KEBIJAKAN (PATEN) Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan. Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN (PATEN) Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan. Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan"

Transkripsi

1 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

2 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah). Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah).

3 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

4 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan Editor: Sad Dian Utomo Desain cover & tata-letak: Rudy Priyatno Diterbitkan oleh: Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Cetakan I: Agustus 2010 Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit Isi di luar tanggung jawab Percetakan

5 Prakata Bismillahirrohmaanirrohim. Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta ala, yang telah menganugerahkan Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga Buku Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan telah selesai dihimpun. Buku ini merupakan himpunan 2 (dua) kebijakan Menteri Dalam Negeri yaitu : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan ; 2. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan. Pedoman, dimaksudkan sebagai Pedoman bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk meningkatkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di Kecamatan. Sebagaimana Pasal 126 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Camat dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Atas dasar hal tersebut, Kecamatan v

6 sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota mempunyai peran yang sangat strategis, karena kecamatan menjadi ujung tombak pelayanan serta barometer kinerja penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten/Kota, peran strategis inilah yang perlu terus didukung oleh seluruh pemangku kepentingan (stake holders) di daerah, agar di tahun 2014 seluruh kecamatan di Indonesia menjadi agen penyelenggara pelayanan prima bagi masyarakat. Selain itu, kebijakan ini juga diharapkan mampu memberikan penguatan terhadap : 1. Akselerasi pelimpahan sebagian kewenangan Bupati/ Walikota kepada Camat sebagaimana diamanatkan PP Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan. 2. Optimalisasi peran kecamatan dalam membangun akses dan meningkatkan mutu pelayanan, sehingga pelayanan men jadi cepat, mudah, terjangkau, profesional sehingga men dorong terwujudnya kecamatan sebagai pusat pelayan an. 3. Simpul pelayanan (front office) bagi Kantor/Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) di Kabupaten/Kota. Akhirnya dengan diiringi do a kepada Allah SWT, semoga Pedoman dapat membantu Pemerintah Daerah dalam me ningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. vi Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

7 Daftar Isi Prakata v Daftar Isi vii Daftar Singkatan ix 1 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan 27 I. Pendahuluan 27 II. Konsep Dasar PATEN 32 III. Syarat Penyelenggara PATEN 45 IV. Langkah-langkah Mewujudkan PATEN 54 V. Pejabat Penyelenggara PATEN 69 VI. Pembinaan dan Pengawasan PATEN 70 VII. Penutup 79 vii

8 2. Daftar Contoh Peraturan Bupati tentang Pelimpahan kepada Kecamatan Daftar Wewenang Perizinan dan Non Perizinan yang Dapat Dilimpahkan kepada Camat Uraian Tugas Pelaksana Teknis PATEN Tata Cara Penyusunan Visi, Misi, dan Motto Pelayanan Kecamatan Tata Cara Pengefektifan Tugas Pokok dan Fungsi Personil Kecamatan Tata Cara Penyusunan Standar Pelayanan Standar Pelayanan Non Perizinan dan Bagan Alur Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Kecamatan Rencana Kegiatan Persiapan PATEN Tata Cara Lokakarya, Skenario, dan Materi Etika Pelayanan Tata Cara Monitoring PATEN 121 viii Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

9 Daftar Singkatan ATM : Anjungan Tunai Mandiri AIPRD : Australia Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (Kemitraan Pemerintah Indonesia dan Australia untuk Rekonstruksi dan Pembangunan) Ditjen PUM : Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Departemen Dalam Negeri DPR : Dewan Perwakilan Rakyat FGD : Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok Terarah) IMB : Izin Mendirikan Bangunan Kasi : Kepala Seksi KK : Kartu Keluarga KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KTP : Kartu Tanda Penduduk LAN : Local Area Networking LOGICA : Local Governance and Infrastructure for Communities in Aceh (Proyek Pengembangan Tata Pemerintahan Lokal dan Infrastruktur untuk Masyarakat di Aceh) Monev : Monitoring dan Evaluasi PAD : Pendapatan Asli Daerah ix

10 PATEN : Pelum : Pelayanan Umum PP : Peraturan Pemerintah PTSP : Pelayanan Terpadu Satu Pintu Protap : Prosedur Tetap RUU : Rancangan Undang-Undang SDM : Sumber Daya Manusia Sekcam : Sekretaris Kecamatan SITU : Surat Ijin Tempat Usaha SIUP : Surat Ijin Usaha Perdagangan SK : Surat Keputusan SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SKRD : Surat Ketetapan Retribusi Daerah SPM : Standar Pelayanan Minimal SPT : Surat Perintah Tugas SWOT : Strength, Weakness, Opportunity and Threat (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan) Trantib : Ketenteraman dan Ketertiban Umum Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah Yankesos : Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial x Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun Tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan 1

12 2 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

13 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a bahwa dalam rangka merespon dinamika perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah menuju tata kelola pemerintahan yang baik, perlu memperhatikan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam pelayanan; b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta memper hatikan kondisi geografis 3

14 daerah, perlu mengoptimalkan peran kecamatan sebagai perangkat daerah terdepan dalam memberikan pelayanan publik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelayanan Adminis trasi Terpadu Kecamatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

15 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 5

16 7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN. 6 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

17 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pemerintahan dalam negeri. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. selanjutnya disingkat PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dalam satu tempat. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota. Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan 7

18 otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup PATEN meliputi: a. pelayanan bidang perizinan; dan b. pelayanan bidang non perizinan. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Bagian Kesatu Maksud Pasal 3 Maksud penyelenggaraan PATEN adalah mewujudkan Kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan terpadu di kabupaten/kota. 8 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

19 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Bagian Kedua Tujuan Pasal 4 PATEN mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. BAB IV PERSYARATAN, PENETAPAN DAN PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PATEN Bagian Kesatu Persyaratan Pasal 5 Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN harus memenuhi syarat: a. b. c. substantif; administratif; dan teknis. 9

20 Pasal 6 (1) (2) (3) Syarat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah pendelegasian sebagian wewenang bupati/ walikota kepada camat. Pendelegasian sebagian wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. bidang perizinan; dan b. bidang non perizinan. Pendelegasian sebagian wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati/ Walikota. Pasal 7 Pendelegasian sebagian wewenang bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan. Pasal 8 (1) (2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, meliputi: a. standar pelayanan; dan b. uraian tugas personil kecamatan. Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: 10 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

21 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 (3) (4) a. b. c. d. e. f. jenis pelayanan; persyaratan pelayanan; proses/prosedur pelayanan; pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelayanan; waktu pelayanan; dan biaya pelayanan. Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Uraian tugas personil kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diatur dengan Peraturan Bupati/ Walikota. Pasal 9 Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi: a. b. sarana prasarana; dan pelaksana teknis. Pasal 10 Sarana prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a, meliputi: a. b. c. d. loket/meja pendaftaran; tempat pemrosesan berkas; tempat pembayaran; tempat penyerahan dokumen; 11

22 e. f. g. h. i. tempat pengolahan data dan informasi; tempat penanganan pengaduan; tempat piket; ruang tunggu; dan perangkat pendukung lainnya. Pasal 11 (1) (2) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, meliputi: a. petugas informasi; b. petugas loket/penerima berkas; c. petugas operator komputer; d. petugas pemegang kas; dan e. petugas lain sesuai kebutuhan. Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan. Pasal 12 Untuk menunjang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan PATEN, Kecamatan dapat menyediakan sistim informasi. 12 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

23 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Bagian Kedua Penetapan Pasal 13 (1) (2) Bupati/Walikota menetapkan Kecamatan yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, sebagai penyelenggara PATEN. Penetapan Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Bagian Ketiga Pembentukan Tim Teknis Paten Pasal 14 (1) (2) (3) Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis PATEN. Tim Teknis PATEN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Tim Teknis PATEN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas: a. b. mengidentifikasi kewenangan Bupati/Walikota berkaitan dengan pelayanan administrasi yang dilimpahkan kepada Camat; mempersiapkan rancangan kebijakan dan petunjuk umum/teknis yang dibutuhkan dalam rangka penerapan PATEN; 13

24 (4) c. memfasilitasi terselenggaranya PATEN; dan d. merekomendasikan kepada Bupati/Walikota untuk Kecamatan yang telah memenuhi syarat ditetapkan sebagai penyelenggara PATEN. Keanggotaan Tim Teknis PATEN terdiri dari: a. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota sebagai Ketua; b. Asisten Bidang Pemerintahan sebagai Wakil Ketua; c. Kepala Bagian Pemerintahan sebagai Sekretaris; d. Kepala Bagian Keuangan sebagai Anggota; dan e. Unsur lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan. BAB V PEJABAT PENYELENGGARA Pasal 15 Pejabat Penyelenggara PATEN terdiri atas: a. Camat; b. Sekretaris Kecamatan; dan c. Kepala seksi yang membidangi pelayanan administrasi. Pasal 16 Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, adalah penanggung jawab penyelenggaraan PATEN. 14 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Pasal 17 Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a mempunyai tugas: a. b. c. d. memimpin, mengkoordinasikan, dan mengendalikan penyelenggaraan PATEN; menyiapkan rencana anggaran dan biaya; menetapkan pelaksana teknis; dan mempertanggungjawabkan kinerja PATEN kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Pasal 18 (1) (2) (3) Sekretaris Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, mempunyai tugas melakukan penatausahaan administrasi PATEN. Sekretaris Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, adalah penanggungjawab kesekretariatan/ ketatausahaan penyelenggaraan PATEN. Sekretaris Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Camat. Pasal 19 (1) (2) Kepala seksi yang membidangi pelayanan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c mempunyai tugas melaksanakan teknis pelayanan. Kepala seksi yang membidangi pelayanan administrasi 15

26 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c bertanggung jawab kepada Camat. Pasal 20 Pejabat penyelenggara PATEN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 melakukan pengelolaan layanan secara transparan dan akuntabel. BAB VI PEMBIAYAAN DAN PENERIMAAN Bagian Kesatu Pembiayaan Pasal 21 (1) (2) Biaya penyelenggaraan PATEN dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Biaya penyelenggaraan PATEN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran Kecamatan. 16 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

27 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Bagian Kedua Penerimaan Pasal 22 Dalam hal penyelenggaraan PATEN menghasilkan penerimaan, wajib melakukan penyetoran ke kas daerah. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 23 Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan PATEN. Pasal 24 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 mencakup: a. b. penyelenggaraan sebagian wewenang bupati/walikota yang dilimpahkan; penyelenggaraan pelayanan yang pasti, mudah, cepat, transparan dan akuntabel; dan 17

28 c. penyelenggaraan tugas lainnya yang ditugaskan kepada camat. Pasal 25 (1) (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dapat didelegasikan kepada Tim Teknis PATEN. Pendelegasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis. Pasal 26 Hasil Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri cq Direktur Jenderal yang membidangi pemerintahan umum BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 27 Setiap penerima layanan diberikan kemudahan untuk mendapat kan informasi. 18 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

29 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Pasal 28 (1) (2) Masyarakat berperan serta secara aktif dalam penyelenggaraan PATEN. Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. ikut serta dalam penyusunan standar layanan; b. memberikan masukan dalam proses penyelenggaraan layanan; dan c. memenuhi semua persyaratan pada saat meminta layanan. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 Seluruh kecamatan ditetapkan sebagai penyelenggara PATEN selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak ditetapkan Peraturan Menteri ini. 19

30 BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 20 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

31 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun Tentang Petunjuk Teknis Pedoman 21

32 22 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

33 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penerapan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, diperlukan petunjuk teknis untuk menerapkan pedoman pelayanan administrasi terpadu di Kecamatan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan; 23

34 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, 24 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

35 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tahun 2010 Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman ; 25

36 MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU : Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Menteri ini. KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. 26 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

37 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Lampiran : Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : TAHUN 2010 Tanggal : 14 Juni 2010 PETUNJUK TEKNIS PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN I. PENDAHULUAN Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat merupakan fungsi yang harus diemban pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan, sebagai tolok ukur terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pintu masuk (entry point) bagi percepatan reformasi birokrasi di daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang baik (good local governance) terfokus pada peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik. Kualitas penyelenggaraan pelayanan umum (publik) di daerah masih perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Banyak hal yang menyebabkan belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan tersebut, misalnya terbatasnya sarana pelayanan, perilaku petugas yang belum bersifat melayani, tidak jelasnya waktu, dan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan publik, serta panjangnya prosedur yang harus dilalui untuk 27

38 menyelesaikan suatu jenis pelayanan publik. Oleh karenanya, daerah diharapkan terus memiliki prakarsa dalam melakukan perbaikan pelayanan. Prakarsa daerah dalam meningkatkan pelayanan publik tentunya harus sesuai kebutuhan dan sesuai dengan kepuasan masyarakat. Masyarakat berhak memberikan masukan, koreksi dan perbaikan terhadap pelayanan. Inilah yang disebut manajemen publik masa kini (new public management) yang memiliki ciri bahwa kewenangan berada pada petugas pelayanan dan pelanggan; menekankan pada pelayanan yang menyentuh hati dan perombakan visi dan misi pelayanan. Selanjutnya konsep itu berkembang menjadi pelayanan publik masa kini (new public service) yang memiliki ciri bahwa masyarakat dianggap sebagai pemilik saham (shareholder), sehingga pelayanan lebih menekankan pada kualitas sebagai hasil negosiasi kepentingan masyarakat dan pemerintah. Peran pemerintah adalah pelayan sekaligus perantara kepentingan beberapa kelompok masyarakat. Dengan kata lain, posisi pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik berubah dari dilayani menjadi melayani. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi menuju desentralisasi pada hakekatnya harus diikuti dengan perubahan konsep penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih meyakinkan akan terciptanya akses dan mutu pelayanan. Sejalan dengan era otonomi daerah, maka pelayanan yang 28 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

39 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan lebih didekatkan kepada masyarakat dan pelayanan yang lebih berkualitas adalah sebuah keniscayaan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pelayanan publik di daerah dapat dilakukan dengan inovasi manajemen pada unit layanan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau pada tingkat yang secara langsung berhadapan dengan masyarakat yaitu kecamatan. Melakukan optimalisasi peran kecamatan dalam pelayanan merupakan jawaban atas pentingnya akses dan mutu. Hal ini lebih terlihat kepada kondisi dan situasi lingkungan strategis kecamatan, yang secara nyata terlihat pada kondisi wilayah yang letak geografisnya sulit dijangkau terutama karena berada di daerah terpencil, kepulauan, dan daerah perbatasan antar negara. Selain itu, kecamatan yang berada di wilayah kabupaten memiliki rentang kendali yang amat beragam karena kendala luas wilayah, infrastruktur pembangunan kecamatan dan transportasi yang belum menjangkau dengan merata. Oleh karenanya banyak alasan mengapa kecamatan membutuhkan sentuhan atau dengan kata lain perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Optimalisasi peran kecamatan merupakan keniscayaan yang dapat menjadi akselerator (percepatan) dalam peningkatan pelayanan publik di daerah. Momentum ini sejalan dengan perubahan posisi kecamatan. Bila sebelumnya, kecamatan merupakan wilayah kekuasaan camat menurut 29

40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, kini berubah menjadi wilayah kerja menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Wilayah kekuasaan menunjukkan adanya yurisdiksi kewenangan di dalamnya, sedangkan wilayah kerja lebih merupakan wilayah pelayanan kepada masyarakat. Posisi kecamatan menjadi sangat penting mengingat banyak pihak berharap agar kecamatan mampu berperan sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan paradigma kebijakan otonomi daerah (berdasarkan Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dilanjutkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004) yang mengubah tugas utama pemerintah daerah yang semula sebagai promotor pembangunan menjadi pelayan masyarakat, sehingga unit-unit pemerintahan yang berhadapan dan memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat perlu diperkuat, termasuk kecamatan. Salah satunya dengan memberikan pelimpahan sebagian wewenang bupati/walikota kepada camat. Fungsi kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat ini menjadi relevan bila dilihat dari segi kedekatan jarak, kecepatan waktu dan kualitas pelayanan yang diberikan. Bila fungsi ini dapat dijalankan secara konsisten, maka secara bertahap akan berdampak strategis dalam menekan inisiatif 30 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

41 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan pemekaran daerah kabupaten. Secara empiris, alasan yang sering dikemukakan untuk pemekaran daerah adalah untuk mendekatkan dan meningkatkan kualitas pelayanan. Secara filosofis, kecamatan yang dipimpin oleh camat perlu diperkuat dari aspek sarana prasarana, sistem administrasi, keuangan dan kewenangan bidang pemerintahan. Untuk itu, camat melaksanakan kewenangan pemerintahan dari dua sumber yakni: (1) bidang kewenangan dalam lingkup tugas umum pemerintahan (kewenangan atributif); dan (2) kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah (kewenangan delegatif). Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan sepatutnya meningkatkan semangat dari camat dan aparatur kecamatan untuk melaksanakan tugasnya secara optimal. Terbitnya peraturan ini mengisyaratkan arti penting kecamatan dalam pemerintahan daerah dan penyelenggaraan otonomi. Bahkan pada penjelasannya, PP ini menyatakan kecamatan memegang posisi strategis dalam hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan kabupaten/kota. Mengingat posisi strategisnya itu, maka camat perlu lebih aktif dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan tugasnya. Camat diharapkan mampu melakukan inovasi untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam konteks pelayanan kepada masyarakat, maka inovasi dapat diartikan sebagai upaya dalam 31

42 meningkatkan pelayanan yang dihasilkan melalui pendekatan, metode atau alat baru dalam pelayanan publik. Inovasi yang dijalankan adalah sistem pelayanan administrasi terpadu kecamatan yang disingkat menjadi PATEN. PATEN merupakan sebuah inovasi sederhana namun memberikan manfaat yang besar, selain mempermudah masyarakat memperoleh pelayanan, juga memperbaiki citra dan legitimasi pemerintah daerah di mata masyarakat. II. KONSEP DASAR PATEN A. Pengertian PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan yang proses pengelolaannya, mulai dari permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Satu tempat ini disini berarti cukup melalui satu meja atau loket pelayanan. Sistem ini memosisikan warga masyarakat hanya berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan di kecamatan. Ketika warga masyarakat datang ke kantor kecamatan untuk melakukan pengurusan pelayanan administrasi, tidak perlu lagi mendatangi setiap petugas yang berkepentingan, seperti kepala seksi, sekretaris kecamatan dan camat. Warga cukup 32 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

43 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan menyerahkan berkas ke petugas meja/loket pelayanan, duduk menunggu sejenak, kemudian dipanggil untuk menerima dokumen yang sudah selesai. Setelah itu melakukan pembayaran (bila ada tarif yang harus dibayar). Pembayaran biaya pelayanan pun dilakukan dan dicatat secara transparan. Warga tidak lagi harus terbebani dengan pertanyaan apakah uang yang dibayarkan akan sampai kepada kas daerah atau hilang di perjalanan, karena semuanya tercatat dan dilaporkan. Selain itu, persyaratan untuk memperoleh pelayanan, besarnya biaya dan waktu untuk memproses pun ada standarnya dan diumumkan kepada masyarakat. Jika pelayanan yang diberikan petugas tidak sesuai dengan standar, warga dapat mengadukan kepada pengambil kebijakan di atasnya. Perbedaan antara pelayanan yang selama ini dijalankan (konvensional) dengan PATEN, secara rinci dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini; 33

44 Perbedaan Pelayanan Konvensional dan PATEN Aspek Pelayanan Konvensional PATEN Fisik Proses Sumber Daya Manusia Terdiri dari beberapa meja yang saling terpisah 1. Warga membawa berkas persyaratan dan menemui secara langsung pejabat yang ber kepentingan, yaitu Kepala Seksi, Sekcam dan Camat; 2. Bila pejabat yang perlu ditemui tidak hadir, warga harus kembali lagi pada lain hari; 3. Bila tidak tahu proses pengurusannya, warga harus bertanya kesanakemari, sehingga memperlambat penyelesaian pelayanan Tidak ada pembagian tugas dalam memberikan pelayanan, sehingga berpotensi terjadinya tumpang tindih tugas antar pegawai dan cenderung tidak efisien Loket/meja yang difungsikan khusus untuk pelayanan. Loket/meja ini terdiri dari dua bagian yang berhu bung an langsung yaitu penerimaan berkas dan penyerahan dokumen hasil. 1. Warga cukup menyerahkan berkas per syaratan melalui loket/meja pelayanan, menunggu di ruang tunggu dan menerima dokumen hasil; 2. Ada pendelegasian kewena-ngan, sehingga ketidakhadiran pejabat yang berkaitan langsung dapat dilimpahkan kepada petugas yang ditunjuk. 3. Alur prosesnya ditampilkan secara jelas dan transparan 1. Ada petugas khusus yang melayani warga 2. Setiap pegawai memiliki peran yang jelas dalam melayani warga 3. Meningkatkan kinerja pegawai yang ada. 34 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

45 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Aspek Pelayanan Konvensional PATEN Ketersediaan Informasi Database Partisipasi Warga 1. Tidak ada informasi mengenai persyaratan, biaya dan waktu; sehingga warga cenderung mengeluarkan biaya lebih besar dengan harapan cepat selesai. 2. Informasi biasanya disampaikan langsung oleh pegawai kecamatan kepada warga yang sedang mengurus pelayanan 3. Camat sulit mengontrol biaya pelayanan yang diterima pegawainya. 4. Dapat menjebak camat dengan tuduhan kutipan liar Tidak ada sistem database mengenai pelayanan 1. Tidak ada partisipasi warga 2. Warga hanya menerima proses pelayanan publik apa adanya 1. Tersedia informasi mengenai jenis pelayanan, waktu, biaya dan prosedur untuk memperoleh pelayanan; 2. Ada sosialisasi mengenai penyelenggaraan pelayanan publik. 3. Penerimaan biaya pelayanan dapat dipantau secara langsung, karena pembayaran di catat secara transparan dan akuntabel. 4. Memberikan kepastian kepada camat dalam menjalankan pelayanan publik Dilengkapi dengan database pelayanan yang dikelola dan diperbarui terus menerus 1. Warga dapat mengakses informasi pelayanan, sehingga lebih mudah memberikan masukan untuk perbaikan pelayanan 2. Warga dapat menyampaikan pengaduan bila pelayanan yang diterimanya tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan 35

46 B. Maksud Penyelenggaraan PATEN PATEN diselenggarakan dengan maksud untuk mewujudkan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi badan/kantor pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di kabupaten/kota bagi kecamatan yang secara kondisi geografis daerah akan lebih efektif dan efisien di layani melalui kecamatan. Pusat pelayanan masyarakat berarti di masa datang, kecamatan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara proporsional berdasarkan kriteria dan skala kecamatan di bidang perijinan dan non perijinan. Untuk mewujudkan kecamatan sebagai pusat pelayanan tersebut, maka syarat yang harus dipenuhi adalah adanya pelimpahan sebagian wewenang perizinan dan non perizinan sesuai skala dan kriteria dari bupati/walikota kepada camat, sehingga pada gilirannya, hakikat otonomi daerah menemukan makna sejatinya yaitu distribusi kewenangan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Walaupun pada hakekatnya sistem yang dibangun dalam PTSP adalah mengintegrasikan semua perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam satu lembaga yang disebut badan/kantor 36 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

47 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PTSP, namun kecamatan dapat memainkan peran sebagai simpul pelayanan bagi badan/kantor PTSP kabupaten/kota tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara warga masyarakat membawa berkas persyaratan untuk memperoleh izin, petugas PATEN kemudian memverifikasi berkas persyaratan tersebut, bila dianggap telah lengkap, maka petugas PATEN-lah yang membawa berkas persyaratan itu ke kabupaten/ kota untuk diproses lebih lanjut oleh badan/kantor PTSP. Dokumen yang telah diproses dan diselesaikan oleh badan/kantor PTSP kabupaten/kota kemudian dikirim kembali ke kecamatan dan warga hanya perlu mengambil dokumen itu di kecamatan. Dengan demikian, pelayanan yang dilakukan oleh kecamatan kepada warganya menjadi lebih berkualitas, mudah, murah, cepat, dan transparan. C. Tujuan PATEN PATEN diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan kualitas pelayanan ini terutama terlihat dari aspek waktu dan biaya pelayanan. Melalui penyelenggaraan PATEN, warga masyarakat dapat menerima pelayanan yang lebih cepat dan terukur dengan jelas. Cepat 37

48 bila dibandingkan sebelum adanya PATEN. Bila sebelumnya, untuk mengurus suatu jenis surat atau rekomendasi, seorang warga yang datang ke kantor kecamatan harus menunggu penyelesaian surat/ rekomendasinya bisa dalam waktu satu jam, beberapa jam hingga beberapa hari, karena camat atau petugas yang berwenang tidak ada di tempat, maka melalui PATEN, warga dijamin memperoleh pelayanan yang cepat dan terukur dengan jelas sesuai dengan standar pelayanan. Pada standar pelayanan itu disebutkan bahwa waktu penyelesaian satu jenis pelayanan publik sudah ditentukan, apakah itu 15 menit, 30 menit atau 1 jam, berkas persyaratan yang harus dilengkapi, petugas yang melayani dan biaya pelayanan (bila ada). Bila petugas yang berwenang sedang tidak ada di tempat, maka tugasnya didelegasikan kepada petugas lain yang ditunjuk, sehingga pelayanan kepada masyarakat tetap dapat terjaga kepastiannya. Tujuan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat berarti masyarakat dapat menerima pelayanan publik yang lebih dekat baik secara jarak maupun waktu. Lokasi kecamatan jelas lebih dekat dan relatif mudah dijangkau masyarakat bila dibandingkan dengan (ibukota) kabupaten/kota dan waktu yang diperlukan juga menjadi lebih sedikit. 38 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

49 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Karena itu, untuk pelayanan masyarakat sesuai skala dan kriteria kecamatan yang selama ini dijalankan oleh lembaga di tingkat kabupaten/kota hendaknya dapat dilimpahkan pelaksanaannya di kecamatan melalui pendelegasian wewenang. D. Koordinasi Kecamatan dengan Badan/ Kantor PTSP di Kabupaten/Kota Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat juga dapat dilakukan PATEN dengan memerankan kecamatan untuk melayani perizinan skala kecil dan sebagai simpul pelayanan (front office) bagi badan/kantor PTSP setelah adanya koordinasi dan kesepahaman antara badan/kantor PTSP dengan kecamatan yang menyatakan bahwa kecamatan tersebut menjadi simpul pelayanan (front office) badan/kantor PTSP. Pada beberapa kabupaten yang wilayahnya sangat luas dengan kondisi geografis daerah yang relatif sulit, jauh dan terpencil serta terisolir seperti daerah kepulauan, memusatkan pelayanan hanya di badan/kantor PTSP yang biasanya berlokasi di ibukota kabupaten relatif kurang efektif dan efisien. Adanya kendala jarak keterjangkauan, kesulitan dan biaya dapat mengakibatkan keengganan bagi warga masyarakat dan pelaku usaha untuk mengurus 39

50 perizinannya di badan/kantor PTSP. Melalui PATEN, maka proses penyelenggaraan pelayanan administrasi di kecamatan menjadi lebih mudah, murah, cepat, dan berkualitas, seperti layaknya yang dikelola oleh badan/kantor PTSP Kabupaten/Kota. Koordinasi antara kecamatan dan badan/kantor PTSP ini dapat dilihat dari pembagian peran masingmasing, seperti terlihat di bawah ini; 40 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

51 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Skala Perizinan Kecamatan Badan/Kantor PTSP Kabupaten/Kota Perizinan skala besar, strategis dan memerlukan kajian/uji teknis secara mendalam 1. Menerima berkas permohonan dari warga masyarakat, memverifikasi, dan mengirimkan berkas dimaksud ke badan/ kantor PTSP untuk diproses lebih lanjut (setelah sebelumnya ada kesepahaman antara Badan/Kantor PTSP dengan Kecamatan). 2. Memproses berkas yang diterima dan telah diverifikasi oleh kecamatan. 4. Menerima atau mengambil dokumen perizinan yang telah diterbitkan oleh badan/kantor PTSP dan memberikannya kepada pemohon 3. Menerbitkan dokumen perizinan dan mengirimkan dokumen dimaksud ke kecamatan untuk diserahkan pada pemohon 41

52 Skala Perizinan Kecamatan Badan/Kantor PTSP Kabupaten/Kota Perizinan skala kecil, tidak strategis dan tidak memerlukan kaijan/uji teknis secara mendalam 1. Menerima permohonan, memverifikasi, memproses dan menerbitkan dokumen izin 2. Menyampaikan data perkembangan perizinan skala kecil yang telah diterbitkan kepada Badan/Kantor PTSP 3. Menerima dan mengelaborasi data perkembangan perizinan skala kecil yang telah diterbitkan oleh kecamatan 42 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

53 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan D. Asas PATEN Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, khususnya jenis pelayanan administrasi, maka PATEN menganut asas-asas pelayanan publik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Asas-asas itu adalah: a. Kepentingan umum yang berarti pemberian pelayanan oleh petugas pelaksana PATEN tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan b. Kepastian hukum berarti ada jaminan bagi terwujudnya hak dan kewajiban antara penerima pelayanan (warga masyarakat) dan pemberi pelayanan (kecamatan) dalam penyelenggaraan PATEN c. Kesamaan hak berarti pemberian pelayanan dalam PATEN tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi. d. Keseimbangan hak dan kewajiban berarti pe- menuhan hak itu harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan. e. Keprofesionalan berarti setiap pelaksana PATEN harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan 43

54 f. g. h. i. j. k. l. bidang tugasnya. Partisipatif berarti peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan PATEN dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif berarti dalam penyelenggaraan PATEN, setiap warga masyarakat berhak memperoleh pelayanan yang adil Keterbukaan berarti setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi tentang PATEN Akuntabilitas berarti proses penyelenggaraan PATEN harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan berarti ada pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan. Ketepatan waktu berarti penyelesaian setiap jenis pelayanan yang dikelola dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan PATEN Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan berarti setiap jenis pelayanan dalam PATEN 44 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

55 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau oleh warga masyarakat penerima pelayanan. III. SYARAT PENYELENGGARAAN PATEN Kecamatan dapat menyelenggarakan PATEN setelah memenuhi sejumlah persyaratan, yaitu persyaratan substantif, administratif dan teknis. Bila ketiga syarat itu dipenuhi, maka kecamatan itu dapat disebut sebagai kecamatan penyelenggara PATEN. A. Persyaratan Substantif Persyaratan utama untuk menyelenggarakan PATEN adalah persyaratan substantif, yaitu adanya pendelegasian atau pelimpahan sebagian wewenang bupati/walikota kepada camat. Wewenang yang dilimpahkan itu meliputi bidang perizinan dan non perizinan. Pelimpahan wewenang ini menjadi persyaratan substantif, karena tanpa itu, maka camat tak dapat melaksanakan pelayanan administrasi yang menjadi kewenangan bupati/walikota yang selama ini dijalankan oleh SKPD lainnya, seperti kantor, badan atau dinas. Hal ini sesuai dengan Pasal 126 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati 45

56 atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Hal ini diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan pada Pasal 15 ayat (2) yang menyatakan selain tugas umum pemerintahan, camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah yang meliputi aspek : (a) perizinan; (b) rekomendasi; (c) koordinasi; (d) pembinaan; (e) pengawasan; (f) fasilitasi; (g) penetapan; (h) penyelenggaraan; (i) kewenangan lain yang dilimpahkan. Pelimpahan sebagian wewenang dari bupati/walikota kepada camat, merupakan faktor yang strategis untuk mengoptimalkan peran dan fungsi kecamatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pelimpahan sebagian wewenang bukan berarti memindahkan kekuasaan kepada camat, tetapi lebih kepada pendistribusian wewenang bupati/walikota yang dimanifestasikan sebagai kewenangan dinas/lembaga teknis daerah dalam skala dan kriteria yang relevan dengan kecamatan. Manfaat utama pelimpahan wewenang ini adalah mendekatkan pelayanan administrasi pemerintahan kepada masyarakat, sehingga pelayanan menjadi lebih berkualitas, dan mempersempit rentang kendali dari 46 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

57 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan bupati/walikota kepada masyarakat. Di beberapa daerah, sebagian wewenang yang dilimpahkan bupati/walikota kepada camat beragam jumlah dan bentuknya. Dalam konteks PATEN, maka wewenang yang perlu dilimpahkan adalah wewenang dalam pelayanan administrasi baik perizinan maupun non perizinan. Contoh-contoh wewenang yang dapat dilimpahkan kepada camat dapat dilihat pada lampiran. Pelimpahan wewenang hanya dapat berjalan dengan efektif bila sejumlah prasyarat terpenuhi, yaitu: a. Adanya keinginan politik dari bupati/walikota untuk melimpahkan wewenang ke camat. b. Adanya kemauan politik dari pemerintahan daerah (bupati/walikota dan DPRD) untuk menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat, terutama untuk pelayanan yang bersifat sederhana, seketika, mudah, dan murah serta berdaya lingkup setempat. c. Adanya ketulusan komitmen dari dinas/lembaga teknis daerah untuk melepaskan sebagian kewenangan teknis yang dapat dijalankan oleh kecamatan. d. Adanya dukungan anggaran, infrastruktur dan personil kepada kecamatan untuk menjalankan kewenangan yang telah dilimpahkan tersebut. 47

58 Pelimpahan wewenang kepada camat ini ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. B. Persyaratan Administratif Persyaratan berikutnya untuk penyelenggaraan PATEN adalah syarat administratif, yaitu berupa standar pelayanan dan uraian tugas personil kecamatan. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dan acuan penilaian kualitas PATEN sebagai janji penyelenggara/pemberi layanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Standar pelayanan sekurang-kurangnya berisi jenisjenis pelayanan yang dilaksanakan kecamatan; persyaratan untuk mendapatkan pelayanan; proses/prosedur pelayanan; pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelayanan; waktu pelayanan; dan biaya pelayanan. Standar pelayanan ini dihasilkan oleh kecamatan sebagai hasil fasilitasi dari Tim Teknis Kabupaten melalui serangkaian kegiatan, seperti lokakarya. Standar pelayanan ini ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Langkah-langkah penyusunan standar pelayanan dan penetapan standar pelayanan melalui Peraturan Bupati/ Walikota diuraikan lebih lanjut pada bagian IV Langkah- Langkah Mewujudkan PATEN. 48 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

59 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Sedangkan yang dimaksud dengan uraian tugas personil kecamatan adalah bentangan atau paparan atas semua tugas jabatan yang ada di kecamatan yang merupakan upaya pokok yang dilakukan pemegang jabatan dalam memproses bahan kerja menjadi hasil kerja dengan menggunakan perangkat kerja. Uraian tugas ini menjelaskan tugas dan fungsi yang dijalankan semua personil kecamatan dari camat, sekretaris kecamatan, dan seksi-seksi. Uraian tugas ini ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. C. Persyaratan Teknis Persyaratan lainnya untuk penyelenggaraan PATEN adalah persyaratan teknis, yang meliputi sarana prasarana dan pelaksana teknis PATEN. Sarana dan prasarana PATEN ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tempat piket Tempat ini biasanya berupa meja yang berada di bagian depan atau bagian yang mudah terlihat dari kantor kecamatan. Di tempat ini petugas informasi akan menyapa masyarakat yang datang ke kantor kecamatan, dan mengarahkan warga yang akan mengurus pelayanan ke loket/meja pendaftaran. 49

60 2) Loket/meja pendaftaran Setiap kecamatan dapat memilih untuk menerapkan PATEN dengan menggunakan meja atau loket. Pemilihan meja atau loket ini disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang tersedia. Loket atau meja ini berfungsi sebagai tempat pendaftaran bagi warga yang mengajukan permohonan penyelesaian suatu dokumen. Pada loket/meja pendaftaran ini, petugas akan memeriksa/melakukan verifikasi kelengkapan berkas persyaratan. Jika tidak lengkap, berkas dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi. Bila persyaratan lengkap, maka berkas dilanjutkan ke tempat pemrosesan berkas. Petugas kemudian mempersilakan warga untuk menunggu di ruang tunggu. 3) Tempat pemrosesan berkas Di tempat ini berkas permohonan dan persyaratannya dipelajari dan dilakukan validasi oleh kepala seksi 50 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

61 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan pelayanan atau seksi yang membidangi pelayanan. Setelah divalidasi, berkas dilanjutkan ke tempat pengolahan data dan informasi. 4) Tempat pengolahan data dan informasi Berkas yang sudah divalidasi ini oleh petugas operator komputer kemudian dicetak format dokumennya dan diberikan penomoran. 5) Tempat Finalisasi Proses Dokumen yang sudah dicetak dan diberi nomor ini kemudian dikirim kembali ke kepala seksi pelayanan untuk dikoreksi dan diparaf. Setelah itu dokumen dilanjutkan ke sekretaris kecamatan (sekcam). Sekcam kemudian melakukan pemeriksaan akhir dan memberikan paraf persetujuan. Selanjutnya dokumen diserahkan ke camat untuk ditandatangani. Jika tidak ada sekcam atau berhalangan, dapat digantikan oleh salah satu kepala seksi. 6) Ruang tunggu Selama dokumen yang dimohonkan diproses, warga dapat menunggu di ruang tunggu. Ruang tunggu sebaiknya memiliki kursi dan perlengkapan lainnya seperti koran dan TV. 51

62 7) Tempat penyerahan dokumen Setelah dokumen ditandatangani, maka dokumen dikirimkan ke tempat penyerahan dokumen untuk selanjutkan diserahkan ke warga. 8) Tempat pembayaran Bila dokumen yang dimaksud memer lukan biaya atau tarif pelayanan, maka warga membayar di tempat pembayaran sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam standar pelayanan. Tarif/biaya pelayanan ini dicatat pembayarannya. 9) Tempat penanganan pengaduan Bila dalam proses pelayanan, warga merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan oleh petugas PATEN, warga dapat menyampaikan pengaduannya, baik secara lisan maupun tertulis. Pengaduan ini dicatat oleh petugas dan ditindaklanjuti di tempat penanganan pengaduan. 10) Perangkat pendukung lainnya Salah satu perangkat pendukung yang penting adalah sistem informasi. Sistem informasi penting 52 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

63 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dilakukan, karena memudahkan warga untuk mengetahui semua informasi di kecamatan. Berbagai informasi itu dapat berbentuk papan informasi, brosur, leaflet atau spanduk. Selain itu diperlukan juga database pelayanan publik. Database ini berupa data elektronik di komputer kecamatan yang berisi antara lain informasi kependudukan, format dokumen pelayanan (surat atau rekomendasi), struktur pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan, serta sarana dan prasarana yang ada di kecamatan dan desa/kelurahan, sarana lainnya yang perlu ada disesuaikan dengan kondisi kecamatan seperti lemari arsip dan toilet untuk warga. Pada praktiknya, sarana dan prasarana PATEN ini tidak harus terpisah satu sama lain. Contohnya, tempat pemrosesan berkas mungkin saja merupakan satu ruangan dengan tempat pengolahan data dan informasi. Sedangkan tempat finalisasi proses adalah ruang kerja dari Sekcam dan Camat masing-masing. Demikian juga dengan loket pendaftaran dapat juga merupakan satu bagian dengan tempat penyerahan dokumen dan tempat pembayaran. Agar PATEN dapat terselenggara dengan baik, maka camat perlu menunjuk pelaksana teknis PATEN, yang terdiri dari: a) petugas informasi; b) petugas loket/ 53

64 penerima berkas; c) petugas operator komputer; d) petugas pemegang kas; dan petugas lain sesuai kebutuhan, contohnya petugas penanganan pengaduan. Penunjukan pelaksana teknis PATEN ini beserta uraian tugasnya dilakukan melalui Surat Perintah Tugas (SPT) Camat. Contoh uraian tugas pelaksana teknis PATEN dapat dilihat pada lampiran. IV. LANGKAH-LANGKAH MEWUJUDKAN PATEN Secara garis besar, langkah-langkah untuk mewujudkan PATEN dapat dikategorikan dalam lima tahap yaitu: A. Tahap Pemenuhan Syarat Substantif Sebagaimana disebutkan sebelumnya, persyaratan substantif adalah adanya pendelegasian sebagian wewenang bupati/walikota kepada camat yang ditetapkan dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota. Syarat ini terlebih dahulu harus dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Bupati/Walikota menetapkan Tim Teknis PATEN dengan Keputusan Bupati/Walikota. 2. Setelah ditetapkan, Sekretaris Daerah selaku Ketua Tim Teknis PATEN menyelenggarakan rapat konsolidasi dan koordinasi bersama anggota tim, para camat dan kepala SKPD terkait di kabupaten/kota. Rapat 54 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

65 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan ini dimaksudkan untuk merencanakan pelaksanaan tugas Tim Teknis PATEN, yaitu menginventarisasi, mengidentifikasi, dan membagi sebagian wewenang Bupati/Walikota yang terkait perizinan dan non perizinan yang dapat didelegasikan kepada Camat. Bagi kabupaten/kota yang belum membentuk badan/ kantor PTSP, maka pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota kepada Camat dilakukan dengan membagi kewenangan antara kecamatan dengan SKPD yang memberikan pelayanan perizinan berdasarkan skala dan kriteria. Sedangkan bagi kabupaten/kota yang telah membentuk badan/kantor PTSP, maka pendelegasian dibagi antara PTSP dan Kecamatan berdasarkan skala dan kriteria. Contohcontoh kewenangan yang dapat dilimpahkan ke camat dapat dilihat pada lampiran. 3. Setelah Tim Teknis PATEN berhasil memilah kewenangan-kewenangan yang dapat dilimpahkan kepada camat, Tim kemudian mempersiapkan rancangan kebijakan berupa rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Bupati/Walikota kepada Camat. Jika diperlukan, Tim melakukan revisi terhadap Peraturan Bupati/Walikota tentang pelimpahan sebagian wewenang yang sebelumnya sudah diterbitkan 55

66 karena tidak sesuai lagi setelah adanya pelimpahan kewenangan kepada camat. 4. Bupati/Walikota kemudian menerbitkan Peraturan Bupati/Walikota tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Bupati/Walikota kepada Camat. B. Tahap Pemenuhan Syarat Teknis 1. Setelah persyaratan substantif dipenuhi, Tim Teknis PATEN kemudian melakukan fasilitasi untuk pemenuhan syarat teknis. Hal ini dilakukan dengan mendata sarana dan prasarana kecamatan; jumlah dan kualitas personil kecamatan serta melakukan upaya melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana serta jumlah dan kualitas personil kecamatan yang dapat diproyeksikan menjadi pelaksana teknis PATEN. Bagi kecamatan yang sudah memenuhi syarat teknis, Tim Teknis PATEN melanjutkan dengan fasilitasi pemenuhan syarat administratif. 2. Pemenuhan syarat teknis ini selain dilakukan oleh Tim Teknis PATEN (top down), juga dapat dengan cara menerima inisiatif dari camat (bottom up). 3. Pemenuhan syarat teknis dengan cara menerima inisiatif dari camat (bottom up) dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 56 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

67 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan a. b. Inventarisasi sarana dan prasarana 1) Camat menunjuk sekretaris kecamatan dibantu personil kecamatan lainnya untuk melakukan inventarisasi data sarana dan prasarana serta personil kecamatan yang akan menjadi pelaksana teknis terkait dengan pemenuhan syarat teknis PATEN 2) Sekretaris Kecamatan dan personil yang ditunjuk melakukan inventarisasi data sarana dan prasarana serta personil kecamatan yang akan menjadi pelaksana teknis PATEN dan melaporkan hasilnya kepada Camat 3) Camat menyusun data sarana dan prasarana serta personil yang akan menjadi pelaksana teknis PATEN terkait pemenuhan syarat teknis PATEN dalam surat resmi. Pembangunan komitmen 1) Camat melakukan rapat bersama seluruh staf kecamatan mengenai persiapan kecamatan untuk menyelenggarakan PATEN. Pada 57

68 c. rapat itu dibahas persyaratan substantif, teknis dan administratif yang harus dipenuhi serta komitmen seluruh personil kecamatan untuk mengikuti seluruh tahapan dalam penyelenggaraan PATEN 2) Komitmen kesiapan seluruh personil kecamatan untuk melaksanakan PATEN dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditandatangani seluruh personil kecamatan Penyampaian kesiapan kecamatan ke Tim Teknis PATEN 1) Camat menulis surat permohonan kepada Tim Teknis PATEN mengenai kesiapan kecamatan untuk melaksanakan PATEN dari segi persyaratan teknis dan difasilitasi pemenuhan syarat administratifnya. Surat ini dilampiri dengan data mengenai sarana, prasarana dan personil kecamatan yang akan menjadi pelaksana teknis PATEN serta berita acara yang berisi komitmen seluruh personil kecamatan untuk melaksanakan PATEN yang dibubuhi tandatangan seluruh personil kecamatan. 2) Tim Teknis PATEN melakukan telaah terhadap surat permohonan dari Camat 58 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

69 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dimaksud. Bila dinilai sudah memenuhi persyaratan teknis, maka Tim Teknis memberitahukan kepada Camat dimaksud bahwa permohonannya diterima dan akan dilakukan fasilitasi ke kecamatan dalam rangka pemenuhan syarat administratif. C. Tahap Pemenuhan Syarat Administratif Setelah persyaratan substantif dan teknis terpenuhi, Tim Teknis PATEN melakukan fasilitasi ke kecamatan dalam rangka pemenuhan syarat administratif. Fasilitasi ini meliputi beberapa kegiatan yaitu: 1. Penyusunan Visi, Misi dan Motto Pelayanan Adalah proses untuk mengembangkan cara pandang bersama seluruh pegawai kecamatan terhadap kondisi yang ingin dicapai dalam pelayanan kepada masyarakat (visi pelayanan) dan langkahlangkah untuk mencapainya (misi pelayanan) serta seruan atau kata-kata yang menggambarkan motivasi, semangat dan tujuan dari pelayanan kecamatan (motto pelayanan). Tujuan a. Aparatur kecamatan memahami perannya sebagai pelayan masyarakat. 59

70 b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman aparatur kecamatan mengenai visi, misi, motto, prinsip serta nilai-nilai dalam penyelenggaraan pelayanan publik. c. Memberi landasan pengembangan program dan peningkatan sumber daya manusia di kecamatan Proses a. Merumuskan Visi ( lihat lampiran Instrumen Penyusunan Visi, Misi dan Motto Pelayanan Kecamatan). b. c. d. Peserta Merumuskan Misi. Merumuskan Motto. Merumuskan Nilai-nilai. Camat dan seluruh pegawai kecamatan, termasuk petugas UPTD. Keluaran Rumusan Visi, Misi dan Motto Pelayanan 2. Pengefektifan Tugas Pokok dan Fungsi Personil Kecamatan Kegiatan ini berupa lokakarya untuk memetakan uraian tugas sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) setiap pegawai kecamatan berdasarkan peraturan 60 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

71 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan bupati/walikota tentang uraian tugas kecamat, dan memperjelas peranan setiap pegawai dalam pelayanan publik, sekaligus sarana bagi pegawai kecamatan untuk berbagi pengalaman dalam bekerja. Guna terselenggaranya kegiatan ini, Bupati/Walikota sudah harus menerbitkan peraturan bupati/walikota tentang uraian tugas kecamatan. Tujuan a. Memberi pemahaman kepada pegawai kecamatan dan memperjelas uraian tugas sesuai tupoksinya masing-masing. b. Memperjelas hubungan uraian tugas dengan prosedur pelayanan publik. c. Menyusun rencana perbaikan dalam menjalankan tugas Proses a. Memetakan apa yang dilakukan setiap hari oleh setiap pegawai kecamatan dan membandingkannya dengan uraian tugasnya seperti yang tercantum dalam peraturan bupati/walikota tentang uraian tugas. b. Merencanakan perbaikan untuk mengatasi kesenjangan antara apa yang dilakukan dengan yang seharusnya dijalankan. 61

72 Peserta Camat dan seluruh pegawai kecamatan. Keluaran a. Daftar kegiatan apa yang dilakukan dengan yang seharusnya dijalankan b. Rencana perbaikan dalam pelaksanaan kerja pegawai. 3. Penyusunan Standar Pelayanan Adalah kegiatan untuk menyusun jenis, persyarat an dan alur proses penyelesaian pelayanan publik yang diselenggarakan kecamatan, sehingga setiap jenis pelayanan publik memiliki pedoman penyelesaiannya. Standar pelayanan ini merupakan tolok ukur dan acuan penilaian kualitas pelayanan yang diselenggarakan kecamatan. Kegiatan penyusunan standar pelayanan ini juga merupakan kelanjutan dari kegiatan pengefektifan tugas pokok dan fungsi personil kecamatan. Tujuan a. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas, meningkatkan ketertiban dan efisiensi bekerja. b. Menyediakan pedoman kepada pegawai ke- camatan dan masyarakat tentang proses 62 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

73 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan 4. pelayanan, perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang harus dikeluarkan serta syarat-syarat yang harus dilengkapi. c. Membantu kemandirian pegawai dalam bekerja ter utama untuk menyelesaikan pelayanan publik. d. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pelayanan. Proses a. Pengumpulan Informasi dan Identifikasi Alternatif Prosedur. b. Analisis dan Pemilihan Alternatif Prosedur. c. Penulisan Standar Pelayanan. d. Konfirmasi Standar Pelayanan. e. Pengesahan Standar Pelayanan ( lihat Tata Cara Penyusunan Standar Pelayanan). Peserta Para kepala seksi dan pegawai di tiap seksi. Keluaran Draft Standar Pelayanan PATEN Penetapan Standar Pelayanan Setelah kecamatan-kecamatan difasilitasi untuk menyusun standar pelayanan, maka draft standar pelayanan PATEN dari kecamatan-kecamatan itu 63

74 dibahas di tingkat kabupaten/kota untuk disinkronisasi dan ditetapkan melalui peraturan bupati/walikota. Draft standar pelayanan yang dihasilkan di satu kecamatan dengan kecamatan lainnya mungkin saja sedikit berbeda, misalnya dari segi waktu dan prosedur penyelesaian pelayanan. Karena itu, untuk menghindari terjadinya kebingungan masyarakat mengenai perbedaan standar pelayanan pada masingmasing kecamatan, perlu dilakukan sinkronisasi, melalui rapat atau lokakarya yang melibatkan seluruh camat dan instansi terkait di kabupaten/kota. Hasil sinkronisasi ini berupa kesepakatan mengenai standar pelayanan PATEN yang diberikan kecamatan kepada masyarakat. Hasil kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk peraturan bupati/walikota tentang Standar Pelayanan PATEN. Tujuan a. Menghindari perbedaan antara standar pelayanan PATEN di satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. b. Memberi kepastian kepada personil kecamatan mengenai standar pelayana PATEN yang diberikan kepada masyarakat melalui landasan hukum berupa peraturan bupati/walikota. 64 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

75 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Proses Rapat atau lokakarya pembahasan standar pe- layanan. Pada rapat itu dilakukan tahapan sebagai berikut: 1) Pemaparan draft standar pelayanan yang sudah dihasilkan kecamatan-kecamatan 2) Review perbedaan antar standar pelayanan di masing-masing kecamatan 3) Penyepakatan mengenai standar pelayanan yang akan diterapkan oleh seluruh kecamatan Penyusunan rancangan Peraturan Bupati/ Walikota 1) Standar pelayanan yang telah disepakati dalam rapat kemudian disusun dalam bentuk rancangan peraturan bupati/walikota tentang Standar Pelayanan PATEN a. b. c. 2) Rancangan Peraturan Bupati/Walikota dimaksud kemudian disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk ditandatangani dan diterbitkan. Penerbitan Peraturan Bupati/Walikota tentang Standar Pelayanan PATEN Bupati/Walikota kemudian menandatangani 65

76 Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Standar Pelayanan PATEN dan menerbitkannya dalam Lembaran Daerah. Peserta a. Tim Teknis PATEN b. Para camat yang telah difasilitasi penyusunan standar pelayanannya c. Kepala Bagian Hukum d. Kepala Bagian Organisasi; e. Kepala PTSP (bila sudah terbentuk). Keluaran Peraturan Bupati/Walikota tentang Standar Pelayanan PATEN 5. Pengefektifan Komitmen Personil Kecamatan Komitmen adalah kata kunci perubahan. Begitu juga dengan keinginan menerapkan PATEN, dibutuhkan komitmen kuat seluruh pegawai kecamatan. Melalui berbagai kegiatan di atas, komitmen untuk perubahan sudah mulai terbangun. Untuk itu perlu diefektifkan dengan cara merealisasikan berbagai rencana yang telah disusun. Tujuan a. Merealisasikan keinginan untuk melakukan 66 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

77 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan perubahan dengan menerapkan PATEN. b. Memberikan pemahaman dan kejelasan peran setiap personil kecamatan dalam menerapkan PATEN. Proses Presentasi mengenai PATEN dan diskusi persiapan menuju PATEN (lihat Contoh Kegiatan Persiapan PATEN). Peserta Camat dan seluruh pegawai kecamatan. Keluaran Rencana Penerapan PATEN D. Penetapan Kecamatan sebagai Penyelenggara PATEN 1. Setelah melakukan fasilitasi di kecamatan, maka Tim Teknis melakukan rapat untuk menentukan kecamatan-kecamatan yang dinilai telah memenuhi ketiga syarat (substantif, teknis dan administratif). Hasil rapat menjadi bahan rekomendasi penetapan kecamatan sebagai penyelenggara PATEN. 2. Tim Teknis menyusun rancangan Keputusan Bupati/Walikota tentang Penetapan Kecamatan 67

78 sebagai penyelenggara PATEN. 3. Bupati/Walikota menandatangani dan menerbitkan Keputusan Bupati/Walikota tentang Penetapan Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN E. Peresmian dan Sosialisasi Kecamatan sebagai Penyelenggara PATEN 1. Kecamatan yang telah ditetapkan sebagai penyelenggara PATEN dapat menyelenggarakan acara peresmian penyelenggaraan PATEN. Peresmian ini dilakukan oleh Bupati/Walikota atau pejabat lainnya yang ditunjuk. Peresmian ini menandai perubahan pelayanan kecamatan dari pelayanan konvensional ke PATEN sekaligus sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat. 2. Sosialisasi lebih lanjut dapat dilakukan melalui berbagai media seperti pada rapat berkala antara camat dengan kepala desa/lurah, penyebarluasan spanduk, poster atau talkshow di radio. Sosialisasi ini bertujuan agar warga masyarakat mengetahui kecamatan telah menerapkan PATEN dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di kecamatan menyusul diterapkannya PATEN. 68 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

79 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan V. PEJABAT PENYELENGGARA PATEN Penyelenggaraan PATEN di kecamatan tidak terlepas dari peran para pejabat penyelenggaranya. Para pejabat penyelenggara PATEN itu terdiri atas: 1. Camat. Camat merupakan penanggung jawab atas penyelenggaraan PATEN. Dalam posisinya sebagai penanggungjawab penyelenggaraan PATEN itu, maka camat memiliki tugas: a. memimpin, mengkoordinasikan, dan mengenda- likan penyelenggaraan PATEN; b. menyiapkan rencana anggaran dan biaya; c. menetapkan pelaksana teknis; dan d. mempertanggungjawabkan kinerja PATEN kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. 2. Sekretaris Kecamatan. Sekretaris Kecamatan merupakan penang gung - jawab kesekretariatan/ketatausa haan penye leng gara an PA TEN. Dalam posisinya ter sebut, Sekretaris Ke camatan mempunyai tugas 69

80 melakukan penatausahaan administrasi PATEN dan mem per tanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada kepada Camat. 3. Kepala Seksi yang membidangi pelayanan administrasi. Kepala seksi yang membidangi pelayanan administrasi memiliki tugas melaksanakan teknis pelayanan PATEN bersama para pelaksana teknis lainnya, yaitu petugas informasi, petugas loket/ penerima berkas, petugas operator komputer, petugas pemegang kas dan petugas lain sesuai kebutuhan. Pada beberapa kecamatan telah dibentuk seksi khusus yang memberikan pelayanan administrasi, yaitu seksi pelayanan, sehingga Kepala Seksi Pelayanan-lah yang melaksanakan teknis pelayanan PATEN. Pada kecamatan yang belum memiliki seksi pelayanan, perlu ditetapkan seksi yang membidangi pelayanan administrasi ini. Kepala Seksi Pelayanan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Camat. VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PATEN Dalam rangka mendukung kecamatan di seluruh Indonesia agar dapat menerapkan PATEN, maka diperlukan pembinaan dan pengawasan. Kegiatan pembinaan dan 70 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

81 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan pengawasan ini dilakukan oleh instansi pemerintah pusat dan daerah. Di tingkat pusat, dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri (c.q Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum). Sedangkan di tingkat daerah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pembinaan dilakukan agar PATEN dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien sedangkan pengawasan dilakukan untuk mewujudkan PATEN yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memberikan dampak yang signifikan bagi warga masyarakat. Secara umum, kegiatan pembinaan dan pengawasan dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu diseminasi; peningkatan kapasitas; monitoring, dan evaluasi serta pelaporan. A. Diseminasi Sebagai upaya untuk memasyarakatkan PATEN, maka perlu dilakukan diseminasi mengenai berbagai hal berkaitan dengan PATEN yang meliputi: (a) per aturan perundang-undangan terkait fungsi kecamatan dan pelayanan publik; (b) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 tentang Pedoman PATEN beserta pedoman teknisnya; (c) sumber pendanaan; (d) contoh daerah yang telah melaksanakan PATEN. Tujuan diseminasi adalah agar aparatur pe- 71

82 merintah daerah memahami gambaran umum PATEN, arti penting dan manfaat PATEN, serta langkah-langkah mewujudkan PATEN. Kegiatan ini dapat dilakukan secara bertingkat. Kementerian Dalam Negeri (c.q Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum) melakukan diseminasi ke seluruh pemerintah provinsi. Pemerintah provinsi men diseminasikan hal serupa ke pemerintah kabupaten/kota. Diseminasi juga dapat dilakukan langsung oleh Departemen Dalam Negeri (c.q Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum) kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota melalui kegiatan khusus diseminasi. Selain melalui suatu kegiatan khusus, diseminasi juga dapat dilakukan melalui berbagai pertemuan atau kunjungan ke daerah yang berkaitan dengan kinerja pemerintah daerah dan penyelenggaraan pelayanan publik. Kegiatan diseminasi dapat mengikutsertakan unsur-unsur lain seperti instansi pemerintah pusat yang menangani bidang pelayanan publik, lembaga bantuan internasional dan lembaga swadaya masyarakat. B. Peningkatan Kapasitas Agar aparatur pemerintah daerah, khususnya kecamatan dapat menyelenggarakan PATEN secara 72 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

83 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan 1. efektif dan efisien, diperlukan sejumlah upaya peningkatan kapasitas. Upaya ini diperlukan agar para pihak yang berkepentingan dengan PATEN dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas. Upaya ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan lokakarya dan pelatihan serta konsultasi. Lokakarya dan Pelatihan Upaya peningkatan kapasitas bagi pelaksana teknis PATEN di kecamatan dapat dilakukan melalui kegiatan lokakarya dan pelatihan. Sekurangkurangnya diperlukan dua kegiatan yaitu: a. Lokakarya Etika Pelayanan Agar petugas PATEN dapat melayani masyarakat dengan baik, diperlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mendukung 73

84 b. terciptanya pelayanan publik yang baik. Hal itu dapat dilakukan melalui suatu lokakarya mengenai etika pelayanan. Etika pelayanan sendiri adalah tata nilai, pola berpikir, serta budaya yang mengatur sikap dan perilaku petugas ketika memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal-hal yang diatur dalam etika pelayanan adalah sikap dan perlakuan pelayanan, budaya pelayanan, kepastian prosedur pelayanan, penyediaan fasilitas pelayanan, dan cara menangani pengaduan. Tujuan lokakarya ini adalah agar petugas PATEN dapat memberikan pelayanan yang setara (non diskriminasi), profesional, dan terbentuknya citra pelayanan yang baik kepada warga masyarakat penerima pelayanan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan simulasi (permainan peran). Peserta lokakarya adalah para petugas meja/loket pelayanan, sedangkan materi lokakarya dapat dilihat pada contoh. Pelatihan Prosedur PTSP Dalam rangka menjadikan kecamatan pe nye - lenggara PATEN sebagai simpul pelayanan (front office) dari badan/kantor PTSP, maka pelaksana 74 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

85 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan tek nis PATEN harus me mahami cara kerja front office PTSP, terutama yang berkaitan dengan standar pelayanan dan mekanisme veri fikasi berkas per mohonan per izin an yang telah dite tapkan di badan/kantor PTSP. Kegiatan ini me rupakan kerjasama antara badan/kantor PTSP dan kecamatan. Tujuan pelatihan adalah agar pelaksana teknis PATEN memahami cara kerja front office PTSP, meliputi dasar pelayanan terhadap pemohon, tips dasar melayani pemohon dan dasar-dasar tentang pelayanan perizinan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan simulasi (permainan peran). Peserta pe latihan adalah para petugas meja/loket pelayanan. Beberapa kegiatan peningkatan kapasitas lainnya juga dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan 75

86 2. kemampuan pelaksana teknis PATEN dalam melayani masyarakat, seperti studi banding ke kecamatan yang telah menerapkan PATEN secara efektif dan efisien; bimbingan teknis dari badan/ kantor PTSP mengenai prosedur penyelesaian perizinan skala kecil; dan bimbingan teknis dari dinas yang menangani kependudukan dan catatan sipil mengenai mekanisme, prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil. Konsultasi Penyelenggaraan PATEN pada gilirannya akan me numbuhkan kreatifitas dari pelaksana teknis serta kemungkinan timbulnya hambatan-hambatan dalam penerapannya. Untuk itu, perlu adanya wahana bagi 76 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

87 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan para pihak untuk melakukan konsultasi mengenai PATEN. Konsultasi dapat diberikan oleh Kementerian Dalam Negeri (c.q Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum) kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan Bupati/Walikota melalui Tim Teknis PATEN membuka kesempatan bagi kecamatan untuk mengkonsultasikan berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan PATEN, seperti aspek sumber daya manusia, anggaran, kebijakan dan sarana prasarana. Mekanisme konsultasi dapat dilakukan melalui kunjungan langsung atau melalui media komunikasi lainnya, seperti telepon dan . C. Monitoring dan Evaluasi Penerapan PATEN perlu dipantau penyelenggaraannya, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, manfaat yang diterima masyarakat dan pemerintah daerah dan faktor-faktor penghambat dan peluang bagi peningkatan kualitas PATEN. Tujuannya adalah menilai perkembangan pelaksanaan PATEN dan mengetahui hambatan-hambatan dalam penerapannya serta peluang yang dapat ditindaklanjuti untuk peningkatan kualitas PATEN. Bupati/Walikota melalui Tim Teknis PATEN melakukan monitoring, evaluasi melalui beberapa 77

88 cara: 1) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan PATEN yang telah dilakukan oleh kecamatan, baik melalui laporan yang disampaikan camat, kunjungan langsung ke kecamatan penyelenggara PATEN maupun mengundang pemangku kepentingan dalam PATEN, seperti perwakilan tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan pers. 2) Melakukan pemantauan mengenai pelaksanaan wewenang bidang perizinan dan non perizinan yang telah dilimpahkan, efektifitas pelaksanaannya dan mengetahui hambatan-hambatan penyelenggaraan wewenang tersebut. 3) Melakukan evaluasi mengenai penyelenggaraan PATEN dan pelaksanaan wewenang yang dilimpahkan kepada camat. Hasil evaluasi menjadi bahan rekomendasi dan dilaporkan kepada bupati/walikota untuk penilaian kinerja camat dan menentukan jenis dan besaran kewenangan lain yang dapat dilimpahkan kepada camat. D. Pelaporan Penyelenggaraan PATEN perlu dilaporkan secara berkala agar dapat diketahui perkembangannya. Hal 78 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

89 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan ini dapat dilakukan secara berjenjang. a. Tim Teknis PATEN melaporkan hasil fasilitasi PATEN setelah kecamatan ditetapkan sebagai penyelenggara PATEN dan setiap akhir tahun melaporkan hasil pembinaan dan pengawasan PATEN kepada bupati/walikota. b. Bupati/Walikota melaporkan hasil penyeleng- garaan PATEN dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur. c. Gubernur melaporkan hasil penyelenggaraan PATEN dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. VII. PENUTUP Pedoman teknis ini merupakan tindak lanjut pelaksanaan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, agar dapat memberikan gambaran umum dan langkah-langkah guna penyelenggaraan dan pengembangan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan. Pada pelaksanaannya, terdapat beberapa variasi 79

90 dalam menyelenggarakan PATEN, sehingga improvisasi dan modifikasi dapat disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, sepanjang masih tetap memenuhi persyaratan substantif, administratif dan teknis. Upaya perbaikan kualitas pelayanan publik juga telah dilakukan di beberapa kecamatan dengan metode dan intensitas yang berbeda-beda. Oleh karena itu, terbitnya pedoman PATEN ini dapat dikatakan sebagai upaya untuk mensistematisasi berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya pelayanan administrasi di tingkat kecamatan, sehingga perbaikan pelayanan publik dapat direplikasi oleh kecamatan-kecamatan di seluruh Indonesia secara jelas dan terstruktur. Keberhasilan penyelenggaraan PATEN merupakan upaya bersama dari pemerintah kabupaten/kota dan kecamatan dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Komitmen dari bupati/ walikota untuk melimpahkan sebagian wewenang perizinan dan non perizinan kepada camat menjadi faktor penentu. Pelimpahan wewenang ini tentu saja harus disertai dengan pembiayaan, penyediaan sarana dan prasarana serta jumlah dan kemampuan sumber daya manusia yang memadai di kecamatan. Selain itu, pembinaan dan pengawasan dari pemerintahan provinsi 80 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

91 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan pusat juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan PATEN. Untuk itu, berbagai pihak yang berkepentingan bagi terselenggaranya PATEN diharapkan dapat berperan optimal sesuai dengan tugasnya, agar tujuan PATEN untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dapat tercapai. 81

92 DIAGRAM LANGKAH-LANGKAH MEWUJUDKAN PATEN Pemenuhan Syarat Substantif Pemenuhan Syarat Teknis Bupati/Walikota menetapkan Tim Teknis PATEN melalui Perbup/wali Tim Teknis menginventarisasi dan memilah-milah kewenangan yang dapat dilimpahkan ke camat Tim Teknis mendata sarana, prasarana kantor kecamatan, jumlah dan kualitas personil kecamatan dan melakukan upaya untuk melengkapi kebutuhan kecamatan Tim Teknis memastikan sarana, prasarana dan personil kecamatan memadai untuk menyelenggarakan PATEN Tim Teknis menyiapkan rancangan kebijakan ttg pelimpahan kewenangan ke camat Bupati/walikota menerbitkan Perbup/Wali ttg Pelimpahan Sebagian Camat mengajukan permohonan disertai data sarana, prasarana dan pelaksana teknis PATEN disertai berita acara komitmen kecamatan untuk menyelenggarakan PATEN Kewenangan ke Camat Rapat pembentukan komitmen personil kecamatan Inventarisasi sarana, prasarana dan personil pelaksana teknis PATEN Pemenuhan Syarat Administratif Penyusunan Visi, Misi dan Motto Pelayanan Penerbitan Perbup/ Walikota tentang Uraian Tugas Kecamatan (bila sebelumnya tidak ada) Pengefektifan Tupoksi Personil Kecamatan Penyusunan Standar Pelayanan Penerbitan Perbup/Walikota tentang Standar Pelayanan Pengefektifan Komitmen Personil Kecamatan 82 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

93 Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Penerapan PATEN di kecamatan Pembinaan dan Pengawasan PATEN Peningkatan Kapasitas a. Lokakarya Etika Pelayanan b. Pelatihan Prosedur PTSP c. Bimbingan teknis, studi banding dll Konsultasi Monitoring dan Evaluasi Pelaporan Peresmian dan Sosialisasi Kecamatan sebagai Penyelenggara PATEN Penetapan Kecamatan sebagai Penyelenggara PATEN Tim Teknis melakukan penilaian kecamatan yang telah memenuhi tiga syarat PATEN Tim Teknis menyusun rancangan Kepbup/Wali ttg penetapan kecamatan sebagai penyelenggara PATEN Bupati/Walikota menerbitkan Kepbup/Wali ttg penetapan kecamatan sebagai penyelenggara PATEN 83

94 DAFTAR CONTOH Contoh 1 84 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan LAMBANG DAERAH/KABUPATEN BUPATI XXX PERATURAN BUPATI XXX NOMOR TAHUN TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG BUPATI XXX KEPADA CAMAT DI KABUPATEN XXX DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI XXX, Menimbang : a. bahwa dalam rangka merespon dinamika perkembangan penyelenggaraan peme rintahan daerah menuju tata kelola pemerintahan yang baik, perlu memperhatikan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam pelayanan; b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta memperhatikan kondisi geografis daerah, perlu mengoptimalkan peran kecamatan sebagai perangkat daerah terdepan dalam memberikan pelayanan publik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Bupati xxx tentang Pelimpahan

95 Contoh 1: Peraturan Bupati tentang Pelimpahan kepada Kecamatan Wewenang Bupati xxx Kepada Camat di Kabupaten xxx; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 85

96 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI XXX TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG BUPATI XXX KEPADA CAMAT DI KABUPATEN XXX. 86 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

97 Contoh 1: Peraturan Bupati tentang Pelimpahan kepada Kecamatan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: Bupati adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah sesuai asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun selanjutnya disingkat PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dalam satu tempat. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota. Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. BAB II PELIMPAHAN KEWENANGAN Pasal 2 Kewenangan yang dilimpahkan meliputi: a. pelayanan perizinan; dan b. pelayanan non perizinan. 87

98 BAB III PELAYANAN PERIZINAN Pasal 3 Pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi: a. izin penerbitan IMB; b. izin usaha bengkel; c. izin usaha las; d. izin rental komputer; e. izin penyewaan kapal dengan bobot di bawah 500 kilogram; f. izin penyewaan lemari es bagi nelayan; g. izin penyewaan alat-alat pertanian; h. izin penjualan pupuk UREA; i. dan lain-lain. BAB IV PELAYANAN NON PERIZINAN Pasal 4 Pelayanan non perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi: a. surat keterangan; dan b. rekomendasi. 88 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

99 Contoh 1: Peraturan Bupati tentang Pelimpahan kepada Kecamatan BAB V CAMAT YANG DIBERIKAN PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINAN Pasal 5 Seluruh Camat diberikan kewenangan pelayanan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, huruf c, dan huruf d. Pasal 6 (1) (2) Seluruh Camat diberikan kewenangan pelayanan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a sepanjang memenuhi persyaratan. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: a. b. memiliki personil kecamatan sejumlah minimal 15 orang; lain-lain Pasal 7 Kecamatan Tali Temali diberikan kewenangan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e dan huruf f. Pasal 8 Kecamatan Rantai Merantai diberikan kewenangan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g dan huruf h. 89

100 BAB VI CAMAT YANG DIBERIKAN PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN NON PERIZINAN Pasal 9 Seluruh Camat diberikan kewenangan pelayanan non perizinan. Pasal 10 Seluruh Camat di kecamatan yang diberikan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib melaporkan hasil penyelenggaraan pelayanan perizinan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Ibukota Kabupaten pada tanggal BUPATI XXX, 90 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

101 Contoh 2 Contoh 2: Daftar Wewenang Perizinan dan Non Perizinan yang Dapat Dilimpahkan kepada Camat DAFTAR WEWENANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN YANG DAPAT DILIMPAHKAN KEPADA CAMAT A. BIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI 1. Pemberian rekomendasi izin pengeboran pemanfaatan air bawah tanah. 2. Pemberian rekomendasi izin untuk penerbitan SPBU. B. BIDANG KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Pemberian rekomendasi usaha perkebunan untuk perusahaan. C. BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 1. Pemberian rekomendasi pembangunan usaha pasar desa kabupaten/kota. 2. Pemberian rekomendasi tempat usaha makan dan restoran. 3. Pemberian rekomendasi pendirian koperasi. D. BIDANG PARIWISATA DAN BUDAYA Pemberian rekomendasi jasa wisata tirta (kolam renang, danau, arung jeram dll). E. BIDANG KETENAGAKERJAAN Pemberian rekomendasi tempat penampungan dan penyaluran TKI. F. BIDANG KESEHATAN Pemberian rekomendasi izin praktek kesehatan. G. BIDANG PENDIDIKAN. Pemberian rekomendasi pembangunan dan operasional TK, SD, SMP, dan SMA atau sebutan lainnya. H. BIDANG SOSIAL 1. Pemberian rekomendasi pendirian LSM yang bergerak di bidang sosial. 91

102 2. Pemberian rekomendasi pembangunan sarana sosial. 3. Pemberian rekomendasi pendirian Yayasan. 4. Pemberian rekomendasi keringanan biaya rujukan pelayanan kesehatan/gakin dan Jamkesmas. I. BIDANG PEKERJAAN UMUM 1. Pemberian izin pemasangan reklame papan merk toko 2. Pemberian rekomendasi pembangunan jalan oleh pihak swasta dan masyarakat. 3. Pemberian rekomendasi lokasi perumahan, perkantoran dan perusahaan. J. BIDANG PERHUBUNGAN DAN TELEKOMUNIKASI Pemberian rekomendasi pemasangan menara radio dan telekomunikasi. K. BIDANG KEPENDUDUKAN Pemberian rekomendasi layanan adminitrasi dan pendataan penduduk. L. BIDANG TRANTIB Pemberian rekomendasi keramaian, hiburan dan Kenduri. M. BIDANG KEMASYARAKATAN Pemberian rekomendasi proses pendirian tempat ibadah dan kegiatan sosial masyarakat lainnya. 92 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

103 Contoh 3 Contoh 3: Uraian Tugas Pelaksana Teknis PATEN URAIAN TUGAS PELAKSANA TEKNIS PATEN 1. Petugas Informasi a. Menyapa warga dan memberi informasi kepada warga masyarakat b. Meminta warga mengisi buku tamu c. Bila warga akan mengurus surat, dipersilakan ke loket/ meja pelayanan. d. Bila warga akan bertemu Camat, Sekcam, Kepala Seksi atau pegawai lainnya untuk konsultasi khusus maka diantarkan ke ruangan/meja yang bersangkutan. Apabila yang bersangkutan tidak ada di tempat atau sibuk dipersilakan menunggu di ruang tunggu. e. Membawa surat yang telah diproses di loket/meja pelayanan untuk diparaf oleh kepala seksi dan sekcam serta membawa ke camat untuk ditandatangani. Setelah semua selesai dikembalikan ke loket/meja pelayanan. f. Memperbaharui semua informasi di papan informasi kecamatan. 2. Petugas Loket/Penerima Berkas a. Menyapa warga dan memeriksa berkas persyaratan pelayanan yang diajukan warga masyarakat. b. Menyampaikan penjelasan kepada warga masyarakat bila ada berkas yang belum lengkap. c. Menyerahkan hasil pengurusan ke masyarakat apabila telah selesai. d. Mengagendakan surat masuk dan keluar e. Menyusun berkas surat masuk dan keluar di meja/loket pelayanan. f. Bertanggung jawab terhadap arsip PATEN 93

104 3. Petugas Operator Komputer a. Memasukkan (melakukan input) data warga pengguna pelayanan dan jenis pelayanan yang dimohonkan. b. Mencetak surat atau rekomendasi yang dimohonkan oleh warga masyarakat c. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam database kecamatan d. Memasukkan data-data yang diperlukan dalam format database PATEN e. Memperbaharui perkembangan data kecamatan dan pelayanan publik. f. Mengamankan data yang sudah terkumpul (back-up) database ke dalam media penyimpanan atau komputer lainnya secara berkala. 4. Petugas Pemegang Kas a. Berperan sebagai kasir di loket/meja pelayanan. b. Menerima pembayaran tarif pelayanan dan memberikan tanda terima pembayaran kepada warga masyarakat penerima pelayanan. c. Membukukan setiap uang yang masuk dan keluar dari loket/meja pelayanan d. Menyusun laporan keuangan secara berkala Catatan: Diperlukan cadangan pegawai bila pegawai yang ditunjuk berhalangan hadir, terutama petugas operator komputer yang memerlukan keahlian teknis penggunaan komputer. 94 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

105 Contoh 4 Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi, Misi & Motto Pelayanan Kecamatan TATA CARA PENYUSUNAN VISI, MISI DAN MOTTO PELAYANAN KECAMATAN Metode Pemaparan materi dan diskusi Diskusi kelompok dan presentasi Permainan peran ( role play) Alur Kegiatan 1. Merumuskan Visi Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang visi yaitu keadaan yang diharapkan terjadi dalam pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah kecamatan pada masa yang akan datang (misalnya 3-5 tahun) ke depan. Visi yang jelas akan memberikan kekuatan, motivasi, tenaga dan semangat pengorbanan kepada aparat kecamatan yang bersangkutan. a. Fasilitator menanyakan kepada peserta apakah kecamatan sudah mempunyai visi tentang pelayanan di kecamatan. b. Jika sudah ada peserta diminta untuk menyebutkan dan menjelaskan secara singkat arti visi tersebut. c. Jika belum ada, fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang ingin dicapai oleh pribadi peserta pada saat yang akan datang. d. Fasilitator menegaskan kepada peserta bahwa jawaban yang diberikan peserta adalah contoh visi e. Fasilitator kemudian menanyakan apa yang dimaksud dengan visi dan menuliskan jawaban dari peserta di kertas plano. f. Fasilitator menjelaskan pengertian visi berdasarkan jawaban dari peserta. g. Fasilitator menjelaskan bagaimana menyusun kalimat visi yang tepat. Syarat kalimat visi : specific, measurable, 95

106 achievable, reliable, time bound. Visi yang jelas memberikan kepada setiap anggota organisasi kekuatan, motivasi, tenaga dan pengorbanan. h. Contoh : kalimat visi dimulai dari kata-kata terwujudnya atau terciptanya... (apa?), yang...(bagaimana?) di... (dimana) pada...(kapan?) i. Fasilitator meminta setiap peserta menuliskan visi pelayanan kecamatan pada kertas metaplan yang disediakan. Pertanyaan kunci : Kondisi pelayanan seperti apa yang paling ideal diberikan oleh kecamatan kepada masyarakat? j. Fasilitator meminta setiap peserta membaca dan menjelaskan maksud visi yang ditulis pada metaplan serta menempelkan pada tempat yang telah disediakan. k. Fasilitator membandingkan semua visi yang telah dituliskan oleh peserta dan meminta pendapat peserta terhadap masing-masing visi tersebut. l. Fasilitator membantu menyusun kembali visi yang telah dituliskan dengan mengambil kata-kata kunci dari masingmasing usulan peserta. m. Fasilitator menuliskan usulan beberapa alternatif kalimat visi yang diusulkan peserta. n. Fasilitator meminta peserta untuk menyepakati satu kalimat visi yang disetujui bersama. o. Fasilitator meminta salah satu peserta membaca ulang visi dan menjelaskan artinya serta menuliskan di kertas plano khusus. p. Fasilitator meminta peserta untuk membubuhkan tanda tangan di kertas plano tersebut. 2. Merumuskan Misi Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang misi adalah rangkaian upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah kecamatan untuk mewujudkan visi. 96 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

107 Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi, Misi & Motto Pelayanan Kecamatan a. Fasilitator menanyakan kepada peserta upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi yang sudah disepakati sebelumnya. b. Fasilitator memberikan petunjuk untuk membuat misi berdasarkan pada kriteria atau aspek SDM, pendanaan, sarana dan prasarana serta metode pelayanan (organisasi, sistem, kebijakan) c. Contoh pertanyaan kunci : upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan terhadap sumber daya manusia yang ada di kecamatan untuk mencapai visi yang telah disepakati? d. Fasilitator mengelompokkan usulan peserta ke dalam empat aspek/kriteria yang telah ditentukan. e. Fasilitator menanyakan kembali kepada peserta usulanusulan misi apa saja yang mungkin dilakukan. f. Fasilitator merumuskan misi yang merangkum usulanusulan peserta pada masing-masing aspek g. Fasilitator meminta peserta untuk menyepakati rumusan misi h. Fasilitator meminta salah satu peserta membaca ulang misi dan menjelaskan artinya serta menuliskan di kertas plano khusus. i. Fasilitator meminta peserta untuk membubuhkan tanda tangan di kertas plano tersebut. 3. Merumuskan Motto a. Fasilitator menanyakan pengertian kata motto kepada peserta, dan menuliskannya di kertas plano. b. Fasilitator menanyakan apa pentingnya motto bagi kecamatan dalam melakukan tugas-tugasnya. c. Fasilitator menjelaskan pengertian motto dan menjelaskan pentingnya motto bagi kecamatan. d. Fasilitator memberikan contoh-contoh motto kepada peserta. 97

108 e. Fasilitator meminta peserta mengusulkan motto pelayanan kecamatan. f. Fasilitator menuliskan usulan peserta di kertas plano. Jika peserta tidak mau mengusulkan secara langsung, maka fasilitator membagikan metaplan dan spidol kepada peserta. g. Fasilitator meminta peserta menuliskan usulan mottonya di metaplan yang telah dibagikan dan menempelkan metaplan di tempat yang telah disediakan. h. Fasilitator membaca satu persatu usulan peserta dan meminta peserta menjelaskan artinya. i. Fasilitator meminta peserta untuk memilih salah satu motto yang paling cocok menurut mereka. j. Jika tidak ada kalimat yang sesuai, fasilitator merangkum inti-inti gagasan peserta menjadi beberapa alternatif kalimat dan ditawarkan kepada peserta untuk di sepakati. k. Fasilitator menuliskan kalimat motto di kertas plano khusus dan meminta peserta menandatangani kertas tersebut. 4. Merumuskan Nilai-nilai Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang nilai-nilai yaitu prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar, acuan dan ukuran tingkah laku organisasi atau orang-orang di dalam organisasi. Suatu organisasi dikendalikan oleh nilai-nilai organisasi yang mempertemukan antara pikiran dan hati. Nilai-nilai ini biasanya berkenaan dengan jasa, kualitas, sikap, perilaku, asumsi, kepercayaan dan adat organisasi atau prinsip-prinsip bekerja. a. Fasilitator menanyakan nilai-nilai (value) apakah yang dianut para peserta dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan menuliskannya di kertas plano yang telah disediakan b. Fasilitator menanyakan arti dari pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi kehidupan para peserta 98 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

109 Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi, Misi & Motto Pelayanan Kecamatan c. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa saja nilai-nilai yang harus dianut oleh peserta ketika melayani masyarakat dan menuliskan nilai-nilai tersebut di kertas plano d. Fasilitator menanyakan arti dari nilai-nilai yang disebutkan peserta e. Fasilitator menjelaskan kembali arti dari nilai-nilai tersebut dikaitkan dengan pelayanan kepada masyarakat. f. Fasilitator menanyakan apa pentingnya nilai-nilai (value) bagi kecamatan dalam melakukan tugas-tugasnya g. Fasilitator membagikan metaplan dan spidol kepada peserta. h. Fasilitator meminta peserta menuliskan usulan nilai-nilai di metaplan yang telah dibagikan dan menempelkan metaplan di tempat yang telah disediakan. i. Fasilitator membaca satu persatu usulan peserta dan meminta peserta menjelaskan artinya. j. Fasilitator meminta peserta untuk memilih beberapa nilai yang cocok menurut mereka. Waktu Kegiatan ini diperkirakan membutuhkan waktu 1 hari penuh. Penyelenggara dan peserta Kegiatan ini sebaiknya difasilitasi oleh tenaga dari pemerintah kabupaten/kota yang sudah memiliki kemampuan pembinaan pelayanan di kecamatan. Pesertanya sedapat mungkin melibatkan seluruh staf kecamatan, terutama camat, sekcam dan para kepala seksi. Sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan di tempat yang memungkinkan orang dapat berkonsentrasi penuh, sehingga peserta tidak keluar masuk selama kegiatan berlangsung. 99

110 Alat Bantu a. Metaplan a. Kertas Plano b. Spidol c. Selotip kertas d. White Board e. LCD Projector f. Komputer Laptop 100 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

111 Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi, Misi & Motto Pelayanan Kecamatan Contoh Visi dan Misi Pelayanan Kecamatan 101

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 33 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Di Lingkungan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Di Lingkungan BUPATI BENGKAYANG PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI. NOMOR 46 TAHUN A Tahun 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI. NOMOR 46 TAHUN A Tahun 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2014 25.A Tahun 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KOTA BEKASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN)

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR WALIKOTA SAMARINDA PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DILINGKUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN PENAJAM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN BULUNGAN. SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BENGKAYANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BENGKAYANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI KECAMATAN KABUPATEN BENGKAYANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SETDA KABUPATEN MOJOKERTO

Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SETDA KABUPATEN MOJOKERTO Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun 2017 Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN SETDA KABUPATEN MOJOKERTO Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun 2017 Standar Pelayanan dan Uraian Tugas Personil Kecamatan Pelaksana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 42 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK Bagian Organisasi - 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 42 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 4/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2015 PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK disampaikan oleh : Drs. F. Mewengkang, MM Asisten Deputi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 3/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus

Lebih terperinci

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO Jalan Koptu Ruswadi No. 12 Tegaldlimo

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK BIDANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN CAMAT TEGALDLIMO NOMOR 188/ 28 /KEP/ /2017 TENTANG

KEPUTUSAN CAMAT TEGALDLIMO NOMOR 188/ 28 /KEP/ /2017 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO Jalan Koptu Ruswadi No. 12 Tegaldlimo Telpon (0333) 592008 Fax 591473 e-mail : kec.tegaldlimo@banyuwangikab.go.id website : banyuwangikab.go.id 68484

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 81 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN 2.1. Kondisi Umum SKPD 2.1.1 Dasar Hukum Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan dalam

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 11/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus

Lebih terperinci

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR INDUSTRI (TDI) PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO Jalan Koptu Ruswadi No. 12 Tegaldlimo

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) MIKRO PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO Jalan Koptu Ruswadi

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba No. 156, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. SPM Desa. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG PENERBITAN KARTU KELUARGA KEPADA CAMAT DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) KEMENTERIAN DALAM NEGERI POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) W. Sigit Pudjianto Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD

BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD 2.1. Struktur Organisasi Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan dalam rangka mendorong peningkatan

Lebih terperinci

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215, 2012 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 21 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN No. 11 Tahun 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENGADUAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

15. Peraturan Daerah...

15. Peraturan Daerah... 1 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PATEN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENGADUAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA,

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2018, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2018 KEMENDAGRI. Penerbitan Surat Keterangan Penelitian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENERBITAN SURAT

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH - 1 - BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN POS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

2013, No.38 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG POS. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

2013, No.38 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG POS. BAB I KETENTUAN UMUM Pa No.38, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Pos. Pelaksanaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5403) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA TERPADU ANTARA STAF AHLI BUPATI DENGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT BAGI INSTANSI PEMERINTAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAKSANAAN IZIN USAHA MIKRO KEPADA CAMAT DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Salinan NO : 22/LD/2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KENDAL KEPADA CAMAT DALAM RANGKA PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN KABUPATEN KENDAL BUPATI KENDAL, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PENETAPAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN PADA PENYELENGGARA PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci