ABSTRACT. Komang Sukma Tirta Dewi 1),Tedi Erviantono 2), Putu Eka Purnamaningsih 3) 1,2,3) Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Transkripsi

1 Sinergitas Kinerja Dewan Pengupahan Dan Dinas Tenaga Kerja Dalam Penetapan Upah Minimum (Studi Kasus Aspek Partisipasi Dan Akuntabilitas Dalam Pengambilan Keputusan Kebijakan Upah Minimum Kota Di Kota Denpasar Sektor Pariwisata) Komang Sukma Tirta Dewi 1),Tedi Erviantono 2), Putu Eka Purnamaningsih 3) 1,2,3) Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Udayana 3 ABSTRACT The minimum wage is the basic wage plus the fixed allowance. The government sets a minimum wage in order to be able to prosper the workers. In the process of determining minimum wage there is often a difference of opinion between workers and employers. Differences of opinion also occurs in determining minimum wage in Denpasar, this is the background of the problems in this study. The determination of the city's minimum wage in the city of Denpasar undertaken by the wage council consisting of workers, entrepreneurs and government elements, still has problems regarding minimum wage levels, there are still workers who question the minimum wage set by the Governor. This study measures how the participation and accountability of the Wage Council in Minimum Wage City Determination in Denpasar City with Governance Theory consists of participation and accountability indicators. This research uses qualitative research methods with data collection by deep interview. Based on the reseacrh results indicate that the minimum wage determination process conducted by the wage council, seen from the participation and accountability of the wage council and the performance synergy between the wage council with the workforce has been running well but still needs to be improved again due to lack of socialization to the public regarding the current wage regime for wage setting, the government also does not socialize how the wage-setting process makes workers feel that their minimum wage is still low. Keywords: Participation, Accountability, Wage Councils, Wage Determination Process 1. PENDAHULUAN Permasalahan upah minimum di Indonesia masih saja terjadi setiap tahunnya. Masalah upah minimum ini menjadi salah satu masalah yang sulit untuk diatasi oleh pemerintah. upah adalah suatu penerimaan kerja yang dinyatakan didalam undangan-undangan dan peraturan yang dimana permbayarannya dilakukan atas kesepakatan kerja antara perusahaan dengan penerima kerja. Berbeda dengan gai, gaji merupakan suatu hasil yang diterima oleh pekerja secara harian, mingguan, atau bulanan yang diberikan oleh atasan yang tertera didalam suatu kontrak kerja. Untuk melindungi para pekeraj atau buruh, pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan mengenai upah minimum atau upah pokok bagi para pekerja. Selama penerapan kebijakan tersebut diterapkan selalu terjadi pro dan kontra antara pekerja dengan pengusaha. Realitanya, sering terjadi demo besarbesaran yang dilakukan oleh para pekerja demi mendapatkan penyesuain upah yang mereka inginkan. Sekelompok buruh atau pekerja yang bekerja di sektor pariwisata di 1

2 Denpasar, Bali juga menggelar aksi unjuk rasa yang ditujukan kepada Gubernur Bali yang menuntut agar upah minimum regional di Bali sama dengan DKI Jakarta. Informasi dari Dinas Tenaga Kerja Kota Denpasar, dalam menentukan upah minimum Gubernur mempertimbangkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan, dimana yang tergabung didalam dewan pengupahan tersebut terdapat dari unsur pekerja, unsur pengusaha, serta pemerintah. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai adanya dewan pengupahan ini membuat masih banyaknya pekerja yang mempermasalahkan upah yang telah ditetapkan besarannya melalui dewan pengupahan yang menurut mereka upah yang didapat tidak sesuai dengan keinginan mereka. Perbedaan pendapat terhadap penetapan besaran upah ini sering menimbulkan permasalahan antara pekerja dengan pengusaha. Menurut pengusaha upah adalah biaya yang dikeluarkan yang bisa mempengaruhi keuntungan dari perusahaan, sedangan menurut pekerja upah merupakan sumber pendapatan. Sehingga, demi mendapai kesapakatan dalam penetuan besaran upah, maka perlu peran atau intervensi dari pemerintah sangat perlu dilibatkan. Sehingga kesejahteraan rakyak khususnya antara pekerja dan pengusaha dapat diwujudkan Berdasarkan berdasarkan permasalahan upah tersebut maka peneliti perlu melakukan penelitian mengenai partisipasi dan akuntabilitas dari para dewan pengupahan dalam proses penetapan upah telah dilakukan serta keterkaitannya dengan Dinas Tenaga Kerja. Sehingga judul dari penelitian ini adalah Sinergitas Dewan Pengupahan Dan Dinas Tenaga Kerja Dalam Penetapan Upah Minimum (Studi Kasus Aspek Partisipasi Dan Akuntabilitas Dalam Pengambilan Keputusan Kebijakan Upah Minimum Kota Di Kota Denpasar Sektor Pariwisata). 2. KAJIANPUSTAKA TEORI GOVERNANCE Menurut Indra Bastian (2014:143) Governance merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara baik, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Proses pengambilan keputusan adalah merupakan unsure utama dalam melakukan komunikasi antarpimpinan atau organisasi pemerintah. Governance bukan hanya melibatkan pemerintah namun semua stakeholder yang ada, baik itu dari dunia usaha/bisnis serta seluruh masyarakat demi mencapai tujuan publik. Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mewujudkan antara lain: governance, 1. Participation merupakan suatu keterlibatan dari masyarakat didalam pembuatan kebijakan, baik yang dilakukan secara langsung, maupun tidak langsung. 2. Acoountability adalah suatu pertanggungjawaban dari apa yang telah dilakukan kepada publik atau masyarakat. 3. Transparency, terdapat keterbukaan bagi masyarakat untuk memperoleh setiap informasi terkait keputusan pemerintah. 4. Role Of Law, sistem hukum yang adil 2

3 bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial. 5. Consensus Orientation, lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat. 6. Responsiveness, dalam pemberian pelayanan organisasi publik harus lebih cepat dan tanggap. 7. Equity, masyarakat berhak memperoleh keadilan dan kesejahteraan yang sama. 8. Effeciency and Effectivities, pengelolaan sumber daya publik harus secara efektif dan efesien. 9. Strategy Vision, harus terdapat visi yang jelas serta lebih memandang jauh kedepan. KONSEP PARTISIPASI Menurut Adjid (1985), partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses perencanaan serta pembuatan keputusan didalam suatu kegiatan untuk bekerjasama dalam organisasi untuk memberikan suatu respon terhadap kegiatan baik di lingkungan sosial maupun pemerintah demi mencapai tujuan yang diinginkan dalam mensejahterakan kehidupan bersama. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi, yaitu: 1. Usia, usia seseorang akan mempengaruhi sikap dari orang tersebut terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. 2. Jenis kelamin, partisipasi akan berhasil jika tidak memandang gender atau jenis kelamin seseorang. 3. Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya. 4. Pekerjaan dan penghasilan, pekerjaan dan penghasilan yang baik akan mendorong seseorang untuk melakukan partisipasi. 5. Lamanya tinggal, semakin lama seseorang tinggal dalam sebuah lingkungan tertentu cenderung akan lebih terlibat setiap kegiatan dilingkungan tersebut. KONSEP AKUNTABILITAS Menurut Mardiasmo ( 2006:3) akuntabilitas adalah suatu pertanggungjawaban baik itu keberhasilan atau kegagalan didalam pelaksanaan misi organisasi didalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas juga merupakan suatu pertanggungjawaban untuk melaporkan, mengelola sumber daya, serta mengungkapkan segala kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik. KONSEP SINERGITAS Menurut Najiyati dan Rahmat (2011), sinergitas merupakan suatu kerjasama yang dilakukan oleh beberapa pihak didalam perencanaan atau pengambilan keputusan suatu kebijakan yang dapat menghasilan suatu keluaran yang baik serta tidak merugikan pihak manapun.. terdapat dua cara untuk membangun sinergitas, yaitu: 1. Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang secara jelas sehingga akan terjadi sebuah rangsangan bagi seseorang yang menerima komunikasi tersebut serta terdapat tanggapan yang akan 3

4 diberikan kepada si pemberi komunikasi. 2. Koordinasi dilakukan guna untuk mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan sehingga tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. KONSEP DEWAN PENGUPAHAN Dewan Pengupahan merupakan lembaga non-struktural yang bersifat tripartite yang bertugas untuk memberikan saran serta pertimbangan kepada pemerintah dalam menetapkan besaran upah minimum. Dewan Pengupahan ini terdiri dari 3 (tiga) unsur penting antara lain: 1. Pemerintah, merupakan suatu organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Unsur pemerintah yang tergabung di dalam Dewan Pengupahan adalah dari berbagai instansi terutama Dinas Tenaga Kerja. 2. Pengusaha adalah orang yang menjalankan kegiatan usaha baik usaha jual-beli, maupun usaha produksi yang memilki tujuan utama adalah mendapatkan untung yang sebesarbesarnya. Dalam Dewan Pengupahan pengusaha diwakili oleh Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia). Apindo merupakan kumpulan dari pengusaha atau perusahaan yang terdapat di masing-masing daerah.. 3. Pekerja adalah seseorang yang menggunakan kemampuan serta pengetahuannya yang dapat mengerjakan barang atau jasa, untuk mendapatkan balasan berupa uang dari pemberi kerja. KONSEP UPAH MINIMUM Upah minimum adalah upah pokok yang di tambah dengan tunjangan tetap, yang ditetapkan secara Regional, Sektoral Regional, maupun Sub Sektoral. Upah minimum ditetapkan oleh pemerintah guna untuk dapat mensejahterakan para pekerja. 3. METODELOGI PENELITIAN Jenis peneitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data pada penelitian ini diperoleh dari penelitian langsung dan data yang dikumpulkan dari pihak lain secara tidak langsung. Informan dalam penelitian ini, ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis Data dilakukan dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta verifikasi atau penyimpulan data. Penyajian hasil penelitian disajikan dalam bentuk tulisan (naratif) dan tambahan data berupa tabel dan gambar. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN PARTISIPASI DAN AKUNTABILITAS DEWAN PENGUPAHAN DALAM PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA DI KOTA DENPASAR Partisipasi dari dewan pengupahan dalam proses penetapan upah minimum kota di kota denpasar terjalin di dalam 1 (satu) tim, dimana masing-masing unsure yang tergabung didalam dewan pengupahan bersama-sama melakukan tugas mereka yaitu memberikan saran san pertimbangan kepada pemerintah untuk menentukan besaran upah minimum yang akan ditetapkan. Partisipasi 4

5 dewan pengupahan kota denpasar dapat dilihat dari berbagai sub indikator partisipasi antara lain: a. Ketepatan waktu. Dewan pengupahan Kota Denpasar sudah melakukan proses penetapan upah minimum kota sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh pemerintah. Dewan pengupahan setiap bulan melakukan survei di dua pasar tradisional yaitu Pasar Badung dan Pasar Kreneng untuk menjadi nilai KHL (Kebutuhan Hidup Layak) bagi pekerja lajang yang digunakan sebagai patokan didalam menentukan besaran upah minimum. Survei pasar tersebut dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan September. b. Metologi yang tanggap dan sesuai. Dewan pengupahan kota denpasar menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015, dalam proses penetapan upah minimum menggunakan rumusan tingkat inflasi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional. upah minimum kota di kota denpasar tahun 2017 sebesar Rp yang didapat dari perhitungan rumusan: UM n = UM t +(UM t x (inflasi t + PDB t )) UM n = Rp (Rp x 8.27%) = Rp Rp ,9 = Rp ,9. Hasil yang diperoleh unttuk upah minimum Kota Denpasar sebesar Rp ,9 yang dibulatkan menjadi Rp c. Keberlanjutan dalam proses partisipasi. Anggota dewan pengupahan Kota Denpasar melaksanakan tugasnya untuk menetapkan upah minimum selama 3 (tiga) tahun berturut-turut. d. Sumber daya yang memadai. Susunan keanggotaan dewan pengupahan Kota Denpasar sudah memadai, yaitu sudah terdapat dari unsur pemerintah, unsur pekerja, dan unsure pengusaha, dan juga terdapat dari unsur pakar atau akademisi. Akuntabilitas dari masing-masing anggota dewan pengupahan sudah terlihat baik, namun didalam proses rapat, masing terdapat pro dan kontra dari pihak pekerja dan pengusaha, dimana pihak pekerja yang selalu menginginkan upah yang ditetapkan besar, sedangkan dari pihak pengusaha selalu meminta upah yang ditetapkan itu rendah. Pertanggungjawaban dalam melakukan survei pasar juga sudah terlihat baik, karena ketiga unsure sudah terjun langsung ke lapangan. SINERGITAS DEWAN PENGUPAHAN DAN DINAS TENAGA KERJA DALAM PENETAPAN UPAH MINIMUM Sinergi antara Dewan Pengupahan Dengan Dinas Tenaga Kerja di lakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: a. Komunikasi. Komunikasi antara dewan pengupahan dengan Dinas Tenaga Kerja dilakukan melalui via telepon, WA, serta bertemu secara langsung baik dalam survei pasar maupun rapat KHL (Kebutuhan Hidup Layak). b. Koordinasi. Koordinasi Dewan Pengupahan dengan Dinas Tenaga 5

6 Kerja dilakukan dengan komunikasi yang baik antara masing-masing pihak. Komunikasi dan Koordinasi Dewan Pengupahan dengan Dinas Tenaga Kerja sudah terlihat baik, namun, baik Dewan Pengupahan maupun Dinas Tenaga Kerja kurang melakukan komunikasi atau sosialisasi dengan masyarakat mengenai proses penetapan upah minimum tersebut. penetapan upah minimum, namun masyarakat pekerja tidak mendapatkan sosialisasi mengenai proses penetapan upah minimum tersebut 5. KESIMPULAN Partisipasi dan akuntabilitas dewan pengupahan dalam proses penetapan upah minimum kota di kota denpasar sudah terlihat baik, karena dewan pengupahan sudah melaukan proses penetapan upah tersebut sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah mengenai penetapan upah minimum. Sinergitas antara dewan pengupahan dengan Dinas Tenaga Kerja juga sudah terlihat baik dari komunikasi serta koordinasi didalam proses penetapan upah minimum, namun adanya perbedaan komunikasi dari baik dari Dinas Tenaga Kerja maupun dewan pengupahan kepada masyarakat pengusaha dan masyarakat pekerja. Masyarakat pengsuaha selalu berkomunikasi dengan Dinas Tenaga Kerja terkait dengan peraturan atau proses 6. DAFTAR PUSTAKA BUKU Ajid, DA Pola Partisipasi Masyarakat Pedesaan Dalam Pembangunan, Bandung; Orba Sakti Bastian, Indra Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat 6

7 Budiono, Abdul R Hukum Perburuhan, Jakarta: Permata Puri Media Husni, Lalu Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia: Edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Pasolong, Harbani Teori Administrasi Publik, Bandung: Penerbit Alabeta Mardiasmo Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Penerbit ANDI Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif, Kualittatif, dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta 7