BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara berkembang yang mempunyai lebih dari 200 juta penduduk. Untuk membiayai 200 juta lebih penduduk butuh usaha dan biaya yang sangat besar. Sumber penerimaan Negara untuk membiayai rakyat berasal dari pajak maupun bukan pajak. Dari penerimaan tersebut, pemerintah Indonesia senantiasa berusaha memajukan kesejahteraan rakyatnya. Tindakan pemerintah ini sesuai dengan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang menghendaki agar rakyat Indonesia hidup adil dan makmur. Bunyi pasal tersebut adalah: Pasal 33 (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. (3) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain usaha dari pemerintah, masing-masing pribadi rakyat Indonesia juga berusaha agar bisa mencapai kehidupan makmur dan sejahtera. Banyak usaha yang dilakukan untuk bisa tetap bertahan hidup dan mencapai kesejahteraan, mulai dari usaha di bidang pertanian, perkebunan, perdagangan, perikanan, kehutanan, maupun pertambangan. Semua orang berlomba-lomba melakukan usaha atau pekerjaan yang mendatangkan keuntungan yang berlimpah. Salah satu usaha yang belakangan ini sangat menjanjikan dan berprospek cerah adalah usaha pertambangan batu bara. Meski tergolong masih baru, industri batubara Indonesia memperlihatkan pertumbuhan yang terus meningkat. Produksinya mengalami peningkatan yang tajam. Kemampuan menembus pasar ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri terus bertambah. Padahal, dibanding negara lain industri batubara Indonesia belakangan berkembangnya yakni dimulai sekitar akhir tahun 1980-an. Perkembangan ini antara lain dipicu oleh menurunnya ekspor batubara China dan meningkatnya harga minyak mentah. Selama tahun 2006, diungkapkan produksi batubara mencapai 170 juta ton. Sebesar 127 juta ton untuk memenuhi pasar

2 2 ekspor dan 45 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Angka ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi tahun Pada tahun 1996 produksi batubara sekitar 12,1 juta ton, sebesar 9,7 juta ton untuk ekspor dan 3,3 juta ton untuk kebutuhan domestik. 1 Berdasarkan data dari World Coal Institute pada tahun 2006 volume pengapalan batubara dalam perdagangan internasional mencapai 508 juta ton. Dari jumlah tersebut kontribusi batubara asal Indonesia mencapai 21 %. Sedangkan jika untuk perdagangan kawasan Asia batubara Indonesia memiliki kontribusi sebesar 36%. Pada tahun 2010 diperkirakan produksi batubara akan mencapai lebih dari 240 juta ton sebesar 150 juta ton diantaranya untuk memenuhi pasar ekspor. Sedangkan untuk kebutuhan dalam negeri mulai tahun 2009 akan meningkat tajam menjadi sekitar 75 juta ton dengan adanya program pembangunan PLTU 10 ribu MW. 2 Data APBI (Asosiasi Batubara Indonesia) menyebutkan, hingga akhir 2007, total produksi batubara nasional sebanyak 207,5 juta ton atau meningkat 7,5 persen dibandingkan tahun Beberapa perusahaan tercatat sebagai pemasok utama batubara di Indonesia. Misalnya, Adaro Indonesia (memproduksi 36 juta ton), Berau Coal (12 juta ton), Kaltim Prima Coal (39 juta ton), Kideco Jaya Agung (20 juta ton), Arutmin Indonesia (15 juta ton) dan PTBA (8,5) juta ton). Hampir 70 persen dari produksi batubara Indonesia dilepas ke pasar dunia. Jepang, Korea Selatan dan Cina termasuk negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia. Data World Coal Institute menyebutkan, sejak tahun 2004, Indonesia telah menjadi eksportir batubara nomor dua terbesar di dunia setelah Australia. Tahun 2006, jumlah ekspor batubara nasional mencapai 129 juta ton. Di tahun 2008, APBI memperkirakan produksi batubara akan bertambah sekitar 20 juta ton menjadi juta ton. Selain dipengaruhi oleh permintaan pasar global, beberapa produsen berniat untuk meningkatkan produksi mereka. 1 Pertumbuhan Industri Batubara Semakin Pesat, < 5 Juni Ibid.,

3 3 Berdasarkan data World Coal Institute, sampai akhir 2006 konsumsi batubara dunia mencapai 5,33 miliar ton. Jumlah tersebut meningkat 42 % dibandingkan kebutuhan dunia di tahun Untuk mengimbangi konsumsi tersebut, produksi batubara juga terus bertambah. Di akhir 2006 jumlahnya telah mencapai 5,37 miliar ton. Sejalan dengan pembangunan proyek listrik tenaga uap (PLTU) yang kini sedang dikerjakan pemerintah, kebutuhan batubara di dalam negeri juga bakal melonjak. Dalam perhitungan APBI, di tahun 2010 ketika semua proyek PLTU sudah beroperasi, konsumsi batubara domestik akan mencapai 90 juta ton. Konsumsi batu bara dunia yang terus meningkat ini dipicu oleh kenaikan harga minyak. Bagi sebagian besar negara, kenaikan harga minyak tadi tak ubahnya musibah. Sebab, biaya energi yang harus dikeluarkan menjadi berlipat ganda. Diperkirakan bahwa kebutuhan batubara dunia akan terus bertambah. Penyebabnya adalah karena beberapa negara seperti: Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, dan Hong Kong membutuhkan bahan baku energi yang cukup besar. Padahal negara-negara tersebut diketahui tidak memiliki sumber alam yang mumpuni. Meningkatnya konsumsi batubara dunia, tak ayal telah mendorong harga komoditas tambang ini terus menggeliat. Jika ditahun 2004, harganya baru di kisaran US$ 35 sampai dengan US$40 per ton, kini di Newcastle Thermal Coal-- patokan harga batubara internasional-- bandrolnya sudah U$ per ton. Dalam beberapa waktu ke depan, harga batubara dunia, diprediksi akan bertahan di level atas. Alasannya jumlah supply dan demand diyakini tidak akan mengalami perubahan yang drastis. Bahkan apabila harga minyak terus melambung, harga batubara dunia dipastikan bakal ikut terkerek. Sebab, kondisi itu akan mendorong permintaan pasar semakin melonjak. Di sisi lain, para produsen belum tentu mampu untuk memenuhi semua permintaan itu. Beberapa hal yang bisa mempengaruhi harga batu bara dalam jangka pendek hingga menengah. Pertama, permintaan Cina masih akan tetap tinggi. Saat ini negeri tirai bambu itu merupakan salah satu produsen dan memiliki cadangan batubara terbesar di dunia. Masalahnya, cadangan tersebut sebagian

4 4 besar terkonsentrasi di daerah-daerah yang infrastrukturnya tidak terlalu baik. Akibatnya, biaya tranportasi menjadi lebih mahal. Kedua, sebagai eksportir batubara terbesar di dunia, situasi di Australia juga kurang menggembirakan. Walaupun didukung oleh infrastruktur yang mumpuni, namun kapasitasnya mulai terbatas. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pasokan batubara dari negeri kanguru. Faktor ketiga berkaitan dengan kondisi di Afrika Selatan. Saat ini negara tersebut tidak memiliki pelabuhan yang cukup baik. Sehingga pasokan batubara mereka ke pasar dunia seringkali mengalami hambatan. Tingginya kebutuhan, yang diikuti oleh kenaikan harga batubara dunia, diyakini akan membuat keuntungan emiten berbasis tambang batubara akan semakin meningkat. 3 Sebagai tambahan, belakangan ini harga saham batubara terus menurun disebabkan karena harga minyak dunia terus menurun dan perlambatan ekonomi global. 4 Namun, riset UBS Securities akhir Oktober 2008 lalu menegaskan bahwa peluang kenaikan harga batubara masih terbuka dalam jangka waktu 12 bulan hingga 18 bulan ke depan. Selain itu, banyak analis pasar modal yang optimis bahwa harga saham perusahaan batubara akan kembali meningkat. 5 Oleh karena fakta-fakta tersebut di atas, banyak perusahaan swasta yang juga ingin meraup untung dengan bergelut di dunia bisnis industri batubara. Sesuai dengan pasal 15 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Pokok- Pokok Pertambangan, maka sebelum melakukan usaha pertambangan, sebuah perusahaan harus memperoleh kuasa pertambangan. Kuasa pertambangan merupakan izin bagi suatu perusahaan pertambangan untuk melaksanakan usaha 3 Industri Pertambangan Batubara Semakin Menjanjikan, < 5 Juni Saham Batubara Murah & Potensial, < 13 November Ruisa Khoiriyah, Masih Ada Harapan Rebound untuk Batu Bara, < bara>, 5 November 2008

5 5 tambangnya. 6 Pengaturan mengenai izin melakukan usaha tambang batubara diperkuat dan diatur lebih rinci dalam Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 yang mengatur mengenai Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Walaupun bersprospek cerah dan menjanjikan, biaya dalam pengoperasian industri batubara tidaklah sedikit. Sumber dana untuk membiayai pengoperasian industri tersebut bisa berasal dari pasar uang dan pasar modal. Guna memahami peranan yang diharapkan dari pasar uang dan pasar modal tersebut, perlu dipahami terlebih dahulu hakikat dari kedua pasar ini. Baik pasar uang maupun pasar modal adalah sebagai perantara, intermediary, channel dari proses pengerahan dana dari individu atau lembaga yang memiliki kelebihan dana (excess of fund/ supplier of fund), kepada orang atau perusahaan yang memerlukan dana (lack of fund/ demander of fund), serta menggunakannya untuk kepentingan produktif. 7 Pasar uang bertujuan menyediakan dana pinjaman bukan ekuitas untuk memenuhi kebutuhan modal kerja jangka pendek, sedangkan pasar modal bertujuan menyediakan dana pinjaman jangka panjang guna menciptakan barang modal, berupa aktiva (termasuk pabrik dan peralatannya) yang digunakan untuk memproduksi barang lain. 8 Pasar modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah. 9 Pasar modal adalah suatu komponen yang memobilisasi dana dan sebagai tempat 6 Salim HS, Hukum Pertambangan di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: PT Alumni, 2005), hal Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2002), hal 39.

6 6 investasi. 10 Pasar uang maupun pasar modal hanya merupakan salah satu alternative jalur yang mepertemukan pihak-pihak yang ingin mendapatkan sumber-sumber dana jangka panjang (dunia usaha) dengan para pihak yang bersedia menanamkan uangnya untuk tujuan tersebut (pemodal). Oleh karena fungsi strategis pasar modal yang berperan bagi berbagai kepentingan, fungsinya menjadi demikian penting dan bahkan dijadikan sebagai salah satu barometer kemajuan perekonomian 11. Salah satu cara menghimpun dana melalui pasar modal adalah melalui emisi saham. Emisi saham dapat dilakukan melalui penawaran umum atau biasanya disebut Initial Public Offering (IPO). 12 Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (untuk selanjutnya disebut UUPM), penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksananya. Penawaran umum dalam praktiknya dilaksanakan melalui pasar perdana yang berlangsung dalam waktu terbatas selama beberapa hari saja. Dalam hal ini, penawaran efek dilakukan langsung oleh emiten kepada calon pemodal dengan bantuan para penjamin emisi efek dan para agen penjualan (kalau ada). Dengan berakhirnya pasar perdana, untuk selanjutnya pemodal dapat meperjualbelikan kembali efeknya pada pasar sekunder (bursa). Penawaran umum tidak lain seharusnya merupakan usaha melakukan pengerahan dan penghimpunan dana masyarakat. Dengan melakukan penawaran umum perusahaan berusaha mendapatkan tambahan modal. Penawaran umum mempunyai ciri-ciri yang hampir sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh perbankan yang salah satu usahanya sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 10 Sugianto, Pasar Modal dan Transaksi di Pasar Modal, (Makalah disampaikan pada Lokakarya Transaksi di Pasar Modal: Obligasi, Jakarta, Juni 2004), hal Jusuf Anwar, op.cit., hal Tatang Suganda, Emisi Saham Melalui Bursa Efek, < 10 Januari 2008.

7 7 Nomor 10 tahun 1998 adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Hal yang sama berlaku juga dengan perusahaan asuransi, yang juga melakukan pengumpulan dana dengan menjual polis kepada anggota masyarakat dengan menerima premi. Penghimpunan dana yang dilakukan bank maupun perusahaan asuransi tidak timbul banyak kewajiban seperti pengumpulan dan yang dilakukan melalui penawaran umum. Bank maupun perusahaan asuransi hanya membutuhkan izin 1 kali saja sebagai bank/perusahaan asuransi. Alasan utama diadakan pembedaan perlakuan antara penghimpunan dana di bidang perbankan dan penawaran umum adalah karena bank dengan menawarkan produknya untuk menghimpun dana tersebut, dianggap tidak menawarkan efek kepada masyarakat 13. Dalam pasal 70 UUPM menyatakan bahwa penawaran efek yang bersifat utang yang jatuh temponya tidak lebih dari 1 tahun, penerbitan sertifikat deposito, penerbitan polis asuransi, penawaran efek yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah Indonesia atau penawaran efek lain yang ditetapkan oleh Bapepam tidak perlu menyampaikan pernyataan pendaftaran terlebih dahulu ke Bapepam. Alasan lainnya adalah karena efek pasar modal dianggap bersifat lebih spekulatif dibanding dengan instrumen-instrumen yang dikecualikan berdasarkan pasal 70 UUPM sehingga membutuhkan prosedur yang lebih ketat sebelum bisa ditawarkan kepada publik dengan maksud agar publik tidak dirugikan. Harga efek di pasar dapat dipengaruhi oleh berbagai macam hal baik di dalam maupun luar perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itulah yang harus diberitahukan kepada masyarakat, sehingga memungkinkan mereka melakukan penilaian atas efek tsb. 14 Hal inilah yang dikenal dengan prinsip/asas transparansi di bidang pasar modal. 13 Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:PT Tatanusa,2006), hal Ibid, hal

8 8 Asas transparansi merupakan asas yang sangat penting dalam pasar modal. Berbeda dengan sektor perbankan di mana prinsip rahasia bank adalah hal yang mutlak untuk ditaati, sektor pasar modal menerapkan hal sebaliknya, disclosure atau keterbukaan adalah hal yang mutlak. Transparansi dalam pasar modal berarti keharusan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk kepada UUPM untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga dari efek tersebut (UUPM pasal 1 angka 25). 15 Untuk memenuhi asas keterbukaan dalam melakukan penawaran umum, maka diperlukan pernyataan pendaftaran ke Bapepam oleh calon emiten. Hal ini sesuai dengan pasal 70 Ayat 1 UUPM yang menyatakan bahwa perusahaan wajib menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif. Berdasarkan pasal 74 UUPM, pernyataan pendaftaran akan dinyatakan efektif oleh Bapepam dalam waktu 45 hari sejak diterimanya pernyataan pendaftaran secara lengkap. Berdasarkan peraturan Bapepam IX A.12, pernyataan pendaftaran harus memuat prospektus. Suatu prospektus umumnya berisikan informasi material tentang suatu reksadana, saham, obligasi dan investasi lainnya seperti misalnya penjelasan tentang bidang usaha perseroan, laporan keuangan, biografi dari dewan komisaris dan dewan direksi, informasi terinci mengenai kompensasi mereka, perkara-perkara yang sedang dihadapi perseroan, daftar aset perseroan, dan lainlain informasi yang bersifat material. Suatu prospektus harus mencakup semua rincian dan informasi atau fakta material mengenai penawaran umum dari emiten atau perusahaan publik, yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Bedasarkan peraturan Bapepam IX A.12, prospektus memuat keterangan antara lain sebagai berikut : tanggal efektif, masa penawaran, keterangan singkat mengenai saham yang akan ditawarkan, keterangan singkat mengenai pemegang saham emiten, alasan atau pertimbangan pemegang saham emiten atau perusahaan 15 Irsan Nasarudin dan Indra surya, op.cit., hal 225

9 9 publik menjual sahamnya, keterangan singkat mengenai kegiatan usaha emiten atau Perusahaan Publik dengan menyebutkan sumber informasi, laporan keuangan emiten atau Perusahaan Publik terakhir yang telah dipublikasikan (sekurangkurangnya meliputi neraca, laporan rugi laba, arus kas dan laporan perubahan ekuitas) dan pengungkapan tentang besar dan tata cara pemberian ganti kerugian atas keterlambatan pengembalian uang pesanan. Dalam hal penawaran umum, maka prospektus akan didistribusikan oleh penjamin emisi atau pialang saham kepada investor potensial. 16 Prospektus harus kredibel, artinya segala isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jajaran direksi dan komisaris bertanggungjawab penuh untuk menjamin kebenaran materi informasi yang disampaikan kepada pemegang saham dan masyarakat luas. 17 Dalam pasal 78 UUPM dikatakan bahwa setiap prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan. Dari sini jelas terlihat bahwa isi prospektus tidak boleh menyesatkan investor, karena prospektus adalah sebagai dasar bagi investor dalam apakah ia akan menaruh modalnya (dengan membeli saham) di perusahaan tersebut. Ketentuan-ketentuan dalam pasar modal selalu berusaha melindungi dan memberikan kepastian hukum bagi para investor. Investor perlu dilindungi karena investor lah yang menentukan kelangsungan hidup pasar modal. Dengan adanya perlindungan bagi investor, diharapkan agar pertumbuhan ekonomi nasional sedikit demi sedikit bisa menanjak. Secara umum, perusahaan yang melakukan penawaran umum mencatat beberapa hal yang positif, misalnya catatan keuangan yang baik, perolehan keuntungan, pembesaran volume usaha karena membesarnya potensi laba, dan meningkatnya posisi perusahaan di masyarakat. Perusahaan yang melakukan penawaran umum jelas ingin mempertegas posisinya di mata masyarakat dan memperbesar volume usaha dengan menghimpun dana masyarakat. Keuntungan- 16 Prospektus, < 17 Irsan Nasarudin dan Indra surya, op.cit.,hal. 231.

10 10 keuntungan inilah yang membuat banyak perusahan-perusahaan ingin melebarkan sayapnya dengan menjual sahamnya kepada publik melalui mekanisme penawaran umum. P.T. Bayan Resources, Tbk. (untuk selanjutnya disebut Bayan) yang merupakan grup produsen batu bara terbesar kedelapan di Indonesia berdasarkan volume produksi tahun 2007 juga tak mau ketinggalan untuk melakukan penawaran umum. Pada tahun 2007 produksi batubaranya mencapai 4,7 juta ton. Kinerja perseroan tahun 2007 mencatat pendapatan Rp 3,451 triliun dan laba bersih Rp. 252,7 milyar. Dalam penawaran umum yang dilaksanakannya itu, Bayan melepas saham (atau setara 25% dari seluruh saham perseroan) ke publik di harga Rp per saham. Target dananya Rp 4,83 triliun. Awalnya, pernyataan efektif diharapkan keluar pada 25 Juli 2008, sehingga masa penawaran dapat dilaksanakan pada 29 Juli sampai 1 Agustus 2008 dan pencatatan di Bursa pada 8 Agustus Namun dalam kenyataannya, penawaran umum Bayan menjadi tertunda karena adanya masalah hukum yang menimpa anak perusahaannya yaitu P.T. Perkasa Inakakerta (untuk selanjutnya disebut PIK). Pada tanggal 11 Juli 2008, PIK mendapat surat dari Plt. Bupati Kutai Timur (Isran Noor) yang isinya menyatakan bahwa PIK harus menghentikan operasinya. 19 Adapun penghentian operasi ini dilakukan karena PIK dianggap melakukan eksploitasi, penebangan pohon, dan membangun jalan di wilayah hutan produksi milik negara yang dioperasikan oleh P.T. Porodisa Trading & Industrial tanpa izin pinjam pakai Menteri Kehutanan. Berdasarkan audit Inspektorat Jenderal Departemen Kehutanan dan Dinas Kehutanan Kutai Timur, 18 Irna Gustia, Bayan Resources Jual 25% Saham IPO, < >, 18 Juni Indro Bagus, Kegiatan tambang dihentikan, IPO Bayan tertunda, < 28 Juli 2008.

11 11 PIK diindikasikan melanggar Undang-Undang No. 41/1999 tentang Kehutanan. 20 Namun, yang menimbulkan pertanyaan dan memerlukan pengkajian lebih dalam di sini yaitu tindakan Isran Noor ini, dalam kenyataannya, tidak mendapat dukungan dari Menteri Kehutanan. 21 Mendengar hal tersebut, Bapepam melakukan penundaan pemberian pernyataan efektif kepada Bayan karena pihak Bapepam harus menelaah lebih lanjut lagi mengenai pengehentian operasi tersebut. 22 Namun penundaan ini tidak berlangsung lama karena pada tanggal 4 Agustus 2008, Bayan sudah resmi mendapat pernyataan efektif dari Bapepam untuk melakukan penawaran umum. Selanjutnya, tanggal 12 Agustus 2008, Bayan mencatatkan saham perdananya di lantai bursa. 23 Oleh karena terdapat permasalahan yang sempat menunda pelaksanaan penawaran umum oleh Bayan, maka penulis terdorong untuk mengkaji lebih jauh dan lebih dalam lagi mengenai pernyataan efektif yang dikeluarkan Bapepam tanggal 4 Agustus 2008 lalu terhadap P.T. Bayan Resources, Tbk Perumusan Masalah 1. Bagaimana permasalahan hukum yang terjadi sehingga pelaksanaan penawaran umum P.T. Bayan Resources, Tbk. mengalami penundaan? 2. Bagaimana pertimbangan hukum Bapepam dalam mengeluarkan pernyataan efektif bagi P.T. Bayan Resources, Tbk. di tengah masalah penghentian kegiatan usaha anak perusahaannya? 20 Setiawan Ananto, Bapepam: Kasus Eksplorasi Tidak Ganggu IPO Bayan, < 5 Agustus Firman Hidayat, Kisruh Penghentian KPC, Bupati Kutai Timur Tantang Kaban, < 31 Juli Indro Bagus, op.cit., 23 Prospektus P.T. Bayan Resources, Tbk.

12 Tujuan Penelitian 1. Menjabarkan masalah pengehentian operasi anak perusahaan (PIK) yang menyebabkan tertundanya pelaksanaan penawaran umum P.T. Bayan Resources, Tbk. 2. Menganalisis ketepatan Bapepam dalam mengeluarkan keputusan pemberian pernyataan efektif untuk P.T. Bayan Resources, Tbk Manfaat Penelitian 1. Mengetahui perihal ada atau tidak adanya masalah dalam penawaran umum yang telah dilaksanakan oleh P.T. Bayan Resources, Tbk. 2. Mengetahui kinerja Bapepam selaku Badan yang bertugas mengawasi kegiatan Pasar Modal Indonesia Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penulisan ini adalah seputar dikeluarkannya pernyataan efektif oleh Bapepam terhadap P.T. Bayan Resources,Tbk. pada tanggal 4 Agustus 2008 di tengah masalah penghentian operasi anak perusahaannya yaitu P.T. Perkasa Inakakerta (PIK) oleh Plt. Bupati Kutai Timur Definisi Operasional 1. Bapepam adalah Badan Pengawas Pasar Modal yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan atas kegiatan sehari-hari di Pasar Modal Indonesia. (Pasal 3 ayat (1) UUPM) 2. Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. (Pasal 1 angka 4 UUPM) 3. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari Efek. (Pasal 1 angka 5 UUPM)

13 13 4. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. (Pasal 1 angka 6 UUPM) 5. Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. (Pasal 1 angka 7 UUPM) 6. Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer investasi. (Pasal 1 angka 21 UUPM) 7. Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek (Pasal 1 angka 26 UUPM). 8. Pasar Modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek (Pasal 1 angka 13 UUPM). 9. Pasar primer atau juga dikenal dengan istilah primary market adalah pasar di mana emiten menawarkan efek secara langsung kepada calon pemodal untuk pertama kalinya Pasar sekunder atau juga dikenal dengan istilah secondary market adalah merupakan pasar di mana pemodal memperjualbelikan efek-efek yang dimiliknya kepada pemodal lainnya Pasar uang adalah sarana yang menyediakan pembiayaan jangka pendek (kurang dari satu tahun) Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. (Pasal 1 angka 15 UUPM). 24 H. Jusuf Anwar, op.cit., hal Ibid., 26 Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, op.cit., hal. 19.

14 Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. (pasal 1 angka 17 UUPM) 14. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) adalah perjanjian antara pemerintah dan perusahaan kontraktor swasta untuk melaksanakan pengusahaan pertambangan bahan galian batu bara. (Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996) 15. Perjanjian kerja sama adalah perjanjian antara perusahaan Negara tambang batu bara sebagai pemegang kuasa pertambangan dan pihak swasta sebagai kontraktor untuk pengusahaan tambang batu bara untuk jangka waktu 30 tahun berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut dalam Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun Pernyataan efektif adalah pernyataan dari Bapepam yang menyatakan bahwa emiten telah memenuhi semua persyaratan/prosedur untuk melakukan penawaran umum. 28 Pernyataan ini juga merupakan tiket bagi perusahaan untuk menjual sahamnya di pasar perdana Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal oleh Emiten dalam rangka Penawaran Umum atau Perusahaan Publik. (Pasal 1 angka 19 UUPM) 18. Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp ,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (Pasal 1 angka 22 UUPM) 27 Salim HS, op.cit., hal Asril Sitompul, Pasar Modal: Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti, 2000), hal Hendy M. Fakhruddin, Go Public : Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan, (Jakarta: P.T. Elex Media Komputindo, 2008), hal. 99.

15 Model Operasional Penelitian Skripsi adalah sebuah penelitian ilmiah. Salah satu syarat suatu penulisan dikatakan sebagai karya ilmiah yang baik adalah apabila karya ilmiah tersebut tersusun secara sistematis. Adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB 1 berjudul PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Batasan Penulisan, Definisi Operasional dan Model Operasional Penelitian. Lalu dilanjutkan BAB 2 dengan judul PENAWARAN UMUM DAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN yang pada dasarnya berisi uraian mengenai Bapepam Dalam Tugasnya Sebagai Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Penawaran Umum dan Aspek-aspeknya, Prospektus Sebagai Dasar Dikeluarkannya Pernyataan Efektif oleh Bapepam dan Pengaturan Mengenai Izin Usaha Pertambangan berdasarkan Peraturan Perundangan di Bidang Pertambangan dan Peraturan Perundangan di Bidang Kehutanan. BAB 3 yang membahas mengenai METODE PENELITIAN. BAB 4 berjudul ANALISIS PEMBERIAN PERNYATAAN EFEKTIF OLEH BAPEPAM-LK KEPADA P.T. BAYAN RESOURCES, Tbk. yang berisi analisis kasus yang penulis angkat dikaitkan dengan tinjauan pustaka yang sebelumnya telah diuraikan dalam Bab 2. Bab 5 adalah bab PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran dari penulis.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman yang semakin modern dewasa ini isu globalisasi memang tidak dapat dihindarkan lagi, isu ini terus berkembang dan dampaknya pada perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan No.133, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6080) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan sumber energi yang penting dan banyak digunakan di dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%. Penggunaan batubara

Lebih terperinci

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA 2.1. Latar Belakang Go Public Pesatnya perkembangan dunia usaha menimbulkan persaingan yang ketat di antara para pelaku usaha. Setiap perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 176/BL/2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-552/BL/2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan mempunyai satu tujuan utama untuk dapat memperoleh keuntungan dan berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perusahaan harus bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi dan data Energy Information Administration (EIA) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi dan data Energy Information Administration (EIA) menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proyeksi dan data Energy Information Administration (EIA) menyatakan pertumbuhan konsumsi batubara global diperkirakan akan melambat pada tahun 2012 menjadi

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 13/PM/2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang : bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10 PASAR UANG Pasar yang memperjualbelikan surat berharga jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun SURAT BERHARGA PASAR UANG yaitu surat utang

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2017 KEUANGAN OJK. Efek. Bersifat Ekuitas, Utang, dan/atau Sukuk. Penawaran Umum. Pendaftaran. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 1

BAB I PENDAHULUAN. atau pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pasar primer atau pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). 1 Pasar primer

Lebih terperinci

PT Golden Energy Mines Tbk

PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy Mines Tbk PT Golden Energy

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /POJK.04/2017 TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada untuk menghasilkan laba maksimal, sementara tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada untuk menghasilkan laba maksimal, sementara tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan didirikan perusahaan adalah untuk mencapai tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan perusahaan jangka pendek yaitu memanfaatkan semua sumber

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 78 /POJK.04/2017 TENTANG TRANSAKSI EFEK YANG TIDAK DILARANG BAGI ORANG DALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 67/BL/2007 TENTANG PEDOMAN MENGENAI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan termasuk perbankan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 Diterbitkan Oleh: PT. Indo Analisis Copyright @ 2016 DISCALIMER Semua informasi dalam Laporan Industri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2015 KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Terproteksi. Penjaminan. Indeks. Pedoman Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5817).

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Go Public merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pengembangan dana yang diperoleh oleh perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP- 03 /PM/2004 TENTANG Peraturan Nomor IV.B.1 PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dalam iklim persaingan yang dihadapi. Demi mencapai pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dalam iklim persaingan yang dihadapi. Demi mencapai pertumbuhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Adanya perkembangan dalam lingkungan bisnis pada saat ini tentunya akan menciptakan suatu kodisi persaingan yang ketat. Hal ini akan mengakibatkan perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong

Lebih terperinci

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb

2017, No tentang Transaksi Efek yang Tidak Dilarang bagi Orang Dalam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lemb No.299, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Transaksi Efek. Orang Dalam. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6167) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo No.132, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Reksa Dana. Perseroan. Pengelolaan. Kontrak. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6079)

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA TERPROTEKSI, REKSA DANA DENGAN PENJAMINAN, DAN REKSA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te No.298, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Perusahaan Publik. Pernyataan Pendaftaran. Bentuk dan Isi. Pedoman (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6166)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PEMBERIAN PERNYATAAN EFEKTIF OLEH BAPEPAM-LK KEPADA P.T. BAYAN RESOURCES, Tbk

BAB 4 ANALISIS PEMBERIAN PERNYATAAN EFEKTIF OLEH BAPEPAM-LK KEPADA P.T. BAYAN RESOURCES, Tbk 67 BAB 4 ANALISIS PEMBERIAN PERNYATAAN EFEKTIF OLEH BAPEPAM-LK KEPADA P.T. BAYAN RESOURCES, Tbk 4.1. Riwayat Umum P.T. Bayan Resources, Tbk. P.T. Bayan Resources, Tbk. (Bayan) adalah sebuah Perseroan Terbatas

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 67/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH PERATURAN NOMOR IX.C.13: PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI DAERAH 1. Umum a. Seluruh definisi yang tercantum dalam Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pembangunan nasional adalah suatu pencerminan kehendak yang terus menerus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan

Lebih terperinci

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA

Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA Bab 3 PENAWARAN UMUM DI PASAR PERDANA 3.1. Pengertian Penawaran Umum Penawaran Umum (public offering) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal dengan

Lebih terperinci

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si.

Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. Materi 2 Pengertian dan Instrumen Pasar Modal Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si. 2-1 PENGERTIAN & INSTRUMEN PASAR MODAL PENGERTIAN PASAR MODAL - Pasar Perdana - Pasar Sekunder INSTRUMEN PASAR MODAL - Saham

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Haruman, 2008) (Sari dan Riduan, 2011) Zarkasyi (2008:36)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Haruman, 2008) (Sari dan Riduan, 2011) Zarkasyi (2008:36) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kondisi perekonomian di Indonesia yang semakin pesat dan di tengah persaingan global yang semakin ketat, merupakan suatu tantangan dan peluang

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA No.45, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Ekuitas. Bentuk dan Isi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6029) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP. No. : 45 Tahun 1995 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia difokuskan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia difokuskan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini sedang melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan Nasional Indonesia difokuskan terhadap usaha peningkatan kualitas

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, - 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan Program Pensiun, investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional. memperoleh dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan nasional. memperoleh dana untuk berinvestasi melalui perbankan, lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah dan masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mewujudkan kegiatan Pasar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK KEPADA PEMODAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public)

Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Cara mencatatkan perusahaan di BEI (go public) Efek yang dapat dicatatkan di BEI (go public) dapat berupa: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Saham Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Exchange Traded Fund/ETF)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan penduduk tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teratur (Koetin, 2002). Investasi dapat dilakukan pada berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. teratur (Koetin, 2002). Investasi dapat dilakukan pada berbagai instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu penggunaan uang yang ditujukan untuk obyek-obyek tertentu dengan tujuan bahwa nilai obyek tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat,

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM EFEK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai Emisi (Rp Juta ) Perubahan (%) Jumlah Emiten

I. PENDAHULUAN. Nilai Emisi (Rp Juta ) Perubahan (%) Jumlah Emiten I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu di antara sekian banyak masalah keuangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan adalah masalah pembiayaan perusahaan. Kebutuhan dana suatu perusahaan dapat diperoleh

Lebih terperinci

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr

Pasar Modal EKO 3 A. PENDAHULUAN B. PRODUK PASAR MODAL PASAR MODAL. materi78.co.nr Pasar Modal A. PENDAHULUAN Pasar modal (capital market) atau bursa efek adalah pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana-dana jangka panjang dalam bentuk jual-beli surat berharga. B. PRODUK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Aset. Jaminan Sosial. Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5724). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Globalisasi dan Teknologi terus terjadi terutama pada tahun-tahun terakhir ini, dimana dampaknya sangat jelas terlihat di segala bidang termasuk bidang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peranan usaha perasuransian di Indonesia dalam menunjang

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga konsumsi baja dapat digunakan sebagai indikasi kemajuan suatu negara (Hudson, 2010). Kecenderungan konsumsi

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

Cara Pemesanan: Customer Support: Spesifikasi: Harga : Rp

Cara Pemesanan: Customer Support: Spesifikasi: Harga : Rp 2015 Copyright @ 2015 Spesifikasi: Tipe Laporan : Laporan Industri Terbit : April 2015 Halaman : 121 Format : Hardcopy (Book Full Colour) Softcopy (Data Grafik Excel) Harga : Rp 6.750.000 Cara Pemesanan:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. Sumber dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan terjadi secara dinamis di segala bidang. Perkembangan tersebut terasa sangat berdampak pada bidang perekonomian dunia, hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK REKSADANA DAN PENGATURANNYA DALAM PASAR MODAL DI INDONESIA

KARAKTERISTIK REKSADANA DAN PENGATURANNYA DALAM PASAR MODAL DI INDONESIA KARAKTERISTIK REKSADANA DAN PENGATURANNYA DALAM PASAR MODAL DI INDONESIA Oleh: Putu Yudik Adisurya Lesmana Dewa Made Suartha Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT The writing

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia

Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia 2 Gambar 1.1. Cadangan Batu Bara Indonesia Sumber: Direktorat Jendral Mineral dan Batubara Cadangan batu bara di Indoensia tersebar di darah Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Menurut

Lebih terperinci

PENGANTAR. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di Lantai Bursa. Salam, PT Bursa Efek Indonesia. Panduan Go Public I

PENGANTAR. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di Lantai Bursa. Salam, PT Bursa Efek Indonesia. Panduan Go Public I PANDUAN GO PUBLIC DAFTAR ISI Pengantar I Struktur Pasar Modal Indonesia II Go Public 1 I. Manfaat dan Konsekuensi Go Public 1 II. Proses Untuk Menjadi Perusahaan Publik 5 III. Klasifikasi Papan Pencatatan

Lebih terperinci