BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. GEMPA BUMI Gempa bumi merupakan suatu peristiwa pelepasan energi gelombang seismik secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh adanya deformasi lempeng tektonik yang terjadi pada kerak bumi. Berdasarkan proses terjadinya, gempa bumi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Gempa Tektonik Gempa tektonik merupakan gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng tektonik. Karena lempeng tekonik selalu mengalami pergerakan dan permukaannya tidak rata, maka jika terjadi pergerakan pada lempeng tektonik akan timbul gaya friksi antar lempeng. Gaya friksi kemudian akan melepaskan energi yang menyebabkan getaran di muka bumi. Jika friksi yang terjadi kecil, maka intensitas gempa yang dirasakan akan kecil sedangkan jika friksi yang terjadi besar, maka kekuatan gempa yang dihasilkan akan besar pula. 5

2 6 b. Gempa Vulkanik Gempa vulkanik merupakan gempa yang terjadi akibat meningkatnya aktivitas gunung berapi yang disebabkan oleh naiknya magma dari perut bumi ke permukaan bumi. Magma kemudian mendesak batuan-batuan yang ada di atasnya sehingga menyebabkan terjadinya getaran di muka bumi. Mekanisme terjadinya gempa tektonik dan gempa vulkanik pada dasarnya adalah sama. Naiknya magma ke permukaan bumi dipicu oleh pergeseran lempeng tektonik pada sesar bumi. Biasanya hal ini terjadi pada batas lempeng tektonik yang bersifat konvergen (saling mendesak). Hanya saja pada gempa vulkanik, getaran yang terjadi lebih disebabkan karena desakan magma, sedangkan gempa tektonik getaran yang terjadi langsung ditimbulkan oleh benturan antara lempeng tektonik. Bila lempeng tektonik yang saling bertabrakan berupa lempeng benua dan lempeng samudera, maka sesarnya berada di dasar laut, sehingga biasanya berpotensi menimbulkan tsunami. Pada perut bumi, sumber gempa dinamakan hiposenter (focus). Proyeksi garis tegak lurus hiposenter ke permukaan bumi disebut sebagai episenter. Bila kedalaman hiposenter dari permukaan adalah 0-70 km, terjadilah gempa dangkal (shallow earthquake), sedangkan bila kedalamannya antara km, terjadilah gempa dalam (deep earthquake). Gempa dangkal menimbulkan efek getaran yang lebih besar dibanding gempa dalam. Hal ini disebabkan letak hiposenter lebih dekat ke permukaan, dimana batuan yang ada bersifat lebih keras sehingga gempa dangkal melepaskan energi yang lebih besar.

3 7 Gambar 2.1 Letak Hiposenter (focus) dan Episenter (sumber: Wikipedia) Gerakan batuan yang tiba-tiba di sepanjang celah pada kerak bumi yang berada pada perbatasan antara dua lempeng tektonik bumi menimbulkan getaran yang mentransmisikan energi dalam bentuk gelombang. Gelombang yang merambat di bawah permukaan bumi disebut dengan gelombang badan (body wave). Ada dua jenis gelombang badan (body wave), yaitu gelombang primer atau gelombang P (primary wave) dan gelombang sekunder atau gelombang S (secondary wave). Gelombang P merupakan gelombang longitudinal yang arah gerakannya sejajar dengan arah perambatan gelombang. Sedangkan gelombang S adalah gelombang transversal yang arah gerakannya tegak lurus dengan arah perambatan gelombang.

4 8 Zona gempa di dunia terbagai atas dua jalur, yaitu: a. Jalur Sirkum Pasifik Jalur Sirkum Pasifik merupakan jalur yang banyak terjadi gempa dalam dan gempa dangkal yang berskala besar. Jalur ini membentang melewati Sulawesi, Filipina, Jepang, dan kepulauan Hawai. b. Jalur Mediterania Jalur Mediterania merupakan jalur yang banyak terjadi gempa-gempa besar. Jalur ini membentang melewati benua Amerika, Eropa, Timur Tengah, India, Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara. Gambar 2.2 Distribusi Gempa Bumi di Dunia (sumber: Wikipedia)

5 9 Gambar 2.3 Distribusi Gempa Bumi di Indonesia (sumber: Pustekkom 2006) Wilayah Indonesia ditetapkan menjadi 6 wilayah gempa (Lihat Gambar 2.4), dimana wilayah gempa 1 merupakan wilayah dengan kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 merupakan wilayah dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini didasarkan atas percepatan maksimum batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Untuk perhitungan gempa di permukaan, tidak dapat digunakan nilai percepatan maksimum batuan dasar maka digunakan nilai percepatan maksimum permukaan tanah. Nilai percepatan maksimum permukaan tanah pada wilayah Indonesia ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut:

6 10 Tabel 2.1 Wilayah Gempa Percepatan Maksimum Batuan Dasar dan Percepatan Maksimum Permukaan Tanah untuk Wilayah Gempa Indonesia (SNI ) Percepatan Maksimum Batuan Dasar (g) Percepatan Maksimum Permukaan Tanah (g) Tanah Tanah Tanah Tanah Keras Sedang Lunak Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi 1 0,03 0,04 0,05 0,08 2 0,10 0,12 0,15 0,20 3 0,15 0,18 0,23 0,30 4 0,20 0,24 0,28 0,34 5 0,25 0,28 0,32 0,36 6 0,30 0,33 0,36 0,38 Kriteria jenis tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak untuk lapisan tanah dengan tebal maksimum 30 m ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 2.2 Jenis Tanah Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah Khusus Jenis-jenis Tanah (SNI ) Kecepatan Rambat Gelombang Geser Rata-rata, v (m/det) s Nilai Hasil Tes Penetrasi Standar Rata-rata, N Kuat Geser Niralir Rata-rata, S u (kpa) v s 350 N 50 S u v s < N < S u < 100 v s < 175 N < 15 S u < 50 atau setiap profil dengan tanah lunak yang tebal total lebih dari 3 m dengan PI > 20, W n > 40% dan S u < 25 kpa Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

7 11 Pada tabel 2.2, v, s N dan S u merupakan nilai rata-rata bobot besaran tersebut dengan tebal lapisan tanah sebagai pembobotnya yang dihitung menurut persamaan-persamaan berikut: i= 1 m t i i= 1 v s = m... (2.1) t / v i= 1 m i i si t i i= 1 N = m... (2.2) t / N i= 1 m i i t i i= 1 S u = m... (2.3) t / s Dimana: ui v s = kecepatan rambat gelombang geser rata-rata N S u = nilai hasil tes penetrasi standar rata-rata = kuat geser niralir rata-rata v si = kecepatan rambat gelombang geser melalui lapisan tanah ke-i N i = nilai hasil tes penetrasi standar lapisan tanah ke-i S ui = kuat geser niralir lapisan tanah ke-i t i = tebal lapisan tanah ke-i

8 12 Gambar 2.4 Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Maksimum Batuan Dasar dengan Perioda Ulang 500 Tahun (Sumber: Standar Perancangan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI )

9 LIKUIFAKSI Likuifaksi merupakan suatu fenomena hilangnya daya dukung tanah pasir halus jenuh air yang disebabkan oleh adanya pergerakan tanah yang sangat cepat seperti gempa bumi seperti ditunjukkan pada gambar berikut: h Sebelum terjadi Gempa Saat terjadi Gempa Likuifaksi Gambar 2.5 Pemodelan Peristiwa Likuifaksi Gambar 2.6 Peristiwa Likuifaksi (Sumber: Wikipedia)

10 14 Pada umumnya, tanah memiliki tegangan efektif yang merupakan selisih dari tegangan total tanah dan tegangan air air pori, yang dapat dilihat dalam persamaan Terzaghi sebagai berikut : σ ' = σ u... (2.4) Dimana: σ ' = tegangan efektif tanah σ = tegangan total tanah u = tegangan air pori Kuat geser tanah yang dinyatakan pada persamaan Mohr-Coulomb berikut: τ = c' +σ' tan φ'... (2.5) Dimana: τ = kuat geser tanah c ' = kohesi tanah. σ ' = tegangan efektif tanah φ ' = sudut geser tanah Ketika gempa bumi terjadi, tanah menerima getaran yang cepat dan berlangsung relatif lama. Oleh karena itu, saat tegangan air pori pada tanah pasir halus jenuh air akan keluar dari pori-pori tanah, tanah masih menerima getaran yang cepat dan berulang dari gempa sehingga tegangan air pori yang timbul akibat getaran sebelumnya belum sempat terdisipasi seluruhnya dan sudah menerima lagi getaran yang menyebabkan tegangan air pori naik lebih tinggi lagi, demikian seterusnya hingga terjadi akumulasi tegangan air pori (Lihat Gambar 2.7) yang tergantung dari intensitas dan lama (durasi) gempa yang terjadi. Akumulasi

11 15 tegangan air pori yang terjadi akan semakin meningkat hingga suatu saat menyamai tegangan total pada tanah. Pada kondisi tersebut tegangan efektif tanah menjadi nol. Dengan tegangan efektif, σ ' = 0 dan kohesi tanah pasir,c' = 0 jika dimasukkan pada persamaan (2.5) maka kuat geser tanah bernilai nol dan tanah akan kehilangan daya dukungnya. Peristiwa akibat terakumulasinya tegangan air pori akibat getaran gempa hingga menyebabkan tanah kehilangan daya dukungnya disebut likuifaksi. Gambar 2.7 Grafik Korelasi Antara Tegangan Siklik dengan Tegangan Air Pori (Sumber: Das, Principles of Soil Dynamics) Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya peristiwa likuifaksi adalah sebagai berikut: a. Jenis tanah Umumnya likuifaksi terjadi pada jenis tanah pasir halus jenuh air. Sehingga jika suatu struktur dibangun di atas tanah jenis ini, maka diperlukan analisa potensi likuifaksi.

12 16 b. Gradasi partikel tanah Gradasi partikel tanah mempengaruhi potensi terjadinya proses likuifaksi pada tanah. Tanah dengan gradasi buruk, seperti tanah bergradasi seragam, akan lebih rentan terhadap terjadinya likuifaksi. Hal ini karena susunan butir tanah bergradasi baik lebih padat jika dibandingkan dengan tanah yang bergradasi buruk. c. Kepadatan relatif tanah Kepadatan relatif menunjukkan tingkat kepadatan pada tanah. Parameter tanah ini digunakan pada tanah granular. Semakin besar nilai kepadatan relatif tanah, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya likuifaksi pada tanah yang bersangkutan. d. Kekuatan dan durasi gempa Salah satu faktor penentu terjadinya likuifaksi adalah karakteristik dari gempa yang terjadi. Gempa dengan intensitas besar dan durasi yang lama akan menyebabkan proses likuifaksi lebih mudah terjadi. Hal ini karena tegangan air pori pada tanah akan mengalami peningkatan yang cepat sebagai akibat besarnya percepatan gempa yang terjadi. e. Bentuk partikel tanah Tanah dengan bentuk partikel bulat akan lebih mudah mengalami likuifasi jika dibandingkan dengan tanah dengan bentuk partikel angular. Hal ini disebabkan karena tanah dengan bentuk partikel angular mempunyai daya ikat antar partikel yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanah dengan bentuk partikel bulat.

13 17 f. Riwayat tanah Riwayat hidup tanah turut menjadi faktor penentu dalam proses likuifaksi. Tanah yang pernah mengalami likuifaksi lebih sulit untuk mengalami likuifaksi jika dibandingkan dengan tanah yang belum pernah mengalami proses likuifaksi. Pada tanah pasir yang pernah mengalami likuifaksi sudah mengalami pemadatan akibat dari terdisipasinya tegangan air pori berlebih pada saat gempa yang diikuti dengan turunnya permukaan tanah pasir tersebut. Tanah pasir yang telah mengalami pemadatan tersebut lebih sulit mengalami likuifaksi kembali, kecuali terjadi gempa dengan intensitas yang lebih besar dan durasi yang lebih lama.

14 TANAH YANG BERPOTENSI LIKUIFAKSI Berdasarkan penelitian para ahli, tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi memiliki gradasi tertentu seperti ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 2.8 Grafik Potensi Likuifaksi Berdasarkan Gradasi Butiran (Sumber: Gouw, Perbaikan Tanah Dengan Cara Dinamis dan Statis dan Dengan Penggunaan Geoteknik) Berdasarkan kepadatan relatif tanah pasir dan sebaran gempa, potensi likuifaksi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Potensi Likuifaksi Pasir Jenuh Air (Seed & Idriss,1971) Percepatan Maksimum Permukaan Tanah Potensi Terjadi Likuifaksi Potensi Likuifaksi Berdasarkan Jenis Tanah dan Kekuatan Gempa Potensi Tidak Terjadi Likuifaksi 0.10 g Dr < 33% 33% < Dr < 54% Dr > 54% 0.15 g Dr < 48% 48% < Dr < 73% Dr > 73% 0.20 g Dr < 60% 60% < Dr < 85% Dr > 85% 0.25 g Dr < 70% 70% < Dr < 92% Dr > 92%

15 19 Pada kerikil dan tanah lempung pada umumnya tidak berpotensi mengalami likuifaksi, tetapi pada studi di RRC mencatat bahwa likuifaksi juga terjadi pada tanah lempung dengan kandungan butiran yang lebih kecil dari 0,005 mm kurang dari 15%, batas cair kurang dari 35% dan kadar air lebih dari 90% batas cairnya. Bila lempung dengan karakteristik demikian diplot dalam diagram plastisitas (plasticity chart) jatuh diatas garis A (A line), uji siklik harus dilakukan untuk menentukan potensi likuifaksi. Pada tanah berlapis, tebal minimum lapisan permukaan agar likuifaksi pada lapisan dalam tidak menimbulkan kerusakan di permukaan ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 2.9 Tebal Minimum Lapisan Permukaan agar Likuifaksi pada Lapisan Dalam Tidak Menimbulkan Kerusakan di Permukaan (Ishihara, 1985)

16 ANALISA POTENSI LIKUIFAKSI Analisa likuifaksi diperlukan untuk mengetahui besar potensi likuifaksi yang tejadi pada suatu daerah. Besarnya potensi likuifaksi ditentukan oleh jenis tanah dan besarnya gempa yang melalui daerah tersebut. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu dilakukan untuk menghitung potensi likuifaksi yang terjadi adalah menghitung tegangan siklik yang terjadi akibat gempa bumi dengan menggunakan persamaan berikut: τ av σ' v a = 0,65 g max γ.h r ' σ v d... (2.6) Dimana: τav = rasio tegangan siklik σ' av v τ = tegangan geser siklik a max = percepatan maksimum permukaan tanah (tabel 2.1) g = percepatan gravitasi r d = faktor reduksi tegangan (gambar 2.10) γ.h = σ v = tekanan vertikal total tanah σ ' v = tekanan vertikal efektif tanah Penggunaan koefisien sebesar 0,65 disebabkan faktor konversi yang representatif untuk menyederhanakan sejarah waktu dari tegangan geser siklik gempa yang tidak beraturan menjadi bentuk tegangan geser siklik beraturan adalah 65% dari tegangan geser siklik maksimum gempa (Seed & Idriss, 1971).

17 Gambar 2.10 Grafik Faktor Reduksi Tegangan (Seed & Idriss,1971) 21

18 22 Gambar 2.11 Grafik Perbandingan (τ o /σ' v ) dengan N 1 dan Skala Gempa (after Seed, 1979)

19 23 Pada dasarnya ada dua metode pendekatan untuk menghitung analisa potensi likuifaksi, yaitu: 1. Data lapangan tanah pasir pada gempa sebelumnya. 2. Penghitungan tegangan siklik lapangan dan tegangan siklik yang dapat menyebabkan terjadinya likuifaksi. Metode analisa yang digunakan untuk mengevaluasi potensi likuifaksi pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data hasil SPT (Standard Penetration Test) dan data hasil CPT (Cone Penetration Test). 1. Uji Penetrasi Standar (Standard Penetration Test) (Sumber: Gouw,1995) Uji penetrasi standar (SPT) merupakan pengujian perlawanan tanah terhadap penetrasi sebuah tabung belah baja di dalam lubang bor. Tabung belah ini dimasukkan dengan menjatuhkan palu seberat 63,5 kg pada sebuah bantalan dengan tinggi jatuh sebesar 760 mm. Jumlah pukulan yang diperlukan untuk memukul tabung belah tersebut hingga memperoleh penetrasi sebesar 300 mm dari dasar lubang disebut perlawanan penetrasi SPT (N SPT). Pada pengujian SPT, alat uji terdiri dari: 1. Tabung belah SPT ISSMGE merekomendasikan bahwa tabung belah SPT harus dibuat dari baja yang diperkeras dengan kedua permukaan luar dan dalam yang halus. Diameter luarnya berukuran 51 ± 1 mm dan diameter dalamnya 35 ± 1 mm. Panjangnya minimal 457 mm.

20 24 Pada ujung bawah tabung belah dilengkapi dengan sepatu pancang sepanjang 76 ± 1 mm dengan diameter dalam dan diameter luar yang sama dengan tabung belahnya. Sisi luar ujung sepatu dibuat memipih kearah dalam sepanjang 19 mm dan terbuat dari bahan yang sama dengan bahan tabung belah. Gambar 2.12 Tabung Belah Baja Uji SPT (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita) 2. Batang pancang Batang pancang yang menghubungkan tabung belah SPT dengan palu pemukul harus mempunyai modulus penampang yang memadai. Batang pancang yang direkomendasikan oleh ISSMGE yang memenuhi syarat seperti pada tabel berikut: Tabel 2.4 Persyaratan Batang Pancang Uji SPT (ISSMGE, 1988) Diameter Batang Pancang (mm) Modulus Penampang ( 10-6 m 3 ) Berat Batang Pancang (kg/m) 40,5 4,28 4, ,59 7, ,95 10,03

21 25 3. Susunan palu pemukul Susunan palu pemukul terdiri dari: a. Palu baja seberat 63,5 ± 0,5 kg. b. Sistem pelepas palu yang menjamin palu akan jatuh bebas dari ketinggian 760 mm. c. Batang pengarah yang berfungsi mengantarkan palu pemukul dari ketinggian 760 mm hingga memukul bantalan. d. Bantalan palu yang dihubungkan (dengan sistem drat sekrup) dengan kuat pada stang bor. e. Keseluruhan berat susunan palu pemukul tidak boleh lebih dari 115 kg.

22 26 Palu pemukul yang digunakan di satu negara dengan negara lainnya berbeda. Cara penjatuhan palu pun berbeda-beda yang dapat dibagi dalam tiga cara,yaitu: Tambang-katrol-pemutar (slip rope methode) Gambar 2.13 Penjatuhan Palu Tambang-katrol-pemutar (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita)

23 27 Tambang dan katrol (rope and pulley) Gambar 2.14 Penjatuhan Palu Tambang dan Katrol (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita) Pelepas otomatis (trigger mechanism) Gambar 2.15 Penjatuhan Palu Otomatis (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita)

24 28 Beberapa jenis palu pemukul SPT yang cukup banyak digunakan: a. Palu dengan jarum pengarah (pin guided hammer) Jarum pengarah pada palu ini berfungsi untuk mengarahkan palu pemukul ke bantalan dibuat dalam satu kesatuan dengan palunya. Gambar 2.16 Palu dengan Jarum Pengarah (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita) b. Palu dengan selubung pengarah Palu dengan selubung pengarah menyerupai dengan sistem palu sebelumnya, hanya saja pengarah palu berupa selubung yang berjalan di luar batang pancang pada saat palu dijatuhkan. Palu ini merupakan palu standar lama (old standard hammer) yang digunakan di Inggris.

25 29 Gambar 2.17 Palu dengan Selubung Pengarah (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita) c. Palu pengaman (safety hammer) Pada dasarnya palu pengaman menyerupai sistem palu dengan selubung pengarah, hanya saja diameter selubung pengarah sama besar dengan diameter palunya. Palu ini ditemukan dan digunakan di Amerika Serikat. Gambar 2.18 Palu Pengaman (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita)

26 30 d. Palu donut (donut or center-hole hammer) Palu donut merupakan palu berbentuk silinder dengan lubang di tengah menyerupai kue donut. Jenis palu ini terbanyak digunakan di seluruh dunia. Gambar 2.19 Palu Donut (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita) Pada pengujian SPT, penggunaan tipe palu dan sistem penjatuhan palu dapat mengalami perbedaan sehingga menghasilkan nilai N SPT yang berbedabeda untuk setiap pelaksanaannya. Oleh karena itu, Seed dan kawan-kawan (Seed dkk, 1984) mengusulkan agar nilai N SPT yang diperoleh harus dinormalisasikan terhadap standar energi sebesar 60% (E s = 60). Menormalisasikan nilai N SPT dapat dihitung dengan persamaan: N ( 60) = N.(E r / 60)... (2.7)

27 31 Dimana: N (60) = normalisasi nilai N SPT lapangan ke nilai N SPT terhadap energi standar sebesar 60% E r = energi efektif yang bekerja pada batang pancang (Tabel 2.5) N = nilai N SPT lapangan Berdasarkan jenis palu dan sistem penjatuhan palu, nilai energi efektif dan faktor koreksi yang bekerja pada batang pancang ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Energi pada Berbagai Sistem SPT (Skempton,1986; Carter & Bentley, 1991) Negara Jepang Jepang Inggris Inggris RRC RRC Amerika Inggris Sistem Penjatuhan Palu Sistem Otomatis (Tombi) T-K-P (2 putaran) Otomatis (Pilcon) T-K-P (1 putaran) Otomatis (Pilcon) Tambang & Katrol (Manual) T-K-P (2 putaran) T-K-P (2 putaran) Ukuran Pemutar υ (%) Palu Jenis Palu Berat bantalan (kg) η (%) E r ( %) Donut 2,0 0,78 78 Kecil 130 mm Kecil 100 mm Besar 200 mm Kecil 100 mm 83 Donut 2,0 0, Donut (Pilcon) Selubung (old standard) Donut (Pilcon) 19,0 0, ,0 0, Donut 55 Pengaman (safety) Selubung (old standard) 2,5 0, ,0 50 T-K-P Besar Amerika 70 Donut 12,0 0,64 45 (2 putaran) 200 mm Catatan : T-K-P = Tali-Katrol-Pemutar, Ukuran tambang yang digunakan di Jepang berukuran mm dan di Amerika berukuran mm

28 32 Faktor koreksi merupakan hal yang penting dalam pengolahan data uji N SPT, beberapa adalah faktor koreksi yang digunakan adalah: a. Faktor koreksi akibat panjang batang Bila panjang batang pancang SPT kurang dari 10 m, energi yang tiba pada ujung tabung belah SPT akan berkurang sedangkan bila panjang batang pancang SPT lebih atau sama dengan 10 m, maka energi yang tiba pada ujung tabung belah sama dengan energi yang bekerja di bawah bantalan. Perbedaan banjang batang ini menyebabkan harus dilakukannya koreksi terhadap nilai N SPT. Dengan memasukkan faktor koreksi panjang batang, maka nilai N SPT menjadi: N E S = α.n.(e / E )... (2.8) r s Dimana: N E S = nilai N SPT yang telah dinormalisasi terhadap E s tertentu. α = faktor koreksi panjang batang pancang (tabel 2.6) E s = standar energi (E s = 60%) b. Faktor koreksi akibat penggunaan pelapis Bila pada penggunaan tabung belah di bagian dalam diberikan pelapis (lining) seperti yang sering digunakan di Amerika maka nilai N SPT yang akan diperoleh lebih kurang 20% lebih besar. Untuk itu diperlukan adanya faktor koreksi terhadap nilai N SPT, seperti dalam persamaan berikut: N E s = α. β.n.(e / E )... (2.9) r s

29 33 Dimana: β = faktor koreksi pelapis (tabel 2.6) c. Faktor koreksi akibat ukuran lubang bor Perbedaan penggunaan lubang bor di berbagai negara tidak sama besar, maka diperlukan adanya koreksi. Dengan digunakannya faktor koreksi, nilai N SPT menjadi: N E s = α. β. γ.n.(e / E )... (2.10) r s Dimana: γ = faktor koreksi lubang bor (tabel 2.6) Tabel 2.6 Faktor Koreksi Panjang Batang, Pelapis dan Lubang Bor (Skempton,1986) Faktor Koreksi Notasi Nilai Faktor Koreksi Panjang batang: > 10 m α 1, m 0, m 0, m 0,75 SPT tanpa pelapis β 1,00 SPT dengan pelapis 1,20 Ukuran lubang bor: mm γ 1, mm 1, mm 1,15

30 34 Contoh perhitungan faktor koreksi nilai N SPT lapangan: Pada suatu proyek yang terdapat di daerah A, dilakukan pengujian SPT oleh perusahaan X. Berikut data uji N SPT lapangan dari perusahaan tersebut: - Nilai N SPT = 10 pada kedalaman 8 m - Menggunakan peralatan SPT sistem Jepang dengan palu donut dan penjatuhan otomatis (dari tabel 2.5 diperoleh nilai E r = 78%) - Ukuran lubang bor = 150 mm (dari tabel 2.6 diperoleh nilai γ = 1,05) - SPT tanpa pelapis (dari tabel 2.6 diperoleh nilai β = 1,00) Perhitungan nilai N SPT terhadap hasil uji perusahaan X setelah dinormalisasi dengan mengambil standar energi referensi (Es) sebesar 60% adalah sebagai berikut: - Nilai N SPT lapangan : N = 10 pada kedalaman 8 m - Panjang batang pancang SPT : 8 m + 1,25 m = 9,25 m (dari tabel 2.6 diperoleh nilai α = 0,95) Gambar 2.20 Panjang Batang Pancang SPT (Sumber: Gouw, Sudah Standarkah Standar Penetration Test Kita)

31 35 - Dari persamaan (2.10) diperoleh: N N E s 60 = α. β. γ.n.(e = α. β. γ.n.(e r r / E s ) / 60) = 0,95 1,00 1,05 10 (78/ 60) = 13 Nilai N SPT yang diperoleh di lapangan perlu juga dilakukan koreksi terhadap adanya pengaruh dari tegangan efektif vertikal tanah. Nilai N SPT meningkat seiring dengan meningkatnya tegangan efektif vertikal tanah. Begitu juga pada tegangan efektif yang konstan, nilai N meningkat dengan meningkatnya kepadatan tanah. Dari hasil penelitian tersebut, dikenal dengan koreksi tegangan efektif tanah. Koreksi yang dilakukan dengan jalan menormalisasikan nilai N SPT yang diperoleh pada tegangan efektif tertentu kepada tegangan efektif sebesar 1 kg/cm 2. Hasil koreksi terhadap nilai N SPT ditunjukkan dengan persamaan: N1 = C N.N... (2.11) Dimana: N 1 C N N = koreksi nilai N SPT = faktor koreksi = nilai N SPT lapangan

32 36 Untuk faktor koreksi, C N, digunakan persamaan (Liao dan Whitman, 1986): C N 10 =... (2.12) σ' v Dimana: σ ' v = tegangan efektif vertikal tanah (t/m 2 ) Dengan dilakukannya normalisasi standar energi dan koreksi terhadap nilai N SPT, maka didapatkan persamaan: N =... (2.13) 1(60) C N. N 60 Dimana: N 1(60) = normalisasi koreksi nilai N SPT lapangan ke nilai N SPT terhadap energi standar sebesar 60% 2. Uji Sondir (Cone Penetration Test) Selain uji SPT, uji sondir (CPT) banyak digunakan di Indonesia. Pengujian CPT digunakan untuk mendapatkan nilai tahanan konus (q c ) dan nilai tahanan gesek (f s ). Nilai tahanan konus (q c ) yang didapat dari hasil pengujian perlu dilakukan koreksi terhadap tekanan tanah total, seperti pada rumus: q ' = C. q... (2.14) c N c Dimana: q ' c = nilai koreksi tahanan konus C N q c = faktor koreksi = nilai tahanan konus lapangan

33 37 Untuk mengetahui potensi likuifaksi, perhitungan dengan menggunakan data tanah dari uji CPT yang menghasilkan nilai tahanan konus diubah kedalam nilai N SPT. Jika nilai q' c saat nilai N 1 dapat digunakan persamaan berikut: q' 2 σ ' v = 1 kg/cm 2, maka untuk menentukan = A. N c( σ ' = 1kg / cm ) 1... (2.15) v Dimana: A = 4 atau 5 untuk pasir Jika A = 4, maka: N 1 q' 2 c( σ' v = 1kg / cm ) =... (2.16) 4 Dengan menggunakan pengumpulan data tanah yang diperoleh dari uji SPT dan uji CPT maka penghitungan analisa potensi likuifaksi dapat dihitung dengan mengikuti langkah sebagai berikut: 1. Hitung tegangan geser siklik ( τ av ) yang dapat terjadi akibat gempa bumi dengan menggunakan persamaan Tentukan nilai (τ o /σ' v ) dari gambar 2.11 untuk menghitung tegangan geser normal (τ o ) 3. Perbandingan dari nilai tegangan geser siklik ( τ av ) dengan nilai tegangan geser normal (τ o ) menunjukkan adanya potensi likuifaksi atau tidak adanya potensi likuifaksi. Jika τ av > τ o maka tanah berpotensi likuifaksi sedangkan jika τ av < τ o maka tanah tidak berpotensi likuifaksi.

34 38 4. Nilai tegangan geser siklik ( τ av ) dengan nilai tegangan geser normal (τ o ) yang diperoleh dari hasil perhitungan kemudian diplot kedalam grafik perbandingan tegangan geser terhadap kedalaman tanah. Jika terjadi perpotongan antara nilai τ av dan τ o maka tanah berpotensi mengalami likuifaksi. Sedangkan jika tidak terjadi perpotongan antara nilai τ av dan τ o tanah tidak berpotensi mengalami likuifaksi. 5. Tentukan nilai N 1 dari gambar 2.11 untuk menentukan nilai N batas likuifaksi. 6. Nilai N batas likuifaksi dan nilai N SPT lapangan diplot kedalam grafik perbandingan nilai N terhadap kedalaman tanah, kemudian bandingkan nilai N SPT lapangan dengan nilai N batas likuifaksi. Jika N SPT lapangan lebih kecil daripada nilai N batas likuifaksi maka tanah berpotensi likuifaksi sedangkan jika N SPT lapangan lebih besar daripada nilai N batas likuifaksi maka tanah tidak berpotensi likuifaksi.

35 39 Contoh perhitungan potensi likuifaksi: Sebuah wilayah yang berada pada tanah berpasir mempunyai muka air tanah yang berada pada kedalaman 3 m dari permukaan tanah. Dengan berat volume kering = 17 kn/m 3 dan berat volume tanah = 19 kn/m 3. Kekuatan gempa sebesar 7,5 dan percepatan maksimum permukaan tanah sebesar 0,15 g. γ d = 17 kn/m 3 MAT 3,0 N-SPT 3,0 γ = 19 kn/m 3 γ w = 10 kn/m 3 M = 7,5 a max = 0,15 g Gambar 2.21 Data Tanah Contoh Perhitungan Potensi Likuifaksi Diketahui: Tabel 2.7 Contoh Nilai N SPT Berdasarkan Kedalamannya Kedalaman (m) N (blows/ft) 1,5 6 3,0 8 4,5 10 6,0 14 7,5 16 9, ,5 20

36 40 Penyelesaian perhitungan: 1. Perhitungan tegangan geser normal (τ o ) Tabel 2.8 Contoh Perhitungan Tegangan Geser Normal Kedalaman (m) N (blows/ft) Tegangan Vertikal Efektif (kn/m 2 ) C N N 1 (blows/ft) (τ o /σ' v ) τ o (kn/m 2 ) 1,5 6 25,5 1, ,135 3,44 3,0 8 51,0 1, ,125 6,38 4, ,5 1, ,135 8,71 6, ,0 1, ,175 13,65 7, ,5 1, ,190 17,39 9, ,0 0, ,220 23,10 10, ,5 0, ,205 24,29 Hitung tekanan vertikal efektif tanah ( σ ) pada kedalaman 6 m : σ' = (17 3) + v = 78 kn / m [( 19 10) (6 3) ] 2 ' v Hitung nilai C N (persamaan 2.10) σ 2 ' v = 78 KN / m = 7,8 t / m 2 C 10 σ' 10 7,8 = = = N v 1,13 Hitung nilai N 1 (persamaan 2.9) N = C 1 N.N = 1,13 14 = 15,85 16

37 41 Gunakan grafik pada gambar 2.11 untuk mendapatkan nilai (τ o /σ' v ) pada kedalaman 6 m. Dengan cara tarik garis dari nilai N lapangan sebesar 14 hingga menyentuh kurva M = 7,5 lalu dari kurva tarik garis hingga mendapatkan nilai (τ o /σ' v ) sebesar 0,175. 0, Gambar 2.22 Nilai (τ o /σ' v ) Berdasarkan Kedalaman 6 m Hitung nilai τ o τ O τ = σ' O V σ' V = 0, = 13,65 kn / m 2

38 42 2. Perhitungan tegangan geser siklik ( τ av ) Tabel 2.9 Contoh Perhitungan Tegangan Geser Siklik Kedalaman (m) Tegangan Vertikal Total (kn/m 2 ) a max /g R d τ av (kn/m 2 ) 1,5 25,5 0,15 0,99 2,46 3,0 51,0 0,15 0,98 4,87 4,5 79,5 0,15 0,96 7,44 6,0 108,0 0,15 0,94 9,89 7,5 136,5 0,15 0,92 12,24 9,0 165,0 0,15 0,90 14,48 10,5 193,5 0,15 0,86 16,22 Hitung tekanan vertikal total tanah ( σ ) pada kedalaman 6 m : σ' = (17 3) + v = 108 kn / m [ 19 (6 3) ] 2 v Gunakan grafik pada gambar 2.10 untuk mendapatkan nilai faktor reduksi (r d ). Dengan cara tarik garis dari kedalaman 6 m hingga kurva nilai tengah,lalu dari kurva tarik garis untuk mendapatkan r d sebesar 0,94.

39 43 0,94 6 m Nilai Tengah Gambar 2.23 Nilai r d Berdasarkan Kedalaman 6 m Hitung nilai τ av (persamaan 2.6) τ σ' τ av v av a = 0,65 g max a = 0,65 g max γ.h r ' σ v γ.h.r = 0,65 0, ,94 d d = 9,89 kn / m 2

40 44 Setelah mendapatkan nilai tegangan geser siklik ( τ av ) dengan nilai tegangan geser normal (τ o ), kemudian plot ke dalam grafik seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.24 berikut: Gambar 2.24 Perbandingan Tegangan Normal dan Tegangan Siklik

41 45 3. Perhitungan nilai N batas likuifaksi Gunakan persamaan (2.6): τ av σ' v a = 0,65 g max γ.h r ' σ v d Untuk mencari N SPT batas terjadinya likuifaksi τ av diubah menjadi τ o, sehingga persamaan menjadi: τ o σ' v a = 0,65 g max γ.h r ' σ v d Tabel 2.10 Tabel Perhitungan Nilai N SPT Batas Likuifaksi Kedalaman (m) Tegangan Vertikal Total (kn/m 2 ) Tegangan Vertikal Efektif (kn/m 2 ) R d (τ o /σ' v ) N 1 1,5 25,5 25,5 0,99 0, ,0 51,0 51,0 0,98 0, ,5 79,5 64,5 0,96 0, ,0 108,0 78,0 0,94 0, ,5 136,5 91,5 0,92 0, ,0 165,0 105,0 0,90 0, ,5 193,5 118,5 0,86 0, Tegangan vertikal efektif tanah ( σ ) pada kedalaman 6 m sebesar 78 kn/m 2 Nilai faktor reduksi (r d ) pada kedalaman 6 m sebesar 0,94 Hitung nilai (τ o /σ' v ) pada kedalaman 6 m : ' v τo σ' v a = 0,65 g max γ.h r ' σ v d = 0,65 = 0, ( 0,15) ( 0,94)

42 46 Gunakan grafik pada gambar 2.11 Untuk mendapatkan nilai N 1. Dengan cara tarik garis dari nilai (τ o /σ' v ) sebesar 0,108 hingga menyentuh kurva M = 7,5 lalu dari kurva tarik garis hingga mendapatkan nilai N 1 sebesar 11. 0, Gambar 2.25 Nilai N 1 Batas Terjadinya Likuifaksi pada Kedalaman 6 m Nilai N 1 yang diperoleh kemudian diplot dalam grafik. Dari gambar 2.26 dapat dilihat bahwa data N 1 lapangan lebih besar dari nilai N batas terjadinya likuifaksi.

43 47 Gambar 2.26 Grafik Nilai N Batas Likuifaksi Terhadap Nilai N SPT Lapangan Pada gambar 2.24, nilai tegangan geser siklik ( τ av ) lebih kecil dibandingkan nilai tegangan geser normal (τ o ) dan pada gambar 2.26 nilai N SPT lapangan lebih besar dibandingkan nilai N batas likuifaksi. Oleh karena itu, tanah tersebut tidak berpotensi mengalami likuifaksi.

44 PROGRAM LEMBAR KERJA (SPREAD SHEET) Program lembar kerja (spread sheet) adalah program aplikasi komputer yang mensimulasikan suatu lembar kerja. Program ini menampilkan sejumlah sel yang secara kesatuan membentuk grid yang terdiri dari kolom dan baris. Setiap sel dapat berisi huruf teks atau angka. Sel tersebut juga dapat berisi rumus yang mendifinisikan suatu perhitungan matematis berdasarkan isi sel lain atau kombinasi dari banyak sel yang dapat diperbaharui setiap waktu. Perangkat lunak untuk mengolah data yang digunakan adalah Microsoft Excel. Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja (spread sheet) yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk sistem operasi Microsoft Windows dan Mac OS. Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik. Program ini, merupakan program spread sheet paling banyak digunakan oleh berbagai pihak, baik di platform PC berbasis Windows maupun platform Macintosh berbasis Mac OS, sejak versi 5,0 diterbitkan pada tahun Aplikasi ini merupakan bagian dari Microsoft Office Sistem dan versi terakhir adalah versi Microsoft Office Excel 2007 yang diintegrasikan di dalam paket Microsoft Office Sistem 2007.

BAB 3 METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pembuatan Program Analisa Potensi Likuifaksi. Verifikasi Program

BAB 3 METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pembuatan Program Analisa Potensi Likuifaksi. Verifikasi Program BAB 3 METODOLOGI 3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Mulai Identifikasi Masalah Studi Literatur Pembuatan Program Analisa Potensi Likuifaksi Verifikasi Program TIDAK Analisa Data Lapangan Dengan Program YA Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendekati atau melampaui tegangan vertikal. ringan terjadi pada pergeseran tanah sejauh mm, kerusakan yang

BAB II LANDASAN TEORI. mendekati atau melampaui tegangan vertikal. ringan terjadi pada pergeseran tanah sejauh mm, kerusakan yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Likuifaksi Gempa bumi merupakan fenomena alam yang tidak dapat dicegah. Gelombang gempa menimbulkan guncangan tanah pada suatu kondisi tertentu dan salah satunya dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Untuk dapat melakukan proses perhitungan antara korelasi beban vertikal dengan penurunan yang terjadi pada pondasi tiang sehingga akan mendapatkan prameter yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Singkat Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro Pembangunan Jembatan Kereta Api Lintas Semarang-Bojonegoro, merupakan proyek pembangunan Track dan Jalur

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DI PT. PLN (PERSERO) UIP KIT SULMAPA PLTU 2 SULAWESI UTARA 2 X 25 MW POWER PLAN

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DI PT. PLN (PERSERO) UIP KIT SULMAPA PLTU 2 SULAWESI UTARA 2 X 25 MW POWER PLAN Jurnal Sipil Statik Vol. No., Oktober (-) ISSN: - ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DI PT. PLN (PERSERO) UIP KIT SULMAPA PLTU SULAWESI UTARA X MW POWER PLAN Christian Vicky Delfis Lonteng S. Balamba, S. Monintja,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2 DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii KATA PENGANTAR iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metode statis seperti Total stress Analysis (TSA) atau Effective stress

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metode statis seperti Total stress Analysis (TSA) atau Effective stress BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Hal yang sangat diperhitungkan dalam pembangunan sebuah bangunan konstruksi adalah daya dukung tanah. Analisis daya dukung langsung dengan data lapangan adalah perhitungan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III DATA PERENCANAAN BAB III DATA PERENCANAAN 3.1 Umum Perencanaan pondasi tiang mencakup beberapa tahapan pekerjaan. Sebagai tahap awal adalah interpretasi data tanah dan data pembebanan gedung hasil dari analisa struktur

Lebih terperinci

S O N D I R TUGAS GEOTEKNIK OLEH : KAFRIZALDY D

S O N D I R TUGAS GEOTEKNIK OLEH : KAFRIZALDY D TUGAS GEOTEKNIK 2011 S O N D I R KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI OLEH : KAFRIZALDY D611 08 011 SONDIR A. Pengertian

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Indonesia di pertemuan 3 lempeng dunia (http://www.bmkg.go.id, diakses pada tanggal 30 Juli 2013)

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Indonesia di pertemuan 3 lempeng dunia (http://www.bmkg.go.id, diakses pada tanggal 30 Juli 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak diantara pertemuan tiga lempeng dunia, yaitu Pasifik, Indo-Australia dan Australia. Hingga saat ini, lempeng-lempeng tersebut masih terus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Sekayan Kalimantan Timur bagian utara merupakan daerah yang memiliki tanah dasar lunak lempung kelanauan. Ketebalan tanah lunaknya dapat mencapai 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta penurunan pondasi yang berlebihan. Dengan demikian, perencanaan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. serta penurunan pondasi yang berlebihan. Dengan demikian, perencanaan pondasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pondasi merupakan suatu konstruksi pada bagian dasar struktur yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur ke lapisan tanah di bawahnya tanpa mengakibatkan

Lebih terperinci

GESER LANGSUNG (ASTM D

GESER LANGSUNG (ASTM D X. GESER LANGSUNG (ASTM D 3080-98) I. MAKSUD Maksud percobaan adalah untuk menetukan besarnya parameter geser tanah dengan alat geser langsung pada kondisi consolidated-drained. Parameter geser tanah terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S)

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S) PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S) Daniel Christianto 1, Yuskar Lase 2 dan Yeospitta 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. S.Parman

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bowles (1991) berpendapat bahwa tanah dengan nilai kohesi tanah c di bawah 10 kn/m 2, tingkat kepadatan rendah dengan nilai CBR di bawah 3 %, dan tekanan ujung konus

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10

BAB III LANDASAN TEORI. yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Cone Penetration Test (CPT) Alat kerucut penetrometer (Cone Penetration Test) adalah sebuah alat yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10

Lebih terperinci

3.4.1 Fondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Alat Pancang Tiang Tiang Pancang dalam Tanah

3.4.1 Fondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Alat Pancang Tiang Tiang Pancang dalam Tanah DAFTAR ISI SAMPUL... i PENGESAHAN PROPOSAL PROYEK AKHIR... iii PERNYATAAN KEASLIAN... iv LEMBAR HAK CIPTA DAN STATUS... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii INTISARI... ix ABSTRACT...

Lebih terperinci

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN I. TUJUAN II. LABORATORIUM UJI TANAH POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext.266 Bandung Subjek : Pengujian Tanah di Laboratorium Judul

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

BIDANG STUDI GEOTEKNIK PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BIDANG STUDI GEOTEKNIK PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI PADA PROYEK WARE HOUSE BELAWAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun oleh : BOLMEN FRANS J.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Depok terletak disebelah Selatan Jakarta yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota. Bila dilihat dari peta Geologi Jakarta Bogor (Direktorat Jendral Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Medan terdiri dari 3 lantai. Dalam pembangunan gedung laboratorium tersebut diperlukan

Lebih terperinci

STUDI POTENSI LIKUIFAKSI BERDASARKAN UJI PENETRASI STANDAR (SPT) DI PESISIR PANTAI BELANG MINAHASA TENGGARA

STUDI POTENSI LIKUIFAKSI BERDASARKAN UJI PENETRASI STANDAR (SPT) DI PESISIR PANTAI BELANG MINAHASA TENGGARA STUDI POTENSI LIKUIFAKSI BERDASARKAN UJI PENETRASI STANDAR (SPT) DI PESISIR PANTAI BELANG MINAHASA TENGGARA Roski R.I. Legrans Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

Lebih terperinci

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG REFERENSI Modul Praktikum Lab Uji Bahan Politeknik Negeri I. TUJUAN 1. Mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menetukan harga kohesi (c) dari sudut geser dalam ( ϕ ) dari suatu

Lebih terperinci

Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta Lindung Zalbuin Mase Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada ABSTRAK: Likuifaksi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KORELASI ANTARA KEPADATAN RELATIF TANAH PASIR TERHADAP KAPASITAS TEKAN DAN TINGGI SUMBAT PADA MODEL PONDASI TIANG PANCANG PIPA TERBUKA DENGAN DIAMETER TERTENTU YANWARD M R K NRP : 0521026 Pembimbing :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung lunak yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada kondisi tidak

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL MINI PILE UKURAN 20X20 CM MENGGUNAKAN BERBAGAI FORMULA DINAMIK BERDASARKAN DATA PEMANCANGAN TIANG

STUDI PERBANDINGAN KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL MINI PILE UKURAN 20X20 CM MENGGUNAKAN BERBAGAI FORMULA DINAMIK BERDASARKAN DATA PEMANCANGAN TIANG STUDI PERBANDINGAN KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL MINI PILE UKURAN 20X20 CM MENGGUNAKAN BERBAGAI FORMULA DINAMIK BERDASARKAN DATA PEMANCANGAN TIANG YUSRI RURAN NRP : 0621053 Pembimbing : Ir. Herianto Wibowo,

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TANAH Tanah adalah bagian terluar dari kulit bumi yang biasanya dalam keadaan lepas - lepas, lapisannya bisa sangat tipis dan bisa sangat tebal, perbedaannya dengan lapisan

Lebih terperinci

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA Disusun Oleh: Josina Christina DAFTAR ISI Kata Pengantar... 2 BAB I... 3 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Tujuan... 3 1.3 Rumusan Masalah... 4 BAB II... 5 2.1 Pengertian

Lebih terperinci

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH PRAKTIKUM 02 : Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase SNI 2813:2008 2.1 TUJUAN PRAKTIKUM Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian laboratorium geser

Lebih terperinci

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN PENGUJIAN LABORATORIUM KORELASI EMPIRIS DATA SONDIR DAN N-SPT ANTAR PARAMETER TANAH PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN TUJUAN Mengetahui keadaan

Lebih terperinci

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) : TEKANAN TANAH LATERAL Tekanan tanah lateral ada 3 (tiga) macam, yaitu : 1. Tekanan tanah dalam keadaan diam atau keadaan statis ( at-rest earth pressure). Tekanan tanah yang terjadi akibat massa tanah

Lebih terperinci

BAB 1 PEMERIKSAAN KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR. Das, Braja M. Mekanika Tanah Prinsip Rekayasa Geoteknis Jilid 2 : Bab 13 hal Erlangga

BAB 1 PEMERIKSAAN KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR. Das, Braja M. Mekanika Tanah Prinsip Rekayasa Geoteknis Jilid 2 : Bab 13 hal Erlangga BAB 1 PEMERIKSAAN KEKUATAN TANAH DENGAN SONDIR 1.1 Referensi Das, Braja M. Mekanika Tanah Prinsip Rekayasa Geoteknis Jilid 2 : Bab 13 hal 229-230. Erlangga. 1985. 1.2 Dasar Teori Cone Penetration Test

Lebih terperinci

TINJAUAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG PADA TANAH BERLAPIS BERDASARKAN HASIL UJI PENETRASI STANDAR (SPT)

TINJAUAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG PADA TANAH BERLAPIS BERDASARKAN HASIL UJI PENETRASI STANDAR (SPT) TIJAUA DAYA DUKUG PODASI TIAG PAAG PADA TAAH ERLAPIS ERDASARKA HASIL UJI PEETRASI STADAR (SPT) (Studi Kasus Lokasi Pembangunan Jembatan Lahar aha) Roski R.I. Legrans Sesty Imbar ASTRAK Pengujian Penetrasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan. Tanah merah diambil dari sebuah lokasi di bogor, sedangkan untuk material agregat kasar dan

Lebih terperinci

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG 0. 0.4 ± 0.0 0. 0.8 30 KN I 3. m.0 0.3 30 KN.0.7 m m 9 m II II 0.7 m. m Panjang abutment tegak lurus bidang gambar = 0. m. Tiang pancang dari beton

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 5

Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 5 Buku 2 : RKPM (Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan ke 5 PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH Sem IV / 2 sks Praktek / Kode PDTS2229 Oleh 1. Devi Oktaviana Latif, S.T., M.Eng. 2. Ir.

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION)

PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION) LAMPIRAN I PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION) BANGUNAN PADA AREA BPPT LOKASI JALAN M H. THAMRIN NO. 8 JAKARTA 105 I. Pendahuluan Pekerjaan Penyelidikan tanah (Soil Test) dilaksanakan Pada Area Gedung

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Klasifikasi Tiang Di dalam rekayasa pondasi dikenal beberapa klasifikasi pondasi tiang. Pembagian klasifikasi pondasi tiang ini dibuat berdasarkan jenis material yang digunakan,

Lebih terperinci

LAPORAN PENYELIDIKAN GEOTEKNIK YUKATA SUITES JALAN SUTERA BOULEVARD NO. 28 - ALAM SUTERA - TANGERANG AGUSTUS 2 0 1 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ LAPORAN PENYELIDIKAN GEOTEKNIK YUKATA SUITES JALAN

Lebih terperinci

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG GROUP BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG 11. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Perencanaan pondasi tiang pancang meliputi daya dukung tanah, daya dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR MENGGUNAKAN METODE REESE, PILE DRIVING ANALYZER TEST, DAN PERANGKAT LUNAK NPILE

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR MENGGUNAKAN METODE REESE, PILE DRIVING ANALYZER TEST, DAN PERANGKAT LUNAK NPILE PERBANDINGAN HASIL ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR MENGGUNAKAN METODE REESE, PILE DRIVING ANALYZER TEST, DAN PERANGKAT LUNAK NPILE Ario Rahutomo NRP: 0721078 Pembimbing: Ir. Herianto Wibowo, M.Sc.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rekayasa gempa berhubungan dengan pengaruh gempa bumi terhadap manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi pengaruhnya. Gempa bumi merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK Ferry Aryanto 1 dan Gouw Tjie Liong 2 1 Universitas Bina Nusantara, Jl. K H. Syahdan No. 9 Kemanggisan Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KEGIATAN PENELITIAN Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi persiapan contoh tanah uji dan pengujian untuk mendapatkan parameter geser tanah dengan uji Unconfined dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv PERNYATAAN... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR

Lebih terperinci

KAPASITAS DUKUNG TIANG

KAPASITAS DUKUNG TIANG PONDASI TIANG - Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam, mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, dan bangunan dermaga. - Pondasi tiang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengujian Sampel Tanah Berdasarkan pengujian yang dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada subbab 3.2, diperoleh hasil yang diuraikan pada

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM)

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM) Ronald P Panggabean NRP : 0221079 Pembimbing : Ir. Herianto

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu)

PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu) PENGARUH KEPADATAN DAN KADAR AIR TERHADAP HAMBATAN PENETRASI SONDIR PADA TANAU LANAU (Studi kasus: Lanau di Tondo Kota Palu) Benyamin Bontong* * Abstract The penatration resistance using DCPT on a type

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO) KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO) Abdul Samad Mantulangi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH 3.1 Konsep Perancangan Gedung bertingkat yang penulis tinjau terdiri atas 12 lantai dan 3 lantai basement, dimana basement 1 sebenarnya merupakan Sub-Basement

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG B POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG Oleh: Sonny Sucipto (04.12.0008) Robertus Karistama (04.12.0049) Telah diperiksa dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN SECANT PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH BASEMENT DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS v8.2 (Proyek Apartemen, Jl. Intan Ujung - Jakarta Selatan) Diajukan sebagai syarat untuk meraih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH Yeremias Oktavianus Ramandey NRP : 0021136 Pembimbing : Ibrahim Surya, Ir., M.Eng FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara. TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI 1. : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? : butiran tanah, air, dan udara. : Apa yang dimaksud dengan kadar air? : Apa yang dimaksud dengan kadar

Lebih terperinci

Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi

Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi Tes Kemampuan Kognitif Materi Pokok Gempa Bumi Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e dengan benar di lembar jawaban yang telah disediakan! 1. Pergerakan tiba-tiba dari kerak bumi dan menyebabkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR NOTASI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii v ix xii xiv xvii xviii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST Oleh: Immanuel Panusunan Tua Panggabean 1) 1) Universitas Quality, Jl.Ring Road No.18 Ngumban

Lebih terperinci

XVIII. SONDIR (Cone Penetration Test)

XVIII. SONDIR (Cone Penetration Test) XVIII. SONDIR (Cone Penetration Test) ASTM D 3441-98 I. TUJUAN : Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras dan sifat daya dukung maupun daya lekat setiap kedalaman. Dimana perlawanan penetrasi konus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road).

BAB I PENDAHULUAN. alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Program Pemerintah untuk meluaskan suatu daerah serta memberikan alternatif ruas jalan dengan melakukan pembukaan jalan lingkar luar (outer ring road). Dan dengan

Lebih terperinci

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL Muhammad Igbal M.D.J. Sumajouw, Reky S. Windah, Sesty E.J. Imbar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH Abdul Hakam 1, Rina Yuliet 2, Rahmat Donal 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KONSOLIDASI. Konsolidasi.??? 11/3/2016

KONSOLIDASI. Konsolidasi.??? 11/3/2016 KONSOLIDASI Mekanika Tanah II Konsolidasi.??? Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahan-lahan pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air

Lebih terperinci

III. KUAT GESER TANAH

III. KUAT GESER TANAH III. KUAT GESER TANAH 1. FILOSOFI KUAT GESER Kuat geser adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan. Kegunaan kuat geser Stabilitas lereng σ γ γ γ Daya dukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN HIDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN KONDOMINIUM NORTHCOTE GRAHA METROPOLITAN, HELVETIA, MEDAN

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN HIDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN KONDOMINIUM NORTHCOTE GRAHA METROPOLITAN, HELVETIA, MEDAN ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN HIDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN KONDOMINIUM NORTHCOTE GRAHA METROPOLITAN, HELVETIA, MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL 3.1 PENDAHULUAN Proyek jembatan Ir. Soekarno berada di sebelah utara kota Manado. Keterangan mengenai project plan jembatan Soekarno ini dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

matematis dari tegangan ( σ σ = F A TEORI PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIk Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang berdasarkan pada metode baji (wedge method), dan kalkulasi dari program

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang berdasarkan pada metode baji (wedge method), dan kalkulasi dari program BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji nilai faktor keamanan dari pemodelan soil nailing dengan elemen pelat (plate) dan elemen node

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun langkah penelitian adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun langkah penelitian adalah: BAB III 56 METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian perlu diadakan alur kegiatan yang diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun langkah penelitian adalah: Start Identifikasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian untuk melaksanakan riset tentang daya dukung tanah gambut yaitu dibagi pada dua tempat. Yang pertama pengujian daya dukung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Penentuan lapisan tanah di lokasi penelitian menggunakan data uji bor tangan dan data pengujian CPT yang diambil dari pengujian yang pernah dilakukan di sekitar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN FAK. MIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) TUGAS AKHIR

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN FAK. MIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) TUGAS AKHIR ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN FAK. MIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN vii DAFTAR ISI vi Halaman Judul i Pengesahan ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii DEDIKASI iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, pada penelitian ini parameter tanah dasar, tanah timbunan, dan geotekstil yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhitungan daya dukung friksi pondasi tiang pancang dan pondasi sumuran hingga saat ini masih sering menimbulkan perdebatan. Satu pihak menganggap bahwa friksi tiang

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci