KINERJA PARASITOID Trichogramma evanescens Westwood DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG JAGUNG Ostrinia furnacalis Guenee DI LAPANGAN
|
|
- Ridwan Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 M.S. Pabbage: Kinerja Parasitoid T. evanescens... KINERJA PARASITOID Trichogramma evanescens Westwood DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG JAGUNG Ostrinia furnacalis Guenee DI LAPANGAN M.S. Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRAK Parasitoid Trichogramma evanescens dibiakkan secara massal dengan inang pengganti telur Corcyra cephalonica di Laboratorium Hama dan Penyakit Balitsereal, demikian pula penggerek batang dibiakkan untuk mendapatkan telur penggerek batang Ostrinia furnacalis. Percobaan di lapangan bertujuan untuk mengetahui kinerja parasitoid yaitu kemampuan daya pencar dan efektivitasnya dalam menurunkan serangan penggerek batang jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata daya pencar parasitoid 12,8 m pada umur 48 HST (hari setelah tanam) dan 6 m pada umur 61 HST. Daya pencar parasitoid dipengaruhi oleh umur dan tinggi tanaman serta kecepatan angin. Pelepasan parasitoid di lapangan sebanyak ekor/ha dapat menurunkan serangan penggerek batang; 15,8 lubang/20 tanaman pada petak tanpa pelepasan menjadi 4,5 lubang/20 tanaman dengan pelepasan parasitoid. Selain itu dapat menaikkan hasil jagung dibanding tanpa pelepasan. Kata kunci: Parasitoid Trichogramma evanescens, Ostrinia furnacalis, daya pencar. PENDAHULUAN Penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis salah satu hama utama tanaman jagung. Hama ini mulai menyerang tanaman jagung mulai dengan meletakkan telur pada daun, kemudian makan pada daun muda yang masih menggulung dan selanjutnya berada pada bunga jantan. Sekitar 67 sampai 100% larva instar satu dan dua berada pada bunga jantan (Nafus dan Schreiner 1987). Larva instar ketiga dan empat mulai menggerek pada bagian buku dan masuk ke dalam batang. Dalam satu lubang gerekan dapat dijumpai lebih dari satu larva instar empat sampai lima dan pupa. Kerusakan tanaman jagung oleh penggerek batang jagung dapat menyebabkan patahnya batang atau rusaknya tongkol sehingga tidak dapat dipanen, berkurangnya jumlah dan bobot biji karena terjadinya gangguan fisiologi tanaman dan akibat larva yang makan langsung pada biji (Godfray et al. 1994). Gerekan akan mengurangi transfortasi air dan unsur hara dari tanah ke bagian atas batang dan daun karena rusaknya jaringan tanaman. Menurut Hsu et al. (1988) jumlah lubang gerekan batang merupakan indikator penting dan tepat dalam hubungannya dengan kehilangan hasil dibanding jumlah larva dalam batang. 106
2 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang berkisar 20 sampai 80% (Bato et al. 1983). Hasil penelitian Nonci et al. (1996) dengan infeksi lima ekor larva penggerek batang pada umur empat, enam, dan delapan minggu mengakibatkan kehilangan hasil berturut-turut 37, 36, dan 19% pada tanaman jagung di Lanrang, Sulawesi Selatan. Trichogramma evanescens merupakan parasitoid telur yang telah dilaporkan memarasit telur penggerek batang jagung di Sulawesi Selatan (Pabbage dan Baco, 2000). Pada daerah dimana parasitoid belum dijumpai, dapat dilakukan pelepasan dengan teknik inundasi dengan melakukan pembiakan secara massal di laboratorium sebelum dilepaskan. Keberhasilan pengendalian biologis dengan menggunakan parasitoid sangat tergantung dari kualitas parasitoid yang dilepas (Lenteren, 1991), aktivitas berjalan (Bigler et al., 1993), aktivitas terbang (Dutton et al. 1996). Selain itu juga ditentukan kondisi lingkungan fisik seperti suhu, kecepatan angin, radiasi matahari, dan curah hujan (Boldt 1974; Smidh 1994; Wang et al. 1997). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja parasitoid di lapangan dengan mengukur daya pencar parasitoid, lubang gerekan oleh penggerek batang jagung, populasi penggerek batang, dan hasil biji jagung. BAHAN DAN METODE Sebelum percobaan dimulai perbanyakan telur penggerek batang O. furnacalis dan juga parasitoid T. evanescens dilakukan di laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. Penelitian di lapangan dilakukan di Instalasi Balitsereal di Maros dan di Kabupaten Takalar Tahun 2004 dengan memilih lokasi dimana belum dijumpai parasitoid T. evanescens. Percobaan lapangan dilakukan pada dua lokasi sesuai dengan tujuan percobaan sebagai berikut : 1. Kemampuan Daya Pencar Parasitoid dalam Pencarian Telur Penggerek Batang Jagung Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya pencar seekor parasitoid dewasa dalam pencarian telur O. furnacalis sebagai inang di lapangan. Sedang kegunaannya adalah untuk mengetahui jarak efektif antara satu titik pelepasan parasitoid dengan titik pelepasan lainnya pada pertanaman di lapangan, sehingga parasitoid yang dilepas dapat merata dalam suatu hamparan pertanaman. 107
3 M.S. Pabbage: Kinerja Parasitoid T. evanescens... Varietas Lamuru ditanam di lahan seluas 100 m x 100 m dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm dua tanaman per rumpun. Pelepasan parasitoid dilakukan pada tanaman umur 48 dan 61 hari setelah tanam (HST) dengan dosis sekitar ekor betina (dihitung berdasarkan nisbah kelamin dan persentase kemunculan parasitoid dari inang pengganti telur C. cephalonica dalam perbanyakan di laboratorium). Parasitoid yang digunakan adalah parasitoid generasi ke enam. Mengingat umur parasitoid dewasa hanya + 36 jam, maka pelepasan parasitoid dilakukan dalam bentuk imago. Sebelum pengujian di lapangan, terlebih dahulu dilakukan penempatan kelompok telur O. furnacalis pada pertanaman jagung untuk mengetahui ada tidaknya parasitoid secara alami. Hal ini dilakukan satu minggu sebelum pengujian dengan meletakkan 20 kelompok telur O.furnacalis disebar secara merata di pertanaman jagung tempat pengujian. Satu hari setelah penempatan telur inang di lapangan, telurtelur tersebut dikumpulkan kembali dan diperiksa di laboratorium. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada kelompok telur O. furnacalis yang terparasit. Kelompok telur O. furnacalis yang menempel pada kertas minyak dari hasil pemeliharaan di laboratorium dipisahkan antara satu dengan lainnya dengan cara menggunting kertas minyak tempat peneluran sehingga terdapat hanya satu kelompok telur dalam setiap potongan kertas tersebut. Sebelum pelepasan parasitoid, telur-telur tersebut disebar di seluruh areal pengujian dengan jarak 5, 15, 25, 35, dan 45 m untuk tanaman umur 48 HST dan 3, 6, 9, 12, dan 15 m untuk tanaman 61 hst dari titik pelepasan pada delapan baris dengan sudut 45 o antara satu dengan lainnya. Telur inang direkatkan di bagian bawah daun jagung pada daun ke enam masing-masing satu kelompok telur. Peletakan telur O. furnacalis pada tanaman jagung dilakukan pada pagi hari antara pukul 7.00 sampai Pelepasan parasitoid dilakukan segera setelah penyebaran telur penggerek batang jagung selesai dilaksanakan. Pelepasan parasitoid dilakukan pada satu titik yaitu di bagian tengah areal pengujian. Parasitoid dewasa yang terdapat dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam tabung plastik (pipa paralon) ukuran 1,5 inci dengan panjang 25 cm dan pada kedua ujungnya ditutup dengan kawat kasa. Tabung plastik tersebut digantung 30 cm di atas kanopi tanaman jagung dengan menggunakan bambu yang diikat dengan tali pancing. Dua hari setelah pelepasan parasitoid, telur-telur inang dikumpulkan kembali dan dibawa ke laboratorium untuk melihat apakah telur tersebut terparasit. Pengamatan dilakukan terhadap kelompok telur yang terparasit, tinggi tanaman, 108
4 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 keadaan cuaca, arah dan kecepatan angin sejak pelepasan parasitoid sampai pengumpulan kembali telur inang. 2. Pengaruh Pelepasan Parasitoid terhadap Serangan Penggerek Batang Jagung dan Hasil Pipilan Biji Kering Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelepasan T. evanescens terhadap serangan penggerek batang jagung dan hasil pipilan biji kering tanaman jagung. Sedang kegunaannya adalah untuk mengetahui efektifitas dan peranan T. evanescens dalam menekan serangan penggerek batang jagung dan mempertahankan hasil biji tanaman jagung di lapangan. Perlakuannya terdiri dari pelepasan dan tanpa pelepasan T.evanescens. Varietas jagung yang digunakan adalah Lamuru, ditanam pada petak ukuran 30 m x 30 m, dua tanaman per rumpun dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm. Untuk menjamin pertumbuhan tanaman dengan baik maka diberi pupuk urea, SP36, dan KCl dengan dosis masing-masing 400, 200, dan 100 kg/ha. Setengah dosis pupuk urea dan seluruh SP36 dan KCl diberikan tujuh hari setelah tanam dengan cara tugal 10 cm di sekitar pangkal batang, sedangkan sisa pupuk urea diberikan 28 hari setelah tanam. Dosis parasitoid yang digunakan ekor betina per hektar (dihitung berdasarkan nisbah kelamin dan persentase kemunculan parasitoid dari inang pengganti dalam perbanyakan di laboratorium). Parasitoid yang digunakan adalah generasi ke enam dalam perbanyakan di laboratorium. Parasitoid yang diberikan pada petak perlakuan adalah dalam bentuk pupa yang masih melekat pada pias yaitu satu hari sebelum serangga dewasa keluar dari inang atau tujuh hari setelah diinfestasi. Pelepasan parasitoid dilakukan pada satu titik yaitu di bagian tengah petak pertanaman jagung dilakukan pada pukul 9.00 pagi. Pupa parasitoid yang masih berada dalam inang yang melekat pada pias dimasukkan ke dalam tabung plastik (pralon) ukuran 1,5 inci dengan panjang 25 cm dan pada kedua ujungnya ditutup dengan kawat kasa. Tabung plastik tersebut digantung 30 cm di atas kanopi tanaman jagung dengan menggunakan bambu yang diikat dengan tali pancing. Karena populasi telur penggerek batang di pertanaman jagung rendah, maka pemberian atau pelepasan parasitoid hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Parasitoid yang digunakan dalam penelitian ini adalah parasitoid yang diperbanyak di laboratorium pada suhu 24 o C. Hasil penelitian di laboratorium sebelumnya menunjukkan bahwa parasitoid yang dipelihara pada suhu rendah efektivitasnya lebih tinggi dibanding dengan yang diperbanyak pada suhu kamar. 109
5 M.S. Pabbage: Kinerja Parasitoid T. evanescens... Pengamatan dilakukan terhadap jumlah lubang gerekan larva pada batang, jumlah larva dan pupa dalam batang, dan hasil pipilan biji jagung kering. Pengamatan jumlah gerekan, jumlah larva dan pupa dilakukan pada saat panen dengan mengambil sampel sebanyak 20 rumpun secara acak di bagian tengah petak percobaan. Sedangkan hasil pipilan kering diambil pada luasan 10,00 m x 9,75 m (325 rumpun). Rancangan pecobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan enam ulangan. Data diolah dengan uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kemampuan Daya Pencar Parasitoid dalam Pencarian Telur Penggerek Batang Jagung Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya pencar T. evanescens mencapai jangkauan tertinggi pada tanaman jagung umur 48 HST dalam menemukan inang telur penggerek batang adalah 25 m yaitu terjadi pada arah Timur, sedang yang terendah hanya 5 m dengan arah Barat dan Barat Laut dari titik pelepasan. Hal yang sama juga terjadi pada tanaman umur 61 HST yaitu tertinggi terjadi pada arah Timut, Timur Laut, dan Tenggara dari titik pelepasan dengan daya pencar masing-masing 9 m (Tabel 1). Daya pencar yang tidak merata pada setiap pelepasan parasitoid kemungkinan disebabkan oleh pengaruh arah angin. Arah angin selama penelitian berlangsung adalah dari arah Barat ke Timur dengan kecepatan rata-rata 3,8 km/jam dengan kecepatan angin terbesar 15,2 km/jam (Tabel 2). Daya pencar parasitoid menentukan jarak antara satu titik pelepasan dengan titik pelepasan lainnya dalam suatu areal pertanaman. Daya pencar rata-rata parasitoid pada pertanaman jagung umur 48 HST dengan tinggi tanaman 108,9 cm adalah 13,8 m dari titik pelepasan. Hal ini mengindikasikan bahwa jarak antara satu titik pelepasan dengan titik pelepasan lainnya pada areal pertanaman jagung umur 48 HST maksimal 27,6 m. Sedangkan pada tanaman umur 61 HST dengan tinggi tanaman 189,6 m, jarak titik pelepasan maksimal 12 m. Qian et al., (1984) melaporkan bahwa O. furnacalis berada 20 m dari titik pelepasan dua hari setelah pelepasan. Selanjutnya Marwoto dan Supriyatin (1999) mengemukakan bahwa Trichogrammatoidea bactrae-bactrae dapat menyebar hingga 50 m pada pertanaman kedelai. Jangkauan daya pencar parasitoid pada tanaman jagung umur 48 HST jauh lebih tinggi dari 61 HST (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena semakin tua tanaman semakin bertambah rimbun, termasuk tinggi tanaman dan jumlah daun yang 110
6 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 bertambah, sehingga daya terbang parasitoid makin terhambat dalam pencarian inang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Biever (1972), Boldt (1974), Kanour dan Burbutis (1984) bahwa keberhasilan pengendalian di lapangan dengan menggunakan parasitoid Trichogramma tidak hanya ditentukan oleh mutu parasitoid itu sendiri, tetapi juga kondisi lingkungan fisik seperti suhu, kecepatan angin, kelembaban nisbi, radiasi sinar matahari, curah hujan, dan luas permukaan daun. Selanjutnya Wang et al., (1997) melaporkan bahwa proporsi telur yang terparasit akan menurun seiring dengan bertambahnya jarak, luas daun, dan suhu harian. Tingkat parasitisasi T. ostrinia pada telur O. nubilalis menurun 7-8 persen dengan kenaikan satu meter dari titik pelepasan, dan kenaikan luas permukaan daun 100 cm 2 per tanaman jagung kemungkinan terjadi penurunan parasitisasi telur O. nubilalis sebesar 7-9 persen. Tabel 1. Daya pencar parasitoid dalam menemukan inang (telur O. furnacalis) pada pertanaman jagung di lapangan (Maros, 2003) Arah mata angin Utara Timur Laut Timur Tenggara Selatan Barat Daya Barat Barat Laut Daya pencar (m) 48 HST 61 HST Rata-rata 13,8 6,0 HST = hari setelah tanam Kecepatan angin sangat mempengaruhi penyebaran parasitoid (Dutton et al., 1996). Kecepatan angin selama pelepasan parasitoid dalam penelitian ini rata-rata 104 cm/detik atau 3,8 km/jam (Tabel 2), sehingga kemunginan daya pencar parasitoid pada penelitian ini dipengaruhi oleh kecepatan angin. Sebagaimana yang dikemukkan oleh Dutton et al. (1996) bahwa kecepatan angin di bawah 30 cm/detik tidak mempengaruhi penyebaran. 111
7 M.S. Pabbage: Kinerja Parasitoid T. evanescens... Tabel 2. Keadaan cuaca, kelembaban mikro, dan tinggi tanaman jagung saat pelepasan parasitoid Waktu pelepasan parasitoid 48 HST ( ) Suhu ( o C) 26,5 C u a c a Intensitas cahaya RH matahari (%) arah (%) B T A n g i n Kecepatan (km/jam) Rata terbesar 3,8 15,2 RH mikro (%) 76,04 + 4,89 Tinggi tanaman (cm) 108,9 +7,0 61 HST ( ) 27,0 100 HST = hari setelah tanam B = Barat T = Timur = Menuju 69 B T 3,8 15,2 78,17 + 4,98 189,6+ 6,3 2. Pengaruh Pelepasan Parasitoid terhadap Serangan Penggerek Batang Jagung dan Hasil Biji Kering Jumlah rata-rata lubang gerekan larva O. furnacalis per 20 batang pada petak yang dilepasi parasitoid T. evanescens adalah 4,5 (0,22 lubang gerekan/batang) dan berbeda nyata dengan jumlah lubang gerekan pada petak tanpa pelepasan parasitoid (kontrol) yang jumlahnya mencapai 15,8 (0,79 lubang gerekan/batang). Demikian pula dengan jumlah pupa yang ditemukan dalam batang berbeda nyata antara petak yang dilepasi parasitoid dengan petak kontrol. Jumlah rata-rata pupa per 20 batang pada petak yang dilepasi parasitoid adalah 1,0 ekor (0,05 ekor/batang), sedang pada petak kontrol mencapai 8,5 ekor per 20 batang (0,42 ekor/batang). Hasil rata-rata pipilan kering dengan kadar air 13,4 pesen pada petak yang dilepasi parasitoid mencapai 6,19 ton biji per hektar dan berbeda nyata dengan hasil rata-rata pipilan kering pada petak kontrol yang hanya 5,76 ton biji per hektar (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah rata-rata lubang gerekan larva Ostrinia furnacalis pada batang, jumlah pupa per 20 batang jagung dan hasil pipilan kering biji jagung pada percobaan pelepasan parasitoid T. evanescens di lapangan Perlakuan Pelepasan parasitoid Jumlah lubang gerekan/20 batang 4,5 a Jumlah pupa (ekor/20 batang) 1,0 a Hasil pipilan biji kering (t/ha 1) ) 6,19 a Tanpa pelepasan Parasitoid 15,8 b 8,5 b Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang beda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 0,05 BNT 1) = Ka. 13,4% 5,76 b 112
8 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Populasi penggerek batang jagung di pertanaman sangat rendah yang menyebabkan gejala serangan yang ditimbulkan juga rendah yaitu hanya rata-rata 0,22 lubang gerekan per batang pada petak yang dilepasi T. evanescens. Sedangkan pada petak yang tidak dilepasi parasitoid atau petak kontrol, tingkat serangan hanya rata-rata 0,79 lubang gerekan per batang. Demikian pula dengan pupa yang ditemukan dalam lubang gerekan sangat rendah, baik pada petak yang dilepasi parasitoid maupun pada petakan kontrol. Pupa penggerek batang yang ditemukan dalam lubang gerekan sebagian besar sudah menjadi ngengat. Jumlah lubang gerekan, jumlah pupa, dan hasil pipilan biji kering berbeda nyata antara petakan yang diberi parasitoid dan petakan kontrol (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa parasitoid T. evanescens cukup efektif mengendalikan penggerek batang jagung di lapangan atau pertanaman. Tseng (2000) mengemukakan bahwa pengendalian secara terpadu (insektisida toksisitas rendah + parasitoid) dapat mengurangi jumlah gerekan pada batang jagung dibanding dengan pengendalian secara konvensional (insektisida dengan interval pemberian delapan sampai 10 hari, yang dimulai 30 HST sampai pada fase penyerbukan). Jumlah lubang gerekan yang diamati selama tujuh musim tanam berturut-turut sejak tahun 1985 sampai 1988 berkisar antara 0,5-3,5 per batang pada pengendalian secara terpadu, sedangkan pada pengendalian secara konvensional berkisar antara 1,0-4,5 per batang. Selanjutnya dikatakan bahwa tanaman jagung manis yang dikendalikan secara terpadu ditemukan lubang gerekan rata-rata sebanyak 1,7 per batang dan berbeda nyata dengan lubang gerekan pada kontrol yaitu mencapai rata-rata 6,7 lubang gerekan per batang. Hasil pipilan kering pada pengendalian secara terpadu lebih tinggi dan berbeda nyata dengan hasil pipilan kering pada pertanaman yang dikendalikan secara konvensional (Tseng 2000). Keberhasilan parasitoid T. evanescens dalam menekan populasi penggerek batang jagung di lapangan yang selanjutnya dapat mengurangi kehilangan hasil, selain kualitas parasitoid itu sendiri juga sangat ditentukan oleh kondisi fisik lingkungan antara lain: kecepatan angin, suhu, radiasi matahari, dan kelembaban. Daya jangkau parasitoid dalam menemukan inangnya menjadi dasar yang harus diketahui lebih dahulu, untuk menentukan jarak titik pelepasan. Jika inundasi dilakukan seyogyanya pengamatan terhadap telur penggerek batang dilakukan sebelumnya untuk menentukan apakah ekonomis dalam melakukan pengendalian. 113
9 M.S. Pabbage: Kinerja Parasitoid T. evanescens... KESIMPULAN 1. Daya pencar rata-rata dari parasitoid T. evanescens dalam menemukan inangnya 13,8 m pada umur 48 HST dan 6 m pada umur 61 HST, dengan jangkauan tertinggi 25 m arah Timur pada umur 48 HST dan 9 m arah Timur, Timur Laut, dan Tenggara pada umur 61 HST. Jarak titik pelepasan parasitoid tergantung dari tinggi dan umur tanaman serta kecepatan angin. 2. Pelepasan parasitoid secara nyata dapat menurunkan populasi penggerek batang 8,5 pupa/20 tanaman pada petak kontrol (tanpa pelepasan) menjadi 1,0 pupa/20 tanaman pada petak pelepasan parasitoid, lubang gerekan 15,8 lubang/20 tanaman pada petak kontrol menjadi 4,5 lubang/20 tanaman pada petak dengan pelepasan. DAFTAR PUSTAKA Bato, S.M., T.R. Everet, and O.O. Malijan Integrated pest management for Asian Corn Borer Control. National Crop Protection Center. Series No. 9. Biever, K.D Effect of temperatures on the rate of search by Trichogramma and its potential application in field releases. Environ. Entomol. 1: Bigler, F., S. Bossbart, G. Frei, and F. Cerutti Product control of Trichogramma brassicae. In G. Nicoli, N.C. Leppla and M. Bonuzzi (eds.). Proceedings of the 7th Workshop on Quality Control of Mass Reared Artropods, Rimini, Italy, Sept. pp Boldt, P.E Temperature, humidity, and host: Effect on rate of search of Trichogramma evanescens and Trichogramma minutum. Annals of the Entomological Society of America 67: Dutton, A., F. Cerutti and F. Bigler Quality and environmental factors affecting Trichogramma brassicae efficiency under field conditions. Entomologia Experimentalis et Applicata, 81: Godfray, H.C.J Parasitoids. Behavioral and Evolutionary Ecology, Princeton. Univ. Press. Princ., New Yersery. 473 p. Hsu,S.L., W.K. Peng, F.K. Hsieh Loss assessment of corn infested with Asian corn Borer Ostrinia nubilalis (Guenee). Memoirs of the college of Agriculture, National Taiwan Univ. 28(2): In Maize Abstract Vol.8, No.6. Kanour, W.W. and P.P. Burbutis Trichogramma nubilale (Hymenoptera: Trichogrammatidae) field releases in corn and a hypothetical model of control of the European corn borer (Lepidoptera: Pyralidae). Journal of Econ. Entomol. 77:
10 Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Lenteren, J.C. van Host discrimination by parasitoids. In: Nordlund, D.A., R.L. Jones, and W.J. Lewis (eds.). Semiochemical, their role in pest control, J. Wiley and Sons. Inc. New York. pp Marwoto dan Supriyatin Pemamfaatan parasitoid telur Trichogrammatoidea bactrae bactrae untuk mengendalikan penggerek polong pada tanaman kedelai. Simposium Tanaman Pangan IV Nop. 1999, 8p. Nafus, D.M. and I.H. Schreiner Location of Ostrinia furnacalis Lepidoptera: Pyralidae) eggs and larvae on sweet corn in relation to plant growth stage. Journal of Econ. Entomol. 84(2): Pabbage, M.S. dan D. Baco Efektivitas beberapa spesies/strain Trichogrammatidae pada telur penggerek batang jagung, Ostrinia furnacalis Guenee. Seminar Mingguan Balitjas (Belum dipublikasikan) Qian, Y., R. Cao, and G. Li Biology of Trichogramma ostriniae and evaluation of is effectiveness in controlling corn borer. Asian Entomologica Sinica, 27: Schmidt, J.M. and G.A. Pak The effect of temperature on progeny allocation and short interval timing in a parasitoid wasp.. Physiol. Entomol. 16: Smith, S.M Methods and timing of releases of Trichogramma to control Lepidoptera pests. In: Wajnberg and S.A. Hassan (eds.). Biological Control with Egg Parasitoids. CAB International, Wallingford, UK. pp Tseng, C.T Use of Trichogramma ostriniae (Hymenoptera: Trichogrammatidae), to control the Asian corn borer, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae) In: Vasal et al. (eds.). Proceeding of the 7 th Asian Regional Maize Workshop. Los Banos, Philipines, Feb pp Wang, B., D.N. Ferro, and D.W. Hosmer Importance of plant size, distribution of egg masses, and weather conditions on egg parasitism of the European corn borer, Ostrinia nubilalis by Trichogramma ostriniae in sweet corn. Entomol. Exp. Appl. 83:
PARASITASI Trichogramma evanescens Westwood PADA BERBAGAI TINGKAT POPULASI DAN GENERASI BIAKAN PARASITOID TERHADAP TELUR PENGGEREK BATANG JAGUNG
PARASITASI Trichogramma evanescens Westwood PADA BERBAGAI TINGKAT POPULASI DAN GENERASI BIAKAN PARASITOID TERHADAP TELUR PENGGEREK BATANG JAGUNG M.S. Pabbage dan J. Tandiabang Balai Penelitian Tanaman
Lebih terperinciHama penggerek batang dan penggerek tongkol pada jagung merupakan
Potensi Parasitoid Telur sebagai Pengendali Hama Penggerek Batang dan Penggerek Tongkol Jagung Surtikanti 1 Ringkasan Trichogramma evanescens merupakan agensia hayati untuk pengendalian hama utama jagung
Lebih terperinciYati Setiati, Neneng Hayatul Mutmainah, M. Subandi. Jurusan Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung
EFEKTIVITAS JUMLAH TELUR Corcyra cephalonica TERPARASITASI Trichogramma sp. TERHADAP PRESENTASI TELUR YANG TERPARASIT DAN JUMLAH LARVA PENGGEREK BATANG TEBU BERGARIS (Chilo EFFECTIVENESS OF EGGS NUMBER
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resistensi Tanaman Terhadap Serangan Hama Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama/penyakit adalah sekelompok faktor yang pada hakekatnya telah terkandung dalam tanaman
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia
DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke musim, memperkecil
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.
Lebih terperinciJ. Agroland 15 (1) : 27-31, Maret 2008 ISSN : X
J. Agroland 15 (1) : 27-31, Maret 2008 ISSN : 0854 641X JUMLAH INANG DAN KEPADATAN PARASITOID: PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SELFSUPERPARASITISM PARASITOID Trichogramma chilotraeae NAGARAJA & NAGARKATTI
Lebih terperinciVI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa
VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM 6.1 Pembahasan Umum Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa Manawa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, di peroleh bahwa kontribusi terbesar
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN INANG PADA SUHU RENDAH TERHADAP PREFERENSI SERTA KESESUAIAN INANG BAGI
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN INANG PADA SUHU RENDAH TERHADAP PREFERENSI SERTA KESESUAIAN INANG BAGI Trichogrammatoidea armigera NAGARAJA Effect of Length Storage of Host under Low Temperature on Host Preference
Lebih terperinciTINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)
TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi
Lebih terperinciJURNAL. Oleh: SIGIT ADDY PRATAMA. Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Oleh Komisi Pembimbing. Ketua. Ir. James B. Kaligis, MSi.
JURNAL POPULASI DAN PERSENTASE SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis Guenee) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) DI KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON Oleh: SIGIT ADDY
Lebih terperinciPengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Inisiasi Terbang Parasitoid Telur Trichogrammatoidea cojuangcoi Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatldae)
Pest Tropical Journal, Vol. 1 No. 1, Juli 2003 ISSN 1693-2854 Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Inisiasi Terbang Parasitoid Telur Trichogrammatoidea cojuangcoi Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatldae)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang
5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan April-Agustus 2010. Kegiatan penelitian terdiri dari penyiapan alat, bahan
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA
DINAMIKA POPULASI HAMA PENYAKIT UTAMA JAGUNG DAN MUSUH ALAMINYA A. Tenrirawe Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Hama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehilangan hasil jagung. Penanaman
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciYati Setiati, Neneng Hayatul Mutmainah, M. Subandi, *)
Efektivitas Jumlah Telur Corcyra cephalonica Terparasitasi Trichogramma sp. terhadap Presentasi Telur yang Terparasit dan Jumlah Larva Penggerek Batang Tebu Bergaris (Chilo Efectiveness of the number eggs
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar
1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG
PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei
Lebih terperinciPercobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda
Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.
Lebih terperinciPenentuan Waktu dan Titik Pelepasan Parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 21 NO. 2 02 Penentuan Waktu dan Titik Pelepasan Parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraja dalam Mengendalikan Hama Penggerek Polong Kedelai Marwoto
Lebih terperinciKey Words: Ultra Violet, Frozen egg, Trichogramma, Corcyra cephalonica (Stainton)
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Palembang, Palembang 18 Oktober 2008 Pengaruh Sinar Ultra Violet dan Pembekuan Telur Corcyra cephalonica Stainton (Lepidoptera: Pyralidae) terhadap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,
TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah
Lebih terperinciTHE GROWTH AND DEVELOPMENT OF Corcyra cephalonica (STAINTON) (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) REARED ON LOCAL FEED: QUALITY CONTROL OF FACTITIOUS HOST
Jurnal Agrikultura 16(3):153-159. (2005) PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Corcyra cephalonica (STAINTON) (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) PADA MEDIA LOKAL: PENGAWASAN MUTU INANG PENGGANTI THE GROWTH AND DEVELOPMENT
Lebih terperinciTANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI
TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI Oleh : Mia Nuratni Yanti Rachman A44101051 PROGRAM STUDI HAMA
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,
Lebih terperinciKAJIAN BEBERAPA KARAKTERISTIK BIOLOGI PENGGEREK BATANG TEBU BERKILAT CHILO AURICILIUS DAN PARASITOIDNYA (TRICHOGRAMMA CHILONIS)
KAJIAN BEBERAPA KARAKTERISTIK BIOLOGI PENGGEREK BATANG TEBU BERKILAT CHILO AURICILIUS DAN PARASITOIDNYA (TRICHOGRAMMA CHILONIS) Hamim Sudarsono Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur
TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)
TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber
Lebih terperinciEfektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering
Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan
Lebih terperinciPeluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara
Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Raven (1992) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Anthophyta : Monocotyledonae
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebugaran T. chilonis pada Dua Jenis Inang Pada kedua jenis inang, telur yang terparasit dapat diketahui pada 3-4 hari setelah parasitisasi. Telur yang terparasit ditandai dengan perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Faktor II (lama penyinaran) : T 0 = 15 menit T 1 = 25 menit T 2 = 35 menit
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tanaman Tebu, Sei Semayang dengan ketinggian tempat(± 50 meter diatas permukaan laut).
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Persiapan Penelitian Koleksi dan Perbanyakan Parasitoid Perbanyakan Serangga Inang Corcyra cephalonica
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai dengan Maret 2006 bertempat di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit
20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA
PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk
Lebih terperinciPEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI
PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI Arifin Kartohardjono Balai Besar Penelitian Tanaman padi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat penting. Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah padi. Sedangkan
Lebih terperinciKERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT
KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,
Lebih terperinciUJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN
UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian
Lebih terperinciKAPASITAS REPRODUKSI PARASITOID TELUR Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:Trichogrammatidae)
AGROVIGOR VOLUME 4 NO. 2 SEPTEMBER 211 ISSN 17 5777 3 KAPASITAS REPRODUKSI PARASITOID TELUR Trichogrammatoidea nana Zehntner (Hymenoptera:Trichogrammatidae) Sujak dan Dwi Adi Sunarto Balai Penelitian Tanaman
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah
Lebih terperinciKarakteristik Populasi dan Serangan Penggerek Jagung Asia, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae), dan Hubungannya dengan Kehilangan Hasil
Karakteristik Populasi dan Serangan Penggerek Jagung Asia, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae), dan Hubungannya dengan Kehilangan Hasil [Population Characteristics and Plant Damage Caused by Asian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), kebun percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan Januari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan Laboratorium Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA
PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA Fauziah Koes dan Oom Komalasari Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada
27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan
Lebih terperinciBIOLOGI DAN MUSUH ALAMI PENGGEREK BATANG Ostrinia furnacalis Guenee (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) PADA TANAMAN JAGUNG. Nurnina Nonci
BIOLOGI DAN MUSUH ALAMI PENGGEREK BATANG Ostrinia furnacalis Guenee (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) PADA TANAMAN JAGUNG Nurnina Nonci Balai Penelitian Tanaman Serealia, Jalan Dr. Ratulangi No. 274, Maros 90514,
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPercobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah
Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK
TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL
Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun
TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai
Lebih terperinciPenggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya
Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan dilaksanakan dari bulan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian untuk kegiatan fraksinasi daun mint (Mentha arvensis
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan
Lebih terperinci