BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota yang baik adalah kota yang mengenang sejarahnya dalam tahapan pembangunan, bagaikan makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang, kemudian musnah apabila tidak dipelihara ataupun dirawat. Kota bisa tumbuh dan berkembang karena kota tersebut memiliki kawasan bersejarah yang mengingatkan pembentukan awal mula kota. Dalam setiap kota masih melekat sejarah dari sang kota, yang menandai perjalanan hidup dari kota selama berabad-abad yang lalu dan masih dapat diingat kembali melalui bangunan-bangunan tua, jembatan, kanal, tolklore, tradisi, dan segala hal yang masih terus bisa dilestarikan. Serta pembentukan kota ini pada dasarnya karena adanya aktivitas masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitas sarana dan prasarana sebagai penunjang dari aktivitas tersebut. (Leitmann, 28:1999 dalam Sabrina Sabila) Dalam sejarah perkembangan masyarakat Indonesia, kota-kota tua yang mempunyai akar sejarah, banyak ditentukan di daerah-daerah pedalaman, muara sungai-sungai besar dan daerah pesisir pantai di kepulauan Jawa, seperti Tuban, Surabaya, Pasuruan, Banten, ataupun Cirebon. Banyak kota-kota tersebut yang mempunyai karakteristik, yaitu terletak berdekatan dengan pusat-pusat pemerintahan kekuasaan tradisional. Kota-kota itu sendiri, tidaklah muncul dan berkembang secara spontan dari kemauan masyarakat yang ada didalamnya. Namun, lokasi, desain, dan ukuran kota-kota itu bergantung pada pola pengembangan yang dimiliki oleh pemegang otoritas tradisional tersebut. Untuk beberapa kasus kota-kota di Jawa, pola pembentukannya mengkombinasikan berbagai dimensi, baik

2 2 sosial, ekonomi, pendidikan, ataupun agama. Hal itu tampak dalam relasi antar variable dalam keberadaan kota-kota tua itu, mulai dari keraton sebagai sentral kekuasaan yang diimbangi dengan keberadaan masjid sebagai lambang pemaknaan religiusitas, alun-alun, hingga keberadaan pasar sebagai faktor untuk memobilisasi kehidupan ekonomi masyrakatnya. Sehingga, suasana yang terbentuk pun otomatis penuh dengan nuansa tradisional dan kental akan kekhasan Jawa. Namun, seiring dengan berkembangnya jaman dan adanya kemajuan teknologi yang terjadi pada jaman globalisasi seperti sekarang, menjadikan nuansa tradisional nan kental perlahan luntur. Banyak generasi muda melupakan simbol-simbol budaya yang mempunyai nilai-nilai sejarah yang tinggi. Bahkan, tidak sedikit generasi muda yang enggan untuk mengunjungi situs-situs bersejarah yang ada. Hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi dan sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Maka, tidak salah jika akhirnya situs-situs bersejarah yang ada kini patut dilindungi dan dijaga keberadaannya. Salah satu situs bersejarah yang patut untuk dilindungi dan dijaga keberadaannya adalah Kampung Kauman Yogyakarta. Sejarah terjadinya Kampung Kauman Yogyakarta memang menyatu dengan sejarah berdirinya Kasultanan Yogyakarta, karena kampung tersebut merupakan bagian dari birokrasi kerajaan. Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 telah memecah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I mendirikan Kasultanan Yogyakarta, sedangkan Paku Buwono III mendirikan Kasunanan Surakarta. Keraton Kasultanan Yogyakarta selesai dibangun pada tanggal 7 Oktober 1756 oleh Sultan Hamengku Buwono I, yang kemudian dilanjutkan pembangunan Masjid Agung yang selesai dibangun pada tanggal 29 Mei Untuk urusan keagamaan, dibentuklah lembaga kepenguluan. Pengulu dan seluruh aparatnya disebut abdi dalem pamethakan. Kantong kepenguluan Kasultanan Yogyakarta disebut dengan Kawedanan Pengulon yang tugasnya

3 3 meliputi urusan administrasi bidang keagamaan (pernikahan, talak, rujuk, juru kunci makam Dalem Pamethakan, naib, hukum dalem, peradilan agama dan kemasjidan). Sultan mengangkat sebanyak 15 pengulu untuk mengurusi Masjid Agung, oleh Sultan beberapa abdi dalem yang bertugas mengurusi Masjid Agung diberi tempat di sekitar masjid. Kemudian mereka membentuk masyarakat yang disebut Kauman. Oleh itulah, lokasi dimana masyarakat Kauman tinggal, hingga kini disebut dengan Kampung Kauman. (Adaby Darban, Sejarah Kauman, Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000.) Menyusuri gang-gang Kampung Kauman, berbagai hal yang menjadi ciri khas dan beberapa bangunan yang menjadi saksi biksu adanya sebuah perjuangan keagamaan akan terlihat disudut-sudut kampung ini, seperti tanda dilarang menggunakan kendaraan, monumen kecil dengan tulisan Syuhada bin Fisabillillah yang memuat daftar nama 25 orang, Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, perpustakan Mabulir, Langgar wanita, TK Aba, Hooge School Muhammadiyah, dan lain-lain. Mengenai struktur kehidupan sosial masyarakat di Kampung Kauman, kini Kauman telah mengalami perubahan yang sangat besar seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern. Ditinjau dari pendekatan antropologis, dulu masyarakat Kauman adalah masyarakat yang endogami, artinya penduduknya mengadakan perkawinan dengan orang dari kampung sendiri dan tidak mencari jodoh dari luar kampung. Perkawinan antara keluarga para ketib (orang yang bertugas sebagai penceramah shalat Jum at), modin (muadzin juru azan shalat), merbot (marbut pengurus masjid yang yang tugasnya menjadi juru bersih masjid dan mengelola fisik masjid) telah terjadi di Kauman. (Selo Sumardjan, Perubahan Sosial Di Yogyakarta, Penerbit Bentang Ilmu) Perubahan struktur kehidupan sosial masyarakat di Kampung Kauman terjadi pada era 1960-an, yang dimana banyak pelajar dari luar Jawa tinggal

4 4 sementara di Kauman dan menyebabkan akulturasi budaya. Dampaknya orang asli Kauman menikah dengan orang di luar kauman dan regenerasi berjalan lambat, putra-putri penduduk Kauman banyak yang melakukan studi pengetahuan umum non keagamaan. Pendidikan masyarakat Kauman pada awalnya berorientasi pada pendidikan pesantren, namun setelah tahun1931 beralih kependidikan sekolah umum. Sementara untuk perubahan di bidang kebudayaan, kurang lebih 60 tahun masyarakat Kauman mengalami perubahan seni budaya dan adat istiadat yang mencolok. (Abdurrahman Surjomihardjo, Kota Yogyakarta Tempo Doloe: Sejarah Sosial , Penerbit Terawang) Pada tahun 1912, adanya pergerakan reformasi Islam Muhammadiyah di Kauman, mengubah ajaran-ajaran Islam yang salah. Sebelum abad 20 Masehi, Masyarakat Kauman menganut pola ajaran Islam sinkretis tradisional, yang dimana mencampuradukkan upacara Islam dengan kepercayaan di luar ajaran yang telah ditentukan, seperti selametan untuk siklus kehidupan, membakar kemenyan, dan hal-hal lain yang berbau mistik. Kemudian setelah memasuki abad 20 Masehi, ajaran-ajaran tersebut hilang dengan adanya gerakan reformasi Islam yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam yang sebagaimana semestinya. Tidak ada lagi ada upacara-upacara adat yang berbau mistik, melainkan malakukan kegiatan-kegiatan positif yang sesuai dengan ajaran Al-Qur an dan Hadist. (Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000) Perubahan yang terjadi tidak hanya pada sektor pendidikan, sosial, dan agama. Namun, perubahan juga terjadi pada sektor ekonomi. Mata pencaharian sebagai abdi dalem di Kampung Kauman memang menjadi hal yang sangat diinginkan oleh masyarakat Kampung Kauman, karena dengan menjadi abdi dalem mereka mendapat penghasilan dari tanah pelungguh yang diberikan oleh keraton. Tidak melulu memandang pekerjaan sebagai abdi

5 5 dalem, masyarakat Kauman juga bekerja sebagai pengrajin batik. Usaha batik yang dijalankan oleh masyarakat Kauman akhirnya berkembang dengan pesat, sehingga menghasilkan para pengusaha-pengusaha batik yang kemudian disebut sebagai batik handel. Namun, pada tahun 1939, krisis malaise melanda perekonomian di dunia, termasuk perekonomian di Kampung Kauman. Adanya krisis malaise yang melanda, mengakibatkan usaha batik di Kampung Kauman mengalami kebangkrutan dan mengharuskan para masyarakat Kampung Kauman mencari mata pencaharian lain. (Selo Sumardjan, Perubahan Sosial Di Yogyakarta, Penerbit Bentang Ilmu) Peran globalisasi yang signifikan, dapat merubah peran masyarakat di sudut dunia manapun, dan itu juga terjadi di Kampung Kauman. Kultur keagamaan yang begitu kental sedikit demi sedikit luntur, namun tidak dapat dikatakan sepenuhnya murni menghilang. Hal ini dibuktikan dengan meredupnya para ulama atau ketib yang sudah tidak lagi memiliki otoritas yang kuat dalam mengendalikan dan menjaga masyarakat Kauman. Bahkan, langgar-langgar yang dulu didirikan oleh para ketib, tidak lagi berfungsi dengan baik dan dapat dikatakan beralih fungsi menjadi tempat tinggal. Tidak berfungsi dan beralih fungsinya langgar-langgar tersebut, menjadikan Masjid Gedhe sebagai pusat keagamaan dari dulu hingga sekarang. (Adaby Darban, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000) Berangkat dari keterangan diatas, dalam karya ini tema yang diambil penulis adalah sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman. Selain itu, narasumber yang dipilih penulis adalah tokoh-tokoh masyarakat yang memang mengetahui tentang sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman dan beberapa penduduk sekitar yang paham tentang kehidupan di Kampung Kauman. Dalam karya ini, penulis juga berusaha menyajikan sesuatu sebagaimana adanya, meskipun tentu saja menyajikan sesuatu secara objektif itu hampir tidak mungkin (Wibowo, Fred. 2007).

6 6 Dari pemikiran-pemikiran inilah, penulis memilih format dokumenter dengan judul KAUMAN UNDERCOVER. Makna dari judul ini sendiri memiliki arti mengupas dan memahami seluk beluk dalam segala aspek tentang sebuah kampung/pemukiman di Yogyakarta yang bernama Kauman Alasan Pemilihan Tema Dalam pembuatan film dokumenter yang berjudul KAUMAN UNDERCOVER, penulis mengangkat sebuah cerita yang mengulas sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta. Hal ini dikarenakan sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta berbeda dengan Kampung Kauman di kota-kota lain. Mulai dari perkembangan dan perubahan yang terjadi di kehidupan sosial masyarakat, kehidupan beragama, pendidikan, ekonomi, hingga perubahan-perubahan signifikan yang sangat mencolok di Kampung Kauman Alasan Pemilihan Jenis Karya Format karya yang dihasilkan penulis dalam Proyek Akhir yang berjudul KAUMAN UNDERCOVER adalah Film Dokumenter. Film dokumenter dengan durasi kurang lebih 15 menit, penulis sebagai Produser dituntut untuk memilah dan memilih informasi mana saja yang pantas untuk dijadikan bahan pembuatan film dokumenter, sehingga pesan yang ingin disampaikan mampu diinformasikan dalam waktu yang singkat. Selain itu, dokumenter memiliki satu kelebihan sebagai sarana informasi sekaligus sebagai media promosi, yaitu kemampuannya untuk menampilkan hal-hal yang selama ini belum pernah dipublikasikan atau diketahui orang lain.

7 7 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dan penjabaran mengenai sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta pada latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan, sebagai berikut : 1. Bagaimana memproduksi sebuah program dokumenter yang mengulas tentang sejarah, perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta? 2. Bagaimana teknik, peranan serta tanggung jawab Produser dalam program Dokumenter Kauman Undercover? 1.3 Tujuan Setelah mencoba menjabarkan beberapa perumusan masalah, adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam karya ini, yaitu : 1. Menjelaskan bagaimana memproduksi sebuah program dokumenter yang mengulas tentang sejarah, perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta 2. Menjelaskan teknik, peranan serta tanggung jawab Produser dalam program Dokumenter Kauman Undercover 1.4 Batasan Masalah Untuk membatasi masalah yang berkaitan dengan sejarah dan perkembangan Kampung Kauman Yogyakarta, penulis lebih menitikberatkan job description selaku Produser dalam program dokumenter, sebagai kompetensi pilihan yang dikuatkan dalam berkarya. Adapun batasan masalah bagi penulis agar menghasilkan sebuah karya dokumenter yang baik, yaitu : 1. Judul yang dipilih adalah Kauman Undercover, dengan harapan pemirsa atau penonton yang menyaksikan program yang berformat dokumenter ini dapat lebih mengenal sejarah dan perkembangan suatu kampung

8 8 yang bernama Kauman yang merupakan salah satu perkampungan Islam yang terletak di Yogyakarta. 2. Penulis menitikberatkan job description selaku Produser dalam program Kauman Undercover yang berformat dokumenter, sebagai kompetensi pilihan yang dikuatkan dalam berkarya. Bagaimana perananan serta tanggung jawab seorang Produser mulai dari tahapan Pra Produksi hingga Pasca Produksi. 1.5 Manfaat Manfaat Akademis Sebagai dokumen dan arsip dalam bentuk karya audio visual. Sebagai referensi untuk pembelajaran mahasiswa di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu dan kualitas belajar di Universitas Dian Nuswantoro Semarang Manfaat Praktis Menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah Kampung Kauman Yogyakarta tempo dulu hingga sekarang. Sebagai acuan bagi penulis untuk menciptakan sebuah karya. Bukti penulis mampu mengaplikasikan ide kreatif menjadi sebuah karya dokumenter Manfaat Sosial Sebagai sarana media pembelajaran bagi masyarakat yang melihat tayangan ini.

9 9 Sebagai sarana media informasi mengenai tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi yang mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Sebagai tayangan yang mampu memberikan informasi menarik terhadap masyarakat yang menontonnya. 1.6 Metode Pengumpulan Data Metode yang dilakukan penulis untuk penyusunan proposal ini adalah dengan cara melakukan survey langsung ke lapangan yang didasari dengan pengumpulan data untuk bahan pertimbangan sebagai salah satu usaha dalam penyusunan proposal ini Teknik Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data-data yang ada di Kampung Kauman Yogyakarta untuk melengkapi proposal, yang kemudian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di Kampung Kauman Yogyakarta. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : 1. Observasi (Pengamatan) Pengamatan ini dimaksudkan untuk melihat langsung keadaan disekitar Kampung Kauman Yogyakarta. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa orang sejarawan, serta tokoh-tokoh masyarakat di daerah Kampung Kauman. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara lengkap sehubungan dengan sejarah dan perkembangan Kampung Kauman Yogyakarta sejak awal mulai hingga sekarang.

10 10 3. Dokumentasi Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh berbagai dokumen atau data tertulis, serta gambar yang relevan dengan penelitian yang dilakukan Pemilihan Narasumber Dalam mencari informasi yang lebih akurat mengenai sejarah dan perkembangan Kampung Kauman, penulis memilih beberapa tokoh masyarakat, seperti : 1. Sejarawan 2. Tokoh masyarakat di Kampung Kauman Yogyakarta 3. Penduduk sekitar Kampung Kauman Yogyakarta Pemilihan Lokasi Penulis memilih Kampung Kauman Yogyakarta sebagai lokasi pengambilan gambar, karena dinilai sesuai dengan karya yang akan penulis hasilkan. Selain itu, penulis juga memilih beberapa bagian dari kota Yogyakarta yang memiliki ciri khas dan juga berkaitan erat dengan sejarah Kampung Kauman.

11 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Tema Sejarah Sejarah dapat diartikan sebagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang mempunyai pengaruh besar sehingga peristiwa tersebut mendapat andil dalam peradaban kehidupan manusia dalam suatu ruang lingkup tertentu. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol, yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian, seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan satu sama lain yang saling berhubungan untuk membentuk sesuatu menjadi hidup. Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang dimana kehidupan itu ada. Lambang pohon menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan. Adapun pendapat dari beberapa tokoh mengenai definisi pengertian sejarah, antara lain : 1. Menurut Drs. Sidi Gazalba, sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang berlaku. (Drs. Sidi Gazalba, 1966, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta, hlm. 11.)

12 12 2. Menurut R.G. Collingwood, sejarah ialah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau. (Collingwood R.G. The Idea Of History, Oxford University Press, 1966, hlm. 39.) 3. Menurut E.H. Carr dalam buku teksnya What is History, sejarah adalah dialog yang tak pernah selesai antara masa sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya. (Carr E.H., What Is History. Pelicon Book. London ) 4. Menurut Shafer, sejarah adalah peristiwa yang telah lalu dan benar-benar terjadi. (Shafer R.G. Jones, A Guide To Historical Method, Illineis, hlm. 2.) Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas tidaklah sama dalam hal isi, taraf, dan tujuannya. Namun, dapat diambil beberapa unsur pokoknya, yakni adanya peristiwa, kisah, dan ilmu sejarah Yogyakarta Daerah istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini beribukota di Yogyakarta. Dari nama daerah ini, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya provinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun ) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang

13 13 makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa). Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri, di jaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman kemerdekaan disebut dengan nama daerah Swapraja. (Suwarno PJ, 2008, Hamengkubuwono IX Dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta, hlm.35) Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755, didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. (Suwarno PJ, 2008, Hamengkubuwono IX Dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta, hlm.56) Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua dinyatakan dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941 No. 47 dan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblad 1941 No Pada saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden Republik Indonesia, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daearah Pakualaman menjadi

14 14 bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan hukumnya adalah : 1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia 2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendirisendiri secara terpisah) 3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu naskah). (Ki Sabdacarakatama, 2011, Sejarah Keraton Yogyakarta, hlm.15) Dari 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949, Yogyakarta menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia. Dimasa perjuangan, Yogyakarta bahkan mengalami saat-saat yang sangat mendebarkan, hampir saja Negara Republik Indonesia tamat riwayatnya. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang berkumpul dan berjuang di Yogyakarta mempunyai kenangan tersendiri tentang wilayah ini. Apalagi pemuda-pemudanya yang setelah perang selesai, melanjutkan pendidikannya di Universitas Gajah Mada, sebuah Universitas Negeri yang pertama didirikan oleh Presiden Republik Indonesia, sekaligus menjadi monumen hidup untuk memperingati perjuangan Yogyakarta. Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan peranan yang sangat menentukan

15 15 dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta. Dengan dasar pasal 18 Undang-Undang 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat I, tetap lestari dengan mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati. Pasal 18 Undang-Uundang Dasar 1945 menyatakan, bahwa pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam Daerahdaerah yang bersifat Istimewa. Sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-Undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah atau Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman. Sebagai ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. (Aburrahman Surjomihardjo, 2003, Kota Yogyakarta Tempo Doloe)

16 16 Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaankerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram. Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di Provinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia. Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi Provinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru wisata malam. Disamping predikat-predikat diatas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia.

17 Kauman Kauman adalah sebuah kampung yang terletak di kelurahan Ngupasan, kecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Asal muasal adanya Kampung Kauman di Yogyakarta adalah berawal dari ditempatkannya abdi dalem Pamethakan yang memiliki tugas mengurusi masalah keagamaan. Nama kauman sendiri berasal dari kata pa-kaum-an, yang dimana Pa berarti tempat, kaum dari kata qaaimuddin yang berarti penegak agama. Jadi, Kauman adalah tempat para penegak agama atau para ulama. (Ahmad Adaby Darban,2000, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah,hlm.3) Berdasarkan beberapa sumber dan fakta sejarah yang ditemukan, gambaran Kampung Kauman Yogyakarta tempo dulu adalah sebuah kampung yang dihuni oleh para ulama, Pengulu Kraton dan 9 Ketib. Perkembangan sosial perkampungan para ulama, berkembang dengan pernikahan indogami, yang membuat satu kampung memiliki ikatan kekerabatan dan ikatan keagamaan, sehingga solidaritas yang dimiliki kuat, baik dalam membela agama Islam, keadilan dan kebenaran, maupun juga membela komunitasnya. Pada tahun 1912 merupakan tahun monumental bagi Kauman, yaitu munculnya seorang ulama yang cerdas dan memiliki perspektif yang tepat dalam pencerahan masa depan, K.H. Ahmad Dahlan. Dalam rangka memajukan dan mengembangkan umat Islam, K.H Ahmad Dahlan memiliki jurus yang handal, yaitu : 1. Menggerakkan Sosial-keagamaan. 2. Menggerakkan pembaharuan pendidikan Islam. 3. Menggerakkan pemurnian Islam, kembali pada Al Qur an dan Sunnah Rasulullah.

18 18 Gerakan yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan diberi nama Muhammadiyah. Dengan adanya Muhammadiyah ini, Kampung Kauman mulai dikenal oleh masyarakat luas secara Nasional maupun Internasional. Kauman juga dikenal sebagai tempat persemaian ulama dan gudangnya ulama serta muballigh atau muballighot. Di Kampung Kauman memiliki Perguruan Bela-diri yang khas, bernama Tapak Suci. Tapak Suci di samping sebagai media membangun jiwa dan raga bagi generasi muda Kauman, juga pada kelahirannya dipersiapkan untuk pertahanan menghadapi kaum Komunis (PKI). Pada perkembangannya, Tapak Suci secara resmi menjadi bagian dari Muhammadiyah sebagai Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan selanjutnya menjadi Beladiri yang menasional dan juga mengglobal. (Ahmad Adaby Darban,2000, Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah,hlm.49) Dalam berbagai era perjuangan, Kampung Kauman punya andil yang tidak sedikit, antara lain menghadapi penjajah di Zaman Jepang, yang dimana para ulama Kauman berani menentang Seikere, sehingga sekolah-sekolah Muhammadiyah dan warga Kampung Kauman tidak diwajibkan Seikere. Putera-putera Kauman menjadi motor di pasukan Hizbullah Sabilillah, dan kemudian dari Kauman pula didirikan Markas Ulama Asykar Perang Sabil (MU-APS) yang pusatnya di Gedung Pejagan Plataran masjid Gedhe. Pasukan-pasukan yang dimotori oleh putera-putera Kauman ini ikut perang gerilya membantu TNI sampai ke Semarang, Ambarawa, Kedu, dan Kebumen. (Aburrahman Surjomihardjo, 2003, Kota Yogyakarta Tempo Doloe, hlm.62) Dalam peristiwa Kota Baru, Plataran Masjid Gedhe juga digunakan menyusun kekuatan untuk penyerbuan, putera-putera Kauman pun ikut aktif dan juga ada yang menjadi korban sebagai

19 19 pahlawan. Plataran Masjid Gedhe Kauman pun dipakai juga untuk menyusun kekuatan dalam rangka penumpasan pemberontakan PKI, dan juga Demonstrasi Pembubaran PKI tahun 1965 karena pemberontakan G-30S/PKI. Dari tuntutan Demonstrasi Generasi Muda Islam (GEMUIS) Yogyakarta, maka PKI dibekukan di Yogyakarta. Plataran Masjid Gedhe Kauman juga dikenal sebagai ajang perjuangan umat, karena angkatan 1966 (KAMI-KAPPI-KAWI- KASI) bila demonstrasi berangkat dari plataran Masjid Gedhe. Demonstrasi untuk Reformasi dan menurunkan rezim Soeharto salah satu tempat konsentrasinya adalah plataran Masjid Gedhe Yogyakarta, dan warga Kauman pun ikut berpartisipasi, baik tenaga maupun logistiknya. (Adaby Darban, Sejarah Kauman, Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Penerbit Terawang, Yogya, 2000.) 2.2 Landasan Karya Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1992, definisi Film yaitu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya Dokumenter Film Dokumenter merupakan satu bentuk produk audio visual yang menceritakan suatu fenomena keseharian. Fenomena tersebut cukup pantas diangkat menjadi perenungan bagi penonton. Materi dokumenter dapat berupa cerita tentang keprihatinan sosial, pengalaman, dan pergulatan hidup yang memberikan inspirasi dan

20 20 semangat hidup bagi penonton, atau kilas balik dan kupasan tentang peristiwa yang pernah terjadi dan ada kaitannya dengan masa sekarang. (Brata, 2007:57) Video Dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, video dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. (Javandalasta, 2011:2) Kunci utama dalam dokumenter merupakan penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Dokumenter merekam peristiwa yang sungguh terjadi dan bukan menciptakan suatu kejadian. Suatu film dokumenter dapat dikatakan bagus apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut ini: 1. Merupakan para pelaku yang sesungguhnya. 2. Tidak memiliki tokoh protagonis dan antagonis. 3. Struktur film sederhana. 4. Film berisi kenyataan atau fakta, bukan rekayasa. Dokumenter terbagi menjadi beberapa bentuk, yaitu: 1. Dokumenter berdasarkan stock shot Program dokumenter yang berdasarkan stock shot ini tinggal menyusun daftar shot yang diperlukan dan mencarinya di perpustakaan. Kekurangan shot tertentu dengan mudah diupayakan dengan pengambilan baru. (Sutisno, 1993:74) 2. Dokumenter yang didramatisir Format ini lebih sesuai menggunakann model screenplay teatrikal karena aspek visual dan aureal dapat

21 21 diketahui sebelumnya dan dapat direncanakan seperti halnya sebuah drama yang disutradarai. 3. Dokumenter model instruksional Jenis ini termasuk dokumenter yang sebenarnya karena shootingnya tidak dapat direncanakan cepat sebelumnya. Dokumenter jenis ini banyak dirancang khusus untuk mengajari penonton bagaimana melakukan berbagai macam hal yang mereka ingin lakukan. Melalui pengertian dokumenter menurut beberapa para ahli, Gerzon R. Ayawaila membagi film dokumenter menjadi 12 jenis, yaitu : 1. Laporan Perjalanan Jenis dokumenter ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun, dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary, dan adventures film. 2. Sejarah Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya), sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. 3. Potret Biografi Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama

22 22 biasanya seseorang yang dikenal luas atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan maupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Kedua, biografi yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya. Ketiga, profil. Subgenre ini walaupun banyak persamaannya namun memiliki perbedaan dengan dua di atas terutama karena adanya unsur pariwara (iklan atau promosi) dari tokoh tersebut. 4. Nostalgia Film film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok. 5. Rekonstruksi Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. 6. Investigasi Jenis dokumenter ini kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

23 23 Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan, di beberapa film aspek rekonstruksinya digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subjek di dalamnya. 7. Perbandingan dan Kontradiksi Dokumenter ini menngetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu. 8. Ilmu Pengetahuan Film dokumenter genre ini sebenarnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia. Jenis ini bisa terbgai menjadi subgenre yang sangat banyak: a. Film Dokumenter Sains Film ini biasanya ditujukan untuk publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan sebagainya. b. Film Instruksional Film ini dirancang khusus untuk mengajari pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal mereka ingin lakukan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bungan yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya. 9. Buku Harian (Diary) Seperti halnya sebuah buku harian, maka film bergenre ini mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Dari segi pendekatan, film jenis ini

24 24 memiliki beberapa ciri, yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi unsur suara lebih banyak digunakan serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil. 10. Musik Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa 1980 hingga sekarang. Dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi, namun dalam membuat jenis dokumenter ini tidak semuanya merupakan dokumentasi konser musik ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan sebuah album. 11. Association Picture Story Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka. 12. Dokudrama Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari yang mirip dengan tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya. Di dalam dokumenter, terdapat dua unsur utama, yaitu:

25 25 a. Gambar (visual) Gambar yang diambil berdasarkan peristiwa tertentu. Orangorang yang direkam. Orang-orang yang direkam dalam video tersebut benar-benar ada dan pernah ada bukan sebagai pemeran yang menggantikan seseorang dalam video tersebut. (Gatot Prakoso, Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimentel, dan Film Dokumenter) b. Kata-kata (verbal) Kata-kata dalam video dokumenter berasal dari penuturan langsung dari subjek yang menjadi tokoh dalam video dokumenter tersebut. Kata-kata yang dilontarkan biasanya berupa kesaksian atas sejarah maupun peristiwa tertentu. Namun kata-kata tersebut juga bisa berasal dari narator atau narasumber untuk menggambarkan peristiwa maupun memberikan keterangan tertentu pada tempat-tempat yang direkam dalam gambar. (Gatot Prakoso, Film Pinggiran: Antologi Film Pendek, Film Eksperimentel, dan Film Dokumenter) Produser (Producer) Dalam memproduksi sebuah program ataupun film, tidak lepas dari peran dan tanggung jawab seorang Produser. Produser adalah seseorang yang bertanggungjawab terhadap perencanaan suatu siaran program ataupun film. (Tommy Suprapto, Berkarir Di Bidang Broadcasting, 2008) Secara umum Produser memiliki tanggungjawab dalam sebuah produksi film atau siaran televisi, dari mulai pra produksi, produksi, hingga paska produksi.

26 26 Dalam bukunya, Tommy Suprapto juga menyebutkan tugas pokok dari seorang Produser, antara lain: 1. Menciptakan dan mengembangkan ide untuk memproduksi sebuah program siaran ataupun film. 2. Membuat desain produksi 3. Menentukan tim kreatif 4. Menentukan satuan kerja produksi 5. Bersama dengan pengarah acara memilih dan menentukan pengisi acara 6. Menyusun anggaran biaya produksi 7. Melakukan koordinasi, promosi, dan publikasi 8. Melakukan evaluasi terhadap program maupun film yang diproduksi Dalam produksi sebuah program ataupun film dokumenter, jabatan Produser seringkali merangkap sebagai Penulis Naskah, maupun Sutradara. Itu merupakan kelebihan dalam produksi sebuah dokumenter. Hal ini dilakukan untuk menekan budget dan juga efisisensi waktu. Yang paling utama yang harus diperhatikan ketika menjabat sebagai seorang Produser adalah, mampu mengantisipasi segala macam situasi dan juga kondisi yang terjadi di lapangan ketika sedang berlangsung produksi program maupun film itu sendiri. Seorang Produser dituntut untuk selalu cepat dan tanggap dalam menghadapi segala jenis masalah, dan memiliki kemampuan untuk menganbil keputusan di bawah tekanan. Sebelum melakukan proses produksi, Produser harus melakukan persiapan yang matang bersama dengan kru yang telah ditentukan. Dalam hal ini, seorang Produser Dokumenter, sebaiknya memeriksa kembali hasil riset yang telah didapatkan sebelumnya,

27 27 dievalusi, kemudian dibuat checklist segala kebutuhan untuk memudahkan proses produksi Tugas Produser Seperti yang telah kita ketahui, sebelum merencanakan suatu program ataupun film, dibutuhkan sebuah ide. Ide merupakan buah pikiran dari seorang perencana program atau film dalam hal ini adalah Produser. Sesuai dengan teori komunikasi, ide merupakan rancangan pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penonton, melalui medium televise dengan maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, sewaktu akan menuangkan idenya dalam bentuk naskah, harus selalu memperhatikan factor penonton, agar apa yang disajikan dalam bentuk acara siaran tersebut dapat mencapai sasarannya. (Fitriyan G. Dennis, Bekerja sebagai Produser) Adapun tugas dan tanggungjawab seorang Produser terbagi dalam tiga tahap, yaitu: 1. Pra Produksi a. Mengembangkan konsep gagasan b. Membuat rencana biaya produksi c. Menentukan kru produksi d. Berdiskusi dengan penulis naskah e. Berdiskusi dengan kru produksi f. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh rencana produksi 2. Produksi a. Mengawasi kegiatan produksi secara keseluruhan b. Menentukan gambar-gambar yang akan digunakan

28 28 c. Sebagai pimpinan pelaksana produksi 3. Paska Produksi a. Menyetujui hasil akhir sesuai dengan rencana yang telah ditentukan b. Mengadakan koordinasi dengan stasiun penyiaran untuk promosi atau publikasi (Alan Wurtzel, Television Production, 2012) Dalam melaksanankan tugasnya, seorang Produser akan selalu mengembangkan programnya agar dapat sesuai dengan rencana awal da sekaligus mampu memenuhi kebutuhan pasar / penonton Tahapan Kerja Produser Di dalam bukunya Television Production, Alan Wurtzel menguraikan kerja produser untuk memproduksi program siaran televisi, For Stage of Television Production. Keempat tahapannya adalah sebagai berikut: a. Pre Production Planning Tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan yang akan datang atau tahap perencanaan.bermula dari timbulnya sebuah gagasan atau disebut ide, ini merupakan tanggung jawab seorang produser tapi dapat saja datangnya dari luar, hanya tanggung jawab ide tadi diambil alih oleh produser dari acara yang bersangkutan Dengan bertitik tolak dari gagasan tadi, produser yang bersangkutan segera mulai melakukan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk bahan pengembangan, selanjutnya data dan fakta yang diperoleh

29 29 segera meminta kepada penulis naskah untuk menuangkan dalam bentuk tulisan Apabila naskah dinilai telah memenuhi sarat,maka produser menyelengarakan planning meeting, dengan mengundang anggota kerabat kerja inti yang terdiri dari pengarah acara, technical director, audio engineer, engineering, art director. Dalam planning meeting produser melakukan pendekatan produksi tentang rencana produksinya dan seluruh anggota inti memberikan berbagai masukan, sehingga akhirnya rencana produksi tadi akan dapat direalisasikan atas kesepakatan bersama. Selanjutnya produser mempersiapkan berbagai hal yang bersifat mendukung rencananya, misalnya merencanakan anggaran yang diperlukan. Sedangkan anggota inti dengan selesainya planning meeting berarti telah mempunyai bahan-bahan sebagai rencana kerja, yang bersifat mendukung rencana produksi nantinya. b. Setup and Rehearsal Setup merupakan tahap persiapan-persiapan yang bersifat teknis dan dilakukan oleh anggota inti bersama kerabat kerjanya, sejak dari mempersiapkan peralatan yang akan digunkan baik untuk keperluan di dalam maupun di luar studio, seperti mempersiapkandenah. Sedang masalah latihan tidak saja berlaku bagi para artis pendukungnya, tapi sangat penting pula bagi anggota keraba kerja seperti peñata lampu, peñata suara, kameramen, switcher, floor director sampai ke pengarah acaranya sendiri. Dalam latihan ini dipimpin langsung oleh pengarah acara.

30 30 c. Production Production adalah upaya merubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif bagi radio dan bentuk audio visual untuk televisi. Seperti telah kita ketahui bahwa pelaksanaan produksinya tergantung dari naskahnya, dengan demikian karakter produksi lebih ditentukan oleh karakter naskahnya yang mana naskah merupakan hasil perenungan ide. Karakter produksi dibagi atau ditentuka menurut lokasinya: a. Produksi yang diselenggarakan sepenuhnya di dalam studio b. Produksi yang sepenuhnya diselenggarakan di luar studio c. Produksinya merupakan gabungan di dalam dan di luar Sedangkan kamera yang digunakan dapat meggunakan kamera labih dari satu kamera atau hanya menggunakan satu kamera jinjing. d. Post Production Pada tahapan terakhir merupakan tahapan penyelesaian atau tahap penyempurnaan, dari bahan baik yang berupa pita auditif maupun pita audio visual. Tahap penyelesaian meliputi : 1. Melakukan editing baik gambar atau suara 2. Pengisian grafik pemangku gelar atau berupa insert visualisasinya 3. Pengisian narasi 4. Pengisian sound efek dan ilustrasi 5. Melakukan evaluasi terhadap hasil produksinya

31 31 Di dalam evaluasi ini dapat saja hasil produksi tadi dinyatakan layak siar, tetapi dapat pula masih diberikan beberapa catatan misalnya, masalah ilustrasi, editing gambar dan sebagainya, sehingga masih harus dilakukan perbaikan.

32 32 BAB III METODE PENCIPTAAN KARYA 3.1 Deskripsi Karya Penulis memilih format dokumenter dalam produksi ini, isi cerita dalam dokumenter bersifat sejarah. 1. Nama Program : Kauman Undercover 2. Kategori Program : Edukatif Informatif Sejarah 3. Media : Audio Visual (TV) 4. Format program : Dokumenter 5. Format Produksi : Outdoor 6. Target Audience : Anak-anak, Remaja, Dewasa 7. Jenis Kelamin : Perempuan dan Laki-laki 8. Strata Ekonomi Sosial : A, B, C, D, dan E 9. Karakter Produksi : Tapping 10. Durasi : ± 15 Menit 3.2 Obyek Karya dan Analisa Obyek Dalam karya ini penulis mengangkat tema sejarah, khususnya sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta. Latar belakang sejarah dan perkembangan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta yang membuat penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah karya berformatkan dokumenter. Kauman merupakan ciri khas kebudayaan Jawa yang lebih dekat dengan agama Islam. Ciri khas utama kauman adalah adanya masjid wali, bundaran alun-alun, pusat pemerintahan, dan pasar tradisional. Walaupun rumus tersebut tidak harus sama. Keempat pilar utama tersebut yang menjadikan pencirikhasan Kauman. Masjid sebagai tempat ibadah, bundaran

33 33 alun-alun sebagai sarana sosial masyarakat dan pemerintah, pasar tradisional sebagai pusat bisnis dan kebutuhan sehari-hari, dan pusat pemerintahan merupakan pengatur regulasi yang diterjemahkan kedalam peraturan. Dalam karya ini penulis lebih memilih Yogyakarta sebagai tempat pencarian data dan produksi karya ini, dibandingkan kota-kota lain yang juga memiliki desa atau Kampung Kauman. Yogyakarta dipilih karena sejarah pembentukan Kampung Kauman erat hubungannya dengan berdirinya Keraton Ngayogyakartadiningrat. Selain itu, sejarah mencatat banyak ulamaulama penting yang berasal dari Kampung Kauman Yogyakarta, serta tidak lupa berdirinya organisasi Islam pertama atau yang lebih dikenal dengan nama Muhammadiyah. Objek dalam karya ini tentu adalah Kampung Kauman Yoyakarta. 3.3 Komparasi Program Setiap program pasti memiliki ciri khas atau kekuatan tersendiri sebagai daya tarik, baik menciptakan konsep baru maupun memodifikasi program yang sudah ada, begitu pula dengan program dokumenter Kauman Undercover yang terinspirasi dari beberapa program, diantaranya : 1. Tarung Kompas TV Salah satu program terbaru dari Kompas TV ini merupakan sebuah petualangan seorang penulis novel sekaligus seorang comic, Raditya Dika dalam mempelajari ilmu seni bela diri tradisional. Program acara Tarung yang berformatkan film dokumenter ini tidak hanya sekadar menayangkan ilmu seni bela diri semata, namun disini Raditya Dika juga menyelami berbagai kebudayaan daerah tempat dimana bela diri tradisional itu berada.

34 34 2. Eagle Award Documentary Competition Metro TV Sebuah program acara Metro TV yang diciptakan sebagai ajang kompetisi film dokumenter setiap satu tahun sekali yang diperuntukkan bagi para kaum muda dalam menyampaikan kreatifitas mereka menjadi sebuah catatan sejarah yang divisualkan. Ajang yang satu ini dapat dikatakan cukup menarik perhatian, karena dari kompetisi ini sering melahirkan documentary film maker yang berkualitas. Tujuan dari diadakannya Eagle Award Documentary Competition ini adalah untuk mendorong kemajuan industri film dokumenter Indonesia dengan menghasilkan sineas muda dokumenter. 3.4 Perencanaan Konsep Kreatif dan Konsep Teknis Konsep Kreatif Kekhasan Kauman Undercover berada di format penyajiannya yang membahas mengenai sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta yang belum pernah dibahas oleh program acara lain. Hal ini yang kemudian membuat penulis tertarik mengangkatnya sebagai sebuah karya dalam Proyek Akhir ini dengan format dokumenter. Konsep yang penulis tuangkan dalam Proyek Akhir ini adalah sebuah dokumenter sejarah dengan gaya penyajian yang menarik serta menggunakan struktur penuturan yang naratif. 1. Penulis Naskah Ketika ide dan konsep program yang akan diproduksi sudah jelas, penulis sebagai Produser berdiskusi dengan Penulis Naskah tentang bagaimana bentuk dan format naskah dokumenter tersebut. Dimulai dari menentukan alur cerita yang akan digunakan serta membuat treatment yang kemudian akan dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah naskah yang utuh oleh Penulis Naskah.

35 35 Dalam proses riset dan penulisan naskah, Produser banyak berdiskusi dengan narasumber dan juga Penulis Naskah, tentang informasi apa saja yang akan diangkat dalam Kauman Undercover. 2. Pengarah Acara Ketika proses penulisan naskah telah selesai, penulis sebagai Produser akan berdiskusi dengan Pengarah Acara tentang bagaimana menginterpretasikan naskah yang sudah jadi ke dalam bentuk audio visual. Siapa saja narasumber yang akan digunakan, setting waktu dan juga tempat, serta peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk proses produksi. 3. Kameraman Dalam produksi ini, selain menjadi Produser, penulis juga merangkap jobdesc sebagai kameraman. Hal ini selain memudahkan, namun juga menghemat biaya pengeluaran. Penulis sebagai produser tentunya sudah memahami seperti apa konsep dokumenter yang akan diproduksi. Terutama setelah berdiskusi dengan Pengarah Acara, penulis sebagai Produser yang juga merangkap sebagai Kameraman sudah mengerti visual seperti apa yang akan diambil ketika produksi dan yang sesuai dengan konsep serta naskah yang telah dibuat sebelumnya. Mengacu pada treatment yang telah disepakati penulis sebagai Produser bersama dengan Pengarah Acara, dapat memudahkan Kameraman untuk mengambil gambar disaat produksi. 4. Editor Setelah proses produksi selesai, saatnya tahapan editing. Semua file audio dan juga visual, serta naskah akan diserahkan kepada editor. Dalam hal ini penulis selain sebagai Produser dan juga Kameraman, merangkap sebagai editor. Untuk Kauman

36 36 Undercover, editor yang digunakan ada 2 orang. Dalam proses paska produksi ini, kami bersama-sama berdiskusi tentang tampilan akhir dari program Kauman Undercover. Logging, layout, dubbing, serta statement narasumber yang mana saja yang akan digunakan. Sebagai Produser, tentunya penuis sudah memahami konsep secara mendalam, sehingga tidak merasa terlalu kesulitan dalam menjalani proses editing. Dengan panduan naskah dan juga berdiskusi dengan editor yang lain, proses editing program Kauman Undercover tidak mengalami kesulitan yang terlalu berarti Sinopsis Program dokumenter yang berdurasikan sekitar kurang lebih lima belas menit ini menginformasikan mengenai sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman Yogyakarta. Diawali dengan background coklat dengan kalimat pembukaan sebagai opening awal lalu opening tune, kemudian dilanjutkan dengan visual gambar tulisan Kota Yogyakarta, suasana Kota Yogyakarta, lalu Tugu Yogyakarta serta tempat-tempat bersejarah yang ada di kota Yogyakarta, narator mulai menjelaskan tentang kota Yogyakarta, Kampung Kauman Yogyakarta, fungsi Kampung Kauman Yogyakarta jaman dahulu, hingga perubahan sosial dan perubahan ajaran agama yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Kampung Kauman Yogyakarta, serta statement dari narasumber. Setelah statement dari narasumber, kemudian narator langsung menjelaskan perubahan pola pendidikan dan perekonomian yang terjadi di Kampung Kauman, serta beberapa statement dari narasumber mengenai perubahan tersebut. Selesai

37 37 narasumber menjelaskan perubahan mengenai pola pendidikan dan perekonomian, narator kemudian menjelaskan perubahan yang mencolok di Kampung Kauman, yaitu berubah dan meredupnya para ulama di Kampung Kauman, serta perubahan ketidakberfungsi dan beralih fungsinya langgar-langgar, serta disisipi statement dari narasumber, lalu ditutup dengan closing dari narator.

38 Treatment Tabel 3.1 : Treatment Dokumenter Kauman Undercover NO VISUAL DUR AUDIO 1. Colorbar 2. Identitas Karya 3. Countdown 4. Background Coklat dan Backsound Type tulisan kalimat pembuka hingga selesai Writer Narasi 5. OPENING TUNE Ilustrasi Musik 6. Insert tulisan Kota Yogyakarta Ilustrasi Musik Narasi Suasana Kota Yogyakarta Insert Tugu Yogyakarta Tempat-tempat bersejarah di Kota Yogyakarta 7. Suasana Kampung Ilustrasi Musik Kauman Yogyakarta Narasi Insert Gerbang bertuliskan Kauman Suasana di Masjid Gedhe Kauman 8. Insert peta Ilustrasi Musik Yogyakarta Narasi Keraton Yogyakarta

39 39 Insert foto ketib yang tinggal di Kampung Kauman Insert foto Sri Sultan Hamengku Buwono 1 Suasana Kampung Kauman 9. Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan sosial masyarakat Kampung Kauman 10. Suasana Kampung Kauman Insert foto keluarga masyarakat Kauman jaman dulu Suasana di Masjid Gedhe Insert foto Kyai Haji Ahmad Dahlan Insert papan tulisan Muhammadiyah Kegiatan masyarakat Kauman yang melakukan upacara tradisional pada tempo dulu Sound Up Narasi Ilustrasi Musik Narasi

40 Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan perubahan ajaran agama tradisional masyarakat Kampung Kauman 12. Suasana di Kampung Kauman Insert papan tulisan SD Muhammadiyah 1 dan bangunan sekolah yang ada di Kampung Kauman Suasana kegiatan anak-anak sekolah 13. Insert tulisan pesantren dan bangunan pesantren Suasana kegiatan anak-anak melakukan pesantren Suasana kegiataan pengajian di Masjid Gedhe Insert bangunanbangunan langgar di Kampung Kauman Suasana kegiataan sholat di Masjid Sound Up Narasi Ilustrasi Musik Narasi Ilustrasi Musik Narasi

41 41 Gedhe 14. Pak Budi menjelaskan tentang pola pendidikan masyarakat Kampung Kauman 15. Bangunan-bangunan langgar Kyai Haji Ahmad Dahlan Insert foto-foto murid sekolah jaman dahulu Suasana kegiatan anak-anak sekolah bangunan-bangunan sekolah di Kampung Kauman Suasana kegiatan anak-anak sekolah 16. Suasana di Kampung Kauman Suasana Karnaval di Yogyakarta Insert toko-toko disekitaran Kauman Kegiatan masyarakat Kauman yang sedang membatik Sound Up Narasi Ilustrasi Musik Narasi Ilustrasi Musik Narasi

42 Pak Budi menjelaskan tentang krisis malaise yang melanda pabrik batik di Kampung Kauman 18. Suasana di Kampung Insert bangunanbangunan toko di Kampung Kauman Kegiatan masyarakat Kampung Kauman Kegiatan sholat masyarakat di Masjid Gedhe 19. Insert bangunanbangunan yang didirikan oleh Muhammadiyah Insert foto-foto kegiatan abdi dalem Kampung Kauman 20. Pak Ghifari menjelaskan tentang kyai atau ulama atau ketib di Kampung Kauman 21. Insert bangunanbangunan langgar di Sound Up Narasi Ilustrasi Musik Narasi Ilustrasi Musik Narasi Sound Up Narasi Ilustrasi Musik Narasi

43 43 Kampung Kauman Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe 22. Pak Budi menjelaskan Sound Up Narasi tentang langgar yang ada di Kampung Kauman 23. Cuplikan film Sang Pencerah Ilustrasi Musik Narasi Suasana di Kampung Kauman 24. Pak Budi menjelaskan tentang kegiatan yang Sound Up Narasi ada di Kampung Kauman 25. Bangunan tua di Ilustrasi Musik Kampung Kauman Narasi Suasana di Kampung Kauman Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe 26. Pak Budi menjelaskan Sound Up Narasi tentang harapan di Kampung Kauman kedepannya 27. Insert suasana alam Ilustrasi Musik

44 44 di sore hari Narasi Suasana di Kampung Kauman Kegiatan sholat yang ada di Masjid Gedhe 28. Credit Tittle Ilustrasi Musik Daftar Kru 29. CLOSING TUNE Ilustrasi Musik 30. LOGO UDINUS DAN BROADCASTING

45 Naskah Tabel 3.2 : Naskah Dokumenter Kauman Undercover NO VISUAL DUR AUDIO 1. Colorbar 2. Identitas Karya 3. Countdown 4. Background Coklat...NARASI. dan tulisan kalimat HIDUP TERUS pembuka hingga BERJALAN selesai LAYAKNYA RODA YANG BERPUTAR// SEIRING DENGAN PERPUTARAN WAKTU/ PERUBAHAN DEMI PERUBAHAN AKAN TERUS TERJADI DAN BERKEMBANG SESUAI DENGAN DINAMIKA ZAMAN// NAMUN/ DENGAN ADANYA PERKEMBANGAN YANG TERJADI/ AKANKAH MEMBAWA PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK ATAU JUSTRU SEBALIKNYA?//

46 46 5. OPENING TUNE Ilustrasi Musik 6. Insert tulisan...narasi. Kota DAERAH ISTIMEWA Yogyakarta YOGYAKARTA ATAU Suasana Kota YANG LEBIH Yogyakarta DIKENAL DENGAN Insert Tugu SEBUTAN Yogyakarta YOGYAKARTA/ Tempat-tempat MERUPAKAN SALAH bersejarah di SATU KOTA YANG Kota KAYA AKAN Yogyakarta PREDIKAT/ DILIHAT DARI POTENSI YANG DIMILIKINYA// YA/ ANGGAPAN YANG DEMIKIAN MEMANG BENAR/ KARENA KOTA YANG JUGA TERKENAL DENGAN SEBUTAN KOTA PELAJAR INI/ TERNYATA MENYIMPAN BANYAK SITUS BERSEJARAH/ YANG MENARIK UNTUK DITELUSURI PADA SETIAP SUDUTNYA// HAL INI

47 47 TERBUKTI DENGAN MUNCULNYA SALAH SATU PERKAMPUNGAN ISLAM TERBESAR DI YOGYAKARTA/ YAITU KAMPUNG KAUMAN// 7. Suasana Kampung Kauman Yogyakarta Insert Gerbang bertuliskan Kauman Suasana di Masjid Gedhe Kauman...NARASI. SEPINTAS MEMANG TIDAK ADA YANG BERBEDA DAN ISTIMEWA DARI KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA DENGAN KAMPUNG KAUMAN DI KOTA LAINNYA// NAMUN/ HAL ITU TERTEPIS/ KETIKA MELEWATI GERBANG UTAMA KAUMAN YANG BERDIRI KOKOH LAYAKNYA SEBUAH BENTENG// PEMANDANGAN YANG TIDAK BIASA DENGAN NUANSA ISLAMI YANG

48 48 KENTAL AKAN TERASA/ SAAT MEMASUKI PELATARAN SEBUAH BANGUNAN MASJID TUA NAN MEGAH/ MASJID GEDHE KAUMAN YOGYAKARTA/ YANG DIDIRIKAN PADA TAHUN 1773// DI MASJID INILAH PUSAT DARI SEMUA KEGIATAN KEAGAMAAN DI KAMPUNG KAUMAN DILAKSANAKAN// 8. Insert peta Yogyakarta Keraton Yogyakarta Insert foto ketib yang tinggal di Kampung Kauman Insert foto Sri Sultan...NARASI. BERADA DI KELURAHAN NGUPASAN/ KECAMATAN GONDOMANAN/ KOTA YOGYAKARTA/ LAHIRNYA KAMPUNG KAUMAN MEMANG TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DARI

49 49 Hamengku Buwono 1 Suasana Kampung Kauman KESULTANAN YOGYAKARTA BESERTA BIROKRASI DI DALAMNYA// DIKENAL SEBAGAI KAMPUNG SANTRI/ KAUMAN MERUPAKAN TEMPAT TINGGAL BAGI PARA 9 KETIB YANG DITUNJUK OLEH SULTAN HAMENGKU BUWONO I UNTUK MEMELIHARA/ MENGELOLA/ DAN MEMAKMURKAN MASJID/ SEKALIGUS MENJADI TEMPAT TINGGAL BAGI ABDI DALEM GUNA MEMBAWAHI URUSAN KEAGAMAAN// CITRA KAUMAN SEBAGAI KAMPUNG YANG BERNADA ISLAM/ MASIH BISA DIRASAKAN HINGGA

50 50 SEKARANG// HAL INI DIKARENAKAN MASYARAKAT KAUMAN MERUPAKAN MASYARAKAT ENDOGAMI// 9. Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan sosial masyarakat Kampung Kauman.SOUND UP. ORANG-ORANG YANG TINGGAL DI KAUMAN ITU ADALAH ABDI DALEM URUSAN AGAMA YANG DITUGASKAN OLEH KASULTANAN YOGYAKARTA/ OLEH SULTAN MELALUI KYAI PENGHULU// KYAI PENGHULU MERUPAKAN ORANG YANG ATAU REPRESENTASI DARI SULTAN UNTUK URUSAN AGAMA ATAU YANG BISA DIKATAKAN JUGA ITU ADALAH MENTERI AGAMA DARI

51 51 KASULTANAN YOGYAKARTA// DAN ADA HIERARKI YANG TERBANGUN DISANA MULAI DARI KYAI PENGHULU/ DAN DIBAWAHNYA ADA KETIB ATAU KHOTIB// ADA 9 KETIB DI KAUMAN// DAN DIBAWAH KETIB ITU ADA MODIN ATAU MUADZIN/ DAN DIBAWAHNYA ITU ADALAH BARJAMAAH ATAU ABDI DALEM YANG KHUSUS BERTUGAS UNTUK MENGHADIRI SHALAT JAMAAH/ DAN YANG PALING BAWAH ADALAH MERBOT ADALAH ATAU ORANG-ORANG YANG MENJAGA ATAU MEMBERSIHKAN MASJID// DAN MEREKA BERANAK

52 52 PINAK DI KAUMAN/ MEREKA MENIKAH SECARA ENDOGAMI/ ATAU DALAM JARINGAN KEKELUARGAAN ATAU MEMANG BETUL-BETUL ANTARA SATU DENGAN YANG LAIN ITU MENIKAH DENGAN KELUARGA// 10. Suasana Kampung Kauman Insert foto keluarga masyarakat Kauman jaman dulu Suasana di Masjid Gedhe Insert foto Kyai Haji Ahmad Dahlan Insert papan tulisan...narasi. DALAM PERKEMBANGANNYA / KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG KAUMAN LAMBAT LAUN BERUBAH// MASYARAKAT YANG AWALNYA HANYA MENJALIN HUBUNGAN DENGAN KELUARGA KETIB/ MODIN/ BARJAMA AH/ MERBOT/ DAN PENGHULU/ KINI

53 53 Muhammadiyah Kegiatan masyarakat Kauman yang melakukan upacara tradisional pada tempo dulu DAPAT MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MASYARAKAT PENDATANG BARU YANG MENETAP DI KAMPUNG KAUMAN// TIDAK HANYA PERUBAHAN SOSIAL SAJA YANG TERJADI/ NAMUN MASYARAKAT KAMPUNG KAUMAN JUGA MENGALAMI PERUBAHAN DALAM MENJALANKAN SYARIAT ISLAM// HINGGA PADA TAHUN 1912/ MENJADI TAHUN YANG BEGITU MONUMENTAL BAGI KAMPUNG KAUMAN/ KARENA MUNCULNYA SEORANG MUHAMMAD DARWIS ATAU YANG LEBIH DIKENAL DENGAN KYAI HAJI AHMAD

54 Pak Ghifari menjelaskan tentang kehidupan perubahan ajaran agama tradisional masyarakat DAHLAN DALAM MENDIRIKAN ORGANISASI ISLAM/ MUHAMMADIYAH// MUNCULNYA ORGANISASI MUHAMMADIYAH JELAS MEMBAWA PERUBAHAN DALAM AJARAN SYARIAT ISLAM// AKAN TETAPI TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI/ BAHWA PADA MASA SEBELUM ABAD 20 MASEHI/ MASYARAKAT KAUMAN MENJALANKAN AJARAN AGAMA ISLAM DENGAN CARA TRADISIONAL//.SOUND UP. ADA PERUBAHAN SOSIAL YANG DINAMIS DI KAUMAN/ YANG MULANYA KEHIDUPAN

55 55 Kampung Kauman KEAGAMAANNYA BIASA-BIASA SAJA DAN BAHKAN CENDERUNG MENDEKATI TRADISI- TRADISI JAWA/ ANIMISME/ DINAMISME/ ATAUPUN DALAM ISTILAH LAIN ADALAH TAKHAYUL BITH AL KHUROFAT YANG SANGAT DOMINAN DAN MELEKAT DI TENGAH MASYARAKAT ITU/ PERLAHAN-LAHAN MULAI BERUBAH// ADA GERAKAN PEMURNIAN ATAU PURIVIKASI ATAS AGAMA YANG MENGEMBALIKAN KEPADA TUNTUNAN YANG SEBENARNYA/ YAKNI AL-QUR AN DAN HADIST/ YAITU YANG DISUARAKAN

56 56 OLEH AHMAD DAHLAN YANG MERUBAH SECARA SIGNIFIKAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT DI KAUMAN// TIDAK LAGI DITEMUKAN KENDUREN/ TIDAK LAGI DITEMUKAN SLAMETAN- SLAMETAN YANG CENDERUNG KEPADA WILAYAH-WILAYAH YANG TAKHAYUL//...NARASI. BERUBAHNYA AJARAN AGAMA ISLAM DI KAMPUNG KAUMAN MEMANG MEMBAWA WARNA TERSENDIRI// BAHKAN/ KETIKA KATA TIDAK PUAS AKAN KONDISI YANG TERCIPTA/ MAKA TERJADILAH PERUBAHAN DEMI 12. Suasana di Kampung Kauman Insert papan tulisan SD Muhammadiyah 1 dan bangunan sekolah yang ada di Kampung Kauman Suasana kegiatan anakanak sekolah

57 57 PERUBAHAN YANG MENONJOL// SEPERTI JAMAN SEKARANG/ PERUBAHAN JUGA MERUBAH PEMIKIRAN MASYARAKAT AKAN PENTINGNYA MENGENYAM BANGKU PENDIDIKAN/ KHUSUSNYA UNTUK ILMU PENGETAHUAN UMUM// BAHKAN/ BANYAK DARI MEREKA YANG MENEMPUH PENDIDIKAN HINGGA KELUAR NEGERI// HAL INILAH/ YANG PADA AKHIRNYA JUGA DIRASAKAN OLEH MASYARAKAT KAUMAN AKAN PENTINGNYA MENGENYAM SEBUAH BANGKU PENDIDIKAN//

58 Insert tulisan pesantren dan bangunan pesantren Suasana kegiatan anakanak melakukan pesantren Suasana kegiataan pengajian di Masjid Gedhe Insert bangunanbangunan langgar di Kampung Kauman Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe...NARASI. SEBELUM ADANYA REFORMASI ISLAM/ PARA SANTRI KAMPUNG KAUMAN MENGENYAM BANGKU PENDIDIKAN DI PESANTREN/ YANG DIMANA DALAM PENGAJARANNYA HANYA SEPUTAR BIDANG KEAGAMAAN TANPA ADANYA PENGAJARAN UNTUK ILMU PENGETAHUAN UMUM// PARA SANTRI DIDIDIK OLEH PARA KETIB YANG MEMPUNYAI LANGGAR/ YANG DIMANA LANGGAR TERSEBUT BERFUNGSI SEBAGAI TEMPAT IBADAH/ SEKALIGUS PONDOK PESANTREN// TIDAK MENGENYAM HANYA

59 59 BANGKU PENDIDIKAN DI PESANTREN SAJA/ PARA SANTRI YANG TERGOLONG MAMPU/ MENEMPUH PENDIDIKAN HINGGA KE TIMUR TENGAH// YANG MANA SEKEMBALINYA MEREKA KE KAMPUNG KAUMAN/ MEMBAWA PENGARUH YANG BESAR DALAM PERGERAKAN REFORMASI ISLAM// LAHIR SEBAGAI BENTUK PERGERAKAN REFORMASI ISLAM/ MUHAMMADIYAH TURUT MEMBAWA PERUBAHAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN// 14. Pak Budi menjelaskan tentang pola.sound UP. KARENA MUHAMMADIYAH

60 60 pendidikan masyarakat Kampung Kauman MELIHAT/ PENGETAHUAN AGAMA TIDAK PERLU DIPISAHKAN DENGAN PENGETAHUAN UMUM/ SEHINGGA KEMUDIAN DIBUAT MODEL SEKOLAH YANG MENGAJARKAN ILMU PENGETAHUAN AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN UMUM// INILAH YANG KEMUDIAN SAYA PIKIR PUNYA DAMPAK POSITIF BAGI PERKEMBANGAN MASYARAKAT KAUMAN// TIDAK HANYA NGAJI SECARA TRADISIONAL/ TETAPI MENGEMBANGKAN PIKIRAN SESUAI YANG SESUNGGUHNYA DIMULAI DARI AL-

61 61 QUR AN// ITULAH YANG KEMUDIAN MENGEMBANGKAN MASYARAKAT KAUMAN DARI AL- QUR AN YANG DIPELAJARI DAN DIBACA MENJADI AL- QUR AN YANG DIKUASAI DAN DIAMALKAN// SEHINGGA/ MUNCUL KEGIATAN-KEGIATAN MANUSIA BARU// 15. Bangunanbangunan langgar Kyai Haji Ahmad Dahlan Insert foto-foto murid sekolah jaman dahulu Suasana kegiatan anakanak sekolah bangunanbangunan...narasi. TEPAT SATU TAHUN SETELAH LAHIRNYA MUHAMMADIYAH SEBAGAI PERGERAKAN REFORMASI ISLAM/ PADA TAHUN 1913/ MULAILAH DIDIRIKAN SEKOLAH UMUM PERTAMA YANG DIBERI NAMA SEKOLAH KYAI/ YANG DALAM

62 62 sekolah di Kampung Kauman Suasana kegiatan anakanak sekolah PENGAJARANNYA/ MENGAJARKAN ILMU TENTANG MENULIS LATIN/ BERHITUNG/ DAN ILMU BUMI// KEMUDIAN PADA TAHUN 1916/ TIMBUL SUATU KESETARAAN ANTARA SEKOLAH KYAI DENGAN VOLKCSHOOL// ADANYA KESETARAAN ANTARA SEKOLAH KYAI DENGAN VOLKSCHOOL/ MENJADIKAN POLA PENDIDIKAN DI KAMPUNG KAUMAN SEMAKIN BERKEMBANG PESAT// HINGGA PADA TAHUN 1918/ DIDIRIKAN SEKOLAH LANJUTAN DENGAN NAMA QISMUL ASRO / YANG KEMUDIAN DIUBAH MENJADI

63 63 MADRASAH MU ALLIMIN DAN MU ALLIMAT MUHAMMADIYAH// BAHKAN/ UNTUK MENGENALKAN BANGKU PENDIDIKAN PADA ANAK-ANAK/ PADA TAHUN 1924/ DIDIRIKAN PULA SEKOLAH TAMAN KANAK-KANAK PERTAMA DENGAN NAMA BOESTANUL ATHFAL DI KAMPUNG KAUMAN// TIDAK BERHENTI PADA SAAT ITU SAJA/ PADA TAHUN 1926/ JUGA MUNCUL BEBERAPA SEKOLAH YANG TURUT MENDUKUNG ADANYA PENDIDIKAN DI KAMPUNG KAUMAN/ YAITU HIS MET DE QUR AN / MULO MUHAMMADIYAH/

64 64 HIK MUHAMMADIYAH/ SCHAKEL SCHOOL/ DAN LAIN-LAIN// 16. Suasana di Kampung Kauman Suasana Karnaval di Yogyakarta Insert toko-toko disekitaran Kauman Kegiatan masyarakat Kauman yang sedang membatik...narasi. ADANYA PERKEMBANGAN YANG BEGITU BESAR PADA POLA PENDIDIKAN DI KAMPUNG KAUMAN/ MEMBAWA PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK BAGI PARA SANTRINYA// PARA SANTRI YANG MULANYA HANYA MENGENYAM BANGKU PENDIDIKAN DI PESANTREN/ DENGAN TUJUAN UNTUK MENGHASILKAN PARA ULAMA YANG NANTINYA MENJABAT SEBAGAI ABDI DALEM PAMETHAKAN/ KINI

65 65 MAMPU MEMPEROLEH GELAR SARJANA// HAL INILAH YANG DULU MENJADIKAN GELAR ABDI DALEM SEBAGAI MATA PENCAHARIAN POKOK MASYARAKAT KAUMAN// SELAIN MENGANDALKAN GELAR ABDI DALEM/ MASYARAKAT KAUMAN JUGA MENGANDALKAN HASIL DARI TANAH PELUNGGUH YANG DIBERIKAN OLEH SULTAN DAN BERPROFESI SEBAGAI PENGRAJIN BATIK UNTUK MATA PENCAHARIAN MEREKA/ SEHINGGA PENGUSAHA- PENGUSAHA BATIK BERMUNCULAN DI KAMPUNG KAUMAN/

66 66 YANG KEMUDIAN DISEBUT SEBAGAI BATIK HANDEL// MEMASUKI TAHUN 1939/ KRISIS MALAISE YANG MEMPENGARUHI EKONOMI DUNIA/ TURUT MELANDA PEREKONOMIAN DI KAMPUNG KAUMAN// ADANYA KRISIS MALAISE/ MENGAKIBATKAN PERUSAHAAN BATIK DI KAMPUNG KAUMAN PERLAHAN GULUNG TIKAR/ KARENA KESULITAN MENDAPATKAN BAHAN BAKU// 17. Pak Budi menjelaskan tentang krisis malaise yang melanda pabrik batik di Kampung Kauman.SOUND UP. KRISIS EKONOMI GLOBAL TAHUN 30- AN/ ITU MEMANG MENJADI MENARIK/ TIDAK SECARA

67 67 LANGSUNG INDUSTRI BATIK TERPUKUL// KARENA KEMUDIAN INDUSTRI BATIK ITU KAN WAKTU ITU MENJADI INDUSTRI MENENGAH ITU TETAP BISA BERTAHAN// MEMANG PERNAH KESULITAN BAHAN BAKU/ TETAPI KITA LIHAT TAHUN 30-AN/ KEMUDIAN MEMASUKI MASA PERUANGAN REVOLUSI MELAWAN JEPANG MAUPUN BELANDA// INILAH YANG KEMUDIAN SESUNGGUHNYA PERSOALAN JAMAN MALAISE ITU TIDAK BERAKIBAT SECARA LANGSUNG PADA MASYARAKAT KAUMAN/ KARENA KEMUDIAN ORANG

68 68 SUDAH BERKONSENTRASI UNTUK PERJUANGAN KEMERDEKAAN// SEHINGGA/ RELATIF SAYA KALAU SAYA TANYA KE BEBERAPA ORANG YANG MERASAKAN/ MEMANG KEMUDIAN INDUSTRI BATIK ITU KEHABISAN BAHAN BAKU// TETAPI TIDAK MUNGKIN JATUH/ KARENA MEREKA KUASANYA SECARA MENYELURUH MASYARAKAT KAUMAN TERPANGGIL UNTUK BERBICARA SOAL KETIKA MENGHADAPI JEPANG MASUK KEMERDEKAAN DAN SELANJUTNYA// KIRA- KIRA SEPERTI ITU// 18. Suasana di Kampung...NARASI. KAUMAN HARI INI

69 69 Insert bangunanbangunan toko di Kampung Kauman Kegiatan masyarakat Kampung Kauman Kegiatan sholat masyarakat di Masjid Gedhe TIDAK BANYAK BERUBAH SEPERTI KAUMAN TEMPO DULU// MELEWATI LORONG-LORONG/ BANGUNAN- BANGUNAN YANG MENYIMPAN MEMORI-MEMORI TENTANG PERJALANAN SEJARAH KAUMAN MASIH BISA DIJUMPAI DI SETIAP SUDUTNYA// MESKIPUN/ ADA SEBAGIAN BANGUNAN MODERN YANG KINI BERDIRI DI KAWASAN KAMPUNG TERSEBUT// TAPI/ PERLU DIKETAHUI/ BAHWA DI KAMPUNG ISLAM INILAH PERUBAHAN DEMI PERUBAHAN TERJADI//

70 Insert bangunanbangunan yang didirikan oleh Muhammadiyah Insert foto-foto MEMBICARAKAN TENTANG PERUBAHAN/ BUKAN HAL YANG TABU LAGI UNTUK DIPERBINCANGKAN/ KARENA PADA DASARNYA SETIAP ORANG MEMANG MEMBUTUHKAN PERBAIKAN DALAM BERBAGAI BIDANG/ BAIK SOSIAL/ PENDIDIKAN/ EKONOMI/ HINGGA AGAMA// YA/ SALAH SATU KAMPUNG YANG TERKENA IMBAS AKAN PERUBAHAN TERSEBUT ADALAH KAMPUNG KAUMAN//...NARASI. MASUKNYA ORGANISASI PEMBAHARUAN ISLAM DI KAMPUNG KAUMAN/ SEPERTI

71 71 kegiatan abdi dalem Kampung Kauman 20. Pak Ghifari menjelaskan tentang kyai atau ulama atau ketib di MUHAMMADIYAH/ MEMANG MEMBAWA PERUBAHAN YANG SANGAT BESAR DI KEHIDUPAN MASYARAKATNYA// TAPI/ SIAPA SANGKA BAHWA PERUBAHAN- PERUBAHAN YANG TERJADI DI KAMPUNG KAUMAN MEMBAWA DAMPAK YANG SANGAT MENCOLOK// TERBUKTI DENGAN MUNCULNYA SOSOK- SOSOK ULAMA ATAU KETIB YANG MENJADI PENDAMPING MASYARAKAT DI KAMPUNG KAUMAN/ SERTA LAHIRNYA KONSEP KEAGAMAAN YANG CERDAS DAN BERBEDA//.SOUND UP. MUHAMMADIYAH CUKUP BERPERAN

72 72 Kampung Kauman KARENA KYAI-KYAI DI MUHAMMADIYAH ITU JUGA CUKUP BANYAK YANG DARI KAUMAN/ BEGITU JUGA PARA NYAI- NYAI DAN DALAM KONTEKS INI ADALAH MUBALIGHOT- MUBALIGHOT YANG KEMUDIAN MENGGERAKKAN AISYAH ITU JUGA BANYAK DARI KAUMAN// MEREKA CUKUP BISA MENJAGA KULTUR ITU// TETAPI/ KEMUDIAN DI ATAS TAHUN 90-AN/ SEMAKIN SEDIKIT JUMLAHNYA DAN MEMANG SEPERTI KITA KETAHUI BAGAIMANA PERAN GLOBALISASI YANG JUGA PUNYA PERAN

73 73 SIGNIFIKAN MERUBAH PERAN MASYARAKAT DI SUDUT DUNIA MANAPUN DAN ITUPUN JUGA TERJADI DI KAUMAN/ SEHINGGA KULTUR RELIGIUS ITU SEDIKIT DEMI SEDIKIT LUNTUR / TETAPI MEMANG TIDAK BISA DIKATAKAN JUGA MURNI ITU HILANG BEGITU// 21. Insert bangunanbangunan langgar di Kampung Kauman Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe...NARASI. ADANYA SOSOK ULAMA/ SEBAGAI FIGUR KYAI/ MEMANG MENJADI KEKUATAN TERSENDIRI BAGI KAMPUNG KAUMAN DIBANDING DENGAN KAMPUNG LAIN// TAPI PERLU DIKETAHUI/ ADANYA PENGARUH GLOBALISASI YANG

74 Pak Budi menjelaskan tentang langgar yang ada di Kampung Kauman MENYELURUH/ MENGAKIBATKAN PARA ULAMA DI KAUMAN TIDAK LAGI MEMBERFUNGSIKAN LANGGAR-LANGGAR YANG DIDIRIKAN OLEH PARA KETIB SEPERTI TEMPO DULU//.SOUND UP. DULU ANTARA LANGGAR KE MASJID ITU JAUH/ DULU// TAPI/ SEKARANG SEMUA MENJADI SERASA DEKAT/ SEHINGGA KEMUDIAN ADA BEBERAPA LANGGAR YANG TIDAK BERFUNGSI LAGI UNTUK SHALAT LIMA WAKTU// KARENA KEMUDIAN MASYARAKAT SHALAT LIMA WAKTUNYA KE

75 75 MASJID// ITULAH YANG MENJADI BERBEDA// TETAPI/ MASIH ADA LANGGAR-LANGGAR YANG TETAP BERFUNGSI/ SEPERTI LANGGAR AR- ROSYAD DAN LANGGAR MAKMUR YANG LIMA WAKTU JUGA DIGUNAKAN// KARENA KEMUDIAN/ LANGGAR AR- ROSYAD ITU KHUSUS PUTRI/ LANGGAR MAKMUR ITU TEMPATNYA AGAK KE TIMUR// DEMIKIAN JUGA MUSHOLLA AISYIAH/ ITU JUGA TETAP UNTUK KAUM PEREMPUAN/ SEHINGGA TETAP HIDUP// 23. Cuplikan film Sang Pencerah...NARASI. BERALIHNYA MASYARAKAT

76 76 Suasana di Kampung Kauman KAUMAN KE MASJID GEDHE/ MENJADIKAN LANGGAR-LANGGAR DI KAMPUNG KAUMAN TIDAK LAGI BERFUNGSI DENGAN BAIK// LANGGAR YANG DULUNYA RAMAI AKAN KEGIATAN PESANTREN/ PENGAJIAN/ DAN SHOLAT/ KINI BERALIH FUNGSI SEBAGAI RUMAH TINGGAL// WALAUPUN LANGGAR BERALIH FUNGSI/ HAL INI TIDAK MERUBAH KERELIGIUSITASAN KEAGAMAAN DI KAMPUNG KAUMAN/ KARENA KEGIATAN AGAMA MASIH TETAP TERJADI WALAUPUN SEDIKIT BERUBAH//

77 Pak Budi menjelaskan tentang kegiatan yang ada di Kampung Kauman.SOUND UP. BAHWA ADA PERUBAHAN YANG MUNGKIN BISA KITA RASAKAN/ YA// DENGAN BANYAKNYA MEDIA TELEVISI MAU TIDAK MAU INI BERPENGARUH TERHADAP ANAK/ DAN INI SEBENARNYA MENJADI KEPRIHATINAN BAGI KAMI// DEMIKIAN JUGA KESIBUKAN PENDIDIKAN// TETAPI/ ALHAMDULILLAH/ ANAK-ANAK REMAJA KAMPUNG KAUMAN KEMUDIAN MENGAMBIL POLA PENDIDIKAN YANG BERBEDA SAYA KATAKAN SEMAKIN// SEPERTI KEMUDIAN ADA YANG DISEBUT

78 78 PLA (PESANTREN LIBURAN ANAK)// HAL-HAL SEMACAM INI MERUPAKAN USAHA KREATIF YANG DULUNYA TIDAK ADA// TETAPI/ INI SAYA KATAKAN ANAK REMAJA KAUMAN/ KEMUDIAN MENCOBA MENCARI BENTUK YANG SESUAI/ SEPERTI MISALKAN MINGGU PAGI/ ANAK-ANAK DIAJAK JALAN-JALAN SEMACAM OUTBOND LAH// SEMACAM ITULAH/ PENDIDIKAN YANG SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG JUGA MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN AGAMA TERHADAP ANAK- ANAK// 25. Bangunan tua di...narasi.

79 79 Kampung Kauman Suasana di Kampung Kauman Suasana kegiataan sholat di Masjid Gedhe 26. Pak Budi menjelaskan SEGALA BENTUK SITUASI DAN KONDISI YANG ADA DI KAUMAN MEMANG PERLAHAN BERUBAH// PERUBAHAN- PERUBAHAN YANG TERJADI MULAI DARI HAL YANG KECIL HINGGA KE HAL YANG BESAR DI KAUMAN/ MENIMBULKAN HARAPAN-HARAPAN BARU BAGI MASYARAKAT UNTUK KEHIDUPAN BERAGAMA YANG LEBIH BAIK/ SEHINGGA SUASANA KEAGAMAAN DI KAUMAN DAPAT DIPERTAHANKAN DAN TIDAK MUDAH REDUP//.SOUND UP. KAUMAN KEDEPAN

80 80 tentang harapan di Kampung Kauman kedepannya BERUBAH ITU PASTI/ TIDAK ADA YANG TIDAK BERUBAH// CUMA KEMUDIAN/ MENURUT KESADARAN DI MASYARAKAT KAUMAN/ BAIK DARI MASJID TAKMIR GEDHE/ ATAUPUN ORGANISASI MUHAMMADIYAH YANG KEMUDIAN KITA SADARI DENGAN MEMBENTUK 3 PILAR KAUMAN// JADI 3 PILAR KAUMAN ITU/ TAKMIR MASJID GEDHE/ MUHAMMADIYAH KAUMAN/ DAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN/ DALAM HAL INI RW/ ITU SECARA BERSAMA-SAMA KEMUDIAN MERASA

81 81 BERTANGGUNGJAWA B/ DAN KEMUDIAN INILAH YANG KITA HIDUPKAN// SEPERTI MISALKAN KITA MERASA ADA KEKURANGAN DI KAUMAN/ KITA UNDANG PARA REMAJA UNTUK MENGADAKAN KEGIATAN TERTENTU// NAH INI YANG TERUS MENERUS KITA COBA// 27. Insert suasana alam di sore hari Suasana di Kampung Kauman Kegiatan sholat yang ada di Masjid Gedhe...NARASI. SECERCAH PENGHARAPAN YANG MUNCUL DI KAMPUNG KAUMAN DAPAT MEMBAWA SINAR TERANG UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DI MASA YANG AKAN DATANG// DENGAN ADANYA HARAPAN

82 82 KECIL ITULAH/ YANG NANTINYA AKAN MEMBAWA PERUBAHAN- PERUBAHAN MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA/ DAN TETAP MENJADIKAN KAMPUNG KAUMAN SEBAGAI KAMPUNG ISLAM// 28. Credit Tittle CREW : PERANCANG ACARA: Annisa Rizky Amalia PENGARAH ACARA: Ferlina Herliani KAMERAMEN 1: Annisa Rizky Amalia KAMERAMEN 2: Ferlina Herliani PENULIS NASKAH: Ferlina Herliani PERALATAN & PERLENGKAPAN: Annisa Rizky Amalia PENYUNTING ACARA: Annisa Rizky Amalia

83 83 Ferlina Herliani PENGISI SUARA: Bimo Kadaroesman UNIT MANAGER: Ferlina Herliani TERIMA KASIH KEPADA : Tuhan YME Budi Setiawan Ghifari Yuristhiadi, S.S Masyarakat Kampung Kauman Yogyakarta Suara Muhammadiyah Yogyakarta Detik Creative Perpustakaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta 29. CLOSING TUNE Ilustrasi Musik 30. LOGO UDINUS DAN BROADCASTING

84 Konsep Teknis Pemilihan Alat dan Bahan Dalam membuat sebuah program acara atau film hendaklah terlebih dahulu memperhatikan alat dan bahan yang akan digunakan, agar nantinya tidak menghambat proses kerja produksi. Begitu juga dalam pembuatan karya ini, yang akan menggunakan beberapa peralatan selama proses produksi. Adapun alat dan bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 : Alat dan Bahan Dokumenter Kauman Undercover JENIS PERALATAN JUMLAH NAMA TIPE MEREK Kamera 1. DSLR Canon EOS 60D 2. DSLR Canon EOS 7D Lensa 1. 50mm f/r 1.4 Kamera mm Pencahayaan Lampu Day Light Portabel Canon 1 1 Canon Tripod TH 650 DV Libec 1 Perekam 1. ClipOn Wireless 1 Audio 2. Samsung Galaxy ACE 2 Samsung 1

85 85 Komputer Editing Software : 1. Video 1. Processor Intel Core i3 2,1 Ghz 2. Kartu Grafis nvidia g force gt 540 2gb discrate graphic, 3. Ram 8gb 4. HDD 640gb 1. Adobe Premier Pro CS 6 dan Adobe After Effects CS 6 2. Audio 2. Adobe Audition 6 3. Windows Set Desain dan Strategi Desain 1. Setting Setting tempat program dokumenter untuk Proyek Akhir ini adalah out door. Karena konsep program ini adalah menceritakan sejarah perkembangan Kampung Kauman. Namun, akan ada beberapa gambar yang menggunakan setting di dalam ruangan (indoor). 2. Strategi Verbal Sesuai konsep program dokumenter dalam Proyek Akhir ini adalah menceritakan mengenai sejarah awal berdirinya Kampung Kauman dan segala tradisi-tradisi yang terbentuk di dalamnya, maka gaya bahasa yang

86 86 digunakan dalam narasi adalah gaya bercerita dengan menggunakan bahasa formal. 3. Strategi Audio-Visual a. Ilustrasi musik yang akan digunakan adalah instrument dari gamelan dan instrument musik Islami, karena yang dibahas adalah Kampung Kauman Yogyakarta dimana gamelan merupakan alat musik tradisional Yogyakarta. b. Tipografi huruf teks di opening tune, menggunakan jenis font biasa atau universal, untuk memudahkan masyarakat membaca judul Sistem Kerja atau Produksi Sistem kerja yang digunakan saat produksi berlangsung adalah : a. Pengambilan gambar dengan berpegang pada treatment, meskipun ada pengembangan adegan dilapangan. b. Menggunakan sistem multi cam (menggunakan lebih dari satu kamera). Satu kamera DSLR menjadi kamera master, satu kamera DSLR untuk insert-insert close up maupun detail-detail, dan satu kamera DSLR untuk pengambilan establish dan back up insert dan pengambilan detail. c. Berkoordinasi dengan narasumber. Karena ini adalah dokumenter pengambilan sesuai dengan keadaan. Maka, penulis mengikuti narasumber meskipun penulis mengarahkan sesuai sinematografi yang baik tapi tidak merubah keadaaan atau realita sebenarnya. d. Dalam beberapa adegan obrolan atau secara tidak langsung adalah wawancara, menggunakan Teknik In-action, yaitu

87 87 wawancara yang dilakukan saat subjek sedang melakukan kegiatan (In-action) Teknik Berkarya Sebagai produser dalam pembuatan dokumenter ini, ada beberapa langkah atau teknik yang dilakukan, yaitu : a. Ide atau gagasan, menentukan ide apa yang akan dibuat. Disini ide yang ditemukan adalah sejarah perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kampung Kauman. b. Setelah ide telah ditentukan, kemudian melakukan riset atau pengumpulan data sesuai dengan ide yang akan dibahas. Karena yang akan dibahas adalah Kampung Kauman Yogyakarta, maka pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara penduduk sekitar Kampung Kauman, mencari sejarawan dan budayawan Yogyakarta dan searching internet tentang Kampung Kauman Yogyakarta. c. Setelah data telah terkumpul, tahap selanjutnya adalah mentranskrip hasil-hasil wawancara dan merekap data-data pustaka yang telah didapat. Kemudian memilah-milah bahan atau data mana yang akan digunakan dan bahan mana yang tidak digunakan. d. Tahap selanjutnya adalah penentuan konsep program akan dibuat seperti apa. Dalam dokumenter ini konsep yang digunakan adalah naratif atau subjektifitas berasal dari narator. e. Setelah konsep telah ditentukan, berdiskusi dengan penulis naskah untuk membuat sinopsis.

88 88 f. Dari sinopsis kemudian lebih diperjelas lagi setiap adegannya dalam treatment. g. Dari treatment dibuat outline naskah (rancangan naskah) karena jalan cerita atau naskah bisa saja berubah saat dilapangan. h. Setelah produksi selesai, akan masuk tahap editing, dibuat full naskah untuk memudahkan editor dalam mengedit. Dalam full naskah akan dijelaskan bentuk ilustrasi musik, narasi dan hasil wawancara yang akan dipakai. 3.5 Proses Berkarya Suatu produksi dokumenter yang melibatkan peralatan, orang dan juga biaya yang tidak sedikit, selain memerlukan suatu pengorganisasian yang rapi juga diperlukan suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Proses produksi meliputi tiga bagian yaitu : 1. Pra Produksi 2. Produksi 3. Pasca Produksi Pra Produksi a. Pengumpulkan semua data-data yang diperlukan (riset) untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Kampung Kauman Yogyakarta. b. Membuat sinopsis, treatment dan perencanaan naskah sebagai landasan saat produksi nanti. Kemudian dianalisa dan dipahami. c. Menyusun daftar kru yang akan membantu dari proses pra produksi, produksi dan pasca produksi.

89 89 Tabel 3.4 : Crew Dokumenter Kauman Undercover NO NAMA JOBDESC 1 Annisa Rizky Amalia 2 Ferlina Herliani 3 Annisa Rizky Amalia 4 Ferlina Herliani 5 Ferlina Herliani 6 Annisa Rizky Amalia Annisa Rizky Amalia 7 Ferlina Herliani 8 Bimo Kadaroesman 9 Ferlina Herliani Produser Pengarah Acara Kameraman 1 Kameraman 2 Penulis Naskah Peralatan & Perlengkapan Penyunting Acara Pengisi Suara Unit Manager d. Melakukan hunting lokasi serta perijinan. e. Pengaturan semua jadwal kegiatan.

90 90 Tabel 3.5 : Working Schedule Dokumenter Kauman Undercover N o. Tahap Aktifitas 1 Penemuan Ide 2 Pra Riset 3 Produksi Hunting 4 Meeting Produksi 5 Shooting 6 Produksi Evaluasi Produksi 7 Logging Pasca 8 Dubbing Produksi 9 Editing Target Per Minggu Maret April Mei Juni f. Perencanaan budget.

91 91 Tabel 3.6: Perencanaan Budget Dokumenter Kauman Undercover NO JENIS BARANG JUMLAH HARGA 1. Perlengkapan Produksi : 1. Kamera 2. Lensa Kamera 3. Tripod 4. Lampu 5. Clip On Wireless 2. Konsumsi 3 orang x 4 hari Rp ,00 Rp ,00 3. Transportasi 3 hari Rp ,00 4. Biaya Lain-Lain Rp ,00 Total Pengeluaran Rp ,00 g. Perencanaan Jadwal Shooting Rencana jadwal produksi dibuat supaya penulis dapat mengetahui estimasi waktu yang dibutuhkan untuk produksi dokumenter Kauman Undercover ini, adapun rencana produksi yang telah ditentukan :

92 92 Tabel 3.7: Perencanaan Jadwal Shooting Dokumenter Kauman Undercover TANGGAL LOKASI KEGIATAN 15 Mei Tugu Yogyakarta 2. Malioboro 3. Keraton Yogyakarta 4. Benteng Vredeburg 5. Kampung Kauman Yogyakarta 16 Mei 2014 Kampung Kauman Yogyakarta 1. Pengambilan gambar Tugu Yogyakarta 2. Pengambilan gambar suasana di Kota Yogyakarta 3. Pengambilan gambar Keraton Yogyakarta 4. Pengambilan Benteng Vredeburg 5. Pengambilan gambar di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta 1. Pengambilan gambar langgar yang ada di Kampung Kauman 2. Pengambilan suasana dan kegiatan masyarakat yang ada di Kampung Kauman Yogyakarta 3. Wawancara Pak Budi 17 Mei Kampung 1. Pengambilan gambar

93 93 Kauman Yogyakarta 2. Universitas Gajah Mada Yogyakarta suasana dan kegiatan masyarakat yang ada di Kampung Kauman Yogyakarta 2. Pengambilan gambar di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta 3. Wawancara Pak Ghifari h. Pertemuan Tim Produksi Dalam roduksi ini penulis melakukan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama menjelaskan mengenai konsep acara, tim produksi, serta penyusunan job description masing-masing. Pertemuan kedua persiapan tiap-tiap job description dan sharing tentang program acara yang akan dibuat. Dan yang terakhir persiapan final menuju proses produksi. i. Mempersiapkan segala sesuatu hal mulai dari peralatan, transportasi, akomodasi dan lain-lain Produksi Proses pengambilan gambar dalam pembuatan dokumenter Proyek Akhir Akhir ini dilakukan tiga kali yang meliputi pengambilan gambar Tugu Yogyakarta, suasana kota Yogyakarta, Keraton Yogyakarta, Benteng Vredeburg, wilayah Kampung Kauman, hingga wawancara narasumber yang gambar dilakukan sesuai dengan treatment. Berikut proses shooting pengambilan gambar Dokumenter Kauman Undercover :

94 94 Tabel 3.8: Proses Shooting Dokumenter Kauman Undercover TANGGAL SHOOTING KE- KEGIATAN 15 Mei 2014 Kesatu 1. Pengambilan gambar Tugu Yogyakarta 2. Pengambilan gambar suasana di Kota Yogyakarta 3. Pengambilan gambar Keraton Yogyakarta 4. Pengambilan Benteng Vredeburg 5. Pengambilan gambar di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta 17 Mei 2013 Kedua 1. Pengambilan gambar langgar yang ada di Kampung Kauman 2. Pengambilan suasana dan kegiatan masyarakat yang ada di Kampung Kauman Yogyakarta 3. Wawancara Pak Budi

95 95 18 Mei 2013 Ketiga 1. Pengambilan gambar suasana dan kegiatan masyarakat yang ada di Kampung Kauman Yogyakarta 2. Pengambilan gambar di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta 3. Wawancara Pak Ghifari Pasca Produksi Pada proses pasca produksi ini terdiri dari proses editing. Disini peran produser tidak begitu menonjol karena editor lah yang berperan penting. Meski begitu, produser tetap memantau kerja editor editor agar sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh penulis naskah. Adapun proses pasca produksi antara lain : a. Logging Sebelum pelaksanaan editing, terlebih dahulu melakukan pendataan dengan logging untuk membuat editing list. Logging ini merupakan pendataan timecode yaitu dengan melihat hasil gambar yang telah diambil dan mencatat mana saja yang dipakai maupun yang tidak dipakai. b. Dubbing Sebelum video diedit, terlebih dahulu melakukan proses dubbing. Ini dilakukan agar dalam proses edit nanti memudahkan

96 96 editor untuk menyelaraskan gambar dengan narasi yang dibacakan oleh seorang dubber. c. Offline Editing Proses menyatukan beberapa gambar yang sudah dipastikan akan dipakai. Proses ini hanya sekedar mengurutkan gambar, namun sudah mulai terlihat runtutan ceritanya dari awal hingga akhir. d. Transisi Pemberian transisi antar gambar baik itu cut, dissolve, dip to white maupun dip to black agar lebih sistematis dan dinamis. e. Online Editing Yang meliputi pemberian efek warna, efek suara, dan efek gambar serta memberikan title seperti judul, nama pemain, nama kru. Selain itu diberikan tambahan grafis pada gambar. f. Preview Melihat hasil editing dan melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan untuk menambah sempurna hasil gambar dan suara. g. Rendering Proses menyatukan hasil editing video ke dalam sebuah video yang utuh Job Description Produser Pra Produksi Dalam proses pra produksi, produser melakukan beberapa tugasnya, diantaranya : a. Merumuskan ide awal cerita. b. Melakukan riset dan mengumpulkan referensi untuk naskah.

97 97 c. Setelah data dari riset terkumpul, kemudian mentranskrip wawancara dan merekap data-data dari hasil riset. d. Kemudian menentukan konsep penyajian. e. Berdiskusu dengan penulis naskah untuk membuat sinopsis, treatment dan outline naskah untuk panduan produksi. f. Berkoordinasi dengan sutradara/pengarah acara untuk membahas naskah sehingga dapat menentukan gambaran produksi nantinya Produksi Pada proses produksi, produser sudah menyerahkan segala konsep untuk dikembangkan oleh sutradara/pengarah acara. Disini sutradara memiliki hak penuh dalam penggarapan naskah, namun tidak dilarang untuk berdiskusi meminta pendapat dari produser agar gambar yang dihasilkan bisa tetap sejalan dengan konsep awal Pasca Produksi Dalam tahap ini keseluruhan hasil gambar telah sampai ke proses editing, dimana produser tetap terlibat proses editing yang sudah dilakukan oleh editor bekerjasama dengan sutradara/pengarah acara, untuk menentukan hasil akhir.

98 98 BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA KARYA 4.1 Implementasi Karya Dalam produksi Proyek Akhir Dokumenter Kauman Undercover penulis berperan sebagai Produser. Dimana Produser berperan penting dalam membuat rangkaian cerita supaya menjadi satu paket program acara yang utuh. Berikut print out karya serta penjabarannya : N O PRINT OUT KARYA GAMBAR COLOR BAR Gambar 4.1 IDENTITAS KARYA Gambar 4.2 COUNTDOWN Gambar 4.3

99 99 OPENING PROGRAM Gambar 4.4 JUDUL PROGRAM Gambar 4.5 OPENING PROGRAM Gambar 4.6 SUASANA DI SEKITAR TUGU JOGJA Gambar 4.7 SUASANA DI TUGU JOGJA Gambar 4.8

100 100 BAGIAN DARI BANGUNAN TAMANSARI Gambar 4.9 ALUN-ALUN UTARA YOGYA Gambar 4.10 PENUNJUK ARAH DI YOGYA Gambar 4.11 GANG DI KAUMAN YOGYA Gambar 4.12 SUASANAN DI KAUMAN YOGYA

101 101 GERBANG MASUK MASJID GEDHE KAUMAN Gambar 4.14 PELATARAN MASJID GEDHE KAUMAN Gambar 4.15 TEMPAT WUDHU DI MASJID GEDHE Gambar 4.16 PETA KAMPUNG KAUMAN YOGYA Gambar 4.17 BAGIAN DARI KERATON YOGYA

102 102 PELATARAN MASJID GEDHE Gambar KETIB KERATON Gambar 4.20 LUKISAN SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO 1 Gambar 4.21 SUASANA DI DALAM MASJID GEDHE Gambar 4.22 SUASANA DI DALAM MASJID GEDHE Gambar 4.23

103 103 ABDI DALEM KERATON Gambar 4.24 NARASUMBER: SEJARAWAN Gambar 4.25 KEGIATAN SINKRETIS Gambar 4.26 KEGIATAN LATIHAN TAPAK SUCI ANAK- ANAK Gambar 4.27 KEGIATAN SHOLAT DI MASJID GEDHE Gambar 4.28

104 104 NARASUMBER: TAKMIR MASJID GEDHE Gambar 4.29 FOTO MASJID GEDHE KAUMAN JAMAN DULU Gambar 4.30 SUASANA PERTOKOAN DI KAUMAN Gambar 4.31 KEGIATAN SHOLAT DI MASJID GEDHE Gambar 4.32 SUASANA MENJELANG SENJA Gambar 4.33

105 105 SALAH SATU GANG DI KAUMAN YOGYA Gambar 4.34 CREDIT TITLE Gambar 4.35 Tabel 4.1 Print Out Karya 4.2 Analisa Karya Dalam Proyek Akhir ini, penulis membuat sebuah program dokumenter yang membahas tentang Kampung Kauman Yogyakarta. Di pulau Jawa, hampir setiap kota memiliki sebuah perkampungan Islam yang disebut Kauman. Namun untuk Proyek Akhir ini penulis memilih Kampung Kauman Yogyakarta, hal itu disebabkan karena latar belakang berdirinya kampong tersebut yang berkaitan erat dengan sejarah pembangunan kota Yogyakarta itu sendiri. Serta dengan adanya organisasi Islam terbesar yaitu Muhammadiyah yang didirikan tepat di kampung Kauman Yogyakarta. Dengan konsep bertutur yang tidak bersifat menggurui penulis akan mengajak penonton agar bisa lebih mengenal secara jelas bagaimana sebenarnya kehidupan dan juga perkembangan penduduk di kampong Kauman Yogyakarta. Program dokumenter ini akan dianalisis lebih lanjut menggunakan sistem SWOT yang dijelaskan sebagai berikut :

106 Strength (Kekuatan Karya) a. Dokumenter sejarah dan perkembangan kampong kauman yogyakarta ini menjelaskan bagaimana awal mula terbentuknya kampong kauman, serta hubungan dan kaitan antara Keraton Yogyakarta dan kampong kauman itu sendiri. Serta akan dibahas sedikit tentang berdirinya organisasi Islam terbesar yaitu Muhammadiyah. b. Bahasa yang digunakan adalah bahasa tutur sehingga mudah dipahami bagi semua kalangan c. Selain itu kalimat-kalimat yang digunakan berupa kalimat baku namun tetap mudah untuk dipahami, mengingat ini merupakan sebuah program dokumenter sehingga bahasa dan kalimat yang digunakan haruslah formal Weakness (Kelemahan Karya) a. Pengambilan gambar yang goyang karena ketidaktersediaan alat yang memadai. b. Butuh waktu lama untuk melakukan riset di kampung kauman karena susahnya mencari innformasi mengenai kauman jaman dahulu. c. Kurangnya narasumber ketika produksi disebabkan oleh sulitnya mencari narasumber yang bersedia untuk diambil gambar dan statementnya untuk dimasukkan dalam program dokumenter ini Oppurtunities (Kesempatan Karya) Program dokumenter Kauman Undercover ini memiliki banyak potensi untuk diterima oleh masyarakat sebagai program acara televisi yang mendidik, yaitu memberikan informasi seputar sejarah dan perkembangan berdirinya kampung kauman Yogyakarta.

107 Threat (Ancaman Karya) a. Banyaknya program dokumenter sejenis yang lebih memfokuskan terhadapa salah satu aspek saja, seperti contohnya dokumenter tentang Tamansari, dokumenter Keraton Yogyakarta, dan lain sebagainya Prospek Program dokumenter Kauman Undercover dengan berbagai macam kekurangan dan kelebihannya diharapkan mampu menjadi salah satu tayangan inspiratif yang tidak hanya menghibur, melainkan juga mendidik. Terutama untuk kaum remaja dan anak-anak, agar mereka lebih mengenak budaya dan juga sejarah di Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan beberapa alasan tersebut, program ini layak untuk ditayangkan di Televisi lokal maupun Nasional.

108 Laporan Penciptaan Tabel 4.2: Laporan Penciptaan N Perubahan Konsep Proses Kendala O Awal Produksi 1 Jadwal 3 hari 6 hari - Terkendala pada Produksi perijinan tempat shooting - Kesibukan masing-masing narasumber - Re-take gambar 2 Perubahan Rp Rp Jadwal produksi Budget yang bertambah 3 Perubahan Naskah Adanya penemuan informasi dan fakta baru saat melakukan riset dilapangan, sehingga sedikit merubah naskah, tapi tanpa merubah konsep yang telah dibuat

109 Karya Pendukung dan Strategi Promo Sebuah karya di ciptakan tentu untuk diperlihatkan atau dipublikasikan kepada semua masyarakat. Untuk itu diperlukan sebuah media promosi. Program yang bagus tanpa teknik strategi promosi yang bagus maka jarang masyarakat mengetahuinya, maka dari itu penulis menggunakan beberapa strategi promo untuk mendukung program ini dikenal oleh masyarakat, bentuk strategi promonya antara lain : a. Youtube Media Youtube adalah media paling ampuh untuk digunakan sebagai media promosi dalam bentuk video, yakni dengan cara melihat ataupun mengunduh video program dokumenter Kauman Underover. Masyarakat bisa melihat tayangan ini tanpa harus memantau di televisi. b. Twitter Media twitter dijaman sekarang sangat berperan penting dalam memperkenalkan ataupun mempromosikan sebuah benda atau karya. Hampir semua masyarakat memiliki akun twitter yang bisa diakses kapan saja. Dengan menggunakan media ini diharapkan masyarakat bisa melihat link youtube dari Kauman Undercover yang ditulis di akun twitter promosi Kauman Undercover.

110 110 c. Poster Poster merupakan salah satu karya pendukung yang penulis ciptakan untuk menunjang karya dalam program ini. gambar 4.41 poster program

111 111 BAB V PENUTUP 5.1 Rekomendasi Program Dokumenter Kauman Undercover diharapkan mampu menjadi salah satu referensi bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami sejarah perkembangan suatu kota maupun tempat-tempat yang ada di Indonesia. Karena dari sejarahlah bangsa kita mampu menjadi seperti sekarang ini. Disamping itu, pendidikan tentang sejarah untuk anak-anak usia dini sangat dianjurkan, agar orang tua dapat mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. Salah satu metode pengajaran tentang sejarah selain dari buku adalah dari media audio visual, seperti film maupun program dokumenter. Dengan adanya program Kauman Undercover, penulis memiliki beberapa masukan yang dapat dijadikan referensi di kemudian hari untuk pembuatan karya dengan konsep dan format dokumenter seperti ini. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1) Riset yang kuat dan harus dilakukan secara mendalam. Riset memudahkan kita untuk menentukan konsep penyajian. 2) Pemilihan narasumber, dalam program dokumenter harus berhati-hati dalam menentukan narasumber. Karena dokumenter menyajikan halhal yang terjadi berdasarkan fakta, maka diperlukan narasumber yang memiliki kompetensi dalam bidang yang terkait dengan tema program dokumenter yang akan diangkat. 3) Merancang konsep dengan matang dan jelas, agar informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dan menarik untuk ditonton oleh masyarakat.

112 112 Setiap konsep pasti membutuhakan seseorang ataupun tim untuk mengembangkannya secara lebih luas dan jelas, maka perlu bagi penulis untuk memberikan beberapa masukan bagaimana menjadi Produser, khususnya Produser program dokumenter seperti ini. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Harus rajin mengeksplorasi ide dan konsep 2. Harus mampu berkomunikasi dengan berbagai macam tipe narasumber 3. Harus mampu berkomunikasi dengan tim produksi 4. Harus mampu menyampaikan maksud / pesan tayangan audio visual yang diproduksi 5. Harus mampu mengarahkan tim untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, karena dalam pembuatan dokumenter banyak kendala yang dihadapi di lapangan, baik ketika melakukan riset maupun produksi 6. Harus mampu untuk bertanggungjawab atas semua hasil keseluruhan atas program yang telah diproduksi. 5.2 Evaluasi Program Dokumenter Kauman Undercover ini tidak hanya memiliki banyak kekurangan namun juga memiliki kelebihan yang masih bisa dieksplorasi lebih lanjut di kemudian hari. Selain itu tema yang diangkat dalam program dokumenter ini bisa dijadikan metode pembelajaran orang tua terhadap anaknya. Bagaimana menanamkan nilai-nilai keagamaan serta menambah wawasan tentang sejarah. Setelah melaksanakan serangkaian kegiatan mulai dari pra hingga pasca produksi pembuatan program dokumenter Kauman Undercover, penulis melakukan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh adalah penulis harus memperkaya dan mengasah kemampuan bernegosiasi dengan narasumber, serta bagaimana berkomunikasi dengan tim produksi, antara lain bagaimana

113 113 mengatur blocking kamera, dan juga mendapatkan gambar yang sesuai dengan naskah yang sebelumnya telah disepakati dengan tim produksi. Untuk karya selanjutnya di kemudian hari penulis mengharapkan bisa menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya.

114 114 DAFTAR PUSTAKA Sumber dari buku : Ayawaila, Gerzon R. (2008). Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV-IKJ Press Darwanto. (2007). Televisi Sebagai Media Pencitraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fred,Wibowo. (2007). Teknik Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher Gunawan,Drs.B.Guntur. (2007). Proses Produksi Acara Televisi. Jakarta: Balai Diklat LPP TVRI Darban, Adaby. (2000). Sejarah Kauman, Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah, Yogya : Penerbit Terawang Cakrawala Sejarah 1 : untuk SMA / MA Kelas XI / Wardaya Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009 Drs. Sidi Gazalba. (1966). Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta, hlm. 11. Collingwood R.G. (1966). The Idea Of History, Oxford University Press, hlm. 39. Carr E.H. (1965). What Is History. London : Pelicon Book. Shafer R.G. Jones. A Guide To Historical Method, Illineis, hlm. 2. Prakoso, Gatot. (2008). Antologi Film Pendek, Film Eksperimental dan Film Dokumenter Suprapto, Tommy. (2009). Berkarir Di Bidang Broadcasting. Gramedia Pustaka Utama Dennis, Fitriyan. (2012). Bekerja Sebagai Produser. Gramedia Pustaka Utama Sumber dari internet : Risalah Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 6 Tahun Sejarah Berdirinya Kota Yogyakarta. Madakrama.com. Diupdate tanggal 18 Juli 2012, diakses tanggal 20 Juni 2014.

115 LAMPIRAN 1 115

116 LAMPIRAN 2 116

117 117

118 118

LAPORAN TUGAS AKHIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Jl. Nakula 1 No. 5-11, Semarang, Kode Pos 50131

LAPORAN TUGAS AKHIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Jl. Nakula 1 No. 5-11, Semarang, Kode Pos 50131 NIM Nama Program Studi JUDUL (Bhs.Indonesia) JUDUL (Bhs.Inggris) Abstrak (Bhs.Indonesia) : LAPORAN TUGAS AKHIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Jl. Nakula 1 No. 5-11, Semarang, Kode Pos

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya NO Judul Program Isi Program 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis *Dipresenteri oleh satu presenter laki laki yang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Jl. Nakula 1 No. 5-11, Semarang, Kode Pos 50131

LAPORAN TUGAS AKHIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Jl. Nakula 1 No. 5-11, Semarang, Kode Pos 50131 NIM Nama Program Studi JUDUL (Bhs.Indonesia) JUDUL (Bhs.Inggris) Abstrak (Bhs.Indonesia) : LAPORAN TUGAS AKHIR FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Jl. Nakula 1 No. 5-11, Semarang, Kode Pos

Lebih terperinci

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota yang baik adalah kota yang menghargai budayanya dan tetap menjaga tradisi leluhurnya. Seiring dengan perkembangan zaman yang ada, terjadi perubahan sosial kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

Pengertian Program Dokumenter Televisi

Pengertian Program Dokumenter Televisi Pengertian Program Dokumenter Televisi Modul ke: 01 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter TV Merupakan Dasar Produksi Program Televisi ; 1. Dapat diproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Program Urban Street Food merupakan program feature yang sudah ada di televisi saat ini. Program Urban Street Food merupakan program food & travel yang dikemas

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hubungan kekerabatan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota metropolitan yang sangat padat penduduknya. Penduduknya bukan hanya berasal dari asli Jakarta saja yang ada disana, tetapi dari luar pulau bahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memahami pengertian manajemen komunikasi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi secara umum. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menelusuri kota Yogyakarta tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kampung Kauman. Kampung Kauman terletak di sebelah barat alun-alun utara kota Yogyakarta, Berada

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan informasi dan hiburan secara instan menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan salah satu media massa yang paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan sikap dan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY

JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY SKRIPSI PENCIPTAAN SENI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Televisi dan Film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film dokumenter merupakan rekaman kejadian yang diambil langsung saat kejadian nyata sedang terjadi. Film dokumenter juga berarti menampilkan kembali fakta yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Cangkuang adalah sebuah desa yang terletak diantara kota Bandung dan kota Garut, di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama kampung Pulo, dan di kampung

Lebih terperinci

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Oleh : Drs. M. Qosim *) 1. Pendahuluan Keberadaan sebuah kerajaan kecil seperti Kadipaten Pakualaman

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pembuatan produksi sebuah film, pada dasarnya memiliki suatu rangkaian tahapan yang harus dilalui. Rangkaian tersebut akan membantu menentukan hasil proses produksi program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ujungberung yang terletak di Kota Bandung ini memiliki beragam kesenian, salah satunya adalah kesenian yang berkembang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3.

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Pasca Produksi (penyuntingan program) 1. Menemukan Ide/gagasan

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 A. Dasar Pemikiran Pada dasarnya film dapat dimaknai atau dilihat memiliki fungsi sebagai berikut: Sebagai media ekspresi seni Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini pembuat karya akan membuat sebuah program dokumenter mengenai warisan dari Indonesia khususnya kain di seluruh Indonesia. Pada program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vindonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus Siaran langsung itu masih

BAB I PENDAHULUAN. vindonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus Siaran langsung itu masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di awal perkembangannya di Indonesia, siaran televisi dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan vindonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014 TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014 ============================================================== Tahun 2014 ini adalah 1 dekade Eagle Award Documentary Competition menginspirasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Feature Feature adalah artikel yang kreatif, kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan member informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 M. Sebelum keraton Yogyakarta selesai dibangun, Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama keluarganya untuk sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada kebudayaan-kebudayaan yang ada disuatu daerah. Kebudayaankebudayaan yang dulu dipegang teguh oleh para leluhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG Menimbang : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/5/2007 TENTANG PENGGUNAAN SUMBER DAYA DALAM NEGERI UNTUK PRODUK IKLAN YANG DISIARKAN MELALUI LEMBAGA

Lebih terperinci

2 perubahan yang terjadi di dalam media penyiaran itu sendiri meliputi segi sistem pemberitaan dan sistem informasi yang sifatnya lebih terbuka. Salah

2 perubahan yang terjadi di dalam media penyiaran itu sendiri meliputi segi sistem pemberitaan dan sistem informasi yang sifatnya lebih terbuka. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan komunikasi massa saat ini sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada empat macam golongan media, antara lain media antarpribadi,

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Program dokumenter merupakan program yang dapat mengantar penontonnya ke dalam perspektif realita yang sama sekali berbeda sesuai sudut pandang sang kreator. Realita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik radio dan televisi. Khususnya untuk televisi, dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. elektronik radio dan televisi. Khususnya untuk televisi, dunia broadcasting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Broadcasting (penyiaran) merupakan salah satu bidang di media elektronik radio dan televisi. Khususnya untuk televisi, dunia broadcasting adalah dunia yang selalu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Film sebagai media komunikasi massa pandangdengar mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Mengelola media

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser 1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses

Lebih terperinci

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Lebih terperinci

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ANANG MARWANTO NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam animasi, environment memainkan peranan penting dalam menciptakan suasana dalam cerita, melalui penggambaran dan pewarnaan yang tepat, mampu mengomposisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya masyarakat adalah penggarap informasi. kebutuhan semata tetapi sudah menjadi keharusan bagi masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya masyarakat adalah penggarap informasi. kebutuhan semata tetapi sudah menjadi keharusan bagi masyarakat luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan media massa masyarakat dapat mengetahui apa yang terjadi diluar lingkungannya. Media massa baik cetak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi menayangkan berbagai jenis program acara setiap harinya dalam jumlah yang banyak dan beragam. Ada program berita yang terbagi menjadi hardnews dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya, berbagai jenis tanaman dan tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh dan berkembangbiak di tanah

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola BAB V Kesimpulan Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola kelembagaan yang ada. Lembaga-lembaga yang berperan dalam perubahan di Yogyakarta saat ini dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini sangat dirasakan semakin cepat dan menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat, Komunikasi pun dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. 0 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Regulasi bidang penyiaran yang membawa berbagai perubahan memberikan tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang padat akan aktifitas membutuhkan hiburan dan informasi yang cepat, mudah dan murah. Ketat dan pesatnya persaingan dalam industri televisi khususnya

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Karya yang dibuat dalam tugas akhir ini adalah sebuah program feature human interest, dimana feature human interest adalah sebuah feature yang menyentuh kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan hidupnya, tak terkecuali manusia. Akan tetapi berbeda dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan

BAB I PENDAHULUAN. Proyek-proyek perumahan, gedung-gedung bertingkat dan pembenahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila kita memperhatikan kota metropolitan Jakarta akhir-akhir ini berkembang sedemikian rupa mengundang minat para investor pengembang. Proyek-proyek perumahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film dokumenter merupakan rekaman kejadian yang diambil langsung saat kejadian nyata sedang terjadi. Film dokumenter juga berarti menampilkan kembali fakta yang ada

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968 yang sebelumnya merupakan wilayah Keresidenan Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari penyajian fakta atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat berkomunikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun

Lebih terperinci

Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta

Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 yang disusun oleh BPUPKI dan disahkan PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 dinyatakan Pembagian daerah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan yang akan dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter bergenre association picture story tentang budaya konsumtif. Hal ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makhluk sosial memang merupakan istilah yang sangat tepat untuk manusia, yang berarti setiap manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat dianjurkan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha melaksanakan program pemerintah tentang peraturan pelaksanaan undang-undang otonomi daerah (Undang-Undang No. 22 & 32 Tahun 1999), setiap pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya atau kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. Identitas ini yang membedakan kebiasaan, sifat, dan karya-karya seni yang dihasilkan. Indonesia memiliki berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang letakya berada di sebelah timur kota Semarang. jarak tempuh dari Semarang ke Blora kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian internal dari sistem tatanan

Lebih terperinci