BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS"

Transkripsi

1 BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS PALA SIAU (LPIG-PALA SIAU) Buku persyaratan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan Sertifikat IG No. ID G

2 BUKU PERSYARATAN INDIKASI GEOGRAFIS PALA SIAU LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS PALA SIAU (LPIG-PALA SIAU) Siau, Juni 2015

3 i

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan tuntunannya sehingga buku persyaratan Indikasi Geografis Pala Siau ini dapat diselesaikan. Pala Siau yang sudah dikenal luas oleh pasar/konsumen luar negeri sesungguhnhya dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Pada kondisi sekarang ini komoditi Pala Siau berpotensi tinggi terjadi pemalsuan ( pala dari daerah lain menggunakan label Pala Siau untuk memenuhi permintaan konsumen) sementara masyarakat petani Pala Siau tidak memiliki perlindungan hukum untuk mengkomplain hal tersebut. Menjadi suatu keniscayaan apabila penggunaan label/logo Pala Siau hanya boleh digunakan oleh masyarakat Siau yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan adanya Sertifikasi Indikasi Geografis Pala Siau nantinya oleh Direktorat Jenderal HAKI Kementerian Hukum dan HAM. Perlindungan hukum terhadap produk khas daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro(Pala Siau) menjadi suatu kekayaan yang tak ternilai harganya utamanya bagi peningkatan nilai tambah yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakata yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dan secara umum akan memberikan jaminan kualitas dan asal produk komoditi kepada konsumen Pala Siau Berangkat dari visi ini maka Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau (LPIG Pala Siau) hendak mendaftarkan Pala Siau untuk mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis dari Pemerintah Republik Indonesia.. Selanjutnya, kami menyampaikan terima kasih secara khusus kepada : 1. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, cq. Direktorat Jenderal Perkebunan dan Drektorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil.. 2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. 3. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, cq. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara. 4. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, cq. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. 5. Trade and Cooperation Facility (TCF) dari Uni Eropa 6. Dr. Ir. H. Riyaldi, MM. Staf Khusus Indikasi Geografis Ditjen. Perkebunan, Kementerian Pertanian, dan Tim Ahli Indikasi Geografis Ditjen. KI, Kementerian Pertanian. Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang memberikan bantuan berupa masukan pemikiran, tenaga, maupun materi lainnya sehingga buku persyaratan ini dapat diselesaikan Siau, Juni 2015 LPIG Pala Siau Robby J. Kiwol, SPd ii

5 ABSTRAK Pala Siau adalah komoditi unggulan daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro karena diusahakan oleh hampir 80% masyarakat yang ada didaerah ini. Tanaman pala diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar dipulau Siau, Pulau Tagulandang dan Pulau Biaro. Pala yang ada dipulau Siau memiliki karakteristik yang unggul/spesifik dibandingkan dengan pala di kedua pulau lainnya. Ciri khas Pala Siau sudah dikenal sampai ke pasar internasional. Ciri khas yang dimiliki oleh pala Siau memberikan nilai tambah dalam aspek pasar komoditi pala ditingkat lokal, nasional maupun internasional, tetapi petani Pala Siau belum mendapatkan efek nyata dari kondisi ini yang mana hanya dinikmati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam distribusi pasar komoditi ini termasuk yang menggunakan nama Pala Siau untuk memasarkan pala yang bukan berasal dari pulau Siau. Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para petani, dan pengusaha, Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau dengan dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengajukan permohonan sertifikat Indikasi Geografis. Pala yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah jenis pala banda (Myristica fragrans Hout) yang dalam bahasa setempat dikenal dengan Pala Siau. Buah pala terdiri atas daging buah, fuli dan biji. Biji pala dapat dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, berkhasiat untuk pengobatan, aromateraphy dan minyaknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik. Tampilan buah pala yang matang sebagai acuan panen antara lain saat matang panen kulit buah pala berwarna kuning kecoklatan. Dari penanaman sampai panen memerlukan sekitar 7 sampai 10 tahun Panen raya biasanya terjadi pada bulan Maret - April dan Oktober - Desember. Produk yang dihasilkan berupa Biji Pala Kering dengan batok kualitas A dan AT, Biji Pala Kering tanpa batok dengan kualitas ABCD dan Shrivel, serta Fuli Pala Kering. Biji Pala Kering dengan batok kelas mutu A berasal dari buah yang matang di pohon, memiliki batok berwarna coklat gelap mengkilap, padat berisi, berat, kering dan pada umumnya berbunyi apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur, batok biji tidak pecah. Biji Pala Kering dengan batok kelas mutu AT berasal dari buah setengah matang, memiliki batok berwarna coklat muda, memiliki berat yang lebih ringan, sedikit lebih kecil dan sedikit kurang berisi dibanding dengan kelas A, kering dan berbunyi bila diguncang. Kernel sangat longgar dalam batok dibandingkan dengan kelas A, tidak berlubang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah. Biji Pala Kering tanpa batok dengan kelas mutu ABCD memiliki ciri kernel utuh dan berisi, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain, permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur. Kelas mutu Shrivel tanpa batok memiliki ciri permukaan keriput, kurang berisi dibandingkan kelas ABCD, berbunyi kurang keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain dibandingkan kelas mutu ABCD, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur. Fuli Pala Siau berwarna merah sampai kuning, relatif utuh, tidak patah dan tidak hancur. iii

6 DAFTAR ISI halaman SAMBUTAN SEKDA KAB. SIAU TAGULANDANG BIARO i KATA PENGANTAR ii ABSTRAK iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii I PENDAHULUAN 1 II PEMOHON DAN KELEMBAGAAN 4 III BUKU PERSYARATAN 6 A. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS 6 B. NAMA BARANG 6 C. SIFAT-SIFAT KHAS 8 1. Sifat Fisik 8 2. Sifat Kimiawi 8 3. Kelas Mutu 9 4. Analisis Kualitas 10 D. DESKRIPSI LINGKUNGAN GEOGRAFIS Faktor Alam Faktor Manusia 17 E. BATASAN KAWASAN Batas Wilayah Pulau Siau Kawasan Produksi Pala Di Pulau Siau Kawasan Pengolahan Dan Pengemasan Pala Siau 22 F. SEJARAH DAN ADAT ISTIADAT Sejarah Pulau Siau Dan Masyarakatnya Sejarah Pala Di Dunia Sejarah Pala Di Pulau Siau Dampak Adanya Pala Di Pulau Siau Peran Sosial Budaya Dan Ekonomi Pala Bagi Masyarakat 25 Siau G. METODE PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN Metode Produksi Pala Di Siau Metode Panen Dan Pasca Panen Pala Siau Metode Penyimpanan Pala Siau Metode Pemasaran Pala Siau 33 H. PENGAWASAN DAN PEMBINAAN Pengawasan Dan Pembinaan Internal Pengawasan Dan Pembinaan Eksternal 35 I. KODE KETERUNUTAN 36 J. TANDA INDIKASI GEOGRAFIS Label Logo Kode Keterunutan Segel 40 K. PENGGUNAAN TANDA IG PALA SIAU 40 IV PENUTUP 41 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN-LAMPIRAN 43 iv

7 DAFTAR TABEL halaman Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelitian Biji dan Fuli Pala Siau Kering Dari Laboratorium Balittro Bogor Tahun 2014 dan Tabel 2 Perbandingan Kualitas Pala Siau Dengan SNI dan Pala Banda 9 Tabel 3 Syarat Umum Biji Pala Tanpa Batok Berdasar SNI Tabel 4 Syarat Umum Fuli/Bunga Pala Berdasarkan SNI Tabel 5 Kelas Mutu Biji Pala Kering Dengan Batok 12 Tabel 6 Kelas Mutu Biji Pala Kering Tanpa Batok 12 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Ringkasan Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014 Ringkasan Hasil Analisis Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014 Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Selatan Tahun Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Utara Tahun Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Tengah Tahun Luas Areal Dan Produksi Tanaman Pala Di Pulau Siau Dan Di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Tabel 13 Kesesuaian Lahan Dan Iklim Untuk Tanaman Pala 27 Tabel 14 Daftar Penangkar Benih Pala Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 30 v

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kartu Anggota LPIG Pala Siau Bagi Pengurus dan Bagi Anggota Halaman 5 Gambar 2 Biji Pala Kering Dengan Batok 6 Gambar 3 Biji Pala Kering Tanpa Batok 7 Gambar 4 Fuli Pala Kering 7 Gambar 5 Gambar 6 Kualitas A Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ABCD Tanpa Batok Kualitas AT Biji Pala Kering Dengan Batok Dan Shrivel Tanpa Batok Gambar 7 Fuli Pala Kering Kualitas Pala Siau 10 Gambar 8 Foto Satelit Pulau Siau Dan Lokasinya Pada Peta Indonesia 13 Gambar 9 Peta Kabupaten Siau Tagulandang Biaro 14 Gambar 10 Gunung Karangetang Ciri Khas Pulau Siau 15 Gambar 11 Areal Pertanaman Pala Di Pulau Siau 18 Gambar 12 Peta Wilayah Penanaman Dan Pengembangan Pala Di Pulau Siau 20 Gambar 13 Peta Administrasi Kecamatan Di Pulau Siau 21 Gambar 14 Alat Panen Pala Sasendeng 26 Gambar 15 Alat Panen Pala Pengait 26 Gambar 16 Buah Pala Yang Sudah Matang Dan Terbelah Karena Matang Fisiologis 30 Gambar 17 Logo Pala Siau 39 vi

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No. 221 tanggal 30 Desember 2013 Tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Halaman Lampiran 3 Daftar Petani Anggota LPIG Pala Siau 52 Lampiran 4 Daftar Pedagang Pala Siau anggota LPIG Pala Siau 55 Lampiran 5 Lampiran 6 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Kering Oleh Balittro Bogor Tahun 2014 Hasil Analisis Kandungan Fuli Pala Kering Oleh Balittro Bogor Tahun Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Siau Barat Serta Biji Pala Dan Fuli Pala Pulau Tagulandang Oleh Balittro Bogor Tahun 2015 Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014 Hasil Analisa Lengkap Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014 Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Dari Stasiun Meteorologi Siau Barat Selatan, Siau Barat Utara Dan Siau Tengah Lampiran 11 Tanda Registrasi Usaha Perbenihan Pala 74 vii

10 I. PENDAHULUAN Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terbentuk pada tanggal 23 Mei tahun 2007, sebagai pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, berdasarkan UU No.15 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di Propinsi Sulawesi Utara. Tanaman Pala (Myristica sp) yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah jenis Myristica fragrans HOUTT yang memiliki kualitas dan produktifitas yang tinggi. Asal usul keberadaannya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di pulau Siau sampai sekarang belum jelas kepastiannya. Ada 2 versi pernyataan yang menduga asal usul tersebut yakni : Versi pertama bahwa tanaman/pohon Pala yang sudah ada bertumbuh dan berkembang di Pulau Siau adalah bagian dari tanaman endemik pada sebagian wilayah yang cocok sebagai habitatnya dimana jika di lihat dari aspek letak geografis, pulau Siau masih dapat digolongkan dalam satu cakupan bagian wilayah Kepulauan Maluku Utara yang merupakan daerah asal tanaman pala. Versi kedua bahwa tanaman/pohon pala merupakan hasil proses introduksi dari luar yaitu kepulauan Maluku khususnya dari Kepulauan Banda - Maluku yang masuk ke daerah ini melalui hubungan Ternate. Leluhur masyarakat di pulau Siau sering berlayar ke Ternate untuk berdagang dan ketika pulang kembali mereka membawa bibit tanaman/pohon pala. Salah satu alasan yang mendukung dugaan ini dari pihak yang meyakini versi ini adalah didasarkan dari aspek historis, bahwa pulau Siau pada saat kekuasaan pemerintahannya masih dalam bentuk kerajaaan pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan pemerintahan kesultanan Ternate. Hal tersebut diyakini sangat berpengaruh pada aspek intensitas dan frekwensi mobilitas penduduk dari pulau Siau ke Maluku, demikian pula sebaliknya, dan hal tersebut berpengaruh terhadap terjadinya introduksi tanaman pala ke pulau Siau. Bibit tanaman/pohon pala menjadi bagian dari barang yang dibawa ketika pulang dari Ternate dan tempat lainnya di wilayah kepulauan Maluku, ditanam, bertumbuh dan berkembang di pulau Siau sampai saat seperti sekarang ini. Dari dua versi dugaan tersebut, sebagian besar masyarakat meyakini dugaan versi yang kedua bahwa tanaman pala yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di pulau Siau bukanlah tanaman endemik tetapi tanaman introduksi dari Pulau Banda Kepulauan Maluku melalui hubungan Ternate kepulauan Maluku Utara. Saat ini tanaman pala telah menjadi komoditi andalan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro yang terdiri dari 47 pulau ini. Tanaman pala sebagai komoditi unggulan daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya yang ada di pulau Siau, tersebar di 6 Kecamatan di pulau Siau, yaitu di kecamatan Siau Timur, kecamatan Siau Timur Selatan, kecamatan Siau Barat, kecamatan Siau Barat Selatan, kecamatan Siau Barat Utara dan kecamatan Siau Tengah. Kecamatan Siau 1

11 Timur memiliki 11 kampung dan 5 kelurahan, kecamatan Siau Timur Selatan memiliki 14 kampung, kecamatan Siau Barat memiliki 9 kampung dan 3 kelurahan, kecamatan Siau Barat Selatan memiliki 6 kampung, kecamatan Siau Barat Utara memiliki 8 kampung dan kecamatan Siau Tengah memiliki 4 Kampung. Sebagai produk yang memiliki kekhasan tersendiri dan sudah dikenal luas di pasar internasional, Pala Siau menjadi komoditi yang sangat dicari. Indikasinya adalah banyak konsumen dari luar negeri yang datang ke pulau Siau untuk melihat dari dekat bagaimana sesungguhnya keberadaan tanaman pala di pulau Siau. Perwakilan Masyarakat Uni Eropa datang untuk turut membantu mengupayakan perbaikan penanganan produk Pala Siau dari aspek budidaya, pengolahan sampai ke pemasaran. Kegiatan tersebut diwujudkan dalam bentuk kerjasama pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian Republik Indonesia dengan Tim TSP (Trade Support Program) dari Uni Eropa untuk melakukan penelitian dan pelatihan cara penanganan yang baik terhadap biji dan fuli pala khususnya dalam proses pengeringan sehingga menghasilkan produk yang bermutu, aman dan sehat. Keistimewaan Pala Siau sekaligus sebagai ciri dan kualitas yang spesifik adalah memiliki kadar miristisin pada biji pala 11%-13% dan pada fuli 20%-30%. Keistimewaan tersebut menjadikan produk ini sangat rentan terhadap pemalsuan oleh pihak-pihak tertentu guna mendapat keuntungan yang besar dengan menyebut produk pala mereka sebagai Pala Siau, meskipun produk mereka bukan dari pulau Siau. Untuk itu diperlukan adanya perlindungan hukum terhadap penggunaan nama Pala Siau. Saat ini di pulau Siau terdapat ha pertanaman pala dengan ha areal pertanaman yang telah menghasilkan yang diusahakan oleh sekitar Kepala Keluarga (KK) dengan tingkat produktifitas rata-rata sekitar kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun, sehingga total produksi per tahun adalah sekitar ton biji pala kering dengan batok. Total areal pertanaman pala di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada tahun 2014 adalah ha dengan ha areal pertanaman yang telah menghasilkan yang diusahakan oleh sekitar KK dengan tingkat produktifitas rata-rata sekitar kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun, sehingga total produksi per tahun adalah sekitar 6.652,5 ton biji pala kering dengan batok. Dengan diberlakukannya PP. 51 Tahun 2007 pada tanggal 4 September 2007 sebagai aturan pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang mengatur tentang perlindungan Indikasi-Geografis, maka hal tersebut telah membuka jalan bagi Pala Siau untuk dapat terhindar dari penggunaan nama Pala Siau secara tidak benar oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka masyarakat petani dan pelaku usaha Pala Siau memandang perlu Pala Siau mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis. Untuk itu masyarakat petani dan pelaku usaha Pala Siau telah bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau untuk mengajukan permohonan perlindungan Indikasi Geografis bagi Pala Siau kepada pemerintah Republik Indonesia. 2

12 Sebagai lampiran permohonan untuk memperoleh sertifikat Indikasi Geografis Pala Siau, maka disusun buku persyaratan yang memuat informasi tentang nama Indikasi Geografis, nama barang yang dilindungi, uraian mengenai karakteristik dan kualitas yang membedakan Pala Siau dengan pala lain yang memiliki kategori sama, dan menjelaskan tentang hubungannya dengan daerah dimana Pala Siau dihasilkan. Uraian mengenai lingkungan geografis serta faktor alam dan faktor manusia yang merupakan suatu kesatuan yang memberikan pengaruh terhadap kualitas atau karakteristik khas dari Pala Siau. Uraian tentang batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh Indikasi Geografis yang direkomendasikan oleh instansi yang berwenang, uraian mengenai sejarah dan tradisi yang berhubungan dengan Pala Siau, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Pala Siau. Uraian yang menjelaskan tentang proses produksi, proses pengolahan, dan metode yang digunakan untuk menguji kualitas Pala Siau yang dihasilkan serta logo dan label yang digunakan pada Pala Siau. 3

13 II. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN Pemohon Indikasi Geografis Pala Siau adalah : Lembaga Perlindungan Indikasi Gegrafis Pala Siau yang selanjutnya disebut sebagai : LPIG-Pala Siau. LPIG-Pala Siau didirikan atas kesepakatan pelaku usaha dan pembina Pala Siau pada tanggal 18 juni tahun 2013, yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No. 221 tanggal 30 Desember tahun 2013 tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Lampiran 1). Selanjutnya LPIG-Pala Siau akan diperkuat dengan Akte Notaris untuk memperkuat dan meningkatkan kemampuan organisasi melaksanakan kegiatannya. LPIG-Pala Siau memiliki struktur organisasi dan pengurus sebagaimana terdapat pada bagan berikut : SUSUNAN PENGURUS LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS (LPIG) PALA SIAU KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PENASEHAT : 1. Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2. Wakil Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro PEMBINA : 1. Sekretaris Daerah Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 2. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat 3. Asisten Ekonomi dan Pembangunan 4. Asisten Administrasi Umum 5. Tokoh Agama 6. Tokoh Masyarakat KETUA : J.R. Kiwol, S.Pd WAKIL KETUA : E.M. Manoppo, SH SEKRETARIS : Van Sem Kangihade WAKIL SEKRETARIS : Irma Jakobus BENDAHARA : Ronald Marthin Bidang Budidaya: 1. Djoni Jakobus SP 2. Michael Manopo 3. Piet H. Sasombo 4. Amir Sandy 5. Mathis J. Kasyadi 6. Albert V. Manoi 7. Iswardi Kabuhung 8. Jekris Lahopang Bidang Pengolahan : 1. Hanris Barik, BSc 2. Eikman Karoles 3. David Laheba 4. Yohanes S. Mamuko 5. Adry N. Diamana 6. Riskel Emping 7. Naftali Daleda 8. Jekris Lahopang Bidang Pemasaran : 1. Victor Nam Djayanegara 2. Julin Mose 3. Welly Langitan 4. Elisabeth Kakalang 5. Reinhard Pusung 6. Adrianus Manumpahi 7. Pitron Jacobus 8. Andrias Dame 9. Josep Kawoka 10. Carlalisa Manalip 11. Jelli Lano Bidang Pengawasan Mutu dan Keterunutan : 1. Meisye Kanine, SH 2. Novke Pongajow, STP 3. Luisye Pusung 4. Mario Suma 5. Hervie Mandak 6. Yohanis Dawid 7. Adjida Kasengkang 8. Zeth Katuhu 9. Aswin Misa 10 Dancosmas Sasia Bidang Hukum dan Informasi : 1. Herry Makahinda, SH 2. Sri Pusung, SH 3. James Marthin, SPd 4. Max Anise 5. Zaschar Sikome 6. Jotman Kalombang 7. Brando Pesik 8. J. Kansil 4

14 Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis Pala Siau oleh LPIG Pala Siau didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No, 27/REKOM/VI/2015 tanggal Juni 2015 (Lampiran 2) LPIG-Pala Siau saat ini memiliki anggota yang terdiri dari : a. Petani pala anggota LPIG Pala Siau yang mempunyai areal pertanaman pala di pulau Siau berjumlah orang yang tergabung dalam 51 kampung dari 6 kecamatan di pulau Siau, dengan total areal produksi sekitar 1.520,1 ha dan produksi Biji Pala Kering dengan batok sekitar 3.087,72 ton/tahun. Daftar Kelompok Tani Anggota LPIG-Pala Siau terdapat pada Lampiran 3. b. Pedagang Pala Siau terdiri dari pedagang pengumpul dan eksportir yang tinggal dan berusaha di dalam atau diluar pulau Siau yang menjadi anggota LPIG Pala Siau. Pedagang anggota LPIG Pala Siau saat ini berjumlah 16 orang/perusahaan. Daftar Pedagang Pala Siau anggota LPIG-Pala Siau terdapat pada Lampiran 4 Perubahan berupa penambahan atau pengurangan jumlah petani dan perubahan daftar pedagang Pala Siau dimungkinkan untuk terjadi dimasa depan. Perubahan tersebut akan disampaikan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku Persyaratan Perubahan. LPIG-Pala Siau memiliki Sekretariat yang saat ini beralamat di : Kampung Dame I Kecamatan Siau Timur Nomor HP : Alamat manopowelly@ymail.com Anggota dan pengurus LPIG - Pala Siau dilengkapi dengan Kartu Anggota sebagaimana terdapat pada gambar berikut KARTU ANGGOTA PENGURUS LPIG PALA SIAU Kabupaten Kepulauan SITARO NAMA : ALAMAT : KARTU ANGGOTA Inidkasi Geografis Pala Siau NAMA : ALAMAT : LOKASI KEBUN : JABATAN : Ketua Pas foto Ketua Pas foto Gambar 1. Kartu Anggota LPIG Pala Siau Bagi Pengurus dan Bagi Anggota 5

15 III. BUKU PERSYARATAN A. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS Nama Indikasi Geografis yang diusulkan adalah B. NAMA BARANG Pala Siau Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah Siaw Nutmeg Nama barang atau nama produk dari Pala Siau, adalah 1. Biji Pala Kering dengan batok (Nutmeg with shell) 2. Biji Pala Kering tanpa batok (Nutmeg without shell) 3. Fuli Pala Kering (Dried Mace) Biji Pala Kering dengan batok adalah biji pala yang dikeringkan dengan batok yang masih utuh, berwarna coklat gelap mengkilap, berat dan pada umumnya berbunyi apabila diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah. Dalam kondisi penyimpanan yang baik, Biji Pala Kering dengan batok ini dapat disimpan bertahun-tahun tanpa penurunan kualitas yang berarti. Gambar 2. Biji Pala Kering Dengan Batok Biji Pala Kering tanpa batok adalah isi biji pala/kernel utuh, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur dan berwarna coklat muda. Dalam penyimpanan yang baik, Biji Pala Kering tanpa batok ini dapat disimpan selama sekitar 6 bulan. 6

16 Gambar Biji Pala Kering tanpa batok terdapat pada Gambar 3 berikut : Gambar 3. Biji Pala Kering Tanpa Batok Fuli Pala Kering adalah lapisan berwarna merah tua pada biji pala yang dikeringkan terpisah dari biji pala. Fuli Pala Kering akan berubah warnanya dalam penyimpanan dari merah tua menjadi kuning kemerahan setelah sekitar 3 bulan penyimpanan dan menjadi kuning setelah lebih dari 6 bulan penyimpanan. Konsumen di Eropa dan India lebih menyukai Fuli Pala Kering berwarna kuning, sementara konsumen Jepang lebih menyukai yang berwarna merah. Gambar Fuli Pala Kering terdapat pada Gambar 4 berikut : Gambar 4. Fuli Pala Kering Jenis produk pala LPIG Pala Siau diperkirakan akan bertambah seiring dengan semakin berkembangnya LPIG Pala Siau. Penambahan jenis produk ini akan disampaikan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku Persyaratan Perubahan. 7

17 C. SIFAT-SIFAT KHAS 1. Sifat Fisik Biji Pala kering dengan batok, berasal dari biji buah pala yang matang fisiologis di pohon. Biji dipisahkan dari daging buah dan dikeringkan sampai kadar air sekitar 12 %. Biji Pala Kering dengan batok berwarna coklat kehitaman berkilap, ukuran biji panjang 4-4,5 cm dengan, diameter 3,5-4 cm, dengan bentuk biji bulat sampai agak lonjong. Berat dan berbunyi apabila diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah Biji Pala kering tanpa batok, berasal dari Biji Pala kering dengan batok yang dipisahkan dari batoknya. Pemisahan dilakukan secara manual dan hati-hati agar tidak merusak isi biji. Biji Pala Kering tanpa batok memiliki kadar air sekitar 12 %, berwarna coklat muda, berukuran sekitar 4 cm panjang dengan diameter 3,5 cm, dengan bentuk bulat sampai agak lonjong. Berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur. Fuli Pala Kering, berasal dari lapisan/jaringan berwarna merah yang melekat pada biji pala segar. Lapisan ini dikeringkan sampai memiliki kadar air sekitar 12 %, berwarna merah dengan ukuran panjang bervariasi. Pengeringan dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga keutuhan Fuli Pala Kering Dalam penyimpanan warna merah berubah secara bertahap menjadi kuning. 2. Sifat Kimiawi Untuk mengetahui sifat kimiawi Pala Siau, dilakukan pengujian di Balittro Bogor pada bulan November 2014 terhadap contoh Biji Pala Kering dan Fuli Pala Kering dari beberapa lokasi penghasil pala di pulau Siau. Hasil analisis Biji Pala Kering terdapat pada Lampiran 5, Lampiran 6 dan Lampiran 7. Ringkasannya tedapat pada Tabel 1. Mutu minyak pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin karena miristisin yang memberikan aroma khas pada minyak pala (Ivan,et al, 2001). Miristisin merupakan turunan dari senyawa fenilpropanoid. Miristisin adalah zat cair yang bening, tak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Baunya khas seperti rempah rempah dan aromanya tajam serta mudah menguap. Berat molekulnya 192 gr/mol. Nama lain dari miristisin adalah 5 alil 1 metoksi 2,3 metilen dioksibenzena atau 5 metoksi safrol. Berikut ini adalah ciri-ciri fisik dan kimia dari miristisin. Titik didih pada 760 mm/hg adalah 173 ºC, berat jenis gr/mol 1,1437 indeks bias 1,540 panjang gelombang / λ maks 278 nm. CH2 CH=CH2-OCH3-O-O 8

18 No Jenis Produk Biji Pala (dari Siau Timur, Siau Barat Utara dan Siau Barat) Biji Pala Tagulandang Fuli Pala (dari Siau Timur, Siau Barat Utara, Siau Barat) Fuli Pala Tagulandang Jenis Pengujian/Pemeriksaan Hasil Metode Pengujian/Pemeriksaan Pengujian Kadar Air (%) 9,99 12,52 Aufhauser Kadar Minyak Atsiri (%) 2,04 3,83 Destilasi Warna Kuning Pucat Visual Berat Jenis (25 C) +/- 0,91 Gravimetri Miristisin 11,18 14,84 GC Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 1:2 (Larut) Volumetri Kadar Air (%) 10,33 Aufhauser Kadar Minyak Atsiri (%) 3,31 Destilasi Warna Visual Berat Jenis (25 C) 0,91 Gravimetri Miristisin 11,96 GC Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:2 larut Volumetri Kadar Air (%) 9,75-11,80 Aufhauser Kadar Minyak Atsiri (%) 8,60 17,27 Destilasi Warna Kuning Visual Berat Jenis (25 C) 0,95-0,98 Gravimetri Miristisin 20,59-30,39 GC Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 (Larut) Volumetri Kadar Air (%) 4,98 Aufhauser Kadar Minyak Atsiri (%) 8,39 Destilasi Warna Visual Berat Jenis (25 C) 0,92 Gravimetri Miristisin GC Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 larut Volumetri Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Biji dan Fuli Pala Siau Kering Dari Laboratorium Balittro Bogor Tahun 2014 dan 2015 Perbandingan kualitas Pala Siau dengan SNI dan kualitas Pala Banda terdapat pada Tabel 2. No Ketentuan/ Asal Kadar Minyak Atsiri (%) Biji Pala Berat Jenis (25 C) Miristisin (%) Kadar Minyak Atsiri (%) Fuli Pala Berat Jenis (25 C) 1. SNI - 0,885-0, ,880 0,940 - Miristisin (%) 2. Siau 2,04 3,83 +/- 0, ,18 14,8 8,6 17,27 0,95-0,98 20,59-30,39 3. Banda 2,83 6,14-4,33 6,92 9,02 11,43-8,56 10,60 Tabel 2. Perbandingan Kualitas Pala Siau Dengan SNI dan Pala Banda Miristisin digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan perangsang kulit serta bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental). Miristisin juga dapat digunakan sebagai zat pemusnah serangga yang disebut synergistiche serta digunakan sebagai pembanding zat untuk tes minyak yang mudah menguap. Di Eropa, miristisin pada mulanya dimanfaatkan sebagai penghilang rasa sakit (analgesic) 3. Kelas Mutu Biji Pala Kering : Hanya Biji Pala Kering dengan kualitas terbaik, yaitu kualitas A dan kualitas AT yang boleh menggunakan tanda IG Pala-Siau. Gambar Biji Pala Kering dengan dan tanpa batok 9

19 pada kualitas A dan kualitas ABCD, serta kualitas AT dan kualitas Shrivel terdapat pada Gambar 5 dan 6 Gambar 5. Kualitas A Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ABCD Tanpa Batok Gambar 6. Kualitas AT Biji Pala Kering Dengan Batok Dan Shrivel Tanpa Batok Fuli Pala Kering : Hanya Fuli Pala Kering kualitas terbaik yang boleh menggunakan tanda IG Pala Siau, berwarna merah sampai kuning, utuh dengan ukuran panjang bervariasi. Gambar Fuli Pala Kering kualitas Pala Siau terdapat pada Gambar 7. Gambar 7. Fuli Pala Kering Kualitas Pala Siau 4. Analisis Kualitas a. Biji Pala Kering Kualitas A dan ABCD : - Jumlah Biji Pala Kering dengan batok per Kg sebanyak biji - Tampilan fisik Biji Pala Kering dengan batok kualitas A, adalah bulat dan ada pula yang agak lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ciri khas mengkilap, berat, 10

20 memiliki bentuk yang bulat sampai agak lonjong dengan permukaan licin. Berbunyi apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah - Biji Pala Kering Kualitas A yang sudah dipisahkan dari cangkang/batoknya menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD dengan rendemen sekitar 68% (1 kg Biji Pala Kering dengan batok kualitas A, akan menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD dengan berat sekitar 0,68 Kg) - Tampilan fisik Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD, adalah berbentuk bulat dan ada pula yang agak lonjong, mengeluarkan bunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur b. Biji Pala Kering Kualitas AT dan Shrivel : - Jumlah Biji Pala Kering tanpa batok per Kg sebanyak biji - Tampilan fisik Biji Pala Kering dengan batok kualitas AT, memiliki bentuk bulat dan ada pula yang agak lonjong, berwarna kecoklatan dengan ciri khas kurang mengkilap, memiliki bentuk yang bulat sampai agak lonjong dengan permukaan licin. Lebih ringan dibanding kualitas A. Berbunyi apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah - Biji Pala Kering kualitas AT yang sudah dipisahkan dari cangkang/batoknya menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel dengan rendemen sekitar 63% (1 kg Biji Pala Kering dengan batok kualitas AT, akan menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel berat sekitar 0,63 Kg) - Tampilan fisik Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel, memiliki bentuk bulat sampai agak lonjong, berwarna coklat muda dengan permukaan keriput dan utuh. Mengeluarkan bunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur c. Fuli Pala Kering: - Tampilan warna merah segar sampai kuning dan agak mengkilap - Menghasilkan aroma khas pala yang tajam - Sebagian besar utuh dan tidak banyak patahan-patahan kecil Kualitas biji pala kering dengan dan tanpa batok akan terus diperbaiki, termasuk kadar airnya, sehingga dapat memenuhi persyaratan umum SNI biji pala kering tanpa batok sebagaimana terdapat pada Tabel 3. No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Kadar air (b/b) Biji berkapang (b/b) Serangga utuh mati Kotoran mamalia Kotoran binatang lain Benda asing (b/b) % % ekor Mg/lbs Mg/lbs % Maks. 10 Maks. 8 Maks. 4 Maks. 0 Maks. 0,0 Maks. 0,00 Tabel 3. Syarat Umum Biji Pala Tanpa Batok Berdasarkan SNI

21 Kualitas fuli pala kering akan terus dperbaiki, termasuk kadar airnya, sehingga memenuhi persyaratan umum SNI fuli pala kering sebagamana terdapat pada Tabel 4. No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Kadar air (b/b) Kotoran mamalia Kotoran binatang lain Benda asing (b/b) Serangga utuh mati Fuli berkapang (b/b) Cemaran serangga (b/b) % mg/lbs mg/lbs % ekor % % maks. 10 maks. 3 maks. 1,0 maks. 0,50 maks. 4 maks. 2,00 maks. 1,0 Tabel 4. Syarat Umum Fuli/Bunga Pala Berdasarkan SNI Kelas mutu yang umum berlaku bagi biji pala kering dengan batok terdapat pada Tabel 5. Mutu A AT B C Deskripsi Berwarna coklat gelap mengkilap. Dipanen pada saat buah matang. Padat berisi, berat, kering dan pada umumnya berbunyi bila diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur, batok tidak pecah. Berwarna coklat muda, dipanen dari saat buah setengah matang. Lebih ringan, lebih kecil, kurang berisi dan kernel lebih longgar dalam batok dibanding mutu A, kering, berbunyi bila diguncang. Tidak berlubang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur, batok tidak pecah Berwarna coklat pucat, produk dipanen atau jatuh awal. Biji memiliki resiko sedang terhadap kontaminasi aflatoksin, harus disimpan terpisah dari kelas A dan AT. Lebih ringan dari kelas AT. Kernel biasanya menempel pada batok dan bijinya tidak berbunyi bila diguncang. Sebagian besar berlubang, rusak akibat serangga, berjamur, dan pecah batoknya. Berwarna sangat coklat pucat, retak, dikerubungi serangga, berjamur. Beresiko tinggi terhadap kontaminasi aflatoksin dan hanya digunakan untuk diekstraksi minyaknya. Dipanen sebelum matang atau berasal dari buah yang terjatuh dari pohon Tabel 5. Kelas Mutu Biji Pala Kering Dengan Batok Kelas mutu yang umum berlaku bagi biji pala kering tanpa batok, terdapat pada Tabel 6. Mutu ABCD SS (Shrivel) BWP Ekspor BWP BWP Deskripsi Kernel utuh dan berisi, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur. Permukaan keriput, kurang berisi dibandingkan kelas ABCD. Berbunyi kurang keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain dibandingkan kelas mutu ABCD. Tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur. Pemetikan lebih awal, pengeringan belum sempurna Kernel pecah tapi tidak berjamur Kernel pecah, berlubang dan berjamur Kernal pecah dan hancur serta berjamur Tabel 6. Kelas Mutu Biji Pala Kering Tanpa Batok 12

22 D. DESKRIPSI LINGKUNGAN GEOGRAFIS 1. Faktor Alam Pala Siau tumbuh dan berbuah dengan baik di pulau Siau yang berada pada posisi geografis LU dan BT dengan luas mencapai sekitar 160,02 km 2. Pada ketinggian sampai 300 m diatas permukaan laut. Pulau Siau merupakan klaster utama dari Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang merupakan bagian dari propinsi Sulawesi Utara. Peta wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terdapat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Gambar 8. Foto Satelit Pulau Siau Dan Lokasinya Pada Peta Indonesia 13

23 Gambar 9. Peta Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Pada klaster Siau terdapat kegiatan pemerintahan kabupaten dan kegiatan lainnya seperti perdagangan, transportasi laut serta pendidikan. Pusat kegiatan terbagi antara pusat kegiatan pemerintahan yang terletak di Ondong dan pusat kegiatan perdagangan dan transportasi laut di Ulu. Pembagian wilayah administrasi sebanyak enam kecamatan. Keterhubungan dengan pusat klaster dilayani oleh jasa angkutan darat dengan dukungan prasarana jalan yang sudah memadai. Hubungan antara klaster Siau dengan klaster lainnya yang berada di wilayah kepulauan Siau Tagulandang Biaro dilayani oleh pelayaran lokal antar pulau. Keterhubungan dengan ibukota provinsi dilayani pelayaran rutin yang dilakukan setiap hari melalui pelabuhan Poso yang ada di Kota Ulu kecamatan Siau Timur, pelabuhan Pehe di Kampung Pehe Kecamatan Siau Barat dan Pelabuhan Penyeberangan di Kampung Sawang Kecamatan Siau Timur Selatan. 14

24 Klaster Siau memiliki kondisi topografis yang bervariasi yaitu dari dataran landai, kelerengan curam sampai dataran tinggi dan puncak gunung dengan ketinggian mencapai m dpl. Klaster ini memiliki gunung berapi aktif (G. Karangetang) yang berada di bagian utara pulau Siau. Keaktifan gunung berapi ini memberi pengaruh bagi kesuburan lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang ada di sekitarnya. Siau terkenal akan kualitas biji pala yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia sejak dulu. Gambar 10. Gunung Karangetang Ciri Khas Pulau Siau Dari hasil analisis tanah pulau Siau di lokasi pertanaman Pala yang dilakukan oleh Balittro Bogor pada bulan November 2014, diperoleh hasil analisis unsur mikro sebagaimana terdapat pada Lampiran 8. Ringkasan hasil analisis tanah terdapat pada Tabel 7. b e l 5. Jenis Pengujian/Pemeriksaan Hasil Pengujian/Pemeriksaan Metode Pengujian Fe (ppm) 2,47 AAS Mn (ppm) 313,71 AAS Cu (ppm) 83,85 AAS Zn (ppm) 40,48 AAS Tabel 7. Ringkasan Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor, Tahun 2014 Hasil analisis tanah lengkap terdapat pada Lampiran 9. Ringkasan hasil analisis tanah terdapat pada Tabel 8. Hasil Pengujian/Pemeriksaan H 2O ph KCL 1 M C-Org (%) N- Total (%) C/N rati o P2O5 Tersedia (ppm) Basa Dapat Ditukat (cmol(+)/kg) Tekstur (%) Al dd KTK(cmo KB (cmol(+) l (+)/kg) (%) /kg) Ca Mg K Na Total Pasir Debu Liat ph-metri Walkey & Black Kjedah l Bray I Perkolasi dengan ammonium asetat 1 M (ph 7) Volu- Metri Destilasi langsung Hidrometer 5,99 5,22 0,77 0,10 7,70 49,15 2,46 0,5 2 0,4 4 0,40 3,82 Ttd 6,90 55, 36 60,3 3 26,83 12,84 Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun

25 Pulau Siau memiliki pola hujan yang sangat bervariasi. Bulan-bulan dengan hujan yang tinggi umumnya adalah bulan November sampai Februari. Bulan-bulan lainnya memiliki curah hujan yang tidak menentu Jumlah Rata-Rata Bulan CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Oktob Nov Des Jml Rata Tabel 9. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Selatan Tahun Jumlah Rata-Rata Bulan CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Oktob Ta Ta Nov Ta Ta Des Ta Ta Jml Rata Tabel 10. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Utara Tahun

26 Jumah Rata-Rata Bulan CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) CH (mm) HH (hh) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Oktob Nov Des Jml Rata Tabel 11. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Tengah Tahun Pulau Siau memiliki tiga stasiun cuaca, yaitu di Siau Barat Selatan, Siau Barat Utara dan di Siau Tengah. Data dari Stasiun Meteorologi Sulawesi Utara di Manado, dari tahun dari Stasiun Siau Barat Selatan terdapat pada Tabel 9, dari Stasiun Siau Barat Utara pada Tabel 10, dan dari Stasiun Siau Tengah pada Tabel 11. Data lengkap pada Lampiran Faktor Manusia Tanaman pala sudah ditanam sejak ratusan tahun yang lalu dan terus dibudidayakan oleh masyarakat di pulau Siau secara turun temurun. Pala di pulau Siau dibudidayaka tanpa menggunakan pupuk dan pestisida buatan. Lahan di pulau Siau masih sangat subur, pemupukan terjadi secara alami memanfaatkan bahan organik yang ada di alam, termasuk abu gunung api yang antara lain mengandung sulfur dan secara rutin dikeluarkan oleh gunung Karangetang. Hal yang secara rutin dilakukan oleh petani pala di pulau Siau adalah menanam bibit tanaman pala, melakukan pemeliharaan secara minimal dan melakukan pemanenan pada saat buah pala telah mencapai tahap masak fisiologis yang ditandai dengan perubahan warna buah pala dari kuning kehijauan menjadi kuning kecoklatan sampai daging buah pecah dan memperiihatkan biji pala yang coklat hitam berkilat dengan fuli yang berwarna merah. Pada areal pertanaman pala, petani juga menanam berbagai tanaman lain, seperti cengkeh, kelapa atau tanaman buah-buahan. Penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan pala dilakukan oleh petani pala bersama keluarganya. Apabila memerlukan tenaga tambahan, petani pala akan mencari tenaga kerja yang dapat membantu dengan pembayaran secara harian. 17

27 Gambar 11. Areal Pertanaman Pala Di Pulau Siau Petani pala di pulau Siau memiliki pengetahuan budidaya dan pengolahan pala yang cukup baik, yang mereka peroleh dari berbagai pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara, berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat termasuk proyek Trade Support Program (TSP) dari Uni Eropa. E. BATASAN KAWASAN 1. Batas Wilayah Pulau Siau Pulau Siau memiliki batas wilayah, sebelah : - Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe - Timur berbatasan dengan pulau Buhias, Pahepa - Selatan berbatasan dengan Pulau Tagulandang - Barat berbatasan dengan pulau Makelehi 2. Kawasan Produksi Pala Di Pulau Siau Kawasan produksi Pala di pulau Siau tersebar di 6 kecamatan dengan jumlah populasi dan produksi terbanyak di : - Kecamatan Siau Timur terletak di Lintang Utara Bujur Timur, berbatasan dengan wilayah kecamatan Siau Barat Utara di sebelah utara, dengan Laut Maluku di sebelah Timur, dengan kecamatan Siau Timur Selatan di sebelah Selatan, dengan Kecamatan Siau Tengah di sebelah Barat. Luas areal pertanaman pala 932 ha dengan produksi sekitar ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 568 ha tanaman menghasilkan. - Kecamatan Siau Barat Utara terletak di Lintang Utara Bujur Timur. Batas wilayah Kecamatan Siau Barat Utara sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Sangihe. sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Siau Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Luas areal pertanaman 18

28 pala 692 ha dengan produksi sekitar ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 467 ha tanaman menghasilkan. - Kecamatan Siau Timur Selatan terletak di Lintang Utara Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Timur Selatan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Kecamatan Siau Barat Selatan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat Selatan dan Siau Barat. Luas areal pertanaman pala 518 ha dengan produksi sekitar 784 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 313 ha tanaman menghasilkan. - Kecamatan Siau Barat terletak di Lintang Utara dan Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Barat sebelah tara berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Siau Tengah, Siau Timur dan Siau Timur. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan laut Sulawesi. Luas areal pertanaman pala 515 ha dengan produksi sekitar 752 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 302 ha tanaman menghasilkan. - Kecamatan Siau Barat Selatan terletak di Lintang Utara Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Barat Selatan sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan pulau Tagulandang. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Luas areal pertanaman pala 440 ha dengan produksi sekitar 586 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 234 ha tanaman menghasilkan. - Kecamatan Siau Tengah terletak di Lintang Utara Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Tengah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Siau Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur Selatan dan Kecamatan Siau Barat. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat. Luas areal pertanaman pala 341 ha dengan produksi sekitar 502 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari 201 ha tanaman menghasilkan. Total areal pertanaman pala di pulau Siau mencapai ha dengan produksi sekitar ton biji pala kering dengan batok per tahun dari sekitar ha tanaman menghasilkan dengan produktifitas sekitar kg biji pala kering dengan batok per ha per tahun. Daerah pertanaman pala saat ini dan pengembangannya ke depan di pulau Siau, adalah pada wilayah pengembangan tanaman perkebunan seperti terdapat peta wilayah pengembangan komoditi perkebunan di pulau Siau pada Gambar

29 Gambar 12. Peta Wilayah Penanaman Dan Pengembangan Pala Di Pulau Siau Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, sebelum tahun 2007 adalah merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe propinsi Sulawesi Utara. Sejak tahun 2007 dengan terbitnya UU No. 15 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro di Propinsi Sulaweasi Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terbentuk. Pulau Siau adalah klaster utama dari wilayah kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Peta wilayah administrasi di pulau Siau terdapat pada Gambar

30 Gambar 13. Peta Administrasi Kecamatan Di Pulau Siau Luas areal dan produksi tanaman pala di pulau Siau dan di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro terdapat pada Tabel 12 berikut. Kecamatan Luas Areal (ha) TBM TM TR Jumlah Produksi per thn (ton/ha) Bentuk Produksi Siau Timur 282,61 568,23 81,05 931, Biji Pala Kering dgn batok Siau Timur 181,11 313,09 23,70 517, Biji Pala Kering Selatan dgn batok Siau Barat 193,22 301,22 20,40 514, Biji Pala Kering dgn batok Siau Tengah 126,72 201,16 13,11 340, Biji Pala Kering dgn batok Jumlah Pekebun (KK)

31 Siau Barat 174,17 233,60 32,15 439, Biji Pala Kering 365 Selatan dgn batok Siau Barat 199,65 466,82 25, Biji Pala Kering 433 Utara dgn batok Jumlah Siau 1.157, ,1 196, Biji Pala Kering dgn batok Tagulandang 169,31 224,80 5,30 399, Biji Pala Kering 358 dgn batok Tagulandang 102,67 143,25 3,40 249, Biji Pala Kering 216 Utara dgn batok Tagulandang 163,07 202,15-365, Biji Pala Kering 335 Selatan dgn batok Biaro 34,53 6,70 0,20 41,43 17 Biji Pala Kering 83 dgn batok Jumlah Non 469,57 576,90 8, ,4 170 Biji Pala Kering 992 Siau dgn batok Jumlah Kab. Sitaro Biji Pala Kering dgn batok Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan TR = Tanaman Rusak Produktifitas : kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2014 Tabel 12. Luas Areal Dan Produksi Tanaman Pala Di Pulau Siau Dan Di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro 3. Kawasan Pengolahan Dan Pengemasan Pala Siau Pengolahan Biji Pala Kering dengan batok dan pengolahan Fuli Pala Kering dilakukan oleh petani pala atau oleh pedagang pengumpul. Pengolahan ini dilakukan diseluruh wilayah pertanaman pala di pulau Siau. Pengolahan Biji Pala Kering dengan batok dan Fuli Pala Kering dilakukan oleh pedagang yang membeli biji pala dan fuli segar dari petani pala. Pengolahan Biji Pala Kering tanpa batok saat ini dilakukan oleh pedagang pengumpul atau eksportir di wilayah kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Barat. Pengolahan di luar pulau Siau tidak diperbolehkan. Pengemasan Biji Pala Kering dengan batok, Biji Pala Kering tanpa batok dan Fuli Pala Kering saat ini dilakukan oleh pedagang pengumpul atau eksportir di wilayah kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Barat dengan pengawasan dari Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau yang dibentuk oleh LPIG Pala Siau, dan bekerja atas perintah Ketua LPIG Pala Siau. Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau melapor kepada Ketua LPIG Pala Siau. Pengemasan diluar pulau Siau tidak diperbolehkan. Kemasan produk yang menggunakan tanda IG Pala Siau disiapkan dan di distribusikan kepada anggota yang memerlukan oleh LPIG Pala Siau sesuai dengan hasil pengawasan dari Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau. Kemasan saat ini dibuat dalam ukuran 100 kg dan 50 kg. Apabila diperlukan ukuran lain sesuai dengan permintaan konsumen, diperbolehkan. Perubahan lokasi pengolahan dan pengemasan, selama masih di pulau Siau dan dalam pengawasan LPIG Pala Siau, diperbolehkan. Perubahan tersebut apabila terjadi akan 22

32 dilaporkan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku Persyaratan Perubahan. F. SEJARAH DAN ADAT ISTIADAT 1. Sejarah Pulau Siau Dan Masyarakatnya Menurut penuturan H.B. Elias dalam catatan tertulisnya tentang Siau menyatakan bahwa asal usul/sejarah pulau Siau berawal dari kedatangan bangsa Spanyol pada abad ke-16 yang berlabuh dipantai sekitar Paseng yang merupakan ibukota kerajaan waktu itu yang dibuktikan dengan adanya makam Raja Lokongbanua. Kehadiran kapal asing tersebut mengundang rasa penasaran warga setempat maka mereka berdatangan ke pantai dan berdiri berjejer sembilan orang. Nakhoda kapal Spanyol turun dari kapalnya dengan perahu sekoci kecil mengingat waktu itu belum ada pelabuhan seperti sekarang ini. Begitu turun dari perahu sekocinya, nahkoda yang didampingi awak kapalnya mendekati kesembilan orang itu dan bertanya adakah dari kalian bisa memberitahukan nama pulau ini. Ia bertanya demikian seraya menunjuk ke kesembilan orang itu satu per satu. Merasa sedang dihitung, kesembilan orang itu menimpali, Sio. yang berarti sembilan. Nakhoda pun manggut-manggut dan berkata pada anak buahnya, ini pulau Siouw. Demikian juga saat ia kembali kekapal, nakhodapun memberitahukan kepada awaknya yang tidak sempat turun ke darat bahwa pulau itu bernama Pulau Siouw. Sesudah kedatangan pelaut Spanyol tersebut, journal-journal pelaut Eropa mulai mencatat perairan diseputar Siouw. Nama yang dikatakannya kemudian diubah oleh orang Belanda menjadi Siauw dan lama kelamaan dalam tradisi tertulis nama ini menjadi singkat yakni Siau yang tetap dipakai hingga kini (disarikan dari sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia di Pulau Siau (1973) karya H.B. Elias dan berbagai sumber lisan lainnya (asal usul SIAU, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan SITARO). 2. Sejarah Pala Di Dunia Pala [Myristica fragrans Houtt] adalah salah satu tanaman penghasil rempah yang banyak dicari orang, karena memiliki banyak sekali khasiat. Pala yang berasal dari keluarga Myristicaceae merupakan tanaman asli Indonesia dari Kepulauan Banda [Maluku]. Pohon berkayu ini bisa mencapai tinggi m. Jika sedang musim berbuah, akan muncul bunga di setiap ujung ranting dan menjadi bunga bergerombol berwarna hijau kekuningan. Daging buahnya tebal berwarna keputihan, berasa getir dan asam dan banyak mengandung getah. Setelah daging buah terdapat fuli, berupa selaput tipis merah yang menyelimuti biji pala. Buah dan biji pala merupakan bahan rempah-rempah yang sangat terkenal di dunia sejak awal abad ke-16. Pelaut serta pedagang Portugis dan Spanyol adalah bangsa asing yang paling awal menemukan kepulauan Maluku. Kemudian disusul pelaut Inggris dan Belanda. Pada awalnya, pohon pala sangat terbatas penyebarannya di Maluku sehingga menjadi komoditas yang mudah dimonopoli oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie 23

33 [VOC]. Tetapi pada tahun 1772, Pierre Poivre seorang botanis asal Prancis, berhasil menyelundupkan batang pala yang kemudian ditanam di Mauritius. Tanaman ini kemudian menyebar ke Penang [Malaysia], India dan Sri Lanka, sampai ke Grenada [Amerika Tengah]. Grenada kini menjadi negara penghasil pala terbesar ke-2 di dunia setelah Indonesia. Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan kulit. Pada daging buah pala terkandung minyak atsiri dan zat samak. Fulinya mengandung minyak atsiri, zat samak, dan zat pati. Sedangkan bijinya mengandung minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena, dan asam oleanolat. Hampir semua bagian buah pala mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan, di antaranya dapat membantu mengobati masuk angin dan mengurangi flatulensi [kembung perut], insomnia [gangguan susah tidur], bersifat stomakik [memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan], karminatif [memperlancar buang angin], antiemetik [mengatasi rasa mual mau muntah], nyeri haid, rematik, dan sebagainya. Daging buah pala bisa dibuat berbagai panganan ringan, seperti manisan, jeli, dodol, selai, sari buah, serta sirop. Sedangkan bijinya digunakan pada makanan manis yang kaya rempah seperti produk roti atau bumbu dalam masakan daging. Sementara fuli digunakan sebagai bahan penambah rasa pada produk roti, seperti cake, cookies, pie, topping, juga dipakai sebagai bumbu pada masakan laut dan minuman. 3. Sejarah Pala Di Pulau Siau Tanaman Pala yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah jenis Myristica fragrans HOUTT yang memiliki kualitas dan produktifitas tinggi. Asal usul keberadaannya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di pulau Siau sampai sekarang belum jelas kepastiannya. Ada 2 versi pernyataan yang meduga asal usul tersebut yakni : Versi pertama bahwa tanaman/ pohon Pala sudah ada bertumbuh dan berkembang di Pulau Siau adalah bagian dari tanaman endemik pada sebagian wilayah yang cocok sebagai habitatnya dimana jika di lihat dari aspek letak geografis masih dapat digolongkan dalam satu cakupan bagian wilayah Kepulauan Maluku Utara; Versi kedua bahwa tanaman pala berasal dari proses introduksi dari luar yaitu dari kepulauan Maluku, khususnya dari Kepulauan Banda - Maluku yang masuk ke daerah ini melalui hubungan Ternate. Para leluhur masyarakat di daerah ini (Pulau Siau) sering berlayar ke Ternate untuk tujuan berdagang dan ketika pulang kembali mereka membawa bibit tanaman pala. Salah satu alasan yang mendukung versi kedua adalah didasarkan dari aspek historis bahwa daerah ini pada saat kekuasaan pemerintahannya masih dalam bentuk kerajaaan, pernah di sebagian kurun waktu yang lalu sempat tunduk dan menjadi bagian wilayah kekuasaan pemerintahan kesultanan Ternate. Keadaan tersebut berpengaruh pada aspek intensitas dan frekwensi mobilitas penduduk dari Pulau Siau ke daerah Maluku, begitu 24

34 pula sebaliknya yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya introduksi tanaman ini ke Pulau Siau. Bibit tanaman pala menjadi bagian dari barang yang dibawa ketika pulang dari Ternate dan tempat lainnya di wilayah kepulauan Maluku, ditanam, bertumbuh dan berkembang sampai seperti sekarang ini. Dari 2 (dua) versi dugaan tersebut, sebagian besar meyakini akan dugaan versi yang kedua bahwa tanaman pala yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di Pulau Siau bukan tanaman endemik, tetapi tanaman introduksi dari Pulau Banda Kepulauan Maluku melalui hubungan Ternate di propinsi Maluku Utara saat ini. Saat ini tanaman pala telah menjadi Komoditi Andalan Kabupaten yang terdiri dari 47 pulau ini dengan jumlah penduduk jiwa bahkan dijadikan leading komoditi dari Visi periode Pemerintah kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun , yakni Terwujudnya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagai penghasil Pala nomor 1 (satu) dunia yang sejahtera, maju dan berkepribadian. 4. Dampak Adanya Pala Di Pulau Siau Tanaman perkebunan merupakan komoditi utama yang diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, antara lain pala, cengkeh dan kelapa. Tanaman yang dominan diusahakan oleh masyarakat adalah tanaman pala dan kelapa. Data statistik menunjukkan bahwa kontribusi sektor perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sangat besar dan dominan. Hal tersebut disebabkan karena sekitar 80 % penduduk menggantungkan hidupnya pada kedua komoditi ini, terutama pada tanaman pala. Kondisi tersebut memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa perekonomian masyarakat sangat bergantung pada produksi tanaman perkebunan, khususnya pada tanaman pala. Hal tersebut juga didorong oleh kenyataan bahwa produk pala yang dihasilkan di pulau Siau memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga sangat diminati pasar, baik pasar lokal maupun dunia dan memiliki harga yang sangat baik. 5. Peran Sosial Budaya Dan Ekonomi Pala Bagi Masyarakat Siau Kontribusi tanaman pala bagi perekonomian dan sosial budaya masyarakat di pulau Siau sangat besar, karena mampu memberikan pendapatan yang cukup baik sehingga membuka kesempatan bagi anak-anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta mendukung peningkatan dan pengembangan infrastruktur pemukiman yang memadai dari perkotaan sampai pedesaan/pedalaman. Tanaman pala memberikan kontribusi yang terbesar pada pembentukan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dibandingkan dengan sektor lainnya. Saat ini harga di tingkat petani untuk Biji Pala Kering dengan batok kualitas A adalah sekitar Rp ,-/kg, Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD adalah Rp ,- /kg dan Harga Fuli Pala Kering sekitar Rp ,-/kg. 25

35 G. METODE PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN 1. Metode Produksi Pala Di Siau Tanaman pala di pulau Siau dapat dipanen setiap bulan. Meskipun demikian, waktu panen utama adalah pada bulan Oktober Desember dan Maret Mei. Petani memanen buah pala yang sudah masak fisiologis di kebun dan langsung dibelah. Daging pala ditinggalkan di kebun dan biji yang masih terbungkus fuli dibawa ke rumah untuk dipisahkan antara biji dengan fulinya. Pemanenan buah pala di lahan yang miring dilakukan dengan menggunakan alat panen yang disebut sasendeng, sedangkan di lahan yang rata panen dilakukan dengan menggunakan pengait atau disebut juga gate-gate atau kakoi. Gambar 14. Alat Panen Pala Sasendeng Gambar 15. Alat Panen Pala Pengait Budidaya yang baik bagi tanaman pala harus memperhatikan berbagai aspek yakni menyangkut : - Tanah dan Iklim Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah-tanah vulkanis miring atau memiliki pembuangan air atau drainase yang baik. Tanaman pala akan tumbuh baik pada tanah berstruktur pasir bercampur lempung (loam). Semakin rendah kandungan liat semakin baik untuk pertumbuhan tanaman pala, ph tanah dengan kemasaman sedang sampai netral (ph 5,5-7,0) sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman pala, karena kimia maupun biologi tanah berada pada titik optimum. Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi tanpa adanya periode kering yang nyata. Rata-rata curah hujan di daerah asalnya (Banda) sekitar mm/tahun, dengan jumlah hari hujan 167 hari merata sepanjang tahun. Meskipun terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama bulan kering tersebut masih terdapat 10 hari hujan dengan sekurang-kurangnya ± 100 mm/tahun, ketinggian m di atas permukaan laut. Suhu berkisar antara 18 C - 34 C, suhu yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman pala antara 25 C - 30 C. Tanaman pala sangat peka terhadap angin kencang, oleh karena itu penanaman pala membutuhkan tanaman pelindung atau penahan angin. 26

36 Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan bunga terganggu, tetapi juga menyebabkan buah, bunga dan pucuk tanaman akan luruh berguguran. Tanaman pelindung yang terlalu rapat dapat menghambat pertumbuhan pala, dan menjadi saingan dalam mendapatkan unsur hara. Tanaman pala menghendaki naungan yang rendah sekitar 25-30%. Pohon pelindung yang banyak ditanam di pulau Siau adalah cengkeh, kelapa dan tanaman buah-buahan, di Maluku dan Maluku Utara adalah cengkeh, kenari dan kelapa sedangkan di Papua umumnya bercampur dengan berbagai tanaman hutan. Kondisi tersebut sebagian besarnya dapat dipenuhi di pulau Siau, sehingga menyebabkan tanaman pala dapat tumbuh subur dan menghasilkan kualitas yang sangat baik. Kesesuaian lahan untuk tanaman pala dapat dilihat pada tabel 13 berikut. Variabel Kriteria lokasi Amat sesuai Sesuai Hampir sesuai Ketinggian (m dpl) Curah hujan (mm/th) Hari hujan (hari/th) atau atau 180 Temperatur ( C) atau 31 Kelembaban nisbi (%) atau 85 Drainase Baik Agak baik s/d baik Agak baik Tekstur tanah Berpasir Liat (lempung) berpasir Liat Kemasaman (ph) Netral Agak masam/ netral Tabel 13. Kesesuaian Lahan Dan Iklim Untuk Tanaman Pala - Persiapan Bahan Tanam Pemilihan Pohon Induk Sekitar 60-65% produktivitas usaha tani ditentukan oleh penggunaan benih. Berbagai jenis tanaman pala yang sudah terkenal antara lain adalah jenis pala Banda, Tidore, Siau, Ternate, Patani, dan Ambon. Selain jenis pala, keberhasilan pengembangan pala juga ditentukan oleh kemampuan menentukan pohon pala jantan dan pala betina, karena tanaman pala jantan menghasilkan buah yang sangat sedikit dibandingkan tanaman pala betina. Ketelitian pemilihan jenis pala jantan dan pala betina menjadi sangat penting, mengingat pengembangan tanaman pala sampai saat ini masih menggunakan benih berupa biji yang sulit untuk diketahui apakah akan menjadi pala jantan atau pala betina. Saat ini benih tanaman pala dipenuhi dari pohon-pohon induk yang telah ditetapkan. Syarat bagi pohon induk pala adalah sebagai berikut : a. Jenis dan varietas pohon induk diketahui dengan jelas asal usulnya seperti pala Banda, Tidore, Ternate, Siau, Patani atau Ambon. b. Umur pohon diatas 15 tahun, dengan produksi di atas 5000 buah/ pohon/tahun (berproduksi tinggi). 27

37 c. Pohon betina mutlak. d. Bentuk pohon piramidal atau silindris. e. Berbuah teratur setiap tahun dengan musim panen besar 2x setahun. f. Buah/biji besar berkualitas tinggi. g. Fuli tebal dan berkualitas tinggi. h. Bebas hama penyakit dan terpelihara dengan baik. Penyiapan Benih Tanaman Benih yang berkualitas adalah benih yang memenuhi mutu genetis, fisiologis dan fisik. Untuk mencapai tingkat kualitas tersebut maka pengelolaan benih harus ditangani dengan tepat sejak panen buah, penyimpanan, pengecambahan sampai penanaman di lapangan. Persyaratan benih pala antara lain: a. Buah berasal dari petik matang. Tanda buah petik matang antara lain kulit buah berwarna kusam, kuning kecoklatan. Masa pembuahan mulai dari pensarian sampai matang petik + 10 bulan. b. Biji segar berwarna coklat kehitaman mengkilap c. Bobot biji pala minimal 50 gram/biji, d. Bebas hama dan penyakit. Setelah pemetikan, biji pala segera disemaikan selambat-lambatnya ± 24 jam setelah pemetikan. Untuk mendapatkan benih dengan daya kecambah yang tinggi sebaiknya biji diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon jantan. Biasanya benih pala berkecambah 1-3 bulan setelah pengecambahan. Untuk menjaga agar daya kecambah biji tetap tinggi, biji harus segera disemai atau dikecambahkan atau dibawa dalam keadaan kelembaban yang tinggi. Untuk meningkatkan daya kecambah dan keseragaman berkecambah, sering dilakukan pemecahan kulit/tempurung pala disekitar titik tumbuh dengan tidak merusak mata tunas. Perbanyakan Melalui Biji Sebelum dibibitkan, benih pala dikecambahkan terlebih dahulu. Pengecambahan biji Tahapan kegiatan pengecambahan biji pala adalah sebagai berikut: a. Seleksi buah: dipilih buah yang matang petik, masa pembuahan sekitar 10 bulan dan bebas hama penyakit. b. Seleksi selaput fuli: dipilih yang tebal, berwarna merah tua, mengkilap dan bebas hama penyakit. c. Seleksi biji: berwarna coklat kehitaman, mengkilap, bulat dan besar, bebas hama dan penyakit. d. Biji dikering anginkan selama 24 jam. 28

38 e. Persiapkan kotak atau tempat pengecambahan dengan media kecambah dari serbuk gergaji yang sudah lapuk atau kokopit (serbuk sabut kelapa) yang steril, dalam kotak atau bedengan pengecambahan dengan lebar 0,5-1 m dan panjang sesuai kebutuhan. Siram dengan air bersih seperlunya, jangan sampai basah atau tergenang, cukup lembab saja. f. Pengecambahan benih dilakukan dengan meletakan benih pala dalam bentuk barisan yang teratur (0,50 x 1 cm atau 1 x 1 cm) mata tunas menghadap ke atas. Bagian biji yang melengkung diletakkan bersentuhan dengan tanah. Selanjutnya ditutup dengan karung goni untuk menjaga kelembaban. g. Untuk mempercepat pengecambahan, tempurung pala diretakan secara hati-hati pada bagian mata tunas sehingga retak atau belah dengan tidak merusak daging bijinya. h. Selanjutnya pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga kelembaban. i. Setelah berumur 4-8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya kecambah yang menandakan benih bisa dipindahkan ke polibag. j. Kecambah dipindahkan kedalam polibag yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (diisi dengan media campuran kompos/pupuk kandang dan tanah 1:1). Pesemaian a. Siapkan pesemaian ukuran 1,5 m x panjang bedengan. Kemudian dibuat atap pesemaian dari daun alang-alang/daun kelapa/jaring dengan tingkat naungan 30% b. Siapkan polibag ukuran 20 cm x 15 cm kemudian diisi dengan media tumbuh berupa campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah matang dan steril dengan perbandingan 2 : 1. Polibag yang telah diisi media tumbuh diletakan berbaris ditempat pesemaian. c. Kecambah kemudian dibibitkan di polibag. d. Pemeliharaan bibit, sebagai berikut : o o o o Penyiraman dilakukan seperlunya Penyiangan gulma dilakukan dipesemaian dan di polibag, Pengendalian serangan hama dilakukan secara mekanis atau dengan menggunakan insektisida nabati. Pembibitan dilakukan selama 1,5-2,0 tahun. Ada kalanya dalam tahapan pemeliharaan bibit ini membutuhkan penggantian polibag yang lebih besar. Perbanyakan tanaman pala dapat pula dilakukan dengan cara vegetatif seperti cangkok, okulasi, susuan dan sambung pucuk. Perbanyakan secara vegetatif jarang dilakukan, walaupun dapat berhasil dengan baik, namun tidak ekonomis karena keberhasilannya sangat rendah sekitar 10 %, dan hanya digunakan dalam tingkat penelitian. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro saat ini memilik 5 Penangkar terdaftar, 29

39 4 sudah memiliki Tanda Registrasi Usaha Perbenihan/TRUP dan 1 penangkar sedang dalam tahap penyelesaian TRUP. Daftar penangkar terdapat pada Tabel 14. Copy TRUP penangkar benih pala di pulau Siau terdapat pada Lampiran 11. Nama Lokasi TRUP Joseph Kawoka John Jacobus Kampung Binalu, kecamatan Siau Timur Selatan Kampung Binalu, kecamatan Siau Timur Selatan 525/08/2687/V/2012 (terlampir) 525/08/2688/V/2012 (terlampir) Iven S. Kabuhung Kampung Talawid, kecamatan Siau Barat Selatan 525/08/2689/V/2012 (terlampir) Zeth Katuhu Silver J. Bawole Kampung Lia, kecamatan Siau Timur Kampung Kisihang, kecamatan Tagulandang Selatan 525/08/2690/V/2012 (terlampir) 525/08/2689/V/2012 (terlampir) Tabel 14. Daftar Penangkar Benih Pala Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 2. Metode Panen Dan Pasca Panen Pala Siau Pemanenan Buah Pala a. Menentukan tingkat kemasakan buah pala yang akan dipanen. Ciri buah pala yang siap panen : berwarna kuning kecoklatan, warna agak buram, terdapat tanda garis belahan yang sudah nyata pada buah pala tersebut atau yang sudah terbelah Gambar 16. Buah Pala Yang Sudah Matang Dan Terbelah Karena Matang Fisiologis b. Persiapkan alat panen (pengait atau sasendeng) c. Persiapkan wadah penampungan hasil panen (wadah harus bersih, setiap selesai digunakan segera dibersihkan) 30

40 d. Melakukan pemanenan sesuai kriteria buah siap panen, dan harus ditaruh di wadah yang telah disediakan. e. Pada lahan miring di gunakan sasendeng. Sasendeng dapat digunakan diatas tanah atau diatas pohon. Pada buah yang diperoleh dari hasil sasendeng diatas pohon biasanya buah langsung dibelah diatas pohon. f. Pada lahan rata digunakan pengait. Pembelahan Buah Pala a. Menyiapkan sarana pembelahan buah pala, berupa pisau dan wadah yang bersih. Pisau yang digunakan harus tajam dan sebaiknya hanya khusus digunakan untuk membelah buah pala. b. Pembelahan buah pala dilakukan tidak boleh melukai fuli biji pala. Daging buah yang sudah dipisahkan dengan biji dapat dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai olahan daging pala, seperti sirup, selai, dodol, wine dan sebagainya. Sebagian besar daging buah pala saat ini masih terbuang. c. Daging buah yang tidak digunakan dikumpulkan dan diletakkan didalam lobang/ditempatkan pada satu tempat yang dikhususkan untuk pembuangan. d. Lakukan pemisahan biji yang jatuh karena faktor kemat angan buah, yang terbelah muda dengan biji yang dipanen langsung. e. Biji pala yang tua dan sehat ditaruh di tempat terpisah dengan biji pala yang muda. Biji pala yang berpenyakit dipisahkan dari biji pala tua dan biji pala muda. Jadi diperlukan adanya 2-3 (tiga) wadah, yaitu untuk biji pala tua sehat, biji pala muda, biji pala berpenyakit. Pemisahan Fuli dan Biji Pala a. Menyiapkan sarana yang bersih untuk pemisahan fuli dan biji pala, berupa pisau, wadah fuli dan wadah biji pala b. Pemisahan fuli dan biji pala dilakukan menggunakan pisau dengan hati-hati agar fuli tetap utuh. Masing-masing fuli dan biji pala dipisahkan sesuai dengan kualitasnya masing-masing. c. Pisahkan biji dan fuli dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan fisik pada biji yang dapat memberi peluang masuknya jamur pada biji d. Wadah yang digunakan untuk menampung biji dan fuli yang sudah dipisahkan harus bersih. e. Biji dan fuli jangan diletakkan diatas permukaan tanah atau lantai. f. Apabila pemisahan biji dan fuli selesai dan jika masih ada sinar matahari sebaiknya biji dan fuli langsung dijemur 31

41 g. Apabila proses pemisahan biji dan fuli sampai sore/malam, maka biji dan fuli harus diletakkan pada permukaan yang rata (dapat berupa para-para) atau wadah lain yang tidak bersentuhan dengan lantai/tanah dengan maksud dikering anginkan dan jangan ditumpuk sampai berlapis-lapis sehingga apabila terjadi respirasi tidak menjadi lembab/berair yang dapat membuka peluang tumbuhnya jamur yang dapat menghasilkan aflatoksin, demikian juga halnya dengan fuli. Pengeringan a. Menyiapkan tempat dan sarana pengeringan yang bersih b. Biji pala tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah atau lantai, harus dialasi dengan tikar atau karung goni. Jangan menggunakan terpal atau bahan dari plastik karena aliran udara menjadi tidak lancar. Sangat dianjurkan untuk menggunakan para-para untuk menjamin kebersihan dan udara dapat mengalir dengan lancar. c. Sebelum penjemuran sebaiknya biji pala dikelompokkan berdasarkan kualitasnya (kelas A atau AT). Penjemuran biji pala sebaiknya dimulai pada jam 8.00 pagi sampai jam sore. Pada penjemuran hari pertama, bila cuaca sangat terik, biji pala ditutup dengan terpal agar batok tidak pecah. Penjemuran pada hari selanjutnya tidak la gi perlu ditutup dengan terpal. d. Untuk fuli, apabila matahari bersinar penuh, penjemuran dilakukan mulai jam 9.00 sampai dengan sekitar jam e. Pengeringan dilakukan sampai mencapai tingkat kadar air yang diinginkan, yaitu maksimal 10 % melalui penjemuran biji pala selama 7 sampai 10 hari, atau fuli selama 2-3 jam. Selama pengeringan dijaga agar batok biji pala tidak pecah atau retak dan fuli tidak rusak. f. Biji dan Fuli pala yang sudah kering, diangin-anginkan dulu hingga panasnya hilang, kira-kira 1 (satu) jam sebelum dikemas. Pengemasan, a. Biji pala yang sudah kering, dikemas sesuai kualitas masing-masing menggunakan karung plastik atau karung goni yang baru dan bersih dengan berat yang disesuaikan dengan permintaan konsumen. b. Karung yang sudah berisi penuh, dijahit atau diikat karungnya diberi segel LPIG Pala Siau. c. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung bertanda IG Pala Siau, yaitu label, logo, kode keterunutan dan segel LPIG Pala Siau. d. Pemberian tanda IG dilakukan oleh LPIG Pala Siau setelah dilakukan pengujian kualitas da nasal produk oleh Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau yang dibentuk oleh LPIG Pala Siau. Tim 32

42 Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau bekerja berdasarkan perintah Ketua LPIG Pala Siau dan melaporkan hasil kerjanya kepada Ketua LPIG Pala Siau e. Kemasan bertanda IG Pala Siau dan segel LP IG Pala Siau disediakan oleh LPIG Pala Siau dan diberikan kepada anggota sesuai dengan hasil pengujian/pengawasan oleh Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau 3. Metode Penyimpanan Pala Siau Penyimpanan a. Lokasi penyimpanan harus bersih, kering dan beb as dari bahan kimia dan terhindar dari hujan dan udara lembab b. Sirkulasi udara tempat penyimpanan harus lancar dengan suhu kurang lebih 25 o C. c. Karung kemasan biji pala kering dan fuli pala kering tidak boleh bersentuhan langsung dengan dinding atau lantai, harus ada jarak antara karung dengan dinding dan lantai minimal cm d. Menggunakan papan kayu (palet) dengan ketinggian cm untuk mencegah karung bersentuhan langsung dengan lantai. e. Tidak mencampur penyimpanan biji pala kering dan fuli pala kering dengan biji dan fuli pala yang masih basah karena biji dan fuli pala kering akan menyerap uap air sehingga kadar airnya dapa t meningkat kembali. 4. Metode Pemasaran Pala Siau Pala dari pulau Siau dalam pemasaran di dalam negeri dikenal sebagai Pala Siau. Pada pemasaran internasional dikenal dengan nama Siaw Nutmeg, menggunakan huruf w pada kata Siaw. Pemasaran Pala Siau saat ini terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain penjualan biji dan fuli segar dari petani kepada pedagang yang selanjutnya diolah menjadi biji pala kering dengan atau tanpa batok dan menjadi fuli pala kering. Pemasaran lainnya adalah petani setelah mengolah biji dan fuli pala segar menjadi biji pala kering dengan batok dan fuli pala kering kepada pedagang pengumpul atau kepada pengumpul besar. Selanjutnya pedagang pengumpul besar menjualnya kepada eksportir atau mengirimkannya kepada eksportir di Manado. Tata cara penjualan ini tidak menjamin kebenaran kualitas dan kebenaran asal Pala Siau. Setelah mendapat sertifikat Indikasi Geografis, pola pemasaran secara bertahap akan diubah. Kebenaran kualitas dan kebenaran asal Pala Siau akan dijamin dengan adanya sistem pengujian dan jaminan kualitas serta kebenaran asal barang oleh Tim Penguji Kualitas dan Keterunutan LPIG Pala Siau. 33

43 Untuk menjaga kestabilan harga Pala Siau pada tingkat yang menguntungkan petani tetapi masih memungkinkan pembelian oleh eksportir, LPIG Pala Siau akan mencoba mengembangkan sistem pemasaran Pala Siau dengan cara satu pintu, melalui koperasi yang dibentuk oleh LPIG Pala Siau atau dengan kesepakatan menetapkan harga jual yang diinginkan. Dasar untuk kegiatan ini adalah jaminan kualitas dan asal produk Pala Siau. H. PENGAWASAN DAN PEMBINAAN Secara umum pengawasan dan pembinaan dalam LPIG Pala Siau terdiri dari pengawasan dan pembinaan internal serta pengawasan dan pembinaan eksternal. 1. Pengawasan Dan Pembinaan Internal Pengawasan dan pembinaan mandiri oleh petani / pengolah / pedagang - Pengawasan dan pembinaan mandiri oleh petani : Mengawasi kondisi kebun palanya dari aspek penanaman, pemeliharaan tanaman pala sampai pada panen dan pascapanen. Petani membuat catatan pengawasan dan tindakan yang dilakukannya serta catatan produksi dan penjualan produknya (jumlah produksi, bentuk produksi, nama pembeli, jumlah yang dijual, bentuk produk yang dijual dan harga yang terjadi) sebagai bahan laporan kepada kelompok tani dan sebagai catatan pribadinya. - Pengawasan mandiri oleh pengolah : Mengawasi aspek kebersihan tempat, peralatan dan teknik pengolahan, serta pemeliharaan tempat dan alat pengolahan. Pengolah membuat catatan pengawasan dan tindakan yang dilakukannya serta catatan pembelian atau asal bahan baku, jumlah dan jenis produk yang dihasilkan, jumlah dan jenis produk yang dijual, nama pembeli dan harga yang terjadi) sebagai bahan laporan kepada kelompok taninya, atau kepada LPIG Pala Siau dan sebagai catatan pribadinya. - Pengawasan mandiri oleh pedagang (pedagang pengumpul dan eksportir): Mengawasi alat, tempat dan tata cara pengemasan, pemberian tanda IG Pala Siau, tempat dan alat penyimpanan serta sarana transportasi yang digunakan. Pedagang membuat catatan pengawasan dan tindakan yang dilakukannya termasuk catatan asal, jumlah dan bentuk pembelian bahan baku, serta jumlah, jenis dan tujuan penjualan produk serta harga yang terjadi, sebagai bahan laporan kepada LPIG Pala Siau dan Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau untuk mendapatkan hak pengunaan tanda IG dan untuk catatan pribadinya. Pengawasan dan pembinaan oleh Kelompok : - Kelompok Tani melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap anggotanya, lahan kebun, keadaan tanaman, proses panen dan pasca panen serta pembelian dan penjualan bahan baku dan produk yang dilakukan anggotanya, agar semaksimal mungkin memenuhi persyaratan yang telah disebutkan dalam Buku Persyaratan ini. Hasil 34

44 pengawasan oleh Kelompok Tani dicatat dan dilaporkan dalam pertemuan rutin LPIG Pala Siau. - Pengawasan dan pembinaan oleh LPIG Pala Siau : Pengawasan dan pembinaan oleh LPIG berkaitan dengan laporan kelompok tani, pemasar dan Tim Pengawasan Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau. - Pengawasan dan pembinaan oleh Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau. Pengawasan dan pembinaan oleh Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan Pala Siau dilakukan atas perintah Ketua LPIG Pala Siau yang diminta oleh anggota pedagang yang ingin melakukan pengemasan produknya dengan tanda IG Pala Siau. Pengawasan dan pembinaan oleh Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan dilakukan terhadap aspek : o Asal produk yang harus berasal dari pulau Siau saja o Mutu, memenuhi kriteria mutu IG Pala Siau baik untuk Biji Pala Kering dengan atau tanpa batok, maupun untuk Fuli Pala Kering o Keterunutan, memenuhi syarat dan tata cara pencatatan asal barang sesuai ketentuan untuk pemberian Kode Keterunutan. Tanda IG Pala Siau hanya dapat digunakan pada produk Biji Pala Kering dengan atau tanpa batok dan Fuli Pala Kering yang dinyatakan memenuhi ketiga aspek tersebut oleh Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau. Produk yang tidak memenuhi ketiga aspek tersebut tidak dapat menggunakan tanda IG Pala Siau. Hasil kerja Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan dicatat dan dilaporkan kepada Ketua LPIG. 2. Pengawasan Dan Pembinaan Eksternal Pengawasan dan Pembinaan Eksternal dilakukan : - Oleh pembina, baik dari jajaran Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan Koperasi, dan lain lain yang termasuk sebagai Pembina LPIG Pala Siau - Oleh konsumen terhadap kualitas produk Pala Siau yang dikonsumsinya. Apabila konsumen menemukan adanya kualitas yang kurang baik dibandingkan dengan kualitas yang seharusnya, konsumen dapat melaporkan hal tersebut kepada LPIG Pala Siau, yang selanjutnya akan melakukan pengawasan dan pembinaan kedalam. Apabila ditemukan adanya penggunaan illegal tanda IG Pala Siau, maka LPIG Pala Siau dapat melaporkannya kepada Kepolisian RI atau kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Direktorat Merek, Ditjen. HKI, Kementerian Hukum dan HAM. - Oleh Kementerian Hukum dan HAM RI melalui pengawasan rutin yang dilakukan minimal 2 tahun sekali. Pada pengawasan ini dilakukan pemantauan terhadap 35

45 penggunaan tanda IG Pala Siau, kualitas produk Pala Siau melalui kesesuaian proses produksi dengan Buku Persyaratan dan manfaat ekonomi dari adanya IG Pala Siau bagi anggota LPIG Pala Siau. Apabia ditemukan adanya ketidak sesuaian, akan diberikan peringatan dan apabila setelah diberikan peringatan masih tidak ada perubahan, IG Pala Siau dapat direkomendasikan untuk dibatalkan. I. KODE KETERUNUTAN Kode Keterunutan adalah kode rahasia untuk dapat mengetahui secara jelas asal dan saat produksi produk IG Pala Siau yang terdapat dalam kemasan. Kode Keterunutan dapat berubah setiap saat diperlukan dan hanya dipahami oleh sekelompok orang tertentu saja dalam LPIG Pala Siau. Kode keterunutan juga dapat digunakan untuk menduga asli atau palsunya kemasan yang mengaku berisi produk IG Pala Siau. Contoh kode keterunutan yang digunakan adalah : aa.bb.cc.dd.ee.ff Keterangan : aa = Menunjukkan pala dari kecamatan mana bb = Menunjukkan pala dari kampung mana cc = Menunjukkan pedagang mana dd = Menunjukkan jenis produk dalam kemasan ee = Menunjukkan bulan panen pala bahan baku produk ff = Menunjukkan tahun panen pala bahan baku produk aa = Menunjukkan pala dari kecamatan mana 01 Siau Timur 02 Siau Timur Selatan 03 Siau Barat 04 Siau Barat Utara 05 Siau Barat Selatan 06 Siau Tengah bb = Menunjukkan pala dari kelurahan/kampung mana 01 Tatahadeng 02 Tarorane 03 Akesimbeka 04 Bahu 05 Bebali 06 Dame 07 Dame I 08 Karalung I 36

46 09 Karalung 10 Buise 11 Kanang 12 Lia I 13 Lia 14 Deahe 15 Bukide 16 Apelawo 17 Lahopang 18 Mala 19 Binalu 20 Pangirolong 21 Sawang 22 Sawang Bandil 23 Biau 24 Biau Seha 25 Kalihiang 26 Balirangen 27 Lehi 28 Kanawong 29 Pehe 30 Ondong 31 Paniki 32 Paseng 33 Bumbiha 34 Peling 35 Pelingsawang 36 Mini 37 Kinali 38 Winangun 39 Kiawang 40 Kawahang 41 Batubulan 42 Makoa 43 Laghaeng 44 Batusenggo 45 Mahuneni 46 Talawid 47 Kapeta 48 Tanaki 49 Lai 50 Salili 37

47 51 Beong 52 Dompase cc = Menunjukkan pala dari pedagang mana Dst dd = Menunjukkan jenis produk dalam kemasan 01 biji pala kering dengan batok 02 biji pala kering tanpa batok 03 fuli pala kering ee = Menunjukkan bulan panen pala sumber bahan baku produk IG Pala Siau 01 Januari 02 Februari 03 Maret 04 April 05 Mei Dst ff = Menunjukkan tahun panen pala sumber bahan baku produk IG Pala Siau Dst Sehingga kode keterunutan : Dapat dibaca sebagai : Produk dalam kemasan berasal dari kecamatan Siau Tengah, kampung Beong, yang dipasarkan oleh pedagang nomor urut 5, jenis produknya adalah fuli pala yang buah palanya dipanen pada bulan November tahun

48 J. TANDA INDIKASI GEOGRAFIS Tanda IG Pala Siau adalah Label, Logo, Tanda Keterunutan dan Segel yang ditetapkan sebagai berikut : 1. Label Label yang digunakan sebagai tanda Indikasi Geografis (IG) adalah : 2. Logo Pala Siau atau dalam bahasa Inggrisnya Siau Nutmeg Logo yang digunakan adalah : Gambar 17. Logo Pala Siau Dengan makna : - Bentuk elips, menggambarkan bola dunia - Gambar gunung menunjukkan gunung Karangetang yang dikenal juga sebagai gunung Yohanes dan gunung Tamata yang dikenal juga sebagai gunung Yohana. Keduanya merupakan ciri khas Pulau Siau dan sumber kesuburandan kekhasan lahan di pulau Siau - Gambar buah pala dengan rekahan yang memperlihatkan biji dan fuli pala menggambarkan pala yang menjadi kebanggaan dan sumber kehidupan utama masyarakat pulau Siau yang dikenal dengan nama Pala Siau dan dijual dipasar internasional dengan nama Siaw Nutmeg. - Laut merupakan wilayah dan pemersatu pulau pulau dalam kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 39

49 - Warna merah melambangkan tekad yang kuat untuk menghasilkan Pala Siau atau Siaw Nutmeg dengan kualitas yang terbaik yang digambarkan dengan warna keemasan Secara keseluruhan logo tersebut memiliki makna : Pala merupakan sumber kebanggaan dan kesejahteraan utama masyarakat Siau yang dihasilkan dari bumi Karangetang yang subur di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro dan menyebar keseluruh dunia. 3. Kode Keterunutan Kode keterunutan yang digunakan adalah kode keterunutan seperti yang dicontohkan pada bagian I diatas. 4. Segel Segel dipasang pada ikatan atau jahitan karung yang akan rusak bila ikatan atau jahitan dibuka. Segel mengandung label dan logo IG Pala Siau dengan bentuk yang ditetapkan oleh LPIG Pala Siau. K. PENGGUNAAN TANDA IG PALA SIAU Penggunaan tanda Indikasi Geografis Pala Siau diatur sebagai berikut : 1. Penggunaan tanda IG Pala Siau hanya dapat digunakan oleh anggota LPIG Pala Siau atas seizin LPIG Pala Siau. 2. Penggunaan tanda IG Pala Siau hanya dapat digunakan pada kemasan yang berisi 100% Pala Siau. 3. Dengan seizin LPIG Pala Siau, penyebutan nama Pala Siau pada komposisi bahan dari produk akhir yang dihasilkan dengan menyebutkan secara jelas prosentase penggunaan Pala Siau pada produk tersebut, diperbolehkan 4. Pengemasan ulang Pala Siau dari kemasan bertanda IG Pala Siau tanpa seizin LPIG Pala Siau, tidak diperbolehkan. 40

50 IV. PENUTUP LPIG-Pala Siau didirikan atas kesepakatan pelaku usaha dan pembina Pala Siau pada tanggal 18 Juni tahun 2013, yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No. 221 tanggal 30 Desember tahun 2013 tentang Pembentukan Tim Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Terkenalnya Pala Siau di pasar internasional memberikan daya tarik tersendiri bagi semua pelaku pasar khususnya komoditi pala yang berimbas pada potensi pemalsuan komoditi Pala Siau sementara masyarakat petani Pala Siau tidak memiliki perlindungan hukum untuk mengkomplain hal tersebut. Rasa syukur yang teramat dalam dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga ungkapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak atas bantuan penyelesaian Buku Persyaratan ini yang nantinya akan digunakan sebagai lampiran dalam permohonan pengajuan Sertifikasi Indikasi Geografis Pala Siau. Jika nantinya diperlukan perubahan terhadap Buku Persyaratan ini dimasa mendatang dalam rangka penyempurnaan, maka akan disampaikan dalam Buku Persyaratan Perubahan. Siau, Juni 2015 LPIG Pala Siau Drs. VAN SEM KANGIHADE Sekretaris 41

51 DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Profil Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Bappeda Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. BPS Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Sitaro Dalam Angka. BPS Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Ditjen P2HP, TSP II Panduan Komersial : Praktik Yang Baik Untuk Penanganan Biji Pala Di Tingkat Pedagang Propinsi. Indonesia-EU Trade Support Programme II Ditjen P2HP, TSP II Panduan Komersial : Praktik Yang Baik Untuk Penanganan Biji Pala Di Tingkat Petani dan Pengumpul Desa. Indonesia-EU Trade Support Programme II Elias, H.B Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia di Pulau Siau. M. Hadad EA, E. Randriani, C. Firman dan T. Sugandi, Budidaya Tanaman Pala, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Parungkuda

52 LAMPIRAN 1 Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tentang Pembentukan Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau 43

53 44

54 45

55 46

56 47

57 48

58 49

59 LAMPIRAN 2 Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 50

60 51

61 LAMPIRAN 3 Daftar Petani Pala Anggota LPIG Pala Siau 52

62 Daftar Petani Pala Anggota LPIG Pala Siau Kecamatan No Kampung Jumlah petani (orang) Luas Areal (ha) Produksi Biji Pala Kering dengan batok (ton/tahun) Siau Timur 1 Apelawo 25 18,0 44,40 2 Bukide 30 21,0 52,40 3 Deahe 41 80,0 197,60 4 Lia 25 25,0 62,00 5 Lia I 74 34,0 85,00 6 Kanang 30 20,0 50,00 7 Buise 22 8,9 22,20 8 Karalung 58 25,0 62,00 9 Karalung ,9 24,60 10 Dame 55 45,0 109,00 11 Dame ,0 106,00 12 Tatahadeng 85 40,0 100,00 13 Tarorane 83 33,0 82,40 14 Bahu 90 55,0 138,00 15 Akesimbeka 92 64,0 164,00 16 Bebali 85 40,0 100,00 Jumlah Siau Timur , ,00 Siau Timur 1 Pangirolong ,50 Selatan 2 Lahopong 54 6,8 17,00 3 Mala 89 3,2 8,00 4 Binalu ,4 101,00 5 Sawang 50 8,0 20,00 6 Bandil 87 15,6 39,00 7 Biau Seha 55 17,8 44,50 8 Biau 96 7,3 18,25 9 Kalihiang 36 8,6 21,50 10 Balirangen 100 4,8 12,00 Jumlah Siau Timur Selatan ,3 335,75 Siau Barat 1 Lehi 74 41,7 104,25 2 Kanawang ,5 96,25 3 Pehe 43 20,8 52,00 4 Ondong 57 25,0 62,50 5 Paniki 64 35,0 87,50 6 Bumbiha ,0 80,00 7 Peling ,0 160,00 8 Pelingsawang 75 28,0 70,00 9 Paseng ,50 Jumlah Siau Barat ,0 775,00 53

63 Siau Barat 1 Mini 20 1,5 3,75 Utara 2 Kinali 80 10,0 25,00 3 Hiung 99 9,5 237,50 4 Kiawang ,0 35,00 5 Kawahang ,0 95,00 6 Batubulan 85 9,5 23,75 7 Talawid ,0 57,50 8 Laghaeng 116 7,8 19,5 Jumlah Siau Barat Utara ,3 283,25 Siau Barat 1 Mahuneni 75 10,0 25,00 Selatan 2 Kapeta ,3 45,75 3 Tanaki ,0 30,00 4 Batusenggo 25 14,3 35,75 5 Makoa 48 10,0 25,00 Jumlah Siau Barat Selatan ,6 161,50 Siau Tengah 1 Dompase 43 10,0 25,00 2 Beong 27 15,0 37,50 3 Salili 85 15,0 37,50 4 Lai 54 14,1 35,25 Jumlah Siau Tengah ,1 135,25 Jumlah pulau Siau , ,72 Catatan : Produksi/tahun/ha = 2,5 ton biji pala kering dengan batok 54

64 LAMPIRAN 4 Daftar Pedagang Pala Anggota LPIG Pala Siau 55

65 Daftar Pedagang Pala Anggota LPIG Pala Siau No Nama/Perusahaan Alamat 1 Ferdy Kendarto Siau Timur 2 Fendy Manope Siau Timur 3 Junike Kahiking Siau Timur 4 Benyamin Betah Siau Timur 5 Nan Jayanegar Siau Timur 6 Ronal Takarendehang Siau Barat 7 Jeli Lano Siau Timur 8 Haji Mudin Siau Timur 9 Ronal Martin Siau Timur 10 Ci Buang Kantor Siau Timur 11 Elisabeth Kakalang Siau Timur 12 Janes Robby Kiwol Siau Timur 13 Carlalisa Manalip Siau Barat 14 Toko Damai Siau Timur 15 CV. Gunung Intan Manado 16 CV. Indo Damai Manado 56

66 LAMPIRAN 5 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Kering Oleh Balittro Bogor Tahun

67 58

68 59

69 LAMPIRAN 6 Hasil Analisis Kandungan Fuli Pala Kering Oleh Balittro Bogor Tahun

70 61

71 62

72 63

73 LAMPIRAN 7 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Siau Barat Serta Biji Pala Dan Fuli Pala Pulau Tagulandang Oleh Balitro Bogor Tahun

74 65

75 LAMPIRAN 8 Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun

76 67

77 LAMPIRAN 9 Hasil Analisa Lengkap Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun

78 69

79 LAMPIRAN 10 Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Dari Stasiun Meteorologi Siau Barat Selatan, Siau Barat Utara Dan Siau Tengah 70

80 71

81 72

82 73

83 LAMPIRAN 11 Tanda Registrasi Usaha Perbenihan Pala 74

84 75

85 76

86 77

1Yt PENGAYOMAN BERITA RESMIINDIKASI GEOGRAFIS SERI- A. No. 05/1G/VIII/A/2015. DIUMUMKAN TANGGAL 19 Agustus 2015 sid 19 November 2015

1Yt PENGAYOMAN BERITA RESMIINDIKASI GEOGRAFIS SERI- A. No. 05/1G/VIII/A/2015. DIUMUMKAN TANGGAL 19 Agustus 2015 sid 19 November 2015 1Yt PENGAYOMAN BERITA RESMIINDIKASI GEOGRAFIS SERI- A No 05/1G/VIII/A/2015 DIUMUMKAN TANGGAL 19 Agustus 2015 sid 19 November 2015 PENGUMUMAN BERLANGSUNG SELAMA 3 (TIGA) BULAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL

Lebih terperinci

BERITA RESMI INDIKASI GEOGRAFIS SERI - A

BERITA RESMI INDIKASI GEOGRAFIS SERI - A BERITA RESMI INDIKASI GEOGRAFIS SERI - A No. 6/IG/III/A/2017 DIUMUMKAN TANGGAL 30 Maret 2017 30 Juni 2017 PENGUMUMAN BERLANGSUNG SELAMA 3 (TIGA) BULAN DENGAN KETENTUAN PASAL 22 AYAT (1) UNDANG-UNDANG MEREK

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi

Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi Lampiran 1 Curah hujan (mm) di daerah pasang surut Delta Berbak Jambi No Tahun Bulan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1987 206 220 368 352 218 17 34 4 62 107 200 210 1998 2 1989 183 198 205 301 150

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang sangat potensi sebagai komoditas perdagangan di dalam dan luar negri (ekspor).

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks.

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks. LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan atau berbau

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks.

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks. AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan

Lebih terperinci

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG =DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN KETENTUAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 505/Kpts/SR.130/2/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 60, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4997)

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH MENTERI PERTANIAN, Menimbang: a. Mengingat : 1. bahwa pupuk organik dan pembenah tanah sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH LAMPIRAN 7 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH A. Identifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih 1. Pemilik sumber benih mengajukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal LAMPIRAN 41 42 Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal Variabel Satuan Nilai Kriteria Tekstur Pasir Debu Liat % % % 25 46 29 Lempung berliat ph (H 2 O) 5.2 Masam Bahan Organik C Walklel&Black N Kjeidahl

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih memegang peranan yang penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Salah satu ciri strategi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LESTARI BRIEF MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KOMODITAS PALA USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

LESTARI BRIEF MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KOMODITAS PALA USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 08 I 17 Juli 2017 USAID LESTARI MENGEMBALIKAN KEJAYAAN KOMODITAS PALA Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri PENGANTAR Dalam wikipedia Indonesia disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PALA SIAU (Myristica fragrans Houtt) BERDASARKAN MORFOLOGI BUAH

KARAKTERISASI PALA SIAU (Myristica fragrans Houtt) BERDASARKAN MORFOLOGI BUAH KARAKTERISASI PALA SIAU (Myristica fragrans Houtt) BERDASARKAN MORFOLOGI BUAH CHARACTERIZATION OF SIAU NUTMEG (Myristica fragrans Houtt) BASED ON MORPHOLOGY FRUIT Seistelin Horonis 1), Semuel Runtunuwu

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI SKRIPSI APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG Oleh : MAULITA NOVELIANTI F24103090 2007 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Asal : PT. East West Seed Philipina Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M) Golongan varietas : menyerbuk silang Tipe pertumbuhan : tegak Umur panen

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara SALINAN PROVINSI MALUKU PERATURAN WALIKOTA TUAL NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2015 WALIKOTA TUAL,

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un No.836, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Budidaya. Hortikultura. Perizinan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kulit masohi SNI 7941:2013 Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

PROFIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROFIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO Perjalanan panjang dalam kurun waktu 45 tahun sejak aspirasi pembentukan Kabupaten Daerah Swatantra Tingkat II Kepulauan Siau Tagulandang dicetuskan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci

Lampiran 1 Deskripsi sifat varietas pembanding (Deptan 2011)

Lampiran 1 Deskripsi sifat varietas pembanding (Deptan 2011) 36 Lampiran 1 Deskripsi sifat varietas pembanding (Deptan 2011) SK Anjasmoro Wilis Slamet Tanggamus 537/Kpts/TP.240/10/200 1 tanggal 22 Oktober 2001 TP 240/519/Kpts/7/1983 tanggal 21 Juli 1983 Tahun 2001

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 94/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN SAGU (Metroxylon spp.) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1) Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Rosihan Rosman dan Hermanto Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Nilam merupakan salah satu komoditi ekspor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN METE 1 PENDAHULUAN Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L) telah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia, namun baru saat ini sedang dalam pengembangannya baik oleh perkebunan rakyat maupun oleh perkebunan

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.1176 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN KELAPA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 122/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE MERAH VARIETAS JAHIRA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 122/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE MERAH VARIETAS JAHIRA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 122/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE MERAH VARIETAS JAHIRA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PALA SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN BAGI MASYARAKAT PATANI

KARYA ILMIAH PALA SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN BAGI MASYARAKAT PATANI KARYA ILMIAH PALA SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN BAGI MASYARAKAT PATANI DI SUSUN OLEH: FADLI HAKIM,S.Hut PATANI, 15 OKTOBER 2017 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI Nur Asni dan Linda Yanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi ABSTRAK Pengkajian pengolahan minyak kelapa telah dilakukan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

PT MUTUAGUNG LESTARI

PT MUTUAGUNG LESTARI Bagian 1. Informasi Umum Nama : Nama Kebun : Jenis Tanaman : Alamat : Kota : Propinsi : Kode Pos : Negara : Tanggal : Telepon : Fax : Email : Ruang lingkup tanaman yang akan disertifikasi Jumlah petani

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM

DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM Tahun : 2016 DAFTAR TARIF ANALISA LABORATORIUM No Jenis analisis Metode I. Analisis Minyak Atsiri 1. Kadar air toluen Aufhauser 25.000,- 2. Kadar minyak atsiri Destilasi 25.000,- 3. Warna Visual 10.000,-

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Kering di desa Cibadung Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Tanah di lokasi penelitian masuk dalam sub grup Typic Hapludult.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BERITA RESMI INDIKASI GEOGRAFIS SERI - A

BERITA RESMI INDIKASI GEOGRAFIS SERI - A BERITA RESMI INDIKASI GEOGRAFIS SERI - A No. 02/IG/V/A/2015 DIUMUMKAN TANGGAL12 Mei 2015 s/d 12 Agustus 2015 PENGUMUMAN BERLANGSUNG SELAMA 3 (TIGA) BULAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PASAL 22 AYAT (1) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat Sukrisno Widyotomo 1), Sugiyono 1), Qithfirul Aziz 1), dan Agus Saryono 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-028-IDN Alamat Bidang Pengujian : Jl. Jend. Ahmad Yani No. 315, Surabaya 60234 Bahan atau produk Gaplek SNI 01-2905-1992 butir 7.1 Pati Serat Pasir/Silika

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-256-IDN Nama Laboratorium Alamat Alamat Bidang Pengujian : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat : Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Jahe untuk bahan baku obat

Jahe untuk bahan baku obat Standar Nasional Indonesia Jahe untuk bahan baku obat ICS 11.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 124/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE PUTIH KECIL VARIETAS HALINA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 124/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE PUTIH KECIL VARIETAS HALINA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 124/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE PUTIH KECIL VARIETAS HALINA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci