BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 A. Kehamilan Serotinus 1. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau lebih. Dikenal beberapa istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan kehamilan yang sudah melampaui usia kehamilan yang dianggap berada diatas batas normal (usia kehamilan 37 minggu lengkap sampai sebelum 42 minggu lengkap) yaitu: 1,2 a. Kehamilan post-term adalah kehamilan yang berusia lebih dari sama dengan 42 minggu atau 294 hari. Meskipun istilah ini lebih sering digunakan untuk menyebut kehamilan dengan berusia lebih dari 41 minggu. 10,11 b. Kehamilan lewat tanggal (post-dates pregnancy) adalah kehamilan yang berusia melebihi 40+0 minggu ditambah 1 hari atau lebih. (kapanpun asalkan melebihi dari taksiran hari persalinan). 10,11 c. Kehamilan memanjang (prolonged pregnancy) adalah kehamilan yang berusia lebih dari 42 minggu, sinonim dengan kehamilan post-term. 11 d. Post-mature pregnancy menggambarkan keadaan janin yang lahir 2. Insidens dengan ciri-ciri klinis nyata yang menunjukkan kehamilan yang memanjang patologis, sehingga dapat menimbulkan beberapa komplikasi. 1,2 Dengan perhitungan taksiran hari persalinan yang tepat, insidens kehamilan menurut usia kehamilan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 11 Tabel 2.1 Insidens kehamilan menurut usia kehamilannya 11 Usia kehamilan 41 minggu 42 minggu 43 minggu Insidens 27% 4 15% 2 7% 4

2 5 Angka kejadian kehamilan serotinus yang dilaporkan beberapa ahli bervariasi yang mungkin disebabkan karena adanya perbedaan pada alat atau parameter yang digunakan dalam pemeriksaan untuk menentukan usia kehamilan, batasan kehamilan serotinus yang digunakan oleh masingmasing ahli dan kepastian dari hari pertama haid terakhir. 12 Variasi angka kejadian kehamilan serotinus menurut beberapa ahli dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.2 Angka kejadian kehamilan serotinus menurut beberapa peneliti 6,12 Penulis Tahun Kejadian (%) Browne dan Dixon Hauth et al Oxorn Tjahjanto ,40 6,80 12,00 6,86 3. Faktor yang berhubungan dengan terjadinya kasus serotinus, antara lain: Penyebab tersering kehamilan serotinus adalah perhitungan usia kehamilan yang tidak tepat dikarenakan catatan hari pertama haid terakhir (HPHT) yang tidak benar. Kriteria klinik yang sering digunakan untuk mengkonfirmasi usia kehamilan adalah HPHT, besar uterus yang dinilai melalui pemeriksaan bimanual pada trimester pertama, perkiraan gerakan janin, auskultasi detak jantung janin dan ketinggian fundus uteri pada kehamilan tunggal Ovulasi yang tidak teratur atau adanya variasi pada panjangnya fase folikuler. Karena fase folikuler yang abnormal panjang akan menyebabkan perkiraan umur kehamilan yang berlebihan. 12 Kehamilan serotinus yang terjadi pada kehamilan sebelumnya, memiliki risiko untuk terjadi kehamilan serotinus pada kehamilan berikutnya sebesar 15% Etiologi Rasio estrogen/progesteron yang normal diperlukan untuk menimbulkan onset persalinan. Beberapa faktor yang menurunkan produksi estrogen janin sehingga dapat menunda persalinan antara lain: 3,12

3 6 - Menurunnya produksi 16 α-hidroksidehidroepiandrosteron sulfat, yang merupakan prekursor untuk produksi estriol. Misalnya pada anensefalus. - Hipoplasia adrenal atau insufisiensi hipofise janin, yang menyebabkan penurunan produksi prekursor untuk estriol sintesis. - Defisiensi enzim sulfatase plasenta yang diturunkan sebagai suatu ciri resesif yang berhubungan dengan kromosom seks (X-linked inherited diseases), yang mencegah konversi prekursor estrogen sulfat menjadi estrogen oleh plasenta dan ditandai khusus dengan kadar estriol yang rendah. Pada keadaan ini kelenjar adrenal janin menghasilkan hormon prekursor, tetapi plasenta kekurangan enzim untuk memecah dehidroandrosteron sulfat menjadi sulfat, yang merupakan tahap pendahuluan enzimatik pada proses perubahan androgen menjadi estridiol dan estriol. Penurunan konsentrasi estrogen pada kasus kehamilan serotinus, dianggap sebagai hal penting karena konsentrasi estrogen yang ada tidak cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan glikofosfolipid di dalam membran janin. Pada jumlah estrogen yang normal dan terus meningkat, dengan semakin berlanjutnya kehamilan, membran janin menjadi kaya akan 2 jenis glikofosfolipid (fosfatidilinositol dan fosfatidiletanolamin) yang keduanya mengandung arakidonat pada posisi sn-2. Janin memacu persalinan melalui mekanisme tertentu yang masih belum dipahami dengan jelas, sehingga terjadi pemecahan arakidonat dari kedua senyawa glikofosfolipid ini. Dengan demikian arakidonat tersedia bagi konversi menjadi prostaglandin E 2 dan E 2α yang selanjutnya akan menstimulasi penipisan serviks serta kontraksi ritmik uterus yang menjadi ciri khas persalinan normal. 12 Pada saat menjelang persalinan terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitosin dan peningkatan reseptor oksitosin sehingga otot uterus semakin sensitif terhadap rangsangan. Tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi prostaglandin yang menyebabkan

4 7 his kuat. Prostaglandin telah dibuktikan berperan paling penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Pada keadaan serotinus, terjadi keadaan sebaliknya, sehingga otot uterus tidak sensitif terhadap rangsangan. 4,12 5. Komplikasi a. Risiko yang terjadi pada janin (1) Insufisiensi nutrisi dan O 2 sebagai dampak insufisiensi plasenta Proses penuaan plasenta terjadi sejak kehamilan berusia minggu, sehingga fungsinya menurun. Pada kehamilan serotinus, proses penuaan telah berjalan lebih jauh sehingga menimbulkan: 3 - Janin tumbuh dan berkembang dalam keadaan kekurangan nutrisi dan O 2. - Metabolisme anaerobik semakin meningkat menyebabkan cadangan lemak dan glikogen dalam hati terpakai sehingga janin mengalami hipoglikemi. - Pembentukan benda keton yang menimbulkan ketoasidosis, disertai dengan ph darah yang semakin menurun. - Janin semakin jarang minum dan mengeluarkan urin sehingga air ketuban menjadi oligohidramnion. - Peningkatan fungsi nervus vagus, terjadi peristaltik usus halus dan sfingter ani terbuka sehingga mekonium dikeluarkan. - Oligohidramnion yang disertai dengan pengeluaran mekonium menyebabkan air ketuban menjadi kental. - Sebagai kompensasi turunnya PO 2, akan terjadi rangsangan terhadap paru untuk bernafas, sehingga dapat menimbulkan aspirasi air ketuban dan mekoniumnya. - Dalam situasi yang berat karena nutrisi dan O 2 sangat kurang dan timbul ketoasidosis, maka terjadi peningkatan asam laktat darah janin yang akan sangat mengganggu aktivitas otot jantung, sehingga terjadi kegagalan yang menyebabkan kematian janin serotinus dalam uterus.

5 8 - Jika terlambat mengambil tindakan, jelli Warton akan mengalami penurunan jumlah dan konsistensinya. Sehingga pada keadaan oligohidramnion, bayi akan mudah mengalami kompresi, mempercepat terjadinya gawat janin sampai kematian dalam uterus. Sekitar 20% dari janin postterm memiliki sindrom dismaturitas, yang mengacu pada bayi dengan karakteristik pertumbuhan janin intrauteri terhambat kronis dikarenakan insufisiensi uteroplasenta. Gambaran dismaturitas berupa bayi tampak tua, kuku panjang, berkurangnya lemak subkutan sehingga kulit menjadi kering dan keriput, dan terjadi pewarnaan mekonium pada kulit, umbilikus dan selaput ketuban. 2,3,15,16 (2) Makrosomia Bayi postterm lebih besar daripada bayi cukup bulan dan memiliki insidens makrosomia janin yang lebih tinggi (2,5-10% dibandingkan 0,8-1%). Komplikasi yang berhubungan dengan makrosomia janin meliputi persalinan lama, disproporsi sefalopelvik, dan distosia bahu dengan risiko yang dihasilkan adalah cedera ortopedi dan atau neurologis. 15 b. Risiko yang terjadi pada ibu hamil (1) Kehamilan serotinus juga dikaitkan dengan risiko yang berhubungan dengan persalinan pada ibu hamil, antara lain: 15 - Peningkatan persalinan yang abnormal/distosia (9-12% dibandingkan 2-7% pada kehamilan cukup bulan) - Peningkatan laserasi perineum berat yang berhubungan dengan makrosomia (3,3% dibandingkan 2,6% pada kehamilan cukup bulan) - Risiko seksio sesarea dua kali lipat. Seksio sesarea dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi, seperti endometritis, perdarahan, dan penyakit tromboemboli.

6 9 (2) Psikis pada ibu hamil Kehamilan serotinus dapat menjadi sumber kecemasan besar bagi ibu hamil Diagnosis Diagnosis kehamilan serotinus dengan cara: a. Melalui riwayat menstruasi Jika HPHT diketahui, maka perkiraan tanggal lahir dapat ditentukan dengan rumus Naegle yaitu tanggal ditambah 7, bulan dikurangi 3. Rumus Naegle dapat akurat apabila pasien mempunyai siklus menstruasi 28 hari, teratur, HPHT diketahui dengan pasti. Ratarata ovulasi terjadi pada hari ke 14 sebelum periode menstruasi berikutnya. Satu hari perlu ditambahkan pada umur kehamilan untuk setiap hari kelebihan dari siklus 28 hari dan satu minggu ditambahkan pada siklus 35 hari. Diagnosis kehamilan serotinus akan diketahui bila pasien mengetahui saat ovulasi dengan pemeriksaan suhu basal tubuh. 3,12,16 b. Melalui perkiraan tahap aktivitas janin dalam rahim - Denyut jantung janin Dengan stetoskop Laennec denyut jantung janin mulai dapat didengar pada saat usia kehamilan minggu. Bila didengarkan dengan fetalphone Doppler, maka sudah dapat didengar pada usia kehamilan 12 minggu. Sehingga apabila telah lewat 32 minggu sejak dapat didengarnya denyut jantung janin dengan fetalphone Doppler maka mempunyai kemungkinan terjadinya kehamilan serotinus. 3,12 - Gerakan janin Pada usia kehamilan antara minggu wanita hamil akan merasakan gerakan-gerakan yang berdenyut halus di abdomen, gerakan ini secara bertahap akan bertambah intensitasnya. Hal ini disebabkan karena aktivitas janin dan waktu gejala pertama kali dikenali oleh ibu hamil tersebut disebut sebagai quickening atau

7 10 persepsi tentang kehidupan. Tanda ini memberikan bukti yang dapat mendukung diagnosis kehamilan dan bila waktunya ditentukan dengan tepat, dapat menunjang dalam menetapkan usia kehamilan. Kehamilan serotinus dapat diduga apabila janin belum lahir setelah lewat 24 minggu dari saat dirasakannya gerakan janin yang pertama kali. 3,12 c. Menggunakan ultrasonografi (USG) untuk memperkirakan berat janin, waktu persalinan dan menentukan profil biofisik janin/kesejahteraan janin intrauteri. 3,12,15 - Kantung kehamilan/gestational Sac Pada usia kehamilan 6 minggu sudah terlihat kantung kehamilan yang sangat khas, gerakan denyut jantung janin terlihat jelas pada usia kehamilan 8 minggu Crown-rump length/crl CRL atau panjang puncak kepala-bokong janin yang diukur saat trimester pertama dapat memberikan ketepatan ± 4 hari dari taksiran persalinan. 12,15 - Biparietal Diameter/BPD dan panjang femur BPD atau lingkar kepala dan panjang femur yang diukur saat trimester kedua dapat memberikan ketepatan ± 7 hari dari taksiran persalinan. 12,15 Karena variasi normal ukuran janin pada trimester ketiga, penentuan tanggal persalinan pada saat itu kurang dapat dipercaya (± 21 hari). 12,15 Variasi keakuratan USG untuk menentukan usia kehamilan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.3 Variasi keakuratan USG pada trimester pertama 15 Usia kehamilan saat dilakukan USG < 20 minggu minggu > 30 minggu Variasi ± 7 hari ± 14 hari ± 21 hari Jika perkiraan usia kehamilan menggunakan HPHT pasien berbeda dari USG dengan perkiraan lebih dari variasi yang diterima, maka

8 11 perkiraan usia kehamilan yang digunakan adalah hasil perkiraan dengan menggunakan USG. 15 Kehamilan dapat diduga sebagai kehamilan serotinus bila didapatkan 3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan: 12 (1) Telah lebih dari 36 minggu sejak tes kehamilan dinyatakan positif (2) Telah lebih dari 32 minggu sejak denyut jantung janin terdengar pertama dengan fetalphone Doppler (3) Telah lebih dari 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali (4) Telah lebih dari 22 minggu sejak terdengar denyut jantung janin pertama dengan stetoskop Laennec. 7. Pengelolaan Pengelolaan kehamilan serotinus dibagi menjadi 2, yaitu: a. Pengelolaan ekspektatif Pengelolaan ekspektatif adalah kehamilan dibiarkan berlangsung sampai berusia 42 minggu dan seterusnya hingga terjadi persalinan spontan selama hasil pengujian kesejahteraan janin masih baik. Induksi dilakukan bila serviks sudah matang atau terdapat indikasi obstetri untuk mengakhiri kehamilan, antara lain bila hasil tes tanpa tekanan abnormal. 16 Uji kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan profil biofisik secara cepat (rapid biophysic profile) yang terdiri atas pemeriksaan gerakan janin yang terprovokasi suara (sound-provoked fetal movement) dan pengukuran indeks air ketuban (amniotic fluid index/afi), keduanya dilakukan dengan menggunakan USG. Rapid biophysic profile memiliki kelebihan yaitu sederhana, murah, interpretasi hasil lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih pendek, dan bila dibandingkan dengan profil biofisik yang lengkap (Non stress test/nst dan AFI serta 3 komponen gerakan spontan janin yaitu gerak nafas, gerak janin dan tonus janin) maupun profil biofisik yang telah

9 12 dimodifikasi (hanya NST dan AFI) memiliki ketepatan yang hampir sama. 16 b. Pengelolaan aktif Pengelolaan aktif merupakan upaya untuk menimbulkan persalinan pada setiap kehamilan sebelum terjadi kehamilan serotinus. Sehingga terdapat perbedaan mengenai waktu untuk dilakukan induksi persalinan yaitu pada usia kehamilan 41 minggu atau 42 minggu. Beberapa penulis menganjurkan suatu tindakan aktif dengan melakukan induksi persalinan pada usia kehamilan 41 minggu untuk menghindari kemungkinan komplikasi dari kehamilan serotinus. Pada usia kehamilan 41 minggu dengan serviks belum matang, maka dilakukan uji kesejahteraan janin dan dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu. 16 Rekomendasi The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) untuk penatalaksanaan untuk kehamilan 42 minggu atau lebih adalah sebagai berikut: 15 a. Rekomendasi berikut didasarkan pada bukti ilmiah yang baik dan konsisten (Tingkat A): (1) Wanita dengan kehamilan serotinus yang memiliki serviks belum matang dapat menjalani induksi persalinan atau dilakukan pengelolaan secara ekspektatif. (2) Prostaglandin dapat digunakan pada kehamilan serotinus untuk pematangan serviks dan menginduksi persalinan. (3) Persalinan harus dilakukan jika ada bukti gawat janin atau oligohidramnion. b. Rekomendasi-rekomendasi berikut terutama didasarkan pada konsensus dan pendapat pakar (Tingkat C): (1) Meskipun kurangnya bukti bahwa pemantauan dapat meningkatkan hasil perinatal, sebaiknya memulai pemantauan antenatal kehamilan serotinus dimulai antara usia kehamilan 41 minggu (287 hari; tanggal taksiran +7 hari) dan 42 minggu

10 13 (294 hari; tanggal taksiran +14 hari) karena ada bukti bahwa morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. (2) Banyak praktisi melakukan tes dua kali seminggu dengan evaluasi volume cairan amnion dimulai pada usia kehamilan 41 minggu. Tes tanpa tekanan dan penilaian volume cairan ketuban (profil biofisik yang dimodifikasi) harus memadai. (3) Banyak penulis merekomendasikan persalinan yang cepat pada pasien serotinus dengan serviks yang baik dan tidak ada komplikasi lain. Usia kehamilan 42 minggu Serviks matang Serviks belum matang Pematangan serviks Pengawasan janin Tes kesejahteraan dan gerakan janin normal Induksi persalinan Pengelolaan ekspektatif Gambar 2.1 Skema pengelolaan kehamilan serotinus menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) 15,16 B. Pematangan Serviks Prainduksi Tujuan dari pematangan serviks adalah memfasilitasi proses perlunakan, penipisan dan pelebaran serviks dengan maksud untuk mengurangi tingkat kegagalan induksi dan waktu dari induksi ke persalinan. Kondisi atau kelayakan (favorability) serviks sangat penting bagi suatu induksi persalinan. Perubahan yang diamati tidak hanya mencakup pemecahan dan restrukturisasi kolagen, tetapi juga perubahan glikosaminoglikan, peningkatan produksi

11 14 sitokin, dan infiltrasi sel darah putih. Jika induksi diindikasikan dan status serviks kurang baik, agen untuk pematangan serviks dapat digunakan. 1,17 Terdapat beberapa metode pematangan serviks, antara lain: 1. Metode non farmakologis a. Suplemen herbal Penggunaan suplemen herbal untuk meningkatkan kesehatan telah populer di kalangan masyarakat. Hal ini diyakini oleh beberapa orang bahwa minum teh herbal saat hamil dapat memelihara kehamilan dan tonus uterus sehingga mendukung kesehatan yang optimal pada saat kehamilan. Tetapi penggunaan suplemen herbal sebagai metode pematangan serviks dan induksi persalinan tidak direkomendasikan oleh National Collaborating Centre for Women s and Children s Health (NCC-WCH). 18,19 b. Minyak merica/castor oil Minyak merica (Castor oil) telah digunakan secara luas sebagai cara tradisional untuk pematangan serviks dan induksi persalinan, tetapi mekanismenya masih belum diketahui secara pasti. Penggunaan minyak merica ini juga tidak direkomendasikan oleh NCC-WCH. 18,19 c. Hubungan seksual Hubungan seksual biasanya melibatkan stimulasi puting dan payudara, yang dapat mendukung pelepasan hormon oksitosin. Segmen bawah uterus terstimulasi dengan penetrasi, menyebabkan pelepasan prostaglandin lokal. Orgasme pada wanita melibatkan kontraksi uterus, sedangkan cairan semen mengandung prostaglandin, yang mungkin dapat berfungsi untuk pematangan serviks. Hubungan seksual sebagai teknik pematangan serviks juga tidak dianjurkan oleh NCC-WCH. 18,19 d. Stimulasi payudara Stimulasi payudara dapat merangsang produksi oksitosin endogen pada wanita hamil maupun tidak hamil sehingga menyebabkan kontraksi uterus. 18

12 15 e. Akupuntur dan transcutaneous nerve stimulation (TENS) Akupuntur dan TENS mungkin dapat menstimulasi pelepasan oksitosin dan prostaglandin. Tetapi penggunaan teknik akupuntur untuk pematangan serviks dan induksi persalinan tidak dianjurkan oleh NCC-WCH. 18,19 f. Prosedur mekanis Prosedur mekanis mempunyai mekanisme kerja yang sama yaitu memberikan tekanan lokal yang dapat menstimulasi pelepasan prostaglandin. Metode ini meliputi: 18 - Dilator higroskopik Dilator higroskopik diserap oleh endoserviks dan cairan jaringan lokal, sehingga menyebar di dalam endoserviks dan mengontrol tekanan mekanis. Produk yang tersedia meliputi dilator osmotik alami (contohnya Laminaria japonicum) dan dilator osmotik sintetik (contohnya Lamicel). - Ballon devices Alat ini menghasilkan tekanan mekanik secara langsung pada serviks saat balon diisi. Kateter foley dapat digunakan untuk alat balon ini. g. Metode Bedah - Stripping of the membranes Menyebabkan peningkatan aktivitas phospolipase A 2 dan Prostaglandin F 2α (PGF 2α ), yang akan menghasilkan dilatasi serviks mekanik akan sehingga dapat memicu pelepasan prostaglandin Amniotomi Terdapat hipotesis bahwa amniotomi meningkatkan produksi dan menyebabkan pelepasan prostaglandin lokal. NCC-WCH merekomendasikan amniotomi tidak digunakan sebagai metode utama untuk pematangan serviks dan induksi persalinan. 18,19

13 16 2. Metode farmakologis a. Prostaglandin Prostaglandin bereaksi pada serviks untuk membantu pematangan serviks melalui sejumlah mekanisme yang berbeda. Prostaglandin menggantikan substansi ekstraseluler pada serviks, dan PGE 2 meningkatkan aktivitas kolagenase pada serviks. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar elastase, glikosaminoglikan, dermatan sulfat, asam hialuronat pada serviks. Relaksasi pada otot polos serviks memfasilitasi dilatasi. Akhirnya, prostaglandin menyebabkan peningkatan kadar kalsium yang menyebabkan kontraksi otot miometrium. Analog PGE 2 yang tersedia untuk pematangan serviks adalah gel dinoprostone (Prepidil) dan dinoprostone spiral/pessary (Cervidil). 18 b. Misoprostol Merupakan analog PGE 1 sintetis yang aman dan tidak mahal sebagai agen pematangan serviks, meskipun tidak diberi label oleh FDA untuk indikasi ini. 18 c. Mifepristone Mifepristone adalah agen antiprogesteron. Progesteron menghambat kontraksi uterus, tetapi mifepristone melawan aksi ini. 18 d. Relaksin Hormon relaksin diperkirakan dapat mendukung pematangan serviks. 18 e. Oksitosin Seiring dengan perjalanan kehamilan, jumlah reseptor oksitosin pada uterus meningkat (100 kali lipat pada usia kehamilan 32 minggu dan 300 kali lipat pada saat persalinan). Oksitosin mengaktifkan jalur fosfolipase C-inositol dan meningkatkan kadar kalsium intraseluler, menstimulasi kontraksi otot polos miometrium. Oksitosin dipilih sebagai agen farmakologi untuk induksi persalinan saat serviks sudah matang. 18

14 17 C. Misoprostol 1. Farmakologi dan struktur kimia Misoprostol adalah analog prostaglandin E 1 (PGE 1 ) sintetis yang dipasarkan dalam bentuk sediaan tablet 100 μg dan 200 μg, dan dapat dipecah untuk menjadi dosis 25 μg atau 50μg dengan menggunakan pill cutter. Sebagai analog PGE 1 sintetis, misoprostol mencegah pembentukan ulkus lambung dan duodenum pada pasien yang memakai NSAID, melalui mekanisme cytoprotective. Obat ini juga menyembuhkan ulkus lambung dan duodenum kronis yang tidak berhubungan dengan penggunaan NSAID, tetapi mekanisme yang muncul disini adalah sifat antisekresi bukan sifat sitoprotrektifnya. Misoprostol menunjukkan manfaat di bidang obstetri dan ginekologi karena memiliki sifat uterotonika dan efek dalam pematangan serviks. Aplikasi klinisnya meliputi terminasi kehamilan, induksi persalinan, penatalaksanaan kala tiga persalinan dan penatalaksanaan perdarahan pasca persalinan. 7,8,17,19,20 Nama kimianya adalah 15-deoxy-16-hydroxy-16-methyl PGE 1, dengan berat molekul 382,5 g/mol. Misoprostol memiliki sifat stabil dan larut dalam air. Rumus empirisnya adalah C 22 H 38 O 5. Struktur kimia misoprostol adalah sebagai berikut: 7,8 Gambar 2.2 Struktur kimia misoprostol dan PGE 1 alami 8 2. Farmakokinetik Misoprostol dapat diberikan secara oral, vaginal, sublingual, bukal dan rektal. Tiga sifat farmakokinetik meliputi konsentrasi puncak (Cmax) yang menggambarkan seberapa baik obat ini diserap, waktu untuk mencapai konsentrasi puncak (Tmax) yang menggambarkan seberapa cepat obat bisa diserap, dan daerah di bawah konsentrasi serum terhadap kurva waktu (AUC) yang menggambarkan bioavailabilitas yang menunjukkan jumlah

15 18 paparan obat dan untuk menilai kualitas medis suatu obat. 8 Berikut adalah farmakokinetik misoprostol menurut cara pemberiannya: Gambar 2.3 Konsentrasi asam misoprostol di dalam plasma dari waktu ke waktu 8 a. Misoprostol oral Misoprostol dengan cepat diabsorbsi setelah diberikan secara oral kemudian menjalani de-esterifikasi secara cepat dan menyeluruh (metabolisme pertama) membentuk asam misoprostol, obat pokok dan metabolit aktif. Tidak seperti senyawa asalnya, metabolit aktif misoprostol dapat dideteksi di dalam plasma. Beberapa perubahan tersebut mungkin terjadi di sel-sel parietal. Setelah pemberian misoprostol 400μg dosis tunggal secara oral, tingkat misoprostol dalam plasma meningkat cepat dan mencapai puncak pada sekitar 30 menit kemudian menurun cepat setelah 120 menit dan tetap rendah di sana seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.8. Makanan dan antasid dapat menurunkan kecepatan absorpsi misoprostol sehingga memperlambat dan menurunkan konsentrasi plasma puncak metabolit aktif. Asam bebas dieskresikan terutama melalui urin dengan waktu paruh (T 1/2 ) eliminasi sekitar menit. 7,8,21 b. Misoprostol vaginal Pada pemberian misoprostol secara vaginal, peningkatan konsentrasi plasma terjadi secara bertahap dan mencapai level

16 19 maksimal setelah menit sebelum menurun secara perlahan dan obat masih terdeteksi setelah 6 jam. Walaupun konsentrasi puncak setelah pemberian oral lebih tinggi daripada vaginal, bioavailabilitasnya lebih tinggi jika diberikan secara vaginal. Hal ini berarti bahwa absorpsi misoprostol yang diberikan secara vaginal tidak konsisten. Dalam praktik klinik, terkadang terlihat sisa-sisa tablet setelah berjam-jam pemberian secara vaginal, yang menunjukkan bahwa absorpsinya bervariasi dan tidak lengkap. Hal ini mungkin dikarenakan variasi dalam jumlah dan ph lendir vagina pada tiap wanita. Variasi dalam jumlah perdarahan selama aborsi medis juga dapat mempengaruhi penyerapan misoprostol melalui mukosa vagina. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan penyerapan misoprostol vaginal. Penambahan air pada tablet misoprostol sering dilakukan, tetapi saat diberikan tidak menunjukkan peningkatan bioavailabilitas misoprostol vaginal. 7,8 c. Misoprostol sublingual Tablet misoprostol sangat mudah larut dan dapat dilarutkan dalam 20 menit jika diletakkan dibawah lidah. Penelitian farmakokinetik yang membandingkan absorpsi pemberian misoprostol secara oral, vaginal dan sublingual menemukan bahwa pemberian secara sublingual memiliki Tmax paling pendek, Cmax paling tinggi dan bioavailabilitas terbaik. 8 Konsentrasi puncak dicapai sekitar 30 menit setelah pemberian secara sublingual dan oral, sedangkan setelah pemberian secara vaginal dibutuhkan waktu 75 menit. Oleh karena itu, tampak bahwa cara pemberian sublingual dan oral memiliki onset kerja tercepat. Setelah 400μg misoprostol, dosis sublingual mencapai konsentrasi puncak lebih tinggi daripada pemberian oral dan vaginal. Hal ini disebabkan karena penyerapan cepat melalui mukosa sublingual serta terhindar dari metabolisme pertama di hati. Banyaknya vaskularisasi di bawah

17 20 lidah dan ph yang relatif netral dalam rongga mulut dapat menjadi faktor yang berkontribusi. 8 Onset yang cepat dan konsentrasi puncak tinggi memberikan arti bahwa semua cara pemberian memiliki bioavailabilitas sistemik yang dapat diukur dengan cara melihat AUC dalam 6 jam pertama, dan hasilnya yang terbesar adalah pemberian misoprostol secara sublingual. Di sisi lain, meskipun penyerapan vaginal telah terbukti lebih lambat dan konsentrasi puncak lebih rendah dari cara pemberian yang lain, tetapi tingkat serum misoprostol dapat dipertahankan pada tingkat rendah untuk jangka waktu yang lama. Bahkan, pada akhir 6 jam tingkat serum asam misoprostol setelah pemberian vaginal lebih tinggi daripada sublingual dan oral. Oleh karena itu, efek misoprostol bisa bertahan lama selama lebih dari 6 jam setelah pemberian dosis tunggal, meskipun tingkat ambang batas serum untuk tindakan klinis masih belum diketahui. 8 d. Misoprostol bukal Pemberian secara bukal adalah cara lain untuk pemberian misoprostol. Obat ini diletakkan di antara gigi dan pipi sehingga obat diserap melalui mukosa bukal. Studi klinis, meskipun terbatas dibandingkan dengan cara pemberian lainnya, telah menunjukkan bahwa pemberian misoprostol secara bukal juga efektif untuk aborsi, pematangan serviks dan induksi persalinan. Bentuk kurva penyerapan pemberian secara bukal sangat mirip dengan vaginal tetapi kadar obat serum dicapai lebih rendah dalam periode 6 jam. 8 Tmax setelah pemberian bukal adalah 75 menit yang mirip dengan setelah pemberian vagina, tetapi bioavailabilitas pada pemberian bukal hanya setengah dari vaginal. Penelitian lain yang membandingkan pemberian bukal dan sublingual juga telah menunjukkan bahwa bioavailabilitas misoprostol sublingual adalah 4 kali dari pemberian secara bukal. 8

18 21 e. Misoprostol rektal Pemberian misoprostol per rektal telah dipelajari baru-baru ini untuk pengelolaan perdarahan postpartum. Cara pemberian per rektal ini kurang umum digunakan untuk pengelolaan keadaan yang lain. 8 Bentuk kurva penyerapan setelah pemberian per rektal sama dengan vaginal, namun bioavailabilitasnya hanya 1/3 dari vaginal. Rata-rata Tmax setelah pemberian per rektal adalah menit, meskipun ada penelitian baru yang melaporkan Tmax yang jauh lebih pendek dari 20 menit. 8 Gambar 2.4 Tingkat serum asam misoprostol untuk empat cara pemberian misoprostol epitelial lebih dari 5 jam. 8 Pemahaman tentang sifat farmakokinetik dari masing-masing cara pemberian dapat membantu untuk merancang regimen yang terbaik untuk berbagai aplikasi klinis. Misoprostol sublingual, yang memiliki Tmax terpendek, mungkin berguna untuk aplikasi klinis yang memerlukan onset tindakan cepat, seperti perdarahan postpartum atau pematangan serviks. Sedangan misoprostol vaginal, yang memiliki bioavailabilitas tinggi dan kadar serum berkelanjutan, berguna untuk indikasi yang memerlukan waktu lebih lama untuk manifestasi dari efek klinis, seperti aborsi medis. 8 Kinetika penyerapan juga dapat menjelaskan mengapa beberapa cara pemberian dihubungkan dengan kejadian efek samping yang lebih tinggi. Misoprostol sublingual dengan Cmax tertinggi, terkait dengan kejadian efek samping yang tertinggi bila dibandingkan dengan cara pemberian lainnya. 8

19 22 3. Efek pada uterus dan serviks Efek uterotonik dan perlunakan serviks pada sistem genitalia wanita dipandang sebagai efek samping daripada efek terapeutik pada awal misoprostol diperkenalkan. Namun, karena efek samping itulah misoprostol digunakan secara luas dalam praktik obstetri dan ginekologi saat ini. 8 a. Efek pada uterus Setelah pemberian misoprostol oral dosis tunggal ada peningkatan dalam tonus uterus. Untuk menghasilkan kontraksi yang teratur, membutuhkan dosis misoprostol oral secara berulang karena dibutuhkan tingkat plasma yang berkelanjutan. 8 Efek pemberian dosis tunggal misoprostol vaginal dalam kontraktilitas uterus sama dengan oral yaitu meningkatkan tonus uterus. Tetapi setelah 1-2 jam, kontraksi uterus yang teratur muncul dan berakhir kurang dari 4 jam setelah pemberiannya. Perkembangan kontraksi yang teratur setelah pemberian misoprostol vaginal dapat menjelaskan efektivitas klinis yang lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian secara oral. 8 Waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan tonus adalah 8 menit untuk oral, 11 menit untuk sublingual dan 20 menit untuk vaginal. Waktu untuk mencapai tonus maksimal juga lebih singkat pada pemberian oral dan sublingual jika dibandingkan dengan vaginal. 1-2 jam setelah pemberian misoprostol, tonus mulai menurun dan ini juga merupakan berakhirnya kerja misoprostol oral. Tetapi pada pemberian misoprostol secara vaginal dan sublingual, tonus mulai digantikan dengan kontraksi uterus yang teratur. Kontraksi ini bertahan lebih lama setelah pemberian misoprostol vaginal daripada sublingual, dengan penurunan aktivitas yang terjadi sekitar 4 jam (3 jam pada sublingual). 8 Pola tonus dan kontraktilitas pada pemberian misoprostol bukal sangat sama dengan vaginal, walaupun bioavailabilitasnya 2 kali lebih

20 23 sedikit. Pemberian misoprostol per rektal yang memiliki bioavailabilitas paling rendah, menunjukkan aktivitas uterus yang paling rendah juga. Dan juga onset aktivitas misoprostol per rektal adalah 103 menit, lebih panjang jika dibanding dengan cara pemberian yang lain. 8 b. Efek pada serviks Misoprostol telah digunakan secara luas untuk efeknya dalam pematangan serviks sebelum digunakan untuk induksi persalinan. Efek pematangan serviks bukan merupakan efek sekunder karena kontraksi uterus yang dipacu misoprostol, tetapi efek langsung misoprostol pada serviks. 8 Serviks adalah organ dengan jaringan ikat. Jumlah sel otot polos kurang dari 8% di bagian distal serviks. Mekanisme fisiologi pematangan serviks tidak diketahui secara pasti. Kejadian biokimia yang terlibat dalam pematangan serviks adalah: 8 (1) Penurunan kolagen total (2) Peningkatan daya larut kolagen (3) Peningkatan aktivitas kolagenolitik Perubahan komponen matriks ekstraseluler digambarkan sama seperti pada respon inflamasi. Sesungguhnya, selama pematangan serviks terjadi influks sel inflamasi ke dalam stroma serviks, yang meningkatkan matriks metalloproteinase dan melalui cara seperti ini menyebabkan degradasi kolagen dan perlunakan serviks. Sel-sel inflamatori ini memproduksi sitokin dan prostaglandin yang mempunyai efek pada metabolisme matriks ekstraseluler. Berbagai analog prostaglandin dapat menurunkan hidoksiprolin pada serviks ibu hamil. 8 Perubahan histokimia pada serviks ibu hamil setelah pemberian misoprostol dipelajari dengan mikroskop elektron dan uji serapan proline mengindikasikan kerja langsung misoprostol pada stroma jaringan ikat dibuktikan dengan hancur dan terpisahnya kolagen. 8

21 24 Efek kontraktilitas uterus dan pematangan serviks setelah pemberian misoprostol tidak hanya terjadi pada ibu hamil, tetapi juga pada uterus wanita tidak hamil. Beberapa wanita tidak hamil mengalami kram perut bawah setelah pemberian misoprostol dan juga terjadi pematangan serviks Dosis ACOG merekomendasikan 25 μg misoprostol sebagai dosis awal untuk pematangan serviks dan induksi persalinan. Frekuensi pemberian tidak boleh lebih dari setiap 3-6 jam Efek samping Penggunaan misoprostol mengakibatkan beberapa efek samping, namun efek samping yang bermakna tidak ditemukan pada bidang hematologi, endokrin, biokimia, imunologi, oftalmologi, respiratorik, kardiovaskular maupun faktor pembekuan darah. Efek sampingnya antara lain adalah nyeri abdomen/kram perut, diare yang biasanya ringan dan sembuh dapat dengan sendirinya, mual dan muntah yang akan menghilang dalam 2 sampai 6 jam, demam, menggigil, nyeri kepala dan kulit kemerahan. 7,8 Meskipun jarang, misoprostol dapat menimbulkan kelainan kongenital yang serius, diantaranya Sindroma Mobius dengan karakteristik paralisis fasial kongenital dengan atau tanpa defek pada anggota tubuh. 7,8 D. Skor Bishop Pada banyak kasus, teknik induksi yang dipilih bergantung pada perkiraan kemungkinan keberhasilan. Salah satu metode yang dapat dikuantifikasi dan bersifat prediktif terhadap keberhasilan induksi persalinan adalah metode yang dijelaskan oleh Bishop. Skor bishop diperoleh dari pemeriksaan serviks terdiri atas 5 karakteristik penilaian yaitu pembukaan, pendataran, station, konsistensi dan posisi serviks yang biasanya menandai permulaan persalinan spontan dengan skor berkisar dari Serviks yang belum matang diartikan memiliki skor bishop 6. Berdasarkan penelitian terhadap 500 wanita, Bishop

22 25 menyatakan bahwa induksi persalinan efektif bila kematangan serviks dengan skor bishop 9 maka diharapkan persalinan dapat berhasil secara pervaginam dengan aman. 1,16,17 Tabel 2.4 Sistem skor Bishop 1,16,17,22 Faktor Skor Pembukaan (cm) Pendataran (%) Station a Konsistensi Serviks Posisi Serviks , 0 +1, +2 Keras Sedang Lunak - Posterior Tengah Anterior - a Station mencerminkan skala -3 sampai dengan +3, berhubungan dengan spina isiadika Tabel 2.5 Modifikasi skor Bishop menurut ACOG 16 Skor Pembukaan (cm) < >4 Pendataran (%) Faktor Penurunan bagian janin b , Konsistensi Serviks Keras Sedang Lunak Posisi Serviks Posterior Tengah Anterior b berdasarkan skala sentemeter (cm) dari ACOG, skala -5 sampai dengan +5 Penurunan bagian bawah janin pada sistem skor bishop yang telah dimodifikasi, ditentukan berdasarkan bidang Hodge yang telah disesuaikan dengan penilaian station dengan skala sentimeter menurut ACOG, ketentuannya yaitu: 16 Station 0 = bidang setinggi spina isiadika = bidang Hodge III Station -5 = bidang Hodge I Station +5 = bidang Hodge IV Station -1,-2,-3,-4 dan -5 memiliki arti 1,2,3,4 dan 5 cm diatas station 0. Station +1,+2,+3,+4 dan +5 memiliki arti 1,2,3,4 dan 5 cm dibawah station 0. Tabel 2.6 Modifikasi skor Bishop (Skor Calder) 22 Faktor Skor Pembukaan Panjang Station a Konsistensi Posisi (cm) serviks (cm) Serviks Serviks < >4 > < /0 +1/+2 Keras Sedang Lunak - Posterior Tengah/anterior - - a Station mencerminkan skala -3 sampai dengan +3, berhubungan dengan spina isiadika

23 26 E. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori Kehamilan serotinus Serviks matang Serviks belum matang Pematangan serviks dengan analog PGE 1 (Misoprostol) secara sublingual atau vaginal Serviks matang Tidak ada perbaikan Induksi persalinan Persalinan spontan Seksio sesarea Gambar 2.5 Kerangka teori : Diteliti : Tidak diteliti 2. Kerangka Konsep Variabel bebas Misoprostol: - Sublingual - Vaginal Variabel terikat Pematangan serviks pada kehamilan serotinus Gambar 2.6 Kerangka konsep F. Hipotesis Pemberian misoprostol sublingual lebih efektif dibandingkan dengan misoprostol vaginal terhadap pematangan serviks pada pengelolaan kehamilan serotinus.

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Induksi Persalinan a. Pengertian Induksi persalinan adalah suatu upaya atau intervensi yang dilakukan untuk memulai persalinan pada saat sebelum atau sesudah

Lebih terperinci

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM

Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG. Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Dr. Hotma Partogi Pasaribu, Sp.OG Departemen Obstetri & Ginekologi Fakultas kedokteran USU RSHAM -RSPM Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun

Lebih terperinci

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam 1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat

Lebih terperinci

Tugas Biologi Reproduksi

Tugas Biologi Reproduksi Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama bulan September hingga Oktober, sebanyak 256 populasi pasien rawat inap yang mendapatkan induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm / prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan Serotinus 1. Definisi Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu lengkap mulai dari HPHT. Untuk kehamilan yang melampaui batas 42 minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin

BAB I PENDAHULUAN. bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), indikator kesejahteraan suatu bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin tinggi angka tersebut,

Lebih terperinci

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung. KETUBAN PECAH DINI PRELABOR RUPTURE OF THE MEMBRANES (PROM) By: Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K) Definisi Diagnosis Manajemen Preterm & Term DEFINISI Ketuban Pecah Dini Preterm - < 37 minggu kehamilan(pprom)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan kurang bulan merupakan masalah di bidang obstetrik dan perinatologi karena berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuh puluh

Lebih terperinci

Oleh : Evi Dyah Harnani. METODE-METODE PEMATANGAN SERVIKS DAN INDUKSI PERSALINAN

Oleh : Evi Dyah Harnani. METODE-METODE PEMATANGAN SERVIKS DAN INDUKSI PERSALINAN Oleh : Evi Dyah Harnani. METODE-METODE PEMATANGAN SERVIKS DAN INDUKSI PERSALINAN I. PENDAHULUAN Persalinan adalah suatu proses dimana janin berpindah dari intrauterin ke lingkungan ekstra uterin. Ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diluar rahim, akan terjadi perubahan-perubahan yang dramatis pada tubuh bayi baru lahir.

BAB I PENDAHULUAN. diluar rahim, akan terjadi perubahan-perubahan yang dramatis pada tubuh bayi baru lahir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Ladewig, London dan Olds (2006) untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim, akan terjadi perubahan-perubahan yang dramatis pada tubuh bayi baru lahir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar tubuh kita, yaitu sekitar 60% berat badan. Komposisi cairan tubuh terdiri dari cairan intraseluler 65% dan cairan ekstraseluler

Lebih terperinci

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang KETUBAN PECAH DINI Pengertian Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida)

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan

Lebih terperinci

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Terdiri dari beberapa proses seperti: 1. Perubahan anatomis dan fisiologis miometrium Pertama, terjadi pemendekan otot polos miometrium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seseorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia selama 16 mingg

Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia selama 16 mingg PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK-USU/RSHAM Pertumbuhan Janin Normal Pertumbuhan, diferensiasi dan maturasi jaringan dan organ. Pembelahan sel terdiri dari 3 fase : - Hiperplasia

Lebih terperinci

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN R. Nety Rustikayanti @2018 Tujuan Menjelaskan 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan Mendeskripsikan struktur anatomi tulang panggul Mengenali ukuran normal diameter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi persalinan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi persalinan adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Induksi Persalinan 1. Definisi Induksi Persalinan Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dengan ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena berkaitan dengan penyulit atau komplikasi yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Persalinan 1.1 Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal

Lebih terperinci

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari

Lebih terperinci

Misoprostol Cytotec Serly Dan Mifeprestone Mifeprex Obat Terlambat Haid

Misoprostol Cytotec Serly Dan Mifeprestone Mifeprex Obat Terlambat Haid Misoprostol Cytotec Serly Dan Mifeprestone Mifeprex Obat Terlambat Haid OBAT TERLAMBAT HAID Misoprostol Cytotec Serly Dan Mifeprestone, Mifeprex dan Mifegen Misoprostol Cytotec serly adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Anemia Ibu Bersalin a. Definisi Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunya hemoglobin sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk

Lebih terperinci

Yayan A. Israr, S. Ked Christopher A.P, S. Ked

Yayan A. Israr, S. Ked Christopher A.P, S. Ked Authors : Yayan A. Israr, S. Ked Christopher A.P, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 INDUKSI PERSALINAN Definisi Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dalam masa kehamilan, tentunya tidak lepas

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksio sesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

Lebih terperinci

Apa yang terjadi selama menggunakan obat aborsi?

Apa yang terjadi selama menggunakan obat aborsi? Seorang wanita memiliki banyak keputusan untuk membuat ketika mempertimbangkan aborsi. Jika Anda berpikir tentang aborsi, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin berbicara dengan Anda tentang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY K GIII P2101 DENGAN POST DATE DI POLI OBGYNE RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN 2015 Sumiyati* Yuanita Hartiningsih** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

Lebih terperinci

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA PERSALINAN NORMAL 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu : Jalan lahir (passage)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Persalinan Sungsang dengan lancar. Dalam pembuatan referat ini, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Cara Induksi. Induksi persalinan secara operaif/indakan. Membrane stripping

Cara Induksi. Induksi persalinan secara operaif/indakan. Membrane stripping Cara Induksi Induksi persalinan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik operaif/indakan maupun dengan menggunakan obat-obatan/medisinal. Untuk menentukan cara induksi persalinan yang dipilih, beberapa

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007). A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN OBSTETRI

PEMERIKSAAN OBSTETRI Nama : Inggrid Camelia Nim : 22010110110105 PEMERIKSAAN OBSTETRI PENGERTIAN Pemeriksaan obstetri meliputi banyak prosedur yang masing-masing berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Untuk pemeriksaan

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp ASUHAN KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp TANDA PERSALINAN : KELUAR LENDIR BERCAMPUR DARAH (BLOODY SHOW) TERDAPAT HIS YANG ADEKUAT DAN TERATUR TERDAPAT PEMBUKAAN/DILATASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

PENGISIAN PARTOGRAF. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PENGISIAN PARTOGRAF. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi PENGISIAN PARTOGRAF Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Merupakan pemantauan persalinan yang mudah dan tidak mahal sera dapat di prin ulang. Diagram pemantauan kemajuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu. negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/ kelahiran hidup.

PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu. negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/ kelahiran hidup. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu adalah jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam

Lebih terperinci

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pertumbuhan Janin Terhambat. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Pertumbuhan Janin Terhambat Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Janin dengan berat badan kurang atau sama dengan 10 persentil, atau lingkaran perut kurang atau sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulan pertama kehidupan merupakan masa paling kritis dalam kelangsungan kehidupan anak. Dari enam juta anak yang meninggal sebelum ulang tahunnya yang ke lima di tahun

Lebih terperinci

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Gestational Diabetes Mellitus : Challenges in diagnosis and management Bonaventura C. T. Mpondo, Alex Ernest and Hannah E. Dee Abstract Gestational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah

Lebih terperinci

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan PERSALINAN KALA I Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala),

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan Normal Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan dan Kemajuan Persalinan Persalinan / Partus Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus

Lebih terperinci

INDUKSI PERSALINAN. Kanadi Sumapradja.

INDUKSI PERSALINAN. Kanadi Sumapradja. INDUKSI PERSALINAN Kanadi Sumapradja kanadisuma@yahoo.com INDUKSI Inisiasi aktivitas uterus dan perubahan serviks dengan penurunan janin secara farmakologis atau cara lain pada wanita yang sedang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan, sehingga banyak wanita hamil khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap

Lebih terperinci

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas SELAMA KEHAMILAN Ada 6 (enam) tanda bahaya dalam masa periode antenatal 1. Perdarahan pervagina 2. Sakit kepala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin Pengertian Macam-macam obat uterotonika Cara kerja / khasiat obat uterotonika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Uterotonika - 2 Pada aterm, sekresi

Lebih terperinci

REFERAT KEHAMILAN POSTTERM

REFERAT KEHAMILAN POSTTERM REFERAT KEHAMILAN POSTTERM Oleh: Ines Marianne Santoso (030.06.127) Pembimbing : Dr. R. Pandji Setiawan, Sp.OG Kepaniteraan Klinik Obstetri Ginekologi RSUD KOTA BEKASI Periode 21 November 2011 29 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di mulai dari kehamilan, persalinan bayi baru lahir dan nifas yaang secara berurutan berlangsung secara fisisologis dan diharapkan ibu pasca melahirkan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul memiliki prevalensi

Lebih terperinci

Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0. Batasan. Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan >20 minggu sampai sebelum janin lahir. I.

Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0. Batasan. Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan >20 minggu sampai sebelum janin lahir. I. RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU Jl. Indun Suri Simpang Busung No. 1 Telp. ( 0771 ) 482655 ; 482796 Fax. ( 0771 ) 482795 No.Dokumen RSUDTUB.KEB.G02.028 Batasan Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0 Halaman :

Lebih terperinci

METODE-METODE PEMATANGAN SERVIKS DAN INDUKSI PERSALINAN

METODE-METODE PEMATANGAN SERVIKS DAN INDUKSI PERSALINAN METODE-METODE PEMATANGAN SERVIKS DAN INDUKSI PERSALINAN I. PENDAHULUAN Persalinan adalah suatu proses dimana janin berpindah dari intrauterin ke lingkungan ekstra uterin. Ini merupakan diagnosis klinik

Lebih terperinci

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

KEHAMILAN GANDA. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi KEHAMILAN GANDA Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Materi pembelajaran (pengetahuan) Kehamilan Ganda Definisi Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang signifikan.

Lebih terperinci

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Diabetes Melitus Gestasional Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Diabetes melitus gestasional adalah keadaan intoleransi karbohidrat yang memiliki awitan atau pertama

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan salah satu pengalaman yang tidak terlupakan bagi seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup

Lebih terperinci

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Persalinan Preterm Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan preterm adalah perubahan serviks dan disertai kontraksi uterus yang teratur sebanyak 4 kali dalam 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Plasenta Previa 2 TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Klasifikasi Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri internum.

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Persalinan Seksio Sesaria 2.1.1.1. Definisi Seksio Sesaria seksio sesaria adalah persalinan janin, plasenta, dan selaput melalui

Lebih terperinci

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah

Lebih terperinci

ISY ROYHANATY, S.SiT

ISY ROYHANATY, S.SiT ISY ROYHANATY, S.SiT Menentukan periode/masa subur, terjadi sekitar waktu ovulasi, umumnya kira-kira 14 hari sebelum haid berikutnya. Menghindari sanggama selama kurang lebih 7 18 hari, termasuk masa subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci