PERANCANGAN MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL DI PT GIA DEDDY HARYADY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL DI PT GIA DEDDY HARYADY"

Transkripsi

1 PERANCANGAN MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL DI PT GIA DEDDY HARYADY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Perancangan Manual Sistem Jaminan Halal di PT GIA adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Cianjur, Januari 2012 Deddy Haryady NIM F /PTP

3 ABSTRACT DEDDY HARYADY. Design of Halal Assurance System Manual at PT GIA Under supervision of SUGIYONO and DARWIN KADARISMAN. The study was conducted at PT GIA, one of local flavour companies in Indonesia, which had difficulties in implementing halal certification of new flavour products or the extension of flavour products that previously had already got the certification of halal. There must have been Halal Assurance System (HAS) before implementing the halal certification of flavour with the aim that certified flavour products gain halal assurance continuously. The purpose of this study was to design of Manual Halal Assurance System (HAS Manual) at PT GIA. The expected benefits were to help the flavor company in designing the HAS compilation for the needs of flavour certification to LPPOM MUI and to give information to LPPOM MUI about the conditions of PT GIA in terms of ensuring halalness of flavour products from raw materials selection, production processes, storage and delivery to customers. HAS Manual was expected to be a form of empowerment of domestic flavour companies so that they were able to compete in Indonesia market that was predominantly Islamic religious who were in needs of collateral for halal products consumed. The study was conducted in two steps. In the first step, a problem analysis was carried out to identify problems faced by PT GIA in halal certification of its products. In the second step, a halal assurance system manual was designed. It was recognized that the main problem faced by PT GIA was the company did not have a halal assurance system. As a result, the company was not able to comply the halal certification requirements. In this study, a halal assurance system manual was developed. This manual consisted of components as required by the halal certification body (LP POM MUI). Nineteen Standard Operating Procedures were established to support the implementation of halal assurance system at PT GIA. Keywords : halal assurance system, flavour industry.

4 RINGKASAN DEDDY HARYADY. Perancangan Manual Sistem Jaminan Halal di PT GIA Di bawah bimbingan SUGIYONO and DARWIN KADARISMAN. Penelitian tentang Perancangan Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) ini telah dilakukan di PT GIA dalam rangka melakukan sertifikasi halal produk perisa dengan tujuan : (1) Melakukan analisis kebutuhan untuk menyusun Manual SJH, (2) Menyusun draft Manual SJH, dan (3) Melakukan analisis kebutuhan dan menyusun draft SOP-SOP sebagai kelengkapan Manual SJH. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan metode deskriptif untuk mengetahui kesulitan dan kendala yang dihadapi PT GIA dalam memenuhi permintaan pelanggan terhadap produk bersertifikat halal. Penelitian utama dilakukan dengan tahap-tahap penelitian sebagai berikut : Pembentukan tim penyusun manual SJH, analisis kebutuhan perusahaan, diskusi dengan manajemen puncak dan pakar SJH, penyusunan rancangan manual SJH, analisis kebutuhan SOP departemen terkait, penyusunan draft SOP, dan pengkajian ulang draft manual SJH dan SOP. Dari hasil analisis kebutuhan perusahaan PT GIA, diketahui bahwa diperlukan berbagai komponen SJH meliputi kendali dokumen, pendahuluan (antara lain profile perusahaan, tujuan penerapan SJH dan lingkup penerapan SJH), kebijakan halal, panduan halal, susunan organisasi, berbagai SOP, acuan teknis, sistem administrasi, sistem dokumentasi, sosialisasi dan pelatihan, komunikasi internal dan eksternal, audit internal, tindakan perbaikan, dan kaji ulang manajemen. Hampir seluruh kebutuhan tersebut belum dimiliki oleh PT GIA. Manual SJH di PT GIA telah tersusun dalam bentuk suatu dokumen sesuai dengan berbagai komponen SJH yang dibutuhkan berdasarkan Panduan Halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI. Telah tersusun 19 draft SOP untuk mendukung penerapan SJH di PT GIA. SOP-SOP tersebut adalah : penetapan bahan baku dan bahan penolong, permintaan bahan baku, perubahan formula dan pengembangan produk baru, pemilihan pemasok, pembelian bahan baku dan bahan penolong, penerimaan bahan baku dan bahan penolong, pemeriksaan bahan baku, pemeriksaan produk antara dan produk jadi, penerimaan order dari pelanggan, pembuatan perisa, penyimpanan bahan baku dan bahan penolong, penyimpanan kemasan, penyimpanan produk jadi, pengiriman produk jadi ke pelanggan, kendali dokumen, audit internal, kaji ulang manajemen, pelaporan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI, dan SOP sosialisasi dan pelatihan. Kata kunci : sistem jaminan halal, perisa.

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

6 PERANCANGAN MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL DI PT GIA DEDDY HARYADY Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Teknologi Pangan pada Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir: Dr. Ir. Nugraha Edi Suyatma, DEA

8 Judul Tesis Nama NIM Program Studi : Perancangan Manual Sistem Jaminan Halal di PT GIA : Deddy Haryady : F : Magister Profesi Teknologi Pangan Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Sugiyono, MAppSc. Ketua Ir. Darwin Kadarisman, MS. Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc. Dr. Ir. Dahrul Syah Tanggal Ujian : 15 Oktober 2011 Tanggal Lulus :

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2010 ini adalah Sistem Jaminan Halal, dengan judul Perancangan Manual Sistem Jaminan Halal di PT GIA. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sugiyono, MAppSc dan Bapak Ir. Darwin Kadarisman, MS selaku pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MS yang telah banyak memberikan saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Tika, Ibu Maryanti dan segenap dosen dan karyawan Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan IPB yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Direktur PT GIA dan juga sebagai isteriku tercinta, juga kepada Ibu, Ayah, kedua anakku tersayang Hadini Qudsy dan M. Goldy Fikri, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin. Cianjur, Januari 2012 Deddy Haryady

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat, pada tanggal 1 Nopember 1970 dari ayah R. Dick Sadikin dan ibu Hj. II Hadidjah. Penulis merupakan anak tunggal. Penulis mempunyai seorang Istri Yani Sutriyani dan dua orang anak, Hadini Qudsy dan M. Goldy Fikri. Pada tahun 1999 penulis lulus dari Akademi Kimia Analisis Bogor, kemudian bekerja pada perusahaan minyak atsiri sebagai Product Development Manager sampai tahun Selanjutnya penulis bergabung dengan PT Quest International Indonesia yang memulai karir sebagai Quality Control Manager, selanjutnya menjadi Sales Manager. Kemudian penulis melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi Program Ekstensi Jurusan Manajemen untuk menunjang pengetahuan dalam pekerjaannya. Karir terakhir penulis di PT Quest International Indonesia sebagai Asean Sub Regional Regulatory Manager. Tahun 2006 penulis bergabung dengan PT Goldy s Inti Aroma sebagai General Manager, dan tahun 2009 penulis bergabung dengan PT Sensient Technologies Indonesia sebagai Business Development Manager.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 E. Ruang Lingkup Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 A. Pangan Halal... 5 B. Perisa C. Sistem Jaminan Halal III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan Penelitian Utama IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan B. Hasil Penelitian Utama Pembentukan Tim SJH Analisis Kebutuhan Perusahaan Diskusi dengan Manajemen Puncak dan Pakar SJH Penyusunan Rancangan Draft Manual SJH Analisis Kebutuhan SOP Semua Departemen Terkait Penyusunan Draft SOP Pengkajian Ulang Draft SJH dan SOP-SOP. 55 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Tim penyusun SJH di PT GIA. 26 Tabel 2 : Hasil analisis kebutuhan perusahaan untuk menyusun Manual SJH Tabel 3 : Lingkup komponen audit implementasi SJH 31 Tabel 4 : Hasil pemeriksaan dokumen SJH oleh LP POM MUI. 33 Tabel 5 : Daftar distribusi penerima dokumen. 35 Tabel 6 : Daftar kebutuhan SOP untuk PT GIA dalam rangka penyusunan manual SJH.. 52 Tabel 7 : Draft SOP untuk SJH PT GIA.. 54

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Diagram alir penelitian Gambar 2 : Diagram alir proses produksi Gambar 3 : Struktur organisasi manajemen halal... 42

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Kajian total kesiapan perusahaan untuk penerapan SJH. 65 Lampiran 2 : Tabel distribusi dokumen Lampiran 3 : Profil perusahaan Lampiran 4 : Diagram alir proses produksi perisa cair Lampiran 5 : Contoh daftar pemasok bahan baku Lampiran 6 : Contoh daftar produsen bahan baku Lampiran 7 : Label produk Lampiran 8 : Contoh daftar bahan baku yang dipakai Lampiran 9 : Contoh penggolongan bahan baku berdasarkan kriteria kritis keharaman.. 85 Lampiran 10 : Uraian kerja manajemen puncak dan setiap manajer terkait.. 86 Lampiran 11 : Contoh jadwal berkala pelatihan karyawan. 99 Lampiran 12 : Contoh tabel hasil penetapan titik kritis bahan baku dan tindakan pencegahannya. 101 Lampiran 13 : Contoh tabel hasil penetapan titik kritis proses produksi dan tindakan pencegahannya. 102 Lampiran 14 : Titik-titik kritis untuk perisa cair Lampiran 15 : Hasil pengamatan awal uraian kerja setiap departemen terkait Lampiran 16 : Daftar Standard Operation Procedure (SOP) untuk PT GIA Lampiran 17 : Contoh surat pengangkatan IHAC Lampiran 18 : Contoh daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI Lampiran 19 : Contoh hasil audit internal Lampiran 20 : Contoh hasil audit eksternal oleh LP POM MUI. 193

15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Quran telah menuntut setiap muslim untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang halal serta baik seperti yang tercantum dalam QS Al-Baqarah 168 "Hai sekalian umat manusia makanlah dari apa yang ada di bumi ini secara halal dan baik dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian". Makanan dan minuman tersebut harus berasal dari bahan yang halal, diproses dengan proses yang dapat menjamin kehalalannya, dan diperoleh dengan cara yang halal. Penduduk Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 206 juta orang, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia menjadi 237,6 juta orang. (BPS, 2011). Bila persentase penduduk muslim mencapai 80% dari data BPS 2010, maka jumlah penduduk muslim Indonesia sekitar 190 juta orang. Jumlah ini merupakan pangsa pasar yang besar bila dinilai dari segi bisnis, dan umat Islam mempunyai hak dan harus diberi jaminan dan perlindungan dari memperoleh dan mengonsumsi produk pangan yang tidak halal. Menurut Undang-undang RI No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, dikatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label. Dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pada pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi dan memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut halal untuk umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label. Perusahaan perisa di Indonesia kebanyakan merupakan afiliasi dari perusahaan multi nasional. Kendala yang dihadapi oleh perusahaan perisa lokal adalah sulitnya bahan baku dan terjaminnya produk yang dihasilkan dari segi kehalalannya terutama sistem jaminan halal yang dimiliki. Halal menjadi nilai tambah perusahaan yang akan bersaing di bisnis perisa di Indonesia.

16 2 B. Perumusan Masalah Permintaan pasar untuk perisa sangat besar karena tidak ada produk pangan yang tanpa menggunakan perisa, sebagai contoh produk minuman siap minum, minuman dalam bentuk bubuk, kembang gula, produk susu termasuk di dalamnya produk susu bubuk, susu cair, susu kental manis, dan produk yogurt. Produk daging olahan, margarin, roti yang termasuk juga produk selainya serta adonan untuk roti itu sendiri yang kesemuanya menggunakan perisa. Sebagian besar produsen perisa ini adalah Pemilik Modal Asing (PMA), yang kebanyakan diantaranya tidak memiliki pabrik di Indonesia sehingga mereka harus mengimpor dari mancanegara. Permasalahannya adalah dari segi kehalalan dari perisa itu sendiri, dimana perisa merupakan campuran dari komponen aromatik kimia yang komplek dan sangat kritis dari segi kehalalannya. Dalam rangka untuk mendapatkan sertifikasi halal maka Majlis Ulama Indonesia (MUI) harus mengadakan audit ke negara asalnya ataupun melalui lembaga sertifikasi halal yang ditunjuk di luar negeri. Setiap produsen harus memenuhi kebutuhan dan hak konsumen, termasuk konsumen muslim. Memproduksi produk halal adalah bagian dari tanggungjawab perusahaan kepada konsumen muslim. Di Indonesia, untuk memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk yang dikonsumsinya adalah halal, maka perusahaan memiliki Sertifikat Halal MUI. Sesuai ketentuan MUI, masa berlaku Sertifikat Halal adalah dua tahun. Selama masa tersebut, perusahaan harus dapat memberikan jaminan kepada MUI dan konsumen muslim bahwa perusahaan senantiasa menjaga konsistensi kehalalan produknya. Oleh karena itu LPPOM MUI mewajibkan perusahaan untuk menyusun suatu sistem yang disebut Sistem Jaminan Halal (SJH) dan terdokumentasi sebagai Manual SJH. Manual ini disusun oleh produsen sesuai dengan kondisi perusahaannya. PT GIA sebagai perusahaan perisa lokal yang memproduksi perisanya di Indonesia berusaha merespons permintaan pasar akan produk perisa ini dengan sertifikasi halal dari MUI dan diharapkan dapat memberikan nilai lebih dengan kecepatan proses sertifikasi halal produknya. Kendala yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah belum adanya sistem jaminan halal sehingga perusahaan tidak dapat melakukan sertifikasi halal untuk produk perisa baru ataupun

17 3 melakukan perpanjangan produk perisa yang sudah pernah mempunyai sertifikat halal sebelumnya. C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Melakukan analisis kebutuhan untuk menyusun Manual Sistem Jaminan Halal (Manual SJH) pada PT GIA. 2. Merancang draft Manual SJH. 3. Melakukan analisis kebutuhan dan menyusun draft SOP sebagai kelengkapan manual SJH. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Membantu perusahaan perisa lokal dalam hal perancangan dan penerapan Sistem Jaminan Halal (SJH) untuk kebutuhan sertifikasi perisa ke LPOM MUI. 2. Memberikan informasi kepada LPPOM MUI tentang kondisi perusahaan perisa dalam hal menjamin kehalalan produk perisa yang diproduksinya dimulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, penyimpanan, dan pengiriman ke pelanggan. 3. Sebagai bentuk pemberdayaan perusahaan perisa domestik agar dapat bersaing di pasar Indonesia yang mayoritas beragama Islam yang sangat memerlukan jaminan atas kehalalan produk yang dikonsumsinya. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT GIA yang lingkup penelitiannya adalah proses perancangan Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) untuk produk perisa yang diproduksi oleh PT GIA sampai tersusunnya Manual SJH. Dengan adanya SJH ini lebih mempermudah perusahaan dalam proses sertifikasi produk perisa baru atau pun perpanjangan sertifikat halal produk perisa yang sudah ada. Untuk mendapatkan sertifikat halal, produk perisa terlebih dahulu harus mempunyai sertifikat SJH dengan tujuan untuk menjamin produk perisa yang sudah bersertifikat halal agar tetap terjamin kehalalannya.

18 4

19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pangan Halal Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang- Undang No.7/1996). Makanan didefinisikan sebagai semua jenis makanan dan minuman yang beredar/dijual kepada masyarakat, termasuk bahan tambahan makanan dan bahan penolong sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI (Keputusan Bersama Menkes dan Menag No. 427/men.kes/ksb/VIII/1985 dan No 68 tahun 1985 pasal 1). Dalam peraturan Menkes No. 280/Men.Kes/Per/XI/76 pasal 1, makanan adalah tiap bahan yang diedarkan sebagai makanan manusia, termasuk bahan-bahan yang digunakan sebagai tambahan dalam makanan. Pangan halal menyatakan bahwa makanan adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman (LP POM MUI, 2008). Dalam khasanah ilmu (tsaqafah) Islam, hukum asal segala sesuatu (benda) yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satu pun yang haram, kecuali ada keterangan yang sah dan tegas tentang keharaman bahan tersebut. Hal ini berbeda dengan kaidah perbuatan yang menuntut setiap apapun yang dilakukan manusia dalam hal ini seorang muslim harus terikat dengan hukum syara' (wajib, sunah, mubah/boleh, makruh, haram). sebagaimana kaidah fiqh yang menyatakan "Hukum asal bagi setiap benda/barang adalah mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkannya" untuk benda dan "Hukum asal bagi perbuatan manusia/muslim adalah terikat dengan hukum syara'/islam" untuk perbuatan (Annabani, 2001). Halal berarti boleh, sedangkan haram berarti tidak boleh (Qardhawi, 2000). Selain masalah halal dalam perilaku yang menjadi standar minimal perilaku seorang muslim, Allah SWT juga mengatur halal dalam masalah

20 6 makanan maupun minuman. Di dalam Qur'an Surat Al-Maidah ayat 3, Allah SWT berfirman bahwa : Telah diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih bukan karena Allah, yang (mati) karena dicekik, yang (mati) karena dipukul, yang (mati) karena jatuh dari atas, yang (mati) karena ditanduk, yang (mati) karena dimakan oleh binatang buas, kecuali yang dapat kamu sembelih dan yang disembelih untuk berhala". Makanan halal adalah makanan yang dibolehkan memakannya menurut Syariat Islam. Minuman halal adalah minuman yang dibolehkan meminumnya menurut Syariat Islam. Begitu sebaliknya untuk makanan dan minuman haram. Syariat Islam adalah tata aturan agama Islam yang berdasarkan Al Quran dan Al Hadist yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan sesamanya. Disamping Al Quran dan Al Hadist, sumber syariat Islam yang lainnya adalah Ijma' Sahabat dan Qiyas. Termasuk makanan dan minuman halal adalah (1) bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang yang dilarang oleh syariat Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih menurut syariat Islam, (2) tidak mengandung sesuatu yang dihukumi sebagai najis menurut syariat Islam, (3) tidak mengandung bahan penolong dan atau bahan tambahan yang diharamkan menurut syariat Islam, (4) dalam proses, menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau berdekatan dengan makanan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana di atas atau benda yang dihukumkan sebagai najis menurut syariat Islam (Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal, 2001). Menurut Girindra (2002) yang dimaksud produk halal adalah produk yang memenuhi persyaratan halal sesuai dengan syariat Islam yaitu: (1) tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi, (2) tidak mengandung bahanbahan yang diharamkan seperti: bahan-bahan yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan sebagainya, (3) semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam, (4) semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi, jika digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tatacara

21 7 yang diatur sesuai syariat Islam, (5) semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar. Dalam PP No. 69 tahun 1999 pasal 1, pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, baik menyangkut bahan baku pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan irradiasi pangan dan pengelolaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam. Makanan yang halal adalah semua jenis makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau diolah/diproses menurut agama Islam (Keputusan bersama Menkes dan Menag No.427/menkes/VIII/1985 dan No. 68 tahun 1985 pasal 1). Perkembangan peraturan perundang-undangan terkait pangan halal di Indonesia adalah sebagai berikut : 1) Peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 280/Menkes/Per/XI/1976 tentang Ketentuan Peredaran dan Penandaan pada Makanan yang mengandung Bahan berasal dari Babi. Pasal 2 : i) Pada wadah atau bungkus makanan yang diproduksi di dalam negeri maupun yang berasal dari impor yang mengandung bahan yang berasal dari babi harus dicantumkan tanda peringatan. ii) Tanda peringatan tersebut yang dimaksud pada ayat (1) harus berupa gambar babi dan tulisan yang berbunyi : "MENGANDUNG BABI" dan harus ditulis dengan huruf besar berwama merah dengan ukuran sekurang-kurangnya Universe Medium Corps 12, di dalam garis kotak persegi yang juga berwama merah. 2) Permenkes RI No. 76/Menkes/Per/III/78 tentang label dan Periklanan Makanan, pasal 2 menyatakan bahwa : Kalimat, kata-kata, tanda lambang, logo, gambar dan sebagainya yang terdapat pada label atau iklan harus sesuai dengan asal, sifat, komposisi, mutu dan kegunaan makanan. 3) Surat Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri Kesehatan No. 427/Menkes/SKB/VIIl/1985 dan No. 68/1985 tentang Pencantuman Tulisan "Halal" pada Label Makanan.

22 8 Pasal 1 : Tulisan "halal" adalah tulisan yang dicantumkan pada label/penandaan yang memberikan jaminan tentang halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Pasal 2 : Produsen yang mencantumkan tulisan "halal" pada label atau penandaan makanan produknya bertanggungjawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Pasal 4 : Pengawasan preventif terhadap ketentuan pasal 2 Keputusan Bersama ini dilakukan oleh Tim Penilaian Pendaftaran Makanan Departemen Kesehatan RI, cq. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (a) Dalam tim penilaian pendaftaran makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diikutsertakan unsur Departemen Agama RI. (b) Pengawasan di lapangan terhadap pelaksanaan ketentuan pasal 2 Keputusan Bersama ini dilakukan oleh aparat Departemen Kesehatan RI. 4) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 214 ayat (2) penjelasan butir (d) : Ketentuan lainnya misalnya pencantuman kata atau tanda halal yang menjamin makanan dan minuman yang dimaksud diproduksi dan diproses sesuai dengan persyaratan makanan. 5) UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. pasal (34) ayat (1) : Setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau kepercayaan tertentu bertanggungjawab atas kebenaran peryataan berdasarkan persyaratan agama atau kepercayaan tersebut. Penjelasan pasal 34 ayat (1) : Dalam ketentuan ini benar tidaknya suatu pernyataan halal dalam label atau iklan pangan tidak hanya dapat dari segi bahan baku pangan, bahan tambahan atau bahan bantu lainnya yang digunakan dalam memproduksi tetapi mencakup pula proses pembuatannya. 6) Keputusan Menkes RI No. 82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan dan perubahannya berupa Keputusan

23 9 Menteri Kesehatan RI No.924/Menkes/SK/VII/1996, beserta peraturan pelaksanaannya berupa Keputusan Dirjen POM No. HK tentang Tata Cara Pencantuman Tulisan Halal pada Label Makanan, antara lain menjelaskan : a. Persetujuan pencantuman tulisan "Halal" pada label makanan diberikan oleh Dirjen POM. b. Produk makanan harus terdaftar pada Departemen Kesehatan RI c. Persetujuan Pencantuman label "Halal" diberikan setelah dilakukan pemeriksaan dan penilaian oleh Tim yang terdiri dari Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan MUI d. Hasil Penilaian Tim Penilai disampaikan kepada Komisi Fatwa MUI untuk dikeluarkan fatwanya, dan akhimya diberikan Sertifikat Halal e. Persetujuan Pencantuman "Halal" diberikan oleh Dirjen POM berdasarkan sertifikat Halal yang berdasarkan MUI f. Persetujuan berlaku selama 2 tahun sesuai dengan sertifikatnya 7) UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu : Pasal 7 butir (b) : Pelaku usaha berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Pasal 8 ayat 1 butir (h) : Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal. Sebagaimana pernyataan "Halal" yang dicantumkan dalam label. 8) PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan a. Pasal 10 i) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan tersebut Halal bagi umat manusia, bertanggungjawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label. ii) Pernyataan tentang "Halal" sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari label.

24 10 b. Pasal 11 i) Untuk mendukung kebenaran pernyataan "Halal" sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan, wajib memeriksakan terlebih dahulu pangan tersebut pada lembaga pemeriksa yang telah diakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ii) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan pedoman dan Tata Cara yang ditetapkan oleh Menteri Agama, dengan memperhatikan pertimbangan dan saran lembaga keagamaan yang memiliki kompetensi di bidang tersebut. c. Pasal 59 Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan tentang label dan iklan dilaksanakan oleh Menteri Kesehatan d. Pasal 60 i) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, Menteri Kesehatan menunjuk pejabat untuk diserahi tugas pemeriksaan. ii) Pejabat pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih dan ditunjuk oleh Menteri Kesehatan berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki. iii) Pejabat pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Kesehatan. 9) Penjelasan PP No. 69 tahun 1999 pasal 11 ayat 1 menyatakan Pencantuman tulisan halal pada dasamya bersifat sukarela. Menurut Sampurno (2001), sanksi terhadap pelanggaran ketentuan pencantuman label dapat dikenakan : 1. Pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp ,- untuk pelanggaran terhadap UU No, 7 tahun 1996 pasal 34 ayat (1). 2. Tindak pidana penjara sampai 5 (lima) tahun atau denda sampai dua milyar rupiah untuk

25 11 pelanggaran terhadap UU No. 8 tahun 1999 pasal 8 ayat (1) butir h. 3. Tindakan administratif terhadap pelanggaran PP No. 69 tahun 1999 yang meliputi : Peringatan secara tertulis Larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran. B. Perisa Perisa termasuk bahan tambahan makanan yaitu bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. Perisa pada pangan dikreasikan dari bahan kimia aromatik yang disintesis dari proses metabolisme normal pada tumbuhan dan hewan dan dapat memungkinkan untuk dimodifikasi melalui pemasakan serta proses lebih lanjut untuk memperoleh rasa dan aroma yang dikehendaki (Reineccius, 1981). Menurut RSNI definisi perisa adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrate, dengan atau tanpa ajudan perisa yang digunakan untuk memberi perisa, dengan pengecualian rasa asin, manis, dan asam, tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan tidak diperlukan sebagai bahan pangan. Definisi perisa menurut SNI tentang Bahan Tambahan Pangan - Persyaratan perisa dan penggunaan dalam produk pangan adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat, dengan atau tanpa ajudan perisa (flavouring adjunct) yang digunakan untuk memberi flavour, dengan pengecualian rasa asin, manis dan asam, tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan tidak diperlakukan sebagai bahan pangan. Definisi tersebut diambil dari definisi perisa yang dilansir oleh International Organization of Flavour Industry (IOFI) yaitu Concentrated preparation, with or without flavour adjunct, used to impart flavour, with exception of only salt, sweet or acid tastes. It is not intended to be used as such. Berdasarkan SNI , perisa dibedakan menjadi tujuh jenis yaitu senyawa perisa alami, bahan baku aromatik alami, preparat perisa, perisa asap, senyawa perisa identik alami, senyawa perisa artifisial, dan perisa hasil

26 12 proses panas. Perisa terdiri atas dua komponen utama, yakni bagian perisa dan bukan perisa. Bagian perisa dapat berupa senyawa perisa alami, bahan baku aromatik alami, preparat perisa, perisa asap, senyawa perisa identik alami, senyawa perisa artifisial, dan perisa hasil proses panas. Sedangkan bagian bukan perisa dikenal sebagai ajudan perisa (flavouring adjunct). Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 722/Menkes/Per/IX/ 88 merupakan salah satu perangkat regulasi penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dimiliki Indonesia. Permenkes tersebut menggolongkan BTP ke dalam 13 kelompok berdasarkan fungsinya, salah satunya adalah penyedap rasa dan aroma (perisa). Peraturan tersebut mengatur jenis dan penggunaan perisa dalam produk pangan sebanyak 75 jenis. Perkembangan mutakhir dari kajian yang telah dilakukan JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives) tercatat hingga tahun 2009 sebanyak 1879 senyawa perisa yang dimasukkan ke dalam positive list yaitu senyawa yang dinilai aman (GRAS = Generally Recognized as Safe) digunakan dalam produk pangan. Dengan demikian, peraturan yang ada tersebut dipandang perlu untuk dikaji kembali seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pangan. Badan POM bersama pakar terkait telah melakukan pengkajian dan menyusun SNI tentang Bahan tambahan pangan-persyaratan perisa dan penggunaan dalam produk pangan. Untuk selanjutnya SNI tersebut akan dimandatorikan melalui penyusunan Peraturan Kepala BPOM tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Perisa dalam Pangan. Sampai saat ini, rancangan peraturan tersebut masih dalam tahap pembahasan bersama Tim Pakar. Sebelum diberlakukannya SNI , Indonesia menganut sistem positive list dalam pengaturan penggunaan perisa. Hal tersebut dapat dicermati dari 75 jenis senyawa perisa yang diijinkan tanpa merinci penggunaannya dalam produk pangan dan batas maksimum penggunaan untuk semua senyawa perisa adalah secukupnya. Positive list merupakan pengaturan penggunaan perisa yang telah dinilai aman oleh institusi terpercaya seperti JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives).

27 13 SNI tentang Bahan tambahan pangan-persyaratan perisa dan penggunaan dalam produk pangan menganut sistem campuran (gabungan antara positive list dan negative list). Positive list yang dimaksud adalah perisa yang diizinkan digunakan dalam produk pangan sedangkan negative list adalah senyawa bioaktif dalam perisa yang dibatasi penggunaannya serta bahan dan atau senyawa yang dilarang terdapat dalam perisa yang digunakan dalam produk pangan. Secara ringkas SNI tersebut memuat aturan tentang perisa yang diijinkan digunakan dalam produk pangan, senyawa bioaktif dalam perisa yang dibatasi penggunaannya, bahan dan atau senyawa yang dilarang terdapat dalam perisa yang digunakan dalam produk pangan, serta ajudan perisa (flavouring adjunct). Perisa yang diizinkan digunakan dalam produk pangan terdiri dari 1879 senyawa perisa berdasarkan hasil kajian JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives) yang dinyatakan aman. Senyawa bioaktif dalam perisa yang dibatasi penggunaannya dalam produk pangan terdiri dari aloin, asam agarat, asam sianida, beta asaron, berberin, estragol, hiperisin, kafein, kuasin, komarin, kuinin, minyak rue, safrol, iso-safrol, alfa santonin, spartein, dan tujon (BSN, 2006). Hampir semua pangan pada saat sekarang ini tidak dapat terlepas dari unsur perisa. Perisa memberikan sensasi dari dapat memperbaiki rasa dan aroma dari suatu produk makanan dan minuman (Apriyantono, 2004). Perisa adalah sesuatu yang ditambahkan pada produk pangan dengan tujuan untuk memberikan sensasi aroma, rasa, dan kesan tertentu dari suatu produk pangan. Misalnya, dengan menambahkan suatu perisa stroberi yang dapat memberikan kesan manis dikombinasikan dengan asam buah stroberi, kemudian seperti merasakan daging buah stroberi yang ada bijinya ataupun bagian kulit buah stroberi yang agak sepat dan sedikit pahit. Ataupun penggunaan perisa pepermin yang selain memberikan sensasi hangat juga dapat memberikan sensasi dingin yang lama di mulut. Menurut Apriyantono, 2004, perisa terbagi menjadi dua bagian yaitu : 1) Bagian Perisa : a) Bahan Baku Kimia Perisa b) Persiapan Perisa, misalnya jus buah dan konsentrat buah; oleoresin; herbal, bumbu-bumbuan, dan minyak atsiri; dan produk bioteknologi.

28 14 c) Proses Perisa d) Perisa Asap 2) Bagian Bukan Perisa : a) Pelarut untuk ektraksi b) Bahan pengisi dan pelarut c) Pengemulsi, penstabil, dan enzim d) Modifikasi perisa e) Antioksidan, pengawet, dan pewarna f) Food ingredient Berdasarkan pada asal bahan baku aromatik yang digunakan terdapat tiga jenis senyawa perisa yaitu : 1. Senyawa Perisa Alami Senyawa perisa alami adalah senyawaan yang diperoleh melalui proses-proses fisik, mikrobiologis, atau enzimatis dari bahan pangan yang berasal dari sayuran atau hewani dan sesuai bagi konsumsi manusia serta digunakan untuk mendapatkan citarasa khas dan tidak untuk dikonsumsi langsung (Salzer & Jones, 2008). Untuk memperoleh senyawa perisa alami ini dapat melalui proses fisik (misalnya pengepresan, penulis), ataupun melalui proses bioteknologi (misalnya fermentasi, penulis) (Apriyantono, 2004). Pelarut yang biasa digunakan adalah propylene glycol (PG), triacetine, medium chain triglycerides (minyak MCT), minyak sawit, etanol, ataupun iso-propyl alcohol. 2. Senyawa Perisa Identik Alami Senyawa perisa identik alami adalah senyawa perisa yang diperoleh melalui proses sintesis atau diisolasi melalui proses kimiawi dari bahan baku aromatik alami dan secara kimia identik dengan senyawaan yang terdapat di dalam produk alami untuk konsumsi manusia (Salzer & Jones, 2008). 3. Senyawa Perisa Buatan Senyawa perisa buatan adalah senyawa perisa yang belum teridentifikasi di dalam produk alami dan diperuntukkan bagi konsumsi manusia, baik dalam bentuk terolah maupun tidak (Salzer & Jones, 2008).

29 15 Bila dilihat dari aplikasi penggunaannya hampir tidak ada pangan yang tanpa menggunakan perisa ini. Mulai dari produk susu, produk margarine dan butter, produk minuman, seperti minuman yang tidak berkarbonasi, sirup, minuman berkarbonasi, sampai minuman yang beralkohol sekalipun memakai perisa ini. Menurut Apriyantono (2004), berdasarkan bentuknya, perisa terbagi menjadi : 1) Perisa Cair, yaitu campuran perisa cair dan perisa emulsi 2) Perisa Semi Padat, yaitu minyak kental (viscous oil) dan perisa pasta. 3) Perisa Bubuk, yaitu produk perisa hasil proses itu sendiri, platting atau dispersi perisa, dan enkapsulasi perisa. Produsen perisa di Indonesia masih didominasi oleh 10 besar dunia (Leffingwell, 2011) yaitu : Givaudan, Firmenich, IFF, Symrise, Takasago, Sensient Flavors, Mane SA, T. Hasegawa, Robertet SA, dan Frutarom. Berdasarkan fakta dilapangan, pada saat ini banyak produsen perisa multi nasional (Multy National Company/MNC) yang hanya mempunyai representasi penjualan di Indonesia ataupun menunjuk agen penjualan di Indonesia tetapi produknya masih didatangkan dari luar negeri. Ada juga beberapa produsen perisa lokal yang sifatnya hanya mencampur beberapa perisa yang sudah jadi ataupun hanya melarutkan perisa konsentrat yang mereka beli dari MNC perisa yang terkenal. C. Sistem Jaminan Halal Secara umum Sistem Jaminan Halal didefinisikan sebagai sebuah sistem manajemen jaminan proses produksi halal produk-produk bersetifikat halal. Sedangkan secara spesifik bagi perusahaan, Sistem Jaminan Halal adalah sebuah sistem yang disusun dan dilaksanakan prusahaan pemegang sertifikat halal dengan tujuan untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal sehingga produk yang dihasilkan dapat dijamin kehalalannya (LP POM MUI, 2008). Pengembangan sistem jaminan halal didasarkan pada konsep Total Quality Management (TQM) yang terdiri atas empat unsur utama yaitu komitmen, kebutuhan konsumen, peningkatan tanpa penambahan biaya, dan menghasilkan barang setiap waktu tanpa rework, tanpa reject, dan tanpa inspection. Karena itu

30 16 dalam prakteknya, penerapan sistem jaminan halal dapat dirumuskan untuk menghasilkan suatu sistem yang ideal, yaitu zero limit, zero defect dan zero risk (three zero concept). Artinya material haram tidak boleh ada pada level apapun (zero limit), tidak memproduksi produk haram (zero defect), dan tidak ada resiko merugikan yang diambil bila mengimplementasikan sistem ini (zero risk). Total Quality Management (TQM) didefisikan sebagai sebuah sistem dimana setiap orang didalam setiap posisi dalam organisasi harus mempraktekkan dan berpartisipasi dalam manajemen halal dan aktivitas peningkatan produktivitas. Manajemen halal bermula dan berakhir dengan pendidikan yang kontinyu (Apriyantono, 2004). Menurut Direktur Eksekutif LP POM MUI, Lukmanul Hakim, di Jakarta pada tanggal 25 Nopember 2010 (Hardianto, D. 2010), kesadaran produsen sudah meningkat. Animo perusahaan juga sudah mulai kelihatan. Buktinya, jumlah sertifikat halal dalam periode sampai Juli 2010, sudah produk. Jumlah tersebut meningkat signifikan. Pada 2009, dalam setahun hanya produk yang disertifikasi halal. Namun kendala yang dihadapi oleh perusahaan produsen makanan dan juga perusahaan perisa di Indonesia adalah masalah prasyarat dalam pengajuan sertifikasi halal. Bagi perusahaan perisa multi nasional yang sudah mempunyai pabrik di Indonesia akan mudah mensertifikasi halal produk mereka dengan dukungan bahan baku yang lengkap serta dokumentasi pendukung serta fasilitas yang memadai. Tetapi tidaklah demikian halnya dengan perusahaan perisa domestik atau lokal. Kebanyakan masih terkendala dengan dokumentasi bahan baku dan permasalahan sistem manajemen halalnya, karena menurut ketentuan LP POM MUI, sebagai prasyarat pengajuan produk perisa terlebih dahulu perusahaan harus mempunyai Sistem Jaminan Halal (LP POM MUI, 2008). Dalam penelitian ini akan dirancang sistem jaminan halal di PT GIA sebagai salah satu perusahaan perisa lokal sehingga dapat mengurangi pandangan beberapa perusahaan perisa lokal lainnya terhadap persepsi sulitnya mensertifikasi produk perisa mereka dan membuat serta mengimplementasikan sistem jaminan halal.

31 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT GIA sebagai perusahaan perisa yang berlokasi di Cianjur. Waktu penelitian dimulai sejak Juli 2010 sampai Maret B. Metode Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sedang berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Sevilla, et al. 1993). Hal utama yang diteliti adalah kondisi sesungguhnya dari proses perancangan Sistem Jaminan Halal (SJH) pada industri perisa domestik PT GIA. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara mengamati kesulitan dan kendala yang dihadapi oleh PT GIA dalam memenuhi permintaan pelanggan untuk produk yang bersertifikasi halal. 2. Penelitian Utama Penelitian utama dilaksanakan dengan tahapan seperti terlihat pada Gambar 1. Pada tahap ini dilakukan perancangan SJH, yang tahapannya meliputi pembentukan tim penyusun SJH, telaah dan analisis kebutuhan perusahaan untuk memenuhi prasyarat SJH, diskusi dengan Manajemen Puncak dan pakar SJH sebagai bahan referensi dalam persiapan penyusunan, penyusunan rancangan SJH, penyusunan kebutuhan Standard Operation Procedure (SOP) untuk masingmasing unit kerja terkait dan prasyarat yang diperlukan oleh SJH, penyusunan SOP, melakukan pengkajian ulang SOP, dan melakukan pengkajian ulang SJH, sampai terbentuk rancangan manual SJH.

32 18 Mulai Pembentukan tim penyusun manual SJH Analisis kebutuhan perusahaan Diskusi dengan manajemen puncak dan pakar SJH Penyusunan rancangan draft manual SJH Analisis kebutuhan standard operation procedurs (SOP) departemen terkait Penyusunan draft SOP-SOP Pengkajian ulang draft manual SJH dan SOP-SOP Selesai Gambar 1. Diagram alir penelitian 2.1. Pembentukan Tim Penyusun Manual SJH Tim penyusun manual SJH meliputi semua departemen yang terkait agar mewakili semua keperluan masing-masing departemen tersebut dan masingmasing departemen tersebut lebih tahu tuntutan keperluan prasyarat SJH yang berhubungan dengan departemennya. Tim penyusunan manual SJH ini meliputi Departemen Pembelian, Departemen Pengembangan dan Riset (R&D),

33 19 Departemen Mutu (QC), Departemen Produksi, Departemen Gudang dan Transportasi, dan juga melibatkan Manajemen Puncak sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam hal kebijakan halal. Dalam pembentukan Tim Penyusun Manual SJH ini juga ditentukan seorang Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) sebagai orang yang dianggap mengerti dan paling berkompeten dalam hal peyusunan tim ini dan juga sebagai prasyarat dari SJH. Hasil yang diharapkan dari penyusunan tim ini adalah terbentuknya suatu Tim Penyusun Manual SJH yang diperkuat dengan Surat Keputusan dari Manajemen Puncak sebagai bukti komitmen keseriusan dalam hal penyusunan SJH tersebut Analisis Kebutuhan Perusahaan Telaah dan analisis diperlukan oleh perusahaan sebagai prasyarat dasar dalam pemenuhan standar SJH dengan referensi panduan SJH yang dikeluarkan oleh LP POM MUI. Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah matrik prasyarat yang berhubungan dengan hal-hal yang diperlukan dan harus dipenuhi oleh masing-masing departemen terkait Diskusi dengan Manajemen Puncak dan Pakar SJH Diskusi dengan Manajemen Puncak diperlukan untuk memberikan gambaran kepada Manajemen dalam hal penyusunan SJH ini serta untuk mendapatkan komitmen mengenai biaya-biaya yang mungkin timbul. Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah daftar mengenai kekurangan apa saja yang diperlukan dalam hal penyusunan SJH ini serta mengkaji ulang dari matrik yang sudah tersusun Penyusunan Rancangan Draft Manual SJH Perancangan draft manual SJH disesuaikan dengan hasil telaah dan analisis perusahaan. Hasil yang diharapkan dari penyusunan rancangan draft manual SJH ini berupa kebijakan halal perusahaan, penentuan panduan halal yang akan dipakai, cakupan halal yang akan diterapkan, penyusunan sistem manajemen halal yang meliputi struktur organisasi manajemen halal, tugas dan kewenangan setiap departemen terkait yang berhubungan dengan pemenuhan standar SJH,

34 20 penentuan titik kritis keharaman, penentuan sistem audit halal internal, penentuan pelatihan halal, dan penentuan prosedur revisi sistem jaminan halal. Langkahlangkah perancangan SJH terdiri dari : 1. Merancang lay out dan manual format SJH 2. Menunjuk penanggung jawab dalam penyusunan manual SJH 3. Menetapkan kerangka dan struktur isi manual SJH 4. Menafsirkan persyaratan SJH dan merumuskan kebijakan perusahaan untuk masing-masing unsur standar 5. Mengidentifikasi dan menunjuk orang yang tepat untuk menyusun uraian kebijakan untuk setiap unsur standar 6. Menyusun konsep manual SJH 7. Mengkaji ulang konsep yang telah disusun 8. Melakukan perbaikan konsep berdasarkan hasil kaji ulang 9. Menerbitkan panduan manual SJH 2.5. Analisis Kebutuhan Standard Operation Procedure (SOP) untuk Semua Departemen Terkait Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah berupa diagram alir proses mulai dari permintaan pelanggan sampai kepada pengiriman perisa ke pelanggan dimana dari setiap tahapannya ditentukan SOP untuk setiap departemen terkait, termasuk format-format yang dibutuhkan Penyusunan Draft SOP-SOP Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah berupa SOP untuk setiap departemen terkait termasuk format-format yang diperlukan berdasarkan pada tahapan sebelumnya yaitu berdasarkan diagram alir proses. Langkah-langkah penyusunan SOP adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan menentukan tujuan kegiatan yang akan dibuat prosedurnya dan didokumentasikan. 2. Menentukan ruang lingkup prosedur. 3. Mengumpulkan informasi dan data kegiatan yang ada sekarang.

35 21 4. Menuliskan prosedur berdasarkan semua kegiatan yang dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : jumlah halaman : 3-4 halaman. prosedur yang panjang dipecah menjadi sub prosedur atau WI. 5. Melakukan uji coba prosedur oleh karyawan serta permintaan umpan balik dari uji coba tersebut. 6. Menerbitkan SOP. 7. Melatih karyawan menggunakan SOP dan menjelaskan manfaat penggunaannya. 8. Melakukan audit SOP. Audit ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekurangan prosedur dan dilakukan oleh tim penyusun manual SJH Pengkajian Ulang Draft Manual SJH dan SOP-SOP Pengkajian dan diskusi dilakukan atas hasil perancangan yang telah dibuat dengan semua departemen terkait dan melakukan kesesuaian dengan pelaksanaan yang dilakukan. Hasil yang diharapkan dari tahapan ini adalah berupa penerapan dari rancangan SOP di lokasi pabrik. Langkah selanjutnya adalah pengkajian SJH dengan cara melakukan audit halal internal. Fungsi dari pelaksanaan audit halal internal ini adalah : Audit halal internal adalah suatu penilaian yang sistematis dan bebas untuk mengetahui apakah persyaratan SJH telah dipenuhi Hasil audit halal internal digunakan untuk menilai efektivitas SJH dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan Pelaksanaan audit halal internal untuk mencari bukti bahwa : - Implementasi telah sesuai dengan SJH yang dideklarasikan - Aplikasi manual SJH memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh LP POM MUI - Seluruh proses telah dikendalikan dengan efektif Pemantauan dan evaluasi SJH pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk audit internal. Komponen dari audit internal ini terdiri dari tujuan audit internal, ruang lingkup audit internal, dan pelaksanaan audit internal.

36 22 Audit internal ini bertujuan untuk : - Menentukan kesesuaian SJH perusahaan dengan standar yang telah ditetapkan oleh LP POM MUI. - Menentukan kesesuaian pelaksanaan SJH perusahaan dengan perencanaannya. - Mendeteksi penyimpangan yang terjadi serta menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan. - Memastikan bahwa permasalahan yang ditemukan pada audit sebelumnya telah diperbaiki sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan. - Menyediakan informasi tentang pelaksanaan SJH kepada manajemen dan LP POM MUI. Ruang lingkup audit internal terbagi menjadi : 1. Dokumen SJH Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen-dokumen pendukung kehalalan produk yang menyangkut bahan, proses, maupun produk di setiap bagian yang terkait, seperti daftar bahan, spesifikasi, sertifkat halal, formula, dokumen pembelian bahan, dokumen pergudangan, dan sebagainya. Hal-hal yang diperhatikan adalah : - Kelengkapan dokumen SJH - Kelengkapan spesifikasi bahan - Kelengkapan, keabsahan dan masa berlaku sertifikat halal bahan - Kecocokan formula dengandaftar bahan halal - Kecocokan dokumen pembelian dengan daftar bahan halal - Kelengkapan dan kecocokan dokumen produksi dengan daftar bahan dan formula halal - Kelengkapan dan kecocokan dokumen penggudangan dengan daftar bahan dan daftar produk halal - Uji mampu telusur (treacibility) sistem 2. Pelaksanaan SJH Audit SJH di perusahaan mencakup :

37 23 - Organisasi manajemen halal - Kelengkapan dolumen acuan teknis pelaksanaan SJH - Implementasi dokumen - Pelaksanaan sosialisasi SJH - Pelatihan - Komunikasi internal dan eksternal dalam pelaksanaan SJH - Pemantauan dan evaluasi pelaksaan SJH - Pelaporan internal dan eksternal pelaksaan SJH - Pengambilan bukti berupa format-format atau hal-hal lain tentang pelaksaan SJH di perusahaan jika diperlukan

38 24

39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dengan manajemen PT GIA yang terdiri dari direktur dan manajer umum, dan dilanjutkan dengan wawancara dengan semua departemen yang ada di dalam perusahaan yang meliputi departemen penjualan, departemen riset dan pengembangan (R&D), departemen pembelian, departemen QA/QC, departemen produksi, departemen gudang yang merangkap dengan pengiriman produk/transportasi, dan departemen keuangan. Hasil wawancara menemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh manajemen puncak dan semua departemen yang ada di PT GIA. Kendala utama adalah proses sertifikasi produk perisa tidak dapat diajukan ke LP POM MUI karena perusahaan belum memiliki Sistem Jaminan Halal (SJH). Kendala umum yang dihadapi dengan belum adanya SJH ini adalah belum disusunnya Uraian Kerja (Job Description) yang tertulis untuk setiap departemen dan manajemen puncak (Direktur dan Manajer Umum), dan kendala selanjutnya adalah belum adanya Standard Operation Procedure (SOP) dan Work Instruction (WI) dari setiap departemen yang berhubungan dengan proses produksi. B. Hasil Penelitian Utama 1. Pembentukan Tim SJH Pada tahap awal dilakukan pembentukan tim penyusun SJH agar dapat dilakukan proses lebih lanjut dalam rangka penyusunan SJH seperti Tabel 1. Tim penyusun SJH ini mewakili semua kepala departemen yang yang mempunyai wewenang dan otorisasi di dalam departemennya. Departemen yang dimaksudkan adalah semua departemen yang ikut dan terkait dalam proses produksi dari mulai pengembangan produk perisa, pembelian bahan baku, kedatangan bahan baku, pemakaian bahan baku dalam proses produksi, pengecekan bahan baku dan produk jadi, serta pengiriman dan penjualan ke

40 26 pelanggan. Serta penunjukan seorang IHAC yang dipilih berdasarkan kriteria bahwa orang tersebut benar-benar memahami atas alur proses produksi, mengerti atas spesifkasi bahan baku yang digunakan, serta bahan-bahan baku yang termasuk kritis dalam status kehalalannya. IHAC adalah merupakan perpanjangan tangan dari LP POM MUI di dalam perusahaan untuk mengawasi pelaksanaan SJH. Maka seorang IHAC dipilih dari Departemen R&D. Sebagai wakil dari manajemen dan bentuk komitmen perusahaan maka Direktur dimasukkan ke dalam tim, dan Manajer Umum sebagai wakil manajemen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional SJH di perusahaan. Tabel 1. Tim penyusun SJH di PT GIA No. Jabatan dalam perusahaan Jabatan dalam tim penyusun sistem SJH 1 Direktur Penasehat 2 Manajer Umum Penasehat 3 Calon Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) Ketua 4 Manajer R&D Anggota 5 Manajer QA/QC Anggota 6 Manajer Pembelian Anggota 7 Manajer Penjualan Anggota 8 Manajer Produksi Anggota 9 Manajer Gudang dan Transportasi Anggota Dari Tabel 1 terlihat bahwa tim penyusun sistem jaminan halal di PT GIA terdiri dari 9 orang. Tim ini dipimpin oleh calon Internal Halal Audit Coordinator (IHAC). Calon IHAC diambil dari seorang Staf Departemen R&D yang banyak mengetahui alur proses produksi dalam perusahaan dan mengerti mengenai Syariah Islam serta telah mengikuti pelatihan Audit Halal Internal yang

41 27 diselenggarakan oleh LP POM MUI. Dari Tabel 1 tersebut terlihat juga bahwa seluruh manajer perusahaan terlibat sebagai anggota, dimana Direktur dan Manajer Umum bertindak sebagai Penasehat Tim. Komposisi tim ini menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam menyiapkan sistem jaminan halal (SJH) karena dinilai dengan keberadaan sistem ini berdampak besar terhadap pemasaran produk dan kemajuan perusahaan dimasa mendatang. 2. Analisis Kebutuhan Perusahaan Rapat pertama dilakukan di awal bulan Agustus 2010 dengan agenda telaah komponen yang dipersaratkan dalam SJH serta analisis kebutuhan perusahaan yang didasarkan pada hasil telaah persaratan SJH. Setelah pembuatan daftar komponen yang harus ada dalam Manual SJH dilakukan kemudian menganalisis kebutuhan perusahaan yang didasarkan pada daftar komponen tersebut. Acuan pembuatan daftar komponen yang harus ada dalam Manual SJH adalah panduan yang dikeluarkan oleh LP POM MUI (LP POM MUI, 2008). Hampir semua komponen ini belum ada di PT GIA atau pun bila sudah ada belum tersusun menjadi sebuah dokumentasi. Dokumen Manual SJH memiliki komponen-komponen seperti dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis kebutuhan perusahaan untuk menyusun Manual SJH No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi Membuat daftar isi Manual SJH Belum ada 1 Kendali Membuat lembar pengesahan SJH Belum ada dokumen Membuat daftar distribusi manual Belum ada Membuat daftar revisi dokumen Belum ada Membuat profil perusahaan yang berisi : nama perusahaan, alamat, jenis produk, kapasitas produksi, jenis lini produksi, dan jangkauan pasar (sudah ada tapi Belum tersusun 2 Pendahuluan belum tersusun) Menentukan tujuan penerapan SJH secara tertulis di Manual SJH Belum ada Menentukan lingkup penerapan SJH di perusahaan Belum ada 3 Komponen SJH Menganalisis komponen SJH sebagai berikut : 3a Kebijakan halal Membuat pernyataan tertulis kebijakan perusahaan tentang memproduksi produk perisa halal secara Belum ada konsisten 3b Panduan halal Menentukan pengertian halal dan haram Menuliskan dasar Al-Qur an dan Fatwa MUI tentang Belum ada Belum ada

42 28 No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi produk halal Membuat pohon keputusan untuk identifikasi titik kritis keharaman bahan dan proses produksi Belum ada Membuat hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat tabel identifikasi titik kritis peluang kontaminasi proses produksi dari bahan haram/najis dan Belum ada tindakan pencegahannya Membuat matrik bahan baku Belum ada Melengkapi kelengkapan dokumen bahan Belum ada Menandai peralatan produksi halal dan non halal Belum ada Menandai lokasi bahan baku/produk jadi yang halal dan non halal Belum ada Membuat struktur organisasi manajemen halal Belum ada Membuat surat pengangkatan IHAC oleh manajemen Belum ada 3c Organisasi Membentuk tim penyusun SJH Organisasi manajemen halal adalah Tim Auditor Halal Internal Belum ada Membuat uraian tugas Tim Auditor Halal Internal secara umum Belum ada 3d Standard Operation Procedure 3e. Acuan teknis Membuat matrik untuk SOP, WI dan format baku untuk semua departemen terkait Membuat format-format baku sebagai bentuk saringan dari SJH dan menjaga keterkaitan dari semua departemen terkait Departemen Pembelian Membuat matrik bahan baku beserta nama pemasok dan kelengkapan dokumennya Membuat daftar pemasok yang digunakan dan disetujui oleh perusahaan Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC Membuat SOP penambahan pemasok baru Departemen R&D Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC Membuat tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan yang dibuat oleh IHAC Membuat SOP penggunaan bahan baku baru Departemen Produksi Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI Melaksanakan dan menyimpan formulasi dan WI produksi sesuai dengan matrik bahan Membuat tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan yang dibuat oleh IHAC Membuat SOP untuk proses produksi halal Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada

43 29 No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi Departemen QA/QC Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan Belum ada diketahui oleh LP POM MUI Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing Belum ada lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC Membuat SOP penerimaan bahan Belum ada Departemen Gudang dan Transportasi Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan Belum ada diketahui oleh LP POM MUI Memberikan tanda pada kemasan (logo, nomor lot, nama dan alamat lokasi penyimpanan bahan baku dan produk Belum ada jadi) yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan Membuat prosedur penyimpanan bahan baku dan produk jadi serta pengiriman produk jadi yang menjamin Belum ada terhindarnya dari kontaminasi oleh barang haram/najis. Membuat SOP penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku dan produk jadi, serta pengiriman produk Belum ada jadi ke pelanggan. Sistem Membuat diagram alir proses produksi Belum ada 3f administrasi Membuat daftar distribusi format baku/gf Belum ada Membuat folder untuk order pembelian bahan baku Belum ada Membuat buku inventarisasi bahan baku masuk oleh Belum ada departemen QA/QC Membuat kartu lokasi penyimpanan bahan baku dan Belum ada lokasi bahan baku di dalam sistem computer Membuat format formulasi R&D Belum ada Membuat format proses produksi dan pembersihan Belum ada fasilitas produksi Sistem 3g Membuat format penyimpanan bahan baku dan produk Belum ada dokumentasi jadi Membuat format untuk pengiriman produk jadi Belum ada Membuat format laporan berkala mengenai evaluasi dan Belum ada monitor proses pelaksanaan SJH Membuat jadwal kegiatan pelatihan dan sosialisasi Belum ada mengenai SJH bagi karyawan Membuat format mengenai tindakan perbaikan atas Belum ada ketidaksesuaian Melakukan kaji ulang manajemen Belum ada 3h Sosialisasi Membuat notulen rapat internal bulanan Belum ada 3i Pelatihan Membuat jadwal pelatihan berkala untuk karyawan Belum ada 3j 3k 3l 3m Komunikasi internal dan eksternal Audit Internal Tindakan perbaikan Kaji ulang manajemen Melakukan rapat bulanan tentang pelaksanaan SJH, dan pelaporan berkala ke LP POM MUI Melakukan audit internal SJH secara berkala untuk dokumentasi dan pelaksanaan di lapangan Membuat format baku/gf dan melakukan kaji ulang manajemen untuk perbaikan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan dan penerapan SJH Melakukan rapat berkala dengan seluruh karyawan untuk membahas tindak lanjut dalam perbaikan proses Belum ada Belum ada Belum ada Belum ada

44 30 No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi penerapan SJH Membuat panduan SJH Belum ada Membuat diagram alir penetapan titik kritis bahan dan produk jadi Belum ada Membuat SOP untuk setiap departemen Belum ada Membuat daftar bahan, titik kritis, dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat daftar proses produksi, titik kritis, dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong untuk semua produk yang disertifikasi halal Belum ada Membuat format audit halal internal yang berisi pokokpokok pertanyaan yang harus dicakup pada saat Belum ada 4 Lampiran pelaksanan audit halal internal Membuat format laporan berkala Belum ada Membuat format laporan ketidaksesuaian Belum ada Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI Belum ada Membuat notulen pertemuan tindakan manajemen Belum ada Membuat surat pengangkatan IHAC Belum ada Membuat format administrasi untuk : pembelian, penerimaan bahan oleh QA/QC yang menyangkut kehalalan bahan, format penyimpanan bahan, format Belum ada aktifitas R&D, produksi, penyimpanan produk, dan distribusi 3. Diskusi dengan Manajemen Puncak dan Pakar SJH Diskusi dengan Manajemen Puncak adalah untuk membahas hasil analisis kebutuhan perusahaan untuk menyusun SJH serta membahas kesiapan perusahaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Berdasarkan hasil diskusi disarankan untuk melakukan pengkajian kesenjangan perusahaan dibandingkan kebutuhan dan prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap departemen yang terkait. Langkah selanjutnya membuat daftar yang perlu ditelaah, siapa yang bertanggung jawab dalam menelaahnya, dan waktu yang harus dipenuhi untuk pemenuhannya. dapat dilihat pada Lampiran 1. Langkah selanjutnya berdiskusi dengan Pakar SJH yang dalam hal ini berdiskusi dengan senior auditor MUI untuk melihat kekurangan yang masih harus dipenuhi oleh perusahaan. Hasil diskusi dengan pakar SJH ini adalah beberapa kekurangan perusahaan berkaitan dengan lingkup komponen implementasi SJH yang akan diperiksa pada saat dilakukan audit SJH seperti yang

45 31 terlihat pada Tabel 3, dan beberapa kelengkapan yang masih harus dilengkapi yaitu : 1. Organisasi manajemen halal 2. Kelengkapan SOP (termasuk WI dan format-format kerja) 3. Sosialisasi SJH dan pelatihan SJH 4. Sistem komunikasi eksternal dan internal dalam pelaksanaan SJH 5. Sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan SJH 6. Sistem pelaporan internal dan eksternal pelaksanaan SJH Tabel 3. Lingkup komponen audit implementasi SJH No Departemen Dokumen yang dipersiapkan 1 Pembelian Acuan teknis pembelian : 1. Daftar bahan baku 2. SOP pengajuan material baru 3. Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI, dll. 2 QA/QC Acuan teknis QA/QC : 1. Daftar bahan baku 2. SOP QA/QC, dll. 3 Gudang bahan baku Acuan teknis gudang bahan baku : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen gudang, dll. 4 Produksi Acuan teknis produksi : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen produksi, dll. 5 R&D Acuan teknis R&D : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen R&D, dll. 6 Gudang produk jadi 7 Departemen lain yang terkait Acuan teknis gudang produk jadi : 1. Daftar produk jadi 2. SOP departemen gudang, dll. 1. Acuan teknis bagian 2. SOP, dll. Penanggung jawab departemen Manajer Pembelian Manajer QA/QC Manajer Produksi & Gudang Manajer Produksi & Gudang Manajer R&D Manajer Produksi & Gudang Manajer departemen terkait Lokasi departemen Departemen Pembelian Area QA/QC Area Gudang Area Produksi Area R&D Area Gudang Area masingmasing departemen

46 32 Untuk keperluan pengajuan audit SJH ke LP POM MUI, perusahaan diminta untuk mempersiapkan dokumen teknis dan administratif yang berkaitan dengan proses auditing sebagai berikut : 1. Bagan alir proses (manual proses) 2. Spesifikasi untuk masing-masing bahan baku dan bahan tambahan 3. Dokumen pembelian bahan-bahan dalam tiga bulan terakhir 4. Contoh bahan baku dan produk akhir berikut kemasannya 5. Pada saat audit berlangsung, bila audit akan sekalian dengan sertifikasi produk maka produk-produk yang didaftarkan untuk mendapatkan sertifikasi halal supaya proses produksinya sedang berlangsung pada saat dilakukan audit. Rancangan dokumen SJH sebelumnya dibuat dalam bahasa Inggris dan berdasarkan masukan dari pakat SJH ini selanjutnya dibuatkan dalam dua bahasa yaitu Bahsa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hal ini bertujuan agar seluruh karyawan paham akan manual SJH yang diterbitkan serta agar pelanggan asing yang memerlukan panduan SJH dalam bahasa Inggris sudah tersedia. Pakar SJH juga memberikan masukan yang lainnya yaitu mengenai informasi dasar perusahaan. Hal ini sudah dilampirkan dalam Company Profile. Lembar pengesahan oleh pimpinan memang belum dilakukan karena rancangan manual SJH ini masih berupa konsep. Lingkup penerapan SJH sudah dilengkapi yaitu mulai dari kedatangan bahan baku di gudang sampai kepada pengiriman produk perisa jadi ke pelanggan. Persyaratan tugas IHAC sudah pula diperbaiki, serta acuan teknis untuk setiap departemen sudah dimasukkan dalam perbaikan dalam rancangan SOP untuk masing-masing departemen. Lampiran yang diminta oleh LP POM MUI meliputi format laporan berkala, format laporan temuan/ketidaksesuaian, notulen pertemuan tindakan manajemen serta surat pengangkatan IHAC sudah dibuatkan. Demikian juga untuk daftar seluruh bahan baku yang akan disertifikasi halal sudah disiapkan dan terlampir. Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil evaluasi dokumen SJH yang dilakukan oleh pakar SJH dari LP POM MUI, yang dilakukan pada minggu pertama bulan

47 33 Desember Sebagian besar dari hasil pemeriksaan tersebut sudah YA yang berarti sudah memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan oleh LP POM MUI. Ada beberapa yang masih TIDAK, hal ini berarti dokumen SJH tersebut masih memerlukan perbaikan. Pada klausul pelatihan belum adanya daftar pelatihan berkala untuk karyawan khususnya untuk sosialisasi dan pelatihan halal bagi karyawan. Kekurangan ini sudah diperbaiki pada proses penyusunan dan pengkajian ulang perancangan SJH pada rapat berikutnya. Tabel 4. Hasil pemeriksaan dokumen SJH oleh Pakar LP POM MUI a. Bagian PPlC / Pergudangan YA Catatan : disesuaikan dengan kondisi perusahaan 1. Apakah SOP untuk tiap bagian tsb telah mencukupi aspek Kehalalan seperti pada Buku Panduan Penyusunan SJH (hal 53-56)? a. Bagian R&D YA b. Bagian QA/QC YA c. Bagian Pembelian YA d. Bagian Produksi YA e. Bagian PPIC / Pergudangan YA F. SISTEM ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI 1. Apakah dalam manual halal di jelaskan sistem administrasi & dokumentasi produksi halal yang YA menggambarkan keterkaitan antar bagian (kemampuan telusur halal)? 2. Apakah dalam manual halal dilampirkan contoh borang-borang YA terkait dgn pertanyaan No.F1 G. PELATIHAN TIDAK 1. Apakah ada perencanaan pelatihan SJH kepada karyawan? TIDAK 2. Apakah ada perencanaan sosialisasi SJH kepada karyawan? H. PEMANTAUAN DAN EVALUASI 1. Apakah ada prosedur audit internal SJH? *) hal 22-24) YA 2. Apakah ada daftar pertanyaan atau pokokpokok yang harus dicakup oleh auditor ketika melakukan audit? YA *) hal 57-63)

48 34 3. Apakah ada format laporan temuan, tindakan perbaikan dan pencegahan masuknya unsur haram *) hal 65). I. KAJI ULANG MANUAL SJH Apakah ada prosedur kaji ulang dan revisi terhadap manual Sistem YA Jaminan Halal (SJH)? KESIMPULAN: - Dokumen Sistem Jaminan Halal yang dibuat masih perlu perbaikan/revisi. - Agar dokumen Sistem Jaminan Halal disusun dalam bahasa Indonesia juga. - Untuk revisi atau perbaikan harap tetap menggunakan Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal *) Rangkuman Komponen yang harus dilakukan Perlu Perbaikan Perbaikan/revisi, disempurnakan atau belum Belum dilampirkan. (Disempumakan Dibuat / ) dituliskan A1 Informasi dasar perusahaan X A2 Lembar pengesahan yang ditandatangani oleh Pimpinan X B3 Lingkup penerapan SJH X D3 Persyaratan dan tugas AHI X El Acuan teknis sebagai rujukan tiap bagian/departemen X G1 Perencanaan pelatihan dan sosialisasi X Belum dilampir kan LAMPIRAN 1 Format Laporan Berkala X 2 Format Laporan Temuan/Ketidaksesuaian X 3 Notulen Pertemuan Tindakan Manajemen X 4 Daftar seluruh Bahan Baku yang disertifikasi Halal X 5 Surat Keputusan Pengangkatan Tim Auditor Halal Internal X Rekomendasi: Pemeriksa Ir. Nur Wahid MSi. DDA (SJH Dapat Dilakukan Audit) Tgl.Dokumen 17 Desember 2010 PTTM (SJH Perbaikan tanpa tatap muka) V Tgl. Periksa 22 Desember 2010 PDTM (SJH Perbaikan dengan tatap muka) Edisi/Submitke Baru/1 4. Penyusunan Rancangan Draft Manual SJH Penyusunan rancangan draft manual SJH ini dilakukan oleh Tim SJH dengan didasarkan panduan yang dikeluarkan oleh LP POM MUI (LP POM MUI, 2008) dan dengan mengambil bahan dari hasil perancangan yang telah dilakukan.

49 35 Hasil dari penyusunan rancangan manual SJH ini adalah berupa konsep manual SJH perusahaan Kendali dokumen (document control) Kendali dokumen terdiri dari : daftar isi Manual SJH, lembar pengesahan SJH, dan daftar distribusi dokumen. Dalam hal ada perbaikan atau rivisi dari dokumen SJH, IHAC akan menginformasikannya dalam rapat internal perusahaan yang dihadiri oleh semua departemen yang berhubungan dan dihadiri pula oleh Manajemen Puncak. Dokumen yang obsolete akan dipegang oleh IHAC. Master Dokumen dari SJH harus disahkan (approved by) Manajer Umum dan diketahui oleh Direktur dan semua Kepala Departemen / Perwakilan Departemen yang bersangkutan. Setiap ada perubahan dokumen harus disebarkan kepada semua pemegang dokumen dan harus dibuatkan daftarnya seperti Tabel 5. Tabel 5. Daftar distribusi penerima dokumen Jumlah Nama Dokumen Pemegang Dokumen 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Direktur / Manajer Umum 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen R&D (Manajer R&D) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen QA/QC (Manajer QA/QC) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Pembelian (Manajer Pembelian) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Penjualan (Manajer Penjualan) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Produksi (Manajer Produksi) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Gudang (Manajer Gudang dan Transportasi) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Departemen Keuangan (Finance Controller) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Copy) Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) 1 Sistem Jaminan Halal R-0 (Master) Internal Halal Audit Coordinator (IHAC)

50 36 Daftar distribusi untuk dokumen dan format baku dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel distribusi dokumen, yang memuat departemen mana yang menerbitkan format baku tersebut, departemen mana saja yang terlibat dan harus menyetujui hasil dari format baku tersebut, serta departemen mana saja yang harus mendapatkan kopiannya dan departemen mana yang harus menyimpan dokumen aslinya Pendahuluan Pendahuluan Manual SJH terdiri dari : informasi dasar perusahaan, tujuan penerapan SJH, dan ruang lingkup penerapan SJH Informasi dasar perusahaan Informasi dasar perusahaan merupakan pernyataan identitas diri atau profil perusahaan berisi nama perusahaan, alamat, jenis produk, kapasitas produksi, tempat maklon jika ada, jumlah lini produksi, jumlah tenaga kerja, jangkauan pasar, dan lain-lain (Lampiran 3). Untuk saat ini PT GIA baru memproduksi perisa dalam bentuk cair. Proses pembuatan perisa cair ini dimulai dengan adanya formula produksi dari Bagian R&D, selanjutnya pengumpulan bahan baku sesuai dengan lot yang sudah ditentukan dalam lembar formulasi tersebut. Pengecekan sesuai lot yang akan dipakai oleh IHAC untuk memastikan bahwa semua lot tersebut telah sesuai dari persaratan kehalalan bahan bankunya. Semua bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam suatu tangki pencampuran. Pertama-tama dimasukkan pelarut, biasanya propylene glycol (PG) untuk perisa yang larut dalam air, ataupun digunakan minyak tumbuhan atau minyak kelapa sebagai pelarut perisa yang tidak larut dalam air atau perisa yang larut minyak. Selanjutnya dimasukkan bahan-bahan baku lainnya sesuai dengan urutan yang ada dalam lembar formula produksi. Proses pemanasan bahan terkadang dilakukan untuk melarutkan bahan, misalnya untuk mempercepat pelarutan vanillin atau ethyl vanillin di dalam PG. Proses selanjutnya adalah pengadukan dengan menggunakan pengaduk listrik dengan putaran kecepatan yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah bahan yang ada di dalam tangki pengadukan. Setelah rata maka segera dimasukkan ke dalam jerigen

51 37 biru sambil ditimbang. Kemasan produk yang ada di PT GIA adalah paling kecil 1 kilogram yang biasanya dipakai sebagai contoh untuk percobaan produksi pelanggan, kemudian kemasan jerigen 5 kilogram, dan kemasan normal yaitu 25 kilogram. Langkah selanjutnya adalah pelabelan produk jadi yang berisi kode produk, nama produk, tanggal produksi, nomor bat, serta alamat perusahaan. Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2, dan diagram alir proses produksi perisa cair dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada saat ada proyek baru dari pelanggan melalui departemen penjualan maka akan diteruskan ke departemen R&D untuk dilakukan proses pengembangan produk. Departemen R&D akan menggunakan bahan baku yang sudah ada juga memerlukan bahan baku baru. Bahan baku baru dimintakan oleh departemen R&D ke departemen pembelian dengan terlebih dahulu ditentukan spesifikasi bahan baku yang diperlukan. Kemudian departemen pembelian memintakan contoh bahan baku dari pemasok yang harus dilengkapi dengan dokumen bahan yang meliputi spesifikasi produk, lembar keselamatan bahan, halal sertifikat dan atau diagram alir pembuatan bahan. Contoh daftar pemasok bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 5, dan Lampiran 6. Contoh daftar produsen bahan baku. Setelah contoh bahan baku diterima oleh departemen pembelian selanjutnya diberikan ke departemen R&D. Bila bahan baku tersebut bisa dipakai dan sesuai dengan spesifikasi permintaan dari departemen R&D, maka proses pembelian dapat dilanjutkan dengan cara meminta penawaran harga, jumlah minimal pembelian, ketersediaan bahan baku, dan waktu ketersediaan bahan baku tersebut. Apabila semua telah sesuai dari segi harga dan kelengkapan dokumennya, maka departemen pembelian akan mengeluarkan order pembelian yang terlebih dahulu harus melalui pengesahan dari manajer umum. Pada saat bahan baku tersebut datang maka harus disertai dengan sertifikat analisis dan semua dokumen pendukung lainnya dan disesuaikan dengan order pembelian baik menyangkut spesifikasi bahan, jumlah, dan harganya. Order bahan baku baru tersebut masuk ke departemen gudang, departemen gudang melakukan pengecekan fisik barang, kelengkapan dokumen seperti yang disebutkan termasuk sertifikat halalnya. Kalau semua dokumen lengkap dan barang sesuai dengan order pembelian maka departemen gudang akan

52 38 menempelkan label kuning sebagai tanda Awaiting QC atau menunggu pengecekan oleh departemen QA/QC. Apabila tidak sesuai maka bahan baku tersebut segera diberitahukan ke departemen pembelian untuk segera dikembalikan. Langkah selanjutnya departemen QA/QC mengambil contoh bahan baku tersebut dan dibandingkan dengan standar. Standar yang digunakan untuk pembanding pertama departemen QA/QC ini adalah standar yang diberikan dari departemen R&D. Apabila dari segi dokumen dan hasil panel sudah sesuai maka departemen QA/QC akan memberikan label hijau QC Approved yang berarti telah di setujui departemen QA/QC. Tetapi apabila tidak sesuai, maka departemen QA/QC akan menerbitkan surat ketidaksesuaian bahan baku yang ditujukan ke departemen pembelian untuk diteruskan ke pemasoknya agar segera dilakukan penggantian. Untuk bahan baku yang sudah disetujui oleh departemen QA/QC, selanjutnya bahan baku tersebut disimpan dilokasi tertentu oleh departemen gudang sesuai dengan karakteristik produk tersebut yang didapatkan dari lembar keselamatan bahan dan spesifikasi produk berdasarkan juga saran dari departemen QA/QC. Departemen produksi hanya akan memakai bahan baku dari lot yang sudah disetujui oleh deprtemen QA/QC dan sudah diberi label hijau. Proses produksi dilakukan, dan hasil produk jadi akan diperiksa ulang oleh departemen QA/QC untuk mengetahui kesesuainnya dengan standar dan spesifikasinya. Standar pertama ini diberikan oleh departemen R&D, dan standar selanjutnya ditentukan oleh departemen QA/QC yang didapat dari bat atau lot yang sudah disetujui/approved. Bila departemen QA/QC sudah menyetujui dan menempelkan label hijau, maka produk jadi tersebut dibawa ke departemen gudang untuk diregistrasi. Tatacara pembuatan label produk dapat dilihat pada Lampiran 7. Langkah selanjutnya dilakukan persiapan pengiriman kepada pelanggan sesuai dengan jadwal permintaan dari departemen penjualan. Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

53 39 Proyek dari pelanggan melalui departemen penjualan Permintaan bahan baku baru oleh departemen R&D Permintaan contoh/pembelian bahan baku oleh departemen pembelian Penerimaan bahan baku oleh departemen gudang Pengecekan bahan baku oleh departemen QA/QC Penyimpanan bahan baku di gudang Pemakaian bahan baku oleh departemen produksi Pengecekan produk jadi oleh departemen QA/QC Penyimpanan di gudang dan proses pengiriman ke pelanggan Gambar 2. Diagram alir proses produksi Tujuan penerapan SJH Perusahaan harus menyatakan secara tertulis tujuan penerapan SJH di perusahaannya sesuai dengan aturan yang telah digariskan oleh LP POM MUI, yaitu : menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara sinambung dan konsisten sesuai dengan syariat Islam yang ditetapkan berdasarkan fatwa MUI. Tujuan penerapan ini dituangkan dalam kebijakan halal dari PT GIA Ruang lingkup penerapan manual SJH Perusahaan menjelaskan jangkauan penerapan sistem jaminan perusahaan di lingkungan perusahaan, antara lain pembelian, penerimaan bahan, lini produksi, penyimpanan bahan dan produk, transportasi, dan distribusi. Cakupan Halal dari PT GIA dimulai dari pengembangan produk baru, pembelian bahan baku,

54 40 penanganan bahan baku yang tiba di gudang, penyimpanan bahan baku yang baru datang, pengecekan bahan baku yang baru datang oleh QA/QC, proses persiapan lot bahan baku yang akan dipakai produksi, proses produksi, pengecekan hasil produksi oleh departemen QA/QC, penyimpanan produk akhir, persiapan pengiriman bahan jadi dan pengiriman ke pelanggan Komponen Manual SJH Sistem Jaminan Halal mempunyai komponen-komponen sebagai berikut : Kebijakan halal Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis tentang komitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong, serta konsistensi dalam proses produksi halal. PT GIA berkomitmen untuk memproduksi perisa yang halal secara konsisten dan mengacu pada standar dari LP POM MUI dan memelihara kehalalan perisa dalam setiap tahapan proses produksinya. Hal ini berhubungan dengan pemakaian bahan baku yang halal dan pemisahan tempat untuk bahan baku yang TIDAK HALAL, begitu juga untuk peralatan dalam proses produksinya. Sistem Jaminan Halal (SJH) akan dikomunikasikan dan diterapkan kepada seluruh tingkatan manajemen dan karyawan PT GIA dengan tujuan menjadikan standar proses produksi, pergudangan, pengepakan, dan seluruh urutan proses sesuai dengan peraturan halal untuk semua produk perisa yang halal. Sebagai bentuk komitmen dari manajemen didokumentasikan dengan daftar hadir dari setiap rapat SJH, dan dokumentasi ini disimpan oleh IHAC sebagai bukti pertanggung jawaban kepada LP POM MUI Panduan halal Panduan halal adalah pedoman perusahaan dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produksi halal. Definisi dari produk halal adalah yang sesuai dengan syariah dan ketentuan produk halal menurut aturan Islam yaitu : a. Tidak mengandung babi dan atau bagian maupun produk turunannya.

55 41 b. Semua bahan baku yang berasal dari hewan yang halal harus disembelih menurut aturan dan Syariah Islam. c. Semua peralatan yang digunakan untuk produksi, wadah, gayung, dan kemasan tidak terkontaminasi babi dan sesuatu yang diharamkan. d. Transportasi dan penyimpanan harus dipisahkan dari bahan/produk yang mengandung ataupun yang berasal dari babi dan atau sesuatu yang diharamkan. e. Jika hal-hal yang tersebut di atas pernah digunakan atau terkontaminasi oleh babi dan turunannya dan atau dari sesuatu produk yang diharamkan maka harus dibersihkan sesuai dengan aturan dan syariah Islam. f. Tidak mengandung khamr (etanol) Matrik untuk bahan baku tidak dapat dimuat lengkap dalam tulisan ini berhubungan dengan kerahasiaan perusahaan, namun contoh dari sebagian matrik bahan baku yang berisi nama bahan, kode bahan, nama pemasok, nama produsen, negara produsen, kelengkapan data yang didapat dari internet, buku Archtander s sebagai buku panduan bahan baku perisa, spesifikasi produk, lembar keselamatan bahan, sertifikat analisis, in-house halal statement, halal sertifikat, dan tambahan informasi data terlampir pada Lampiran 8. Contoh daftar bahan baku yang dipakai dan contoh penggolongan bahan baku berdasarkan kriteria kritis keharaman dapat dilihat pada Lampiran 9. Semua kelengkapan dokumen dari bahan baku didokumentasikan dengan cara dipindai dan disimpan dalam folder di komputer. Penyimpanan dokumentasi berdasarkan kode dan nama bahan baku dan sebagai intisari dari daftar dokumen. Untuk mempermudah dalam pencarian data, maka kelengkapan dokumen kelengkapan bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam matrik bahan baku yang terus diperbaharui/direvisi setiap tiga bulan sekali atau menurut jumlah banyaknya bahan baku yang baru.

56 Organisasi manajemen halal Organisasi manajemen halal, yaitu organisasi internal perusahaan yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen dalam menghasilkan produk halal. LP POM MUI sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan yang paling tinggi didalam struktur organisasi manajemen halal dan berhak untuk memberikan dan mencabut sertifikat halal dari perusahaan. Dalam organisasi perusahaan, IHAC adalah sebagai perwakilan dan perpanjangan tangan LP POM MUI yang mempunyai tanggung jawab dan wewewang penuh terhadap pelaksanaan sistem manajemen halal yang ada di dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap LP POM MUI. Struktur organisasi manajemen halal PT GIA dapat dilihat pada Gambar 3. Perwakilan Manajemen Puncak (Manajer Umum / Direktur) LP POM MUI Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) Manajer Keuangan QA/QC Dept. QC Manager Penjualan Pembelian R&D Produksi Gudang dan Transportasi Gambar 3. Struktur organisasi manajemen halal Dari Gambar 3 terlihat bahwa posisi Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) cukup penting dan strategis karena berada langsung di bawah Direktur, mengkoordinasikan manajer-manajer QA/QC, Penjualan, Pembelian, R&D, Produksi, serta Gudang dan Transportasi, IHAC juga melakukan komunikasi dengan LP POM MUI mewakili PT GIA. Uraian kerja Manajemen Puncak dan setiap manajer terkait dapat dilihat pada Lampiran 10.

57 Standard Operation Procedure (SOP) dan acuan teknis Standard Operation Procedure (SOP) yaitu suatu perangkat instruksi yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin dan acuan teknis. SOP sebagai dokumen untuk membantu pekerjaan bidang-bidang terkait dalam melaksanakan fungsi kerjanya. Pelaksanaan SOP adalah merupakan suatu keharusan bagi karyawan untuk melaksanakan fungsi kerjanya. Siapa pun pelaksananya maka SOP tersebut adalah tetap dan tidak boleh dirubah oleh karyawan tanpa seijin dan sepengetahuan dari manajemen Sistem administrasi dan dokumentasi Sistem administrasi, yaitu suatu keharusan bagi perusahaan untuk mendesain suatu sistem administrasi terintegrasi yang dapat ditelusuri (traceable) dari pembelian bahan sampai dengan distribusi produk ke pelanggan. Serta sistem dokumentasi, yaitu pendokumentasian yang baik dan mudah diakses oleh pihak yang terlibat dalam proses produksi halal termasuk oleh LP POM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal. Sistem dokumentasi yang dilakukan di PT GIA yang dilakukan untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian bahan ataupun ketidaksesuaian selama proses produksi perlu dilakukan. Sistem dokumentasi ini juga diperlukan sebagai catatan untuk melakukan tindakan pencegahan dan tindakan perbaikan jangan sampai suatu kesalahan terulang kembali. Sistem dokumentasi ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Spesifikasi produk, Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS = Material Safety Data Sheet), sertifikat halal, dan bagan air produksi. Tanda terima pembelian bahan. Catatan pemeriksaan bahan baku (Incoming Raw Material Log Book Record). Catatan pemeriksaan Produk Jadi (Finished Goods Log Book Record) HACCP Monitoring Ceklist untuk Departemen Produksi. Prosedur perbaikan untuk produk yang tidak sesuai dengan persaratan HACCP. Dokumentasi dari proses produksi.

58 44 Dokumentasi dari catatan QA/QC untuk setiap lot bahan baku dan produk jadi. Penetapan prosedur pendataan bertujuan untuk mendata agar SOP tepat mengenai sasarannya. Prosedur pendataan dapat dilakukan dengan cara : Secara berkala memeriksa dokumentasi. Melibatkan Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) Sosialisasi serta Pelatihan Sosialisasi, yaitu SJH yang telah dibuat dan diimplementasikan oleh perusahaan harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan, yaitu seluruh manajemen dan karyawan perusahaan dan pemasok. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian atas pelaksanaan SJH di perusahaan. Serta pelatihan, adalah penjadwalan pelatihan bagi seluruh pelaksana SJH dalam periode waktu tertentu. Pelatihan halal sebagai suatu ketetapan LP POM MUI kepada perusahaan sebagai bentuk komitmen manajemen untuk terlaksananya sistem jaminan halal (SJH) di perusahaan. Perusahaan akan mengirimkan perwakilannya untuk menghadiri seminar halal dan atau pelatihan internal audit halal yang memberikan prioritas kepada departemen-departemen yang berhubungan. Sosialisasi halal dilakukan dalam diskusi perusahaan dalam rapat internal yang dihadiri semua departemen dan Manajemen Puncak. Hal ini didokumentasikan dari notulen hasil rapat. Contoh jadwal pelatihan berkala untuk karyawan khususnya yang berkaitan dengan pembekalan mengenai SJH dan halal dapat dilihat pada Lampiran Komunikasi internal dan eksternal Komunikasi internal dan eksternal. Pengertian komunikasi internal adalah mengkomunikasihan pelaksanaan dan hasil dari penerapan SJH diperusahaan dan komunikasi eksternal dilakukan oleh pihak perusahaan kepada pihak luar seperti pemasok dan LP POM MUI. Komunikasi internal dilaksanakan dengan cara melakukan rapat bulanan dengan seluruh karyawan perusahaan dan menerapkan penggunaan format-format

59 45 baku untuk semua departemen terkait. Komunikasi eksternal dengan LP POM MUI dilakukan dengan cara berkonsultasi bila ada perubahan proses atau bahan baku baru, serta melakukan pelaporan rutin dalam enam bulanan oleh IHAC Audit internal Audit internal, dilakukan untuk mengevaluasi pelaksaan SJH dan menentukan departemen-departemen yang masih memerlukan perbaikan. Sistem audit internal dilakukan dengan cara melakukan audit internal yang bertujuan untuk mengevaluasi bahwa sistem benar-benar berjalan sesuai dengan yang diputuskan oleh LP POM MUI, efektifitas penerapan SJH dan pendataan ketidaksesuaian dengan sistem yang telah diberlakukan. Pelaksanaan audit internal untuk setiap komponen dari SJH dilakukan setiap 6 bulan dari tanggal sertifikat halal dan dibuatkan laporannya kepada LP POM MUI. Tim audit halal internal yang diketuai oleh Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) merupakan orang atau tim di dalam perusahaan yang dapat meng-audit secara langsung kepada semua departemen yang berhubungan dengan masalah halal. IHAC berasal dari departemen yang berhubungan dengan proses produksi seperti Pembelian, R&D, QA/QC, Produksi, dan Departemen Gudang dan Transportasi; serta Manajer Umum. Seorang Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut : Mempunyai kewenangan mengkoordinasikan penerapan SJH perusahaan. Memonitor proses produksi halal dimulai dari pemilihan bahan baku sampai kepada produk jadi. Mengerti tentang Haram Critical Point dalam bahan baku dan proses produksi. Mengisi dan memperbaharui seluruh dokumentasi yang berhubungan dengan produk halal. Melakukan internal audit dan melaporkannya ke LP POM MUI setiap enam bulan.

60 46 Mengkomunikasikan dengan LP POM MUI untuk setiap perubahan bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan. Pelaksaan audit internal terbagi menjadi waktu pelaksaan audit halal internal, metode pelaksanaan, pelaksana (auditor), dan pihak yang diaudit (auditee). 1. Waktu pelaksanaan Audit halal intertnal dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap enam bulan atau pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi status kehalalan produk seperti : perubahan manajemen, kebijakan, formulasi, bahan baku, proses, maupun keluhan konsumen. 2. Metode pelaksanaan Audit halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit sistem yang lain, tetapi formulir audit halal internal dan pelaporannya harus dibuat terpisah dari audit sistem yang lain. Audit dilakukan dengan metode wawancara, pengujian dokumen, dan observasi di lapangan. 3. Pelaksana (auditor) Audit halal internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal. Pelaksana audit internal dilakukan oleh audit halal internal dari departemen yang berbeda (cross audit). 4. Pihak yang diaudit (auditee) Pihak yang diaudit adalah seluruh bagian yang terkait dalam proses produksi seperti : - Bagian pembelian - Bagian pengawasan mutu - Bagian produksi - Bagian riset dan pengembangan (R&D) - Bagian penggudangan - Bagian transportasi - Bagian pengembangan SDM

61 47 Tindakan perbaikan atas pelaksanaan SJH dilakukan jika pada saat dilakukan audit halal internal ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaannya. Tindakan perbaikan harus dilakukan sesegera mungkin, jika temuan yang didapatkan berdampak langsung terhadap status kehalalan produk. Semua bentuk tindakan perbaikan dilakukan oleh perusahaan dengan dibuatkan berita acara serta laporannya dan terdolumentasikan dengan baik. Kaji ulang manajemen (managemen review) terhadap SJH secara menyeluruh harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu misalnya minimal setahun sekali. Kaji ulang dilakukan karena berbagai hal, antara lain : Perubahan sistem manajemen perusahaan yang mempengaruhi peran SJH secara menyeluruh atau sebagian, misalnya perubahan peranan auditor halal internal, serta ketidaksesuaian yang sering ditemukan dalam pelaksanaan SJH. Kaji ulang manajemen dilakukan dengan melibatkan seluruh bagian yang terlibat dalam SJH termasuk manajemen puncak. Pertemuan kaji ulang dilaporkan dan dibuatkan rekamannya Tindakan perbaikan Semua tindakan perbaikan baik yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit maupun saat ditemukan ketidaksesuaian harus dilaksanakan sesegera mungkin dan dibuatkan laporannya dalam berita acara perbaikan Kaji ulang manajemen (management review) Kaji ulang manajemen (management review) harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk memperbaharui adanya departemen-departemen dari SJH yang direvisi ataupun untuk memperbaiki bagian yang sering ditemukan ketidaksesuaian Lampiran manual Lampiran yang menjadi bagian dari Manual SJH adalah sebagai berikut :

62 Panduan halal Panduan halal adalah buku panduan halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI tahun 2008 yang dipakai sebagai referensi di dalam perancangan Manual SJH dan poin-poin yang harus dipenuhi oleh perusahaan sebagai prasarat minimal untuk memenuhi persaratan minimal SJH perusahaan Diagram alir penetapan titik kritis Diagram alir penetapan titik kritis terdiri dari : - Identifikasi titik kritis bahan - Identifikasi titik kritis bahan hewani - Identifikasi titik kritis bahan mikrobial - Identifikasi titik kritis bahan lain (tambang, sintetik) - Identifikasi titik kritis penyimpanan dan lini prodiksi - Identifikasi titik kritis distribusi Standard Operation Procedure (SOP) setiap departemen Standard Operation Procedure (SOP) setiap departemen merupakan panduan umum bagi setiap departemen untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan SJH. Uraian lebih lanjut mengenai SOP ini dituangkan dalam Work Instruction (WI) Daftar bahan, titik kritis dan tindakan pencegahannya Penentuan titik kritis keharaman dan identifikasi bahan baku yang haram menurut Panduan Umum SJH LP POM MUI adalah bahan baku sebagai berikut : Tidak mengandung alkohol (etanol) Tidak mengandung babi dan turunannya Bahan baku yang berasal dari hewan harus berasal dari spesies yang halal dan disembelih berdasarkan syariah Islam. Tabel contoh hasil penetapan titik kritis bahan baku dan tindakan pencegahannya dapat dilihat pada Lampiran 12. Contoh tabel hasil penetapan titik kritis proses produksi dan tindakan pencegahannya dari bahan haram/najis dapat dilihat pada Lampiran 13.

63 Daftar proses produksi, titik kritis dan tindakan pencegahannya Identifikasi titik kritis dalam produksi bertujuan untuk menentukan di tahapan yang mana di dalam proses produksi yang dapat terjadi kemungkinan kontaminasi silang ataupun masuknya bahan yang non-halal ke dalam bahan yang halal. Selanjutnya dilakukan tahapan pencegahan untuk menghilangkan kemungkinan tersebut. Pada penelitian ini baru dilakukan penentuan Haram Analysis Critical Control Points (HACCP) untuk perisa cair. Sebab produk yang dibuat di lokasi pabrik PT GIA adalah baru hanya produk perisa cair. HACCP untuk perisa cair dapat dilihat pada Lampiran Matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong semua produk yang disertifikasi halal Matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong semua produk yang disertifikasi halal harus dibuatkan daftarnya. Daftar tersebut terdiri dari daftar semua bahan baku yang dipakai dan ada diperusahaan. Daftar tersebut dibuatkan oleh departemen R&D dan dan diketahui oleh Manajer Umum dan IHAC. Revisi daftar bahan baku ini harus dilakukan secara rutin dan teregistrasi mulai dari revisi nol dan seterusnya. Daftar untuk bahan penolong juga perlu dibuatkan seperti daftar merek pembersih yang digunakan untuk peralatan produksi dan peralatan laboratorium, bahan pelumas mesin yang selain harus food grade juga harus halal bila bersentuhan dengan produk Formulir audit halal internal (AHI) yaitu pokok-pokok pertanyaan yang harus dicakup AHI pada saat audit Format audit halal internal (AHI) yaitu pokok-pokok pertanyaan yang harus dicakup AHI pada saat audit dibuatkan untuk audit dari setiap departemen dan dilakukan secara lintas departemen, misalnya bila dilakuakan audit di departemen pembelian maka yang akan melakukan audit adalah departemen lain yang diketuai oleh IHAC. Hal ini untuk menjaga obyektifitas hasil internal audit tersebut. Format-format internal audit untuk setiap departemen tersebut disimpan

64 50 oleh IHAC, dan bila akan dilakukan maka format tersebut akan diperbanyak dari master dokumennya Format laporan berkala Format laporan berkala internal audit terdiri dari format bulanan yang memuat tentang intisari dari jumlah lot yang diproduksi, jumlah bahan baku yang dibeli, jumlah ketidaksesuain bahan baku maupun produk jadi berdasarkan mutu maupun dilihat dari segi kritis kehalalannya. Format pelaporan ini akan dibawa ke rapat bulanan manajemen untuk dilakukan tindakan perbaikan. Format pelaporan rutin kepada LP POM MUI disepakati untuk dilakukan enam bulan sekali yang merupakan pengkajian dan pemberitahuan untuk seluruh perubahan yang telah dilakukan di perusahaan berhubungan dengan pelaksanaan SJH dan perubahan bahan baku, perubahan, pemasok, perubahan dokumen, dan sistem organisasi Format laporan ketidaksesuaian Format laporan ketidaksesuaian terbagi menjadi dua format, yatu format ketidaksesuaian yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Critical Control Points (HACCP). Format lainnya adalah format yang berhubungan dengan penyimpangan pelaksanaan SJH dan penyimpangan yang dapat menimbulkan efek fatal terhadap pelaksanaan SJH atau kehalalan produk termasuk kontaminasi oleh bahan yang najis atau haram Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI merupakan daftar lembaga sertifikasi yang dikeluarkan dan disetujui oleh LP POM MUI. Daftar lembaga sertifikasi ini terdiri dari Lembaga Sertifikasi Halal Internasional yang masing-masing lembaga tersebut menerapkan tatacara dan kebijakan dalam penentuan dan penerbitan sertifikat halal. Sebagai contoh IFANCA, selain produk yang disertifikasinya harus bersertifikat halal juga untuk setiap produknya harus tercetak logo Cress M, apabila kedua atau salah satu persaratan ini tidak ada maka sertifikasi halal dari produknya tidak diakui oleh LP POM MUI.

65 Notulen pertemuan tindakan manajemen Notulen pertemuan tindakan manajemen merupakan perbaikan yang harus dilakukan oleh perusahaan dengan sepengetahuan manajemen perusahaan. Rapat ini dilaksanakan setiap bulan untuk mendiskusikan pelaksanaan proses SJH dan melakukan tindakan perbaikan yang masih harus dilakukan dengan berdasarkan pada prioritasnya. Rapat ini harus dihadiri oleh perwakilan manajemen puncak, yaitu oleh Direktur dan Manajer Umum, sebagai bentuk komitmen perusahaan atas pelaksanaan kebijakan SJH di perusahaan Surat keputusan pengangkatan IHAC Surat keputusan pengangkatan IHAC dilakukan oleh Manajemen Puncak, dalam hal ini ditandatangani oleh Manajer Umum. IHAC merupakan orang yang independen dan tidak dipengaruhi oleh manajer departemen lainnya. IHAC bertanggung jawab kepada Manajer Umum dan merupakan perpanjangan tangan dari LP POM MUI di dalam perusahaan untuk pelaksanaan SJH Format administrasi Format administrasi yang meliputi : pembelian, penerimaan bahan baku oleh gudang, dan pemeriksaannya oleh QA/QC menyangkut kehalalan bahan dan dokumen pendukung mutu dan kehalalan, penyimpanan bahan, R&D, produksi, penyimpanan produk, dan distribusi produk akhir kepada pelanggan. 5. Analisis Kebutuhan SOP Semua Departemen Terkait Dari hasil kajian terhadap Panduan Umum Sistem Jaminan Halal yang dikeluarkan LP POM MUI pada 2008, termasuk Manual Sistem Jaminan Halal dan lampirannya, maka dapat dilihat kebutuhan SOP pada PT GIA seperti pada Tabel 6. Sebagai industri perisa, untuk perusahaan ini ada beberapa tambahan/modifikasi SOP terhadap contoh SOP yang tercantum pada lampiran Manual SJH dalam panduan umum tersebut.

66 52 Tabel 6. Daftar kebutuhan SOP untuk PT GIA dalam rangka penyusunan manual SJH Departemen R&D Pembelian QA/QC Penjualan Produksi Gudang dan Transportasi IHAC Manajer Umum Standard Operation Procedure (SOP) 1. SOP penetapan bahan baku dan bahan penolong 2. SOP permintaan bahan baku 3. SOP perubahan formula dan pengembangan produk baru 4. SOP pemilihan pemasok 5. SOP pembelian bahan baku dan bahan penolong 6. SOP penerimaan bahan baku dan bahan penolong 7. SOP pemeriksaan bahan baku 8. SOP pemeriksaan produk antara dan produk jadi 9. SOP penerimaan order dari pelanggan 10. SOP pembuatan perisa 11. SOP penyimpanan bahan baku dan bahan penolong 12. SOP penyimpanan kemasan 13. SOP penyimpanan produk jadi 14. SOP pengiriman produk jadi ke pelanggan 15. SOP kendali dokumen 16. SOP audit internal 17. SOP kaji ulang manajemen 18. SOP pelaporan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI 19. SOP Sosialisasi dan pelatihan halal Dari Tabel 6 terlihat bahwa untuk mewujudkan SJH di PT GIA diperlukan 19 SOP untuk mengendalikan proses-proses yang akan dilaksanakan oleh Departemen R&D (3 SOP), Departemen Pembelian (3 SOP), Departemen QA/QC (2 SOP), Departemen Penjualan (1 SOP), Departemen Produksi (1 SOP), Departemen Gudang dan Transportasi (4 SOP), IHAC (4 SOP), dan Manajer Umum (1 SOP). Dari Tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa sangat penting peranan Departemen R&D, Departemen Pembelian, dan Departemen QA/QC dalam penetapan bahan baku dan bahan penolong serta pembelian dan pemilihan

67 53 bahan-bahan tersebut. Hal ini dimaksudkan dengan pemilihan bahan baku yang sudah halal akan mempermudah proses produksi produk jadi yang halal pula, kecuali adanya proses kontaminasi silang selama proses penyimapan bahan baku tersebut ataupun selama proses produksinya. Untuk menghindari adanya penyimpangan selama penyimpanan bahan baku, proses produksi, penyimpanan produk jadi, dan pengiriman ke pelanggan maka diperlukan adanya SOP untuk Departemen : Produksi serta Gudang dan Transportasi. Peranan Departemen Penjualan juga penting untuk mendapatkan order masuk dari pelanggan. Peranan IHAC adalah sangat besar dalam menjamin pelaksanaan SOP ini untuk menjamin pelaksanaan SJH di perusahaan. 6. Penyusunan Draft SOP Sesuai dengan Tabel 6, daftar kebutuhan SOP untuk implementasi SJH di PT GIA telah disusun sebanyak 19 draft SOP dengan rincian seperti pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dilihat daftar rancangan SOP untuk 19 kegiatan dalam rangka pelaksanaan SJH di PT GIA. Hasil pengamatan awal uraian kerja setiap departemen terkait dapat dilihat pada Lampiran 15, dan uraian dari 19 draft SOP untuk PT GIA seperti pada Tabel 7 dapat dilihat pada Lampiran 16. SOP tersebut masing-masing terdiri dari 1-2 halaman yang meliputi nama perusahaan (PT GIA), judul dan kode Standard Operation Procedure (SOP), area departemen yang terkait dengan SOP tersebut, tanggal dan nomor revisi SOP tersebut. Tujuan, ruanglingkup, referensi, dan prosedur merupakan uraian dari setiap SOP termasuk didalamnya format-format pendukung SOP yang berhubungan dan harus dipakai. Contoh surat pengangkatan IHAC dapat dilihat pada Lampiran 17 dan Contoh daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dapat dilihat pada Lampiran 18. Kedua hal terebut merupakan prasyarat dari LP POM MUIyang harus ada dalam manual SJH.

68 54 Tabel 7. Draft SOP untuk SJH PT GIA No. SOP Nama SOP No. Format Nama Format 1. SOP-01-RD Format Penetapan bahan baku dan bahan 01-SOP-01-RD permintaan bahan penolong baku baru 2. SOP-02-RD Format permintan Penggunaan bahan baku 01-SOP-02-RD contoh 3. SOP-03-RD Perubahan formula dan Format revisi 01-SOP-03-RD pengembangan produk baru formula produksi 4. SOP-01-PC Format Pemilihan pemasok 01-SOP-01-PC penerimaan contoh bahan baku baru 5. SOP-02-PC Format Pembelian bahan baku dan bahan 01-SOP-02-PC permintaan data penolong bahan baku 6. SOP-03-PC 7. SOP-01-QA Penerimaan bahan baku dan bahan penolong Pemeriksaan bahan baku 8. SOP-02-QA Pemeriksaan produk antara dan produk jadi 9. SOP-01-SL Penerimaan order dari pelanggan 10. SOP-01-PR Pembuatan perisa SOP-01-QA 01-SOP-02-QA 01-SOP-01-SL 01-SOP-01-PR 02-SOP-01-PR 11. SOP-01-GT Penyimpanan bahan baku dan bahan penolong SOP-02-GT Penyimpanan kemasan SOP-03-GT Penyimpanan produk jadi SOP-04-GT Pengiriman produk jadi ke pelanggan SOP-01-IH Kendali dokumen 01-SOP-01-IH SJH 16. SOP-02-IH Audit internal 01-SOP-02-IH 02-SOP-02-IH 03-SOP-02-IH 04-SOP-02-IH 05-SOP-02-IH Format hasil pengujian panel QA/QC Format ketidaksesuaian Format order penjualan baru Format formula produksi Format lot bahan baku yang digunakan Format memo revisi dokumen Format ceklis audit halal internal Format ceklis AHI pembelian Format ceklis AHI produksi Format ceklis AHI QA/QC Format ceklis AHI R&D

69 55 No. SOP Nama SOP No. Format Nama Format 06-SOP-02-IH Format ceklis AHI gudang 07-SOP-02-IH Format ceklis AHI transportasi 08-SOP-02-IH Format laporan ketidaksesuaian halal 09-SOP-02-IH Format laporan bulanan AHI 17. SOP-03-IH Format notulen Kaji ulang manajemen 01-SOP-03-IH dari tindakan manajemen 18. SOP-04-IH Format laporan Pelaporan pelaksanaan SJH ke LP 01-SOP-04-IH enam bulanan POM MUI AHI 19. SOP-01-MU Sosialisasi dan pelatihan halal Pengkajian Ulang Draft SJH dan SOP-SOP Pengkajian ulang draft SJH dan SOP-SOP dilakukan dengan cara melakukan audit internal yang dilakukan oleh Tim SJH. Audit internal dilakukan sebanyak tiga kali untuk dapat melakukan penyempurnaan dokumen dan sistemnya. Beberapa hasil dari audit internal dapat dilihat pada Lampiran 19. Pada pengajuan audit SJH oleh LP POM MUI hanya dilakukan audit untuk sistem saja tanpa melakukan audit produk perisa dengan pertimbangan persiapan auditnya lebih terfokus dan bila sistemnya sudah benar maka akan lebih mudah untuk melakukan audit produk perisanya. Hasil pemeriksaan dokumen SJH PT GIA oleh LP POM MUI sebagai hasil pemeriksaaan awal adalah seperti Tabel 4. Sebelum pelaksanaan audit implementasi SJH oleh LP POM MUI memprasyaratkan perusahaan untuk mengisi informasi departemen-departemen yang terkait dalam pelaksanaan SJH dan mengirimkannya terlebih dahulu ke LP POM MUI untuk dilakukan pengkajian. Sebagai langkah selanjutnya adalah pemenuhan kekurangan dokumen yang dimintakan oleh LP POM MUI, kemudian dilakukan audit oleh LP POM MUI setelah kelengkapan prasyarat telah dipenuhi. Beberapa hasil eksternal audit oleh LP POM MUI dapat dilihat pada Lampiran 20.

70 56

71 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Dari hasil analisis kebutuhan perusahaan PT GIA, diketahui bahwa diperlukan berbagai komponen SJH meliputi kendali dokumen, pendahuluan (antara lain profile perusahaan, tujuan penerapan SJH dan lingkup penerapan SJH), kebijakan halal, panduan halal, susunan organisasi, berbagai SOP, acuan teknis, sistem administrasi, sistem dokumentasi, sosialisasi dan pelatihan, komunikasi internal dan eksternal, audit internal, tindakan perbaikan, dan kaji ulang manajemen. Hampir seluruh kebutuhan tersebut belum dimiliki oleh PT GIA. 2. Manual SJH di PT GIA telah tersusun dalam bentuk suatu dokumen sesuai dengan berbagai komponen SJH yang dibutuhkan berdasarkan Panduan Halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI. 3. Telah tersusun 19 draft SOP untuk mendukung penerapan SJH di PT GIA. SOP-SOP tersebut adalah : Penetapan bahan baku dan bahan penolong, penggunaan bahan baku, perubahan formula dan pengembangan produk baru, pemilihan pemasok, pembelian bahan baku dan bahan penolong, penerimaan bahan baku dan bahan penolong, pemeriksaan bahan baku, pemeriksaan produk antara dan produk jadi, penerimaan order dari pelanggan, pembuatan perisa, penyimpanan bahan baku dan bahan penolong, penyimpanan kemasan, penyimpanan produk jadi, pengiriman produk jadi ke pelanggan, kendali dokumen, audit internal, kaji ulang manajemen, pelaporan pelaksanaan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI, dan SOP sosialisasi dan pelatihan. B. Saran 1. PT GIA perlu melakukan review akhir terhadap manual SJH dan SOP- SOP yang telah disusun sebelum diajukan ke LP POM MUI untuk memperoleh sertifikasi SJH.

72 58 2. Dalam penerapan manual SJH di masa mendatang, PT GIA perlu melaksanakan secara konsisten sesuai dokumen yang telah disetujui serta melakukan audit internal dan review manajemen secara priodik. 3. Pemerintah/Pemerintah Daerah melalui instansi terkait melakukan pelatihan cara penyusunan manual SJH kepada perusahaan dengan skala kecil dan menengah, khususnya perusahaan perisa.

73 DAFTAR PUSTAKA An-nabani, T Peraturan Hidup Dalam Islam. Pustaka Tariqul Izzah. Jakarta Apriyantono, A Flavouring : Scope and Definition : Lokakarya Sehari Perisa Dalam Produk Pangan. Direktorat Standardisasi Pangan BPOM. Bogor Apriyantono, A Masalah Halal : Kaitan antara Syar'i, Teknologi dan Sertifikasi. Penerbit PT Kiblat Buku Utama. Bandung Bedoukian, P.Z Perfumery and Flavoring Synthetics. Allured Publishing Co. USA Blanchfield, J.R Food Labelling. Woodhead Publishing Ltd. New York [BPS] Biro Pusat Statistik Social Welfare Statistics. Jakarta : BPS. http; // [15 Mei 2011] [BPS] Biro Pusat Statistik [BSN] Badan Standardisasi Nasional Bahan Tambahan Pangan : Persyaratan Perisa dan Penggunaan dalam Produk Pangan. SNI Jakarta Crosby, P.B Quality Is Free. McGraw-Hill Book Company. New York Direktorat Standardisasi Industri Pangan Pedoman Umum Pelebelan Produk Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Direktorat Standardisasi Industri Pangan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Direktorat Standardisasi Industri Pangan Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta

74 60 Direktorat Standardisasi Industri Pangan Peraturan Teknis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Direktorat Standardisasi Industri Pangan Peraturan Taknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Funsional. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Dunn, N.W Public Policy Analysis : An Introduction 2nd edition. Terjemahan Wibawa, S. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Editor : Darwin, M. New Jersey: University of Pittsburgh Fellows, P Food Processing Technology, Principle and Practice. Second ed. Woodhead Publishing Ltd. New York Fenaroli, G Translated by Thomas E. Furia and Nicolo Bellanca. Fenaroli s Handbook of Flavor Ingredients. The Chemical Rubber Co. Ohio Hosen, N, et.al Panduan untuk para Da i : Halal sebagai Tema Da wah. Girindra, A Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal. Pustaka Jurnal Halal. Bogor Girindra, A Kebijakan LPPOM MUI dalam Sertifikasi Halal. Produk Impor Serta Lembaga Sertifikasi Intemasional. Makalah pada Pelatihan Auditor Halal Internal Perusahaan, 16 Oktober 2002, Jakarta. Hardianto. D Sabili : 25 Nopember Kesadaran Produsen akan Produk Halal Terus Meningkat. [15 Mei 2011] Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. FTP IPB. Bogor Kadarisman, D Pedoman dan Audit Mutu (Revisi 1). Materi Kuliah Program Studi Magister Profesi Industri Kecil Menengah (PS MPI) IPB. IPB Bogor. Kusumah, I Panduan Diet Ala Rasulullah. Quntum Media. Jakarta

75 61 Leffingwell Flavor & Fragrance Industry Leaders. [LP POM MUI] Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LP POM MUI. LP POM MUI. Jakarta Mannan. M.A, Islamic Economics, Theory and Practice. Idarah-I Adabiyat- I Delli. Delhi Manley, C.H, Roy E.M Healthy Eating : A Scientific Perspective, Proceedings of An International Symposium Organized by Quest International. Allure Publishing Co. England Marina, S.J Survei implementasi sistem sertifikasi dan labelisasi halal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan. Menteri Kesehatan RI. Jakarta Menteri Negara Pangan dan Hortikultura Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Meneg PH. Jakarta Muhandri, T. and Darwin Kadarisman Sistem Jaminan Mutu Pangan. IPB Press. Bogor Otles, S Methos Analysis of Food Componens and Additives : Chemical and Functional Properties of Food Components Series. Taylor & Francis CRC Press. Boca Raton Qardhawi, Y Halal dan Haram dalam Islam. Robbani Press, Jakarta Quest International Emulsifier in Foods. Quest International Zwijndrech. The Netherland Reineccius, G Source Book of Flavors. Second ed. Chapman & Hall. New York Saaty, T. L Decision Making for Leaders, The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World. Terjemahan. Setiono, L., dan K. Peniwati Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Pustaka Binawan Pressindo, Jakarta

76 62 Saifullah, R Studi Kebijakan Pangan Halal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertaman Bogor, Bogor Salzer J, Jones. K Flavouring : Production, Composition, Applications, Regulation. John Willey & Sons, Inc. USA Sampurno Label Pangan dan Label Peran: Dalam Prespektif Peran, Tugas dan Tanggung Jawab BPOM. Badan POM, Jakarta Setiadi, N J Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana Media. Jakarta Sevilla, C, Ochave. J, Punsalam. T, Regala. B, Uriarte. G Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. Shaikh, Y Specialty Aroma Chemicals in Flavors and Fragrances. Allured Publishing Co. USA Stone, H. & Joel L. Sidel Third ed. Sensory Evaluation Practices. Elsevier Academic Press. Amsterdam. Sukandarrumidi Metodologi Penilaian : Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Cetakan ketiga. Yogyakarta Takeoka, G.R, et.all Aroma Active Compound in Food, Chemistry and Sensory Properties. ACS Symposium Series 794. American Chemical Society. Washington DC Thaheer, H Sistem Manajemen HACCP. Bumi Aksara. Jakarta Tim Penerbit Buku Pedoman Halal Pedoman Halal bagi Produsen, Importir dan Konsumen di Indonesia, Jakarta. Tim Survei Statistik Indonesia Tahun BPS. Jakarta

77 63 Wiyana, Panji Penyusunan Pedoman Umum Sistem Jaminan Halal untuk Industri Kecil. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertaman Bogor, Bogor Wright, John Flavor Creation. Allured Publishing Co. USA

78 64

79 65 Lampiran 1 Kajian total kesiapan perusahaan untuk penerapan SJH No. Date Action PIC Status 1 4-Nop-10 Management Actions - File Jobdes CH/SN - File HAS CH/SN 2 4-Nop-10 General Manager CH/SN - Filing 01-SOP-01-SL New Sales Order Form CH - Melakukan jadwal training skill CH - Melakukan jadwal training halal dan seminar halal 3 4-Nop-10 IHAC SN - Mengisi 01-SOP-01-SL New Sales Order Form CH/SN - HACCP monitoring checklist for production CH/SN - Jadwal periodik untuk mereview documents CH/SN - Jadwal untuk internal audit kesetiap departments CH/SN - Melakukan pelaporan Internal Audit Result ke MUI setiap 6 bulanan. CH/SN - Mengupdate dokument halal CH/SN - Menyimpan obsolete documents CH/SN - Menyimpan Master Document Halal CH/SN - Issue 01-SOP-02-IH Internal Halal Audit Checklist Form CH/SN - Issue 09-SOP-02-IH Monthly Internal Halal Audit Report Form CH/SN - Issue 02-SOP-02-IH Purchasing Internal Halal Audit Checklist Form CH/SN - Issue 03-SOP-02-IH Production Internal Halal Audit Checklist Form CH/SN - Issue 04-SOP-02-IH QA/QC Internal Halal Audit Checklist Form CH/SN - Issue 05-SOP-02-IH R&D Internal Halal Audit Checklist Form CH/SN - Issue 06-SOP-02-IH WH Internal Halal Audit Checklist Form CH/SN

80 66 No. Date Action PIC Status - Issue 07-SOP-02-IH Trasportation Internal Halal Audit Checklist Form - Issue 08-SOP-02-IH Halal NC Report Form - Issue 09-SOP-02-IH Six monthly Halal Internal Audit Report Form - Issue 01-SOP-03-IH Minutes Meeting Management Action Form - Issue 01-SOP-01-IH Memo : HAS Revision Document Form - Mengisi CCP Form setiap produksi produk halal CH/SN CH/SN CH/SN CH/SN CH/SN CH/SN 4 4-Nop-10 Mengecek semua RM Halal dan Non- Halal terpisah dan Grey IR/SN 5-Nop-10 - Penandaan dengan nama lakban warna IR/SN - Penentuan lokasi RM IR/SN - Penyimpanan dan penandaan peralatan lab IR/SN - Penyimpanan dan penandaan peralatan produksi IR/SN - Penamaan lokasi penyimpanan RM dan Packaging IR/SN 5 8-Nop-10 Purchasing Department IA - Vendor approved list dengan alamat lengkap IA - Manufacturer approved list dengan alamatnya IA - Harga untuk masing-masing RM yang dibeli IA - PO filing IA - Sample received filing document and price IA - Filing copy of 01-SOP-01-RD New RM Request Form IA - Mencari alternative vendor baru berhubungan dengan halalnya dan pricing IA - Issue 01-SOP-01-SL New Sales Order Form dan punya filenya IA - Memiliki copy fle 02-SOP-02-IH Purchasing IHA Checklist Form IA

81 67 No. Date Action PIC Status 6 8-Nop-10 Sales Department CH/EF - Issue 01-SOP-01-SL New Sales Order Form dan punya filenya CH/EF - File copy of 02-SOP-02-IH Purchasing IHA Checklist Form CH/EF 7 8-Nop-10 R&D Department IR/CH - Punya akses buka Arctander and Internet IR/CH - List formula yang sudah diorder customers IR/CH - RM Specification hard copy IR/CH - RM scanned list IR/CH - File PID IR/CH - Mengisi form 01-SOP-01-SL New Sales Order Form IR/CH - Mencari Data RM baru dari Archtander dan Internet IR/CH - Menanyakan klengkapan dokumen RM dari supplier (PID,CA,HC,etc) IR/CH - Memberikan kode untuk setiap RM baru IR/CH - Setiap perubahan formula harus dilaporkan ke IHAC IR/CH - Issue 01-SOP-01-RD New RM Request Form IR/CH - File copy 05-SOP-02-IH R&D Halal internal Audit Checklist IR/CH - Issue 01-SOP-01-PR Production Formula Form IR/CH 8 8-Nop-10 QA/QC Department IR/CH - Incoming RM Log Book IR/CH - File of panel test result RM; 01-SOP- 01-QA IR/CH - File of Panel Test Result FG; 01-SOP- 01-QA IR/CH - Outgong FG Log Book IR/CH - Memiliki list RM standard dan samplenya IR/CH

82 68 No. Date Action PIC Status - Memiliki list retain sample of RM dan samplenya IR/CH - Memiliki list FG standard dan samplenya IR/CH - Memiliki list retain sample of FG dan samplenya IR/CH - Mengisi 01-SOP-01-RD New RM Request Form IR/CH - File CA yang dibuat PT. GIA IR/CH - File RM spec meliputi, Arhtander, CA, PID, FC, HC IR/CH - Issue 01-SOP-02-PC Request RM Data Form IR/CH - Mengecek 02-SOP-01-PR RM Lots Usage Form IR/CH - File 01-SOP-02-QA NC Report Form to Production Dev. Copy to GM IR/CH - Di RM Incoming Log Book ada kolom BB product dan tanggal Re-QC IR/CH - Mempunyai jadwal re-qc Product, label dan documentasinya IR/CH - Pelebelan RM sebaiknya dicantumkan juga BB-nya IR/CH - Issue 01-SOP-02-QA NC Report Form bila ditemukan ketidaksesuaian IR/CH - File copy 04-SOP-02-IH QA/QC Halal Internal Audit Checklist Form IR/CH 9 11-Nop-10 Production Department SN/YiA - Log Book of Production Batches SN/YiA - Mengisi Form 01-SOP-01-PR Production Formula Form SN/YiA - Mengisi Form 02-SOP-01-PR RM Lots Usage Form SN/YiA - Menyimpan copy 03-SOP-02-IH Production Halal Internal Audit Checklist Form SN/YiA 10 Finance Department YS/CH - Mempunyai list harga RM yang sudah diorder YS/CH - Mempunyai list harga jual FG berdasarkan customers YS/CH - Mengisi form 01-SOP-02-SL New Sales Order Form YS/CH

83 69 No. Date Action PIC Status 11 Warehouse Department SN/YuA - Mengisi form 01-SOP-02-SL New Sales Order Form SN/YuA - Mempunyai list stock RM, FG, dan packaging SN/YuA - Mempunyai list lokasi RM, FG, dan packaging SN/YuA - Mempunyai lable kuning untuk new receipt RM & packaging SN/YuA - Mengisi lots bahan baku yang akan dipakai produksi SN/YuA - Menempelkan label kuning setiap kedatangan RM/packaging untk diperiksa QC SN/YuA - Mempunyai list kedatangan RM/Packaging baru SN/YuA - Menanyakan PO setiap kedatangan barang dan kelengkapan dokumentasi SN/YuA - Mengisi 01-SOP-01-RD New RM Request Form SN/YuA - Mempunyai copy 06-SOP-02-IH WH Internal Audit Checklist Form SN/YuA - Issue 02-SOP-01-PR RM Lots Usage Form SN/YuA - File copy 06-SOP-02-IH WH Internal Audit Checklist Form SN/YuA - Ada catatan mengenai rincian pemakaian bahan baku SN/YuA Tambahan : - Setiap Departemen harus menyimpan HAS/SJH All - Cakupan Halal : R&D; Purchasing; WH; Storage RM; QC Testing for Incomg goods; All Pre-Batching; Production process; QC FG; Storage FG; Dispatch; Transportation. - Position : - Director : YS ; GM : CH - IHAC : CH/SN - R&D : ID/CH - QC : IR/CH

84 70 No. Date Action PIC Status - Purchasing : IA - Sales : ID/EF - Production : SN/IR/DH - WH : YuA - Finance : SN - CS : HQ - Document Controller : SN

85 Lampiran 2 Tabel distribusi dokumen 71 PT. GIA Update : 29-Apr-11 Documentation Action/File No. Doc Code Description Issued/ Approved By : Filed By : Actioned By R&D Purch Fin QC WH Prod IHAC Sales Trans GM Dir R&D Purch Fin QC WH Prod IHAC SalesGM Dir Remaks 1 - Pemisahan RM H/G/NH WH 2 - Pemisahan Equipment H/G/NH Prod 3 - Specification RM QC; R&D 4 - Approved vendor list Purchasing 5 - Purchase Order Puchasing v v 6 - Incoming RM should checked PID/CA/MSDS/HC/IHC/FC Purc/QC 7 - Maintainance Retain Sample of RM QC 8 - Maintainance Standard Sample of RM QC 9 - Maintainance Retain Sample of FG QC 10 - Maintainance Standard Sample of FG QC 11 - Log Book of Incoming RM QC 12 - Log Book of Out Going FG QC 13 - Approved / Rejected Label for RM and FG QC 14 - Awaiting QC for RM and FG WH 15 - Master Halal Documents IHAC v v v v v v v v v v v v 16 - Obsolet Documents All Dept. v 17 - Formulation chages R&D v v v reported to MUI SOP-01-RD New RM Request Form R&D v v v v v v v SOP-01-PR Production Formula Form R&D v v v v SOP-02-RD Sample Request Form Dept. Req. v v v SOP-01-PC New Receipt Sample Form Sales v v SOP-02-PC RM Request Data Form QC v v SOP-01-QA QC Panel Test Result (for RM and FG) QC v v SOP-02-QA NC Report QC/IHAC v v v SOP-01-SL New Sales Order Form Sales v v v v v v v copy v SOP-01-PR RM Lots Usage Form WH v v v v IHAC/WH/Prod/ SOP-02-IH Internal Halal Audit Checklist QC/Trans v v v SOP-02-IH Monthly Internal Audit Report IHAC v v SOP-02-IH Purchasing Halal Internal Audit Checklist IHAC v copy v SOP-02-IH Production Halal Internal Audit Checklist IHAC v copy v SOP-02-IH QA/QC Halal Internal Audit Checkilist IHAC v copy v SOP-02-IH R&D Halal Internal Audit Checklist IHAC v copy v SOP-02-IH Warehouse Halal Internal Audit Checklist IHAC v copy v SOP-02-IH Transportation Halal Internal Audit Checklist IHAC v v SOP-04-IH Six Monthly Halal Internal Audit Report IHAC v v SOP-02-IH Halal NC Report Who found v v v v v v v v v v v v SOP-03-IH Minutes Meeting Management Action IHAC v SOP-01-IH Memo:HAS Revision Document Form IHAC v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

86 73 Lampiran 3 Profil perusahaan COMPANY PROFILE Introduction PT. GIA is an Indonesian Flavour manufacturer. PT. GIA is a family owned and operated company, which commenced operations in We started from Commanditaire Vennootschap / Limited Partnership (CV) on 4 August 2004 and 4 August 2006 was changed to Perseroan Terbatas / Inc., Ltd (PT). The company was formed at that time recognizing a niche market in the smaller to medium end of the market, which required more service and flexibility that the larger international flavour companies could provide. Tapping into this market had provided GIA s Inti Aroma a strong base of many and varied customers giving both stability and excellent growth prospects for the future. PT. GIA promote the involvement of it's customers in all aspects of it's business including marketing, manufacturing and technical. By working together, we can best assure attainment of our mutual goals. Products PT. GIA at the present focus in Flavours manufacturing. With the growth of the business we are planning to add some another supporting products as like Colours, Fragrances, Essential Oil, and Natural Extract. FOOD Flavours Collection September 1st, 2006 Flavours American Cream Soda Cream Milk Mixed Fruits Apple Date Marquisa Apricot Durian Mint Banana Es Doger Margarine Barley Mint Es Teler Neutral Cloudifier Beef Eucalyptus Orange Blackcurrant Frambozen Oranggo Brown Sugar Fresh Mint Orange Keprok Bubble Kids Fruit Punch Orange Nipis Butter Grape Orange Pontianak

87 74 Butter Vanilla Grapefruits Orange Sunkist Campaign Cider Grass Jelly Orange Tropics Cappuchino Green Beans Improver Pandan Caramel Ginger Peach Cheese Ginseng Peanut Cherry Guava Peppermint Chicken Honey Pineapple Chocolate Hopjes Pisang Ambon Clove Icing Soda Raisin Cocoa Jackfruit Raspberry Coco Mint Jasmine Rose Cocopandan Jasmine Tea Rum Coffee Kiwi Fruit Root beer Coffee Cream Kopyor Coconut Sarsaparilla Coffee Milk Lemon Smoke Coffee Mocha Lemon Lime Strawberry Cola Lime Tamarind Condensed Milk Lychee Tea Corn Mango Tenggiri Corn Mocha Mango Kweni Vanilla Corn Roasted Milk Vanilla Milk Cream Milk Vanilla Yoghurt NOTE: Other Flavours are available on request. GIA s flavours are available in both water-soluble and oil-soluble liquid form. Minimum quantities apply. We have flavours to suit a wide range of applications including: Bakery Beverage Biscuits Cake Chocolates Confectionary Dairy Fillings Fondants Ice cream Jelly Milk Beverages Syrups Water Ices Whips Yoghurts

88 75 Committed to Customers Mission Statement At PT. GIA it is our policy to offer unsurpassed Service, Flexibility and Competitiveness to both our existing and prospective customer base. We are committed to produce high quality products in a timely manner together with the technical backup required to ensure growth and prosperity both for PT. GIA and its valued clients. We do our best to fulfil customer satisfaction with their projects. Quality Statement Product Protection is a vital part of our overall manufacturing philosophy and therefore we are committed to a professional approach to all aspects of quality assurance. It is the policy of PT. GIA to produce SAFE products and ensure that all products that leave its premises have full traceability in both manufacturing and quality control. All production process is Good Manufacturing Practice procedures. Documentation PT. GIA is committed to providing on request all documentation to support product supplied to its customers including : o o o Detailed Specifications Material Safety Data Sheets Certificates of Analysis / Conformance Halal Certification PT. GIA is accredited to prepare, package and store Halal goods and can supply certification of its products on request. Committed to Research & Development The inventiveness and creativity of the research and development team enables PT. GIA to offer their customers new concepts, interesting refinements and innovative processing techniques in all flavour applications. Vast international and local technical experience in the research and development of flavours help ensure our ongoing commitment to offer further development of both sweet and savoury flavours for all facets of the food and beverage industry.

89 76 PT. GIA is proud of the success achieved to date and firmly believe that this success is attributed to the philosophy of constant communication with our client base and the ability to enhance and develop innovative new products for the ever changing market requirements. Committed to Food Safety This is to certify that it is our policy to protect consumer health by taking all practical steps to identify and discard food potentially at risk. To achieve this goal we have established the following procedures: Following GMP and HACCP Procedures A thorough assessment of our facility to identify and eliminate possible food hazards. Training for our employees in personal hygiene and safe food handling procedures. The creation of Food Safety Plans which enable us to monitor Critical Control Points for Possible biological, physical or chemical hazards. Monitoring the food safety procedures of our suppliers. Listening to the concerns of our customers. An ongoing plan to monitor and verify the entire process. We are fully committed to the implementation and maintenance of the Food Safety process as a means of protecting the health of our valued customers. Packaging PT. GIA is able to offer an extensive range of innovative packaging formats to meet & exceed the most rigorous standards. We are also able to overprint and supply labels to our customers requirements. PT. GIA products are packed as follows: Flavours - 25 Kg plastic containers. Flavours - 5 Kg plastic containers. Flavours - 1 Kg plastic containers.

90 77 Lampiran 4 Diagram alir proses produksi perisa cair Purchase Raw material / Open Purchase Order (SOP-01-RD) Receipt Goods (SOP-01-GT and SOP-02-GT) Approved RM Production Formula (SOP-01-PR) Not Available Product Coding/Labeling RM Lotting (SOP-01-PR) IHAC Checking (SOP-02-IH) Production Process (SOP-01-PR) QC Checking (SOP-01-QA and SOP-02-QA) Asked to R&D Department Product is Held Storage / Dispatched (SOP-03-GT and SOP-04-GT) Delivery (SOP-04-GT and SOP-02-IH)

91 78 Lampiran 5 Contoh daftar pemasok bahan baku PT. GIA Vendor Approved List 2011 Update : 20 January 2011 R-0 No. Code Vendor Name 1 A1 Adyaceda 2 A3 Anugerah Sahabat Abadi, CV 3 B1 Bratachem Bogor 4 E1 Erindo 4 G2 Giva 5 H1 Harumsari Surya Ampuh 6 H2 Harum Kimia 7 H3 Haura 8 H5 Haldin Pacific Semesta, PT. 9 K1 Kadu Jaya 10 K2 Karya Aroma Sejahtera Cianjur, 20 January 2011 Proposed by : Approved by : CH General Manager YS Director

92 79 Lampiran 6 Contoh daftar produsen bahan baku PT. GIA Manufacturer Approved List 2011 Update : 20 January 2011 R-0 No. Code Vendor Name 1 A1 Aqua Golden Mississippi 2 A2 Ajinomoto Indonesia 3 A3 Advanced Biotech 4 A4 Acros Organics 5 B1 BASF 6 B2 Bordas 7 B3 Bratachem 8 B4 Bedoukian 9 B5 PABRIK Minyak Goreng Barco, PT 10 B6 Berje 11 K2 Karya Aroma Sejahtera Cianjur, 20 January 2011 Proposed by : Approved by : CH General Manager YS Director

93 80 Lampiran 7 Label produk 1.1 Produk Halal Berasal PT. HTP Semua produk halal dari PT. HTP menggunakan nama produk sesuai dengan isi produknya dan kode produk yang digunakan adalah 2 atau 3 huruf kapital yang menunjukkan inisial dari nama produk dan diikuti oleh angka 1 (satu) dan kemudian diikuti oleh empat angka berikutnya sebagai nomor urut registrasi. Contoh : Apple Flavour : AP10007 Beef Flavour : BEF10001 Semua produk yang berasal dari PT. HTP dikirim dalam keadaan segel yang orisinil. 1.2 Produk Non Halal berasal PT. HTP Semua produk Non Halal (mengandung etanol) menggunakan kode produk dengan 2 atau 3 huruf kapital yang menunjukkan inisial nama dari produk tersebut dan diikuti oleh nomor 2 (dua) kemudian diikuti oleh empat angka sebagai nomor urut registrasi. Contoh : Rhum Flavour : RH20074 Caramel Flavour : CAR20041 Produk-produk yang Non Halal adalah produk yang mengandung etanol lebih dari 1% dalam formulasi produknya. Semua produk yang berasal dari PT. HTP ini dikirinkan ke pelanggan dalam keadaan segel yang orisinil. 1.3 Pengembangan Produk Baru oleh PT. GIA Semua produk perisa baru yang dikembangkan/diproduksi oleh PT. GIA mempunyai kode sebagai berikut : Kode Kepala Pemasok Proses Status Produk 30 PT. HTP Pengenceran & Pencampuran Halal 31 PT. HTP Pengenceran & Pencampuran Not Halal 32 PT. HTP Pencampuran dengan bahan dari pemasok lain dan/atau dengan pengenceran Halal 33 PT. HTP Pencampuran dengan bahan dari pemasok lain dan/atau dengan pengenceran Not Halal 34 Pemasok Lain Bahan Baku dari pemasok lain Halal

94 81 35 Pemasok Lain Bahan Baku dari Pemasok Lain Not Halal 1.4 Nomor Batch Nomor Batch menggunakan tiga angka yang menunjukkan tahun dan bulan, kemudian diikuti oleh 6 angka selanjutnya. Angka pertama berikutnya menunjukkan asal pemasok (No. 1 digunakan untuk PT. HTP dengan segel yang orisinil saat pengiriman ke pelanggan, No. 2 digunakan untuk pemasok selain PT. HTP dengan kondisi segel yang orisinil saat pengiriman ke pelanggan, dan No. 3 digunakan untuk produk yang dikembangkan dan diproduksi oleh PT. GIA; Angka kedua dan ketiga menunjukkan tanggal produksi, dan tiga angka terakhir menunjukkan nomor urut registrasi. Contoh : menunjukkan tahun menunjukkan bulan Agustus 1 menunjukkan kode pemasok (PT. HTP) 21 menunjukkan tanggal produksi 080 menunjukkan nomor urut batch produksi 1.5 Kode Produk Semua kode produk atau produk yang formulanya direvisi harus menggunakan kode produk baru dan dicatat dalam Daftar Produk. Kode Produk merupakan titik kritis kehalalan maka label dan kode bahan baku harus diperiksa dan dibandingkan dengan nama dan kode produk pada 01-SOP-01-RD New Raw Material Request Form (Format Permintaan Bahan Baku Baru) dan Format Pembelian (Purchase Order Sheet) yang diterbitkan oleh Bagian Pembelian.

95 82

96 Lampiran 8 Contoh daftar bahan baku yang 83 PT. GIA RAW MATERIAL TABULATION USAGE LIST Update : 14 Feb 2011 No. Raw Material Description Raw Material Code Supplier Manufacturer Raw Material Specification Country of Origin Internet Archtander PID CA Halal Inhouse Halal Certificate Remarks Additional MSDS 1 Acetic acid 98% RMA005.B1.P3 Bratachem Purac Spain - V - V Acetoin RMA010.L1.S1 Lavarian Soda Aromatic Co. Ltd. Japan - V V - HCQ Acetyl pyridine; 2- RMA012.L1.P4 Lavarian Pyrazine USA V HCQ - FC V 4 Aldehyde C16 RMA025.L1.P2 Lavarian Penta Manufacturing USA - V - V HCQ - GMO; Registration - certificate 5 Allyl Caproate (Allyl Hexanoate) RMA027.L1.O1 Lavarian Oxford UK - V V V V 6 Amyl Acetate; Iso- RMA031.L1.C2 Lavarian China National Chem China - V V - HCQ - - V 7 Amyl butyrate; Iso- RMA032.L1.P2 Lavarian Penta Manufacturing USA - V V V HCQ - - V Anisaldehyde; para- 8 (Aubepine) RMA043.L1.P2 Lavarian Penta Manufacturing USA - V V V HCQ - - V 9 Anethole Liquid RMA046.L1.T1 Lavarian Teck Soon Hong Flv & Fragrances Ltd. China V Benzaldehyde RMB002.L1.Y1 Lavarian Yancheng City China - V V Benzyl Acetate RMB003.L1.S10 Lavarian Shanghai Fuxin Fragrance Flavor & Chemical China - V V V Company 12 Benzyl Acetate RMB003.L1.T1 Lavarian Teck Soon Hong Flv & Fragrances Ltd. China - V HC 31/12/ Benzyl alcohol RMB004.L1.S6 Lavarian Shanghai Dairy China - V Butyl butyryl lactate RMB020.L1.F2 Lavarian Frutarome Israel V V V V V 15 Butyric acid; n- RMB023.L1.E1 Lavarian European Oxo Germany - V V V HCQ - - -

97 85 Lampiran 9 Contoh penggolongan bahan baku berdasarkan kriteria kritis keharaman No. GIA's Code Raw Material Name Category Halal Critical Remarks 1 RMA001 Acesulfame K Preservative Halal Critical 2 RMA002 Acetal Aromatic Chemical Halal Critical 3 RMA003 Acetaldehyde Aromatic Chemical Halal Critical 4 RMA004 Acetanysol Pwd Aromatic Non Halal Chemical Critical 5 RMA005 Acetic Acid Aromatic Non Halal Chemical Critical 6 RMA006 Acetone Aromatic Non Halal Chemical Critical 7 RMC036 Cognac Oil Comp. Essence Oil Not Halal 8 RME005 Ethanol 96% Solvent Not Halal 9 RMF010 Fusel Oil Essence Oil Not Halal 10 RMM004 Malt Wine Flavouring Agent Not Halal 11 RMR005 Rhum Jamaica Flavouring Agent Not Halal 12 RMR006 Rose Oxide; Racemic Aromatic Chemical Halal Critical 13 RMR007 Rosemary Oil French Essence Oil Non Halal Critical 14 RMS001 Saccharine Sweetener Halal Critical 15 RMS002 Saffron Extract Extract Halal Critical

98 86 Lampiran 10 Uraian kerja manajemen puncak dan setiap manajer terkait Uraian Kerja Manajemen Puncak Manajemen puncak di PT. GIA terdiri dari Direktur dan Manajer Umum. Direktur lebih berfungsi sebagai penentu kebijakan bisnis dan Manajer Umum lebih berfungsi pada proses operasional bisnis keseharian. Direktur yang fungsinya lebih kearah penentu kebijakan perusahaan mempunyai tugas sebagai berikut : - Memonitor perkembangan bisnis perusahaan secara keseluruhan. - Memonitor semua isu yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah dan isu global mengenai regulasi perisa. - Bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan bisnis dan pencapaian hasil penjualan perusahaan secara total dan pengembangan untuk bisnis baru perusahaan. - Menentukan dan menyetujui strategi bisnis perusahaan. - Bertanggung jawab terhadap isu kesejahteraan seluruh karyawan perusahaan. - Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan proses halal di perusahaan. - Merumuskan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan kehalalan produk yang dihasilkan. - Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan SJH di perusahaan. - Menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan SJH. - Memberikn wewenang kepada Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pelaksanaan SJH termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh LP POM MUI.

99 87 Uraian Kerja Manajer Umum Fungsi Manajer Umum adalah : - Menjamin keberlangsungan dan perkembangan bisnis perisa dan menelaah kemungkinan adanya kesempatan bisnis baru. Contoh kesempatan dalam pengembangan bisnis baru adalah adanya kemungkinan pengembangan produk seperti menambah lini produksi, dimana pada saat sekarang ini baru memproduksi perisa cair dan pengembangan selanjutnya akan diproduksi perisa bubuk. Hal yang akan difikirkan dan dipertimbangkan adalah fasilitas produksi dan semua sumber daya yang akan digunakan untuk mendukung bisnis baru tersebut. - Manambah dan mempertimbangkan pelanggan baru yang potensial. - Memonitor semua informasi tentang regulasi dan pasar perisa selalu terbarukan. Tanggung jawab Manajer Umum meliputi : - Memonitor penjualan dan penambahan pelanggan baru yang potensial dalam setiap bulannya. - Membina hubungan yang baik dengan semua pelanggan. - Memberikan bantuan dan solusi secara teknis terhadap masalah yang dihadapi pelanggan yang berhubungan dengan kendala teknis pada produk mereka. - Memberikan masukkan kepada departemen penjualan mengenai penambahan pelanggan baru yang potensial. - Memberikan masukan kepada departemen keuangan dan penjualan bila ada pelanggan yang menghadapi kesulitan pembayaran. - Menjamin terhadap pelaksanaan SOP, WI, SJH, dan semua prosedur terlaksana dengan baik dan dilaksanakan oleh semua departemen. - Memonitor trend pasar dan selalu mendapatkan informasi yang terbarukan untuk produk perisa, perkembangan industri perisa, dan produk pangan secara keseluruhan. - Bertanggung jawab terhadap keberlangsungan proses halal di perusahaan.

100 88 - Merumuskan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan kehalalan produk yang dihasilkan. - Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan SJH di perusahaan. - Menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan SJH. - Memberikan wewenang kepada IHAC untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggap perlu yang berkaitan dengan pelaksanaan SJH termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh LP POM MUI. Sehubungan fungsi dari Manajer Umum di PT. GIA merangkap juga sebagai Manajer R&D, maka fungsinya akan diuraikan di uraian kerja Manajer R&D. Uraian Kerja Manajer Pembelian Manajer Pembelian bertanggung jawab terhadap Manajer Umum, dan berhubungan dengan semua manajer departemen yang terkait dalam bidang kerjanya di perusahaan serta dengan pemasok bahan baku. Objektif dari Manajer Pembelian adalah merencanakan dengan akurat pembelian dan penyediaan bahan baku sesuai dengan perencanaan (forecasting) dari Departemen Penjualan. Serta mencari bahan baku dari pemasok yang sesuai. Tugas dari Manajer Pembelian adalah sebagai berikut : - Secara periodik memperbaharui perencaan pengadaan bahan baku dan produk jadi di sistem komputer berdasarkan masukan dari Departemen Penjualan dan Manajer Umum. - Menjamin pembelian dan stok pembelian bahan baku secara efisien. - Memonitor dan mengkoordinasikan informasi dari Departemen Penjualan dan pelanggan mengenai keefektifan dari perencaan kebutuhan pelanggan. - Menerbitkan order pembelian bahan baku atau pun produk jadi setelah dicek dan disetujui oleh Manajer Umum.

101 89 - Memonitor stok bahan baku dan produk jadi yang ada di gudang dan menginformasikannya kepada manajemen. - Melakukan kontak dengan pemasok. - Memonitor harga pembelian, mutu, dan dokumentasi halal untuk semua bahan yang dibeli. - Memberikan pelaporan secara periodik mengenai logistik dan keakuratan antara perencanaan pembelian bahan. - Menyusun prosedur dan melaksanakan pembelian yang dapat menjamin konsistensi bahan sesuai dengan daftar bahan yang telah disususn oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI. - Melakukan komunikasi dengan IHAC dalam pembelian bahan baru dan atau pemilihan pemasok baru. - Melakukan evaluasi terhadap pemasok dan menyusun peringkat pemasok berdasarkan kelengkapan dokumen halal. Uraian Kerja Manajer R&D Seharusnya posisi Manajer R&D terpisah dari posisi Manajer Umum, tetapi dikarenakan tidak mudah mencari posisi ini yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kendala dalam kriteria dan masalah penggajian dari perusahaan, maka untuk saat ini posisi dirangkap oleh manajer umum, dimana Manajer Umum dari PT. GIA mempunyai kemampuan untuk mengisi posisi ini. Manajer R&D bertanggung jawab terhadap Direktur, dan secara hubungan kerja berhubungan dengan Manajer dari departemen : Pembelian, Penjualan, QA/QC, Produksi, Internal Halal Audit Coordinator (IHAC), dan departemen lain yang berhubungan, misalnya dengan Departemen Keuangan dan Personalia. Objektif dari Manajer R&D adalah menghasilkan produk perisa yang bermutu bagus dan dapat diterima oleh pasar sesuai dengan prasarat keamanan produk dan halal. Wewenang dari Manajer R&D adalah membuat dan menyetujui formulasi produk dan menentukan cara proses produksinya. Tugas dari Manajer R&D adalah sebagai berikut : - Mengembangkan dan mengevaluasi produk baru.

102 90 - Mengerjakan permintaan contoh perisa dan proyek untuk pembuatan perisa dari pelanggan melalui departemen penjualan. - Memperbaharui produk yang sudah ada. Pembaharuan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya kenaikan harga bahan baku yang signifikan dimana tidak memungkinkan untuk menaikkan harga jual produk ke pelanggan sementara mutu produknya harus dipertahankan sama. Ataupun adanya isu mengenai regulasi dan isu halal terhadap bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk tersebut. - Membimbing dan memberikan petunjuk dalam proses produksi pertama untuk setiap proses produksi dari produk baru. - Memberikan contoh produk yang benar dan sesuai dengan permintaan pelanggan. - Memberikan bantuan terhadap pelanggan dalam hal teknis produk dan bersama-sama departemen penjualan mengunjungi pelanggan bila diperlukan. - Menjamin kerahasiaan formulasi produk. - Menjamin semua SOP, WI, SJH, dan prosedur lain terimplementasi di departemen R&D. - Menyusun sistem pembuatan produk baru berdasarkan bahan yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI. - Menyusun sistem perubahan bahan sesuai dengan ketentuan halal. - Mencari alternatif bahan yang jelas kehalalannya. - Melakukan komunikasi dengan IHAC dalam formulasi dan pembuatan produk baru. Uraian Kerja Manajer QA/QC Di beberapa perusahaan terdapat pemisahan tugas dan wewenang antara departemen jaminan mutu/qa dan departemen pengawasan mutu/qc. Tugas dari departemen QA lebih kearah penentuan penjaminan manajemen mutu dan prosedur-prosedur perusahaan seperti ISO System, GMP, dan sebagainya. Sementara departemen QC lebih kearah aktifitas pengawasan mutu bahan baku yang akan digunakan dan mutu dari produk jadi yang dihasilkan yang disesuaikan

103 91 dengan standar yang telah ditetapkan. Tetapi dengan keterbatasan sumber daya yang ada di PT. GIA, kedua posisi ini disatukan menjadi Departemen QA/QC. Manajer QA/QC bertanggung jawab terhadap manajer umum, berhubungan dengan semua manajer departemen terkait yang ada di perusahaan. Objektif dari Manajer QA/QC adalah menjamin semua persaratan diterapkan di perusahaan dan semua spesifikasi bahan baku dan produk jadi sesuai dengan permintaan dan standar yang telah ditentukan. Kewenangannya adalah menjamin pelaksanaan sistem diperusahaan dan memfasilitasi hasil temuan audit dan penyimpangan/ketidaksesuaian yang berhubungan dengan mutu dan halal dengan manajemen puncak untuk dilakukan perbaikan. Tugas dari departemen QA/QC adalah : - Menjamin semua persaratan yang meliputi persaratan mutu, halal, dan regulasi terimplementasikan diperusahaan. - Melaporkan mengenai hala-hal yang perlu diperbaiki yang berhubungan dengan mutu, halal, regulasi, dan lingkungan kepada manajemen untuk ditinjau dan dilakukan perbaikan lebih lanjut. - Menjamin kebenaran metode dan keakuratan peralatan ukur yang digunakan. - Mengkomunikasikan dengan pemasok dan dengan pelanggan mengenai mutu. - Memonitor kinerja mutu dan memberikan rekomendasi yang berhubungan dengan penyimpangan mutu dan mengenai isu mutu bahan lainnya. - Menjamin semua prosedur mengenai mutu, halal, regulasi, dan prosedur lain yang ditetapkan perusahaan diterapkan di departemen QA/QC. - Menyusun dan melaksanakan prosedur pemantauan dan pengendalian untuk menjamin konsistensi produk halal. - Melaksanakan pemeriksaan terhadap setiap bahan baku yang masuk agar sesuai dengan sertifikat halal, spesifikasi, dan produsennya. - Melakukan komunikasi dengan IHAC terhadap setiap penyimpangan dan ketidakcocokan bahan dengan dokumen kehalalan.

104 92 Uraian Kerja Manajer Produksi Manajer produksi bertanggung jawab terhadap manajer umum, dan berhubungan dengan semua manajer departemen terkait. Objektifitas dari manajer produksi adalah menjamin produk yang dibuat/diproduksi dan dikirim sesuai dengan persaratan pelanggan dan spesifikasi produk yang telah ditentukan. Kewenangan manajer produksi adalah mengkoordinasikan tindakan dalam hal penjadwalan produksi dan jadwal permintaan/pengiriman produk jadi. Kewenangan dalam aktifitas keseharian departemen produksi, dan mengkoordinasikan tindakan pencegahan dan perbaikan yang berkesinambungan yang harus dilakukan bila ditemukan suatu ketidaksesuaian di departemen produksi. Tugas dari manajer produksi adalah : - Menyusun jadwal produksi yang disesuaikan dengan jadwal permintaan / pengiriman produk jadi. - Mengimplementasikan semua prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan termasuk pelaksanaan SJH. - Meminimalisasi terjadinya ketidaksesuaian dan penolakan mutu oleh departemen QA/QC. - Menyusun prosedur produksi yang dapat menjamin kehalalan produk. - Melakukan pemantauan produksi yang bersih dan bebas dari haram dan najis. - Menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan matrik formulasi bahan yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI. - Melakukan komunikasi dengan IHAC dalam hal proses produksi halal. Uraian Kerja Manajer Gudang dan Transportasi Di PT. GIA, antara departemen gudang dan transportasi disatukan dengan petimbangan departemen transportasi adalah langkah selanjutnya dari departemen gudang dalam hal pengiriman produk jadi ke pelanggan akan lebih mudah termonitor.

105 93 Manajer gudang dan transportasi bertanggung jawab terhadap manajer umum, dan berhubungan erat dengan manajer dari departemen : produksi, QA/QC, dan pembelian, dan juga berhubungan dengan manajer departemen lain yang terkait. Objektif dari manajer gudang dan transportasi adalah menjamin terlaksananya FIFO (First In First Out) dari barang yang masuk dan keluar dari gudang, serta menjamin penyimpanan barang di gudang sesuai dengan kondisi penyimpanannya dan selalu terkontrol dan bersih. Wewenang manajer gudang dan transportasi adalah menyimpan bahan pada lokasi yang sesuai dengan kondisinya peruntukannya. Contoh dari lokasi yang sesuai misalnya harus menyimpan bahan baku seperti minyak jeruk di dalam pendingin untuk menghindari kerusahan bahan ini. Tugas dari manajer gudang dan transportasi adalah : - Menyimpan bahan baku, produk antara, dan produk jadi di tempat yang sesuai dengan peruntukannya dan prasarat SJH. - Mencatat pemasukan dan pengeluaran bahan dari gudang. - Membantu departemen QA/QC mengkoordinasikan bahan yang akan dilakukan pengecekan ulang oleh QA/QC yang berumur lebih dari satu tahun. - Memberikan label dan nomor lot dari semua bahan dan produk jadi yang masuk sesuai dengan penggolongannya. - Melakukan penimbangan bahan. - Melakukan pengecekan kemasan yang rusak. - Melakukan penghitungan stok bahan dan kemasan. - Menyusun prosedur administrasi pergudangan yang dapat menjamin kehalalan bahan dan produk yang disimpan serta menghindari terjadinya kontaminasi dari segala sesuatu yang haram dan najis. - Melaksanakan penyimpanan produk dan bahan sesuai dengan daftar bahan dan produk yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI. - Melakukan komunikasi dengan IHAC dalam sistem keluar masuknya bahan dari dan ke dalam gudang.

106 94 - Memuat produk jadi ke dalam kendaraan pengangkut sesuai dengan order pembelian dan mengirimkannya ke pelanggan. - Menjamin pemuatan dan pengiriman produk ke pelanggan tidak terkontaminasi oleh bahan yang tidak halal atau mengandung etanol. - Memelihara kendaraan perusahaan dan melakukan pengecekan rutin kendaraan agar selalu siap pakai. Uraian Kerja Manajer Penjualan Manajer penjualan bertanggung jawab terhadap manajer umum dan berhubungan erat dengan manajer departemen : R&D, QA/QC, produksi, IHAC, gudang dan transportasi; dan manajer departemen lain yang berhubungan. Objektif dari manajer penjualan adalah menjual produk sesuai dengan permintaan pelanggan dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan melihat kompetisi yang berlaku di pasar dengan tetap memperhatikan keselamatan dan kenyamanan pelanggan. Tugas dari manajer penjulan adalah : - Memonitor penjualan untuk pelanggan yang menjadi tanggung jawabnya. - Melakukan kunjungan rutin kepada pelanggan yang menjadi tangung jawabnya. - Membuat laporan kunjungan pelanggan. - Memelihara hubungan bisnis yang sudah ada dengan pelanggan. - Memonitor perkembangan bisnis dan perubahan harga perisa di pasar. - Membuat perencanaan pembelian kebutuhan pelanggan. - Memperhatikan informasi pasar, misalnya adanya produk pangan baru atau apa yang sedang dilakukan pesaing terhadap pelanggan kita. - Memonitor tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan informasi dari departemen keuangan dan mengingatkan pelanggan akan pembayaran yang harus dilakukannya.

107 95 Uraian Tugas Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) IHAC adalah posisi baru dalam stuktur organisasi PT. GIA. Penunjukan IHAC didasarkan pada prasarat dari LP POM MUI untuk SJH. Di PT. GIA, IHAC ditunjuk dari salah seorang staf R&D yang mengetahui alur proses produk dari mulai kedatangan bahan baku, proses produksi, sampai kepada pengiriman produk jadi ke pelanggan. Serta kriteria yang lainnya harus mengetahui mengenai analisis bahan baku yang dipergunakan dan IHAC haruslah seorang muslim. Diperlukan surat pengangkatan dari manajemen untuk posisi IHAC ini agar mempunyai landasan hukum yang kuat. IHAC adalah seorang yang independen dan hanya bertanggung jawab pada manajemen dan LP POM MUI, karena sebenarnya posisi IHAC merupakan perpanjangan tangan LP POM MUI di dalam perusahaan dan berwenang menghentikan proses produksi bila dirasa tidak sesuai dengan prasarat yang telah ditetapkan dalam SJH. Persaratan Auditor Halal Internal sesuai dengan acuan dari LP POM MUI (LP POM MUI, 2008) adalah sebagai berikut : - Karyawan tetap perusahaan yang bersangkutan. - IHAC adalah seorang muslim yang mengerti dan menjalankan syariat Islam. - Berada dalam lingkup manajemen halal. - Berasal dari departemen yang terlibat dalam proses produksi secara umum seperti QA/QC, R&D, pembelian, produksi, dan pergudangan. - Memahami titik kritis keharaman produk, ditinjau dari bahan maupun proses produksi secara keseluruhan. - IHAC diangkat melalui surat keputusan pimpinan perusahaan dan diberi kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan SJH termasuk tindakan perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP POM MUI.

108 96 Tugas Tim Auditor Halal Internal secara umum adalah : - Menyusun manual SJH perusahaan. - Mengkoordinasikan pelaksanaan SJH. - Membuat laporan pelaksanaan SJH. - Melakukan komunikasi dengan pihak LP POM MUI. Fungsi IHAC adalah sebagai berikut : - Menjamin semua halal produk yang dijual sesuai dengan ketentuan yang dipersaratkan oleh SJH dan LP POM MUI. - Selalu berhubungan dengan LP POM MUI dalam mengkomunikasikan dan berkonsultasi untuk menjamin proses pelaksanaan SJH dan semua produk halal yang dihasilkan sesuai dengan persaratan. Tugas IHAC adalah : - Menjamin semua prosedur SJH dilaksanakan oleh perusahaan. - Menjamin semua bahan baku yang masuk sesuai kriteria SJH. - Melakukan dokumentasi untuk semua bahan baku yang masuk. - Melakukan dokumentasi untuk pelaksanaan SJH dan semua pembaruan dan revisi dokumen SJH. - Melakukan pelaksanaan audit halal secara internal perusahaan dan eksternal dengan pelaporan rutin dan berkala pelaksanaan SJH ke LP POM MUI. Uraian Tugas Manajer Keuangan Departemen keuangan tidak berhubungan langsung dengan proses pelaksanaan SJH namun departemen ini berperanan penting dalam hal keuangan dan pendaaan proses pelaksanaan SJH. Manajer keuangan bertanggung jawab terhadap direktur langsung dan mempunyai tugas sebagai berikut : - Memonitor aliran uang masuk dan keluar dari perusahaan. - Melakukan pencatatan atas pembelian bahan baku, penjualan produk jadi, dan semua pengeluaran uang kas untuk keperluan operasional dan keperluan perusahaan lainnya.

109 97 - Melakukan laporan bulanan dan tahunan untuk aktifitas bisnis perusahaan dan melaporkannya kepada manajemen. - Membuat laporan bulanan dan tahunan untuk pajak perusahaan. - Menginvetarisasi semua kekayaan perusahaan. - Meminta dilakukan pengecekan stok (stock checking) bila dirasa perlu. - Memonitor tanggal jatuh tempo pembayaran ke pemasok dan juga tanggal jatuh tempo pembayaran pelanggan dan segera melakukan pembayaran ke pemasok atau melakukan penagihan kepelanggan bila sudah jatuh tempo.

110 98

111 Lampiran 11 Contoh jadwal berkala pelatihan karyawan 99 No. Topic Jadwal Estimasi Pelaksanaan Training 09-Jun Jun Jun Jul Jul Jul Sep Okt-11 1 Pelatihan SJH YS/CH/SN IR/IA/EV YiA/YuA 2 Penentuan Titik Kritis Bahan Tambahan Makanan SN/IR 3 Pelatihan AHI Bidang R&D CH/SN/IR 4 Pelatihan AHI Bidang PPIC & Gudang CH/SN/YuA/YiA 5 Pelatihan Penentuan Titik Kritis Produk Flavour CH/SN/IR 6 Pelatihan AHI Bidang QC CH/SN/IR 7 Pelatihan AHI Bidang Produksi CH/SN/YiA International Workshop on HAS Implementation 8 "Supply Chain Managements in Dairy Products, Flvs, & Vitamins Industries". CH/SN 9 International Halal Training on Assurance System : "Shifted Paradigm on Halal Certification" CH/YS Proposed by : Approved by : CH General Manager YS Director

112 101 Lampiran 12 Contoh tabel hasil penetapan titik kritis bahan baku dan tindakan pencegahannya No 1 Nama Bahan Daging Gelatin 2 Oleoresin 3 Isoamyl alcohol 4 MSG 5 Antifoam Titik Kritis Hewan Halal Proses Penyembelihan Bahan tambahan Asal usul bahan (haram jika berasal dari turunan khamr) Sumber media fermentasi dan bahan tambahan / penolong Asal usul bahan Informasi Kunci Sertifikat Halal Flowchart proses atau sertifikasi halal Flowchart proses atau sertifikasi halal Sertifikat Halal Spesifikasi atau HC Tindakan Koreksi Tolak bahan jika informasi dikemasan tidak sesuai dengan HC Tolak bahan jika informasi dikemasan tidak sesuai dengan HC Tolak bahan jika informasi dikemasan tidak sesuai dengan HC Tolak bahan jika informasi dikemasan tidak sesuai dengan HC Tolak bahan jika informasi dikemasan tidak sesuai dengan HC Verifikasi Dokumentasi Peringatkan pemasok Peringatkan pemasok Peringatkan pemasok Peringatkan pemasok Peringatkan pemasok Tindakan perbaikan Dokumentasi Tindakan perbaikan Dokumentasi Tindakan perbaikan Dokumentasi Tindakan perbaikan Dokumentasi Tindakan perbaikan Dokumentasi

113 102 Lampiran 13 Contoh tabel hasil penetapan titik kritis proses produksi dan tindakan pencegahannya No Nama Bahan Titik Kritis Penambahan bahan Pemilihan alat (Tangki Mixing) Pencampuran bahan Pembersihan alat Asal usul bahan Tidak menggunakan lini atau tangki yang didedikasikan halal Kemungkinan adanya bahan tidak halal Residu produk Informasi Kunci Bahasn harus sesuai dengan matriks yang telah diketahui oleh LPPOM MUI Harus Menggunakan tangki yg didedikasikan untuk produk halal Identitas produk (ID Product), Daftar bahan Residu dari produk tidak halal Tindakan Koreksi Hentikan penggunaan bahan yg tidak ada dalam matrik; bersihkan peralatan yg terkontaminasi ; Karantinakan produk yg terlanjur ditambahkan bahan yg tidak sesuai matriks Hentikan produksi jika menggunakan tangki yg tidak didedikasikan untukm produksi halal Cek dan pastikan bahan yg diambil dari gudang untuk produksi halal dan dr produsen/pem asok yg disetujui Bersihkan alat secara keseluruhan Verifikasi Cek catatan produksi Cek SOP yg relevan Cek SOP yg relevan Cek kesesuaian dng kebutuhan halal Cek catatan pembersihan Cek SOP yg relevan Dokumen tasi Tindakan Koreksi Verifikasi Tindakan Koreksi Verifikasi Daftar bahan yg telah diketahui oleh LPPOM MUI Tindakan Koreksi Verifikasi

114 103 Lampiran 14 Titik-titik kritis untuk perisa cair Purchase Raw Material / Open Purchase Order Receipt Goods CCP1 Approved RM Production Formula Not Available Product Coding/Labeling CCP 4 RM Lotting CCP2 IHAC Checking Production Process CCP3 QC Checking Asked to R&D Department Product is Held Storage / Dispatched CCP5 Delivery CCP6 Keterangan :

115 104 CCP 1 : Receipt Goods (Penerimaan Bahan) - Pengecekan kesesuaian nama bahan baku dan kode adalah sama dengan GIA s format Pembelian (PO issued). OK NOT OK - Pengecekan Produsen bahan baku (jika pembelian dari trader) apakah sama dengan GIA s Daftar Pemasok OK NOT OK - Jika semua parameter adalah OK Not CCP - Jika ada parameter yang NOT OK CCP CCP 2 : Raw Material Lotting (Pemberian nomor Lot Bahan Baku) - Pengecekan untuk nama bahan baku dan pemberian lot adalah sama dengan format Bahan Baku Halal yang telah disetujui (Approved Halal Raw Material) dari 01-SOP-01-RD New Raw Material Request Form (Format Permintaan Bahan Baku Baru). OK NOT OK - Jika semua parameter adalah OK Not CCP - Jika ada parameter yang NOT OK CCP CCP 3 : Production Process (Proses Produksi) - Pengecekan semua bahan baku yang akan digunakan untuk produksi telah menggunakan kode dan nomor lot yang tertulis di lembar formula 01- SOP-01-PR Production Formula Form (Format Formula Produksi). OK NOT OK - Yakinkan semua peralatan meliputi : sendok, pompa, corong, panci, dan kemasan semuanya bersih dari kontaminasi. OK NOT OK

116 105 - Gunakanlah hanya peralatan yang ditandai oleh LAKBAN BIRU / MERAH. OK NOT OK - Jika semua parameter adalah OK Not CCP - Jika ada parameter yang NOT OK CCP CCP 4 : Product Coding and Labeling (Pencantuman Label dan Kode Produk) - Label Produk Jadi (nama produk, kode produk, dan nomor batchnya) adalah merujuk pada lembar formula dan Buku Log Produksi. OK NOT OK - Jika semua parameter adalah OK Not CCP - Jika ada parameter yang NOT OK CCP CCP 5 : Storage and Dispatch (Penyimpanan dan Persiapan Pengiriman) - Produk Jadi disimpan ditempat yang benar yaitu Halal / Non Halal Product Dispatch Area (Areal Halal Persiapan Pengiriman Produk Jadi) untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. OK NOT OK - Jika semua parameter adalah OK Not CCP - Jika ada parameter yang NOT OK CCP CCP 6 : Delivery (Pengiriman) - Yakinkan segel kemasan tertutup rapat. OK NOT OK - Yakinkan Label Produk adalah sama dengan Delivery Note (Surat Jalan). OK NOT OK

117 106 - Jika semua parameter adalah OK Not CCP - Jika ada parameter yang NOT OK CCP

118 107 Lampiran 15 Hasil Pengamatan Awal Uraian Kerja Setiap Departemen Terkait Departemen R&D Melakukan pengecekan dan menjamin semua bahan baku yang digunakan adalah halal dengan mengikuti Panduan Halal agar semua produk yang baru terjamin kehalalannya. Referensi data untuk pengembangan bahan baku baru dan bahan baku yang sudah ada adalah dari buku ARCHTANDER S Perfume and Flavor Chemicals 1969 dan semua informasi yang berhubungan dari internet dan berbagai sumber lainnya. Dalam pengembangan bahan baku baru, R&D harus mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan sumber bahan baku tersebut (terbuat dan dibuat dari apa), proses produksinya, kemungkinan penggunaan bahan penolong dan katalis dalam proses produksi bahan baku tersebut oleh pemasok yang bersangkutan. Dalam pengembangan bahan baku baru ini terlebih dahulu harus mendapatkan Persetujuan/Approval dari Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) sebelum dilanjutkan ke Departemen Pembelian. Bahan baku yang sudah ada digudang seringkali diperlukan R&D untuk pengembangan produk baru, dan semua departemen selain R&D pun dapat meminta contoh bahan baku dengan aturan seperti pada 01-SOP-02-RD Format permintaan contoh. Gambar 4 menunjukkan bahan baku yang disimpan di laboratorium R&D yang akan digunakan untuk keperluan riset dan pengembangan produk perisa baru. Penyimpanan bahan baku dalam skala laboratorium ini ini dilakukan untuk mempermudah pengambilan bahan baku pada saat digunakan serta untuk mempermudah perhitungan pengurangan stok bahan baku dalam sistem komputerisasi oleh departemen gudang dan transportasi. Pengambilan oleh departemen R&D dilakukan secara rutin dan dalam jumlah tertentu, misalnya 100 gram dalam sekali pengambilan bahan baku. Hal ini mempermudah perhitungan perhitungan pengurangan stok. Bagian R&D harus mengisi format 01-SOP-02- RD Format permintaan contoh untuk keperluan laboratorium R&D.

119 108 Gambar 4. Bahan baku untuk keperluan laboratorium R&D Departemen Pembelian Departemen pembelian bertugas mencari bahan baku dari pemasok yang dapat memberikan sertifikat halal adalah sebagai prioritas utama. Setiap bahan baku harus ada spesifikasi produk dan lembar keselamatan bahan. Dalam hal pemasok tidak dapat menyediakan sertifikat halal yang direkomendasikan oleh MUI, departemen pembelian harus memintakan spesifikasi produk, diagram alir produksi, dan pernyataan halal dari pemasok yang kemudian diperiksa oleh departemen QC, R&D, dan IHAC. Untuk semua bahan baku baru akan merunut pada format 01-SOP-01-RD Format permintaan bahan baku baru yang dikeluarkan oleh Departemen R&D. Dimana sebelumnya departemen R&D telah mengeluarkan 01-SOP-01-PR Format formula produksi, dan 01-SOP-02-RD Format permintaan contoh. Dan bila contoh bahan baku sudah diterima maka Departemen Pembelian akan mengisi 01-SOP-01-RD Format penerimaan contoh bahan baku baru. Departemen pembelian harus mempunyai daftar pemasok bahan baku yang sudah digunakan dan sudah disahkan oleh manajemen perusahaan. Sebagai kriteria untuk pemasok baru adalah melakukan evaluasi terhadap pemasok tersebut dan menyusun peringkat pemasok berdasarkan kelengkapan dokumen halal.

120 109 Departemen pembelian harus menyimpan dokumen bukti pembelian bahan baku atau order bahan secara berurutan dan dibuatkan nomor registrasinya untuk memudahkan dalam penelusuran pembelian. Nomor registrasi dapat dibuatkan secara komputerisasi. Pada Gambar 5 dapat dilihat penempatan bahan baku yang baru tiba ditempatkan dilokasi Incoming Raw Material (On Hold Area). Status bahan baku ini masih bersifat karantina dan diberi label kuning Awaiting QC yang berarti menunggu hasil pemeriksaan oleh departemen QA/QC dari segi dokumentasi halal, spesifikasi bahan, sertifikat analisis, dan juga mutu bahan baku tersebut. Gambar 5. Penempatan bahan baku yang baru tiba Departemen QA/QC Departemen ini bertugas memastikan bahwa produksi perisa yang halal benar-benar terkontrol sesuai dengan SOP Halal yang telah diterapkan oleh perusahaan dan yang tercantum dalam sistem panduan halal. Pada Gambar 6 dapat dilihat peralatan analisis laboratorium QA/QC meliputi berbagai peralataan gelas seperti gelas ukur, beaker glass, dan juga jas lab serta kaca mata pengaman dan sarung tangan. Untuk penyimpanan peralatan gelas ditempatkan secara terpisah untuk yang dipakai pada produk yang mengandung etanol dan yang tidak mengandung etanol.

121 110 Gambar 6. Peralatan laboratorium QA/QC Evaluasi Bahan Baku Baru oleh Departemen QA/QC Departemen QA/QC memeriksa semua dokumen dari permintaan bahan baku baru meliputi spesifikasi bahan, sertifikat analisis, sertifikat halal, dan format 01-SOP-01-RD Format permintaan bahan baku baru. Selanjutnya membandingkannya dengan referensi dari Archtander s dan internet. Jika QA/QC memerlukan tambahan data dari pemasok bahan baku tersebut, maka QA/QC akan mengeluarkan 01-SOP-02-PC Format permintaan data bahan baku yang ditujukan kepada Departemen Pembelian yang akan diteruskan kepada pemasok bahan baku tersebut. Jika semua data telah lengkap, QA/QC akan mendatangani 01-SOP-01- PR Format formula produksi dan mengirimkannya kembali kepada Departemen Pembelian. Departemen QA/QC harus mempunyai buku log kedatangan bahan baku yang berisi hasil analisis data panel dan mengenai kelengkapan dokumentasi dari setiap bahan baku yang masuk tersebut. Format hasil pengujian panel QA/QC (01-SOP-01-QA). Apabila ditemukan ketidaksesuaian antara hasil analisis dengan standar yang ditetapkan, maka Departemen QA/QC akan menerbitkan 01- SOP-02-QA Format ketidaksesuaian. Pada Gambar 7 dapat dilihat retain contoh, yaitu contoh yang diambil dari setiap bat atau lot kedatangan bahan baku. Hal ini dilakukan untuk mempermudah telusur bila suatu ketika ditemukan suatu kesalahan analisis atau perbedaan pada produk jadi.

122 111 Gambar 7. Retain contoh bahan baku Evaluasi Produk Antara oleh Departemen QA/QC Produk antara adalah merupakan produk yang masih dalam proses produksi dan diambil contohnya oleh Departemen QA/QC. Hal ini dilakukan untuk pengecekan homogenitas dari pengadukan atau pun pengecekan kesesuaian warna produk apabila ditambahkan pewarna ke dalam produk perisa tersebut. Contoh yang diambil dibandingkan dengan standar baku yang ada di Departemen QA/QC, bila hasilnya menunjukkan belum meratanya proses pencampuran maka diteruskan sesuai petunjuk dalam lembar formulasi produk atau pun dilakukan penambahan waktu pengadukan. Bila ditemukan ketidaksesuaian warna, maka dianjurkan untuk melakukan perbaikan warna produk antara tersebut. Apabila mutu produk antara tersebut telah sesuai dengan standar yang ada di Departemen QA/QC maka produk jadi tersebut dapat segera dilakukan pengemasan. Evaluasi Produk Jadi oleh Departemen QA/QC Departemen QA/QC akan menerima 01-SOP-01-SL Format order penjualan yang dikeluarkan oleh Departemen Penjualan untuk mengetahui kode produk, nama produk, nama pelanggan, jumlah yang diorder, dan ukuran kemasan. Format ini terlebih dahulu diedarkan ke Departemen Keuangan untuk pengecekan kebenaran harga jual, selanjutnya diteruskan ke Departemen R&D untuk mendapatkan formulasi yang formulasi tersebut akan diberikan ke Departemen Gudang untuk pengecekan stok bahan baku dan Departemen Produksi untuk panduan proses produksi. Pengecekan selanjutnya dari format ini

123 112 diteruskan ke IHAC untuk dilakukan pengecekan lot bahan baku yang digunakan adalah sesuai dengan alokasi dari bahan baku yang halal. Selanjutnya format ini diteruskan ke departemen QA/QC untuk pengecekan mutu produk jadinya sekaligus dilakukan proses pelebelan produk jadi tersebut. Perjalanan selanjutnya dari format ini ke Manajer Umum dan berakhir kembali di Bagian Penjualan sebagai penerbit format ini, dan Bagian Penjualan harus menyimpan format ini. Departemen QA/QC akan mengecek 02-SOP-01-PR Format lot bahan baku yang digunakan untuk semua bat bahan baku yang digunakan dalam formulasi di departemen produksi, untuk memonitor dan menyakinkan bahwa semua bahan baku yang digunakan adalah berasal dari bahan baku yang sudah disetujui/approved. Departemen QA/QC membandingkan bat produksi dengan Retain Standard Sample untuk pengecekan secara organoleptik. Selanjutnya QA/QC mengisi 01-SOP-01-QA Format hasil pengujian panel QA/QC. Jika 01-SOP-01- QA Format hasil pengujian QA/QC dan 02-SOP-01-PR Format lot bahan baku yang digunakan telah sesuai dengan standar produk jadi dan bahan baku yang sudah Disetujui/Approved, maka QA/QC akan merilis produk jadi tersebut. Jika ditemukan ketidaksesuaian antara hasil panel QA/QC dan lot bahan baku yang digunakan berdasarkan Standard Produk Jadi dan/atau Daftar Pemasok yang sudah disetujui/appproved, maka QA/QC akan menerbitkan 01-SOP-02-QA Format ketidaksesuaian ke Departemen Produksi dengan tembusan ke Manajer Umum. Pada Gambar 8 dapat dilihat retain contoh produk jadi. Retain contoh produk jadi yaitu contoh yang diambil dari setiap bat atau lot bahan jadi yang diproduksi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah telusur bila suatu ketika ada keluhan (complaint) dari pelanggan yang berhubungan dengan mutu, serta diperlukan juga untuk mengetahui karakteristik perubahan mutu produk. Perubahan mutu produk misalnya terjadinya perubahan warna atau bau setelah dilakukan penyimpanan selama beberapa waktu.

124 113 Gambar 8. Retain contoh produk jadi Departemen Penjualan Departemen Penjualan bertugas menerbitkan 01-SOP-01-SL Format order penjualan baru yang didasarkan dari order pelanggan yang masuk kemudian didistribusikan ke Departemen Keuangan untuk mengecek kesesuain harganya, kemudian ke Departemen R&D untuk pengecekan formula, dan selanjutnya ke Departemen Gudang untuk pengecekan stok bahan baku dan melakukan pengisian nomor lot bahan baku yang akan digunakan, kemudian format ini diteruskan ke Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) untuk mendapatkan persetujuan. Selanjutnya diteruskan ke Departemen Produksi sebagai panduan untuk melakukan proses produksi dan Manajer Umum akan menyimpan/filing format ini.

125 114 Departemen Produksi Departemen Produksi bertugas memastikan bahwa SOP benar-benar dilakukan pada semua tahapan produksi dari mulai penanganan bahan baku sampai kepada produk jadi. Produk halal harus diproduksi dengan menggunakan peralatan dan proses produksi yang halal pula serta menghindari terjadinya pencemaran/kontaminasi oleh bahan-bahan yang tidak halal. Departemen Produksi hanya akan melakukan produksi berdasarkan 01- SOP-01-PR Format formula produksi dan 02-SOP-01-PR Format lot bahan baku yang digunakan. Departemen Produksi harus menggunakan bahan baku hanya dari lot yang tercantum dalam format ini. Pada Gambar 9 dapat dilihat penggunaan peralatan produksi yang dibedakan dengan memakai warna dan juga lakban. Warna atau lakban yang berwarna biru dipakai pada peralatan yang digunakan untuk proses produksi halal, sedangkan warna atau lakban merah hanya dipakai untuk memproduksi produk yang mengandung etanol. Penyimpanan bahan baku di area gudang pun ditandai dengan jelas antara bahan baku yang halal serta bahan baku yang mengandung etanol agar tidak terjadi kesalahan dalam penyimpanan dan pengambilan bahan baku tersebut.

126 115 Gambar 9. Penandaan peralatan produksi Departemen Gudang dan Transportasi Departemen Gudang bertugas memastikan penyimpanan produk yang halal benar-benar terpisah dari yang tidak halal agar terhindar dari pencemaran/kontaminasi. Bahan baku yang baru tiba akan disimpan di area Awaiting QC, Departemen Gudang hanya akan memasukkan bahan baku yang baru tiba ke dalam stok bahan baku hanya bila Departemen QA/QC telah menyetujui (approved) bahan baku tersebut. Selanjutnya Departemen Gudang akan memberikan nomor lot untuk semua bahan baku yang akan digunakan dalam produksi. Daftar penempatan bahan baku terdapat di dalam sistem komputerisasi, dan untuk memudahkan di lapangan dapat dibuatkan suatu bentuk kartu stok bahan baku yang berisi lokasi bahan baku tersebut berada. Pada Gambar 10 dapat dilihat lokasi penyimpanan bahan baku yang halal, ditandai dengan jelas memakai tulisan pada rak-rak penyimpanannya serta diberikan lakban biru pada kemasan bahan baku tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pendeteksian apabila kemasan tersebut tidak berada pada rak yang benar atau berada diluar lokasi yang seharusnya.

127 116 Gambar 10. Area bahan baku halal Gambar 11 menjunjukkan area penyimpanan bahan baku yang mengandung etanol. Area ini ditempatkan terpisah dari area bahan baku yang halal untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Selain ditempatkan terpisah, pada kemasan bahan baku yang mengandung etanol ini diberikan lakban yang berwarna merah untuk mempermudah identifikasi bahan baku tersebut.

128 117 Gambar 11. Area bahan baku yang mengandung etanol Pada Gambar 12 dapat dilihat area penyimpanan kemasan. Kemasan yang disimpan harus dalam kondisi tertutup bila akan langsung dipakai untuk produksi. Kemasan tersebut harus tetap diperiksa sebelum digunakan untuk menghindari adanya benda asing yang masuk ke dalam kemasan. Demikian juga untuk kemasan yang harus dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum dipakai harus senantiasa diperiksa sebelum digunakan untuk produksi.

129 118 Gambar 12. Area kemasan. Pada Gambar 13 dapat dilihat lokasi penyimpanan produk perisa jadi yang akan dikirim kepada pelanggan. Lokasi tersebut dibedakan menjadi dua yaitu lokasi untuk produk jadi yang halal, dan lokasi untuk produk jadi yang mengandung etanol.

130 119 Gambar 13. Pemisahan produk jadi yang siap kirim Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) Internal Halal Audit Coordinator (IHAC) adalah orang yang mengetahui dan mengerti semua alur proses produksi dan mempunyai akses kepada semua departemen serta mempunyai kewenangan dapat menghentikan proses produksi bila ditemukan ketidaksesuian dalam proses produksi tersebut. IHAC memiliki kewajiban dan kewenangan dalam semua tahapan proses produksi dimulai dari pengembangan bahan baku baru sampai kepada persiapan pengiriman produk jadi dan pengirimannya ke pelanggan. IHAC harus seorang muslim dan telah memiliki sertifikat pelatihan dari LP POM MUI. Surat pengangkatan IHAC oleh manajemen perusahaan menjadi salah satu prasarat yang ditentukan oleh LP POM MUI. Contoh surat pengangkatan IHAC dapat dilihat pada Lampiran 17.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pangan Halal Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT GIA sebagai perusahaan perisa yang berlokasi di Cianjur. Waktu penelitian dimulai sejak Juli 2010 sampai Maret 2011.

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1221, 2016 BPOM. Pangan Perisa. Bahan Tambahan. Penggunaan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. PANGAN HALAL Pangan di dalam UU RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air, baik yang diolah maupun yang

Lebih terperinci

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal Apa itu Perbuatan Hukum asal perbuatan adalah terikat dengan hukum syara. (Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, Haram) Hukum Halal/Haram Menjadi dasar dalam proses Sertifikasi

Lebih terperinci

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan MANUAL SJH STANDAR Manual SJH Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan dalam menerapkan SJH Prinsip Manual Sistem Menuliskan

Lebih terperinci

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA Konferensi Tingkat Tinggi Association of South East Asia Nations (ASEAN) ke-9 tahun 2003 menyepakati Bali Concord II yang memuat 3 pilar untuk mencapai vision 2020 yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan politik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi saat ini, maka kebutuhan hidup manusia kian berkembang pula. Tidak hanya kebutuhan akan

Lebih terperinci

MANUAL Sistem Jaminan Halal

MANUAL Sistem Jaminan Halal MANUAL Sistem Jaminan Halal Perusahaan : (Diisi Nama Perusahaan) Disusun Oleh : Manual SJH 0 HALAMAN PENGESAHAN Manual Sistem Jaminan Halal Perusahaan [.] ini merupakan dokumen perusahaan terhadap pemenuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2014 PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produk Pangan 1. Pengertian Pangan Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan yang selanjutnya disingkat UUP, Pangan adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) SISTEM JAMINAN HALAL (S J H) 2014 MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dengan manajemen PT GIA yang terdiri dari direktur dan manajer umum, dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 WAHYUNI AMELIA WULANDARI 2, WIWIT ESTUTI 3 dan GUNAWAN 2 2 BPTP Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119 3

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan... 2 1. Pendahuluan...3 1.1 Informasi Umum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENCANTUMAN INFORMASI TANPA BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita tentu ingin selalu tampil cantik di mana pun dan kapan pun. Banyak yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan agar terlihat menawan. Hal yang paling

Lebih terperinci

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR Konsep dasar halal dan haram dalam islam Halal dan Haram adalah Hak absolut Allah dan RasulNya Kejelasan halal dan haram Dalam islam sesuatu itu terbagi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA 1 Kebijakan Halal Apakah pimpinan perusahaan memilik kebijakan tertulis yang menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memproduksi produk halal secara konsisten? Apakah kebijakan halal disosialisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

STELLA MARIA RAHARDJO

STELLA MARIA RAHARDJO EVALUASI KESESUAIAN PELABELAN PRODUK SUSU FORMULA DAN MAKANAN BAYI YANG BEREDAR DI KOTA SEMARANG DITINJAU DARI JENIS NOMOR REGISTRASI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL DI RUMAH POTONG AYAM (Studi Kasus Pada Industri Daging Ayam) WIWIT ESTUTI

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL DI RUMAH POTONG AYAM (Studi Kasus Pada Industri Daging Ayam) WIWIT ESTUTI xi PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL DI RUMAH POTONG AYAM (Studi Kasus Pada Industri Daging Ayam) WIWIT ESTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 xii PERJUANGAN adalah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PEMBUIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah IV. SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah lembaga yang berfungsi membantu Majelis Ulama Indonesia

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PELAPIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA No.543, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Penambahan Pangan. Pengkarbonasi. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Konsumen Oleh : 1. Avida Ayu Pramesti (5402411052) 2. Rana Bella (5402411053) 3. Inayatul Munawaroh (5402411054) 4.

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Persyaratan Sertifikasi Halal Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2 Tujuan : Peserta memahami prinsip-prinsip dari Kebijakan dan Prosedur dalam Sertifikasi Halal. Peserta dapat menerapkan Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah muslim terbesar didunia, lebih kurang 80% penduduknya menganut agama Islam. Dalam Islam, halal dan haram adalah bagian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR: HK.00.06.52.0100 TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat. Jumlah populasi muslim telah mencapai seperempat dari total populasi dunia dan diperkirakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PROPELAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena. kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan. Menurut An- Nabhani sekumpulan aturan yang

Lebih terperinci

A.PENDAHULUAN B.SKEMA PENJAMINAN KEAMANAN DAN MUTU BERDASARKAN PP NO. 28 TH.2004 C.SKEMA PENJAMINAN MUTU LAINNYA

A.PENDAHULUAN B.SKEMA PENJAMINAN KEAMANAN DAN MUTU BERDASARKAN PP NO. 28 TH.2004 C.SKEMA PENJAMINAN MUTU LAINNYA A.PENDAHULUAN B.SKEMA PENJAMINAN KEAMANAN DAN MUTU BERDASARKAN PP NO. 28 TH.2004 C.SKEMA PENJAMINAN MUTU LAINNYA From surveys [1] to several parts in West Jawa (Bandung, Subang, Garut, Purwakarta, Sukabumi,

Lebih terperinci

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara. No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA No.545,2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Pembawa. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PERETENSI WARNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.1.23.3516 TENTANG IZIN EDAR PRODUK OBAT, OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, SUPLEMEN MAKANAN DAN MAKANAN YANG BERSUMBER, MENGANDUNG, DARI BAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam

Lebih terperinci

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Serial artikel sosialisasi halalan toyyiban PusatHalal.com Materi 5 KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Oleh DR. Anton Apriyantono Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyyib (baik, sehat, bergizi dan aman) adalah

Lebih terperinci

Regulasi Pangan di Indonesia

Regulasi Pangan di Indonesia Regulasi Pangan di Indonesia TPPHP Mas ud Effendi Pendahuluan (1) Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam dekade terakhir ini kesadaran beragama umat Islam semakin kuat. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya artis-artis

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.800, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Islam umat muslim diwajibkan mengkonsumsi makanan yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah daging dalam tubuh dan menjadi sumber

Lebih terperinci

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH AUDIT INTERL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH 1. Ringkasan Hasil Audit Internal : 1a. Waktu Audit Internal : 1b. Auditor : 1c. Auditee : 1d. Temuan : 1e. Tindakan Koreksi : Form Laporan Berkala 2. Ringkasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan

Lebih terperinci

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar, BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar dengan menempati peringkat ke 1 di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG SKRIPSI ELLYTA WIDIA PUTRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Draft PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

Draft PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL Draft PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA SERTIFIKASI CARA PRODUKSI PANGAN OLAHAN YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO KEAMANAN PANGAN DI INDUSTRI

Lebih terperinci

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT) Department of Food Science and Technology Bogor Agricultural University http://itp.fateta.ipb.ac.id Tujuan Aturan Label dan Iklan Pangan (PP 69/1999) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERINDUSTRIAN. Produk Halal. Jaminan. Bahan. Proses. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner

Lebih terperinci

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam BAB XA mengenai Hak Asasi Manusia pada pasal

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BAHAN PENGKARBONASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM sangat berperan dalam peningkatan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

(3) KENALI DENGAN BAIK MANFAAT BAH AN TAMBAHAN PANGAN Ardiansyah PATPI Cabang Jakarta

(3) KENALI DENGAN BAIK MANFAAT BAH AN TAMBAHAN PANGAN Ardiansyah PATPI Cabang Jakarta (3) KENALI DENGAN BAIK MANFAAT BAH AN TAMBAHAN PANGAN Ardiansyah PATPI Cabang Jakarta Perkembangan ilmu dan teknologi pangan mengalami kemajuan yang pesat dewasa ini. Salah satu inovasi yang banyak diaplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan globalisasi yang berkembang saat ini, gaya hidup masyarakat pada umumnya mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.710, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Minuman. Khusus. Ibu Hamil. Menyusui. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa makanan yang menggunakan bahan tambahan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1055, 2015 BPOM. Takaran Saji. Pangan Olahan. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN

Lebih terperinci

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa 1 Al-Qur an yang menyatakan bahwa halal dan haram merupakan sesuatu yang sangat prinsip dalam Islam karena di dalamnya terkait hubungan antara manusia dengan Allah. Pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.708, 2013 BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara No.239, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengawasan Pangan Olahan Organik. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.03.12.1564 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PELABELAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci