Pedoman strategi baru menghadapi kerusakan kelamin wanita - IP -

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pedoman strategi baru menghadapi kerusakan kelamin wanita - IP -"

Transkripsi

1 Untuk dikopi dan disebarluaskan Pedoman strategi baru menghadapi kerusakan kelamin wanita - IP -

2 1. Pendahuluan Pedoman ini adalah sebagai hasil dari diskusi, yang diadakan pada Seminar ke-17 Kelompok Kerja PBB untuk Bangsa-Bangsa Pribumi di Genewa (Juli 26-30, 1999), dimana telah dibahas tentang tindakan nyata yang lebik efektif yang perlu diambil untuk menanggulangi kerusakan alat kelamin perempuan. Kelihatan bahwa perjuangan untuk memerangi (mencegah) apa yang disebut Penyunatan wanita, yaitu pemotongan klitoris yang sangat kejam, dan dibanyak hal juga bibir kemaluan, yang banyak kali diadakan di Afrika, tidak membawa hasil yang diharapkan. Diperkirakan, bahwa setiap tahun banyak anak-anak gadis yang telah dipakai sebagai percobaan-dan jumlah tersebut menjadi dua kali lipat antara tahun 1982 dan Asal mula dari kebiasaan kejam ini tidak jelas. Sudah lama dilakukan di sebagian negara Arab dan Afrika Timur, tetapi belakangan ini sudah mulai menjalar ke Afrika Barat. Kesimpulan ini diambil dari kenyataan bahwa budak-budak yang dibawa ke Amerika sampai ke abad 19 belum pernah mengenal cara penyunatan ini. Di Indonesia, di mana tradisi tersebut masih ada di beberapa unsur budaya tertentu saat ini juga menyebar di kalangan muslim. Keadaan seperti ini tidak jelas di bagian dunia yang lain. Diberitakan tentang adanya kebiasaan kejam ini juga di bagian Selatan Afrika, dan ada kemungkinan bahwa kebiasaan kejam ini tetap dilaksanakan di Amerika Selatan hingga saat ini. Sesuai dengan perkiraan perkiraan yang telah lama ada, ada sekitar 2 juta gadis yang telah rusak alat kelaminnya. Itu bisa berarti bahwa saat ini jumlahnya jauh lebih besar dari jumlah tersebut. Umur pada saat penyunatan tersebut bervariasi sesuai dengan tradisi (adatistiadat) setempat, mulai dari bayi hingga remaja. Di sini kami sedang menghadapi suatu budaya adat-istiadat di satu sisi dan hak azasi manusia di sisi yang lain. Di sini kelihatan bahwa bila mengakui yang satu maka itu berarti mengabaikan yang satu lainnya secara langsung. Untuk ikut menangani dapat diakui hanya atas dasar medis dan psikologis. 1

3 2. Contoh Di dunia ketiga, golongan masyarakat ataslah yang mula-mula meniru Eropa. Biasanya ini mengandung arti kehilangan budaya dan adat istiadat, namun di dalam beberapa hal, ini juga bisa menghasilkan suatu hal yang positif. Dengan demikian dapat diperkirakan, khususnya di daerah-daerah perkotaan di Afrika, bahwa ada kecendrungan pengaruh Eropah mengambil peranan dan kebiasaan menyunat ini bisa dilepaskan tanpa ada interfensi yang ditetapkan, dimana urbanisasi sering mengakibatkan banyak adat-istiadat berakhir dengan sendirinya. Undang-undang telah dibuat untuk melarang FGM (female genital mutilation), namun demikian hasilnya tidak seberapa, seperti apa yang terjadi di Guinea, Niger, dan Sudan. Kasus di Mesir misalnya, dimana 95 % dari perempuan telah rusak alat kelaminnya, nyata-nyata menunjukkan konstelasi masalah yang harus diatasi dalam banyak faktor. Penyunatan klitoris perempuan ini begitu rupa, sehingga perlu untuk dilakukan di rumah sakit. Sebagai hasil dari jerih payah kampanye terhadap FGM adalah larangan resmi penyunatan klitoris alat kelamin perempuan di Mesir pada tahun Tetapi apa yang terjadi kemudian? Apakah ini merupakan akhir daripada FGM di Mesir? Sayang sekali, masalahnya tidaklah demikian. Sebagai akibat dari larangan resmi ini, penyunatan klitoris dilakukan secara gelap di tukang-tukang cukur dan juga pada tempat-tempat tertentu. Akibatnya yang disunat harus menderita karena tidak dibius lebih dulu, sedangkan pisau-pisau cukur yang berkarat menimbulkan komplikasi, dan karena tidak menggunakan obat bius maka korban dapat berakhir dengan kematian. Pada 1997 larangan resmi tersebut dicabut oleh pemerintah dan rumah sakit rumah sakit umun dapat melanjutkan pekerjaan menyunat klitoris alat kelamin gadis gadis lagi. 2

4 3. Faktor-faktor budaya Apa yang dapat kita pelajari dari kenyataan ini? Tampak jelas bahwa ada dasar faktor-faktor budaya yang telah diabaikan: Tradisi terbukti suatu hal yang sangat stabil. Ada kebutuhan ritual keagamaan. Selama kebutuhan ini tidak dipenuhi, tidak akan ada solusi atas masalah ini. Dari pandangan Eropa, hal ini mungkin dapat dikatakan - dan ini memang sudah dilakukan - "Kami tidak mengakui adat-istiadat anda. Lepaskanlah adatmu itu dan jadilah seperti kami." Bagaimanapun juga, kami telah melihat kemana akibat pendirian seperti itu akan membawa kami. Persoalannya tidak dapat teratasi, tetapi justru akan menjadi lebih parah. Faktor-faktor budaya merupakan kendala utama dalam mengatasi kerusakan kelamin wanita. Sering juga yang bersangkutan sendiri menghendaki penyunatan ini. Di dalam hal, dimana para ibu bermaksud anak perempuannya tidak disunat, neneknya mendesak dengan berbagai tipu muslihat agar melaksanakan penyunatan ini. Strategi untuk mengatasi penyunatan ini tampaknya hanya dapat berhasil, bila difahami, dalam hal melestarikan mekanisme bertahannya budaya yang ada. Karena larangan resmi secara hukum hanya memperburuk masalah. Dalam hal ini kami menganjurkan kebutuhan suatu strategi baru yang memasukkan unsur budaya karena dasar penyunatan adalah kejakinan budaya, bahwa kedewasaan wanita tidak dapat dipisahkan dari ritus tersebut. Selanjutnya harus ikut diperhatikan bahwa wanita-wanita penyunat profesional - biasanya adalah bidan di desa - tidak mau kehilangan pendapatannya, oleh karena itu mereka sangat menentang penyunatan wanita ini dihapuskan. 4. Situasi saat ini Setelah memerangi FGM lebih dari satu dekade, marilah kita menentukan sikap menghadapi situasi sekarang ini: Keberhasilannya kurang. Bahkan di kota kota wanita masih disunat. Sama seperti ibu mereka, mereka harus memilih antara mengingkari tradisi yang berarti 3

5 juga mengingkari sosial budaya yang berlaku ketat atau menerima nasib menderita kerusakan. Pada situasi saat ini ada dua hal yang mutlak perlu diperhatikan: (a) keadaan ini harus terus berlangsung sebagai ritual, (b) kerusakan harus dihindarkan/dihentikan. 4.1 Pencarian suatu solusi Bagaimana masalah yang pada awalnya tampak bertentangan dapat diselesaikan? - Peralihan keadaan dan langkah pertama ada di tiap masyarakat, hanya bentuknya yang berbeda. Oleh karena itu, untuk memulai kita harus menerima dulu berlangsungnya ritus ini. Pengalaman mengajarkan kita, bahwa hal ini tidak dapat dirubah. Walapun demikian kita mempunyai peluang untuk sedikit merubah bentuk ritus tersebut. Ini tampaknya satu-satunya strategi yang dapat berhasil. Dalam hal ini kita harus sangat berhati-hati, sehingga tidak terlalu banyak ritus diubah. Bila kita misalnya mengusulkan, sebagai gantinya hanya satu upacara atau semacam sunatan saja, pasti tidak akan diterima. Usul demikian juga tidak melihat arti simbolik dari ritus yang berlaku. Secara rinci dapat dijabarkan: Keadaan tersebut harus berkaitan dengan klitoris Harus dilakukan pemotongan Harus mengalir sedikit darah. Selama kita tidak menerima kebutuhan tradisi ini, kita tidak akan berhasil - hal ini kita alami dari pengalaman. Kita lihat sebagai bandingannya yaitu penyunatan kaum pria. Usul mengadakan satu upacara tanpa melakukan pemotongan sama sekali, tidak mungkin dapat diterima bahkan menjadi bahan tertawaan. Pilihan yang mana harus kita lakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan budaya tersebut? Untuk menjawab ini, ada baiknya kita pelajari ruang lingkup berbagai variasi penyunatan alat kelamin wanita. Dari berbagai tempat dan dari berbagai budaya keadaan ini berbeda-beda. Pada awal agama Islam keadaan ini hanya sedikit. Variasinya saat ini mencakup: 4

6 Satu jenis yang lemah, hanya menyangkut kulit depan klitoris Klitoridektomi, yaitu kecemerlangan atau sebagian besar klitoris dipotong Eksisi, dalam hal mana ditambah dengan pemotongan bibir kemaluan kecil Infibulasi, juga dinamakan penyunatan firaun, dimana tersangkut juga bibir kemaluan besar. Pemotongan minimal yang jarang terjadi, yang hanya memotong kulit depan klitoris seperti penyunatan kaum pria, tidak merusak. 1 Sayang hal ini hanya merupakan kekecualian dan di ujung skala lainnya ialah penyunatan yang kejam dan merusak. Di beberapa budaya Afrika, dimana luka dengan tidak steril dijepit dengan duri, si korban menderita seumur hidup dan tidak sedikit yang meninggal karena infeksi. Bagaimanapun juga hanya 2,5 % penyunatan alat kelamin wanita yang berjenis minimal, hanya kulit depan atau sebagian kecil dari klitoris dipotong. Sisanya 97,5 % yang berjuta-juta jumlahnya menderita kerusakan berat baik phisik maupun jiwa dan berarti dibunuh hidup-hidup akibat dari bentuk bentuk yang diterapkan oleh FGM. Penderitaan ini memerlukan campur tangan yang efektif sesegera mungkin. 5. Teknik baru Untuk memenuhi kebutuhan tradisi tetapi sekaligus menghindarkan kerusakan, dapat diharapkan solusi dari teknik berikut. Di atas klitoris terdapat kulit depan (praeputium clitoridis), dari mana tanduk klitoris (glans clitoridis) kadang muncul (gambar 1). Dalam hal ini kulit depan klitoris sama seperti kulit depan pelir pria. Teknik baru ini terbatas pada kulit depan klitoris, tidak ada yang dibuang, klitoris itu sendiri dan bagian kelamin lainnya tidak dirusak. 1 Perhatikan perbandingannya dengan operasi kepada para pria, itu sangat penting untuk di ingat, bahwa kondisi para suami akibatnya sangat kecil dibanding rata-rata para isteri yang terkena kanker. 5

7 Gambar 1: Gambar skema kelamin wanita dengan kulit depan (praeputium clitoridis), tanduk klitoris (glans clitoridis), bibir kemaluan kecil ((labia minora) dan bibir kemaluan besar (labia majora). Gambar 1 a: Klitoris dengan kulit depan Gambar 1 b: Klitoris dengan kulit depan (pandangan samping) Dilakukan pembelahan (incision) vertikal, dalam hal ini hanya membuka kulit depan dan klitoris menjadi bebas (Gambar 2). Untuk melindungi klitoris dapat dimasukkan suatu alat yang tumpul dibawah kulit depan. Pembelahan dapat juga dilakukan dari bawah setelah kulit depan diangkat. Yang terpenting ialah agar klitoris itu sendiri tidak terluka. Jadi tidak dilakukan pemotongan Iebih klitoridektomi, tetapi hanya membelah kulit depan (incisio praeputii). Meskipun demikian kebutuhan dasar ritus budaya tetap dipenuhi: Dilakukan pengirisan kelamin, menyangkut daerah klitoris, keluar darah. Di Asia tenggara ada penyunatan pria yang serupa, dalam hal mana hanya bagian atas kulit depan dibelah. 2 2 Tradisi dari suku Mangyan di pulau Mindoro (Philippines) 6

8 Gambar 2: Jalan pembelahan (garis dengan titik-titik) Gambar 2 a: Pandanan jalan pembelahan yang dibesarkan (garis dengan titik-titik) Untuk memenuhi tuntutan agar ada yang dipotong dan dibuang maka hanya kulit depan saja yang dipotong. Jangan sampai klitoris itu sendiri ikut terkena! Akan tetapi masih ada satu aspek yang perlu disebutkan: Pada banyak wanita kulit depannya begitu besar hingga menghalangi klitoris. Pada rangsangan birahi klitoris mengembang seperti halnya penis pria. Bila kulit depan begitu besar, klitoris dapat tersembunyi di belakangnya. Tertutup oleh kulit depan, klitoris tidak peka untuk rangsangan. Untuk banyak wanita yang keadaannya demikian, teknik baru ini IP (incisio praeputii) dapat merupakan perbaikan. Tanpa ini wanita tsb tidak dapat menikmati hubungan kelamin sepenuhnya, karena kulit depan yang besar merintanginya. Hasilnya dapat disimpulkan: Dengan teknik baru atau metoda baru ini sebagian kecil masalah dipecahkan dan bukan sebaliknya menimbulkan problema baru. 5.1 Upaya penyelamatan Sejauh tersedia, pembiusan lokal (xylocaine) dapat digunakan. Bagaimanapun juga perlu ada uraian psikologi budaya, untuk memahami peranan rasa sakit. Dengan memperhatikan pengertian ritus ini, penjelasan secara umum, seperti penindasan wanita atau pelenyapan nafsu birahi atas hasil analisa yang mengena tidak terhadap kaum dapat dijadikan sebagai bukti. Juga pemotongan 7

9 klitoris ini dilaksanakan di berbagai-daerah dalam berbagai bentuk keagamaan. Bagi orang luar, sulit untuk memahami keadaan ini, dan terusama sekali sejak dunia industri kehilangan pemahaman mengenai korban. Dikorbankan bukan sesuatu yang bagi seseorang tidak berarti atau yang tidak ada gunanya. Tidak demikian. Yang dikorbankan ialah sesuatu yang disayangi seseorang dan mahal harganya. Dari sudut analisa kejiwaan ditunjukkan bahwa ada kaitannya antara timbulnya kesakitan pada diri sendiri dan luka di satu sisi serta hilangnya atau di kesampingkannya ayah di isi lainnya. Pada dasarnya kami berperan bahwa ritus ini merupakan suatu fungsi dalam mekanisme budaya yang bersangkutan. Jika rasa sakit dihilangkan sama sekali, mungkin tidak dapat diterima. Strategi baru ini berisi, ritus pada dasarnya dapat diterima, tetapi menjadi sedemikian rupa, hanya seperti luka kecil di kulit yang terjadi sehari-hari. Beberapa hal pokok harus tetap diperhatikan: Pembelahan dilakukan dengan alat bersih yang tepat (terutama dengan lanset steril). Perlu sangat berhati-hati, agar klitoris yang ada dibawah kulit tidak rusak! Segera setelah pembelahan luka di desinfeksi. Bila antiseptik tidak ada bisa digunakan alkohol. Bila belahan demikian (seperti luka kulit biasa) umumnya dalam beberapa hari sembuh, perlu dijamain adanya sirkulasi udara pada luka tersebut. 3 Karena ada alasan untuk berharap, bahwa IP akan menggantikan kerusakan yang terjadi hingga saat ini, kita tidak dapat membiarkan adanya risiko terjadi infeksi. Hai ini berlaku untuk saat penggunaan awal, karena yang skeptis menentang perbaikan ini, akan menggunakan alasan infeksi untuk menolak strategi baru ini. 3 Pengikatan paha-paha, seperti umum dilakukan di beberapa tempat, berbeda dan menjadi suatu jaminan. Itu patut dikemukakan bahwa pada masa modern ini penutup plasik untuk pria kerasal dari peninggalan masa tradisional itu mempunyai pengaruh terhadap infeksi-infeksi juga dalam kondisi para pria yaitu bahwa selama tiga hari anak laki-laki tidak cukup ventilasi udara. 8

10 6. Aspek-aspek strategis Pengalaman menunjukkan bahwa hanya dengan melarang pemotongan klitoris hasilnya tidak ada. Secara konsekwen dalam melaksanakan srategi baru ini harus diambil langkah lain di antaranya: Ritus tidak dilarang, bahkan sebaliknya dilakukan ole penyunat profesional (sering wanita lanjut usia atau bidan), yang dengan demikian mempunyai pendapatan, mendapatkan lisensi - tetapi mereka diwajibkan memakai teknik BARU. Proses reformasi tidak membuang mereka, bahkan sebaliknya mereka diikutsertakan dan mendapat penghargaan. Kita juga diajari bahwa, jika kita berusaha mencapai perubahan sementara kita mengabaikan struktur-struktur tradisional yang berlaku, kita juga menyebabkan terjadinya perusakan secara diam-diam dan tidak resmi terus berlanjut. Dengan mengangkat ritus secara resmi masalah dapat dikendalikan. Langkah mencapainya secara diplomasi terletak di tangan NGO setempat dan para aktivis. Mereka memahami realitas budayanya masing-masing secara rinci. Sangat bermanfaat bila penyunat profesional di muka umum menerima teknik baru ini, hingga mereka terikat dengan kata mereka. Efektivitas penyebarannya tergantung pada strategi komunikasi yang dipakai. Alasannya ialah, supaya lebih mempermudah, maka teknik baru ini dapat didemonstrasikan di desadesa, dengan mengunakan model-model vulva atau paling tidak dengan gambar-gambar, agar lebih jelas apa yang dimaksudkan dan bertujuan menghindarkan kesalahpahaman. Dalam pelaksanaannya di masyarakat dimana tidak selalu persoalannya jelas dipahami, diperlukan suatu pelaksanaan supervisi. Rasanya juga sangat bermanfaat, bila memungkinkan ritus yang direformasi didampingi sendiri. Dalam diskusi dengan para wanita, yang sangat taat pada tradisi mereka, ternyata sangat besar manfaatnya untuk mengatakan kepada mereka, bahwa "Tuhan menciptakan wanita sedemikian rupa, karena Tuhan menghendaki wanita sedemikian adanya. Dan anda akan merusak apa yang telah diciptakan Tuhan sesuai dengan kehendaknya!" Argumentasi ini dapat menolong kita, untuk menggerakkan orang ini agar mereka tidak merusak klitoris anak gadisnya (atau juga klitoris mereka sendiri). 9

11 Bagaimanapun juga mekanisme kontrol diperlukan: Harus dijamin, agar IP dilakukan dengan benar, tanpa melukai klitoris. Para gadis harus diperiksa lebih dari satu kali, untuk mengambil tindakan bila terjadi infeksi dan untuk menghindari, kemungkinan terjadinya kerusakan. Agar reformasi ritus dapat berhasil dengan baik, mereka dianjurkan perlunya menerima nilai-nilai baru. Dengan kata lain: Yang bersangkutan tidak boleh merasa bahwa perubahan ini mengakibatkan hilangnya budaya. Hal ini perlu dijelaskan kepada yang bersangkutan, terutama para gadis, bahwa teknik baru, merupakan suatu ritus transisi yang utuh dan sempurna, dengan cara ini semua tuntuan dipenuhi. 7. Harapan-harapan Bila tindakan reformasi ini dilakukan secara resmi, paling tidak di kotakota maka mereka akan terintegrasi dengan bidang kedokteran. Perlu dijelaskan, bahwa yang terjadi di Mesir, (seperti dikemukakan di atas) tidak dapat disamakan dengan etika kedokteran. Bukan maksudnya para gadis dirusak kelaminnya di rumah sakit, tetapi agar para medis bertindak bertanggung jawab dan menggunakan kesempatan untuk mengakhiri perusakan pada klitoris. Bila badan resmi menolak partisipasi, perusakan dilakukan secara rahasia, seperti kita lihat kenyataannya. Bila kebutuhan ritus diakui, berarti reformasi mengganti larangan dengan ajakan, pelaksanaan reformasi resmi dilakukan di rumah sakit (yang juga menjadi teladan di daerah pedesaan). Hasilnya ialah, berakhirnya penderitaan sebagai akibat perusakan. Sebagai gantinya adalah menjadi pengalaman positif - anestesi, infeksi nyata berkurang, tidak ada kerusakan, bahkan sebaliknya ada perbaikan dalam segi seksual, identitas budaya dilestarikan. Dalam jangka panjang hal ini akan merupakan perubahan menyeluruh. 10

12 8. Umpan balik Dalam upaya baru memerangi perusakan alat kelamin wanita agar berlangsung secara optimal, maka sangat diinginkan, agar hal ini digunakan di dalam budaya masing-masing yang tersebar luas dengan belajar dari pengalaman dan memperbaiki hal-hal yang mendetail. Oleh karena itu sangat bermanfaat, bila anda memperbanyak pedoman bimbingan ini dan menyebarluaskannya. Sangat penting untuk ada terjemahannya dalam bahasa daerah, baik sebagai makalah atau dalam bentuk sumber suara (tape). Anda juga sangat menolong, bila anda mengumpulkan data tentang: penerimaan, efektivitas, yang bersangkutan dikenalkan dengan cara baru, diplomasi, presisi penyunatan yang dilaksanakan, kondisi penyembuhan luka dll. Bila anda berminat mendukung reformasi ini, silahkan anda kirim sumbangan (terjemahan, data, foto dll) kepada: Dr. Arnold Groh Laubenheimer Str. 36 D Berlin Tilpun/Fax: Sumbangan anda dapat berguna untuk memperbaiki pedoman bimbingan yang berikutnya dan menjadikan strategi baru ini optimal. Tujuan kami ialah untuk menghindari kekejaman berlanjut. Ingatlah akan semua gadis, yang tiap hari dirusak kelaminnya, oleh karena itu jangan buang waktu. Lakukanlah sesuatu sekarang juga! A. Groh, Pedoman bimbingan ini boleh dikopi, diterjemahkan dan disebarluaskan, tetapi hanya sebagai suatu keseluruhan dan tanpa merubah isinya. Dalam hal terjemahan dimohon, bahwa satu eksemplar terjemahan dikirim ke alamat penulis tsb. di atas. Ins Indonesische übersetzt von / Translated into Bahasa Indonesia by: Prof. em. Dr.-Ing. W. Suhadi (Berlin) / Terry Bukorpioper (Biak, West Papua) / I Wayan Karyasa (Bali). 11

Kalender Doa Proyek Hana Agustus 2014 Berdoa Bagi Korban Sunat Pada Bayi Wanita Atau Fistula

Kalender Doa Proyek Hana Agustus 2014 Berdoa Bagi Korban Sunat Pada Bayi Wanita Atau Fistula Kalender Doa Proyek Hana Agustus 2014 Berdoa Bagi Korban Sunat Pada Bayi Wanita Atau Fistula Tak terhitung banyaknya orang tak berdosa yang dihancurkan oleh budaya sunat pada bayi perempuan dan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek sirkumsisi pada perempuan sudah menjadi tradisi disekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Praktek sirkumsisi pada perempuan sudah menjadi tradisi disekelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek sirkumsisi pada perempuan sudah menjadi tradisi disekelompok masyarakat tertentu. Tujuan utamanya untuk mengontol dorongan seksual pada perempuan. Ada anggapan

Lebih terperinci

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Kalender Doa Oktober 2017 Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Dengan adanya 56 juta aborsi di seluruh dunia, maka tak terbilang jumlah wanita yang menghadapi penderitaan, rasa bersalah, kemarahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertanyaan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Banyaknya kontroversi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertanyaan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Banyaknya kontroversi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sunat pada perempuan sampai saat ini menjadi sebuah perdebatan dan pertanyaan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Banyaknya kontroversi terhadap sunat perempuan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sunat Perempuan. Penyelenggaraan. Pengawasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sunat Perempuan. Penyelenggaraan. Pengawasan. No.672, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sunat Perempuan. Penyelenggaraan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1636/MENKES/PER/XI/2010 TENTANG SUNAT

Lebih terperinci

FEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak

FEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak FEBRUARI 2016 Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak Setiap hari sekitar 41.000 anak perempuan di seluruh dunia yang berusia di bawah 18 tahun menikah - itu berarti setahun ada 15 juta anak perempuan

Lebih terperinci

SUNAT PEREMPUAN DALAM HUKUM INDONESIA DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

SUNAT PEREMPUAN DALAM HUKUM INDONESIA DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA SUNAT PEREMPUAN DALAM HUKUM INDONESIA DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA KONTEKS KEBIJAKAN TENTANG SUNAT PEREMPUAN Penelitian tentang sunat perempuan & Seminar Hasil Penelitian PBB & Gerakan

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan tersebut lumrah dilakukan terhadap kaum laki-laki saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan tersebut lumrah dilakukan terhadap kaum laki-laki saja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika mendengar kata sunat atau khitan, terbesit di pikiran bahwa pelaksanaan tersebut lumrah dilakukan terhadap kaum laki-laki saja. Faktanya, praktik khitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals atau disingkat MDG s dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang merupakan paradigma pembangunan global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

Pemotongan Kelamin Perempuan/ Sunat Perempuan. Beberapa tipe pemotongan kelamin perempuan/sunat perempuan

Pemotongan Kelamin Perempuan/ Sunat Perempuan. Beberapa tipe pemotongan kelamin perempuan/sunat perempuan BAB XXX Pemotongan Kelamin Perempuan/ Sunat Perempuan Beberapa tipe pemotongan kelamin perempuan/sunat perempuan Masalah kesehatan akibat pemotongan kelamin perempuan Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Hal ini menunjukkan sudah adanya perhatian dunia dalam meningkatkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

Kalender Doa TWR Women of Hope Maret 2017 Berdoa Bagi Wanita Agar Berdampak Bagi Kebutuhan Dunia

Kalender Doa TWR Women of Hope Maret 2017 Berdoa Bagi Wanita Agar Berdampak Bagi Kebutuhan Dunia Kalender Doa TWR Women of Hope Maret 2017 Berdoa Bagi Wanita Agar Berdampak Bagi Kebutuhan Dunia Meskipun banyak rintangan dan tidak memperdulikan apakah mereka menerima pengakuan, para wanita biasanya

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pernyataan Sikap Koalisi Masyarakat Sipil Untuk SDGs Pentingnya Indikator Sunat Perempuan dalam Goal 5 SDGs bagi Indonesia

SIARAN PERS Pernyataan Sikap Koalisi Masyarakat Sipil Untuk SDGs Pentingnya Indikator Sunat Perempuan dalam Goal 5 SDGs bagi Indonesia SIARAN PERS Pernyataan Sikap Koalisi Masyarakat Sipil Untuk SDGs Pentingnya Indikator Sunat Perempuan dalam Goal 5 SDGs bagi Indonesia Jakarta, 4 Agustus 2016 Koalisi Masyarakat Sipil untuk Sustainable

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. 1 Angka yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sunat Perempuan 1. Pengertian Sunat Perempuan Banyak konsep yang digunakan untuk menjelaskan tentang sunat perempuan. Dalam Islam khitan atau sunat berasal dari bahasa arab Al-khitan

Lebih terperinci

Kalender Doa Februari 2017

Kalender Doa Februari 2017 Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012

Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012 Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012 DOAKAN PARA IBU Bagi para ibu yang tinggal di lokasi yang kurang aman, dalam kemiskinan atau tanpa pertolongan dari pasangan yang penuh kasih, tanggungjawab terasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu Para ibu memegang masa depan. Setiap saat dalam hidupnya mereka memelihara masa depan para guru, para dokter, pengusaha, politisi dan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup modern sekarang ini menimbulkan dampak yang besar dalam kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktifitasnya,

Lebih terperinci

Oktober Berdoa Untuk Wanita Di Seluruh Dunia

Oktober Berdoa Untuk Wanita Di Seluruh Dunia Oktober 2013 Berdoa Untuk Wanita Di Seluruh Dunia Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33). Setelah mengatakan hal itu Yesus berdoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit

Lebih terperinci

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN KALENDER DOA PROYEK HANA FEBRUARI 2013 DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN Para wanita dan para gadis yang merindukan romantika, cinta, penerimaan, dan keamanan. Akibatnya, berkali-kali

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari : 1. Internet, www.who.org 2. Internet, www.ashm.org.au 3. Internet, www.yakita.or.id 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poligami pada saat ini tampaknya menjadi sebuah fenomena yang sering dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak dijadikan alasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

Kalender Doa Januari 2016

Kalender Doa Januari 2016 Kalender Doa Januari 2016 Berdoa Bagi Wanita Cacat Berabad abad beberapa masyarakat percaya bahwa wanita cacat karena kutukan. Bahkan yang lain percaya bahwa bayi yang lahir cacat bukanlah manusia. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB 2 TUNJAUAN PUSTAKA. Konsep tentang sikap telah berkembang dan melahirkan berbagai

BAB 2 TUNJAUAN PUSTAKA. Konsep tentang sikap telah berkembang dan melahirkan berbagai BAB 2 TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sikap 2.1.1 Pengertian Sikap Konsep tentang sikap telah berkembang dan melahirkan berbagai macam pengertian diantara ahli psikologi (Widiyanta, 2002). Sikap, menurut

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap individu. Beberapa dekade

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA 1. Pendahuluan Kaum laki-laki (suami) adalah pelindung bagi wanita (isteri) oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (suami)

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Mei 2013 Berdoa Untuk Pengantin Anak

Kalender Doa Proyek Hanna Mei 2013 Berdoa Untuk Pengantin Anak Kalender Doa Proyek Hanna Mei 2013 Berdoa Untuk Pengantin Anak Para gadis kecil dipaksa menikah dan anak-anak gadis memiliki bayi bukan hal yang ingin kita percaya benar-benar terjadi pada tahun 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Merujuk dari rumusan masalah pada penelitian ini, dan dari hasil serta pembahasan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa, 1. Bentuk KDRT pada keluarga muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara samudera pasifik dan

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember 1984 mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang mennunjukan komitmennya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan dan menjadi seorang ibu merupakan sebuah peristiwa yang dinantikan oleh banyak kaum wanita. Namun dalam kenyataannya, seringkali timbul masalahmasalah

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh *) Abstrak Perkawinan merupakan suatu kejadian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Ikatan perkawinan ini, menimbulkan akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Maha Kuasa, langkah menuju kedewasaan, tanda kekalahan atau perbudakan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirkumsisi atau pembuangan kalup penis telah dilakukan sejak zaman prasejarah, dilihat dari gambar-gambar di gua yang berasal dari zaman batu dan makam mesir purba.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018 KAJIAN KRITIS DAN REKOMENDASI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (R-KUHP) YANG MASIH DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SERTA MENGABAIKAN KERENTANAN

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu penyumbang kematian terbesar di dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100 juta kematian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian No.169, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Generasi muda adalah tulang punggung bangsa jika dulu para pahlawan dengan susah payah membela bangsa dengan bambu runcing, maka kita mengemban tugas dengan mengangkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.

Lebih terperinci

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo* Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo* Abstrak Nikah Sirri dalam perspektif hukum agama, dinyatakan sebagai hal yang sah. Namun dalam hukum positif, yang ditunjukkan dalam Undang -

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan

BAB I PENDAHULUAN. suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut (Wilkins, et al 2009), kelahiran bayi seharusnya membawa suka cita, tetapi untuk beberapa wanita melahirkan bisa membuat stress dan berpengaruh negatif yang

Lebih terperinci

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan membawa kita dapat dengan mudah mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari menegenai peristiwa

Lebih terperinci

AGAMA, TRADISI KEPERCAYAAN, DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES

AGAMA, TRADISI KEPERCAYAAN, DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES AGAMA, TRADISI KEPERCAYAAN, DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES Pasien dan keluarga berada Rumah sakit, komunitas menggunakan Kombinasi terapi biomedis dengan agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam masyarakat Indonesia adalah mutlak adanya dan merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan Bangsa seperti Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman memang pasti akan berubah karena orang-orang yang hidup didalamnya juga mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan bisa berlangsung menjadi baik ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pemilihan Penolong Persalinan Salah satu faktor yang paling mempengaruhi apa yang akan terjadi selama proses melahirkan adalah memilih penolong dalam membantu proses melahirkan

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi keempat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini tergolong paling tinggi di dunia. Untuk sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang pengguguran kandungan atau aborsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1, aborsi /abor.si/ berarti

Lebih terperinci

Tugas Akhir Universitas Mercu Buana April 2013

Tugas Akhir Universitas Mercu Buana April 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan penduduk di indonesia semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh dinas kependudukan tahun 2000-2025

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA By : Basyariah Lubis, SST, MKes KEKERASAN Defenisi Kekerasan pada Wanita : Kata kekerasan terjemahan dari violence yaitu suatu

Lebih terperinci

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH Hukum Keluarga dan Waris HUKUM WARIS ISTILAH Didalam hukum waris dikenal istilah-istilah seperti pewaris, ahli waris, harta waris, boedel, testament, legaat, dan legitieme portie[1]. Yang dimaksud Pewaris

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE Of North Sumatera c/o MEDICAL SCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. mansyur No. 5 Medan, 20155 INDONESIA TEL: +62-61-8211045; 8210555 Fax: +62-61-8216264 Email: komet_fkusu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan uraian simpulan dari skripsi yang berjudul Perkembangan Islam Di Korea Selatan (1950-2006). Simpulan tersebut merujuk pada jawaban permasalahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA KUESIONER PENELITIAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGANTAR Selamat Pagi/Siang/Sore Saya mahasiswi Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara yang sedang mengadakan penelitian sebagai syarat

Lebih terperinci

Dampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat

Dampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat Dampak terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenali dampak bencana terhadap anakanak (dan masyarakat serta kelompok rentan) 2. Mengenali reaksi anak-anak

Lebih terperinci

Dengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.

Dengan membaca buku ini kita akan banyak dibantu mengambil keputusan-keputusan etis yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Di dalam kehidupan kita banyak menjumpai persoalan-persoalan etika. Kalau persoalan itu jelas benar atau salah, kita dengan mudah dapat membuat keputusan. Tetapi kalau keputusan menyangkut banyak hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci