LAPORAN PRAKTIKUM UNIT OPERASI BIOPROSES I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM UNIT OPERASI BIOPROSES I"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM UNIT OPERASI BIOPROSES I MODUL II SIRKUIT FLUIDA Dosen: Dr. Ir. Sukirno, M.Eng Kelompok 8 Andre Fahriz Perdana Harahap ( ) Abdullah ( ) Chandra Wirawan Sugiarto ( ) Nabila Hana Dhia ( ) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BIOPROSES DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK NOVEMBER

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-nya praktikan dapat menyelesaikan laporan praktikum Unit Operasi Bioproses I, untuk Modul II: Sirkuit Fluida, tepat pada waktunya. Praktikan mengucapkan terimakasih kepada segala pihak yang telah berpartisipasi atas penyelesaian laporan ini, khususnya kepada dosen pengampu Modul II Praktikum Unit Operasi Bioproses I, Bapak Dr. Ir. Sukirno, M.Eng., beserta asisten laboratorium dan rekan praktikum yang telah bersama-sama ikut membantu penyelesaian laporan ini. Laporan praktikum Sirkuit Fluida ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Unit Operasi Bioproses I pada Modul II sebagai salah satu mata kuliah wajib di Program Studi Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, pada tahun ajaran 2016/2017. Adapun konten dari laporan praktikum ini terdiri atas beberapa bagian seperti pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, hasil praktikum, pengolahan data, pembahasan, kesimpulan dan saran, serta daftar pustaka. Praktikan menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan praktikum ini, oleh karena itu atas segala kekurangan praktikan memohon maaf yang sebesar-besarnya. Praktikan juga memohon kritik dan saran dari dosen pengampu dan asisten laboratorium Modul II agar kiranya dapat memperbaiki penulisan praktikan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang menggunakannya. Depok, 12 November 2016 Praktikan 2

3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 3 DAFTAR GAMBAR... 4 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GRAFIK... 5 BAB I PENDAHULUAN... 6 I. 2. Tujuan Percobaan... 6 I. 3. Batasan Masalah... 7 I. 4. Sistematika Penulisan... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8 II.1. Pengertian dan Sifat Fluida... 8 II.2. Jenis Aliran Fluida... 9 II.3. Gradien Kecepatan II.4. Bilangan Reynold II.5. Energi Fluida II.6. Heat Loss karena Friksi II.7. Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold II.8. Profil Kecepatan Aliran II.9. Heat Loss padafitting II.10. Pengukuran Aliran II.11. Pipa, Valve, dan Pompa BAB III HASIL PERCOBAAN III.1. Alat dan Bahan III.2. Percobaan III Karakteristik Orifice Flowmeter III Karakteristik Venturi Flowmeter III Jenis Aliran III Friction Loss III Pipe Fitting BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Kalibrasi Sight Gauge

4 IV.2. Karakteristik Orifice Flowmeter IV.3. Karakteristik Venturi Flowmeter IV.4. Jenis Aliran IV.5. Frictional Loss IV.6. Pipe Fitting BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Aliran fluida Gambar 2. Fenomena aliran fluida diantara 2 plat paralel Gambar 3. Ilustrasi hubungan tegangan dengan gradient kecepatan Gambar 4. Grafik faktor friksi Gambar 5. Profil kecepatan fluida pada aliran laminer Gambar 6. Profil Kecepatan fluida pada aliran turbulen Gambar 7. Flat jenis concentric orifice Gambar 8. Flat jenis eccentric orifice Gambar 9. Flat jenis segmental orifice Gambar 10. Ilustrasi orifice Gambar 11. Venturi flowmeter Gambar 12. Bagian-bagian venturi flowmeter Gambar 13. Skema aliran fluida DAFTAR TABEL Tabel 1. Keterangan peralatan Tabel 2. Data Pengamatan Kalibrasi Sight Gauge Tabel 3. Pengolahan Data Kalibrasi Sight Gauge Tabel 4. Data Pengamatan Orifice Flowmeter Tabel 5. Pengolahan Data Orifice Flowmeter Tabel 6. Data pengamatan karakteristik venturi flowmeter Tabel 7. Pengolahan data karakteristik venturi flowmeter Tabel 8. Data pengamatan jenis aliran Tabel 9. Pengolahan data jenis aliran Tabel 10. Data Pengamatan Percobaan Frictional Loss Tabel 11. Pengolahan Data Percobaan Frictional Loss Tabel 12. Data Pengamatan Percobaan Pipe Fitting Tabel 13. Pengolahan Data Percobaan Pipe Fitting Tabel 14. Jenis aliran

5 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.Grafik kalibrasi sight gauge Grafik 2. Grafik Q terhadap Ah Orifice Grafik 3. Grafik Q terhadap Co Grafik 4. Grafik Co terhadap Re Grafik 5. Grafik Q terhadap h Venturi Grafik 6. Grafik Cv terhadap Q Grafik 7. Grafik Co terhadap Cv Grafik 8. Grafik Hubungan Bilangan Reynold dengan Faktor Friksi Eksperimen dan Teoritis Grafik 9. Grafik v 2 terhadap ΔH Elbow Grafik 10. Grafik Le terhadap Re Grafik 11. Grafik kalibrasi sight gauge Grafik 12. Grafik Q terhadap Ah Orifice Grafik 13. Grafik Q terhadap Co Grafik 14. Grafik Co terhadap Re Grafik 15. Grafik Q terhadap h Venturi Grafik 16. Grafik Cv terhadap Q Grafik 17. Grafik Co terhadap Cv Grafik 18. Grafik Hubungan Bilangan Reynold dengan Faktor Friksi Eksperimen dan Teoritis Grafik 19. Grafik v 2 terhadap ΔH Elbow Grafik 20. Grafik Le terhadap Re

6 BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Suatu fluida tidak hanya akan ditemui dalam dunia teknik kimia saja tetapi juga akan ditemui dalam dunia teknologi bioproses. Fluida merupakan zat yang dapat mengalir yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa perpindahan massa. Fluida memiliki banyak karakteristik yang dapat dipelajari sehingga dapat mengkontrol aliran fluida dalam sebuah sistem fluida. Salah satu karakter fluida adalah tipe aliran fluida. Berdasarkan tipe alirannya, fluida dapat memiliki sifat aliran laminar, transisi, atau turbulen. Dalam dunia bioproses seringkali ditemukan contoh aliran fluida dalam bentuk laminar, misalnya untuk mikrofluida atau fluida yang mengalir antar mikro-organisme. Selain itu, dalam dunia bioproses suatu fluida juga dapat mengalir secara turbulen yang biasanya ditemukan dalam suatu pabrik perusahaan di bidang teknologi bioproses, biofilter, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang karakteristik fluida dalam suatu sistem menjadi sangat penting. Sirkuit fluida merupakan salah satu dari banyak aplikasi yang menerapkannya. Prinsip aliran fluida ini berguna di bidang industri baik industri makanan, minuman, perminyakam, dan jenis industri lain yang menggunakan perpipaan sebagai media pengaliran fluida. Dengan mengetahui bagaimana karakteristik fluida yang mengalir, kita dapat menyesuaikan pengaturan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Selain itu, dengan mengetahui karakteristik aliran fluida zat cair beserta tekanannya maka kita dapat mengatur kondisi agar proses dapat berjalan optimal serta tidak menyebabkan kerusakan pada alat yang dapat menimbulkan potensi bahaya. Konsep dan fenomena aliran fluida dalam suatu sirkuit fluida menjadi sangat penting untuk dipahami oleh seorang mahasiswa di bidang teknik mengingat luasnya aplikasi sirkuit fluida dalam berbagai bidang industri proses yang ada. Oleh sebab itu, praktikan melakukan praktikum Sikuit Fluida yang merupakan salah satu modul wajib dalam mata kuliah Praktikum Unit Operasi Bioproses I di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. I. 2. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan praktikum modul Sirkuit Fluida ini antara lain: Mengetahui mekanisme dan karakteristik perpindahan fluida. 6

7 Mempelajari sifat-sifat aliran fluida dalam beberapa jenis ukuran pipa. Memperoleh pengertian tentang perubahan tekanan yang terjadi pada aliran fluida. Mempelajari karakteristik tekanan alat pengukur laju alir. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi friction loss pada aliran fluida. I. 3. Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan pada percobaan modul Fluidisasi ini antara lain: Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Operasi Bioproses lantai 1 Departemen Teknik Kimia FTUI pada hari Jumat, 11 November Percobaan ini menggunakan Sirkuit Fluida yang sudah dipersiapkan di Laboratorium Unit Bioproses lantai 1 Departemen Teknik Kimia FTUI. Sumber fluida yang digunakan pada percobaan Sirkuit Fluida ini adalah air keran yang ada di Laboratorium Unit Bioproses lantai 1 Departemen Teknik Kimia FTUI. I. 4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan praktikum Sirkuit Fluida ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab tinjauan pustaka ini berisi konsep dasar mengenai fluida, sifat-sifat fluida, aliran fluida, alat pengukur laju alir fluida, dan lain sebagainya. Bab III Hasil Percobaan Pada bab hasil percobaan ini berisikan mengenai alat dan bahan, tujuan dan prosedur untuk setiap percobaan, data hasil pengamatan untuk setiap percobaan, dan pengolahan data untuk setiap percobaan. Bab IV Pembahasan Pada bab pembahasan ini berisikan pembahasan dan analisis untuk setiap hasil percobaan yang diperoleh sebelumnya. Bab V Penutup Pada bab penutup ini berisi kesimpulan hasil percobaan yang dilakukan. 7

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian dan Sifat Fluida Fluida merupakan suatu zat yang berubah bentuk secara terus menerus apabila terdapat suatu gaya geser seberapapun kecilnya. Fluida tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi) secara permanen. Jika massa fluida diubah, maka di dalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu akan mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (sheer stress) yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut akan hilang sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Perubahan bentuk ini berpengaruh besar pada mekanika aliran, dan dipengaruhi oleh berbagai sifat dari fluida itu sendiri. Berikut adalah sifat-sifat fluida yang perlu diperhatikan: a) Density (ρ) Densitas atau rapat jenis atau massa jenis (ρ) adalah ukuran untuk konsentrasi atau kerapatan zat yang dinyatakan dalam massa persatuan volume. m ρ = (1) V b) Specific Weight ( ) Specific weight atau berat jenis atau berat massa ( ) merepresentasikan berat per unit volume. (2) c) Specific Gravity (Sp G) Specific gravity merupakan suatu dimensionless number yang mengacu pada rasio antara densitas fluida dengan densitas suatu zat referensi, pada umumnya zat referensi tersebut adalah air pada suhu 4 o C. (3) 8

9 d) Compressibility Densitas merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan karakteristik compressibility atau kemampatan fluida. Berdasarkan sifat ini, aliran fluida dibagi menjadi dua, yaitu aliran fluida yang densitasnya berupa gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur(compressible fluid), dan aliran fluida yang densitasnya berupa liquid atau cairan sedikit sekali dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur (incompressible fluid). e) Dinamic Viscosity (µ) Viskositas dinamis merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk dan dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, gaya kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Semakin bertambahnya temperatur pada zat cair akan menyebabkan turunnya viskositas dari zat tersebut. Viskositas dihitung melalui persamaan: (4) Dimana µ melambangkan viskositas (kg/m.s, g/cm.s, Pa.s), adalah shear stress (N/m2 atau Pa) dan adalah gradient kecepatan dengan satuan (m/s)/m. f) Kinematic Viscosity (v) Viskositas kinematik merupakan rasio dari viskositas dinamis suatu fluida dengan massa jenis dari fluida tersebut, yang menghasilkan suatu angka yang tidak melibatkan gaya (tidak mengandung satuan gaya). (5) II.2. Jenis Aliran Fluida Berdasarkan kecepatan dari pergerakannya, jenis aliran fluida dibagi menjadi 3, yaitu laminar, transisi/transient dan turbulent. Aliran laminer merupakan aliran yang paling sederhana dan lambat. Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair bergerak teratur mengikuti lintasan yang saling sejajar sehingga akan terlihat berlapis-lapis, dan fluida terlihat bergerak secara sliding relatif terhadap lapisan didekatnya.. Aliran laminer lebih mudah terjadi bila kecepatan aliran relatif kecil sedangkan viskositas cairan besar dan pengaruh kekentalan cukup dominan dibandingkan dengan kecepatan aliran, sehingga 9

10 partikel-partikel zat cair akan bergerak teratur menurut lintasan lurus. Secara matematis aliran laminer akan terjadi bila perbandingan momentum dan viskositas, atau yang lebih dikenal dengan bilangan Reynold (Re) dibawah Aliran laminar tidak dipengaruhi oleh bidang batas atau kekasaran dinding. Bila kecepatan aliran diperbesar, gerakan partikel fluida semakin tidak teratur, sehingga terjadi pusaran-pusaran arus (eddy current). Aliran dimana eddy current ini terjadi disebut aliran turbulen, dengan bilangan Reynold diatas Turbulensi sendiri memiliki pengertian sebagai gerak partikel fluidaq yang tidak teratur dan sembarang yang ditimbulkan oleh gaya-gaya viskos dan gerak lapis zat cair yang berdampingan pada kecepatan berbeda. Sedangkan aliran yang memiliki bilangan Reynold antara 2300 hingga 4000 merupakan aliran transisi/transient, yang merupakan fase diantara laminar dan turbulen. Gambar 1. Aliran fluida (Sumber: II.3. Gradien Kecepatan Pada gambar berikut, digambarkan dua buah plat (dengan luas A) yang berjarak Y, dan diantaranya terdapat fluida. Plat bawah dibuat diam, sedangkan plat atas ditarik oleh gaya F sehingga bergerak dengan kecepatan u. Adanya gaya kohesi menyebabkan fluida bergerak searah dengan F. Apabila jarak y cukup kecil, fluida seakan bergerak secara berlapis-lapis dengan kecepatan berbeda atau dikatakan terdapat gradien kecepatan, dimana gradien tersebur merupakan perbedaan kecepatan dari partikel-partikel dalam fluida. 10

11 u F A Gambar 2. Fenomena aliran fluida diantara 2 plat paralel (Sumber: Modul Praktikum UOB Teknologi Bioproses FTUI 2015) Dari eksperimen didapatkan bahwa: (6) Apabila disubstitusi dengan gradien kecepatan, maka: (7) Dimana τ adalah tegangan geser (shear stress). Hubungan antara τ dan menunjukkan sifat reologi fluida seperti terlihat pada ilustrasi berikut: Gambar 3. Ilustrasi hubungan tegangan dengan gradient kecepatan (Sumber: Modul Praktikum UOB Teknologi Bioproses FTUI 2015) Hubungan yang paling sederhana ditunjukkan oleh kurva A. Fluida yang mengikuti kurva A disebut Newtonian fluids, yang memenuhi persamaan: (8) Fluida yang tidak mengikuti kurva A disebut Non-Newtonian Fluid. Non- Newtonian Fluid memiliki tiga sub, yaitu: a) Fluida dimana tegangan geser ( ) hanya tergantung pada gradien kecepatan saja, dan walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradien kecepatan tidak linier, namun tidak tergantung pada waktu setelah fluida menggeser. 11

12 b) Fluida dimana tegangan geser ( ) tidak hanya tergantung pada gradient kecepatan tetapi tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya. c) Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat pada elastic dan fluida viscous. II.4. Bilangan Reynold Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang merupakan rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskositas (μ/l) dan mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan Reynolds digunakan untuk mengidentikasikan apakah suatu jenis aliran tersebut laminar, transisi atau turbulen. (9) dimana, Re = bilangan Reynold d = diameter pipa (m) v = flowrate (m/s) = densitas fluida (kg/m 3 ) = viskositas absolut (kg/m.s) Jika nilai dari bilangan Reynold di bawah maka aliran dalam keadaan laminar. Bilangan Reynold antara sampai dengan menunjukkan aliran dalam keadaan transisi, dan bilangan Reynold di atas menunjukkan aliran dalam keadaan turbulen. II.5. Energi Fluida Pada fluida mengalir terdapat tiga bentuk energi : 1. Energi Potensial: energi yang dimiliki oleh fluida tersebut karena ketinggiannya relatif terhadap datum. 2. Energi Kinetik : energi yang dimiliki oleh fluida tersebut karena kecepatannya. 3. Energi tekanan : energi yang dimiliki oleh fluida tersebut karena dalam keadaan bertekanan. 12

13 Pada fluida yang mengalir akan terdapat kehilangan energi yang disebabkan oleh gesekan. Hubungan antara energi-energi di atas dapat membentuk persamaan energi mekanik. II.6. Heat Loss karena Friksi Fluida yang mengalir akan selalu mendapatkan tahanan yang disebabkan oleh friksi antara partikel-partikel fluida maupun friksi antara partikel fluida dengan permukaan saluran. Friksi merupakan kerugian energi mekanik sehingga tekanan di downstream menjadi berkurang. Parameter-parameter yang berhubungan dengan faktor friksi adalah : 1. Diameter pipa 2. Kecepatan rata-rata fluida 3. Densitas fluida 4. Viskositas fluida 5. Kekasaran pipa 6. Pemanasan akibat friksi per unit massa Besarnya kehilangan energi karena friksi menurut persamaan Darcy-Weisbach adalah sebagai berikut : (10) di mana: f = friction factor (blasius-darcy friction factor) L = panjang pipa (m) D = diameter dalam pipa (m) V = flowrate (m 3 /s) gc = konstanta konversi II.7. Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold Hagen-poiseuille melalui eksperimennya mengenai aliran laminer pada pipa menemukan hubungan sebagai berikut: (11) Bila persamaan dapat disusun kembali sebagai berikut : 13

14 (12) (13) Persamaan diatas menunjukkan hubungan linier antara f dan Re pada aliran laminer yang berlaku untuk Re dibawah Pada dasarnya kehilangan energi pada aliran laminer hanya disebabkan oleh viscous drag saja, sedangkan pada aliran turbulen disebabkan oleh gerakan turbulen dari arus eddy. Oleh karena itu friction factor untuk aliran turbulen di samping bergantung pada Re juga pada kekasaran permukaan pipa. (14) ε/d adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan dalam dinding pipa dibagi diameter dalam pipa. Hubungan antara f dengan Re dan ε/d dapat diperoleh dari chart standard yang disebut Friction Factor Chart. Gambar 4. Grafik faktor friksi (Sumber: White, Frank. M. Fluid Mechanics. Mc Graw Hill.) II.8. Profil Kecepatan Aliran Pada aliran dalam pipa, partikel-partikel fluida bergerak dengan kecepatan yang berbeda. Partikel yang berada pada dinding pipa mempunyai kecepatan nol, sedangkan partikel yang berada pada sumbu pipa mempunyai kecepatan maksimum. Hal ini 14

15 disebabkan karena perubahan momentum dan gesekan-gesekan yang terjadi antar lapisan. Untuk aliran laminar, lapisan-lapisan fluida terdapat dari dinding pipa sampai sumbu pipa (center line) sehingga profil kecepatan partikel-partikel fluida berbentuk parabola, seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 5. Profil kecepatan fluida pada aliran laminer (Sumber: Modul Praktikum UOB Teknologi Bioproses FTUI 2015) Semakin besar bilangan Reynold, momentum yang berpindah antar lapisan fluida semakin besar kenaikan bilangan Reynold sampai melewati batas kritisnya akan menyebabkan aliran menjadi turbulen dan terjadi dua regional aliran, yaitu daerah laminar dekat dinding pipa dan daerah turbulen mulai dari batas daerah aliran laminar sampai sumbu pipa. Akibatnya profil aliran tidak parabola lagi, sebagaimana yang diilustrasikan pada gambar di bawah. Gambar 6. Profil Kecepatan fluida pada aliran turbulen (Sumber: Modul Praktikum UOB Teknologi Bioproses FTUI 2015) Daerah laminar akan semakin tipis seiring dengan kenaikan bilangan Reynold dan semakin tidak memiliki pengaruh dibandingkan dengan kekasaran dinding pipa, sehingga efek kekasaran dinding pipa semakin dirasakan oleh aliran. Hal inilah yang menyebabkan faktor friksi pada aliran laminar hanya bergantung pada bilangan Reynold dan bergeser semakin bergantung pada kekesaran dinding pipa untuk aliran turbulen. II.9. Heat Loss padafitting Kehilangan energi pada fitting secara umum dapat digambarkan dengan persamaan: (15) 15

16 (16) di mana : Le = panjang ekivalen dari fitting Sehingga Le (17) (18) II.10. Pengukuran Aliran Pengukuran aliran bertujuan untuk mengukur kapasitas aliran, volume aliran, kecepatan aliran, massa laju aliran. Penurunan tekanan, debit, turbulensi, viskositas kecepatan, dan gradient kecepatan termasuk dalam pengukuran aliran fluida. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih alat ukur untuk aliran fluida ialah ketelitian, kemudahan pembacaan, kemampuan pengukuran, kesederhanaan, harga, dan keawetan alat ukur. Pengukuran aliran dapat dibagi mejadi 3, yaitu 1. Pengukuran Kuantitaas Pengukuran kuantitas merupakan pengukuran debit secara langsung yang terdiri atas penentuan volume atau berat fluida yang melewati suatu penampan dalam suatu selang waktu tertentu. Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut : a. Pengukur gravimetri atau pengukuran berat b. Pengukur volumetri untuk cairan c. Pengukur volumetri untuk gas 2. Pengukuran Laju Aliran Pengukuran laju aliran digunakan untuk mengukur kecepatan cairan atau gas yang mengalir melalui pipa. 3. Pengukuran Metoda Diferensial Tekanan Pengukuran tekanan diferensial merupakan jenis pengukur aliran yang paling luas digunakan. Perbedaan tekanan akan didapatkan pada suatu pipa dengan cara mengatur luas penampang pipa pada kedua ujungnya berbeda. Metoda pengukuran aliran fluida pada suatu pipa ini dapat dilakukan berdasarkan Hukum Bernoulli, dimana Hukum 16

17 Bernoulli menyatakan hubungan tekanan fluida yang mengalir pada suatu pipa adalah sebagai berikut : (19) dimana: P = tekanan fluida ρ = masa jenis fluida v = kecepatan fulida g = gravitasi bumi h = tinggi fluida (elevasi) Pada prinsipnya apabila fluida bergerak melewati pipa yang seragam dengan kecepatan rendah, maka gerakan partikel masing-masing umumnya sejajar disepanjang garis dinding pipa. Jika laju aliran meningkat, titik puncak dicapai apabila gerakan partikel menjadi lebih acak dan kompleks. Cara-cara yang digunakan untuk mengkur aliran dengan metode diferensial tekanan ialah menggunakan pipa venturi, pipa pitot, orifice plat (lubang sempit), turbine flow meter, rotameter, cara thermal, menggunakan bahan radio aktif, elektromagnetik, ultra sonic Alat yang digunakan untuk mengukur alirandisebut flowmeter. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat ukur aliran adalah fasa fluida yang mengalir (gas, liquid, steam, etc.), kondisi aliran (clean, dirty, viscous, abrasive, open channel), kesesuaian fasa fluid dan teknologi flowmeter, ukuran pipa atau saluran dan kecepatan aliran, sifat-sifat fluida, kondisi lingkungan, posisi flowmeter termasuk penurunan tekanan maksimum yang diijinkan Pada teori ini, jenis alat ukur yang akan dibahas adalah orifice flowmeter dan venturi flowmeter karena kedua alat ini yang digunakan selama percobaan. Orifice flowmeter dan venturi flowmeter adalah pengukur aliran fluida yang menggunakan prinsip mekanika fluida dan memiliki prinsip kerja yang sama. Prinsip kerja dari orifice flowmeter dan venturi flowmeter yaitu bila aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini. Jika laju aliran yang diberikan pada alat ini makin besar maka beda tekanan akan menjadi lebih besar pula. 17

18 II Orrifice Flowmeter Orifice flowmeter mengukur laju aliran menggunakan prinsip dasar timbulnya perbedaan tekanan pada fluida yang mengalir karena adanya suatu penyempitan Terdapat 3 jenis dari orifice yaitu concentric orifice, eccentric orifice, segmental orifice. Jenis concentric orifice lebih popular karena konstruksinya lebih sederhana dan mudah dibuat. Jenis isi dapat dipergunakan untuk semua jenis fluida yang tidak mengandung partikel partikel padat. Gambar 7. Flat jenis concentric orifice (Sumber : Tipe yang kedua yaitu Eccentric orifice memiliki potongan lubang pembatas secara eccentric sehingga mencapai bagian dasar pipa. Jenis ini khusus untuk fluida yang mengandung partikel partikel padat. Gambar 8. Flat jenis eccentric orifice (Sumber : Jenis yang ketiga, segmental orifice digunakan untuk mengukur laju lairan yang mengandung padatan, sama seperti jenis eccentric orifice hanya saja kalau jenis eccentric berbentuk lingkaran yang berada di bawah atau dekat dasar pipa, sedangkan jenis segmental berlubang setengah lingkaran. 18

19 Gambar 9. Flat jenis segmental orifice (Sumber : Gambar ilustrasi untuk orifice terdapat pada gambar dibawah ini Gambar 10. Ilustrasi orifice (Sumber : Peralatan ini terdiri dari plat yang dilubangi dan dikerjakan dengan mesin secara teliti, dan dipasang di antara dua flens sehingga lubang tersebut konsentrik dengan pipa tempat memasangnya. Lubang plat itu dapat dibuat miring ke sisi hilir. Penyadap tekanan, satu di hulu dan satu di hilir orifice tersebut dipasang dan dihubungkan dengan manometer atau peralatan pengukuran tekanan lainnya. Posisi lubang sadap dapat dipasang sembarang, dan koefisien meteran tersebut bergantung pada letak lubang sadap itu. Prinsip meteran orifice identik dengan prinsip venture. Penurunan penampang arus aliran melalui orifice menyebabkan tinggi-tekan kecepatan meningkat tetapi tinggi tekan tekanan menurun, dan penurunan tekanan antara kedua titik sadap diukur dengan manometer. 19

20 Standar-standar rancang yang terperinci sudah tersedia secara luas di dalam literature, yang harus diikuti dengan ketat agar kerja meteran tersebut dapat diramalkan dengan teliti tanpda kalibrasi. Tetapi sebagai pendekaran, persamaan di bawah ini cukupmemadai untuk digunakan. di mana: u o u o C o 4 1 2g c pa p : kecepatan melalui orifice (m/s) : rasio diameter orifice terhadap diameter pipa p a, p b : tekanan pada bagian a dan b C o b (20) : koefisien orifice Pada persamaan diatas, C o adalah koefisien orifice tanpa termasuk kecepatan datang. Koefisien ini memberikan koreksi atas kontraksi jet fluida antara orifice dan vena-kontrakta, juga terhadap gesekan dan terhadap a dan b. C o selalu ditentukan dari percobaan. Nilainya cukup bervariasi sesuai dengan perubahan dan angka Reynold pada orifice, N Re,o. Angka Reynolds tersebut didefinisikan sebagai di mana: D o N Re,o N Re, o Do. uo. 4m (21). D. : diameter orifice : angka Reynold pada orifice Pada perancangan, C o hampir konstan dan tidak bergantung pada selama N Re,o > Pada kondisi ini, C o dapat dianggap 0,61 untuk lokasi sadap di lens o maupun di vena kontrakta. Terlebih lagi, jika <0,25 maka bernilai 1, sehingga persamaan 26 menjadi u o 4 1 2g c pa pb 0,61 (22) dapat dianggap Laju aliran massa dapat ditulis: m u S,61. S 2g ( p p ) o o 0 o c a b (23) dimanas o : luas penampang orifice 20

21 ` S o D 2 a So 2 a D D a 2 2 a / 4 D D 2 o 4 D 2 a (24) dan dengan mensubstitusikan persamaan diatas diperoleh 2 0,61D a 2 4m 2g c p a p b (25) Pemeriksaan atas nilai angka Reynolds menunjukkan bahwa nilai koefisien 0,61 tidak teliti bila N Re,o < Dalam system orifice ini penting sekali adanya bagian pipa lurus di bagian hulu dan bagian hilir orifice untuk menjamin agar pole aliran yang normal dan tidak terganggu oleh perlengkapan sambung pipa, katup, dan peralatan lain. Sebab, jika tidak, distribusi kecepatan akan menjadi tidak normal, dan koefisien orifice akan terganggu dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Mengenai penjang minimum bagian pipa lurus ini, yang harus terdapat pada bagian hulu dan bagian hilir orifice untuk mendapatkan distribusi kecepatan yang normal, sudah tersedia datanya. Terkadang, jika panjang pipa lurus tidak mencukupi, maka di bagian hulu dipasang sudut-sudut pelurus. II Venturi Flowmeter Venturi merupakan gabungan dari converging tube dan diverging tube. Pada converging tube, pressure head diubah menjadi velocity head. Setelah melewati throat, velocity head kemabli diubah menjadi pressure head. Pada inlet dan throat dipasang manometer untuk mengukur perbedaan tekanan, karena ada hubungan antara perbedaan tekanan dan flowrate, maka flowrate dapat dihitung bila perbedaan tekanan diketahui. Persamaan karakteristik venturi flowmeter dapat diturunkan dari persamaan Bernoulli dan persamaan kontinuitas untuk tabung venturi yang dipasang horizontal, persaman karakteritiknya dapat ditulis sebagai berikut: (26) di mana : A : Area kerongkongan venturi (m 2 ) 21

22 β Da Db Q C : Db/Da : diameter pipa (m) : diameter kerongkongan venturi (m) : Flowrate volume (m 3 /s) : koefisien karakteristik venturi : pressure drop Sedangkan orificemeter adalah suatu pelat yang berlubang di tengahnya yang dipasang di dalam pipa tegak lurus arah aliran. Persamaan karakteristik orificemeter mempunyai bentuk yang sama dengan venturi flowmeter. Gambar 11. Venturi flowmeter (sumber : Untuk melihat bagian bagian dari alat venturi meter terdapat pada gambar dibawah ini Gambar 12. Bagian-bagian venturi flowmeter (Sumber: Keterangan Gambar : A : bagian masuk B : bagian leher C : bagian keluar E : lubang ke ruang piezometer F : lubang sadap tekanan hulu H : pelapis 22

23 D, G : ruang piezometer I : lubang sadap tekanan hilir Dalam meteran venturi, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya berkurang di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu lalu dimanfaatkan, sebagaimana diuraikan di bawah nanti, untuk mengukur laju aliran melalui instrumen itu. Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan sebagian besar tekanan awalnya kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan tekanan itu besar, sudut kerucut hilir C dibuat kecil, sehingga pemisahan lapisan-batas dapat dicegah dan gesekan pun minimum. Oleh karena pada bagian yang penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekannyapun di sini kecil. Dengan demikian ruang dan bahanpun dapat dihemat. Walaupun meteran venture dapat digunakan juga untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan untuk mengukur zat cair, terutama air, pengolahan di bawah ini terbatas pada fluida incompressible. Persamaan dasar untuk meteran venturi diperoleh dengan menuliskan kembali persamaan Bernoulli untuk fluida incompressible antara kedua station tekanan pada F dan I. Kerja Injeksi + Energi Potensial + Energi Kinetik + Kerja + Energi friksi = 0 Gesekan dapat diabaikan, dan meteran itu diandaikan terpasang horisontal dan tidak ada pompa sehingga :. V b 2 b. V a 2 a 2g c pa p V a, V b : kecepatan rata-rata fluida pada station a dan station b (ft/sec ; m/sec) c : faktor koreksi energi kinetik pada stasion a, dan station b : densitas (lb/ft 3 ; kg/m 3 ) g c : faktor proporsional hukum Newton = 32,174 ft-lb/lb f -sec 2 p a, p b : tekanan pada station a dan station b (lbf/ft 2 ; atm) Persamaan kontinuitas untuk aliran yang melalui saluran berpenampang bundar : b (27) av V b a b D D b a 2 (28) di mana: 23

24 D a, D b : diameter saluran pada stasion a (hulu) dan station b (hilir), karena a = b maka D b 2 V a Vb. D a mana : D a : diameter pipa D b : diameter leher meteran (m) : rasio diameter (D b /D a ) Dengan mensubstitusi persamaan (28) ke persamaan (27) diperoleh : V b 2 4 b 1 a V b 2g c pa p b (29) di (30) II.11. Pipa, Valve, dan Pompa Selama percobaan ini terdapat 3 instrumen lain yang penting selain alat pengukur laju alir yaitu pipa, valve dan pompa. Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju aliran fluida, adapula valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida terjadi pada satu arah saja. Pemindahan fluida melalui pipa, peralatan, atau udara terbuka dilakukan dengan pompa, kipas, blower, dan kompresor. Alat-alat tersebut berfungsi meningkatkan energi mekanik fluida. Tambahan energi itu lalu digunakan untuk meningkatkan kecepatan, tekanan, atau elevasi fluida. Metoda yang umum untuk penambahan energi tersebut adalah dengan positive displacement dan aksi sentrifugal yang diberikan dengan gaya dariluar. Kedua metoda tersebut menyebabkan ada 2 jenis utama peralatan pemindah fluida, yaitu menggunakan tekanan langsung pada fluida dan menggunkaan momen puntir untuk membangkitkan rotasi. Pompa digunakan untuk mengalirkan fluida (umumnya cair) dari satu unit operasi ke unit operasi yang lain. Fluida mengalir akibat terjadinya perpindahan energi. Driving force yang umum digunakan untuk mengalirkan fluida adalah gravitasi, displacement, gaya sentrifugal, gaya elektromagnetik, perpindahan momentum, impuls mekanik, atau kombinasinya. Saat ini, yang paling umum diaplikasikan adalah gaya sentrifugal dan gravitasi. 24

25 Ada 2 kelompok utama pompa: Gambar 13. Positive Displacement Pump (sumber : gifsgallery.com) a. Positive Displacement Pump Pada pompa jenis ini, volume tertentu zat cair terperangkap di dalam satu ruang yang berganti-ganti diisi melalui pemasuk dan dikosongkan pada tekanan yang lebih tinggi melalui pembuang. Ada 2 jenis positive displacement pump. Pada reciprocating pump ruang tersebut adalah silinder stasioner yang berisi piston atau plunger. Pada pompa putar ruangnya bergerak dari pemasuk sampai pembuang dan masuk lagi ke inlet. b. Pompa Sentrifugal Gambar 14. Pompa Sentrifugal (sumber : artikel-teknologi.com) Pada jenis pompa ini energi mekanik zat cair ditingkatkan dengan aksi sentrifugal. Pompa ini paling banyak digunakan dipabrik.pada pompa, densitas fluida konstan dan besar. Perbedaan tekanan biasanya cukup besar dan konstruksinya harus kuat. Pompa dipasang untuk memberikan energi yang diperlukan untuk menarik zat cair dari sumber dan membuatnya mengalir dengan laju alir volumetrik yang konstan pada waktu keluar pada ketinggian tertentu di atas pompa. 25

26 Pada pompa zat cair masuk melalui sambuangan isap dan keluar melalui sambungan buangan. Persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk kedua titik tersebut. Gesekan hanya terjadi pada dinding pompa sendiri, dan dapat dihitung dalam efisiensi mekanik η dan hf = 0. Dengan penyederhanaan tersebut, persamaan Bernoulli menjadi: (31) Jumlah dalam kurung disebut total head dan ditandai dengan H (32) Jumlah kerja yang dihasilkan oleh pompa bergantung pada kapasitas dan head. Kapasitas adalah laju alir massa atau volume fluida yang dialirkan, sedangkan head adalah perbedaan total tekanan masuk dan keluar alat, yang biasanya dinyatakan dalam tinggi kolom fluida dalam kondisi adiabatic Kerja yang Dihasilkan oleh Pompa Dalam menentukan performa pompa, salah satu variabel yang perlu dihitung adalah output daya, yang merupakan fungsi dari total dynamic head dan massa cairan yang dipompa pada rentang waktu tertentu. Daya tersebut dinyatakan dalam kilowatt (kw) untuk satuan SI, dan horsepower (hp) untuk satuan US. Friksi atau kebocoran menyebabkan adanya daya yang hilang di dalam pompa, akibatnya input daya ke dalam pompa lebih besar dari daya keluarannya. Efisiensi kerja pompa dinyatakan sebagai berikut : Efisiensi pompa = (daya output) / (daya input) (33 26

27 BAB III HASIL PERCOBAAN III.1. Alat dan Bahan Bahan: Fluida (air) Skema peralatan: Keterangan: Aliran biru = aliran fluida dalam pipa melewati manometer Valve merah = valve yang dibuka Gambar 13. Skema aliran fluida (Sumber: Valve kuning = valve yang bukaannya divariasikan Valve oranye = valve yang dibuka sedikit sekali Tabel 1. Keterangan peralatan 1 Storage tank v.4 Gate valve aliran yang menuju orifice 2 Pompa v.5 Gate valve display flow box 3 Display box v.6 Gate valve aliran dari orifice 4 Orifice meter v.7 Gate valve aliran menuju storage tank 5 Venturi meter v.8 Gate valve pipa 4 v.1 Upstream valve 1 v.9 Gate valve pipa 5 v.2 Upstream valve 2 v.10 Upstream valve 4 v.3 Upstream valve 3 v.11 Gate valve untuk menghitung debit air 27

28 III.2. Percobaan III.2.1 Kalibrasi Sight Gauge III Tujuan Khusus 1. Mengetahui apakah skala sight gauge pada tangki sudah sesuai dengan ukuran standar (volume gelas ukur). III Prosedur Percobaan 1. Memastikan tersedia cukup air pada tangki dan semua valve tertutup (memutar maksimal ke kanan untuk menutup, dan sebaliknya untuk membuka). 2. Membuka valve 1 (v1), valve 2 (v2), valve 3 (v3), valve 6 (v6), valve 8 (v8), dan valve 11 (v11). 3. Menyalakan pompa dan menunggu sampai aliran air yang keluar dari pipa v11 stabil. 4. Menampung air yang keluar dengan menggunakan gelas ukur 2 L dan mencatat nilai terukur pada gelas ukur untuk setiap penurunan 1 L pada sight gauge tangki. III Data Pengamatan Tabel 2. Data Pengamatan Kalibrasi Sight Gauge No Volume Awal pada Volume Akhir pada Volume Terukur pada Tangki (L) Tangki (L) Gelas Ukur (L) , , , , , , , , , , ,98 28

29 III Pengolahan Data Pada pengolahan data dicari akumulasi penurunan volume pada tangki dan akumulasi volume terukur pada gelas ukur Tabel 3. Pengolahan Data Kalibrasi Sight Gauge No Akumulasi Penurunan Volume pada Tangki (L) Akumulasi Volume Terukur pada Gelas Ukur (L) 1 1 0, , , , , , , , , ,11 Data tersebut kemudian diplot ke dalam grafik dengan akumulasi penurunan volume pada tangki sebagai sumbu x dan akumulasi volume terukur pada gelas ukur sebagai sumbu y 29

30 Grafik 1.Grafik kalibrasi sight gauge Berdasarkan grafik di atas, diketahui persamaan garis dan faktor koreksi dari percobaan kalibrasi adalah y = 1,0181x - 0,0867 III Karakteristik Orifice Flowmeter III Tujuan Khusus 1. Mendapatkan kurva kalibrasi orifice flowmeter dan persamaannya (hubungan laju alir dan pressure drop). 2. Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) rata-rata dari orifice flowmeter yang digunakan. III Prosedur Percobaan 1. Memastikan tersedia cukup air pada tangki dan semua valve tertutup. 2. Membuka valve 1 (v1), valve 2 (v2), valve 3 (v3), valve 6 (v6), valve 8 (v8), dan valve 11 (v11). 3. Menyambung manometer pada tap pressure 40 dan 41 untuk mengukur perbedan tekanannya. 4. Menjalankan pompa dan menggunakan valve 3 (v3) untuk mengatur air yang keluar melalui pipa ke orifice. 5. Membuka valve 3 perlahan-lahan hingga aliran air yang keluar dari pipa v11 telah stabil. 30

31 6. Mengukur aliran yang melalui orifice (terbaca pada manometer), jumlah air yang keluar dari tangki (aliran air yang keluar dari pipa v11) dalam waktu 15 detik, dan mencatat perbedaannya. 7. Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate dengan mengubah bukaan valve 8, seraya memastikan isi tangki tetap memadai untuk setiap bukaan. III Data Pengamatan Tabel 4. Data Pengamatan Orifice Flowmeter Bukaan V awal V akhir ΔV data Ah orifice (m) T (detik) ,1 0,9 0, ,6 37,2 1,4 0, ,3 1,7 0, ,7 2,3 0, ,7 25 2,7 0, ,5 20,2 3,3 0, ,4 3,6 0, ,6 15,5 4,1 0, ,7 4,3 0, ,1 14,2 4,9 0,

32 III Pengolahan Data Tabel 5. Pengolahan Data Orifice Flowmeter Δv ΔV ΔV Ah orifice T (Ah kalibrasi Q ΔP Co Re data kalibrasi (m) (detik) orifice)^0,5 (m^3) 0,9 0,830 8,2 x , ,5 x , ,804 0,173 1,4 1,339 1,3 x , ,9 x , ,679 0,265 1,7 1,644 1,6 x , ,09 x , ,604 0,300 2,3 2,255 2,2 x , ,5 x , ,455 0,332 2,7 2,662 2,6 x , ,7 x , ,355 0,346 3,3 3,273 3,2 x , ,1 x , ,205 0,346 3,6 3,578 3,5 x , ,3 x , ,130 0,361 4,1 4,088 4,08 x , ,7 x , ,006 0,374 4,3 4,291 4,2 x , ,8 x , ,956 0,374 4,9 4,902 4,9 x , ,2 x , ,806 0, Memperoleh nilai ΔV kalibrasi (dm3) dengan menggunakan persamaan dari kalibrasi sight gage y = 1,0181x - 0,0867 dengan memasukkan nilai V data ke persamaan tersebut 2. Mengkonversi V kalibrasi dedalam satuan m 3 3. Mencari nilai Q 4. Menghitung nilai Y = m x 32

33 Q 0, ,0003 0, ,0002 0, ,0001 0,00005 y = 0,0012x - 0,0002 R² = 0, ,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 Ah Orifice Q Linear (Q) Grafik 2. Grafik Q terhadap Ah Orifice Dari grafik diatas didapatkan hubungan Q terhadap melalui persamaan y = 0,0012x 0,0002 dengan nilai R 2 = 0, Mencari nilai ΔP melalui 6. Mencari nilai C o Menghitung nilai koefisien karakteristik (faktor koreksi) rata-rata orifice dengan persamaan, Menghitung luas area kerongkongan orifice (A) dengan menggunakan persamaan, 33

34 Co A = 1, m 2 D out = 1,025 inch = 0, m Din = 0,625 inch = 0, m 0,120 0,100 y = 338,63x + 7E-17 R² = 1 0,080 0,060 0,040 Co Linear (Co) 0,020 0, , ,0001 0, ,0002 0, ,0003 0,00035 Q Grafik 3. Grafik Q terhadap Co Dari grafik diatas didapatkan hubungan Q terhadap Co melalui persamaan y = 338,63x dengan nilai R 2 = 1 7. Mencari nilai Re = 1000 kg/m3 = 0,001 g = 9,8 m/s2 Panjang pipa 1,52 m 34

35 Grafik 4. Grafik Co terhadap Re Dari grafik diatas didapatkan hubungan Co terhadap Re melalui persamaan y = x dengan nilai R 2 = 1 8. Kemudian dapat dicari nilai Co rata-rata dengan menggunakan slope dari grafik hubungan Q dan Δh yaitu y = 0,0012x - 0,0002. Maka nilai koefisien karakteristik rata-rata dari orifice adalah (satuan A dalam cm 2, satuan g dalam m/s 2 ) = 0,47 III Karakteristik Venturi Flowmeter III Tujuan Khusus 1. Mendapatkan kurva kalibrasi venturi flowmeter dan persamaannya (hubungan laju alir dan pressure drop). 2. Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) rata-rata dari venturi sebagai faktor koreksi terhadap friksi kemudian membandingkan keduanya. III Prosedur Percobaan 1. Membuka valve 1 (v1), valve 2 (v2), valve 3 (v3), valve 6 (v6), dan valve 8 (v8) serta menutup valve lainnya. 2. Menggunakan valve 3 (v3) untuk mengatur aliran air yang keluar ke venturi. 3. Menyalakan pompa dan memastikan aliran total tidak terlalu kecil. 35

36 4. Memasang dua selang manometer pada venturi dan orifice (tap pressure 38-39) untuk mengukur perbedaan tekanan. 5. Mencatat perbedaan ketinggian yang nampak pada manometer venturi maupun orifice setelah 30 detik pengaturan aliran, hingga diperoleh data perubahan dengan inkremen yang sama (minimal 10 data). III Data Pengamatan Tabel 6. Data pengamatan karakteristik venturi flowmeter Volume Sight Gage (m3) ΔH Orfice ΔH Orfice^0,5 V Awal V Akhir ΔV data (mh2o) (mh2o)

37 III Pengolahan Data Tabel 7. Pengolahan data karakteristik venturi flowmeter ΔH ΔH Volume Sight Gage (m3) Orfice Orfice^0,5 V V ΔV (mh2o) (mh2o) Awal Akhir data 0,0448 0,0445 0,0003 0,14 0,374 0,0445 0,0442 0,0003 0,15 0,387 0,0423 0,0397 0,0026 0,16 0,400 0,0368 0,0332 0,0036 0,17 0,412 0,0303 0,0272 0,0031 0,2 0,447 Q Co ΔH Bukaan ΔH Venturi Valve Venturi^0,5 (mh2o) (o) ΔP Cv 2,48 x 0,084 0,19 0, , ,64 x 0,090 0,2 0, , ,8 x ,095 0,21 0, ,095 2,9 x 0,100 0,22 0, , ,3 x ,114 0,23 0, ,114 0,025 0,0219 0,0031 0,22 0,469 0,0197 0,0167 0,003 0,22 0,469 0,0154 0,0122 0,0032 0,23 0,480 0,011 0,0079 0,0031 0,24 0,490 3,6 x ,6 x ,7 x ,8 x ,123 0,24 0, ,123 0,123 0,24 0, ,123 0,127 0,25 0, ,127 0,131 0,26 0, , ,0035 0,0029 0,25 0,500 4 x ,135 0,27 0, , Menghitung nilai akar dari ΔH orifice dan ΔH venturi 2. Menghitung nilai laju alir (Q) dengan memasukkan nilai sebagai x pada persamaan yang didapat dari Grafik Q vs yaitu dengan persamaan y = 0,0012x - 0, Kemudian hubungan antara debit air yang keluar dengan ΔH venturi dapat diperoleh dengan grafik Q vs 37

38 Q Sehingga didapatkan grafik berikut, Y = m x 0, ,0004 0, ,0003 y = 0,002x - 0,0006 R² = 0,9718 Grafik Q terhadap h venturi 0, ,0002 0,400 0,450 0,500 0,550 h Venturi Linear (Grafik Q terhadap h venturi) Grafik 5. Grafik Q terhadap h Venturi Persamaan yang didapat adalah y = 0,0002x - 0,0006 dengan gradien 0, Mencari nilai koefisien karakteristik orifice (Co) dengan persamaan, Sehingga dapat diketahui Co untuk masing-masing data. 5. Mencari nilai koefisien karakteristik orifice keseluruhan dengan persamaan, Co = 0,470 38

39 6. Menghitung coefficient discharge venturi (Cv) untuk semua aliran dengan persamaan, Q=A v Dengan diketahui, A/So = 1,978 x 10-4 m2 = 0,61 dan menggunakan rumus p = venturi untuk mencari data perbedaan tekanannya dalam satuan Pa. Kemudian untuk mencari Cv untuk masing-masing data, digunakan rumus Hasil tersebut kemudian diplot ke dalam grafik Cv vs Q, Grafik 6. Grafik Cv terhadap Q Persamaan yang didapat adalah y = 1454,8x + 0,279 dengan gradien 0, Kemudian plot juga grafik Co terhadap Cv 39

40 Grafik 7. Grafik Co terhadap Cv Persamaan yang didapat adalah y = 0,2303x 0,0629 dengan gradien 0, M encari nilai koefisien karakteristik orifice keseluruhan dengan persamaan III Jenis Aliran III Tujuan Khusus 1. Mengetahui pola dan karakteristik aliran laminar, transisi, dan turbulen, serta mengetahui nilai laju alir terjadinya pola aliran tersebut. III Prosedur Percobaan 1. Memastikan visual box bersih sehingga praktikan mudah melakukan pengamatan pola aliran. 2. Menggunakan venturi sebagai flowmeter dengan memasang manometer pada venturi flowmeter. 40

41 3. Membuka valve 1 (v1), valve 2 (v2), valve 3 (v3), valve 6 (v6), dan valve 8 (v8) serta menutup valve lainnya. 4. Memvariasikan bukaan valve 3 (minimal 10 variasi). 5. Mengamati pola aliran yang terjadi (mendokumentasikannya) dan mencatat nilai ΔHv pada setiap variasinya. III Data Pengamatan Pengamatan data dilakukan dengan memvariasikan bukaan valve 3 dan didapatkan data ΔH Venturi (mh2o) dan kondisi aliran pada visual box Tabel 8. Data pengamatan jenis aliran No Bukaan ΔH Venturi (mh2o) , , , , , , , , , ,23 III Pengolahan Data 1. Menentukan laju alir dengan menggunakkan grafik hubungan Δh venturi vs Q dari percobaan 3 y = 1454,8x - 0,279 41

42 2. Menentukan jenis aliran masing-masing data berdasarkan dokumentasi Laminar atau Turbulen berdasarkan pergerakan fluida dalam visual box 3. Menghitung bilangan Reynolds untuk masing-masing data : Re=DρQ/Aμ (49) Dout = 1,025 inch = 0, m Din = 0,625 inch = 0, m ρ = 1000 kg/m 3 μ = 0,001 g = 9,8 m/s 2 4. Menentukan range flowrate terjadinya bentuk aliran Laminer Re <2000 dan tubulen Re>4000 Tabel 9. Pengolahan data jenis aliran ΔH ΔH Jenis Jenis Venturi Venturi Q Re Aliran Dokumentasi Aliran dari (mh2o) (mh2o) Data Foto 0,09 0, Laminer Laminer 0,1 0,316 3,2 x ,811 Laminer Laminer 0,11 0,332 6,3 x ,324 Turbulen Transisi 0,16 0,400 2 x ,567 Turbulen Turbulen 42

43 0,19 0,436 2,7 x ,458 Turbulen Turbulen 0,2 0,447 2,9 x ,089 Turbulen Turbulen 0,21 0,458 3,1 x ,820 Turbulen Turbulen 0,23 0,480 3,5 x ,910 Turbulen Turbulen 0,23 0,480 3,5 x ,910 Turbulen Turbulen 0,23 0,480 3,5 x ,910 Turbulen Turbulen III Friction Loss III Tujuan Khusus 1. Membandingkan besarnya kehilangan energi karena karena friksi antara data eksperimental dan teoritis pada aliran dalam pipa serta menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya friksi. III Prosedur Percobaan 1. Membuka valve 1 (v1), valve 2 (v2), valve 3 (v3), valve 6 (v6), dan valve 8 (v8), serta menutup valve lainnya. 2. Menghubungkan dua selang manometer pada pipa 1 dan dua lainnya pada orifice. 3. Memvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan valve 3 (v3). 4. Mencatat data Δh pada manometer pipa 1 dan manometer orifice. III Data Pengamatan Berikut adalah data yang diperoleh dari percobaan ini (data perbedaan tekanan pada pipa 1 inci dengan orifice flowmeter dalam bentuk head): 43

44 Tabel 10. Data Pengamatan Percobaan Frictional Loss No. Bukaan Valve (derajat) Δh pipa (m H2O) Δh orifice (m H2O) ,3 0, ,6 0, ,9 0, ,8 0, ,1 0, ,2 0, ,53 0, ,8 0, ,8 0, ,7 0,19 III Pengolahan Data Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk mengolah data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Menghitung nilai Δhorifice 2. Menghitung nilai Q dengan menggunakan persamaan regresi linear dari percobaan kalibrasi orifice: y = 0,0012x 0, Menghitung nilai v dengan membagi Q dengan Apipa. 4. Mencari pressure loss dengan menggunakan Δh pipa (head) dengan rumus: ΔP= ρ.g.δhpipa 5. Menentukan nilai bilangan Reynold dengan menggunakan persamaan: (dengan Ddalam pipa) 44

45 6. Menentukan nilai faktor friksi eksperimen dengan rumus: 7. Menentukan nilai faktor friksi teoritis dengan persamaan Swamee-Jain (bentuk lain persamaan Darcy-Weisbach) (dengan ε = kekasaran ekuivalen pipa = 0,012): Keterangan : Din = 0,625 inch = 0, m Apipa = luas penampang pipa (0, m) ρ = massa jenis air (1000 kg/m 3 ) μ = viskositas air (0,001 Pa. s) g = percepatan gravitasi (9,8 m/s 2 ) L = panjang aliran air melalui sirkuit fluida (1,52 m) 8. Memplot faktor friksi eksperimen dan teoritis terhadap bilangan Reynold. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan berikut adalah tabel pengolahannya: 45

LAPORAN PRAKTIKUM UOP I SIRKUIT FLUIDA

LAPORAN PRAKTIKUM UOP I SIRKUIT FLUIDA LAPORAN PRAKTIKUM UOP I SIRKUIT FLUIDA Kelompok 5K Adinda Sofura Azhariyah (1306370505) I Gede Eka Perdana Putra (1306370676) Prita Tri Wulandari (1300370455) Rayhan Hafidz I. (1306409362) Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA.1 Sifat-Sifat Fluida Fluida merupakan suatu zat yang berupa cairan dan gas. Fluida memiliki beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

I. TUJUAN PRINSIP DASAR

I. TUJUAN PRINSIP DASAR I. TUJUAN 1. Menentukan debit teoritis (Q teoritis ) dari venturimeter dan orificemeter 2. Menentukan nilai koefisien discharge (C d ) dari venturimeter dan orificemeter. II. PRINSIP DASAR Prinsip dasar

Lebih terperinci

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Disusun oleh: Darren Kurnia Paul Victor Dr. Yogi Wibisono Budhi Dr. Irwan Noezar Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015 LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015 MODUL : Aliran Fluida PEMBIMBING : Emmanuella MW,Ir.,MT Praktikum : 8 Maret 2017 Penyerahan : 15 Maret 2017 (Laporan) Oleh : Kelompok : 3 Nama

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

Panduan Praktikum 2012

Panduan Praktikum 2012 Percobaan 4 HEAD LOSS (KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA LURUS) A. Tujuan Percobaan: 1. Mengukur kerugian tekanan (Pv). Mengukur Head Loss (hv) B. Alat-alat yang digunakan 1. Fluid Friction Demonstrator. Stopwatch

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES) 4.1 Pendahuluan Kerugian tekan (headloss) adalah salah satu kerugian yang tidak dapat dihindari pada suatu aliran fluida yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat

BAB II DASAR TEORI. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat BAB II DASAR TEORI II.1. Aliran Fluida Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam

Lebih terperinci

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan ini adalah membuat kurva baku hubungan antara tinggi pelampung dalam rotameter cairan dengan laju alir air dan kurva baku hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Kontributor: Dr. Yogi Wibisono

Lebih terperinci

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja

Lebih terperinci

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification)

Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Klasifikasi Aliran Fluida (Fluids Flow Classification) Didasarkan pada tinjauan tertentu, aliran fluida dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Dalam ulasan ini, fluida yang lebih banyak dibahas

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta FLUIDA DINAMIS Ada tiga persamaan dasar dalam hidraulika, yaitu persamaan kontinuitas energi dan momentum. Untuk aliran mantap dan satu dimensi persamaan energi dapat disederhanakan menjadi persamaan Bernoulli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

Alat ukur aliran sangat diperlukan dalam industri oil, bahan kimia, bahan makanan, air, pengolahan limbah, dll.

Alat ukur aliran sangat diperlukan dalam industri oil, bahan kimia, bahan makanan, air, pengolahan limbah, dll. BAB III. ALAT UKUR ALIRAN FLUIDA LEARNING OUTCOME Bab III ini adalah mahasiswa diharapkan dapat:. memahami jenis dan prinsip kerja alat ukur aliran,. melakukan analisis kuantitatif pada alat ukur aliran

Lebih terperinci

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II BAB II FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS 2.1 Tujuan Pengujian 1. Mengetahui pengaruh factor gesekan aliran dalam berbagai bagian pipa pada bilangan reynold tertentu. 2. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek pada saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id DINAMIKA FLUIDA nurhidayah@unja.ac.id nurhidayah.staff.unja.ac.id Fluida adalah zat alir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengalir. Ada dua jenis aliran fluida : laminar dan turbulensi Aliran laminar

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan pipa tertutup serta tangki sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA Disusun Oleh : Kelompok I (Satu) Hendryanto Sinaga (1507167334) Ryan Tito (1507165761) Sudung Sugiarto Siallagan (1507165728) PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law

PENGUKURAN VISKOSITAS. Review Viskositas 3/20/2013 RINI YULIANINGSIH. Newtonian. Non Newtonian Power Law PENGUKURAN VISKOSITAS RINI YULIANINGSIH Review Viskositas Newtonian Non Newtonian Power Law yz = 0 + k( yz ) n Model Herschel-Bulkley ( yz ) 0.5 = ( 0 ) 0.5 + k( yz ) 0.5 Model Casson Persamaan power law

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng ALIRAN FLUIDA Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Apa yang kalian lihat?? Definisi Fluida Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Andrea Sebastian Ginting 1, M. Syahril Gultom 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT Sarjito, Subroto, Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Tekknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Teori Pengukuran II.1.1. Pengertian Pengukuran Pengukuran adalah proses menetapkan standar untuk setiap besaran yang tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) Mustakim 1), Abd. Syakura 2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen

Lebih terperinci

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2 MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2 Pendidikan S1 Pemintan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Program Studi Imu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

Menghitung Pressure Drop

Menghitung Pressure Drop Menghitung Pressure Drop Jika di dalam sebuah pipa berdiameter dan panjang tertentu mengalir air dengan kecepatan tertentu maka tekanan air yang keluar dari pipa dan debit serta laju aliran massanya bisa

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA 48 ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA Sandi Setya Wibowo 1), Kun Suharno 2), Sri Widodo 3) 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tidar email:sandisetya354@gmail.com

Lebih terperinci

Aliran Fluida. Konsep Dasar

Aliran Fluida. Konsep Dasar Aliran Fluida Aliran fluida dapat diaktegorikan:. Aliran laminar Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa)

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa) Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa) Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo 1996 : 25). Fluida yang

Lebih terperinci

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembang teknologi yang semakin maju, banyak diciptakan peralatan peralatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan III METODOLOGI PENELITIAN A Peralatan dan Bahan Penelitian 1 Alat Untuk melakukan penelitian ini maka dirancang sebuah terowongan angin sistem terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: a Test section

Lebih terperinci

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR Oleh : DEKY PUTRA 04 04 22 013 3 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA Pengenalan Statika Fluida (Hidrostatik) Hidrostatika adalah ilmu yang mempelajari perilaku zat cair dalam keadaan diam. Konsep Tekanan Tekanan : jumlah gaya tiap satuan luas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA KATA PENGANTAR PENYUSUN: Nanang Wahdiat ( ) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA SELATAN

LAPORAN PRAKTIKUM ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA KATA PENGANTAR PENYUSUN: Nanang Wahdiat ( ) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIKUM ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA PENYUSUN: Nanang Wahdiat (4311216186) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA SELATAN 2013 KATA PENGANTAR 1 Atas limpahan taufik dan hidayah Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinematika adalah tinjauan gerak partikel zat cair tanpa memperhatikan gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Kinematika mempelajari kecepatan disetiap titik dalam medan

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP MAKALAH MEKANIKA FLUIDA ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP Disusun Oleh: Nama : Juventus Victor HS NPM : 3331090796 Jurusan Dosen : Teknik Mesin-Reguler B : Yusvardi Yusuf, ST.,MT JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Zat Padat dan Fluida Pertanyaan Apa itu fluida? 1. Cairan 2. Gas 3. Sesuatu yang

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN FLUIDA PENGARUH ELBOW, FITTING, VALVE DAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN DALAM SISTEM PERPIPAAN

ANALISA ALIRAN FLUIDA PENGARUH ELBOW, FITTING, VALVE DAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN DALAM SISTEM PERPIPAAN ANALISA ALIRAN FLUIDA PENGARUH ELBOW, FITTING, VALVE DAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN DALAM SISTEM PERPIPAAN Lisa Yulian Fitriani, Ruly Faizal Teknik Kimia, Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter

Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter Endang Prihastuty 1, Wasiran 2 1,2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN DASAR TEORI.. Kajian Pustaka Sebelumnya pernah dilakukan penelitian sling pump skala laboratorium tipe kerucut dengan variasi kecepatan putaran yaitu 30, 40, dan 50 rpm. Dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Turbin Tesla Turbin Tesla merupakan salah satu turbin yang memanfaatkan energi fluida dan viskositas fluida untuk menggerakkan turbin. Konsep turbin Tesla ditemukan

Lebih terperinci

MODUL 1.02 ALIRAN FLUIDA

MODUL 1.02 ALIRAN FLUIDA MODUL 1.0 ALIRAN FLUIDA Oleh : Indar Kustiningsih, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 008 Modul 1.0 ALIRAN FLUIDA I. Tujuan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI. Flow Meter Berbasis Beda Tekanan Pada peralatan pengukur aliran berbasis perbedaan (penurunan) tekanan, aliran dihitung dengan mengukur pressure drop yang terjadi pada aliran yang

Lebih terperinci