BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) melaporkan penyakit tidak menular sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit tidak menular membunuh lebih banyak orang setiap tahun dibandingkan dengan gabungan semua penyebab kematian lainnya. Dari 57 juta kematian global di tahun 2008, sebanyak 36 juta atau 63% di antaranya disebabkan oleh penyakit tidak menular, terutama penyakit kardiovaskuler, diabetes, kanker dan penyakit pernapasan kronis. Berlawanan dengan pendapat umum, data yang tersedia menunjukkan bahwa hampir 80% dari kematian penyakit tidak menular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sebanyak 27% kematian akibat penyakit tidak menular di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah terjadi pada usia < 60 tahun (WHO, 2011a). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian dikarenakan prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai konsekuensi yang fatal (Depkes RI, 2007). Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah yang melebihi batas normal, yakni sistolik 140 mmhg dan atau diastolik 90 mmhg. Pada umumnya, penderita tidak menyadari jika dirinya menderita hipertensi, karena hipertensi seringkali tanpa tanda dan gejala. Oleh sebab itulah hipertensi sering disebut sebagai silent killer (WHO, 2011b). Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler. Secara global, prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia 25 tahun adalah sekitar 40% pada tahun Pertumbuhan penduduk dan penuaan menyebabkan jumlah orang dengan hipertensi tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar pada tahun 2008 (WHO, 2011a). Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini yang menjadi perhatian paling penting di seluruh dunia. Setiap tahunnya hipertensi membunuh hampir 8 juta orang di seluruh dunia, dan hampir 1,5 juta orang per tahun di 1

2 2 wilayah Asia Tenggara. Secara global, hampir 1 miliar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), 2/3 di antaranya di negara berkembang. Saat ini, 1/3 dari populasi orang dewasa di Asia Tenggara telah menderita tekanan darah tinggi. Permasalahan hipertensi akan terus berkembang, diperkirakan 1,56 miliar orang dewasa akan terkena hipertensi pada tahun 2025 (WHO, 2011b). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki prevalensi hipertensi sebesar 32,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan, yakni 39,6%. Beberapa provinsi lainnya memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional Indonesia. Sepuluh besar provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Sepuluh besar prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2007 No Provinsi Prevalensi (%) Kalimantan Selatan Jawa Timur Bangka Belitung Jawa Tengah Sulawesi Tengah D.I Yogyakarta Riau Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat 39,6 37,4 37, ,6 35, ,9 33,6 32,4 Sumber: Riskesdas, 2007 Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Provinsi D.I. Yogyakarta menempati urutan ke-6 dengan prevalensi 35,8%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Sementara itu, menurut rekapitulasi surveilans terpadu penyakit (STP) berbasis puskesmas (kasus baru) tahun 2007, penyakit hipertensi di D.I. Yogyakarta sebanyak kasus. Kabupaten Kulon Progo adalah salah satu kabupaten di Provinsi DIY yang mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam 3 tahun terakhir. Insiden hipertensi mengalami kenaikan dari kasus pada tahun 2010 menjadi kasus pada tahun 2011, kemudian naik menjadi kasus sampai dengan

3 3 bulan Oktober tahun Peningkatan insiden hipertensi menurut data surveilans terpadu penyakit (STP) berbasis puskesmas dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tren kasus hipertensi baru di Kabupaten Kulon Progo tahun (Sumber: STP Puskesmas Kabupaten Kulon Progo tahun ) Hipertensi merupakan penyakit yang menduduki peringkat ke-2 dalam 10 besar penyakit berdasarkan STP puskesmas di Kabupaten Kulon Progo pada tahun Dengan kata lain, hipertensi merupakan peringkat pertama dalam kategori penyakit tidak menular. Berdasarkan data surveilans terpadu penyakit (STP) berbasis puskesmas, diketahui bahwa kasus hipertensi sampai dengan Oktober 2012 paling banyak ditemukan di Puskesmas Wates (45,9%). Tabel 2. Sepuluh besar penyakit di Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 No. Penyakit Kasus Diare Hipertensi ILI (Influenza Like Illness) Diabetes mellitus Tifus Tersangka TB Disentri Pneumonia Campak TBC Paru BTA Sumber: STP Puskesmas Kabupaten Kulon Progo tahun 2011

4 4 Kejadian hipertensi secara umum dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Hipertensi dapat terjadi karena peran kedua faktor risiko tersebut secara bersamaan. Dengan kata lain, hipertensi tidak dapat disebabkan oleh satu faktor risiko saja (Suryati, 2005). Tingginya prevalensi hipertensi menurut Basha (2004) dikarenakan perilaku tidak sehat, yaitu; merokok, obesitas, depresi, rendahnya status pekerjaan & kurangnya beraktivitas. Menurut Suyono (2001), kecenderungan hipertensi lebih banyak terjadi pada masyarakat perkotaan dikarenakan faktor risiko seperti stres, obesitas, kurangnya olah raga, merokok, alkohol dan makanan dengan kadar lemak yang tinggi. Faktor risiko obesitas, konsumsi sodium pada makanan, aktivitas fisik dan asupan alkohol tidak hanya meningkatkan tekanan darah, namun juga memberi dampak negatif terhadap risiko penyakit kardiovaskuler pada lansia (Chobanian, 2007). Sejak awal abad 20, faktor psikologis telah diyakini mempunyai pengaruh jangka panjang terhadap peningkatan tekanan darah. Selama 1 dekade terakhir saja, lebih dari 10 penelitian longitudinal telah merilis bukti yang mengevaluasi efek faktor-faktor psikologis terhadap kejadian hipertensi. Menurut Rutledge & Hogan (2002), kejadian hipertensi sangat terkait dengan faktor psikologis seperti kecemasan, depresi, kemarahan (anger), permusuhan (hostility) dan stres. Banyak penelitian cross-sectional dan case control yang melaporkan bahwa tekanan darah tinggi terkait dengan faktor risiko yang berhubungan dengan karakteristik psikologis seperti permusuhan, ekspresi kemarahan, defensiveness, dan kecemasan. Menurut Everson et al. (1998), kemarahan dan permusuhan merupakan faktor psikologis yang telah lama diketahui sebagai faktor yang penting dalam kejadian hipertensi. Kemarahan merupakan salah 1 faktor psikologis yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Kemarahan adalah emosi yang kompleks dan terjadi sebagai akibat dari interaksi antara 1 atau lebih peristiwa (Paulus et al., 2004). Konsep kemarahan biasanya mengacu pada keadaan emosional yang terdiri dari perasaanperasaan dengan intensitas yang bervariasi, mulai dari kejengkelan, kemarahan

5 5 ringan sampai dengan gangguan terhadap kemarahan yang intens (Spielberger & Sydeman, 1994). Hipertensi adalah salah satu efek jangka panjang dari kemarahan yang berkepanjangan atau kronis. Kemarahan yang terus-menerus dan berkepanjangan akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap (Paulus et al., 2004). Everson, et al. (1998) mengemukakan bahwa mekanisme fisiologis tentang kemarahan yang dapat berdampak terhadap peningkatan tekanan darah dan hipertensi masih sulit untuk dijelaskan. Namun, beberapa bukti menunjukkan bahwa kemarahan dan stres mental mengaktifkan sistem saraf simpatik dan hipotalamus-pituitaryadrenal-axis menghasilkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, resistensi pembuluh darah, dan sekresi kortisol, katekolamin, glukosa, dan insulin, yang semuanya dapat berkontribusi terhadap terjadinya hipertensi. Menurut Centre for Wellbeing (2013), stres emosional dan kemarahan memicu pelepasan hormon stres kortisol dalam tubuh. Hormon kortisol dapat memberikan tubuh energi dengan sangat cepat. Namun, kenaikan kortisol yang lebih tinggi dan berkepanjangan mengakibatkan efek negatif bagi tubuh. Hal ini dapat membuat ketidakseimbangan gula darah, menurunkan kepadatan tulang, menekan respon kekebalan tubuh dan membuatnya rentan terhadap peradangan kronis, kemudian dapat menekan fungsi tiroid, memperlambat metabolisme tubuh dan dapat mengganggu kemampuan berpikir otak dan meningkatkan tekanan darah. Kemarahan (anger) dikategorikan menjadi 2 berdasarkan cara mengekspresikannya. Anger-out adalah kemarahan yang cenderung diekspresikan ke luar pada orang lain atau benda di sekitar lingkungan, baik diekspresikan secara verbal ataupun melalui tindakan fisik seperti membanting pintu dan lainlain. Kemarahan yang cenderung ditekan ke dalam diri sendiri dan tidak diungkapkan secara verbal ataupun melalui tindakan fisik disebut sebagai angerin. Sementara itu, kemarahan yang dikendalikan disebut sebagai anger-control (Spielberger & Sydeman, 1994).

6 6 Prevalensi yang tepat terkait dengan permasalahan kemarahan tidak diketahui sampai saat ini. Beberapa penelitian telah mengangkat isu spesifik gender dan ekspresi kemarahan. Secara khusus, antagonisme fisik dan verbal lebih sering ditemukan pada laki-laki, sedangkan perempuan dilaporkan lebih pasif (Biaggio, 1989). Tingkat kemarahan telah dilaporkan lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih muda (18-24) dibandingkan dengan kelompok usia dan pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan (Scherwitz et al., 1991). Dari beberapa penelitian cohort diketahui bahwa efek dari anger terhadap hipertensi pada perempuan kurang konsisten dan dengan bukti yang terbatas (Rutledge & Hogan, 2002). Bahkan Markovitz et al. (1993) melaporkan tidak ada efek anger terhadap hipertensi pada perempuan. Hasil berbeda dilaporkan Helmers, et al. (2000), perempuan dilaporkan memiliki skor anger-in dan angerout yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kemarahan dan permusuhan telah lama diketahui sebagai faktor yang penting dalam kejadian hipertensi (Everson et al., 1998). Beberapa penelitian di tahun 1970-an telah mengkaitkan tingkat kemarahan dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa individu dengan tingkat kemarahan yang tinggi memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat kemarahan yang rendah. Hasil serupa pada penelitian Celik et al. (2009) yang menemukan bahwa skor kemarahan rata-rata pada kelompok pasien hipertensi (21.9 ± 5.2) lebih tinggi dibandingkan dengan skor kemarahan rata-rata pada kelompok kontrol (19.6 ± 6.2), (p < 0.05). Funkenstein et al. (1954) menemukan bahwa denyut nadi pada kelompok anger-in 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan denyut nadi pada kelompok anger-out. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah antara kelompok dengan ekspresi kemarahan anger-in dengan anger-out. Harburg et al. (1991) melaporkan hubungan yang impresif antara ekspresi kemarahan dengan tekanan darah dan hipertensi, bahwa ekspresi kemarahan anger-in dan anger-out memiliki efek yang berbeda terhadap tekanan darah.

7 7 Everson et al. (1998) menemukan bahwa anger-out positif terkait dengan hipertensi. Setelah follow-up selama 4 tahun, diketahui bahwa laki-laki dengan skor anger-out tinggi memiliki risiko hipertensi 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki skor rendah (OR = 2,00, 95% CI 1,20-3,38), sedangkan laki-laki dengan skor anger-in tinggi memiliki risiko hipertensi 1,66 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki skor rendah, namun secara statistik tidak bermakna (OR = 1,66, 95% CI 0,98-2,82). Sementara itu, laki-laki dengan skor anger-control tinggi memiliki risiko 0,64 dibandingkan dengan yang memiliki skor rendah, namun secara statistik tidak bermakna (OR = 0,64, 95% CI 0,37-1,10). Hasil berbeda ditemukan pada penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Ohira et al. (2002). Dari penelitian tersebut diketahui bahwa risiko hipertensi 1,6 kali lebih tinggi pada kelompok laki-laki dengan skor anger-out rendah dibandingkan dengan kelompok laki-laki dengan skor anger-out tinggi (OR = 1,60, 95% CI 1,19-2,15). Di samping itu, tidak ada hubungan yang bermakna antara anger-in dengan kejadian hipertensi pada laki-laki dan perempuan. Perbedaan hasil pada beberapa penelitian sebelumnya sangat terkait dengan metode atau disain penelitian yang digunakan pada masing-masing penelitian. Penelitian cross sectional oleh Ohira et al. (2002) menunjukkan hasil berlawanan dengan penelitian cohort yang dilakukan oleh Everson et al. (1997) dikarenakan kelemahan pada disain cross sectional. Menurut Sastroasmoro & Ismael (2002), penelitian dengan disain cross sectional sulit untuk menentukan hubungan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat bersamaan. Oleh karena itu, hasil dari penelitian cohort oleh Everson et al. (1997) lebih kuat untuk mengidentifikasi efek dari anger expression terhadap kejadian hipertensi. Namun, penelitian Everson et al. (1997) hanya mengikutsertakan responden laki-laki dalam penelitiannya, sehingga efek anger expression terhadap hipertensi pada perempuan tidak diketahui. Adanya keterbatasan bukti dan hasil penelitian-penelitian yang bertentangan, serta inkonsistensi efek dari anger expression terhadap hipertensi pada perempuan, mendorong perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut yang mengikutsertakan

8 8 laki-laki dan perempuan sebagai responden penelitian, untuk memperkuat bukti efek dari anger terhadap hipertensi pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang hubungan antara anger expression (anger-in, anger-out dan anger-control) dengan kejadian hipertensi esensial pada laki-laki dan perempuan di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah risiko kejadian hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo meningkat pada laki-laki dan perempuan dengan skor anger-in yang tinggi? 2. Apakah risiko kejadian hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo meningkat pada laki-laki dan perempuan dengan skor anger-out yang tinggi? 3. Apakah risiko kejadian hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo berkurang pada laki-laki dan perempuan dengan skor anger-control yang tinggi?

9 9 C. Tujuan Penelitian 1. Membuktikan bahwa risiko kejadian hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo meningkat pada laki-laki dan perempuan dengan skor anger-in yang tinggi. 2. Membuktikan bahwa risiko kejadian hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo meningkat pada laki-laki dan perempuan dengan skor anger-out yang tinggi. 3. Membuktikan bahwa risiko kejadian hipertensi esensial di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo berkurang pada laki-laki dan perempuan dengan skor anger-control yang tinggi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai hubungan antara anger expression (angerin, anger-out dan anger-control) dengan kejadian hipertensi esensial pada laki-laki dan perempuan. 2. Bagi Puskesmas Wates Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan terkait dengan faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wates dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam menetapkan strategi guna membuat kebijakan dalam program pengendalian penyakit hipertensi. 4. Bagi peneliti a. Melalui penelitian ini, peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah. b. Menambah pengetahuan peneliti tentang faktor risiko kejadian hipertensi. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.

10 10 E. Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan rancangan case control. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efek anger expression (anger-in, anger-out dan anger-control) terhadap hipertensi esensial pada laki-laki dan perempuan. Penelitian ini mempertimbangkan variabel jenis kelamin sebagai variabel yang sangat penting untuk dikendalikan, dikarenakan adanya perbedaan angka kejadian hipertensi esensial pada laki-laki dan perempuan, serta perbedaan cara mengekspresikan kemarahan di antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini diharapkan akan melengkapi dan memperkuat bukti efek anger expression (anger-in, anger-out dan anger-control) terhadap kejadian hipertensi esensial pada laki-laki dan perempuan. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Kulon Progo. Penelitian yang hampir sama antara lain dapat dilihat pada Tabel 3.

11 11 Tabel 3. Keaslian penelitian Peneliti Judul penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Gentry et al. (1982) Habitual Anger- Coping Styles: I. Effect on Mean Blood Pressure and Risk for Essential Hypertension Variabel independen: anger expression Variabel dependen: hipertensi Analisis data: odds ratio Subjek: laki-laki dan perempuan kulit putih dan hitam usia tahun Lokasi: Detroit Disain: cross sectional Odds low vs high anger expression = 1,636 Harburg et al. (1991) Anger-Coping Styles and Blood Pressure in Black and White Males: Buffalo, New York Variabel independen: anger expression Subjek penelitian: laki-laki 19 tahun Variabel dependen: tekanan darah Lokasi penelitian: New York Desain penelitian: cross sectional Analisis data: risk difference anger-out memiliki efek yang signifikan meningkatkan tekanan darah pada laki-laki kulit hitam dan putih yang berusia lebih dari 40 tahun (p < 0,05). Everson et al. (1998) Anger Expression and Incident Hypertension Variabel independen: anger expression Variabel dependen: hipertensi Analisis data: odds ratio Subjek: laki-laki dewasa Lokasi: Finlandia Disain: prospective cohort Odds high vs low anger-out = 2,00 Odds high vs low anger-in = 1,66 Odds high vs low anger control = 0,64 Ohira et al. (2002) The Relation of Anger Expression with Blood Pressure Levels and Hypertension in Rural and Urban Japanese Communities Variabel independen: anger expression Variabel dependen: hipertensi Analisis data: odds ratio Subjek: laki-laki dan perempuan usia tahun Lokasi: Jepang Disain: cross sectional Odds low vs high anger out = 1,60

12 12 Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya belum mengobservasi efek anger expression (anger-in, anger-out dan anger-control) terhadap hipertensi esensial pada kelompok laki-laki dan perempuan secara komprehensif. Penelitian Gentry et al. (1982), Harburg et al. (1991), dan Everson et al. (1998) hanya mengukur efek anger expression terhadap hipertensi pada lakilaki, tanpa mengikutsertakan perempuan sebagai subjeknya. Hal ini mengakibatkan penelitian tersebut tidak dapat mengobservasi hubungan antara anger expression dengan kejadian hipertensi pada kelompok perempuan, sehingga efek anger expression terhadap hipertensi pada perempuan tidak diketahui dalam penelitian tersebut. Penelitian Ohira et al. (2002) yang berjudul The Relation of Anger Expression with Blood Pressure Levels and Hypertension in Rural and Urban Japanese Communities, telah melibatkan kelompok laki-laki dan perempuan sebagai subjek dalam penelitiannya, sehingga penelitian tersebut dapat mengobservasi dan membandingkan efek anger expression (anger-in dan angerout) terhadap hipertensi esensial pada kelompok laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Ohira et al. (2002) tidak mengukur variabel anger-control yang merupakan salah satu variabel yang penting terhadap kejadian hipertensi esensial, sehingga penelitian tersebut tidak dapat memperkuat bukti bahwa anger-control merupakan faktor protektif yang penting dalam mencegah risiko hipertensi esesnsial pada laki-laki dan perempuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki 5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,

Lebih terperinci

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah vaskular. Tekanan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

161 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

161 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ANALISIS FAKTOR KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2016 Irma Muslimin (Poltekkes Kemenkes Mamuju) Ridhayani Adiningsih (Poltekkes Kemenkes Mamuju) ABSTRAK adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang terjadi akibat penyakit kardiovaskular. Kelainan terjadi pada pembuluh darah di otak dan bersifat fokal. Stroke merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi di segala bidang dengan adanya perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kabo (2010) hipertensi adalah suatu penyakit kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh Report of the Joint National Committe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker. dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker. dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Di negara-negara yang sedang berkembang, penyakit jantung, kanker dan stroke menggantikan penyakit menular dan malnutrisi sebagai penyebab kematian dan disabilitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan/atau peningkatan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global. Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan kesehatan masyarakat, keluarga sebagai unit utama yang menjadi sasaran pelayanan. Apabila salah satu di antara anggota keluarga mempunyai masalah keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi esensial telah berdampak pada satu milyar orang diseluruh dunia, mengungguli serangan jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. PTM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia), yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus dan komplikasinya telah menjadi masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi menjadi salah satu faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah, selain hiperkolesterolemia dan diabetes melitus. Pada saat ini, hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian di dunia, dari 56 juta kematian global di tahun 2012, sebanyak 38 juta kematian (68%) disebabkan penyakit tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk kelompok lanjut usia (lansia) merupakan salah satu sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif yang banyak terjadi di masyarakat dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian terhadap Penyakit Tidak Menular semakin hari semakin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang sudah berusia 40 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang yang dapat menyebabkan berbagai penyakit berat dan komplikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi epidemiologi yang dikenal dengan istilah double burden diseases, yaitu penyakit menular belum dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah dikarenakan beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci