Sitti Fauziah Noer. Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Makassar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sitti Fauziah Noer. Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Makassar"

Transkripsi

1 POLA BAKTERI DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK YANG DITEMUKAN PADA AIR DAN UDARA RUANG INSTALASI RAWAT KHUSUS RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Sitti Fauziah Noer Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Makassar ABSTRACT Bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit dapat menyebabkan infeksi dan memiliki resiko tinggi mengalami infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan resistensinya terhadap antibiotik yang ditemukan pada air dan udara ruang di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini dilaksanakan pengambilan sampel air dengan 3 titik dimasing-masing Instalasi COT, OK IRD, dan ICU. Untuk sampel udara ruang dilakukan 1 titik di OK COT, OK IRD, dan 5 titik di ICU, dilanjutkan pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RS Universitas Hasanuddin Makassar. Hasil penelitian ditemukan pola bakteri pada air adalah Klebsiella pneumonia (30 %), E.coli (20%), Alkaligenes faecalis (20%), Enterobacter aglumerans (10%), Proteus mirabilis (10%), dan Providencia alkalifaciens (10%). Dan pola bakteri pada udara ruang adalah Staphylococcus epidermidis (40%), Acinobacter calcoaceticus (20%), Alkaligenes faecalis (10%). Staphylococcus aureus (10%), Staphylococcus sapropiticus (10%), dan Basillus subthilis (10%). Hasil resistensi bakteri terhadap antibiotika yang ditemukan pada air, terjadi pada Klindamisin (100%), Methicilin (100%), dan Sulbaktam Amoxicilin (80%). Sedangkan resistensi bakteri udara ruang terjadi pada antibiotika Nalidixid Acid (90%). Dari hasil resistensi telah terjadi Multi Drug Resistance dan ditemukan MRSA. Kata kunci : pola bakteri, resisten, antibiotika, instalasi rawat khusus PENDAHULUAN Rumah sakit adalah suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yang merupakan penyebab utama penyakit infeksi. Bakteri dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; air, udara dan lantai. Pada penelitian sebelumnya, ditemukan bakteri Staphylococcus aureus, S. epidermidis, S. saprophyticus, Streptococcus sp, Salmonella sp, Shigella sp, Aspergillus niger, dan Streptomices sp, di udara ruang operasi bedah saraf RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Bandar Lampung (1). Udara dari dalam ruangan dapat bertindak sebagai reservoir bakteri patogen yang ditularkan oleh pasien, sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi (2). Di negara maju, infeksi yang didapat di rumah sakit terjadi angka kejadian cukup tinggi. Misalnya, di AS, ditemukan kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 % pasien rawat inap di rumah sakit mengalami 73 infeksi baru selama dirawat, sebanyak 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat (3). Infeksi yang terbanyak ditemukan pada perawatan Intensive Care Unit (ICU), karena terkontaminasi dengan sumber bakteri patogen yang dapat menimbulkan wabah infeksi nosokomial (4). Pasien-pasien yang dirawat di ICU yang mempunyai pertahanan tubuh yang rendah, monitoring keadaan secara invasive, terpapar dengan berbagai jenis antibiotik dan terjadi kolonisasi oleh bakteri resisten. Mengakibatkan pasien yang dirawat mempunyai potensi yang lebih besar mengalami infeksi (5). Menurut Dewan Penasehat Aliansi Dunia untuk Keselamatan Pasien, infeksi nosokomial menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Studi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit di 14 negara di seluruh dunia, menunjukkan bahwa 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan di rumah sakit. Sementara di negara berkembang, diperkirakan lebih dari 40% pasien di Rumah Sakit terserang infeksi nosokomial (6).

2 74 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm Steven Opal dari Brown University di Rhode Island dan Thierry Calandra dari Vaudois Hospital Center di Lausanne, Swiss, mengungkapkan jenis bakteri Gram negatif (lebih patogen sehingga membahayakan organisme inangnya), dan menjadi penyebab 63 persen kasus infeksi. Bakteri yang paling umum ditemukan adalah Staphylococcus aureus, E.coli, dan kelompok Pseudomonas (6). Pada penelitian di ICU RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, tahun 2009, ditemukan bahwa Klebsiella pneumonia adalah kuman terbanyak (28,3%), dan bakteri yang paling kurang adalah Pseudomonas aeroginosa dan Alkaligenes faecalis masing-masing sebanyak (3,3%), Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi infeksi di ruang ICU cukup tinggi, oleh karena itu dibutuhkan pencegahan untuk mengurangi terjadinya infeksi (7). Penelitian yang dilakukan oleh Victor D., dkk (8), untuk International Nosocomial Infection Control Consortium selama di 98 Instalasi Perawatan Intensif di Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Eropa, didapatkan dari pasien yang dirawat di Instalasi Perawatan Intensif selama hari, terkait infeksi aliran darah 9,2 per 1000 hari, hampir 3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan 2,4 5,3 per 1000 hari yang dilaporkan dari Instalasi Perawatan Intensif US. Tingkat keseluruhan pneumonia terkait ventilator merupakan yang terbanyak, 19,5 per 1000 hari ventilator, diikuti dengan kateter infeksi traktus urinary 6,5 per 1000 hari kateter. Juga didapatkan 80,8% S. aureus disebabkan oleh Methicillin-resistant S.aureus, 50,8% dari isolat Enterobacteriaceae resisten terhadap septriakson, dan 52,4% dari isolat Ps. aeruginosa resisten terhadap fluorokuinolon. Angka mortalitas secara kasar didapatkan 14,3% untuk infeksi terkait pemasangan kateter vena sentral dan 27,5% terkait pneumonia terkait pemasangan ventilator. Berdasarkan latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian terhadap pola bakteri dan resistensinya yang ditemukan pada air dan udara ruang instalasi rawat khusus, yang sangat penting sebagai pertimbangan dalam pedoman pemberian antibiotik secara rasional, sesuai diagnosis penyebab penyakit infeksi. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Sampel adalah air dan udara ruang di Instalasi COT, OK IRD, dan ruang ICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel diambil masingmasing sebanyak 200 ml dengan menggunakan labu Erlenmeyer steril. Untuk pengambilan sampel bakteri udara ruang diambil 1 titik di 12 ruang Instalasi COT, 2 ruang di OK IRD, dan Instalasi ICU sampel adalah bakteri ruang pada 5 titik yaitu 4 titik pada sudut ruangan dan 1 titik pada tengah ruangan dengan menggunakan alat Air Sampler (Mas 100) yang tertangkap pada medium transport Nutrient Agar (NA) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Isolat bakteri yang diperoleh lalu dikulturkan, kemudian diidentifikasi untuk menentukan pola bakteri dan tes sensitivitas terhadap beberapa antibiotika yang digunakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pola bakteri dan uji kepekaan terhadap antibiotika. Penelitian diawali dengan pengambilan 29 sampel di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan mikrobiologis di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RS Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar. Besarnya sampel dalam penelitian pola bakteri air yang berasal dari ruang Instalasi COT, OK IRD, dan ICU (n=10) bakteri yang tumbuh 100%, sedangkan pola bakteri udara ruang (n=19), bakteri yang tumbuh (n=10) atau 52,63% (Tabel 1). Tabel 1. Pola Bakteri pada Air dan Udara Ruang yang ditemukan di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2011 Jenis Bakteri Basil Gram - Air Ruang Udara Ruang COT IRD ICU COT IRD ICU K. pneumonia E. Coli 1 1 E.aglumerans 1 Pr. mirabilis 1 P.alkalifaciens 1 A. faecalis 2 1 A.calcoaceticus Coccus Gram + S. aureus 1 S.sapropiticus 1 S. epidermidis Basil Gram + B. subtilis 1 Jumlah Sumber: Data Primer Tahun 2011 Kultur bakteri yang tumbuh pada air di antaranya adalah basil Gram negatif, yaitu Klebsiella pneumonia 30%, E.coli 20%, Enterobacter aglumerans 10%, Proteus mirabilis 10%, Providencia alkalifaciens 10%, dan Alkaligenes faecalis 20% (Tabel 1 dan Gambar 1). Di antara sampel yang ber-asal dari udara ruang, bakteri yang tumbuh adalah bakteri basil Gram negatif, yaitu Acinobacter calcoaceticus 20%, dan Alkaligenes 2

3 % Sitti Fauziah Noer, Pola Bakteri Dan Resistensinya Terhadap Antibiotik Yang Ditemukan Pada Air Dan Udara 75 faecalis 10%. Bakteri coccus Gram positif: Staphylococcus aure-us 10%, Staphylococcus sapropiticus 10%, dan Staphylococcus epidermidis 40%. Dan bakteri basil Gram positif adalah Basillus subthilis 10% (Tabel 1 dan Gambar 2) % 20 % 10 % 10 % 10 % berbagai jenis antibiotika dapat dilihat pada Gambar % % 10 % 10 % 20 % 0 40 % 10 % Gambar 1. Hasil Kultur Bakteri pada Air di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2011 Dari uji kepekaan bakteri yang ditemukan pada air dan udara ruang, dari hasil kultur bakteri basil Gram negatif yang berasal dari air terhadap berbagai jenis antibiotika dapat dilihat pada Gambar 3. Sedangkan Hasil uji kepekaan bakteri coccus Gram positif, basil Gram negatif, dan basil Gram positif, berasal dari udara ruang terhadap Gambar 2. Hasil Kultur Bakteri Udara Ruang di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2011 Semua bakteri dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri. Kebanyakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui air dan udara ruang, atau benda-benda yang tidak steril Sensitif Resisten Gambar 3. Hasil Uji Kepekaan Kultur Bakteri Gram Negatif yang ditemukan pada Air terhadap Antibiotik di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2011

4 % 76 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm ANTIBIOTIK 1.Azitrenem,2.Cefefime, 3.Cefoperazone, 4.Cefotaxime, 5.Cepriazone, 6.Cifroflaxacin, 7.Clindamycin, 8. Doxycylin, 9. Ertepenam,10.Gentamycin,11. Imipenem,12.Levofloxacin,13.Meropenem, 14.Methicilin, 15.Nalidixic Acid, 16.Netimicin, 17.Norfloxacin, 18.Sulbactam Amoxicilin, 19.Sufametoxazol Trimetoprim, 20.Tetracyclin, 21.Tobramycin,22.Eritromycin,23.Bacitracin,24.Novobion Sensitif Resisten Gambar 4. Hasil tes Kepekaan Kultur Bakteri yang ditemukan pada Udara Ruang terhadap Antibiotik di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar 2011 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan resistensinya terhadap antibiotika yang ditemukan pada air dan udara ruang di Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan terhadap bakteri patogen penyebab infeksi adalah air dan udara ruang. Hal ini disebabkan karena sumber penularan infeksi yang sering terjadi adalah di ruang Instalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Dari hasil kultur bakteri pada air dari ruang Instalasi COT, OK IRD, dan ICU, ditemukan pola bakteri basil Gram negatif. Bakteri yang ditemukan dengan urutan adalah Klebsiella pneumonia 30 %, E.coli 20%, Alkaligenes faecalis 20%, Enterobacter aglumerans 10%, Proteus mirabilis 10%, dan Providencia alkalifaciens 10% (tabel 1 dan gambar 1). K.pneumonia adalah bakteri terbanyak yang merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang (basil). Strain baru dari K.pneumonia dapat menyebabkan hospitality acquired pneumonia, yang berarti penyakit pneumonia tersebut didapatkan saat pasien berada di Rumah Sakit. Hal ini disebabkan, sumber air di ruang Intalasi Rawat Khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo berasal dari air sumur dan air PDAM yang dimasukkan ke dalam tangki penampungan yang sama dan usia penampungan air yang sudah lama. Menurut Depkes RI, bahwa air yang digunakan di Instalasi Rawat Khusus harus memenuhi kualitas kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penelitian terhadap pola bakteri yang ditemukan pada air, masih kurang dilakukan, tetapi menurut hasil penelitian Suriaman,E, dkk., (9), bakteri yang mencemari air bersih adalah E.coli. Pada kultur bakteri udara ruang ditemukan basil Gram negatif, basil Gram positif, dan cocus Gram positif. Bakteri cocus Gram positif lebih banyak ditemukan dengan urutan Staphylococcus epidermidis 40%, S.sapropiticus 10%, dan S. aureus 10%. Sedangkan basil Gram negatif dan basil Gram positif yang ditemukan adalah Acinobacter calcoaceticus 20%, Alkaligenes faecalis 10%, dan Basillus subtilis 10%. Bakteri yang terbanyak ditemukan adalah S.epidermidis 40%. Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Janet, dkk., yang melaporkan bahwa 74,6% bakteri coccus Gram positif dengan bakteri terbanyak Staphylococcus epidermidis (38%). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Philippe Eggimann mendapatkan 55% bakteri Gram positif yang terbanyak adalah S.epidermidis (14%). Bakteri ini merupakan genus dari bakteri Gram positif, kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia serta organisme lainnya, dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun pada hewan. Bakteri Gram positif merupakan penyebab infeksi nosokomial terbanyak pada era sebelum penggunaan antibiotika tahun 1940 (12). Instalasi COT (OK 8, OK 11, OK 12) digunakan sebagai ruang untuk tindakan pembedahan, semua pasien bedah dari berbagai bangsal dilakukan tindakan bedah disini, dan ruang IRD (OK 1 dan OK 2) digunakan sebagai tindakan cito atau emergensi. Kondisi ruang operasi yang digunakan sebagai tempat pengambilan sampel memiliki keadaan tidak steril. Hal ini terbukti dengan didapatkannya pola bakteri dari hasil kultur pada udara ruang. Instalasi COT OK 11 merupakan ru-

5 Sitti Fauziah Noer, Pola Bakteri Dan Resistensinya Terhadap Antibiotik Yang Ditemukan Pada Air Dan Udara 77 ang tindakan bedah syaraf, telah ditemukan bakteri Staphylococcus aureus. Hasil uji kepekaan basil Gram negatif yang resisten terhadap antibiotika yang ditemukan pada air di Instalasi COT, OK IRD, dan ICU, menunjukkan resistensi yang paling tinggi terdapat pada Providencia alkalifaciens (100%) terhadap antibiotika klindamisin, metisilin, sefoperazon, sefotaxim, septriazon, siprofloxasin, sulbaktam amoxisillin; E. coli (100%) terhadap klindamisin, metisilin, siprofloxasin, ertapenem, dan sulbaktam amoxisillin; Proteus mirabilis (100%) terhadap klindamisin, metisilin, ertepenem, sulbaktam amoxisillin; Alkaligenes faecalis (100%) terhadap klindamisin, metisilin, sulbaktam amoxisillin, dan sulfametoxazole trimetoprim; Klebsiella pneumonia (100%) terhadap klindamicin dan meticilin; Enterobacter aglumerans (100%) terhadap klindamisin dan metisilin. Data resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat dilihat pada masing-masing grafik. Hasil uji kepekaan bakteri pada udara ruang terhadap antibiotik di Instalasi COT, OK IRD, dan ICU, menunjukkan bahwa bakteri Alkaligenes faecalis (100%) telah resisten terhadap antibiotik yang digunakan, kecuali netilmisin, norfloxasin, dan tobramicin. Resistensi tertinggi terlihat juga pada bakteri Staphylococcus aureus (100 %) terhadap methicilin (MRSA) dan beberapa antibiotik. Resistensi bakteri Staphylococcus epidermidis (100%) terhadap antibiotik asam nalidiksat. Resistensi bakteri S. saprophyticus terhadap beberapa antibiotik. Bakteri A.calcoaceticus (100%) resisten terhadap antibiotika imepenem dan asam nalidiksat. Dan Bakteri Basillus subtilis (100%) telah resisten terhadap antibiotika cefoperazone, sulbaktam amoxisilin, dan sulfametaxazole trimetoprim. Bakteri yang resisten terhadap antibiotik merupakan masalah global, oleh karena itu penggunaan antibiotik yang tepat merupakan bagian dari pencegahan resistensi. Hasil penelitian uji kepekaan bakteri terhadap anti-biotik yang berasal dari hasil kultur bakteri air dan udara ruang terhadap berbagai jenis antibiotik mengalami resistensi pada semua bakteri yang ditemukan dan telah terjadi multi-drug resistency (MDR) terhadap semua antibiotik yang digunakan, karena resistensi ini terjadi lebih dari satu antibiotik (9). Pemberian antibiotik yang berlebihan merupakan faktor resiko yang akan membuat bakteri mengalami mutasi dan menjadi resisten (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus) (10). Menurut Peleg dan Hooper (2010) terdapat beberapa mekanisme resistensi antibiotika dari bakteri Gram negatif yang digunakan sebagai perlawanan terhadap antibiotik. Mekanisme tersebut adalah resistensi melalui penutupan celah atau pori (loss of porins) pada dinding sel bakteri sehingga menunjukkan jumlah obat yang melintasi membaran sel, peningkatan produksi betalaktamase dalam periplasmik sehingga merusak struktur betalaktam, peningkatan aktivasi pompa keluaran (efflus pump) dalam trans membrane, sehingga bakteri akan membawa obat keluar sebelum memberikan efek, modifikasi enzim-enzim, sehingga antibiotika tidak dapat berinteraksi dengan tempat target, mutasi tempat target sehingga menghambat bergabungnya antibiotik dengan tempat aksi, modifikasi atau mutasi ribosomal sehingga mencegah bergabungnya antibiotik yang menghambat sintesis protein bakteri, mekanisme langsung terhadap metabolik (metabolic bypass mechanism), yang merupakan enzim alternative untuk melintasi efek penghambatan antibiotik (11). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pola bakteri dan resistensinya terhadap antibiotik yang ditemukan pada air dan udara ruang di Instalasi rawat khusus RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, telah ditemukan pola bakteri pada air yang terbanyak adalah Klebsiella pneumonia, diikuti oleh E.coli, Alkaligenes faecalis, Enterobacter aglumerans, Proteus mirabilis, dan Providencia alkalifaciens. Sedangkan pola bakteri pada udara ruang yang terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis diikuti oleh Acinobacter calcoaceticus, Alkaligenes faecalis, Staphylococcus aureus, S. sapropiticus, dan Basillus subtilis. Resistensi bakteri yang tertinggi terhadap antibiotik ditemukan pada air adalah Klindamisin 100%, Metisilin 100%, dan Sulbaktam Amoxisilin 80%. Semua bakteri ini resisten di Instalasi COT, IRD, dan ICU. Sedangkan hasil resistensi bakteri udara ruang yang tertinggi terlihat pada antibiotika asam nalidiksat 90%, yang merata pada semua bakteri di ruang. Dari hasil uji resistensi bakteri terhadap antibiotik telah terjadi Multi-Drug Resistency (MDR) dan ditemukan MRSA. DAFTAR PUSTAKA 1. Rapani, A., 2010, Kejadian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. [serial on Internet]. [diakses 21 Desember 2006]. Available from: unimus.ac.id/files/disk1/ Wesetian, Mikroorganisme di Udara [monograph on the Internet], [diakses pada 20 Maret 2011]. Available from: ac.id/wesetian 3. Wesetian, Kewaspadaan Nosokomial, Yayasan Spritia, [diakses pada tanggal 24 Desember 2006]. Available from: or.id/est/dok/kol.pdf 4. Hanafie, A., 2010, Peranan Ruangan Perawatan Intensive Care (ICU) Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Anestesiologi pada Fakultas Kedokteran USU, diucapkan dihadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara, [serial on the Internet]. [diakses 2010]. Available from: pgb_2007_achsanuddinhanafie.pdf

6 78 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 Juli 2012, hlm Adysaputra, S.A., Rauf, A.M., dan Bahar, B. 2009, Pola Kuman Luka Operasi di Ruangan Intensive Care Unit Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, The Indonesia Journal of Medical Science, Volume 2 No.2 April-June Trikusumaagani, 2009, Pasien ICU banyak terkena Infeksi, [monograph on the Internet]. [diakses 4 Desember 2009]. Available from: nfeksi-htm 7. Vinisia, Profil Kondisi Sterilisasi dan uji Kepekaan Antibiotik Terhadap Bakteri yang Ditemukan pada peralatan Medis Instalasi Perawatan Intensif RSUP. H. Adam Malik, Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. 8. Victor,D., Dennis, G.M., Ajita, M., Carlos, A. M., Hakan, L.,Francisco, H., Luis,E.C., Naoufel, M., Zan,M., Lourdes,D., Josephine,A.N., Humberto, G.G., Lul, R., Rosalía, F.H., Eduardo, A.M., Souha, S.K., Salisu, A., and Patricio, N International Nosocomial Infection Control Consortium report, data summery for , American Journal of Infection Control [serial on the Internet], [diakses 09 Juni 2008]. Available from: Victor, D, dkk.htm 9. Suriaman, E. dan Juwita, Uji Kualitas Air, [diakses 17 April 2010]. uji_kualitas_air 10. Jawetz, Melnick, Adelbergs., Mikrobiologi Kedokteran. Penerjemah dan editor bagian Mikrobiologi FK Universitas Airlangga, Salemba Medika, Jakarta. 11. Syahrurahman, A., Chatim, A., Soebandrio, A., Santoso, Harun, H., Bela, B., dan Sujudi, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Penerbit Binarupa Aksara Kayser,F.H., Blienz,K.A., Eckert,J., Zinkernagel, R.M., Medical Microbiology. Thieme Stuttgart. New York Rizal, Pola Kuman dan Kepekaannya di Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru, Kabupaten Sukoharjo, Hasil penelitian, Jawa tengah. 14. Sennang, N., Wildena, and Benny, R., 2010, Methicilin Resistent Staphylococcus aureus, Antimicrobial Susceptibility Laboratory Test. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory Vol. 17 No. 1, hal 5-8. [serial on the Internet], [Diakses 23 Maret 2011]. Available from: detault.aspx.tabid=61&1d= src=4 15. Waluyo, L., Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas Muhammadiah, Malang. 16. Barriere, S.L. and Jacobs, R.A., Clinical use of antimicrobial In; Basic and Clinical Pharmacology, 6th ed. A Lange Medical Book, Chembers, H.F., General Principle of Antimicrobial Therapy, In : Goodman and Gillman s, The Pharmacologycal Basis of Therapeutics, 11th ed., McGraw-Hill Companies, New York. 18. Dipiro, T.J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posoy, L.M., Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach, 7 th ed, Mc Graw Hill Companies, USA Guntur, A., The Role of Cefepime : Empirical Treatment in Critical IIIness, Dexa Media No. 2, Vol. 20, April-Juni Kepmenkes No 1335/MENKES/SK/X/2002, tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit. 21. Kepmenkes No 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh berbagai macam mikroba patogen, salah satunya bakteri. Untuk menanggulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Resistensi antibiotik memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan manusia, setidaknya 2 juta orang terinfeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik jenis metisilin. MRSA mengalami resistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di

Lebih terperinci

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia Abstrak Departemen Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap negara, masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran

Lebih terperinci

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di dunia. Pengobatan infeksi erat hubungannya dengan penggunaan antibiotika. Penggunaan antibiotika

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN Profil Kondisi Sterilitas dan Uji Kepekaan Antibiotik Terhadap Bakteri yang Ditemukan pada Peralatan Medis Instalasi Perawatan Intensif RSUP. H. Adam Malik Oleh : VINISIA 060100092

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang. Kolonisasi tidak menimbulkan gejala klinis hingga infeksi dari

Lebih terperinci

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012 44 Artikel Penelitian Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 21 - Desember 212 Novilla Rezka Sjahjadi, Roslaili Rasyid, Erlina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam menurunkan morbilitas dan mortilitas penyakit infeksi masih sangat menonjol sesuai dengan laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi masih menjadi permasalahan di berbagai negara berkembang di dunia karena menjadi penyebab kematian dan kecatatan dengan jumlah kasus yang selalu bertambah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan global. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi jumlah orang dengan DM akan meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan penyakit infeksi ini dapat memberikan pengaruh terhadap penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat tinggi. Pneumonia merupakan penyakit radang akut paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi I. PENDAHULUAN Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik penting yang menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugasnya bagi dokter Aegroti Salus Lex Suprema, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009).Keselamatan pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisme Multidrug-Resistant (MDR) didefinisikan sebagai organisme yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang dilakukan di Paris, didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam

Lebih terperinci

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian (Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian 30,4% (Wilar, 2010). Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda

Lebih terperinci

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008 ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008 Nita Kristiani, 2010; Pembimbing I : Penny Setyawati.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus adalah bakteri gram positif. berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Staphylococcus adalah bakteri gram positif berbentuk kokus. Hampir semua spesies Staphylococcus merupakan bakteri koagulase negatif, kecuali Staphylococcus aureus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resistensi terhadap antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami yang dipercepat oleh penggunaan obat-obatan antibiotik (WHO, 2014). Spesies

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius. Pneumonia ditandai dengan konsolidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentunya tidak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG Efrida Warganegara, Etty Apriliana, dan Ryan Ardiansyah Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit (Werner et al., 2010). Saat ini, penyakit infeksi masih menjadi masalah di

Lebih terperinci

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO 1 Prilly V. Londok 2 Heriyannis Homenta 3 Velma Buntuan 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU Rosa Dwi Wahyuni Departemen ilmu patologi klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. Email:

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005

Lebih terperinci

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006 ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006 Dessy, 2007 Pembimbing Utama I : Dani Brataatmadja, dr., Sp.PK. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Nosokomial menjadi masalah yang cukup berdampak di negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi nosokomial ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia. Infeksi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Ventilator dapat juga berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroba atau mikroorganisme terdapat hampir di semua tempat. Mikroba terdapat di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran pernafasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi yang terjadi pada luka yang ditimbulkan oleh prosedur operasi invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1 IDO merupakan komplikasi pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas, baik di negara maju maupun negara berkembang. Sebagian besar virulensi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi

BAB I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Enterobacteriaceae merupakan patogen yang dapat menyebabkan infeksi serius mulai dari sistitis hingga pyelonephritis, septikemia, pneumonia, peritonitis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Setiabudy, 2009). Penemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi paru paru yang berperan dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PENDERITA PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG PERIODE JANUARI JUNI 2015 EVALUATION OF ANTIBIOTIC USE AT CHILDRENS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009). BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering dinegara maju, setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat didefinisikan sebagai suatu infeksi yang didapat oleh pasien di rumah sakit yang diyakini sebagai penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan di antaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh, kemudian terjadi kolonisasi dan menimbulkan penyakit (Entjang, 2003). Infeksi Nosokomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta kematian neonatus setiap tahun, 98% terjadi di negara berkembang. Penyebab paling umum kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas, lamanya tinggal di rumah sakit, dan kematian pada bayi. 1 Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

Volume VII Nomor 2, Mei 2017 pissn eissn

Volume VII Nomor 2, Mei 2017 pissn eissn PENENTUAN ANGKA BAKTERI PADA RUANG PERAWATAN RS. Dr LATUMETEN AMBON Fenti A. Tupanwael (Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin) ABSTRAK Telah dilakukan penelitian identifikasi jenis dan angka bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejadian bedah caesar semakin meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang. Di Inggris disampaikan bahwa terjadi kenaikan yakni 12% pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati sebagai organisme individu, berpasangan, dan ireguler serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) serta kegiatan pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

Pasien kritis adalah pasien dengan kondisi

Pasien kritis adalah pasien dengan kondisi Artikel Asli Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak RSMH Palembang Afriyan Wahyudhi, Silvia Triratna Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh : POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER 2014 Oleh : DASTA SENORITA GINTING 120100251 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.

Lebih terperinci