BAB III DAMPAK DARI ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DAMPAK DARI ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI"

Transkripsi

1 65 BAB III DAMPAK DARI ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI A. Peraturan Yang Berkaitan Dengan Alih Fungsi Tanah Pertanian Dalam rangka alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai mengeluarkan peraturan yang menjadi pegangan dalam pelaksanaannya : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Pasal 2 dan pasal 14) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar, bumi, air dan ruang angkasa, termaksuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak menguasai dari Negara memberi wewenang untuk: 73 a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut. b. Menentukan dan mengatur hubungan hubungan hukum antara orang orang dengan bumi, air dan ruang angkasa. c. Mengatur hubungan hukum antara orang dengan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Pemerintah membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan rencana umum tersebut, pemerintah daerah mengatur 73 AP. Parlindungan, Komentar Atas Undang undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, 1983 hal 12 65

2 66 persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkaa untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan daerah masing masing dalam peraturan daerah. 2. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 3, 7 ayat (1) dan (2), 11 ayat (1) dan (2). Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara, termaksud ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya kesehjateraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 3 yang berbunyi : Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskanwawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Pasal 7 yang berbunyi : (1).Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (2). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negaramemberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 11 yang berbunyi :

3 67 (1).Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi: a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota; b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota. (2). Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufmeliputi: a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota; b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah (pasal 1 ayat (1), 3, 4 ayat (3), 7,8, 16. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah diselenggarakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wiilayah Kabupaten / kota. Penggunaan dan pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis. pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai RTRW, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah. Apabila terjadi perubahan RTRW, maka penggunaan dan pemanfaatan tanah mengikuti RTRW yang terakhir. Pasal 7 yang berbunyi :

4 68 (1).Terhadap tanah-tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, penggunaan dan pemanfaatan tanahnya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. (2). Kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan pedoman, standar dan kriteria teknis yang ditetapkan oleh Pemerintah. (3) Pedoman, standar dan kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan lebih lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing. (4) Penggunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat diperluas atau dikembangkan penggunaannya. (5) Pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya. Pasal 8 yang berbunyi : Pemegang hak atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan tanah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah ini sebenarnya sudah sangat mengakomodir segala pemanfaatan dari tanah tersebut. Pemilik hak atas tanah harusnya memahami atau menggunakannya sesuai dengan peruntukan yang ia mohonkan pertama sekali terhadap tanah yang ia miliki. Penggunaan tanah tersebut harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, misalnya peruntukan permohonan tanah tersebut untuk pertanian harusnya dipergunakan untuk pertanian jangan dipergunakan peruntukannya untuk yang lain misalnya perumahan ataupun Industri. Perubahan pemakaian tanah yang tidak sesuai dengan peruntukan permohonan pertama kali akan merubah segala penataan yang telah diatur dan selanjutnya akan mengganggu stabilitas wilayah daerah tersebut.

5 69 4. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan. Dalam UU Nomor 41 tahun 2009 tersebut diamanatkan dalam pasal 18 tentang penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LPPB), yaitu kawasan pertanian pangan berkelanjutan diatur dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota. pasal 44 diterangkan soal alih fungsi lahan yaitu : Lahan yang sudah ditetapkan sebagai LPPB dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. Kalaupun dialihfungsikan, LPPB dapat dialihfungsikan untuk kepentingan umum. Itu pun dengan syarat harus melalui kajian kelayakan strategis, disusun rencana alih fungsi, dibebaskan dari pemilik, dan disediakan lahan pengganti. Tujuan dari undang-undang ini adalah : a. Menjamin tersedianya lahan pangan berkelanjutan. b. Mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. c. Meningkatkan kesehjateraan dan pemberdayaan masyarakat. d. Mencegah alih fungsi lahan pertanian pangan. e. Mendorong pengalihan fungsi lahan non pertanian pangan ke pertanian pangan serta mendorong pembukaan lahan baru pertanian pangan abadi. f. Memperkuat jaringan pengaman sosial ekonomi kerakyatan. g. Memperkuat jaringan penyediaan lapangan kerja produktif. h. Mempertahankan keseimbangan ekologis. i. Mempertahankan multifungsi pertanian.

6 70 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Tujuan dari Peraturan ini adalah : a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman. b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. d. Memberdayakan para pemangku kepentingan. e. Menunjang pembangunan bidang ekonomi, sosial dan budaya. f. Menjamin terwujudnya rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan pemukiman disebutkan bahwa penataan perumahan harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, serta harus dapat mendukung penambahan pendapatan masyarakat dalam bidang ekonomi dan juga kesehjatraan masyarakat. Pembangunan perumahan dan pemukiman yang tidak sesuai dengan peraturan dan perencanaan seperti yang tertuang dalam Undang-undang ini tidak akan memberikan dampak poositif terhadap masyarakat, sebaliknya akan memberikan dampak yang buruk, seperti akan berdampak pada kumuhnya pemukiman masyarakat.

7 71 6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Pasal 2 mengatakan Tujuan dari Penataan ruang wilayah nasional bertujuan agar keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten / kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Jika pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan RTRW maka akan dapat mengakibatkan terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Hendaknya dalam melakukan alih fungsi tanah juga harus mengacu pada RTRWN agar pemanfaatan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional dapat terwujud keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Yang menjadi ruang lingkup dari Peraturan ini adalah Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan alih fungi lahan pertanian pangan berkelanjutan, jadi tujuan dari peraturan ini terdapat pada pasal 3 yang berbunyi mewujudkan dan menjamin tersedianya lahan pertanian pangan berkelanjutan, mengendalikan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan, mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.

8 72 Didalam pasal 35 ayat (1) Lahan yang sudah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dilindungi dan dilarang di alih fungsikan. Didalam pasal 36 lebih dipertegas lagi, Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dilakukan dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum juga harus memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah. Jelaslah bahwa alih fungsi tanah pertanian pangan berkelanjutan menjadi tanah perumahan dilarang keras. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Yang dimaksud dengan Insentif adalah pemberian penghargaan kepada petani yang mempertahankan dan tidak mengalihfungsikan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Didalam pasal 2 pemberian insentif bertujuan untuk a. Mendorong perwujudan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang telah ditetapkan b. Meningkatkan upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan berkelajutan. c. Meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan kesehjatraan bagi petani d. Memberikan kepastian hak atas tanah bagi petani e. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka pemanfaatan, pengembangan dan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan tata ruang. Jika pemerintah melakukan sesuai dengan ketentuan diatas maka kemungkinan besar petani tidak akan mengalihfungskian tanah pertanian mereka, saat ini umumnya petani ingin menjual tanah pertanian mereka karena tidak ada adanya peran pemerintah untuk mensehjatrakan kehidupan para petani. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

9 73 Sistem informasi lahan pertanian yaitu dengan menyelenggarakan system informasi serta administrasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan. Tujuan dari peraturan ini terdapat pada pasal 2 yang berbunyi : a. Mewujudkan penyelenggaran perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan secara terpadu dan b. Menghasilkan data dari informasi yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan yang digunakan sebagai dasar perencanaan, penetapan, pemanfaatan, dan pengendalian kawasan serta lahan yang dapat di akses oleh masyarakat dan pemangku kepentingan. Hal ini tentu sangat baik melihat tujuan dari peraturan ini mencari data informasi yang akurat tentang luas lahan pertanian dan siapa pemilik lahan pertanian tersebut, sehingga diharapkan pemerintah dapat mensejahtrakan petani, agar para petani dapat terus mempertahankan lahan pertanian mereka. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan. Didalam pasal 4 ayat (1dan 2) mengatakan tujuan dari peraturan ini ialah: 1. Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah kabupaten kota mengalokasikan pembiayaan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan tugas dan wewenangnya. 2. Pengalokasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mentri, gubernur, bupat//walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Hendaknya dalam hal ini bahwa pengembangan luas wilayah pertanian harus ditingkatkan dan pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan dan pengawasan kepada para petani agar para petani tidak menglami kerugian atau land rent.

10 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, berkelanjutan dan konsisten, produktif, keterpaduan, keterbukaan dan akuntabilitas, kebersamaan dan gotong-royong, partisipatif, keadilan, keserasian, keselarasan, keseimbangan. Peraturan ini bertujuan untuk melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan. Tingginya alih fungsi tanah di Sumatera Utara menjadi salah satu kendala untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi jiwa penduduknya. Untuk mengatasi tingginya alih fungsi tanah pemerintah provinsi Sumatera Utara telah mengeluarkan peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2015, perda ini diharapkan menjadi solusi untuk mempertahankan keberadaan lahan pertanian dalam mewujudkan dan menjaga ketahanan pangan di Sumatera Utara. Perda ini turut akan melindungi lahan pertanian seluas ,63 Ha yang terdiri dari lahan sawah seluas ,22 Ha dan lahan cadangan seluas ,41 Ha 74 Lahan pertanian pangan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dapat berupa : lahan beririgasi, lahan tidak beririgasi, dan lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut. 12. Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 74

11 75 Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disinsentif kepada pihak yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan. Kabupaten Serdang Bedagai sebagai daerah agraris telah memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan nasional sekaligus menjadi mata pencaharian pokok dan sumber penyediaan lapangan pekerjaan. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi dan industri mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi lahan dan fragmentasi lahan pertanian pangan yang berpengaruh terhadap daya dukung guna menjamin kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan di daerah. Peraturan ini bertujuan untuk melindungi : a. Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi b. Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai ketahanan pangan di daerah. c. Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi d. Meningkatkan kesejahteraan petani dan e. Mempertahankan keseimbangan ekosistem. Lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dilarang di alih fungsikan, lahan pertanian pangan berkelanjutan yang

12 76 ingin di alih fungsikan menjadi kepentingan umum hanya boleh dilakukan oleh pemerintah daerah atau pemerintah atau dalam hal terjadi bencana alam. Luas lahan pertanian berkelanjutan yang dapat di alihfungsikan untuk kepentingan umum paling luas 10 % (sepuluh persen) dari total luas lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten Serdang Bedagai. 13. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai bertujuan untuk menjadikan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan posisi strategis, potensi pertanian dan kelautan yang berwawasan lingkungan. Untuk mencapat tujuan tersebut harus melakukan kebijakan sebagai berikut : a. Pengoptimalan posisi strategis wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terhadap pesatnya perkembangan wilayah sendiri. b. Pengembangan lahan untuk kegiatan perkotaan dan permukiman. c. Peningkatan produktivitas wilayah melalui dukungan sumber daya alam yang berkelanjutan. d. Peningkatan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk mendukung pengembangan potensi ekonomi daerah mitigasi bencana. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebenarnya sudah sangat baik dalam mengatur tata ruang wilayahnya, untuk mencapai tujuan dan peraturan daerah ini maka harus

13 77 mendapat dukungan dari peraturan-peraturan yang lain yang sesuai dengan tujuannya. Untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam undang-undang ini maka peran serta dari pemerintah selaku pemangku kebijakan serta masyarakat sebagai penyelenggara pembangunan perumahan. Salah satu pemohon hak untuk membangun perumahan harus benar-benar menjalankannya sesuai dengan aturan yang ada. Masyarakat serta pemerintah Serdang Bedagai harus senantiasa menjaga amanah dari peraturan daerah guna membangun dan memajukan kabupaten Serdang Bedagai. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam hal ini Dinas Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Karena perubahan peruntukan yang tidak sesuai dengan RTRW akan merubah segala pemetaan yang telah ada mengakibatkan dampak yang sangat buruk. B. Dampak Alih Fungsi Tanah Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Alih fungsi tanah pertanian ke penggunaan non pertanian dapat berdampak terhadap turunnya produksi pertanian, serta akan berdampak pada dimensi yang lebih luas dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, dan politik masyarakat. Indonesia yang merupakan Negara Agraris, tentu saja Indonesia memiliki banyak sekali potensi pertanian atau perkebunan yang bisa dijadikan sumber perekenomian Negara. Akan tetapi, seiring berkembangnya sistem perekonomian serta meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan untuk kepentingan dalam bidang selain pertanian semakin meningkat pula.

14 78 Berikut beberapa dampak alih fungsi tanah pertanian : 1. Menurunnya Produksi Pangan Nasional. Akibat lahan pertanian yang semakin sempit, maka hasil produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar, stabilitas pangan nasional juga akan sulit tercapai. Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya sehingga kebutuhan pangan juga bertambah, namun lahan pertanian justru semakin berkurang. 2. Mengancam Keseimbangan Ekosistem Dengan berbagai keanekaragaman populasi di dalamnya, sawah atau lahan-lahan pertanian lainnya merupakan ekosistem alami bagi beberapa binatang. Sehingga jika lahan tersebut mengalami perubahan fungsi, binatang-binatang tersebut akan kehilangan tempat tinggal dan bisa mengganggu ke permukiman warga. Selain itu, adanya lahan pertanian juga membuat air hujan termanfaatkan dengan baik sehingga mengurangi resiko Penyebab Banjir saat musim penghujan. 3. Sarana Prasarana Pertanian Menjadi Tidak Terpakai. Untuk membantu peningkatan produk pertanian, pemerintah telah menganggarkan biaya untuk membangun sarana dan prasarana pertanian. Dalam sistem pengairan misalnya, akan banyak kita jumpai proyek proyek berbagai jenis-jenis Irigasi dari pemerintah, mulai dari membangun bendungan, membangun drainase, serta infrastruktur lain yang ditujukan untuk pertanian. Sehiingga jika lahan pertanian tersebut beralih fungsi, maka sarana dan prasarana tersebut menjadi tidak terpakai lagi.

15 79 4. Banyak Buruh Tani Kehilangan Pekerjaan Buruh tani adalah orang-orang yang tidak mempunyai lahan pertanian melainkan menawarkan tenaga mereka untuk mengolah lahan orang lain yang butuh tenaga. Sehingga jika lahan pertanian beralih fungsi dan menjadi semakin sedikit, maka buruh-buruh tani tersebut terancam akan kehilangan mata pencaharian mereka. 5. Harga Pangan Semakin Mahal Ketika produksi hasil pertanian semakin menurun tentu saja bahan bahan pangan di pasaran akan semakin sulit dijumpai. Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para produsen maupun pedangan untuk memperoleh keuntungan besar. Maka tidak heran jika kemudian harga haraga pangan tersebut menjadi mahal. Di Kabupaten Serdang Bedagai Alih fungsi tanah pertanian juga menimbulkan dampak negatif lain yang kurang menguntungkan. Dampak negatif tersebut antara lain : Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, yang mengganggu tercapainya swasembada pangan dan timbulnya kerawanan pangan serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke non pertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan meningkatkan angka pengangguran. 2. Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan menjadi tidak optimal pemanfaatannya. 75 Wawancara dengan Fathruzi, Op.cit Kamis, 18 Agustus 2016

16 80 3. Kegagalan investor dalam melaksanakan pembangunan perumahan maupun industri, sebagai dampak krisis ekonomi, atau karena kesalahan perhitungan mengakibatkan tidak termanfaatkannya tanah yang telah diperoleh, sehingga meningkatkan luas tanah tidur yang pada gilirannya juga menimbulkan konflik sosial seperti penjarahan tanah. Alih fungsi lahan pertanian bukan hanya sekedar memberi dampak negatif akan tetapi dapat pula membawa dampak positif antara lain: 1. Terhadap tersediaan lapangan kerja barukarena pembangunan perumahan akibat alih fungsi tersebut serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 2. Terpenuhinya kebutuhan masyarakatakan pemukiman tempat tinggal yang semakin meningkat di Kabupaten Serdang Bedagai. Proses alih fungsi lahan pertanian pada tingkat mikro dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan pihak lain. Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain secara umum memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut biasanya mencakup hamparan lahan yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan. 76 Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain tersebut biasanya berlangsung melalui pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain yang kemudian diikuti dengan, pemanfaatan lahan tersebut untuk kegiatan non pertanian. Dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap masalah pengadaan pangan pada 76 Irawan dan Friyatno, Perumusan Model Lahan Pertanian. Pusat Penelitian sosial ekonomi, Bogor, Hal 61

17 81 dasarnya terjadi pada tahap kedua. Namun tahap kedua tersebut secara umum tidak akan terjadi tanpa melalui tahap pertama karena sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh petani. Oleh karena itu pengendalian pemanfaatan lahan untuk kepentingan pengadaan pangan pada dasarnya dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu: 1. Mengendalikan pelepasan hak pemilikan lahan petani kepada pihak lain, dan 2. Mengendalikan dampak alih fungsi lahan tanaman pangan tersebut terhadap keseimbangan pengadaan pangan. Dalam konteks pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah keluarga atau rumah tangga yang hidup dari sektor non pertanian mencapai 65%. Beberapa faktor penting yang berpengaruh pada perubahan pola pemanfaatan lahan pertanian di Serdang Bedagai yaitu faktor privatisasi pembangunan pemukiman skala besar dan kota baru, serta deregulasi investasi dan kemudahan perizinan. Tiga kebijakan nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian ialah: 1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta untuk melakukan investasi dalam pembangunan kawasan industri dan memilih lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar. Dampak kebijakan ini sangat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak tahun 1989, yang telah berorientasi pada lokasi subur dan menguntungkan dari ketersediaan infrastruktur ekonomi.

18 82 2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan fungsi lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar dan kota baru. Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya spekulan yang mendorong minat para petani menjual lahannya. Sehingga terlihat bahwa sering sekali terjadi ketidakserasian antar kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi alih fungsi yang justru sering sekali justru meningkatkan laju alih fungsi lahan terutama lahan sawah. 77 Terbatasnya lahan bagi perumahan tapak dan tingginya permintaan perumahan bagi penduduk telah mendorong terjadinya praktik alih fungsi lahan. Khususnya, lahan pertanian menjadi kawasan perumahan. Hal ini, memiliki dampak positif dan negatif sekaligus. Dampak positifnya, kebutuhan perumahan jelas membutuhkan lahan untuk pembangunannya. Dengan alih fungsi lahan ini maka kebutuhan lahan perumahan tetap tersedia. Sedangkan dampak negatifnya, yaitu semakin berkurangnya lahan pertanian untuk menopang pangan. Banyaknya praktik alih fungsi lahan ini sangat tergantung pada penambahan jumlah penduduk yang akan membuat kebutuhan rumah meningkat. Selain itu, alih fungsi lahan banyak terjadi karena harga lahan untuk lahan pertanian jauh lebih murah dibanding nonpertanian, khususnya untuk perumahan. Meski, kebutuhan pangan dan perumahan sama-sama penting bagi masyarakat Indonesia. Sebagai contoh satu hektare lahan pertanian bisa jadi harganya hanya Rp 1 miliar, namun ketika pengembang masuk dan mengonversi lahan menjadi perumaham, Rp 1 miliar hanya bisa membeli 1 kaveling tanah. 77 Widjanarko dkk, Op.cit hal 75

19 83 BAB IV PERANAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERCEPATAN ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI A. Upaya Pencegahan Alih Fungsi Tanah Pertanian 1. Peran Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai Persoalan alih fungsi lahan, tidak semata-mata tanggung jawab pengembang. Pasalnya, pengembang tidak dapat membangun proyek perumahan tanpa adanya izin dari pemerintah daerah. Alih fungsi lahan ini selalu mengikuti perkembangan wilayah. Jadi, alih fungsi lahan sebenarnya dilakukan pemerintah untuk mendapatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk menunjang pengembangan kawasannya. Pemerintah mengeluarkan izin pembangunan perumahan karena membutuhkan PAD untuk pembangunan daerahnya. Harusnya pemerintah menegaskan komitmennya dalam RTRW yang dibuat secara merata. Dengan hanya memfokuskan pembangunan pada wilayah tertentu maka ada kesenjangan akibat perkembangan daerah yang tak merata. Akibatnya, daerah yang perkembangannya pesat akan lebih cepat terjadi alih fungsi lahan dan miskin kawasan pertanian. Sebaliknya, di wilayah tertentu justru menjadi tidak berkembang. 78 Alih fungsi lahan hanya terjadi di wilayah perkotaan. Sedangkan di wilayah kabupaten alih fungsi lahan bukan terjadi di lahan pertanian, melainkan di lahan nonagraris. Persoalan perumahan paling krusial terjadi di perkotaan. Sebab, dengan 78 Widjanarko dkk, Op.cit hal

20 84 semakin menipisnya lahan membuat suplai perumahan di perkotaan menjadi berkurang. Pemerintah mendorong pembangunan rumah, hal ini sekaligus menekan alih fungsi lahan. Pasalnya, semakin banyak rumah tapak yang dibangun, semakin besar juga kebutuhan lahannya. Padahal, lahan di perkotaan semakin sedikit dan mahal. Pemenuhan kebutuhan rumah di perkotaan rumusnya adalah vertical. Kalau tidak, kota pasti menjadi melebar. Hal ini antara lain karena kurangnya dukungan data dan minimnya sikap proaktif yang memadai kearah pengendalian alih fungsi tanah pertanian tersebut. Terdapat tiga kendala mendasar yang menjadi alasan mengapa peraturan pengendalian alih fungsi lahan sulit terlaksana, yaitu : Kendala Koordinasi Kebijakan. Di satu sisi pemerintah berupaya melarang terjadinya alih fungsi lahan, tetapi di sisi lain justru mendorong terjadinya alih fungsi lahan tersebut melalui kebijakan pertumbuhan industri/manufaktur dan sektor nonpertanian lainnya yang dalam kenyataannya menggunakan tanah pertanian. 2. Kendala Pelaksana Kebijakan Perturan-peraturan pengendalian alih fungsi lahan baru menyebutkan ketentuan yang dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan atau badan hukum yang akan menggunakan lahan dan atau akan merubah lahan pertanian ke nonpertanian. Oleh karena itu, perubahan penggunan lahan sawah ke 79 Ibid hal 91

21 85 nonpertanian yang dilakukan secara individual/perorangan belum tersentuh oleh peraturan- peraturan tersebut, dimana perubahan lahan yang dilakukan secara individual diperkirakan sangat luas. 3. Kendala Konsistensi Perencanaan. RTRW yang kemudian dilanjutkan dengan mekanisme pemberian izin lokasi, merupakan instrumen utama dalam pengendalian untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgrasi teknis. Namun dalam kenyataannya, banyak RTRW ysng justru merencanakan untuk mengalihfungsikan lahan sawah beririgrasi teknis menjadi non pertanian. Sudah selayaknya pemerintah melakukan evaluasi perancangan dan tindakan nyata guna melindungi lahan pertanian yang kian hari kian terberangus oleh industrialisasi, urbanisasi dan pola pokir masyarakat sendiri yang berubah. Pemerintah juga sudah berusaha untuk mencegah alih fungsi tanah pertanian Salah satu dengan mengeluarkan Undang Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan pertanian Berkelanjutan Kabupaten Serdang Bedagai sudah berupaya untuk mencegah alih fungsi tanah pertanian menjadi tanah perumahan yaitu dengan dikeluarkannya Perda No 1 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan. Maksud Tujuan dari peraturan ini tertuang pada Pasal 3 dan Pasal 4 yang berbunyi : Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dimaksudkan untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan guna menjamin ketersediaan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan, melalui pemberian insentif kepada petani dan penerapan disensitif kepada pihak yang melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan. Pasal 4 yaitu :

22 86 a. Mempertahankan luas lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi. b. Mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian untuk mencapai ketahanan pangan di daerah. c. Melindungi dan memberdayakan petani dan masyarakat sekitar lahan pertanian beririgasi dan tidak beririgasi. d. Meningkatkan kesejahteraan petani. e. Mempertahankan keseimbangan ekosistem. Didalam pasal 30 ayat (1 dan 2) dan pasal 31 ayat (1,2 dan 3) lebih dipertegas lagi dalam pelaksanaan alih fungsi tanah pertanian Pasal 30 (1). Lahan yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dilarang dialihfungsikan. (2). Lahan Pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dialihfungsikan oleh pemerintah daerah atau pemerintah untuk kepentingan atau dalam hal terjadi bencana alam. Pasal 31 (1). Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk kepentingan umum dilaksanakan untuk keperluan pembangunan : a. Jalan umum b. Waduk c. Bendungan d. Irigasi e. Saluran air minum atau air bersih f. Drainase dan sanitasi. g. Bangunan pengairan h. Pelabuhan i. Stasiun Kereta Api. j. Bandar udara k. Terminal l. Fasilitas keselamatan umum. m. Cagar alam n. Pembangkit dan jaringan listrik. (2). Alih fungsi lahan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Memiliki kajian kelayakan strategis. b. Memiliki Perencanaan alih fungsi lahan. c. Pembebasan kepemilikan hak atas tanah d. Ketersediaan lahan pengganti.

23 87 (3). Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dapat difungsikan untuk kepentingan umum, paling luas 10% dari total luas lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten. Kemudian diatur dalam Pasal 48 tentang adanya sanksi bagi yang melakukan kegiatan mengalihfungsikan lahan pangan berkelanjutan, berupa sanksi administrasi yaitu : a. Teguran tertulis b. Paksaan Pemerintah c. Pembekuan izin dan d. Pencabutan izin. Namun hingga saat ini belum ada pihak-pihak yang dikenai sanksi sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Daerah tersebut, padahal alih fungsi lahan pertanian terus berkelanjutan Peran Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk mengurangi permasalahan tentang alih fungsi tanah pertanian harus ada kebijakan pertanahan yang diambil dalam alih fungsi tanah pertanian ini, karena kebijakan berupa peraturan yang khusus mengatur perlindungan tanahpertanian produktif belum ada. Adapun instrumen yang harus dimiliki agar kebijakan pengendalian ini dapat berjalan adalah Instrument Yuridis yaitu peraturan perundang undangan yang mengikat dengan sanksi yang sesuai dengan Instrument Insentif dan Disinsentif bagi pemilik tanah dan pemda setempat pengalokasikan dana dekonsentrasi untuk merangsang pemda melindungi tanah pertanian, terutama sawah. 80 Wawancara dengan Fathruzi, Op.cit Kamis, 18 Agustus 2016.

24 88 Instrumen RTRW dan Perizinan Lokasi dan terakhir adalah Instrument Pengendalian Konversi. Setiap orang, baik individu maupun kelompok pasti membutuhkan sebidang tanah, baik untuk dipergunakan menjadi rumah tinggal, ataupun untuk tempat usaha. Banyak cara yang dapat kita tempuh untuk merealisasikan untuk kepentingan tersebut, dengan jual-beli misalnya, ataupun kalau sudah memiliki sebidang tanah kita bisa mendirikan langsung sesuai kepentingan kita, namun jika tanah yang kita miliki adalah tanah sawah, maka ada prosedur tertentu untuk merealisasikan kepentingan kita. Dengan cara melakukan permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat, dan dalam hal ini khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam permohonan tersebut kita harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan peraturan perundangan yang berlaku, setelah memenuhi persyaratan permohonan alih fungsi pertanian ke non pertanian tersebut, maka pihak Kantor Pertanahan akan melakukan pemeriksaan dan peninjauan langsung ke lapangan, setelah itu melakukan rapat kepanitiaan yang sebelumnya telah dibentuk untuk proses alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian tersebut, serta yang akhirnya akan memberikan keputusan yang berisi di izinkan atau tidaknya proses peralihan tanah pertanian ke non pertanian tersebut. Perizinan yang dilakukan dan diproses di Kantor Pertanahan tersebut memiliki peran penting dalam menjaga kepentingan generasi mendatang, yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa tidak bisa mengalih fungsikan tanah pertanian ke non pertanian tanpa melewati prosedur yang telah ditentukan, dan

25 89 prosesnya dilaksanakan di Kantor Pertanahan. Karena semakin menurunnya luas tanah pertanian di Indonesia khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai. Permohonan izin perubahan tanah pertanian ke non pertanian diajukan dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pertanahan Kabupaten/Kota setempat di sertai kelengkapan sebagai lampiran yang terdiri dari : Tanda bukti pemilikan/penggarapan tanah. 2. Rencana penggunaan tanah. 3. Surat pernyataan untuk menggunakan tanah yang sesuai dengan permohonan yang dibuat di atas kertas bermaterai seharga Rp. 6000,- 4. Identitas pemohon. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengajukan permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian adalah surat permohonan harus dilampiri dengan : Keterangan identitas pemohon dan kelengkapan data yuridis yang terdiri dari : a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) b. Fotokopi sertifikat tanah atau bukti pemilikan lain yang sah. 2. Keterangan fisik tanah untuk : a. Perorangan i. Sketsa letak lokasi 81 Wawancara dengan Bapak Buchori, SE Kepala Seksi Pengendalian Tanah Kabupaten Serdang Bedagai. Selasa 12 September 2016 Pukul WIB 82 Ibid, Buchori

26 90 ii. Pernyataan rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah yang akandilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan. b. Badan Hukum dan Instansi Pemerintah i. Sketsa letak lokasi ii. Proposal yang memuat rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah dan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu 36 bulan iii. Rekomendasi dari instansi teknis terkait. 3. Surat pernyataan. Surat pernyataan ini berisi tentang kesanggupan pihak pemohon untuk melaksanakan persyaratan yang diberikan BPN apabila permohonannya disetujui. Persyaratan tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1. Dalam 12 ( dua belas ) bulan sejak berlakunya keputusan tersebut adalah sebagai berikut a. Tanah tersebut harus sudah digunakan sesuai dengan maksud permohonannya b. Keputusan yang bersangkutan harus didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai untuk keperluan merubah penggunaan tanah pertanian ke non pertanian pada sertifikat tanah tersebut c. Keberadaan bangunan yang dimohon tidak mengganggu tanah pertanian di sekitarnya. 2. Mengajukan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada Dinas/Instansi yang berwenang

27 91 3. Melaksanakan Persyaratan sebagaimana tersebut dalam Pertimbangan Teknis Penatagunaan Tanah dari Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk penyediaan tanah sesuai dengan peraturan menteri dalam negeri No. 5 tahun 1974 adalah sebagai berikut : a. Sejauh mungkin dihindarkan pengurangan areal tanah pertanian yang subur b. Sedapat mungkin dimanfaatkan tanah-tanah yang semula tidak/ kurang produktif c. Dihindarkan pemindahan penduduk dari tempat kediamannya d. Diperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya pengotoran/ pencemaran bagi daerah lingkungan yang bersangkutan. Dalam permohonan pemberian hak atas tanah, pihak pemohon juga harus memberikan pernyataan tentang kesanggupan untuk menjaga kualitas tanah agar tetap lestari dan terjaga sumber daya alamnya. Dengan penggunaan tanah yang semakin banyak di berbagai faktor pembangunan sedangkan disisi lain kita ketahui bahwa luas tanah bersifat statis/tetap maka penggunaannya perlu diatur. Pengaturan ini bertujuan agar pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian dapat terkendali sehingga tidak mengganggu produksi pangan. Persyaratan dalam permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian harus dipenuhi. Selain syarat yang harus dipenuhi dalam pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian, pemohon juga harus melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh BPN.

28 92 Prosedur dalam mengajukan permohonan pengalihan fungsi tanah pertanian ke non pertanian adalah sebagai berikut : Pemohon mengajukan permohonan izin alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian kepada Gubernur Sumatera Utara Cq. Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi Sumatera Utara / Bupati Kabupaten Serdang Bedagai melalui kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai dilampiri : a. Salinan surat kewarganegaraan/ktp b. Surat Keterangan Pemilikan Tanah (SKPT)/ bukti pemilikan tanah dari kepala Desa/Lurah c. Surat Pengesahan Badan Hukum bagi pemohon perusahaan d. Akte Pendirian Badan Hukum e. SK izin lokasi f. Surat Pernyataan dari pemohon yang berisi : bahwa apabila permohonan perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dikabulkan, maka pemohon bersedia/berjanji untuk : - Melaksanakan pembangunan sesuai dengan permohonan selambat lambatnya tahun setelah keluar izin perubahan penggunaan tanah - Melaksanakan hal-hal yang dipersyaratkan dalam risalah aspek Pengaturan dan Penataan Pertanahan. Dan apabila tidak melaksanakan ketentuan tersebut pemohon bersedia membongkar kembali usaha yang 83 Ibid, Buchori.

29 93 bersangkutan di atas tanah tersebut serta SK Pemberian Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian batal demi hukum. 2. Panitia Pertimbangan Perubahan Penggunaan Tanah Kabupaten Serdang Bedagai melakukan pemeriksaan dan peninjauan ke lapangan atas permohonan izin perubahan penggunaan tanah dimaksud, yang hasilnya dituangkan dalam berita acara pemeriksaan panitia perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian 3. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan berita acara tersebut selanjutnya mengirim konsep SK Bupati Kabupaten Serdang Bedagai tentang Izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke Non Pertanian kepada Bupati Kabupaten Serdang Bedagai. 4. Bupati Kabupaten Serdang Bedagai menerbitkan SK Izin Perubahan Penggunaan Tanah pertanian ke non pertanian. 5. Setelah menerima SK tersebut pemohon harus mendaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk itu dalam mengatasi percepatan alih fungsi tanah pertanian oleh dinas Pertanian yaitu dengan menambahkan syarat-syarat pengajuan perubahan peruntukan tanah dengan meminta rekomendasi atau izin perubahan Dari Badan Pertanahan Serdang Bedagai. Dalam Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor tanggal 31 Oktober 1994 tentang perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian menginstruksikan kepada Kepala Kantor wilayah

30 94 Badan Pertanahan Nasional Propinsi dan kepala kantor Pertanahan kabupaten/kotamadya di seluruh Indonesia agar dalam penanganan izin lokasi, peninjauan RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/Kotamadya. Usaha efisiensi penggunaan tanah berpedoman kepada keputusan Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional, yang isinya sebagai berikut : Proses izin lokasi yang diajukan berdasarkan RTRW yang telah ada bagi penggunaan tanah sawah beririgasi teknis. Untuk penggunaan di luar pertanian untuk wilayah perkotaan yaitu : a. Jika sudah ada izin lokasi, maka: - Untuk lahan yang sudah dibangun dan lahan sudah dibebaskan meskipun belum dibangun, izin yang sudah ada diberlakukan. - Untuk lahan yang belum dibebaskan, pemilik izin diperingatkan untuk membebaskan lahan tersebut sampai batas waktu tertentu dan bilamana tidak dilakukan, izin tidak diperpanjang. b. Jika belum ada izin lokasi, maka: - Untuk lahan yang sudah dibangun izin dapat diberikan, setelah memenuhi kelengkapan persyaratan izin lokasi yang tetapkan. - Untuk lahan yang telah dibebaskan tetapi belum dibangun, dan telah memenuhi semua persyaratan izin lokasi, izin dapat diberikan. - Untuk lahan yang belum dibebaskan, izin tidak diberikan. 84 Ibid, Buchori

31 95 2. Membantu Pemda Propinsi dan Pemda Kabupaten/Kotamadya dalam menyusun dan/atau merevisi RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten /Kotamadya yaitu : a. Tidak memasukkan sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian. b. Mengubah peruntukan tanah sawah beririgasi teknis untuk penggunaan non pertanian dalam RTRW yang ada ke dalam penggunaan tanah tetap sebagai sawah beririgasi teknis. 3. Izin lokasi untuk perusahan pembangunan perumahan : a. Agar dilakukan penyaringan yang ketat tentang pemberian izin lokasi untuk perumahan. b. Jika izin-izin lokasi yang telah diberikan telah cukup untuk menopang pembangunan perumahan rakyat, untuk semntara tidak diberikan izin lokasi baru. Jika terpaksa harus diberikan izin lokasi baru, agar jangan di atas tanah sawah beririgasi teknis. Tanah yang dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah memang diperuntukan bukan untuk tanah pertanian, sedang tanah yang tidak dapat dialih fungsikan adalah tanah yang pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah diperuntukan untuk tanah pertanian, yang intinya bahwa setiap pengajuan alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian syarat yang utama adalah letak tanah harus sesuai peta Rencana Tata Ruang Wilayah Hal ini terkait dengan upaya yang dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Serdang Bedagai dalam mengendalikan alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian, mengingat dewasa ini tanah pertanian semakin menipis jumlahnya dan hal tersebut

32 96 tidak sesuai dengan tujuan dari pembangunan berkelanjutan, yang mana tetap memperdulikan kwalitas lingkungan hijau yang ada disekitar kita (tanah pertanian salah satunya), walaupun kemajuan teknologi menuntut kita untuk selalu mengikuti perkembangan, salah satunya adalah pembangunan untuk sarana dan prasarana umum yang peruntukanya untuk masyarakat Indonesia sendiri. Saat ini ada beberapa ketentuan tentang peraturan-peraturan yang melindungi alih fungsi tanah pertanian, antara lain : a. UU Nomor 56 Prp 1960 (Luas tanah maksimum dan minimum) b. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan tanah. c. Kepres 53/1989 Jo. 41/1996 Jo. 98/1998 tentang Kawasan Industri d. Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. e. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang f. Berbagai surat edaran Meneg Agraria/KaBPN, Meneg PPN/KaBappenas, Mendagri tentang larangan konversi sawah irigasi teknis untuk penggunaan lain 85. Adapun tata cara yang harus dilakukan pemohon untuk merubah fungsi peruntukan tanah harus sesuai dengan syarat-syarat dari BPN Kabupaten Serdang Bedagai, Dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Serdang Bedagai berperan sangat penting dalam melaksanakan izin perubahan peruntukan tanah karena dalam alih fungsi tersebut BPN harus mengeluarkan surat izin perobahan 85

33 97 peruntukan yang dikeluarkan oleh Pengendalian, Pengaturan Tanah Pertanian (Seksi III). Setelah izin tersebut keluar barulah petugas Seksi III tersebut meninjau kelokasi untuk melihat kebenaran yang dimohonkan izin tersebut. Peninjauan tersebut dilakukan oleh Seksi III hanyalah untuk melihat apakah tanah pertanian yang dimohonkan izin perubahan peruntukan tersebut sesuai atau tidak dengan rencana tata ruang kota tersebut. Setelah sesuai dengan rencana tata ruang maka setelah itu barulah pemohon tersebut memohon berkas untuk tindakan selanjutnya, seperti permohonan pemecahan dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut. Badan Pertanahan Nasional (BPN) berperan penting untuk mempertahankan lahan pertanian dan tidak akan memberikan izin perubahan penggunaan tanah yang bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Namun yang terjadi dilapangan alih fungsi lahan pertanian terus berkelanjutan. Apakah hal ini karena ada penyimpangan dari oknum aparat pemerintah pemberi izin. 3. Peran Notaris/PPAT Prosedur jual beli tanah yang harus diperhatikan adalah harus memperhatikan Pasal 37 Peraturan Pemerintah no.24 tentang pendaftaran tanah, bahwa jual beli tanah harus dilakukan di hadapan PPAT agar jual belinya dapat didaftarkan di Kantor Pertanahan. Prosedur lebih lanjut dalam jual beli tanah diatur dalam PMA No.3 tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan PP no 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

34 98 Objek jual beli adalah hak atas tanah (tanah). Tanahnya dapat berupa tanah Perumahan atau tanah pertanian. Dalam jual beli tanah Pertanian maka harus diperhatikan tentang ketentuan-ketantuan dalam Undang-Undang landreform (UU No.56 Prp tahun 1960 tentang landreform Indonesia) dan Peraturan Pemerintah No. 224 tahun 1960 tentang Prosedur jual beli tanah yang harus diperhatikan adalah harus memperhatikan Pasal 37 Peraturan Pemerintah no. 24 tentang pendaftaran tanah, bahwa jual beli tanah harus dilakukan di hadapan PPAT agar jual belinya dapat didaftarkan di Kantor Pertanahan. Prosedur lebih lanjut dalam jual beli tanah diatur dalam PMA No.3 tahun 1997 tentang Peraturan Pelaksanaan PP no 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. 86 Dalam hal ini tanah yang dijual apakah tanah pertanian ataukah tanah perumahan atau bangunan. Untuk jual beli tanah dan bangunan maka harus diperjanjikan dan dinyatakan secara tegas bahwa yang dijual adalah tanah dan bangunan dituangkan dalam akta jual beli tanah, maka sebelum dibuat akte jual beli harus jelas apakah bangunan atau tanaman di atas tanah itu turut dijual (dibeli) atau tidak. Hal itu nanti disebut secara tegas dalam akte jual beli. Kalau tentang bangunan dan atau tanaman itu tidak disebut dalam akte jual beli, maka tanaman dan atau bangunan itu tidak ikut dijual, karena kini berlaku asas pemisahan horisontal. Sedangkan untuk tanah pertanian maka harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam landreform, yaitu antara lain : tentang ketentuan batas maksimal widjanarko.pdf 86

35 99 kepemilikan tanah secara absentee dan larangan fragmentasi tanah kurang dari 2 hektar. Tanah pertanian menjadi dibawah 2 hektar, bila dilanggar akan menimbulkan kesulitan bagi pembeli, antara lain kesulitan dalam balik nama sertipikat, karena tidak diperolehnya ijin jual beli atau haknya akan menjadi hapus. Dalam hal ini peran PPAT dalam hal ini yaitu tidak dapat memberikan Akta Peralihan hak yang diminta oleh para pihak apabila tanah yang akan dijual merupakan tanah pertanian dan pembelinya adalah bertempat tinggal di luar kecamatan letak tanah (absente) dan menolak mengurus pemecahan bidang tanah pertanian yang kurang dari 2 Hektar dan juga menolak apabila tanah pertanian akan di alihfungsikan menjadi perumahan melalui pengkaplingan tanah. B. Masalah Dalam Pengendalian Alih Fungsi Tanah Pertanian Agar pengendalian terhadap upaya alih fungsi tanah pertanian menjadi tanah perumahan dapat efektif dan efisien di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, pemerintah sudah melakukan dalam usaha pengendalian alih fungsi tanah pertanian dengan membuat kebijakan oleh pemerintah kabupaten Serdang Bedagai yang sangat ketat dalam menjaga lahan pertanian, dengan mengeluarkan Perda No 1 Tahun 2015 tentang Perlindungan lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Perda No 12 Tahun 2013 tentang RTRW yang menginstruksikan bahwa apabila melakukan alih fungsi tanah pertanian harus mengganti dengan luas yang sama di daerah lain terdapat pada pasal 28. Dikabupaten Serdang Bedagai masih sering terjadi alih fungsi tanah pertanian kepemukiman, yang paling banyak terjadi alih fungsi adalah di Kecamatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2011 Tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Ditjen PSP, Kementerian Pertanian ALUR PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENERBITAN IZIN LOKASI DAN PERSETUJUAN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa Jawa Barat

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa air permukaan mempunyai peran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22,2012 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR BERITA KABUPATEN CIANJUR DAERAH NOMOR 41 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PENCETAKAN SAWAH BARU DI KABUPATEN CIANJUR BUPATI CIANJUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat, memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang selama ini merupakan aset penting karena

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; BUPATI TEMANGGUNG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh wilayah baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN I. UMUM Ketersediaan lahan untuk usaha pertanian merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lahan pertanian pangan merupakan bagian

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950); PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG POLA INDUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA

BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA 6-1 BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA Kecenderungan dan pola spasial alih fungsi lahan sawah yang telah terjadi

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa sebagai upaya pengendalian agar penggunaan tanah dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Atas Tanah Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 7-8 Juli 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PARLINDUNGAN SIANIPAR ABSTRACT

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PARLINDUNGAN SIANIPAR ABSTRACT PARLINDUNGAN SIANIPAR 1 ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN MENJADI TANAH PERUMAHAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PARLINDUNGAN SIANIPAR ABSTRACT Serdang Bedagai Regency is one of the

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI Draf tanggal 25-26 Agustus 2014 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN GANGGUAN DI KABUPATEN PIDIE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pertanian Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN KABUPATEN KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air,yang biasanya ditanami padi sawah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 76 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 76 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, SALINAN BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 76 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAHKABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAHKABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAHKABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDAYAGUNAAN TANAH NEGARA BEKAS TANAH TERLANTAR DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN KABUPATEN MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang merupakan modal dasar bagi pembangunan di semua sektor, yang luasnya relatif tetap. Lahan secara langsung digunakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN AIR TANAH BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN AIR TANAH BUPATI KUDUS, BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN AIR TANAH BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemanfaatan air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa lahan pertanian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PELEPASAN TANAH DESA BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009-2028 I. UMUM 1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 616 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BADAN PERTANAHAN NASIONAL BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 19 TAHUN 1989 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN DAN PEMBERIAN KONFIRMASI PENCADANGAN TANAH, IZIN LOKASI DAN PEMBEBASAN TANAH, HAK ATAS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Lahan Sawah Lahan sawah dapat dianggap sebagai barang publik, karena selain memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan manfaat yang bersifat sosial.

Lebih terperinci