BAB I PENDAHULUAN. Batik awalnya hanya digunakan sebagai pakaian formal pada acara-acara tertentu
|
|
- Ari Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Batik awalnya hanya digunakan sebagai pakaian formal pada acara-acara tertentu saja, kini batik bisa digunakan dalam pakaian sehari-hari, seragam instansi pada hari-hari tertentu setiap minggunya. Bahkan fenomena batik dapat mengalahkan pakaian mahal yang lainnya, saat ini batik juga dikenakan oleh anak-anak. Batik tidak saja dimanfaatkan sebagai bahan pakaian, namun dimanfaatkan pula sebagai pelengkap pakaian, aksesoris, pelengkap interior, souvenir, merchandise, dan lain-lain. Hampir setiap daerah di Indonesia saat ini masyarakatnya menekuni dan mengembangkan usaha kerajinan batik. Usaha kerajinan tersebut senantiasa diwujudkan dengan karakter kedaerahaan yang menjadi daya tarik karena memiliki keunikkan tersendiri. Pengembangan motif batik dengan karakter suatu daerah adalah salah satu potensi pengembangan motif batik yang baru (kontemporer). Para creator dan Para pengrajin batik perlu untuk terus mengembangkan jenis-jenis motif batik yang baru sebagai upaya keikutsertaan mereka dalam pasar komoditas. Salah satu upaya pengembangan dapat dilakukan melalui eksplorasi bentuk motif (Rossa, Terry De, Rahmatsyam Laksoro, 2014:1). Eksplorasi perancangan motif pada kain tidak terbatas pada sumber, ide dasar atau temanya dapat berbentuk flora dengan gaya naturalis, geometris atau bahkan melalui sumber tradisional (Rizali, Nanang, 2013:34). Penggalian ide dasar perancangan melalui sumber tradisional diantaranya budaya lokal dapat dijadikan sebagai kekuatan visual
2 tekstil sekaligus sebagai usaha pelestarian. Pemilihan unsur budaya lokal yang dijadikan sebagai sumber ide perancangan tekstil harus dilakukan secara cermat sehingga, ia mampu menjadi daya tarik masyarakat pengguna bahkan menjadi trend setter. Beberapa budaya lokal di wilayah Indonesia sangat menarik untuk dijadikan sebagai sumber ide perancangan, diantaranya adalah budaya lokal masyarakat Betawi. Betawi merupakan suku yang dikenal sebagai penduduk asli kota Jakarta. Masyarakat Betawi tumbuh dengan beberapa kearifan lokal, seni dan budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat pendukung, salah satunya adalah Ondel-ondel dan Jipeng. Ondel-ondel dan Jipeng merupakan salah satu bentuk kebudayaan Betawi yang terkandung dalam adat istiadat masyarakat Betawi. Kesenian Betawi kini hampir punah menjadi tugas penting untuk dilestarikan keberadaannya (Data Kepariwisataan Jakarta, 2011:85). Menilik fenomena pengembangan motif batik berkarakter kedaerahan, disusul dengan kebutuhan batik bagi masyarakat yang semakin meningkat, ditambah lagi dengan adanya anjuran pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan pengembangan dan pelestarian seni dan budaya Betawi, maka penulis memiliki gagasan untuk melakukan perancangan batik dengan sumber ide Ondel-ondel dan Jipeng. Ondel-ondel memiliki ciri khas berupa boneka besar berpasangan dan Jipeng dengan ciri khas tari topeng Betawi yang diiringi dengan Tanjidor. Ondel-ondel dan Jipeng paling sering dipentaskann pada acara-acara pesta adat masyarakat Betawi. Perancangan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu usaha pelestarian dan pengembangan hasil budaya masyarakat Betawi.
3 B. Studi Pustaka 1. Merancang Tekstil Perancangan motif tekstil disebut juga perancangan desain permukaan, yaitu penciptaan desain dengan cara memberi hiasan berupa motif dan warna di atas permukaan setelah kain ditenun. Penampilan rupa dan warnanya menjadi peran utama yang berkaitan dengan daya tarik estetik (Rizali, Nanang, 2013:34). Dalam merancang desain permukaan pada tekstil, ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Nanang Rizali (2013:56-61) menyatakan beberapa tahapan dalam merancang tekstil, yaitu: a. Konsep Perancangan Tekstil Perancangan tekstil, konsep dimulai sejak awal masalah desain tekstil dan pemenuhan kebutuhannya diketahui, yaitu pada tahap identifikasi masalah. Apabila diperluas pengertiannya dalam konteks ilmu seni (rupa), yaitu penjabaran dari dasar tujuan dan maksud dari perancangan (penciptaan) karya. Hal tersebut berkaitan dengan memikirkan nilai-nilai estetis, etis dan logis serta azas manfaat. Secara khusus diperlukan pada tahap cita cipta, rancangan, yaitu pencarian data informasi berbagai hal yang terkait. b. Proses Perancangan Proses perancangan merupakan menjabarkan hasil dasar pemikiran sebagai aplikasi dari kerangka konseptual ke kerangka kerja perancangan secara visual. Dalam pengertian yang lebih luas disebut dengan istilah kerja cipta seni atau dalam kategori integralis dikenal dengan unsur energi. Secara umum termasuk pada tahapan
4 proses kreatif, sehingga tahap ini sudah melibatkan kepekaan rasa dan keterampilan. Setelah kerangka konseptual dirumuskan, maka akan diperoleh gagasan awal perancangan yang meliputi pertimbangan berbagai aspek, di antaranya fungsi, estetika, bahan, teknik, dan mode. c. Perwujudan Batik Dalam perwujudan batik terdapat aspek desain yang mempengaruhi penampilannya, yaitu ragam hias, warna, bahan, adat, proses, dan fungsi. Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan pada desain tekstil struktur maupun permukaan. Secara garis besar, aspek desain tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Ragam hias, meliputi flora, fauna, geometris, figuratif, non figuratif, alam, benda dan lain-lain. 2) Warna, meliputi aneka warna sesuai kebutuhannya. 3) Bahan, meliputi benang (lungsi, pakan, emas, atau perak), kain polos (katun, tetoron katun dan velvet) dan lain sebagainya. 4) Alat, meliputi alat tenun gendong, tenun Malaya, ATBM, ATM, atau pembatikan, mesin cetak flat dan rotary, mesin bordir dan lain-lain. 5) Proses, meliputi pertenunan, perajutan, pencelupan, pencetakan, penggambaran (melukis) dan lain sebagainya. 6) Fungsi, meliputi busana (kain panjang, selendang, pakaian adat) ikat kepala, pelengkap interior, kebutuhan rumah tangga, cindera mata dan lain sebagainya.
5 2. Pengulangan pattern pada batik a. Batik Batik merupakan proses menghias dengan cara menahan penyerapan warna menggunakan lilin malam atau dikenal dengan wax-resist dyeing (Wijayanti, Lucky, Rahayu Pratiwi, 2013:1). Menurut Asti Musman dan Ambar B. Arini (2011:17-22) Berdasarkan cara pembuatannya, batik dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 1) Batik Tulis Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting. Canting merupakan alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik). Ujungnya berupa saluran atau pipa kecil untuk keluarnya malam yang digunakan untuk membentuk gambar pada permukaan bahan yang akan dibatik. Pengerjaan batik tulis dibagi menjadi dua, yaitu batik tulis halus dan batik tulis kasar. 2) Batik Cap Batik cap adalah kain yang dihias dengan motif atau corak batik dengan menggunakan media canting cap. Canting cap adalah suatu alat dari tembaga dimana terdapat suatu desain motif. 3) Batik Tulis dan Cap (kombinasi) Pada proses pembuatan batik ini dapat dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara batik tulis dan cap. b. Pengulangan pola Pola merupakan hasil susunan dari motif, baik bersifat tunggal maupun kombinasional, dengan demikian motif adalah satuan terkecil pembentukkan pola
6 ( Guntur, 2004:113). Pembuatan pola pada batik dilakukan dengan membuat master desain (pattern). Motif-motif yang disusun mempertimbangkan aturan-aturan yang sudah baku, yaitu : 1) Motif utama Merupakan unsur pokok pola, berupa gambar-gambar tertentu, karena merupakan unsur pokok, maka disebut sebagai ornamen pokok (tama). 2) Motif pengisi Merupakan pola bergambar yang dibuat untuk mengisi bidang, bentuknya lebih kecil dan tidak turut membentuk arti atau jiwa pola tersebut, disebut sebagai motif pengisi (selingan). 3) Isen-isen Isen, untuk memperindah pola secara keseluruhan, baik ornamen pokok maupun ornamen pengisi diberi isian berupa hiasan; titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis. Biasanya isen dalam seni batik mempunyai bentuk dan nama tertentu, dan jumlahnya banyak (Dharsono,2007:87). Master desain yang dibuat akan direpetisi sesuai dengan sistim repetisi. Repetisi pada master desain juga digunakan pada batik cap. Menurut Sewan Susanto (1980:31-32) dalam perulangan master desain terdapat beberapa sistem perulangan/repetisi, yaitu sebagai berikut:
7 a. Satu langkah ke kanan dan satu langkah ke depan b. Satu langkah ke kanan, kemudian setengah langkah ke depan c. Satu langkah ke depan kemudian satu langkah ke kanan d. Satu langkah ke kiri depan (miring) dan satu langkah ke kanan (horizontal)
8 e. Berputar seperempat lingkaran dengan salah satu sudut sebagai titik pusat. f. Dua pola motif membentuk satu master desain motif, kedua pola motif jalan bersama. Motif-motif yang digambarkan dalam master desain harus saling menyambung ketika dilakukan repetisi pola batik secara keseluruhan terbentuk. 3. Kesenian Betawi Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Pasal 26 ayat (6) telah mengamanatkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat Betawi serta melindungi berbagai budaya masyarakat daerah lain yang ada di daerah Provinsi DKI Jakarta, oleh karena itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkewajiban melakukan upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan yang ada di DKI Jakarta (Data Kepariwisataan Jakarta, 2011:85). Betawi merupakan suku bangsa yang pada awalnya berasal dari Kota Jakarta. Sejak zaman dahulu Kota Jakarta merupakan daerah asal masyarakat Betawi adalah kota
9 pelabuhan dan perdagangan. Dengan demikian, seperti halnya kota sejenis ini, banyak bangsa maupun suku bangsa dari seluruh Indonesia bahkan mancanegara datang untuk melakukan kegiatan perdagangan dan tidak sedikit diantaranya menetap dan bermukim di Jakarta. Para pendatang atau pemukim tersebut membawa pula adat-istiadat serta seni budaya dari daerah asalnya sehingga penduduk DKI Jakarta merupakan masyarakat yang heterogen (Ismet B. Harun, et.all., 1991:7). Seperti suku lainnya di Indonesia, masyarakat Betawi memiliki kebudayaan dan kesenian khas Betawi, salah satunya adalah kesenian Betawi. Terkait dengan pemilihan sumber ide perancangan kali ini, di bawah ini dijelaskan mengenai Ondel-ondel dan Jipeng yang merupakan jenis dari kesenian Betawi. a. Ondel-ondel Gambar 1. Ondel-ondel (Sumber gambar: Profil Seni Budaya Betawi, 2009) Ondel-ondel adalah boneka yang merupakan bagian dari upacara babarit. Upacara ini merupakan karnaval yang ditujukan untuk menyambut datangnya panen dan menghalau gangguan-gangguan terhadap musim tanam ( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain, 2009:60). Istilah Ondel-ondel tidak diketahui pasti asal muasalnya. Namun apabila ditelaah lebih dalam, istilah Ondel-ondel muncul dikarenakan permainan kata
10 semata, dimana muncul pengulangan kata "Ondel" menjadi "Ondel-ondel" dikarenakan ingin menyebut sepasang boneka raksasa tersebut berpasangan, serta juga fitrahnya orang Betawi yang terkenal dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos tetapi tanpa makna yang jelas (Claudia Natalia Liawinata (2014:6) Gambar 2. Ondel-ondel (Sumber gambar: diakses pada tanggal 22 November 2014) Pembuatan Ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik saat menganyam kerangkanya maupun saat membuat kedoknya. Upacara pemberian sesajen dan membakar kemenyan yang disebut "ukup" atau "ngukup" dilakukan sebelum dan sesudah pembuatan selesai dan hendaknya dimainkan. Kesenian ini tumbuh dalam masyarakat agraris yang tergolong dalam kategori "abangan", khususnya yang berada di pinggiran Jakarta( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain, 2009:61).
11 Ondel-ondel terdiri dari boneka laki-laki dan perempuan yang keduanya mengenakan selendang. Kedua wajahnya berbentuk topeng atau kedok dengan mata melotot. Untuk laki-laki wajahnya berwarna merah, berkumis melintang dan beralis tebal, berjenggot, dan bercambang. Terkadang diberi caling/taring yang menyembul dari sisi kanan dan kiri sudut mulutnya ( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain, 2009:60). Pada awalnya wujud Ondel-ondel dibuat menyeramkan karena ditujukan untuk penolakan bala/musibah, oleh karena itu pada zaman dahulu wujud Ondel-ondel (khusus Ondel-ondel laki-laki) menyeramkan (Claudia Natalia Liawinata, 2014:4). Sedang yang perempuan wajahnya berwarna putih atau kuning, bibirnya bergincu, bulu matanya lentik, alis lancip, dan terkadang diberi tahi lalat, hal ini ditujukan untuk membedakan antara Ondel-ondel laki-laki dan Ondel-ondel perempuan ( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain, 2009:60). Pakaian pangsi berwarna gelap biasanya dikenakan untuk ondel-ondel laki-laki, sementara yang perempuan mengenakan pakaian jenis kurung, ataupun bermotif dan berwarna cerah. Sudah menjadi kebiasaan keduanya selalu diarak atau dibawa secara berpasangan. Biasanya ditujukan untuk memeriahkan acara pengantin, sunat atau pesta lainnya, hingga untuk acara bersih desa. Musik pengiring ondel-ondel tergantung dari kebiasaan masing-masing rombongan, ada pula yang diiringi tanjidor ( Yahya, Andi Saputra, Nur Zain,2009:60). 1) Filosofi nilai yang terkandung pada Ondel-ondel Ondel-ondel sebagai suatu bentuk yang dihasilkan dari kebudayaan mengandung nilai filosofis seperti bentuk kebudayaan lainnya. Menurut studi kasus yang ditulis oleh Claudia Natalia Liawinata (2014:6) makna filosofis yang
12 terkandung dalam Ondel-ondel antara lain: a) Penangkal bala/kesialan dalam berbagai peresmian bangunan dan upacara (sedekah bumi dan penangkal wabah penyakit). b) Kembang kelapa yang menghiasi bagian kepala Ondel-ondel merupakan harapan orang Betawi agar setiap orang Betawi dapat menjadi manusia yang berguna secara keseluruhan, mulai dari tutur kata, akal pikiran dan juga perilaku. c) Selendang yang terlampir pada tubuh Ondel-ondel selalu dari kiri atas mengarah ke kanan bawah, hal ini dimaksudkan manusia berbuat kesalahan (letak kiri), sehingga harus diperbaiki menjadi lebih baik (mengarah ke kanan). d) Warna merah pada Ondel-ondel laki-laki mengandung arti marah sehingga terlihat seram. Hal ini dikarenakan pada awalnya fungsi Ondel-ondel adalah untuk menakut-nakuti roh setan/roh jahat. e) Warna putih pada Ondel-ondel perempuan mengandung arti sifat keibuan yang lembut. f) Baju yang digunakan pada Ondel-ondel tidak terikat pada jenis bahan, warna maupun motif. Warna-warna yang meriah biasa digunakan pada Ondel-ondel agar mendapatkan nuansa yang meriah dan ceria.
13 b. Jipeng Gambar 3. Topeng Betawi (Sumber gambar: Profil Seni Budaya Betawi, 2009) Jipeng baru muncul tahun Jipeng merupakan akronim dari kata "Tanji" dan "Topeng". Kesenian ini merupakan Topeng Betawi yang diiringi orkes Tanjidor seperti Lenong yang diiringi Gambang Kromong. Cara memainkan Jipeng tidak hanya terdapat pada waktu pembukaan. Orkes Tanjidor juga biasa mengiringi tarian dalam Jipeng. Kostum yang digunakan pemain Jipeng sederhana. Kostum penarinya cukup menggunakan kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang (Seni Pertunjukan Tradisional Betawi, 2012:43) Dalam situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta disebutkan bahwa topeng merupakan kesenian teater masyarakat Betawi, yang pertunjukannya hampir sama dengan lenong dan tumbuh di lingkungan masyarakat pinggiran Kota Jakarta. Kesenian Topeng Betawi ini terdiri atas Topeng Blantek dan Topeng Jantuk. Pertunjukkan topeng biasanya dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan nasehat-nasehat tertentu kepada masyarakat lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar tidak
14 dirasakan sebagai suatu ejekan atau sindiran. Teater Topeng Betawi mulai tumbuh pada awal abad ke-20. Karena tumbuhnya di daerah pinggiran Jakarta sehingga dipengaruhi oleh kesenian Sunda. Saat itu masyarakat Betawi mengenal topeng melalui pertunjukan ngamen keliling kampung ( diakses pada tanggal 8 Oktober 2014). Pada awalnya pementasan atau pertunjukan topeng tidak menggunakan panggung tetapi hanya tanah biasa dengan properti lampu minyak bercabang tiga dan gerobak kostum yang diletakkan ditengah arena. Tahun 1970-an baru dilakukan di atas panggung dengan properti sebuah meja dan dua buah kursi. Pertunjukkannya diiringi dengan tabuhan seperti, rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek dan gong buyung ( diakses pada tanggal 8 Oktober 2014). Para pemain Topeng Betawi sebagian memakai pakaian khusus sesuai dengan peranannya dan sebagian lainnya memakai pakaian biasa yang dipakai sehari-hari. Bagi para pemain laki-laki unsur pakaian yang harus ada biasanya, kemeja putih, baju hitam, kaos oblong, celana, sarung, peci atau tutup kepala, serta kedok. Sedangkan untuk wanita unsur yang ada biasanya kain panjang atau kain batik, kebaya, selendang, "mahkota" warna-warni yang terletak di kepala yang biasanya disebut "kembang topeng". Sesuai dengan perannya, para pemain menggunakan pakaian yang khas ( diakses pada tanggal 8 Oktober 2014). Pertunjukan topeng Betawi dengan tarian lazim disebut tari topeng Betawi. Merupakan salah satu jenis tarian tradisional masyarakat Betawi yang disebut juga
15 Ronggeng Topeng. Tari Topeng sendiri terdiri dari beberapa jenis tari, yaitu Tari Lipet Gandes (merupakan sebuah tari yang dijalin dengan nyanyian, lawakan dan kadang-kadang dengan sindiran-sindiran tajam menggigit tetapi lucu), Tari Topeng Tunggal, dan beberapa tari topeng lainnya seperti Tari Topeng Kreasi Baru ( diakses pada tanggal 8 Oktober 2014). Dalam buku Seni Pertunjukan Tradisional Betawi (2012:7) topeng sendiri merupakan bentuk dari tarian rakyat Betawi dan diyakini sebagai tari spiritual yang melambangkan penciptaan alam semesta. Tari topeng memiliki pola gerak tertentu dari awal hingga akhir, namun juga terdapat variasi gerakan hasil improvisasi penari yang bersangkutan. Tari topeng biasanya dimainkan sebagai pengawal pertunjukan topeng Betawi, meski ia juga bisa dimainkan sendirian seperti tari kembang topeng, tari topeng tunggal atai tari topeng kedok, dan tari ronggeng topeng. Dalam tari kembang topeng, penari tidak memakai topeng. Topeng atau kedok dipakai pada tari topeng kedok atau tari topeng tunggal. Topeng yang digunakan berjumlah tiga buah, masing-masing berwarna putih, merah, dan hitam. Ketiganya memiliki karakter sendiri, yaitu karakter Subadra, Srikandi, dan Jingga. Pakaian penari topeng Betawi atau ronggeng topeng terdiri dari kembang (hiasan kepala terbuat dari kain perca), ampok atau ampeng (penutup perut) baju kebaya berlengan pendek, kain batik panjang, selendang dan andong (Seni Pertunjukan Tradisional Betawi, 2012: 7).
16 Gambar 4. Jipeng (Sumber gambar: pakenkbetawi.com, diakses pada tanggal 22 Oktober 2014) Gambar 5. Jipeng (Sumber gambar: pakenkbetawi.com, diakses pada tanggal 22 Oktober 2014) a) Filosofi yang dimiliki Jipeng Menurut Yahya Andi Saputra dalam situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, menyatakan terdapat beberapa filosofi yang dimiliki Jipeng, yaitu : 1) Mahkota warna-warni/kembang topeng yang digunakan pada kostum Jipeng perempuan memiliki makna bahwa perempuan harus dihormati layaknya primadona. 2) Pemain Topeng Betawi yang biasanya dianggap sebagai primadona
17 grup adalah penari Topeng, yang kostumnya paling unik, serba meriah dan gemerlapan. 3) Pemakaian rias dalam tari Topeng tunggal sangat sederhana dengan menggunakan rias cantik tidak begitu tebal untuk menunjukan karakter tari yang akan dibawakan. Sedangkan menurut Ernst Heinz (2012:70) alat musik yang digunakan pemain Tanjidor seperti klarinet, piston, trombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambur dan simbal merupakan alat musik bergaya Eropa. Hal ini disebabkan karena pada awal abad ke-19, tanjidor berasal dari para budak yang ditugaskan memainkan musik untuk VOC (Ernst Heinz, 2012:70). Seni Pertunjukan Tradisional Betawi (2012:27) menyatakan bahwa kostum yang digunakan pemain Jipeng sederhana. Untuk kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang. Untuk memeriahkan kadang-kadang dimunculkan juga tokoh perempuan yang dimainkan oleh laki-laki. Adapun lakon-lakon yang dibawakan juga tidak banyak berbeda dengan yang dibawakan kelompok topeng. Berkisar pada kebaikan atau kebenaran pasti dapat mengalahkan kejahatan. Selalu ditampilkan sosok tokoh kesatria, yang melawan kesewenangan penjajah atau tuan tanah. Sering pula Jipeng membawakan cerita babad dan legenda. c. Warna pada batik Betawi Batik Betawi disebut juga dengan batik Jakarta, karena khas motif yang dikandung digali dari hasil kebudayaan Betawi. Jakarta yang dahulu menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan, merupakan pertemuan kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia, maupun kebudayaan asing. Kebudayaan asing datang dari Cina, India, Arab maupun negara-negara Barat. Pengaruh kebudayaan tersebut baik dari
18 dalam maupun negeri berpengaruh pada seni kerajinan batik DKI Jakarta (Ja'far Amin Muhammad, 1997:43). Seperti daerah pantai lainnya, ragam hias batik Betawi termasuk golongan batik pesisiran, ciri utama batik Pesisiran ini antara lain menggunakan berbagai macam warna dan motifnya yang dipengaruhi kebudayaan/kesenian Cina, India, Arab maupun Barat (Ja'far Amin Muhammad, 1997:43). Warna khas batik Jakarta adalah kuning kunyit, cokelat, hijau lumut dan merah (Wijayanti, Lucky, Rahayu Pratiwi, 2013:29). C. Fokus Permasalahan Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang difokuskan dalam perancangan batik adalah : Bagaimana merancang batik dengan sumber ide Ondel-ondel dan Jipeng sebagai batik berkarakter kedaerahan?
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permusiuman, 2005:335), kesenian Topeng
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi
Lebih terperinciBAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL
BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN
BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta sebagai Ibukota Negara, sehingga eksistensi kebudayaannya juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya suatu daerah berkembang dari adat kebiasaan setempat, perilaku khusus etnis bersangkutan yang terus menerus dipupuk dan dipelihara dalam jangka panjang sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan
Lebih terperinciPenerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil
Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan yang ada, beberapa permasalahan yang perlu dianalisa, yaitu : Dalam merancang batik, perlu pemahaman tentang metode perancangan
Lebih terperinciRagam Hias Tenun Ikat Nusantara
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan
Lebih terperinciBAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN
63 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 5.1 Judul Seri Prangko Gambar 5.1 Judul Seri Prangko Font yang digunakan dalam judul seri prangko antara lain: Pada tulisan Kampung Betawi menggunakan font Aquiline
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam hias merupakan ciri khas dari setiap suku yang memilikinya. Indonesia yang merupakan negara dengan suku bangsa yang beraneka ragam tentulah juga menjadi negara
Lebih terperinciPenyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi
Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Batik Betawi DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda C. Definisi Sekura Cakak Buah D. Kesimpulan dan Koreksi Kegiatan Penyusunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam keanekaragaman suku, budaya, adat isitiadat. Ketiga hal tersebut merupakan ciri khas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Data dan analisis perancangan 1. Fungsi produk rancangan Berdasarkan hasil wawancra dan browsing internet,
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Data dan analisis perancangan 1. Fungsi produk rancangan Berdasarkan hasil wawancra dan browsing internet, Ondel-Ondel dalam bentuk urban toys memang belum pernah
Lebih terperincidiciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki
ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari berbagai suku bangsa maupun negara asing dari penjuru Nusantara sampai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kodrati, manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Akal dan pikiran tersebut merupakan modal awal dari terbentuknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan
BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa
Lebih terperincikalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia
2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan sejarah seni budaya di indonesia memiliki keragaman jenis kesenian dan budaya. mulai dari bahasa, pakaian, alat musik, taritarian dan masih banyak lagi.
Lebih terperinciMenata Pola Ragam Hias Tekstil
MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan
Lebih terperinciUJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01
DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :
Lebih terperinciKOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI
SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
Lebih terperinciBUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG
BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG Kegiatan menenun merupakan warisan ketrampilan turun temurun serta garis penghubung antar generasi yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan dan tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh akan keanekaragaman budaya. Salah satu keanekaragamannya dapat dilihat pada perbedaan dalam pakaian adat yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN A.
BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada
Lebih terperinciKreasi Ragam Hias Uis Barat
Kreasi Ragam Hias Uis Barat Disusun Oleh: Netty Juliana, S.Sn, M.Ds Fakultas Teknik Jurusan Tata Busana / PKK UNIMED 2014 1 Kreasi Ragam Hias Uis Barat Netty Juliana (2013-2014) Abstrak Kebudayaan suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya
Lebih terperinciWALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang
Lebih terperinciRagam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya
BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA 71 Ragam Hias Kain Sulam dan Terapan Lainnya A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari asal usul kain yang ragam hiasnya dibentuk dengan cara teknik sulam. Di samping
Lebih terperinci54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang
54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola- pola ragam hias daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam hias yang ada
Lebih terperinciKajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak
Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana (2013-2014) Abstrak Kriya tekstil Indonesia sangat beranekaragam bentuknya seperti batik, bordir, jumputan, tritik, pelangi, pacth work, anyaman, tenun dan lain
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinciPandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren
Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :
3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal
BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,
Lebih terperinciTahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
PEMBERDAYAAN BATIK Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil tersebar di sepanjang garis khatulistiwa.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi Tahun 1970-1995, maka terdapat empat hal yang ingin penulis simpulkan.
Lebih terperinci1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.
Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan
BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan
Lebih terperinci55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang
55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.
Lebih terperinciPENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL
PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris
Lebih terperinciWARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG
Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 18 atau awal abad 19. Batik diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia milik dunia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG
Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini dipilih beberapa tulisan yang berkaitan dengan pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi.
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita
PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling
Lebih terperinciBAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA
BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA 4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra Pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk terdapat kostum yang
Lebih terperinci3. Karakteristik tari
3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu
Lebih terperinciARTIKEL TENTANG SENI TARI
NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi
Lebih terperinciVHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alas kaki atau lebih dikenal dengan sebutan sepatu/sandal adalah bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang segala kegiatan, bukan hanya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Lebih terperinciPENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Ayu Yunuarti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku bangsa, bahasa dan budaya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kesenian yang lahir dan berkembang di setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA
1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, budaya memiliki kaitan yang sangat erat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian terhadap Bentuk Tari Zahifa pada upacara perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan suatu topik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita masa kini adalah cerminan wanita modern yang tangguh. Semakin terlihat jelas arti emansipasi yang dicetus oleh Ibu Kartini. Emansipasi wanita bukan hanya berbicara
Lebih terperinciOleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya
Lebih terperinciBAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri
BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang yang berwarna dan tidak berwarna yang biasanya difungsikan untuk bahan penutup lantai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam
Lebih terperinciTeknik dasar BATIK TULIS
Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan
Lebih terperinciMENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS
SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL
Lebih terperinci