) DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU SIMPAN MI BASAH MATANG SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlect.) DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU SIMPAN MI BASAH MATANG Oleh : Arie Norman Riandi F24103091 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler merupakan bahan makanan bergizi tinggi, memiliki rasa dan aroma enak, tekstur lunak serta harga yang relatif murah dibandingkan dengan daging dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai banyak keanekaragaman hayati, terutama tumbuh-tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai bahan makanan dan obat-obatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan akan komoditas pangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral, karbohidrat, serta kadar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki. diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011).

I. PENDAHULUAN. kondisi alam Indonesia yang kaya akan sumberdaya hayati yaitu memiliki. diketahui sebagai tanaman berkhasiat obat (Bintang, 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup di beberapa negara termasuk Indonesia berpotensi menimbulkan sejumlah masalah kesehatan karena pada usia senja organ-organ tubuh mengalami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan

I. PENDAHULUAN. alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang subur dan kaya akan sumberdaya alam. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah pantai terpanjang dan terluas di dunia, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaannya termasuk kekayaan tentang makanan tradisional, banyak makanan tradisional yang tidak dijumpai di negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak kekayaan alamnya terutama laut. Berbagai macam spesies sudah teridentifikasi dan bahkan terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh langsung terhadap kekayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies tumbuh-tumbuhan. Kekayaan hayati ini merupakan sumber yang potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) tumbuh baik di daerah tropis. Belimbing wuluh sering ditanam di pekarangan rumah dan biasanya dibiarkan tumbuh liar di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terkenal akan kekayaan alamnya dengan berbagai macam flora yang dapat ditemui dan tentunya memiliki beberapa manfaat, salah

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dan tidak dapat dipungkiri bahwa banyak masalah kesehatan yang sering terjadi salah satunya adalah diare. Angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tape merupakan makanan selingan yang cukup populer di Indonesia dan Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tape, yaitu tape ketan dan tape singkong. Tape memiliki rasa

Lebih terperinci

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik MANFAAT KULIT MANGGIS OKTOBER 2013 Abdul Malik - 649226 Manggis (Garcinia mangostana) adalah tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara. Buah manggis adalah buah musiman dengan kulitnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda : Tips Alami Turunkan Kolestrol Dengan Cepat Sahabat, tips kesehatan. Dalam keadaan normal atau stabil, kolesterol memang memiliki beberapa fungsi penting dalam tubuh manusia. Beberapa fungsi kolesterol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai salah satu sumber kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh subur dan penuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan Indonesia sebagai Mega Biodiversity terbesar kedua di dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat beragam. Di wilayah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Makanan tersebut dikenal baik di segala usia maupun tingkat sosial masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kadar zat gizi yang baik seperti vitamin C, kalsium dan zat besi. Jambu

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UMBI GADUNG

PENGOLAHAN UMBI GADUNG PENGOLAHAN UMBI GADUNG Ir. Sutrisno Koswara, MSi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center LPPM IPB 2013 DISCLAIMER This presentation is made possible by the generous support of the American

Lebih terperinci

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan

Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Ampuh Yang Berasal Dari Daun-Daunan Obat Diabetes Herbal Dari Daun- Daunan Saat ini telah banyak beredar obat diabetes baik dalam bentuk bahan kimia atau berupa obat herbal tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman umbi-umbian dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau uwi-uwian. Genus Dioscorea

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok dari Familia Palmae dan disebut juga Cocos nucifera L dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kelompok dari Familia Palmae dan disebut juga Cocos nucifera L dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanaman yang dapat hidup di beberapa ketinggian adalah tanaman kelapa. Selain mudah tumbuh, tanaman kelapa juga memiliki banyak manfaat. Tanaman kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan nila banyak digemari oleh masyarakat karena dagingnya

Lebih terperinci

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman akan alamnya. Keanekaragaman alam tersebut meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Negara berkembang termasuk indonesia banyak

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

tumbuhan, hewan dan mineral. Floranya dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, untuk rumah tangga, industri bahkan sebagai tanaman obat.

tumbuhan, hewan dan mineral. Floranya dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, untuk rumah tangga, industri bahkan sebagai tanaman obat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan kaya akan tumbuhan, hewan dan mineral. Floranya dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, untuk keperluan rumah tangga, industri

Lebih terperinci