PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE SITUATION BACKGROUND

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE SITUATION BACKGROUND"

Transkripsi

1 PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMENDATION (SBAR) TERHADAP INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDIKAL BEDAH RS. PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh: Farida Marjani NIM. ST PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

2

3 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Farida Marjani NIM : ST Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik ( Sarjana ), baik di STIKES Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang dberlaku di perguruan tinggi ini. Surakarta. 5 Januari 2015 Yang membuat pernyataan, Farida Marjani NIM ST 13034

4 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah, karena berkat KasihNya, saya dapat menyelesaikan tugas penelitian. Penulisan tugas penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Stikes Kusuma Husada Surakarta. Saya menyadari, bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan materi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Allah, yang telah memberi kekuatan dan memelihara dalam kehidupan saya. 2. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 4. Happy Indri Hapsari, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing I yang di tengah tengah kesibukannya selalu siap membantu tenaga, waktu dan pikiran dalam proses penyusunan tugas penelitian ini, saya percaya Tuhan akan semakin tambahkan berkat dalam segala hal pada ibu dan keluarga. 5. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing II yang juga membantu dalam proses penyusunan dan mengarahkan saya sampai saya dapat menyelesaikan tugas penelitian ini, kiranya Tuhan selalu memberkati ibu dalam segala hal. 6. S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen Penguji.

5 7. Bambang Kamiwarno, S.Kep, selaku Kepala Bidang Keperawatan RS. Panti Waluyo yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan selama proses pendidikan. 8. Pimpinan RS dan staff yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi saya untuk melakukan penelitian ini. 9. Rekan rekan perawat di ruang Medikal Bedah yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian saya. 10. Untuk keluarga, suami dan 3 anak saya yang selalu mensuport setiap waktu selama dalam proses pendidikan. Tentunya penelitian ini tidak lepas dari kesalahan atau kekurangan, baik secara konteks maupun konten, sehingga peneliti memohon maaf sebesar-besarnya dan membuka diri untuk saran dan kritik untuk penelitian ini. Peneliti juga berharap akan ada penelitian sejenis dan lebih baik dari penelitian ini untuk mengembangkan keilmuwan mengenai keselamatan pasien di Indonesia. Akhir kata, saya berharap Allah berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu, khususnya di bidang Keperawatan. Surakarta, 10 Januari 2015 Penulis

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii iv vi viii ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Definisi Metode SBAR Timbang terima pasien Keselamatan Pasien Rumah Sakit Insiden Keselamatan Pasien Keaslian Penelitian Kerangka Teori... 30

7 2.4 Kerangka Konsep Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Populasi dan Sampel Tempat dan Waktu Penelitian Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data Tehnik Pengolahan dan Analisa Data Etika Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Univariat Analisa Bivariat BAB V PEMBAHASAN 5.1 Insiden Keselamatan Pasien sebelum pemakaian Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode SBAR Insiden Keselamatan Pasien setelah pemakaian Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode SBAR Beda IKP sebelum dan sesudah pemakaian Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode SBAR BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 49

8 DAFTAR TABEL Daftar Tabel Halaman Tabel 2.1 Tabel Hasil Keaslian Penelitian Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 4.1 Tabel Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum pemakaian Dokumentasi Timbang terima secara SBAR Tabel 4.2 Tabel Gambaran Insiden Keselamatan Pasien Sesudah PemakaianDokumentasi Timbang Terima Pasien Secara SBAR Tabel 4.3 Tabel beda Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum dan sesudah dilakukan Intervensi... 41

9 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Skema Timbang Terima Pasien Gambar 2.2 Kerangka Teori Gambar 2.3 Kerangka Konsep Gambar 3.1 Rancangan Penelitian... 32

10 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran Keterangan 1. Surat Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian. 2. Surat balasan Studi Pendahuluan 3. Permohonan Ijin Penelitian 4. Surat balasan Ijin Penelitian 5. Surat Permohonan Menjadi Responden 6. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden 7. Checklist Dokumentasi Timbang Terima Pasien secara SBAR 8. Checklist Monitor Pelaksanaan Dokumentasi Timbang Terima Pasien sebelum memakai Dokumentasi SBAR. 9. Checklist Monitor Pelaksanaan Dokumentasi Timbang Terima Pasien sesudah intervensi, memakai Dokumentasi SBAR. 10. Lembar Konsultasi. 11. Jadwal Penelitian 12. Hasil Uji

11 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Farida Marjani PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMENDATION (SBAR) TERHADAP INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDIKAL BEDAH RS. PANTI WALUYO SURAKARTA Abstrak Timbang terima pasien dengan metode SBAR adalah cara yang efektif dalam sasaran keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh timbang terima pasien dengan metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta. Desain penelitian ini menggunakan quasy exsperimental dengan Pre dan Post without control. Tehnik sampling menggunakan Total Sampling dengan jumlah responden sebanyak 60 orang. Hasil analisa menggunakan Mc Nemar p = 0,016 (p value <0,05 ), menunjukkan adanya pengaruh antara pemakaian dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak positif terhadap penggunaan Dokumentasi SBAR dalam timbang terima pasien, dan ini membuktikan bahwa Dokumentasi SBAR dalam timbang terima pasien adalah metode yang efektif untuk menurunkan Insiden Keselamatan Pasien. Penulis berharap Metode Dokumentasi SBAR ini dapat menjadi prosedur tetap dalam proses timbang terima pasien selanjutnya, sehingga dapat mencegah terjadinya IKP dan secara langsung meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. Kata Kunci : Timbang Terima, Dokumentasi, SBAR, Insiden Keselamatan Pasien Daftar Pustaka : 22 ( )

12 BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Farida Marjani EFFECT OF PATIENT OVERHAND DOCUMENTATION WITH SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMENDATION (SBAR) METHOD ON PATIENT SAFETY INCINDENCE AT MEDICAL SURGICAL ROOM OF PANTI WALUYO HOSPITAL OF SURAKARTA ABSTRACT Patient overhand with the SBAR method is an effective way for patient safety. The objective of this research is to investigate the effect of the patient overhand with the SBAR method on the patient safety incidence at Medical Surgical Room Panti Waluyo hospital of Surakarta. This research used the quasi experimental method with the pre- and post- without control design. The samples of research were 60 persons and were taken by using the total sampling technique. The result of Mc Nemar analysis shows that the p- value was which was less than 0.05 meaning that there was an effect of the patient overhand documentation application with the SBAR method on patient safety incidence at Medical Surgery Room of Panti Waluyo Hospital of Surakarta. Thus, there was a positive effect of the patient overhand with the SBAR method on the patient safety incidence. The SBAR documentation is an effective method to decrease the patient safety incidence. Therefore, the SBAR method is expected to be a fixed procedure for the further patient overhand so that the patient safety incidence can be prevented, and it directly improves a hospital s service quality. Keywords: Overhand, Documentation, SBAR, Patient Safety Incidence References: 22 ( )

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes, 2011). Di dalam keselamatan pasien terdapat istilah insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden yaitu setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Menurut laporan dari IOM (Institute of Medicine) di Amerika tahun 1999 secara terbuka menyatakan bahwa paling sedikit bahkan pasien meninggal di rumah sakit dalam satu tahun akibat dari kesalahan medis

14 (medical errors) yang sebetulnya bisa dicegah keadaan ini menyebabkan tuntutan hukum yang dialami rumah sakit semakin meningkat. Kuantitas ini melebihi kematian akibat kecelakaan lalu lintas, kanker payudara dan AIDS. Penelitian Bates (JAMA, 1995) menunjukkan bahwa peringkat paling tinggi kesalahan pengobatan (medication error) pada tahap ordering (49%), diikuti tahap administration management (26%), pharmacy management (14%), transcribing (11%). Kemudian pada tahun 2000, IOM menerbitkan laporan : "To Err is Human", Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian di beberapa rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York tentang Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Di Utah dan Colorado ditemukan KTD sebanyak 2,9%, 6,6% diantaranya menyebabkan kematian, sementara di New York angka KTD sebedar 3,7% dengan angka kematian mencapai 13,6%. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar per tahun. Dari publikasi WHO pada tahun 2004 yang mengumpulkan angka - angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6%. Tahun 2001 dalam laporan FDA Safety, Thomas Maria R, et al menemukan bahwa yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan obat adalah : komunikasi (19%), pemberian label (20%), nama pasien yang membingungkan (13%), faktor manusia (42%), dan disain kemasan (20,6%). Adapun kesalahan yang berhubungan dengan faktor manusia antara lain berhubungan dengan : kurangnya pengetahuan (12,3%), kurangnya kinerja (13,2%), kelelahan (0,3%),

15 kesalahan kecepatan infuse (7%), dan kesalahan dalam menyiapkan obat (7%). Sedangkan menurut penelitian tersebut menurut jenis kesalahan yang paling banyak adalah salah obat (22%), over dosis (17%), salah rate obat (8%), salah tehnik (7%), dan kesalahan dalam monitoring (7%). Ballard (2003) melaporkan bahwa bentuk KTD meliputi: 28% merupakan reaksi dari pengobatan atau obat - obat yang diberikan, 42% adalah kejadian yang mengancam kehidupan tetapi dapat dicegah, 20% pelayanan di poliklinik, 10-30% kesalahan di laboratorium. Sementara itu bentuk KTD lain yang dilaporkan oleh Mengis & Nicholini (2010) adalah berupa kesalahan dalam pemberian obat dan terkait intervensi pembedahan. Laporan di atas telah menggerakkan sistem kesehatan dunia untuk merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien (patient safety). Gerakan ini berdampak juga terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pembentukan KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun Pada tahun 2007 KKP-RS melaporankan insiden keselamatan pasien sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD 46%, KNC 48% dan lainlain 6%, dan lokasi kejadian tersebut berdasarkan provinsi ditemukan DKI Jakarta menempati urutan tertinggi yaitu 37,9% diikuti Jawa Tengah 15,9%, DI Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%,, Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh 0,68%. Berdasarkan Laporan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI Sep 2007), kesalahan dalam pemberian obat menduduki peringkat pertama (24.8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan.

16 Perawat merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses pengobatan pasien. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pelayanan selama menjalani perawatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan yang sedang dijalaninya, memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya setiap pelayanan yang diberikan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan yang diberikan bersama dengan tenaga kesehatan lain, rumah sakit perlu meningkatkan mutu pelayanan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat diantaranya melahii Program Keselamatan Pasien dimana World Health Organization (WHO) telah memulainya pada tahun Di Indonesia Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (GKPRS) dicanangkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada 21 Agustus Setiap rumah sakit membentuk tim keselamatan pasien rumah sakit. Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem yang mencegah terjadinya cidera yang disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).( Kemenkes, 2011 ) Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Riesenberg,2010). Alvarado, et al. (2006) mengungkapkan bahwa ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan

17 dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius di rumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi. Pernyataan peneliti di atas sejalan dengan pernyataan Angood (2007) yang mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil kajian data terhadap adanya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC), dan Kejadian Sentinel di rumah sakit, masalah yang menjadi penyebab utama adalah komunikasi. Timbang terima pasien adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan (Rushton, 2010). Alvarado, et al (2006) menginformasikan bahwa komunikasi berbagai informasi yang diberikan oleh perawat dalam pertukaran shift, atau proses menyerahkan pasien dari rawat jalan ke rawat inap yang lebih dikenal dengan timbang terima (handover) sangat membantu dalam perawatan pasien. Timbang terima yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien. Smith, et al. (2008) mengungkapkan bahwa rumah sakit merupakan organisasi padat profesi dengan berbagai karakteristik, komunikasi pada

18 timbang terima (hand/ over) memiliki hubungan yang sangat penting dalam menjamin kesinambungan, kualitas dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan pada pasien. Pada saat komunikasi dalam timbang terima pasien tidak dilakukan dengan benar maka, dapat menimbulkan beberapa masalah, diantaranya keterlambatan dalam diagnosis medis dan peningkatan kemungkinan efek samping, juga konsekuensi lain termasuk biaya yang lebih tinggi perawatan kesehatan, penyedia yang lebih besar dan ketidak puasan pasien. (Kemenkes, 2011) Sekitar pasien rawat inap meninggal akibat kesalahan medis di AS setiap tahun kegagalan komunikasi telah ditemukan menjadi penyebab akar di hampir 70% dari peristiwa ini, karena itu salah satu dari Joint Komisi 2008 Tujuan Keselamatan Pasien Nasional adalah untuk: meningkatkan efektivitas komunikasi antar perawat. Salah satu metode komunikasi yang saat ini dipakai adalah komonikasi dengan metode SBAR (Situation, Bayground, Assessmen, Recommendation), dimana didalam metode SBAR tersebut menyediakan cara yang efektif, efisien dan sederhana untuk menyampaikan komunikasi. Beberapa penelitian terkait dokumentasi timbang terima dengan metode Situation, Background, Assessmen dan Recomendation (SBAR) telah banyak dilakukan oleh Karima Velji, (2010). Karima melakukan penelitian mengenai efektifitas dokumentasi SBAR dalam pengaturan rehabilitasi yang hasilnya didapat adalah penggunaan dokumentasi SBAR memiliki potensi

19 untuk meningkatkan komunikasi tim interproffesional dalam konteks rehabilitasi dan merupakan kontribusi berharga dalam praktek keselamatan. Di RS. Panti Waluyo didapatkan beberapa temuan angka insiden keselamatan pasien dalam bulan Juli s/d Desember 2014, yang disebabkan oleh karena proses timbang terima pasien yang tidak sesuai prosedur, diantaranya jadwal operasi yang mundur (KTD) 5 kejadian, pemberian obat yang tidak sesuai intruksi dokter (KNC) 2 kejadian, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi yang tertunda (KPC) 1 kejadian. Meskipun angka kejadian Insiden keselamatan Pasien kecil, namun dampak yang diakibatkan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta oleh sangat besar, misalkan jadwal operasi yang mundur bisa mengakibatkan kematian apabila pasien dengan apendik perforasi, atau misal pasien dengan salah minum obat yang kontra indikasi dengan penyakitnya Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada Pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Situation, Background, Assessmen, Recomendation (SBAR) terhadap Insiden Keselamatan Pasien di ruang Medikal Bedah RS Panti Waluyo Surakarta? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum

20 Untuk mengetahui pengaruh Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Situasion, Bayground, Assessmen, Rekomendation (SBAR) terhadap Insiden Keselamatan Pasien di ruang Medikal Bedah RS Panti Waluyo Surakarta Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui gambaran insiden keselamatan pasien sebelum diterapkan dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR. 2. Untuk mengetahui gambaran insiden keselamatan pasien sesudah diterapkan dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR. 3. Untuk menganalisis beda insiden keselamatan pasien sebelum dan sesudah diterapkan dokumentasi timbang terima pasien di ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Panti Waluyo. 1.4 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Keselamatan pasien merupakan bidang baru di dalam pelayanan rumah sakit, sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam bidang pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit Bagi institusi rumah sakit dan unit rawat inap

21 Insiden keselamatan pasien merupakan salah indikator mutu layanan di rumah sakit. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen di Rumah Sakit dalam rangka memberikan pelayanan yang aman, nyaman, dan bermutu tinggi. Dengan meningkatnya keselamatan pasien diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit akan meningkat pula. Disamping itu hasil penelitian ini dapat juga menjadi masukan untuk Bagian Keperawatan dalam mengelola perawat di lapangan sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien lebih aman dan tidak terjadi insiden keselamatan pasien, dan keselamatan pasien menjadi lebih terjamin Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan masukan dalam rangka pengembangan pendidikan dan pengajaran tentang Keselamatan Pasien terutama dalam hal aplikasinya dilapangan. Mengingat keselamatan pasien merupakan issue penting didalam perumahsakitan, diharapkan dalam pemberian materi kuliah tentang keselamatan pasien dapat lebih mendalam dan aplikatif.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori Dokumentasi Metode SBAR (Situasion, Bayground, Assessmen, Rekomendation) Definisi Menurut Rofii, (2013) SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. S (Situation) : Situasi Apa keluhan pasien saat ini? B (Background) : Latar Belakang Bagaimana riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan sekarang? A (Assessment) : Penilaian Bagaimana kondisi pasien saat ini, apa yang didapatkan dalam pemeriksaan fisik, pola fungsional? R (Recomendation) : Rekomendasi Tindakan/intervensi apa yang sudah dan belum dilakukan untuk mengatasi masalah pasien? Kelebihan Dokumentasi SBAR, ( Rodgers, 2007)

23 a. Menyediakan cara yang efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi dalam timbang terima pasien. b. Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan menggunakan Elemen Komunikasi SBAR. c. Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien. d. Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima pasien Manfaat Dokumentasi SBAR, (Rotgers, 2007) a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat. b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien. c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan B, 2009) Timbang Terima Pasien Pengertian Menurut Eaton, (2010) timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari timbang terima pasien adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan

24 yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Timbang terima juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan. Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima pasien adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari timbang terima pasien adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya Tujuan Timbang Terima (Eaton, 2010) a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus). b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien. c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya Timbang terima memiliki 2 fungsi utama yaitu: 1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan perawat. 2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan keperawatan.

25 Langkah-langkah dalam Timbang Terima, (Eaton, 2010) 1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap. 2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan. 3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya meliputi: (kondisi atau keadaan pasien secara umum, tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan, rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan). 4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buri. 5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002) Prosedur dalam Timbang Terima Menurut Chaboyer et all, (2008), prosedur timbang terima meliputi : 1. Persiapan a. Kedua kelompok dalam keadaan siap. b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan. 2. Pelaksanaan a. Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masingmasing penanggung jawab: b. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan. c. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang

26 terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan. d. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya. e. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah : f. Identitas klien dan diagnosa medis. g. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul. h. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan. i. Intervensi kolaborasi dan dependen. j. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin. k. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas l. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci. m. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat (Nursalam, 2002

27 Skema Timbang Terima Pasien Gambar 2.1 : Skema timbang terima (Nursalam, 2008)

28 2.1.3 Keselamatan Pasien Rumah Sakit Sejak awal tahun 1990, institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3 (tiga) elemen yaitu struktur, proses dan hasil dengan bermacammacam konsep dasar. Program regulasi yang diterapkan terutama pada rumah sakit pemerintah seperti Penerapan Standar Peiayanan Rumah Sakit, Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi Rumah Sakit, Crendentialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, dan ISO. Meskipun program-program tersebut telah dapat meningkatkan mutu peiayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun outcome, namun masih saja terjadi adverse event yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu, perlu penerapan program lain yang lebih mengena langsung pada hubungan dokter-pasien untuk lebih memperbaiki proses pelayanan (Kertadikara, 2008). Dari berbagai cara meningkatkan mutu peiayanan di rumah sakit, mulai dari Quality Assurance, Total Quality Control sampai yang terbaru Continuing Total Quality Improvement (CTQI), sebenarnya berbasis yang relatif sama yaitu "upaya", jadi yang terpenting tidak hanya dibicarakan kebaikan dan keunggulan, tetapi paling penting adakh dapat dikerjakaa Ada 3 aspek mutu yaitu aspek klinis, aspek efiseinsi, dan aspek Patient Safety (Sabarguna, 2009), Aspek Patient Safety merupakan upaya menjaga mutu dengan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

29 suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Yahya, 2006). Keberhasilan patient safety juga sangat tergantung pada individu staf medis yang terkait dengan peiayanan pasien. Akibatnya banyak muncul hambatan internal dalam pelaksanaannya. Ada lima karakteristik hambatan personal yang sering muncul dalam penerapan patient safety ini, yaitu (1) visi institusi mengenai keselamatan pasien tidak jelas, (2) takut dihukum, (3) sistem untuk menganalisis kesalahan tidak memadai, (4) tugas masingmasing staf yang terlalu kompleks, dan (5) teamwork yang tidak adekuat (Kalisch BJ., Aebersold M dalam Lestari, 2006) Definisi Keselamatan Pasien Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. (Depkes, 2008). Sistem tersebut meliputi: assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit).

30 Menurut IOM, keselamatan pasien (Patient Safety) didefinisikan sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuaa Accidental injury juga akibat dari melaksanakan tindakan yang salah (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Accidental injury dalam prakteknya akan berupa kejadian tidak diinginkan (near miss). Menurut Sir Liam Donaldson (Ketua WHO World Alliance For Patient Safety, Forward Programme, ) mengungkapkan bahwa "Safe care is not an option. It is the right of every patient who entrusts their care to our health care system " yaitu pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien bukan sebuah pilihan akan tetapi merupakan hak pasien untuk percaya pada pelayanan yang diberikan oleh suatu sistem pelayanan kesehatan. Dalam PERMENKES RI Nomor 1691/Menkes/PER/VIII/2011) disebutkan bahwa keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut selanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

31 Tujuan Program Keselamatan Pasien (Depkes, 2008). Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS), tujuan program keselamatan pasien di rumah sakit antara lain: a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit b. Meningkatnya aku ntabil it as rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat c. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit. d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien (Depkes, 2008) Komite Keselamatan Pasien yang dibentuk Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) yang juga disupervisi oleh Departemen Kesehatan tahun 2008 mencanangkan tujuh langkah keselamatan pasien yang harus dijalankan di tiap rumah sakit, antara lain adalah : a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. b. Pimpin dan dukung staf. Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasajah d. Kembangkan sistem pelaporan. Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan

32 kepada KKP-RS. e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Dorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Gunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan Rekomendasi Kebijakan terkait Keselamatan Pasien Rekomendasi Kebijakan Tingkat Nasional terkait Keselamatan Pasien. Untuk kebijakan tingkat nasional, IOM merekomendasikan beberapa hal yang terkait keselamatan pasien antara lain adalah (Kohn, 2000) : a. Pembuatan standar untuk organisasi kesehatan dimana organisasi kesehatan harus memberikan perhatian yang besar untuk program keselamatan pasien. Regulator dan badan akreditasi mengharuskan organisasi kesehatan untuk mengimplementasikan program keselamatan pasien. b. Pembuatan standar untuk profesi kesehatan yakni dengan test periodik bagi dokter, perawat dan tenaga lain, sertifikasi, pembuatan kurikulum keselamatan pasien, pelatihan, konferensi, jurnal dan publikasi lain.

33 Lima Prinsip Keselamatan Pasien Selain program, Kohn (2000) menyusun pula lima prinsip untuk merancang safety system di organisasi kesehatan yakni : 1. Prinsip 1 : Tugas Kepemimpinan meliputi: a. Menjadikan keselamatan pasien sebagai tujuan utama/prioritas b. Menjadikan keselamatan pasien sebagai tanggung jawab bersama c. Menunjuk/menugaskan seseorang yang bertanggung jawab untuk program keselamatan d. Menyediakan sumber daya manusia dan dana untuk analisis error dan redesign sistem e. Mengembangkan mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi "unsafe" dokter 2. Prinsip 2: Memperhatikan keterbatasan manusia dalam perancangan proses yakni: a. Tehnik Keamanan bagi pasien b. Menyederhanakan proses c. Membuat standar proses 3. Prinsip 3 : Mengembangkan tim yang efektif 4. Prinsip 4: Antisipasi untuk kejadian tak terduga: Pendekatan proaktif, menyediakan antidotum dan training simulasi. 5. Prinsip 5 : Menciptakan atmosfer "Learning"

34 Enam Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (Depkes, 2008) : 1 Sasaran I: Ketepatan Identifikasi Pasien Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu : pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan / atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir gelang identitas pasien, dan lain - lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/ atau prosedur juga

35 menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/ atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasi unutuk dapat diidentifikasi. 2 Sasaran II: Peningkatan Komunikasi Yang Efektif Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke unit pelayanan. Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur untuk perintah lisan dan telpon. Kebijakan dan / a t a u prosedur juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU. 3 Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)

36 Bila obat - obat an menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication) adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse event) seperti obat-obatan yang terlihat mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM), obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat,(50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obatan yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi, Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat yang perlu di waspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit.

37 4 Sasaran IV: Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi Salah lokasi, salah prosedur, pasien salah pada operasi adalah sesuai yang menghawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi operasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Disamping itu asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Penandaan lokasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan pada tanda yang mudah dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator / orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan pada saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multivel level (tulang belakang). Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk: a b Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang.

38 c Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan / atau implant yang dibutuhkan. Tahap sebelum insisi (Time Out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan ditempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. 6. Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (seringkali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan / atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

39 7. Sasaran VI: Pengurangan Risiko Jatuh Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi / masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perhi mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien Insiden Keselamatan Pasien Dalam Institue of Medication, patient safety didefinisikan sebagai: "An adverse event results in unintended harm to the patient by an act of commission or omission rather than by the underlying disease or condition of the patient. " Sementara dalam Permenkes No 1691 tahun 2011, insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien. Insiden keselamatan pasien juga merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) (Depkes, 2008). Namun demikian, penyebab terjadinya insiden keselamatan pasien di rumah sakit sangat kompleks, melibatkan semua bagian dalam sistem yang berlaku dalam rumah sakit.

40 Jenis-jenis Insiden Keselamatan Pasien (Depkes, 2008). Berdasarkan Permenkes No Tahun 2011, tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien terdiri dari: 1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Kejadian tersebut dapat terjadi di semua tahapan dalam perawatan dari diagnosis, pengobatan dan pencegahan (Reason, 1990 dalam To Err Is Human: Building A Safer Health System.) 2. Kejadian Tidak Cedera (KTC) Suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak mengakibatkan cedera. 3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) Kejadian Nyaris Cedera adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebehim obat diberikan kepada pasien. 4. Kejadian Potensial Cedera (KPC) Kejadian Potensial Cedera adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi

41 insiden. Misalnya obat-obatan LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan berdekatan. 5. Kejadian Sentinel Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata 'sentinel' terkait dengan keserhisan cedera yang terjadi (Mis. Amputasi pada kaki yang salah, dst) sehingga pecarian fakta-fekta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serins pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. 2.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh timbang terima pasien terhadap insiden keselamatan pasien sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian, tetapi ada beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini, diantaranya adalah : Tabel 2.1 Keaslian Penelitian No Nama Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Peneliti Penelitian Mursidah Dewi Pengaruh Pelatihan Timbang Terima pasien terhadap Keselamatan Pasien Penelitian kuantitatif pre experimental desing. Hasil penelelitian menunjukkan adanya

42 oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi. peningkatan keselamatan pasien sebesar 9.77 (8.14%) sesudah perawat pelaksana mendapatkan pelatihan timbang terima pasien menjadi (90.17 %). Quiteria Manopo, Frangky R.R. Maramis, Jehosua Sam Ratulangi Hubungan antara penerapan timbang terima pasien dengan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSU GMIM Kalooran Amurang Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional Hasil penelitian menunjukkkan kategori kurang baik mengenai penerapan timbang terima pasien oleh responden 36,7 % dan kategori baik ada 63,3 %. Hasil analisa biraviat menunjukkan ρ=0,000 (α<0,05).

43 2.3 Kerangka Teori Insiden Keselamatan Pasien : - KTD - KTC - KNC - KPC - Kejadian Sentinel 2.4 Kerangka Konsep Gambar 2. 2 Kerangka Teori (Depkes 2008) Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,2010). Berdasarkan pola pemikiran diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Independent Variabel Dependent Gambar 2.3 Kerangka Konsep (Notoatmojo, 2010)

44 2.5 Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara kedua variabel, variabel bebas dan terikat (Notoatmodjo,2010) Ho : Tidak ada pengaruh antara Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Situation, Background, Assessmen, Recomendation (SBAR) terhadap Insiden Keselamatan Pasien. Ha : Ada pengaruh antara Dokumentasi Timbang Terima Pasien dengan Metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien.

45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah quashi experimental. Quasy Experimental adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan kelompok kontrol namun tidak sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi penelitian (Sugiyono,2008). Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam quashi eksperimental dengan menggunakan Pre dan post test without control dimana pada desain ini peneliti hanya melakukan intervensi pada kelompok pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan membandingkan nilai post test dengan pre test. (Dharma, 2013). Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Keterangan : R : Responden 01 : Data temuan insiden keselamatan pasien sebelum dilakukan intervensi. 02 : Data temuan insiden keselamatan pasien sesudah dilakukan intervensi. X1 : Dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR.

46 3.2. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di Ruang Rawat Inap Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta, berdasarkan studi pendahuluan pada awal bulan Nopember 2014 yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah perawat 30 di ruang medikal bedah RS. Panti Waluyo Surakarta Sampel a. Kriteria Inklusi Responden yang memliki profesi sebagai perawat yang bekerja di ruang Medikal Bedah Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, yang sudah diangkat sebagai karyawan tetap. b. Kriteria Eksklusi Responden yang bekerja di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, berprofesi perawat namun masih berstatus kontrak/belum diangkat sebagai karyawan tetap Besar Sampel Penentuan jumlah sampel ditentukan bahwa apabila subyeknya kurang 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel, sehingga penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

47 melibatkan semua populasi yang ada (Arikunto, 2006). Adapun jumlah sampel ditetapkan sebanyak 30 orang. 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, khususnya di unit rawat inap. Dengan waktu penelitian atau pengambilan data yaitu pada bulan Februari sampai dengan Maret Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 1. Variabel Menurut Sekaran (2011) variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai, sedangkan penelitan adalah penyelidikan atau investigasi yang terkelola, sistematis, berdasarkan data, kritis, objektif, dan ilmiah terhadap suatu masalah spesifik, yang dilakukan dengan tujuan menemukan jawaban atau solusi terkait. Sehingga variabel penelitian merupakan suatu sifat atau nilai dari orang atau objek yang memiliki variasi antara satu dengan lainnya dalam kelompok, Sugiyono (2002, dalam Nitasari, 2012). Berdasarkan telaah pustaka dan penyusunan hipotesis, maka variabel-variabel penelitian ini adalah : a. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti atau variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2011). Dalam penelitian ini yang merupakan varibel terikat adalah Insiden Keselamatan Pasien.

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh Email : KEPUTUSAN KEPALA UPT. PUSKESMAS MENGWI II NOMOR : T E N T A N G SASARAN-SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengobati dan menyembuhkan pasien dari penyakit. Dalam menjalankan tujuannya, rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan

Lebih terperinci

Farida Marjani 1) Happy Indri Hapsari 2), Anissa Cindy Nurul Afni, 2) ABSTRAK

Farida Marjani 1) Happy Indri Hapsari 2), Anissa Cindy Nurul Afni, 2) ABSTRAK PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMENDATION (SBAR) TERHADAP INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG MEDIKAL BEDAH RS. PANTI WALUYO SURAKARTA Farida

Lebih terperinci

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

SASARAN KESELAMATAN PASIEN KESELAMATAN PASIEN Berikut ini adalah daftar sasaran. Mereka disiapkan disini untuk memudahkan karena disampaikan tanpa persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara menandai ( X) salah satu jawaban

Lebih terperinci

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan Keselamatan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan dr. Suryani Yuliyanti, M.Kes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Modul : Masalah Kesehatan Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat komplek, terdapat ratusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan mengurangi resiko kejadian tidak diinginkan yang berhubungan dengan paparan terhadap

Lebih terperinci

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan di

Lebih terperinci

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram Agus Supinganto 1), Misroh Mulianingsih 2), Suharmanto 3) 1,2,3) STIKES Yarsi Mataram agusping@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keselamatan pasien menjadi acuan bagi tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien menjadi isu prioritas dalam perawatan kesehatan, dimana gerakan keselamatan pasien dimulai sejak tahun 2000 yang berawal ketika Institute of Medicine

Lebih terperinci

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

Winarni, S. Kep., Ns. MKM Winarni, S. Kep., Ns. MKM Konsep dan prinsip Patient safety Patient Safety adalah isu terkini, global, penting (high profile), dalam Pelayanan RS, (2000) WHO memulai Program Patient Safety th 2004 : Safety

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan masyarakat semakin selektif untuk memilih rumah sakit yang mampu menyediakan kualitas pelayanan yang terbaik.

Lebih terperinci

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS

JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS JCI - PATIENT CENTERED STANDARDS PATIENT CENTERED STANDARDS IPSG ACC PFR AOP COP ASC MMU PFE International Patient Safety Goals Access to Care and Continuity of Care Patient and Family Rights Assessment

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan secara paripurna bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS DTP MANDE

PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS DTP MANDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS DTP MANDE Jln. Ariawiratanudatar Km 9 Jamali Mande Cianjur 43292 Telp. 0263 2910845 PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI PUSKESMAS DTP MANDE A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya. BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millenium Development Goals yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk menghadapi era globlalisasi membawa dampak yang sangat signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN EVALUASI PROGRAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN Jawab lah pertanyaan di bawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) pada era globalisasi ini semakin tinggi. Pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat

Lebih terperinci

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM

KESELAMATAN PASIEN. Winarni, S. Kep., Ns., M. KM KESELAMATAN PASIEN Winarni, S. Kep., Ns., M. KM Keselamatan Pasien diatur dlm : - UU No. 29 Tahun 2004 Ttg Praktik Kedokteran, Pasal 2. - UU No. 36 Tahun 2009 Ttg Kesehatan, Pasal 5 (2), Pasal 19, Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang sangat padat modal, padat teknologi, padat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akreditasi internasional merupakan konsep keselamatan pasien menjadi salah satu penilaian standar sebuah rumah sakit. Keselamatan pasien (patient safety) telah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, preventif, kuratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patient Safety dewasa ini menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World Alliance for Patient

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum diikuti dengan peningkatan kualitas layanan medik. Rumah sakit yang sudah terakreditasi pun belum

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nur Hasyim Auladi Skep Ns Email : nurhasyim77@ymail.com, No. Telp. 081228112321 JL. Grafika Barat VI Rt 03 RW 08 Kel. Banyumanik. Kec Banyumanik Kota Semarang Riwayat Pendidikan 2007-2008

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas atau sarana vital bagi masyarakat. Peran organisasi (rumah sakit) sebagai media atau fasilitas sosial yang mencakup pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini perkembangan ilmu dan teknologi sangatlah pesat termasuk ilmu dan teknologi kedokteran. Peralatan kedokteran baru banyak diketemukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihankelebihan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihankelebihan 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kepemimpinan Kepemimpinan telah ada sejak dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Definisi Safety Surgery Safety surgery dapat diartikan dengan upaya memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi di kamar operasi. Salahlokasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya harm/ cedera yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010). 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan pelayanan kesehatan, tidak lepas dari pelayanan keperawatan yang berkesinambungan dengan mempromosikan perawatan yang baik sesuai standar professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan pasien.

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== I. STANDAR PMKP A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk di laksanakan di rumah sakit dan hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesalahan. Keselamatan pasien ( patient safety) telah menjadi isu gelobal termasuk juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kesalahan. Keselamatan pasien ( patient safety) telah menjadi isu gelobal termasuk juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan di rumah sakit pada saat ini masih belum memadai. Menurut Wijono (2002), mutu merupakan gambaran total sifat dari suatu jasa pelayanan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Hal ini terjadi karena adanya publikasi WHO pada tahun 2004 tentang penelitian

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai kematian.kesalahan atau kelalaian yang terjadi dapat disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai kematian.kesalahan atau kelalaian yang terjadi dapat disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Kesalahan Medis (Medical Error) Kelalaian rumah sakit terutama petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dapat mengakibatkan dampak

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016

PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016 DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016 Jember, Desember DETASEMEN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan di rumah sakit. Sejak malpraktik menggema di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS. Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015

Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS. Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015 Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015 Akreditasi RS Upaya Peningkatan Mutu RS SK MENKES NOMOR 428/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan dituntut untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB INSIDEN KESELAMATAN PASIEN OLEH PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JAKARTA TESIS

ANALISIS PENYEBAB INSIDEN KESELAMATAN PASIEN OLEH PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JAKARTA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENYEBAB INSIDEN KESELAMATAN PASIEN OLEH PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JAKARTA TESIS DEDE SRI MULYANA NPM. 1106118400 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu keselamatan pasien atau patient safety merupakan salah satu isu yang dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 mengumpulkan

Lebih terperinci

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak yaitu : To Err is Human, building a Safer Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan, mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan dirumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat integrative dengan melibatkan sejumlah tenaga kesehatan yang bersamasama memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT Dewi Andriani* *Akademi Keperawatan Adi Husada, Jl. Kapasari No. 95 Surabaya. Email : andridewi64@gmail.com. ABSTRAK Pendahuluan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Pengukur mutu sebuah pelayanan dapat dilihat secara subjektif dan objektif.

Lebih terperinci

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)

SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) I SASARAN KESELAMATAN PASIEN SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) Gambaran Umum Bab ini membahas Sasaran Keselamatan Pasien yang wajib diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan didefinisikan sebagai suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Keselamatan Pasien Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada 5 (lima) isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

Lebih terperinci

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:

Lebih terperinci

ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012

ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012 1 ARIA PRATAMA SURYA ANGGARA MMR Angkatan 7 Reguler Ujian Matrikulasi DMRS februari 2012 1. a) Ada 3 target dari 8 target MDGs yang sudah disepakati yang bisa dilakukan bidang kesehatan terutama di ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan pasien merupakan isu global yang paling penting saat ini dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang yang mendasari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pada November 1999, the American Hospital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian obat secara aman merupakan perhatian utama ketika melaksanakan pemberian obat kepada pasien. Sebagai petugas yang terlibat langsung dalam pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat melalui pembangunan kesehatan. Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayananan bedah telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang essensial pada banyak negara. Dengan meningkatnya insidensi dari kanker, penyakit kardiovaskular dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global.keselamatan (safety) di rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan pasien ( patient safety),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi salah satu masalah kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sedikitnya ada setengah juta kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pelanggan (pasien) saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan kritis dalam rumah sakit yang sering dipublikasikan dan menjadi fokus internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin kompleks, menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga rumah sakit. Ada lima isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

Lebih terperinci

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kode pos : 2457 Email :puskesmassaitnihuta@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Patient safety adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi pengkajian resiko, identifikasi, dan pengelolaan hal yang berhubungan

Lebih terperinci

DIREKTORAT BINA YANMED SPESIALISTIK DIREKTORAT JENDERAL BINA YANMED

DIREKTORAT BINA YANMED SPESIALISTIK DIREKTORAT JENDERAL BINA YANMED DIREKTORAT BINA YANMED SPESIALISTIK DIREKTORAT JENDERAL BINA YANMED DISAMPAIKAN PADA FORUM MUTU PELAYANAN KESEHATAN INDONESIA, 19 JULI 2006, HOTEL KARTIKA PLAZA, KUTA BALI 1 of The Facilities of The Environment

Lebih terperinci

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2 TATA CARA / PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP ) 1 dari 2 Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinyainsiden patient safety disuatu rumah sakit, akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf, dan pasien pada khususnya karena sebagai pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan menjadi faktor penentu keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan merupakan tulang punggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan RS adalah suatu topik yang senantiasa merupakan isu yang hampir selalu hangat dibahas pada berbagai seminar di media massa. Bahkan sebagian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks. Kompleksitasnya meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit semakin diperlukan sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan haknya sebagai penerima jasa pelayanan sehingga mampu

Lebih terperinci

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016 Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA Kirana, 9 Agustus 2016 Semester I Tahun 2016 Tingkat Kepuasan Pasien Triwulan 1 dan 2, Tahun 2016 100,00% 98,55% 98,19% 95,00% 90,00% 85,00% 80,00% 75,00% TW I Capaian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2011, No Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/ Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nom

2011, No Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/ Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.541, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keselamatan Pasien. Pengawasan. Standardisasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG

Lebih terperinci