PEMETAAN JARINGAN JALAN PADA AREAL PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR, KECAMATAN LOAJANAN ILIR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT THEODOLITE. Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMETAAN JARINGAN JALAN PADA AREAL PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR, KECAMATAN LOAJANAN ILIR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT THEODOLITE. Oleh"

Transkripsi

1 PEMETAAN JARINGAN JALAN PADA AREAL PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR, KECAMATAN LOAJANAN ILIR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT THEODOLITE Oleh ANDREW WAHYONO PAEMBONAN NIM PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012

2 PEMETAAN JARINGAN JALAN PADA AREAL PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR, KECAMATAN LOAJANAN ILIR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT THEODOLITE Oleh ANDREW WAHYONO PAEMBONAN NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012

3 PEMETAAN JARINGAN JALAN PADA AREAL PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR, KECAMATAN LOAJANAN ILIR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT THEODOLITE Oleh ANDREW WAHYONO PAEMBONAN NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012

4 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah Nama : Pemetaan Jaringan Jalan Pada Areal Perumahan Bumi Rindang Luhur, Kecamatan Loa Janan Ilir Dengan Menggunakan Alat Theodolite : Andrew Wahyono Paembonan Nim : Program Studi Jurusan : Geoinformatika : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Ir. Saini, MP Ir. Iskandar, MP Rudi Djatmiko, S.Hut, MP NIP NIP NIP Menyetujui, Ketua Program Studi Geoinformatika Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Dyah Widyasasi, S.Hut, MP Ir. Hasanudin, MP NIP NIP Lulus ujian pada tanggal :

5 ABSTRAK ANDREW WAHYONO PAEMBONAN, Pemetaan Jaringan Jalan pada Areal Perumahan Bumi Rindang Luhur, Kecamatan Loa Janan Ilir dengan Menggunakan Alat Theodolite.(di bawah bimbingan Saini). Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketidaksediaannya developer dalam menyediakan peta jaringan jalan yang dapat membantu masyarakat mengakses jaringan jalan yang ada di Perumahan Bumi Rindang Luhur maupun di sekeliling perumahan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang akses jalan yang ada di Perumahan Bumi Rindang Luhur dan memberikan sumber informasi bagi para pihak dalam pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan selanjutnya. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat theodolite, GPS, dan roll meter. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode poligon tertutup (data pelengkap) dan metode poligon terbuka. Data yang diambil di lapaangan dalam yaitu jarak lapang, tinggi alat, sudut vertikal, sudut horizontal, pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawahnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat terciptanya peta jaringan jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur sehingga masyarakat diharapkan dapat mengetahui aksesakses jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai lokasi tujuan yang ada di perumahan Bumi Rindang Luhur serta tersedianya data jaringan jalan yang dapat digunakan untuk acuan dalam pemeliharaan maupun pembangunan jalan untuk tahap berikutnya. Kata Kunci : jaringan jalan dan peta.

6 RIWAYAT HIDUP ANDREW WAHYONO PAEMBONAN. Lahir pada tanggal 26 Juli 1990 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Sarrang Massora dan Ibu Maria Theresia Paembonan. Pada tahun 1996, memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 006 Sei Kunjang Samarinda, dan lulus pada tahun Kemudian melanjutkan pendidikan lanjutan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Sei Kunjang Samarinda, dan memperoleh ijazah pada tahun Pada tahun yang sama, melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Katolik Cendrawasih Makassar selama 2 tahun kemudian tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Sei Kunjang Samarinda dengan mengambil progam studi IPA, kemudian lulus tahun Jenjang pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dengan memilih Program Studi Geoinformatika pada tahun Pada bulan Maret sampai Mei 2012 melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang di UPTD Planologi Kehutanan Kota Samarinda.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Perumahan Bumi Rindang Luhur dan penyusunan karya Ilmiah ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, yaitu dari bulan Januari Juni tahun 2012, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dosen pembimbing, yaitu bapak Ir. Saini, MP, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan penelitian sampai pada akhir penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah. 2. Kepala Laboratorium SIG Inderaja Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yaitu bapak Ir. Suparjo, MP 3. Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II, yaitu bapak Ir. Iskandar, MP dan bapak Rudi Djatmiko, S.Hut, MP 4. Ketua Program Studi Geoinformatika, yaitu ibu Dyah Widyasasi, S.Hut, MP yang telah memberikan saran guna perbaikan Karya Ilmiah ini. 5. Ketua Jurusan Manajemen Pertanian, yaitu bapak Ir. Hasanudin, MP. 6. Para staf pengajar, administrasi, dan teknisi di Program Studi Geoinformatika. 7. Seluruh anggota keluarga atas do a dan dukungannya, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu. Walaupun sudah berusaha dengan sungguhsungguh, Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin. Kampus Sei. Keledang, September 2012 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR..... v vii viii ix BAB I. PENDAHULUAN BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.. A. Dasar Teori Tentang Pemetaan.. 3 B. Proses Pemetaan Terestris. 9 C. Jaringan Jalan D. Theodolit. E. KesalahanKesalahan Dalam Pengukuran.. F. GPS... G. AutoCad.. H. Keadaan Umum Perumahan Bumi Rindang Luhur.. BAB III. METODE PENELITIAN.... A. Tempat dan Waktu Penelitian. 22 B. Alat dan Bahan Penelitian 22 C. Prosedur Kerja D. Pengambilan Data. 24 E. Pengolahan Data F. Analisa Data BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... A. Hasil. 34 B. Pembahasan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Bentuk Data Ukur Poligon Tertutup Bentuk Data Ukur Poligon Terbuka Bentuk Data Ukur Pengukuran GPS Data Hasil Perhitungan Pengukuran Lapangan Tata Batas Data Hasil Perhitungan Pengukuran Lapangan Jaringan Jalan Panjang Jalan Blok Perumahan Bumi Rindang Luhur. 41 Lampiran 7. Data Awal Pengukuran Lapangan Tata Batas Data Awal Pengukuran Lapangan Jaringan Jalan Data Pengukuran GPS Jaringan Jalan Sekitar Perumahan Data Hasil Keseluruhan Jaringan Jalan.. 48

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Penyimpanan Data Poligon Tertutup Pada Microsoft Excel Penyimpanan Data Poligon Terbuka I Pada Microsoft Excel Penyimpanan Data Poligon Terbuka II Pada Microsoft Excel Memasukkan Data (input) Ke Software AutoCad Menampilkan Grid Pada Model Membuat Layout Peta Lampiran 7. Peta Jaringan Jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur Pengecekan Alat Theodolit Pencatatan Alat Theodolit Pengukuran Di Lapangan Pengambilan Titik Ukur Di Lapangan... 54

11 BAB I PENDAHULUAN Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari caracara pengukuran di permukaan bumi untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan. Basuki (2006) Sedangkan geodesi mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas, tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi di darat,namun juga di dasar laut untuk berbagai keperluan, juga penentuan bentuk dan dimensi bumi. Menurut Soetomo (2003), pengukuran suatu daerah adalah menentukan unsurunsur (jarak dan sudut) titiktitik atau bangunanbangunan yang ada di daerah itu dalam jumlah yang cukup, sehingga dari daerah itu dengan seisinya dapat dibuat bayangan atau gambar yang cukup jelas dengan suatu skala yang telah ditentukan lebih dahulu. Hasil akhir dari sebuah pengukuran adalah peta, peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil kenampakannya dengan dilengkapi simbolsimbol dan skala tertentu, ditampilkan pada suatu bidang datar. Perumahan Bumi Rindang Luhur terletak pada kecamatan Loa Janan Ilir kelurahan Harapan Baru sebagai objek penelitian yang dikaji. Perumahan Bumi Rindang Luhur belum memiliki peta jaringan jalan yang mampu menginformasikan kepada masyarakat tentang aksesakses jalan yang ada di Perumahan Bumi Rindang Luhur. Peta jaringan jalan dapat pula digunakan untuk membantu merencanakan penempatan lokasi untuk membangun fasilitas umum maupun penempatan obyekobyek yang dianggap vital (pos satpam, supermarket, klinik dan lainlain)

12 Maksud dari kegiatan pemetaan jaringan jalan adalah untuk membuat peta jaringan jalan di wilayah Perumahan Bumi Rindang Luhur, Kecamatan Loa Janan Ilir, sedangkan tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembuatan tugas akhir ini adalah memberikan informasi tentang akses jaringan jalan yang ada di Perumahan Bumi Rindang Luhur, memberikan sumber informasi bagi para pihak dalam pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan selanjutnya. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah terciptanya peta jaringan jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur, mayarakat diharapkan dapat mengetahui aksesakses jalan yang terdapat di perumahan Bumi Rindang Luhur, tersedianya data jaringan jalan yang dapat digunakan untuk acuan dalam pemeliharaan maupun pembangunan jalan untuk tahap berikutnya.

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori Tentang Pemetaan 1. Pengertian Peta Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun hakikatnya semua mempunyai inti dan maksud yang sama. Pengertian peta secara umum adalah gambaran dari permukaan bumi yang digambar pada bidang datar, yang diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi simbol sebagai penjelas (Andika, 2009). Pemetaan terdiri dari 2 kategori, yaitu pemetaan dasar yang pekerjaan pemetaannya merupakan dasar bagi pekerjaan pemetaan pembangunan lainnya. Dengan demikian di dalam ruang lingkup pekerjaan pemetaan ini, daerah ukur masih dalam bentuk sebagaimana adanya. Data kemudian diambil, dihitung atau diolah dan dikembangkan untuk disajikan dalam bentuk peta, sesuai dengan permintaan pemberi pekerjaan. Sedangkan pada kategori kedua, pemetaan yang pekerjaan ukur yang dilakukan setelah peta yang pertama dipakai oleh para perancang dan perencana dalam merencanakan pembangunan atau pekerjaan konstruksi yang dimaksudkan. Selanjutnya hasil desain dan perencanaan yang dituangkan diatas peta tersebut ingin dinyatakan kembali ke permukaan bumi. Roosseno (1992).

14 Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu. Sinaga (1992) Menurut Basuki (2006), peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu peta sistem proyeksi peta pada awal abad ke 2 (87M 150M), Claudius ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan dari peta peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama atlas Ptolomaeus ilmu yang membahas mengenai peta adalah kartografi. Sedangkan orang ahli membuat peta disebut kartografer. Peta dapat didefinisikan sebagai gambaran dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu. Peta dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal yaitu : a. Atas dasar pengukurannya 1) Peta Terestris 2) Peta fotogrametris 3) Peta radargrametris 4) Peta videografis 5) Peta satelit b. Atas dasar skala peta 1) Peta skala kecil (<1 : ) 2) Peta skala menengah (1 : : ) 3) Peta skala besar (1 : : ) 4) Peta skala sangat besar/ peta teknik (>1 : 5000) c. Atas dasar isinya 1) Peta umum ( topografi ) 2) Peta khusus ( tematik )

15 d. Atas dasar penyajiannya 1) Peta garis Adalah peta yang penyajiannya dalam bentuk garis dan simbol simbol tertentu. 2) Peta foto Adalah peta yang penyajiannya dalam bentuk foto yang telah direktifikasi sehingga skalanya seragam dan dilengkapi dengan garis kontur 3) Peta digital Adalah peta dalam bentuk data digital, baik dalam bentuk data vector, raster, atau kombinasi keduanya. Hasil cetakan dari peta digital pada dasarnya adalah peta garis apabila datanya dalam bentuk vector, ataupun peta foto jika datanya dalam bentuk foto atau citra. 2. Syaratsyarat Peta Bahasa peta adalah simbolsimbol (titik, garis dan luasan/areal, kualitatif/kuantitatif, warna, notasi, arsir) yang merupakan sistem komunikasi antara pembuat peta dengan pembaca peta. Pokok permasalahanya adalah bagaimana membuat simbolsimbol dan menempatkan ke dalam ruang peta sehingga pembaca peta dapat membacanya dengan mudah dan menafsirkan artinya dengan benar (Suryadi, 2010). Menurut Lestari (2011) ada beberapa syarat dalam pembuatan peta, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Peta harus conform, artinya bentuk daerah, pulau, benua yang digambar pada peta harus sama bentuknya dengan kenyataan di lapangan. b. Peta harus ekuivalen, artinya daerah yang digambar sama luasnya jika dilakukan dengan skala peta.

16 c. Peta ekuidistan, artinya jarakjarak yang digambar di peta harus tepat perbandingannya dengan jarak sesungguhnya di lapangan. d. Peta harus rapi dan bersih. e. Peta tidak boleh membingungkan. f. Peta harus mudah dipahami. g. Peta harus ada indeks, daftar isi, keterangan. h. Peta harus jelas. 3. Fungsi Peta a. Menyeleksi data b. Memperlihatkan ukuran c. Menunjukkan lokasi relatif d. Memperlihatkan bentuk. 4. Unsurunsur Peta a. Judul Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin di letakkan di kanan atas. b. Legenda Legenda adalah keterangan dari simbolsimbol yang merupakan kunci untuk memahami peta. c. Orientasi Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah.

17 d. Skala Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda. Menurut Basuki (2006) skala peta dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain: 1) Angka perbandingan Misal 1: menyatakan 1 cm atau 1 inchi di peta sama dengan cm atau inchi di permukaan bumi. 2) Perbandingan nilai Misal 1 inchi untuk 16 mil, 1 cm untuk 1 km 3) Skala bar atau skala garis Garis ini ditempatkan atau digambarkan dalam peta dan dibagibagi dalam interval yang sama. e. Simbol Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili kenampakan yang ada permukaan bumi yang terdapat pada peta kenampakannya, jenisjenis simbol peta antara lain: 1) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional 2) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak 3) Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup area tertentu.

18 f. Warna Peta Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk keperluan estetika peta. Warna simbol ada 5 yaitu hijau, kuning, choklat, biru muda, dan biru tua. g. Tipe Huruf Lettering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbolsimbol yang ada. Macam penggunaan lettering : 1). Obyek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh: Surakarta. 2). Obyek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh: Laut Jawa. h. Garis Astronomis Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara berlawanan arah satu sama lain sehingga membentuk vektor yang menunjukan letak astronomis. i. Insert Insert adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macammacam insert antara lain: 1) Insert penunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang belum dikenali 2) Insert penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang dianggap penting 3) Insert penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang terpotong di peta utama. j. Garis Tepi Peta

19 Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta. k. Sumber/tahun pembuatan Sumber peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh. B. Proses Pemetaan Terestris Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang alik maupun satelit) Guruh (2004). Pemetaan terestris adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan tertentu Basuki (2006). Secara garis besar langkah langkah pemetaan terestris meliputi : 1. Persiapan, yang meliputi : peralatan, perlengkapan dan personil. 2. Survey pendahuluan (reconisance survey), maksudnya peninjauan lapangan lebih dahulu untuk melihat medan secara menyeluruh, sehingga dari hasil survey ini akan dapat ditentukan: a. Teknik pelaksanaan pengukurannya. b. Penentuan posisi titiktitik kerangka peta yang representative dalam arti distribusinya merata, interval seragam, aman dari gangguan, mudah didirikan alat ukur, mempunyai kapabilitas yang baik untuk pengukuran detail, saling terlihat dengan titik sebelumnya dan sesudahnya. 3. Survey pengukuran meliputi: a. Pengukuran kerangka peta (misal poligon) meliputi sudut, jarak dan tinggi.

20 b. Pengukuran detail (misal dengan takhimetri). c. Pengukuran khusus (bila diperlukan). 4. Pengolahan data (perhitungan) a. Perhitungan kerangka peta (X,Y,Z). b. Perhitungan detail (X,Y,Z) atau cukup sudut arah/azimuthnya, jarak datar, dan beda tinggi dari titik ikat. 5. Potting atau penggambaran, meliputi: a. Plotting kerangka peta. b. Plotting detail. c. Editing. C. Jaringan Jalan Jalan raya adalah suatu sarana penunjang yang paling penting dalam bidang transportasi darat, karena dengan adanya jalan ini dapat menghubungkan lokasi daerah yang satu dengan lokasi daerah yang lainnya. Oleh karena itu baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan jalan perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Banyak perencanaan dan pelaksanaan yang tidak memenuhi ketentuan sehingga jalan tidak dapat memberikan hasil yang optimal bagi pemakainya. Ketentuan atau syarat tersebut sangat erat hubungannya dengan keadaan daerah setempat dan keamanan serta kenyamanan yang dituntut dalam suatu perjalanan. Sumino (2010). Jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, berdasarkan status, fungsi, dan jumlah lalu lintas yang menggunakannya. 1. Klasifikasi jalan berdasarkan statusnya : a. Jalan Nasional. Dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat, dana diambil dari APBN.

21 b. Jalan Provinsi. Dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi. c. Jalan Kabupaten/ Kotamadya. Dilaksanakan oleh Pemerintah Kota/Pemerintah Kabupaten. d. Jalan Desa. Jalan yang dibuat dan dipelihara dari swadaya masyarakat desa/kampung setempat serta diperlukan untuk kegiatan lokal. e. Jalan Tol Jalan yang dibangun dan dikelola oleh pihak swasta. Pengguna jalan apabila melewati jalan ini harus membayar untuk mengembalikan investasi yang dikeluarkan oleh pengelola. 2. Klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya : a. Jalan Utama. Jalan yang melayani lalu lintas tinggi antara kotakota penting atas kotakota pusat produksi dan pusatpusat eksport. Jalanjalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani lalulintas yang cepat dan berat. b. Jalan Sekunder. Jalan yang melayani lalulintas cukup tinggi atau sedang antara kotakota penting dengan kota yang lebih kecil serta melayani daerah sekitarnya. c. Jalan Penghubung. Jalan yang melayani aktivitas daerah, yang juga dipakai penghubung antara jalanjalan dengan golongan yang sama atau golongan yang berbeda.

22 3. Klasifikasi jalan berdasarkan lalulintas harian ratarata. Klasifikasi jalan menurut fungsinya seperti yang sudah dijelaskan diatas dapat dibagi lagi dalam kelaskelas yang penempatannya sangat ditentukan oleh perkiraan besarnya lalulintas yang akan melewati jalan tersebut. Kelaskelas tersebut adalah : a. Kelas I. Kelas jalan yang mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor berlajur banyak dengan kontruksi perkerasan dari jenis yang terbaik. b. Kelas II. Kelas jalan ini mencakup semua jalanjalan sekunder. Dalam komposisi lalulintasnya terdapat lalulintas lambat. Kelas jalan ini selanjutnya didasarkan komposisi dan sifat dibagi dalam tiga kelas. c. Kelas II A. Jalan jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, dimana dalam komposisi lalulintasnya terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan bermotor, untuk lalu lintas lambat harus disediakan jalur tersendiri. d. Kelas II B. Jalan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.

23 e. Kelas II C. Jalan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. f. Kelas III. Kelas jalan ini mencakup semua jalanjalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal. D. Theodolit 1. Pengertian Theodolit Theodolit adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Winnie (2009) Theodolit adalah alat yang didesain untuk mengukur sudut. Basuki (2006) Theodolit dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain : a. Atas dasar kontruksi sumbu Inya (sumbu vertical): 1) Theodolit repetisi (sumbu ganda). 2) Theodolit reiterasi ( sumbu tunggal). b. Atas dasar tingkat ketelitiannya: 1) Rendah, bacaan terkecil = 20. 2) Menengah, bacaan terkecil = 1. 3) Tinggi, bacaan terkecil < 1. c. Atas dasar kegunaannya: 1) Theodolit bangunan. 2) Theodolit stadia (engineer).

24 3) Theodolit presisi. d. Atas dasar sistem sentringnya: 1) Sentring mekanis (untingunting). 2) Sentring optis. 3) Sentring tongkat (teleskopik). 4) Sentring laser. 2. Bagian Bagian Theodolit dan Fungsinya Alat theodolit dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. a. Bagian atas 1). Teropong Teropong digunakan untuk membidik atau mengamati benda yang jauh agar terlihat dekat, jelas dan besar. Teropong theodolit menggunakan prinsip kepler, yaitu terdiri dari lensa positif sebagai lensa obyektif dan lensa negatif sebagai lensa mata atau okuler, yang bertindak sebagai loupe. 2). Lingkaran vertical Adalah piringan dari metal atau kaca tempat skala lingkaran. Lingkaran ini berputar bersama teropong dan dilindungi alhidade vertical. 3). Sumbu mendatar (sumbu II) Adalah sumbu perputaran teropong yang disangga oleh dua tiang penyangga kiri dan kanan.

25 4). Klem teropong dan penggerak halus Klem teropong digunakan untuk mematikan gerakan teropong, sedangkan skrup penggerak halus digunakan untuk gerakan halus, gerak halus ini berfungsi apabila klem telah dimatikan. 5). Alhidade vertical dan nivo. a) Alhidade vertical Digunakan untuk melindungi piringan vertical dan nivo alhidade vertical digunakan untuk mengatur mikroskop pembacaan lingkaran vertical. b) Nivo teropong Digunakan untuk membuat garis bidik mendatar. b. Bagian tengah 1. Kaki penyangga sumbu II (sumbu mendatar) 2. Alhidade horizontal 3. Piringan lingkaran horizontal 4. Klem dan penggerak halus alhidade horizontal 5. Klem dan penggerak halus limbus 6. Nivo tabung 7. Mikroskop pembacaan lingkaran horizontal c. Bagian bawah 1. Tribrach. Tribrach merupakan tempat tumpuan dari sumbu I. 2. Nivo kotak. Nivo kotak dipakai sebagai penolong dalam pengaturan sumbu I vertical secara pendekatan.

26 3. Sekrup penyetel ABC. Terdiri dari tiga buah skrup, digunakan untuk mengatur sumbu I agar vertical. Skrup ini juga disebut leveling screw. 4. Plat dasar. Plat dasar digunakan untuk menyatukan alat dengan statip, bagian tengah plat dasar diberi lubang drat untuk baut instrument 5. Statip Merupakan piranti untuk mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala statip dan kaki tiga yang dapat distel ketinggiannya. 3. Cara penggunaan alat Theodolit. a. Dirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. b. Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan pesawat dengan sekrup pengunci dikepala statif. c. Stel nivo kotak dengan cara: 1) Putarlah sekrup A, B secara bersamasama sehingga gelembung nivo bergeser kearah garis sekrup C. 2) Putar sekrup C kekiri atau kekanan sehingga gelembung nivo bergeser ke tengah. 3) Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung. 4) Arahkan teropong ke arah target yang dikehendaki. 4. Syarat pemakaian dan cara pengaturan alat ukur theodolit Adapun yang dimaksud dengan syarat pemakaian adalah persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum alat tersebut

27 digunakan untuk pengukuran agar data yang dihasilkan terbebas dari kesalahan sistematis. Adapun syaratsyaratnya adalah: a. Sentring Yang dimaksud dengan sentring adalah bahwa sumbu I (sumbu vertikal) theodolit segaris dengan garis gaya berat yang melalui titik tempat berdiri alat (paku atau titik silang diatas patok di tanah) b. Sumbu I harus vertikal. E. Kesalahan Kesalahan dalam Pengukuran Pengukuran adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan yang tertentu. Menurut Basuki (2006), pengukuran pengukuran kita tidak lepas dari kesalahan kesalahan pengamatan. Kesalahan dalam pengamatan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Kesalahan kasar Kesalahan ini terjadi karena kurang hati hati, kurang pengalaman atau kurang perhatian. Dalam pengukuran, jenis kesalahan ini tidak boleh terjadi, sehingga dianjurkan untuk mengadakan self cheking dari pengamatan yang dilakukan. Contoh kesalahan kasar: a. Salah pembacaan rambu ukur. 1) 6 dibaca 9 2) 3 dibaca 8 dan sebagainya. b. Salah mencatat data ukuran

28 c. Salah dengar dari si pencatat 2. Kesalahan Sistematik Umumnya kesalahan sistematik disebabkan oleh alatalat ukur sendiri, pada pengukuran jarak langsung kesalahan sistematik antara laindapat terjadi karena: a. Kesalahan panjang pita ukur yang tidak standar b. Pelurusan yang tidak baik c. Pita ukur yang tidak mendatar 3. Kesalahan random/tak terduga Kesalahan random terjadi karena halhal yang tak terduga sebelumnya, seperti adanya getaran udara atau undulasi, kondisi tanah tempat berdiri alat ukur yang tidak stabil, kondisi psikis pengamat,dan lain lain. Kesalahan ini baru terlihat apabila suatu besaran diukur berulangulang dan hasilnya tidak selalu sama antara satu ukuran dengan ukuran yang lain. F. Global Positioning System (GPS) 1. Pengertian GPS GPS atau singkatan dari Global Positioning System merupakan suatu teknologi pemantau posisi di bumi yang memanfaatkan teknologi satelit. Untuk menjalankan sistem ini, selain satelit GPS juga dibutuhkan perangkat penerima sinyal GPS (GPS receiver). GPS receiver inilah yang berfungi sebagai titik tujuan yang menentukan lokasi bumi. Supriono (2010). Dalam penggunaan GPS terdapat banyak sistem koordinat yang terdapat dalam receiver, namun yang umum yang digunakan hanya 2 sistem koordinat yaitu Koordinat Geografis dan UTM. Keduanya memiliki perbedaan satuan derajat dan satuan meter. Rudiono (2010).

29 2. Fungsi GPS Kini GPS dengan aplikasi peta digital terbaru, memiliki fungsi yang semakin menarik : a. Mengetahui koordinat suau titik. b. Penunjuk arah jalan (navigasi). 3. Cara Menggunakan GPS (untuk GPS Garmin) Cara menggunakan GPS adalah sebagai berikut: a. Menekan tombol power yang berada di kiri atas pada GPS. b. Menunggu sebentar hingga terhubung dengan satelit.(usahakan minimal ada empat satelit yang terhubung) c. Perhatikan pada layer monitor GPS, maka akan tampil I con seperti di windows, map, compass, setup, dan lainlain. d. Kemudian masuk ke fitur map maka akan tampil tanda panah. Tanda tersebut merupakan kedudukan posisi GPS sekarang. Apabila garmin belum ada petanya maka GPS tersebut masih kosong atau belum diinstall peta, maka GPS tersebut bisa diinstall terlebih dahulu. e. Setelah GPS telah diinstall peta maka langkah selanjutnya adalah masuk ke fitur windows kemudian menekan tombol mark, untuk menyimpan titik koordinat dimana posisi titik berada saat ini. f. Selanjutnya memilih rename point dengan menuliskan nama yang diinginkan misalnya "BM Pengukuran". g. Apabila sudah selesai disimpan, maka selanjutnya pindah titik yang lain, misalnya posisi titik selanjutnya adalah posisi jalan, kemudian klik tombol mark, dan memilih rename point dengan menuliskan nama yang diinginkan misalnya "posisi jalan. Setelah itu memilih waypoint dari GPS

30 maka akan tampil dua titik koordinat yaitu posisi BM Pengukuran dan posisi jalan yang telah disimpan sebelumnya. G. AUTOCAD AutoCad merupakan program handal untuk membuat rancangan gambar teknik (bangunan, peta, dan sebagainya). Keunggulan dari AutoCad yang terutama adalah peta presisi atau keakuratan ukuran dari rancangan gambar tersebut. Nama AutoCad sendiri sebenarnya merupakan akronim dari kata Automatic Computer Aided Design. AutoCad merupakan program yang mampu mengoptimalisasikan komputer sehingga computer dapat berfungsi sebagai alat bantu dalam membuat rancang bangun. AutoCad adalah program untuk menggambar yang berbasis vector, dimana pemakai dapat dengan mudah memperbesar/memperkecil ukuran gambarnya tanpa mengubah kualitas gambar tersebut. Taufiq (2004) H. Keadan Umum Perumahan Bumi Rindang Luhur 1. Letak Geografis Bumi Rindang Luhur adalah salah satu perumahan yang ada di wilayah kecamatan Loa Janan ilir. Perumahan Bumi Rindang Luhur merupakan salah satu perumahan yang ada di Kec. Loa janan Ilir yang letaknya cukup strategis yaitu terletak di tepi jalan H.M. Rifadin yang merupakan pintu gerbang menuju wilayah Samarinda. Luas wilayah Perumahan Bumi Rindang Luhur adalah meter persegi dengan jumlah penduduk 420 jiwa serta developer dari Perumahan Bumi Rindang Luhur adalah PT. Megah Sejahtera Utama. (data menurut ketua RT Perumahan Bumi Rindang Luhur)

31 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Perumahan Bumi Rindang Luhur Kelurahan Harapan Baru Kec. Loa Janan Ilir sebagai obyek yang dikaji. Sedangkan data lapangan akan diolah di Laboratorium Penginderaan Jauh dan SIG Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu selama 6 bulan (16 Januari 2012 sampai 17 Juni 2012) meliputi penyusunan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan data di laboratorium dan penyusunan laporan karya imiah. B. Alat dan Bahan 1. Peralatan yang digunakan: a. Theodolit digunakan sebagai alat ukur yang utama dalam mengambil data di lapangan yaitu mengambil jarak miring, sudut vertikal, dan sudut horizontal. b. GPS digunakan untuk mengambil titik koordinat c. Roll meter 5 M digunakan untuk mencari jarak lapang d. Komputer/laptop digunakan untuk memasukkan data lapangan dan mengolahnya serta menampilkannya dalam bentuk peta. e. Kalkulator digunakan untuk mengolah data ukur lapangan. f. Payung digunakan untuk menghindari alat theodolit dari sinar matahari.

32 2. Bahan a. Kertas tally sheet pengukuran, digunakan untuk mencatat datadata lapangan sebelum data tersebut diolah agar datadata lapangan tidak hilang. b. Pita Ukur digunakan untuk menandai nama urutan patok dalam pengukuran. c. Spidol digunakan untuk menandai nama titik pengukuran. d. Paku payung digunakan sebagai pengganti patok dalam pengukuran. e. Alat tulis (pensil, pulpen, penggaris) digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan. C. Prosedur Kerja Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Persiapan alat dan bahan 2. Pemasangan patok. Patok di tempatkan di tempat yang strategis dimaksudkan agar titik target yang akan diukur mampu terlihat dengan jelas tanpa adanya penghalang. 3. Pengambilan titik koordinat awal pengukuran dengan menggunakan GPS 4. Pendirian alat a. Alat theodolit didirikan di atas titik patok. b. Theodolit di atur sedemikian rupa sesuai dengan syarat mendirikan alat ukur theodolit sampai alat siap digunakan dalam pengukuran. 5. Pengambilan data a. Rambu ukur ditempatkan di titik back sight dan front sight. b. Teropong pada alat theodolit diarahkan ke rambu ukur

33 c. Atur alat theodolit dengan menekan tombol 0 set agar bacaan sudut horizontal pada alat 0? (nol derajat). d. Catat bacaan benang rambu ukur dan bacaan sudut vertikal yang terdapat di alat theodolite pada kertas tally sheet. D. Pengambilan Data Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat theodolite, GPS, dan roll meter. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode polygon tertutup (data pelengkap) dan metode polygon terbuka. Data yang diambil di lapangan dalam yaitu jarak lapang, tinggi alat, sudut vertikal, sudut horizontal, pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawahnya, Data yang sudah diperoleh dari lapangan dibuat dalam bentuk tabel yang terdapat pada tabel 2, 3 dan 4 di bawah ini. Tabel 1. Bentuk Data Ukur (tally sheet) Poligon Tertutup. No titik Titik Target Sudut vertikal Bacaan Horizontal Bacaan Benang Atas Tengah Bawah ( ) ( ) (") ( ) ( ) (") (mm) (mm) (mm) P0 P17 P1 P1 P0 P2 P2 P1 P3 P3 P2 P4 P4 P3 P5 P5 P4 P6

34 Tabel 2. Bentuk Data Ukur (tally sheet) Poligon Terbuka. No. Titik Titik Target Sudut Vertikal Bacaan Horizontal (?) Bacaan Benang Atas Tengah Bawah (?) (') (") (?) (') (") (mm) (mm) (mm) P1 BM P2 P2 P1 P3 P3 P2 P4 Tabel 3. Bentuk Data Ukur (tally sheet) Pengukuran GPS No. Nama Titik Easting Northing Elevation Keterangan 1 P1 2 P2 3 P3 4 P4 E. Pengolahan Data Data yang sudah diambil di lapangan kemudian diolah dengan menggunakan rumus perhitungan manual : 1. Nilai x = jarak datar x sin azimuth Keterangan : a. jarak datar diperoleh dari jarak lapang x sin ² vertikal b. sin azimuth diperoleh dari sin azimuth titik yang ke depan (front sight). 2. Nilai y = jarak datar x cos azimuth Keterangan : a. jarak datar diperoleh dari jarak lapang x cos ² vertikal

35 b. cos azimuth diperoleh dari coz azimuth titik yang ke depan (front sight) 3. Easting = x + Xawal Keterangan : a.?x diperoleh dari jarak datar x sin azimuth b. Xawal diperoleh dari koordinat awal (easting) pengukuran 4. Northing = y + Yawal Keterangan: a.? y diperoleh dari jarak datar x cos azimuth b. Yawal diperoleh dari koordinat awal (northing) pengukuran 5. Keterangan : a. benang atas dan benang bawah diperoleh dari bacaan benang pada pengukuran di lapangan 6. Keterangan : a. jarak lapang (JL) diperoleh dari benang atas benang bawah x 100 / 1000 b. sin ² vertikal diperoleh dari sudut vertikal ke depan (front sight) 7. Keterangan : a. <(sudut) horizontal masing masing titik + azimuth awal 8. Beda tinggi pengukuran 180 Keterangan : a. Tinggi alat diukur pada saat berdiri alat b. Benang tengah dibaca pada saat pembacaan benang c. Jarak datar diperoleh dari jarak lapang x sin² vertikal

36 Kemudian data hasil olahan dimasukkan ke dalam program Microsoft Office Excel dan akan dipadukan dengan aplikasi software AutoCad sehingga dapat menghasilkan gambar berupa peta jaringan jalan dari obyek yang telah diukur. Peta hasil pengukuran di lapangan dipadukan dengan Peta Kalimantan sehingga diketahui lokasi penelitian yang terletak pada kelurahan Harapan Baru. Hasil akhir yang akan diperoleh yaitu peta tata batas dan jaringan jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur. Proses pengolahan data pada komputer meliputi beberapa tahap seperti berikut: 1. Data ukur lapangan baik tata batas maupun jaringan jalan dimasukkan pada microsoft office excel. 2. Menyimpan data tata batas dengan type text (Tab Delimited) pada Microsoft office excel untuk polygon tertutup. Gambar 1. Penyimpanan Data Poligon Tertutup Pada Microsoft Excel.

37 3. Menyimpan data jaringan jalan dengan type text (Tab Delimited) pada Microsoft office excel untuk polygon terbuka. Gambar 2. Penyimpanan Data Poligon Terbuka I Pada Microsoft Excel 4. Menyimpan data jaringan jalan sekitar perumahan dengan type text (Tab Delimited) pada Microsoft Office Excel untuk polygon terbuka. Gambar 3. Penyimpanan Data Poligon Terbuka II Pada Microsoft Excel. 5. Buka program pemetaan Autodesk Land Desktop Ketik La pada command kemudian masukkan nama layer sesuai dengan yang kita inginkan. (layer tata batas, layer jaringan jalan, layer nama jalan, layer nama blok).

38 7. Masukkan data tata batas, jaringan jalan perumahan dan sekitar perumahan dengan mengklik points imports/eksport points Importspoints Gambar 4. Memasukkan Data (input) Ke Software AutoCad. 8. Hubungkan masing masing titik dengan klik pl pada command 9. Klik T enter pada command kemudian ketikan nama jalan dan nama blok yang sesuai di lapangan. 10. Ketik REC untuk membuat kotak pada gambar. 11. Untuk membuat grid pada gambar dengan mengklik utilities symbol manager.

39 Gambar 5. Menampilkan Grid Pada Model. 12. Klik Id pada tiap sudut segiempat pada grid untuk mengetahui nilai nilai koordinat UTM. 13. Buat kotak persegi untuk meletakkan nilainilai koordinat dengan mengetik pada command REC 14. Gandakan garis pada kotak persegi dengan mengklik pada command CO 15. Untuk membuat layout peta diperlukan settingan seperti dengan cara klik kanan pada layout kemudian klik page set up manager modify. Gambar 6. Membuat Layout Peta.

40 16. Klik single viewports pada toolbars viewports untuk memasukkan gambar pada layout. 17. Buat masing masing kotak dengan mengklik rec pada layout untuk memasukkan informasi (judul peta, tahun pembuatan peta, luas area, skala, arah utara, insert peta, pembuat peta, pemeriksa, dan disetujui oleh). 18. Hasil penelitian berupa peta yang dapat dilihat pada hasil (Bab IV). F. Analisa Data Data data pengukuran tidak dapat digunakan langsung sebagai data akhir, tetapi harus dianalisa terlebih dahulu sehingga data tersebut teruji tingkat keakurasiannya. Untuk itu ada beberapa analisa yang harus dilakukan yaitu: analisa kesalahan penutup sudut dan analisa kesalahan penutup jarak. Basuki (2006) 1. Analisis Kesalahan Penutup Sudut Dalam pengukuran poligon tertutup bahwa besarnya salah penutup sudut ( ) pada pengukuran ini yaitu sebesar kesalahan sebesar ini dibagi pada titik dengan masingmasing 18 titik mendapatkan koreksi sebesar Dalam pengukuran ini besarnya toleransi kesalahan sudut adalah I, di mana: I = Ketelitian alat N = Jumlah titik Sehingga I, berarti,= = , berarti dalam pengukuran ini tidak masuk dalam toleransi pengukuran sudut. 2. Analisis Kesalahan Penutup Jarak a. D Sin ( )

41 Dalam pengukuran poligon tertutup bahwa besarnya penutup jarak ( ) pada pengukuran ini yaitu sebesar m kesalahan penutup jarak ini di masukan ke dalam perhitungan koreksi X, dengan masingmasing titik dikalikan dengan 0.63 m terhadap jaraknya dengan perhitungan koreksi X adalah ( ) = (di / x fx, di mana: Keterangan : dl = jarak dalam poligon = jumlah jarak = kesalahan penutup absis Contoh ) pada P1 = ( di/ ) x fx = ( / ) x ( ) = m b. D Cos ( ) Dalam pengukuran polygon tertutup bahwa besarnya salah penutup jarak ) pada pengukuran ini yaitu sebesar kesalahan penutup jarak ini dimasukan ke dalam perhitungan koreksi y, dengan masingmasing titik dikalikan dengan terhadap jaraknya dengan perhitungan koreksi y adalah ) = (di / ) x fy, di mana: Keterangan : di = jarak dalam poligon = jumlah jarak = kesalahan penutup absis Contoh ) pada P1 = ( di/ ) x fy = ( / ) x (69.033) = m.

42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian telah dilaksanakan dalam rangka memperoleh data koordinat jaringan jalan dan batas Perumahan Bumi Rindang Luhur yang ada di Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir. Hasil data yang telah diambil pada penelitian berupa data pengukuran lapangan berupa data tata batas dan data jaringan jalan dari Perumahan Bumi Rindang Luhur, Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan Ilir. Keseluruhan data yang diperoleh tersebut secara lengkap disajikan dalam tabel dalam lampiran. 1. Luas Areal Perumahan Bumi Rindang Luhur. Data pengukuran tata batas areal Perumahan Bumi Rindang Luhur berupa polygon tertutup yang sudah diolah terlampir di bawah ini Tabel 4. Data Hasil Perhitungan Pengukuran Lapangan Tata Batas no titik Koreksi jarak jarak azimuth vertikal titik target Horizontal lapang datar?x?y X Y P0 P P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P P0 P P1 P P2 P P P P4 P P5 P P

43 Tabel 4. ( Lanjutan) P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P P7 P P8 P P9 P P10 P P P P12 P P13 P P14 P P15 P P16 P azimuth awal 0 Kordinat awal azimut akhir 0 Kordinat akhir Jumlah titik 18 Dx N2 x 180 (Sudut dalam) Jumlah koreksi sudut Ketelitian relatif poligon 2880 Dy Koreksi absis Koreksi ordinat Jumlah jarak Kesalahan linear Berdasarkan data tabel 4 data hasil perhitungan tata batas diketahui bahwa azimuth awal dan azimuth akhir dalam perhitungan tersebut adalah nol (0 ), persamaan nilai azimuth awal dan azimuth akhir dalam perhitungan tata batas adalah mutlak, hal ini dikarenakan bersifat syarat poligon tertutup sempurna adalah jika nilai azimuth awal sama dengan nilai azimuth akhir.

44 Nilai N pada tabel perhitungan tata batas adalah 18, nilai ini menunjukkan banyaknya titik berdiri alat. Dimana koreksi sudut yang digunakan adalah koreksi sudut dalam. Penggunaan koreksi sudut dalam harus dilakukan karena nilai jumlah sudut horizontal adalah lebih mendekati kearah nilai koreksi sudut dalam daripada nilai koreksi sudut luar. Nilai menunjukkan selisih antara nilai koreksi sudut dalam dengan nilai jumlah sudut horizontal sehingga nilai dapat disebut sebagai nilai koreksi sudut. Dengan adanya nilai jumlah koreksi sudut maka dapat diperoleh nilai ketelitian relatif poligon sebesar Nilai ketelitian relatif poligon merupakan hasil pembagian jumlah koreksi sudut dengan jumlah titik. Dari pengukuran tata batas diperoleh luas area 5.32 Ha serta keliling areal Perumahan Bumi Rindang Luhur sebesar m. 2. Pemetaan Jaringan Jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur. Data pengukuran jaringan jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur berupa poligon terbuka yang sudah diolah terlampir di bawah ini. Tabel 5. Data Hasil Perhitungan Pengukuran Lapangan Jaringan Jalan jarak jarak beda azimuth Dx Dy tinggi easting northing lapang datar?h

45 Tabel 5 ( Lanjutan)

46 Gambar 7. Peta Jaringan Jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur

47 B. Pembahasan 1. Luas Area Perumahan Bumi Rindang Luhur Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan diketahui luas arealnya adalah 5.32 Ha serta keliling areal Perumahan Bumi Rindang Luhur adalah meter. Nilai ini diperoleh setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program aplikasi AutoCad. Perbedaan luas areal yang berbeda dengan keterangan dari ketua RT disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : kesalahan alat, pembacaan rambu ukur, cuaca dan lain sebagainya. Menurut Basuki (2006), pengukuranpengukuran kita tidak lepas dari kesalahan kesalahan pengamatan. Kesalahan dalam pengamatan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu kesalahan kasar, kesalahan sistematik, dan kesalahan random. Untuk itu kesalahan linear polygon tertutup dalam pengukuran tata batas dapat disebabkan oleh ketiga kesalahan diatas seperti kesalahan dalam pembacaan, kesalahan pendengaran, alat yang belum di kalibrasi sebelumnya, serta adanya kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan seperti hujan. Keliling dan luas area Perumahan Bumi rindang luhur diketahui dengan cara mengetik Li pada kolom Command dan memilih obyek yang diinginkan maka pada kolom command akan muncul nilai keliling dan luas area obyek yang dipilih. Pada pengukuran batas Perumahan Bumi Rindang Luhur telah dilakukan koreksi sudut, jarak, koordinat, dan kesalahan linier sehingga poligon batas Perumahan Bumi Rindang Luhur telah diketahui kesalahan, dimana kesalahan linier polygon pada pengukuran batas areal perumahan bumi rindang luhur

48 adalah sebesar 1 : yang berarti poligon tata batas memiliki kesalahan liniernya mm tiap 1 titik. 2. Pemetaan Jaringan Jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur Pengukuran telah dilakukan berdasarkan pengambilan data di lapangan sehingga diperoleh data berupa data koordinat jaringan jalan dalam bentuk titik jaringan jalan kemudian titiktitik tersebut disambungkan sesuai keadaan yang ada di lapangan. Pengambilan titik titik ukur di lapangan diambil di kanan jalan sehingga tidak mengganggu kendaraan yang lewat. Data titik yang telah disambungkan tersebut kemudian dilebarkan (ekspand) sebesar lebar jalan yang ada di lapangan sehingga peta jaringan jalan akan terlihat seperti keadaan yang sebenarnya seperti terlihat pada hasil (lihat Gambar 7 halaman 38) Pada peta jaringan jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur ditampilkan nama jalan atau nama blok yang ada di seluruh areal Perumahan Bumi Rindang Luhur. Terdapat 6 ruas jalan yang membagi blok blok yang ada di Perumahan Bumi Rindang Luhur. Terdapat pula 2 ruas jalan utama yang membagi blok blok jalan. Jalan jalan yang ada di Perumahan Bumi Rindang Luhur banyak memiliki kerusakan jalan dan tingkat slope ( ) yang begitu terjal sehingga dapat mengakibatkan kendaraan bermotor mengalami kerusakan dalam melintas Peta jaringan jalan Perumahan Bumi Rindang Luhur memakai skala 1 : Lebar jalan blok adalah 2.60m dan lebar jalan utama adalah 2.90m Panjang jalan utama Perumahan Bumi Rindang Luhur adalah sebesar m dan panjang jalan blok adalah sebagai berikut.

49 Tabel 6. Panjang Jalan Blok Perumahan Bumi Rindang Luhur. Nama Blok Panjang Jalan (m) Blok A 103 Blok B Blok C Blok D Blok E Blok G Blok H Blok I Blok J Blok K Blok L Jumlah Jalan Blok `

50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kegiatan telah dilaksanakan, dengan demikian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Luas wilayah Perumahan Bumi Rindang Luhur adalah Ha dengan panjang keliling m. Terdapat perbedaan Luas wilayah Perumahan Bumi Rindang Luhur menurut ketua RT dan hasil pengukuran di lapangan. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal seperti kesalahan alat, kesalahan pengukur, cuaca dan lain sebagainya. 2. Terdapat 6 ruas jalan blok dan 2 ruas jalan utama di areal wilayah Perumahan Bumi Rindang Luhur. 3. Ruas jalan perumahan bumi rindang luhur disebut sebagai jalan desa/kampung karena jalan tersebut dikelola oleh warga sekitar untuk keperluan kegiatan masyarakat di wilayah tersebut. B. Saran Adapun saran dari penulis bagi developer Perumahan Bumi Rindang Luhur adalah : 1. Sebaiknya developer dalam membuat jalan pada areal perumahan bumi rindang luhur dapat mempertimbangkan kemiringan jalan sehingga tidak dapat menyebabkan kendaraan bermotor yang melintas menjadi rusak. 2. Dalam merencanakan suatu perumahan sebaiknya developer mempertimbangkan letak perumahan yang strategis seperti pada lokasi yang datar.

51 DAFTAR PUSTAKA Andika, Anggy Makalah Peta. (diunduhpadatanggal 29 November 20011). Basuki, S Ilmu Ukur Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Data menurut ketua RT. Perumahan Bumi Rindang Luhur. Samarinda. Guruh, D Pengadaan Data. Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Lestari peta. diunggah pada tanggal 9 Maret Roosseno, R Pengukuran dan Pemetaan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Rudiono Penggunaan Receiver GPS Navigasi. BDK Samarinda, Kalimantan Timur. Sinaga, I Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Soetomo Pengertian Peta. erapa+ahli diunggah pada tanggal 2 Oktober Sumino Perencanaan Geometrik dan Tebal Perkerasan Kaku. Universitas 17 Agustus Samarinda, Kalimantan Timur. Supriono Cara Menggunakan GPS SuprionoNano. diunggah pada tanggal 10 Januari Suryadi FungsifungsiPeta. (diunduhpadatanggal 4 Desember 2011). Taufiq, A Panduan Aplikatif Belajar AutoCad. Yogyakarta. Winnie Pengenalan Theodolite diunggah pada tanggal 31 Desember 2011.

52 Lampiran 1. Tabel 7. Data Awal Pengukuran Lapangan Tata Batas No titik Titik Target Sudut vertikal Bacaan Horizontal ( ) ( ) (") ( ) ( ) (") Bacaan Benang Atas Tengah Bawah (mm) (mm) (mm) P0 P P P1 P P P2 P P P3 P P P4 P P P5 P P P6 P P P7 P P P8 P P P9 P P P10 P P P11 P P P12 P P P13 P P P14 P P P15 P P

53 Tabel 7. (Lanjutan) P16 P P P17 P P

54 Lampiran 2. Tabel 8. Data Awal Pengukuran Lapangan Jaringan Jalan No. Titik Sudut Vertikal Bacaan Bacaan Benang Target Horizontal (ß) Atas Tengah Bawah ( ) (') (") ( ) (') (") (mm) (mm) (mm) P1 BM P P2 P P P3 P P P4 P P P5 P P P6 P P P7 P P P8 P P P9 P

55 Tabel 8. (Lanjutan) 1450 P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P16 P P P P P P P P P P P P P P P P

56 Tabel 8. (Lanjutan) P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P36

57 Tabel 8. (Lanjutan) 1457 P P P P P P P

58 Lampiran 3 Tabel 9. Data Pengukuran GPS Jaringan Jalan Sekitar Perumahan No. Titik Easting Northing Elevation

59 Lampiran 4. Tabel 10. Data Hasil Keseluruhan Jaringan Jalan JalanJalan No. Titik Sudut Horizontal (ß) sudut azimuth Bacaan Benang Vertikal jarak jarak Dx Dy beda tinggi easting northing elevation Target Atas Tengah Bawah lapang datar?h ( ) (') (") (mm) (mm) (mm) ( ) (') (") BM P P P P P P P P P P P P P P P P P P

60 Tabel 10. (Lanjutan) P P P P P P9 P P P P P P P P P P P P13 P P P10 P

61 Tabel 10. (Lanjutan) 1425 P P15 P P P16 P P P P P P P P P P P P P P P P P

62 Tabel 10. (Lanjutan) P P P P23 P P P24 P P P25 P P P26 P P P27 P P P P P P

63 Tabel 10. (Lanjutan) P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P

64 64 Lampiran 5. Gambar 8. Pengecekan Alat Theodolit Gambar 9. Pencatatan Alat Theodolit

65 65 Lampiran 6. Gambar 10. Pengukuran di Lapangan Gambar 11. Pengambilan Titik Ukur di Lapangan

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN Pengertian Alat Ukur Tanah Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE Prinsip kerja optis theodolite Pada theodolite terdapat 2 lensa atau 3 lensa yakni lensa objektif, lensa focus dan lensa pembalik. Biasanya yang memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL Kelompok 4 Kelas A Anggota : 1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KETELITIAN RELATIF POLIGON TERTUTUP PADA PENGUKURAN BATAS PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR

PERHITUNGAN KETELITIAN RELATIF POLIGON TERTUTUP PADA PENGUKURAN BATAS PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR PERHITUNGAN KETELITIAN RELATIF POLIGON TERTUTUP PADA PENGUKURAN BATAS PERUMAHAN BUMI RINDANG LUHUR Oleh: AZMANSYAH NIM. 090 500 131 PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV -104)

SURVEYING (CIV -104) SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 6 : METODE PENGUKURAN SUDUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Pengukuran sudut berarti mengukur

Lebih terperinci

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University KERANGKA DASAR PEMETAAN Nursyamsu Hidayat, Ph.D. THEODOLIT Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan terhadap bidang datar. Peta yang baik memberikan informasi yang akurat mengenai permukaan bumi kepada

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MEI 2014 TIM PENYUSUN Pujiana (41113120068) Rohmat Indi Wibowo (41113120067) Gilang Aditya Permana (41113120125) Santi Octaviani Erna Erviyana Lutvia wahyu (41113120077)

Lebih terperinci

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Dalam pekerjaan pekerjaan ukur tanah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Alat Ukur GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat, untuk menentukan posisi, kecepatan

Lebih terperinci

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat A. LATAR BELAKANG Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh koordinat

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium) PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium) 1. Tujuan Praktek dan Alat-alat : Praktek ini akan memberikan kesempatan kepada mahasiswa

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit. 2.2 Alat Ukur Sipat Ruang (Theodolit) 2.2.1 Konstruksi Theodolit Secara umum konstruksi theodolit terdiri dari 3 bahagian utama, yaitu : 1. Bahagian Bawah. a. 3 sekrup penyama rata b. Tabung sumbu I c.

Lebih terperinci

alat ukur waterpass dan theodolit

alat ukur waterpass dan theodolit alat ukur waterpass dan theodolit Waterpass dan Theodolite Waterpass digunakan untuk menentukan elevasi/ peil untuk lantai, balok, dan lain-lain yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang

Lebih terperinci

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH Untuk mengukur arah dan sudut pada pengukuran tanah alat yang umum digunakan adalah Theodolit, disamping itu juga dapat dipakai untuk mengukur jarak secara optis. Theodolit

Lebih terperinci

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL TUGAS I PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Survey Digital Fakultas Teknik tahun 2013 Nama : Herwinda Rosyid NIM : 12/333809/TK/40151 HALAMAN JUDUL

Lebih terperinci

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE BAG- TSP.004.A- 39 60 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN

Lebih terperinci

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang

Lebih terperinci

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian dari Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo Lampung Timur

Lebih terperinci

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT Penerbit Ganesha Ilmu Persada Daftar Isi BAGIAN I PENGENALAN LAND SURVEY 7 Pemakaian Alat Survey Dan Pengukuran 8 A. Perbedaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP OLEH: FEBRIAN 1215011037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengukuran dan pemetaan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini di bagi menjadi 2 tahap: 1. Pengukuran kondisi geometri pada ruas jalan Ring Road Selatan Yogyakarta Km. 36,7-37,4 untuk mengkorfirmasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik Disusun oleh : 1. Nur Hidayati P07133111028 2. Ratna Dwi Yulintina P07133111030

Lebih terperinci

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur Modul 7-1 Modul 7 Pemetaan Situasi Detail 7.1. PENDAHULUAN Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara

Lebih terperinci

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Yang merupakan bagian

Lebih terperinci

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon

Lebih terperinci

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN Definisi : Peta adalah sarana guna memperoleh infomasi ilmiah mengenai keadaan permukaan bumi dengan cara menggambar berbagai tanda dan keterangan sehingga mudah dibaca dan

Lebih terperinci

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Tujuan Khusus. Tujuan Umum Tujuan Umum Tujuan Khusus Mahasiswa memahami arti Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) Mahasiswa memahami cara pengukuran, cara menghitung, cara koreksi dari suatu pengukuran polygon baik polygon sistem terbuka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi dengan mempergunakan skala tertentu dan digambarkan pada bidang horizontal dengan mempergunakan proyeksi tertentu, gambaran

Lebih terperinci

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan PERPETAAN - 2 Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yang sebagian datanya diperoleh dari photo

Lebih terperinci

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI BAB I. BAB II. RENCANA PEMBELAJARAN PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT 1. Tujuan dan Alat-alat 2. Petunjuk Umum & Keselamatan Kerja 3. Langkah

Lebih terperinci

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS Pengukuran jarak optis termasuk dalam pengukuran jarak tidak Iangsung, jarak disini didapat melalui proses hitungan. Pengukuran jarak optis dilakukan dengan alat ukut theodolit,

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala 2. Berikut ini ciri-ciri peta, kecuali... a. Berjudul c. bermata angin b. berskala d. bersampul

Lebih terperinci

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI Pengukuran Situasi Adalah Pengukuran Untuk Membuat Peta Yang Bisa Menggambarkan Kondisi Lapangan Baik Posisi Horisontal (Koordinat X;Y) Maupun Posisi Ketinggiannya/

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Beda tinggi adalah perbedaan

Lebih terperinci

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah KULIAH 5 Koreksi Boussole / Kompas pada Theodolith Digunakan untuk koreksi arah utara 0 o yang sebenarnya (bukan utara magnetis). Ada beberapa metode

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 APA ITU TOTAL STATION???? Secara sederhana

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan menjadi salah satu kegiatan yang penting di dalam kegiatan penelitian tugas akhir ini. Tahap persiapan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : 3.1.1

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS DATA PENGUKURAN BENCHMARK

PERBANDINGAN KUALITAS DATA PENGUKURAN BENCHMARK PERBANDINGAN KUALITAS DATA PENGUKURAN BENCHMARK (BM) DENGAN MENGGUNAKAN ALAT DIGITAL THEODOLITE TERHADAP TOTAL STATION DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : FAHRIZAL NIM. 100 500 199 PROGRAM

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv Modul III.1. Teknik Penggunaan Alat Survey... 1 A. Capaian Pembelajaran... 1 B. Sub Capaian Pembelajaran... 1 C. Pendahuluan... 1 D.

Lebih terperinci

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip TACHIMETRI Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya menentukan posisi dengan jarak) untuk membuat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian 28 BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian dari Pengukuran Detail Desain Penyempurnaan Jaringan Reklamasi Rawa Untuk Peningkatan Potensi

Lebih terperinci

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02 CARA MENGHITUNG BEDA TINGGI Bagi para Surveyor perhitungan ini tidaklah rumit, namun bagi para pelajar, terkadang mengalami kesulitan dalam menghitung dengan cara manual.oleh karena itu, saya akan membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur alam dan buatan manusia beserta informasi ketinggian yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perencanaan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT Disampaikan Pada Acara Kunjungan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) I Bandung Ke Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia Pada Hari Sabtu Tanggal 5 Juli

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

METODA-METODA PENGUKURAN

METODA-METODA PENGUKURAN METODA-METODA PENGUKURAN METDA PENGUKURAN HORIZONTAL 1. Metda poligon 2. Metoda Pengikatan 3. Global Positioning System (GPS) METODA PENGUKURAN VERTIKAL 1. M.Sifat Datar 2. M. Trigonometris 3. M. Barometris

Lebih terperinci

KRIDA NAVIGASI DARAT N

KRIDA NAVIGASI DARAT N E E W W W W E E KRIDA NAVIGASI DARAT W N S E NAVRAT TKK PENGETAHUAN PETA & MEDAN TKK RESECTION DAN INTERSECTION GPS TKK JALAN KOMPAS SIANG DAN MALAM TKK PENGETAHUAN GPS SAKA WIRAKARTIKA GADINGREJO 1 1.

Lebih terperinci

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah 3.4 PEMBUATAN KONTUR Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Pengantar Pemetaan/ pembuatan peta adalah pengukuran secara langsung atau tidak langsung akan menghasilkan suatu gambar situasi/ permukaan

Lebih terperinci

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring BAB XII Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri

Lebih terperinci

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG Abdul Ghani Sani Putra 1006680631 Dila Anandatri 1006680764 Nur Aisyah al-anbiya 1006660913 Pricilia Duma Laura 1006680915

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

Metode Ilmu Ukur Tanah

Metode Ilmu Ukur Tanah Metode Ilmu Ukur Tanah Assalamu'alaikum guys, postingan kali ini saya akan membahas metode ilmu ukur tanah, yang terdiri dari : 1. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ( KDV ) 2. Pengukuran Kerangka Dasar

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD

Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Slide 2 Merupakan salah satu sistem yang akan membantu untuk

Lebih terperinci

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN KELOMPOK 7: D51115307 D51115311 D51115314 D51115312 A. M. SYAHDANI MUDRIKAH MAWADDAH HAERI AMRI RACHMAT RIFKY JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM MODUL 1 PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM DASAR PEMETAAN Tehnik Pemetaan Manual OLEH : Syahrul Kurniawan Christanti Agustina JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MARET, 2010 I. TUJUAN

Lebih terperinci

PEMETAAN JARINGAN JALAN KAWASAN PERKOTAAN TONDANO

PEMETAAN JARINGAN JALAN KAWASAN PERKOTAAN TONDANO PEMETAAN JARINGAN JALAN KAWASAN PERKOTAAN TONDANO Theo Kurniawan Sendow ABSTRAK Seiring dengan perkembangan Kawasan Perkotaan Tondano, maka segala aktifitas secara perlahan berubah baik pergerakan orang

Lebih terperinci

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain digunakan untuk mengukur sudut harisontal dan sudut vertikal, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA, STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD

Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA, STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA, STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Slide 2 Merupakan salah satu sistem yang akan membantu untuk

Lebih terperinci

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN (Macam-macam Peralatan Ukur Tanah) Disusun oleh: 1. Dinda Safara (5113416039) 2. Mohamad Irsyad Widyadi (5113416038) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.

1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4. Pengukuran Poligon Sudut 1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.Memudahkan dalam perhitungan dan ploting peta Syarat

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN DAN METODOLOGI PENGUKURAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN DAN METODOLOGI PENGUKURAN 3.1 Profil Perusahaan Gagasan pendirian CV. ARYA PUTRA MANDIRI yang bergerak dalam bidang jasa konsultasi di dirikan dengan pandangan bahwa usaha jasa

Lebih terperinci

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu yang mempelajari pemetaan disebut a. Geomorfologi b. Kartografi c. Hidrologi d. Pedologi e. Oseanografi 2. Gambaran permukaan bumi pada bidang datar yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT.

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT. PENGUKURAN POLIGOON by Salmani, ST.,MS.,MT. salman_as_saleh@yahoo.co.id POLYGON Definisi Polygon : Polygon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran lapangan.

Lebih terperinci

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING) POKOK BAHASAN : TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING) Prinsip penentuan beda tinggi; Jenis Peralatan Sipat Datar: Dumpy Level, Tilting level, Automatic Level; Bagian Alat; Mengatur Alat : garis arah niveau, garis

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) OPTIMALISASI LAHAN KAMPUS STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN ANGGARAN 2013 1) DATA PROYEK Nama Pekerjaan : Optimalisasi Lahan Kampus STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Lokasi Pekerjaan

Lebih terperinci

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur ba - bb Yang diukur pada pengukuran waterpas terbuka tak terikat titik tetap adalah a. Jarak antartitik ukur Jarak antartitik ukur dapat dicari dengan persamaan : j = (ba bb) x 100 Keterangan: ba = benang

Lebih terperinci

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta Pendahuluan Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR NO. KODE : INA.5230.223.23.03.07 BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

Gambar 5.27. Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

Gambar 5.27. Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7 A Δ P P 3 3 4 P4 P Δ 5 P 5 6 8 P 6 P 8 7 Gambar 5.7. Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak terikat titik tetap P 7 3 P 3 P 4 4 P P P 5 5 P 6 P 8 6 8 P 7 Gambar 5.8. Penentuan sudut luar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang IUT adalah bagian yang lebih rendah daripada geodesi. Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur permukaan bumi. ilmu ukur tanah mencakup kajian dan pengukuran

Lebih terperinci

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung Alat ukur sudut Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu sudut. Sudut dapat diartikan sebagai harga besar kecilnya pembukaan antara dua garis (lurus) yang bertemu pada suatu titik.

Lebih terperinci

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MT.,MS. POLYGON

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MT.,MS. POLYGON PENGUKURAN POLIGOON by Salmani, ST.,MT.,MS. Salman_as_saleh@yahoo.co.id POLYGON Definisi Polygon : Polygon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran lapangan.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING NO. KODE : BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

TUJUAN : INFASTRUKTUR : JARINGAN JALAN JARINGAN IRIGASI JARINGAN RAWA PEMUKIMAN

TUJUAN : INFASTRUKTUR : JARINGAN JALAN JARINGAN IRIGASI JARINGAN RAWA PEMUKIMAN SURVEY JALUR 4 SKS TUJUAN : MEMBERIKAN PENGETAHUAN AGAR MAHASISWA TERAMPIL UNTUK MELAKSANAKAN PENGUKURAN- PENGUKURAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFRASTRUKTUR YANG BEBENTUK JARINGAN INFASTRUKTUR : JARINGAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMK Muhammadiyah Pakem Mata Pelajaran : Ilmu Ukur Tanah Kelas/Semester : X/1 : 4 x pertemuan (4 x 45 menit) A. Kompetensi Inti KI 3 Memahami, menerapkan,

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR

SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR SPESIFIKASI PENYAJIAN PETA RDTR i Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 3 1 Ruang lingkup... 4 2 Istilah dan definisi... 4 2.1 Istilah Teknis Perpetaan... 4 2.2 Istilah Tata Ruang... 5 3 Penyajian Muka

Lebih terperinci

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1

a menunjukkan jumlah satuan skala relatif terhadap nol pada sumbu X Gambar 1 1. Koordinat Cartesius Sistem koordinat Cartesius terdiri dari dua garis yang saling tegak lurus yang disebut sumbu Sumbu horizontal disebut sumbu X dan sumbu vertikal disebut sumbu Y Tiap sumbu mempunyai

Lebih terperinci

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE LAPORAN PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID SYUHADA PERUMAHAN BEJI PERMAI, DEPOK PT. Mahakarya Geo Survey DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 2 DAFTAR TABEL... 2 1. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un

2011, No Mengingat Pengukuran dan Penataan Batas Areal Kerja Hak Pengusahaan di Bidang Kehutanan perlu disesuaikan dengan ketentuan perundang-un BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.192. 2011 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Batas Areal Kerja. Izin Pemanfaatan Hutan. Penataan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 19/Menhut-II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

Adipandang YUDONO

Adipandang YUDONO Pengenalan Kartografi Adipandang YUDONO 11 E-mail: adipandang@yahoo.com Outline Apa itu Kartografi? Peta Definisi Peta Hakekat Peta Syarat-syarat yang dikatakan peta Fungsi peta Klasifikasi peta Simbol-simbol

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LAB. PEDOLOGI LABORATORIUM PEDOLOGI & SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE. Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun

KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE. Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE 1) Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun email : senjikare@yahoo.co.id Abstract In general the measurement of land area can be

Lebih terperinci