BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian tentang teknik-teknik persuasif pada bentuk wacana tulis sudah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian tentang teknik-teknik persuasif pada bentuk wacana tulis sudah"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang teknik-teknik persuasif pada bentuk wacana tulis sudah banyak dilakukan. Meskipun demikian, penelitian ini masih tetap menarik untuk dilaksanakan penelitian lebih lanjut. Penelitian yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penelitian Khasanah (2010) dan penelitin Riyanto (2010). Riyanto (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Wacana Persuasif dalam Ragam Bahasa Rambu-Rambu Lalu Lintas. Dalam penelitian ini, data yang dipilih sebagai data penelitian adalah wacana pada rambu-rambu lalu lintas. Peneliti menganalisis teknik-teknik persuasif dikaitkan dengan tindak tutur. Sementara Khasanah (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor pada Surat Kabar Suara Merdeka. Dalam penelitian ini peneliti memilih wacana pada iklan sepeda motor sebagai data penelitian. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Riyanto (2010), penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2010) pun juga menganalisis teknik-teknik persuasif dengan dikaitkan dengan fungsi tindak tutur. Dari dua kajian penelitian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Jika pada penelitian sebelumnya peneliti memilih bentuk persuasif iklan sepeda motor dan bahasa rambu lalu lintas, maka pada kesempatan ini peneliti akan meneliti wacana poster kesehatan sebagai data penelitian. Sebagaiman dalam penelitian yang dilakukan Riyanto (2010) dan 7

2 8 Khasanah (2010), dalam penelitian ini peneliti juga akan mengkaji tentang teknikteknik persuasif, namun berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mengaitkan dengan kajian pragmatik. Penelitian ini tidak lagi mengkaitkan dengan kajian pragmatik, akan tetapi peneliti akan mengaitkan dengan kajian semantik, yaitu mengkaji tentang makna emotif yang terdapat dalam wacana poster kesehatan. B. Wacana 1. Pengertian Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, wacana bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apa pun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana dibentuk dari kalimat-kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya (Chaer, 2003: 267). Wacana adalah sebuah contoh penggunaan bahasa yang tipenya dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor seperti pilihan gramatikal dan leksikal ( id&u= g/linguistics/glossaryoflinguisticterms/whatisadiscourse.html). Menurut Mulyana (2005: 1) wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi: fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan

3 9 utuh. Namun demikian, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan utuh yang merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang penggunaan bahasanya pun dipilih berdasarkan unsur bahasa (fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf). 2. Jenis Wacana Berdasarkan isinya, wacana dibedakan atas: wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Chaer, 2003: 24). Dalam pendapat yang berbeda, Kinneavy (dalam Parera, 2004: ) membagi jenis wacana sebagai berikut: wacana ekspresif, wacana referensial, wacana susastra, dan wacana persuasif. Senada dengan hal tersebut Marwoto (1985: ) mengklasifikasikan wacana berdasarkan tujuan saja, yaitu: wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, dan wacana persuasif. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa jenis wacana terdiri atas: wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi, wacana ekspresif, wacana referensial, dan wacana susastra. Penelitian ini hanya akan membahas tentang wacana persuasif karena data yang akan dibahas dalam penelitian ini berupa poster kesehatan, sedangkan poster kesehatan merupakan contoh wacana yang berbentuk wacana persuasif.

4 10 C. Wacana Persuasif 1. Pengertian Wacana persuasif sebenarnya merupakan sebuah varian dari argumentasi. Wacana ini lebih condong untuk mempengaruhi manusianya daripada mempertahankan kebenaran suatu objek tertentu. Walaupun tidak seratus persen mempertahankan kebenaran, tetapi bentuk wacana ini masih termasuk dalam wacana ilmiah bukan wacana fiksi (Keraf, 1992: 7). Wacana persuasif adalah suatu seni verbal yang berfungsi untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Keraf, 1992: 118). Wacana persuasif secara implisit dan eksplisit ditujukan kepada decoder atau pembaca. Penerimaan dan pengaruh yang tertentu diharapkan terjadi pada decoder atau pembaca. Wacana ini memancing satu tindakan, emosi, dan keyakinan tertentu dari decoder atau pembaca. Wacana persuasif meliputi: iklan dan advertensi (poster, leaflet,panflet, dll.), pidato politik, khotbah agama, oratori legal/hukum, dan tajuk rencana/ editorial (Parera, 2004: 223). Menurut Chaer (2003: 272) wacana persuasi bersifat mengajak, menganjurkan, atau melarang. Dalam pendapat yang berbeda Marwoto dkk. (1985: 176) menjelaskan bahwa wacana persuasif adalah wacana yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan, baik implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya

5 11 Menurut Moeliono, (Peny.) (2007: 864) persuasi dapat berarti, (a) ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya; bujukan halus, (b) karangan yang bertujuan memberikan pendapat. Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu, ia memerlukan juga upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang yang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang biasa digunakan adalah meyodorkan bukti-bukti, walaupun tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal umum adalah: propaganda yang dilakukan oleh golongangolongan atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah atau media massa lainnya, selebaran-selebaran, kampanye lisan, dan sebagainya. Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi hadirin. Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain, ia berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan suatu dasar, yaitu dasar kepercayaan. Persuasi sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaian atau kesepakatan melalui kepercayaan. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana persuasif adalah wacana ilmiah yang berfungsi untuk meyakinkan seseorang agar melakukan, mengajak, menganjurkan, atau melarang satu tindakan, emosi, dan keyakinan tertentu dari decoder atau pembaca. Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi tetapi upaya yang

6 12 biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti, yang biasanya dilakukan oleh golongan atau badan-badan tertentu. 2. Ciri-ciri Wacana Persuasif Ciri-ciri wacana persuasif antara lain: menggunakan bahasa emotif, menggunakan struktur kalimat yang unik, pilihan kata yang khusus, dan ajakan yang efektif. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Menggunakan Bahasa Emotif Bahasa emotif di sini bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi karena marah, tetapi bagaimana seseorang merasakan suatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu untuk dapat mengalami dan terlibat di dalamnya. b. Menggunakan Struktur Kalimat yang Unik Struktur kalimat yang unik maksudnya adalah struktur kalimat yang cenderung membuat para pembaca menikmati dan mudah mengerti, serta terkesan ketika para pembaca membuat sebuah iklan yang menggunakan bahasa persuasif, struktur kalimatnya mudah dimengerti. c. Pilihan Kata yang Khusus. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata khusus dan mudah dipahami oleh pembacanya.

7 13 d. Ajakan yang Efektif. Ajakan yang efektif adalah suatu ajakan yang tidak bertele-tele dan tersembunyi secara makna, tetapi ajakan yang dapat membuat hati seseorang tersentuh dan bergerak serta ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Purwanti, 2009: 17-18). 3. Teknik-Teknik Persuasif Menurut Keraf (1992: 15) persuasi sebagai suatu tulisan yang mirip argumentasi, mengikuti jiwa sebuah tulisan argumentasi kecuali pada sasaran. Untuk mencapai kesepakatan dalam persuasi adalah kesepakatan psikologis. Kesepakatan psikologis ini bertujuan agar pembaca melakukan sesuatu atau menerima sesuatu seperti dikemukakan penulis. Kesepakatan psikologis itulah yang membedakan persuasi dari argumentasi yaitu dalam teknik-teknik penyajian. Menurut Keraf (1992: ) teknik-teknik atau metode-metode yang digunakan dalam persuasi antara lain: rasionalisasi; identifikasi; sugesti; konformitas; kompensasi; penggantian; dan proyeksi. Adapun penjelasan masingmasing teknik tersebut dijelaskan seperti di bawah ini: a. Rasionalisasi Menurut Moeliono, (Peny.) (2007: 1173) rasionalisasi artinya mempunyai arti nalar, akal sehat dan membentuk kata rasional yang artinya menurut pemikiran yang logis Rasionalisasi sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, di mana dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu. Kebenaran yang dibicarakan dalam

8 14 persuasi bukanlah suatu kebenaran mutlak, tetapi kebenaran yang hanya berfungsi meletakkan dasar-dasar dan melicinkan jalan agar keinginan, sikap, kepercayaan, keputusan, tindakan yang telah ditentukan atau diambil dapat dibenarkan. Dalam rasionalisasi, penulis mengajukan alasan agar pembaca menerima suatu hal, walaupun bila diteliti secara seksama alasan-alasan yang diajukan itu tidak tepat. Rasionalisasi sebenarnya memperlihatkan sesuatu yang tampaknya dapat diterima oleh akal sehat atau logika. Tetapi rasionalisasi mengandung perbedaan dengan logika. Perbedaan antara logika dan rasionalisasi terletak pada motivasi yang ditimbulkannya. Sebab itu, rasionalisasi dalam persuasi akan berlangsung dengan baik bila pembicara atau penulis mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan hadirin, serta bagaimana sikap dan keyakinan mereka (Keraf, 1992: ). b. Identifikasi Secara etimologi, identifikasi berasal dari kata identification yang artinya tanda pengenal diri, sedangkan menurut Moeliono, (Peny.) (2007: 538) identifikasi berarti tanda kenal diri atau penentu atau penetapan identitas pada suatu benda. Dalam persuasi, identifikasi berusaha menghindari situasi konflik dan sikap ragu-ragu. Untuk itu pembicara harus menganalisis hadirin dan seluruh situasi yang dihadapinya dengan seksama. Dengan menganalisis hadirin dan seluruh situasi, maka pembicara dengan

9 15 mudah dapat mengidentifikasi dirinya dengan hadirin. Agar identifikasi dapat berajalan sebagaimana diharapkan, haruslah diciptakan dasar umum yang sama. Bila dasar umum yang sama itu belum diciptakan, ia harus berusaha mencari dasar umum yang seluas-luasnya. Identifikasi merupakan kunci keberhasilan pembicara. Apabila terdapat situasi konflik antara pembicara dan hadirin, maka pembicara harus berusaha mengaburkan situasi konflik tersebut. Sikap agresif harus dapat dibelokkan sehingga dapat diciptakan dasar umum yang sama. Untuk dapat menemukan dasar umum yang sama, dalam setiap tulisan kita selalu mengajukan pertanyaan untuk siapa tulisan diajukan itu. Dengan berusaha menjawab pertanyaan itu dengan tepat, penulis akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, dan kemampuan hadirin atau mereka yang akan membaca tulisannya. Sebagai contoh pada saat para wakil rakyat berusaha ingin memenangkan pemilihan umum. Mereka berusaha mengidentifikasikan dirinya sebagai anak rakyat, sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan petani, nelayan, buruh pabrik, dan sebagainya, sehingga ia benar-benar akan memperhatikan kepentingan lingkungan tadi. Karena ia melihat dan bahkan merasakan sendiri apa yang dibutuhkan oleh lingkungan yang dihadapinya (Keraf, 1992: ).

10 16 c. Sugesti Menurut Moeliono, (Peny.) (2007: 1382) sugesti berarti anjuran, saran, pengaruh yang dikemukakan, pendapat yang menggerakkan hati. Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar-dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari, sugesti ini biasanya dilakukan dengan kata-kata dan suara. Rangkaian kata-kata yang menarik dan meyakinkan, disertai nada suara yang penuh dan berwibawa dapat memungkinkan seseorang mempengaruhi hadirin yang diajak bicara (Keraf, 1992: ). d. Konformitas Secara etimologi, konformitas berasal dari kata conform yang artinya menyesuaikan diri atau mencocokkan diri. Menurut Moeliono, (Peny.) (2007: 746) konformitas berarti persesuaian atau pencocokkan. Konformitas adalah suatu keinginan atau tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri dengan sesuatu yang diinginkan. Teknik konformitas ini mirip dengan identifikasi. Perbedaannya, dalam identifikasi pembicara hanya menyajikan beberapa hal yang menyangkut dirinya dengan hadirin, sedangkan dalam konformitas

11 17 pembicara memperlihatkan bahwa dirinya mampu berbuat dan bertindak sebagai hadirin. Konformitas biasanya dianggap sebagai suatu tindakan yang akan membawa pengaruh postifi kearah kemajuan. Dalam persuasi, orang yang melakukan persuasi mempergunakan teknik ini untuk menyesuaikan dirinya dengan orang yang dipersuasi. Contohnya : seorang tokoh politik bersedia makan jagung bila rakyatnya makan jagung (Keraf, 1992: ). e. Kompensasi Menurut Moeliono, (Peny.) (2007: 743) kompensasi artinya ganti rugi, pencarian kepuasan di suatu bidang untuk memperoleh keseimbangan dari kekecewaan, sedangkan menurut etimologi, kata kompensasi beraasal dari bahasa inggris compensation yang artinya ganti (kerugian), penggantian, rasa puas, kepuasan. Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (substitut) bagi suatu hal yang tidak dapat diterima, atau keadaan yang tidak dapat dipertahankan. Usaha mencari suatu substitut terjadi karena tindakan atau keadaan yang asli sudah mengalami frustasi. Substitut yang dicari harus merupakan suatu hal yang belum terlibat atau belum tercakup dalam hal atau keadaan yang asli. Dalam persuasi pembicara dapat mendorong hadirin untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan lain atau tindakan yang diinginkan oleh pembicara, yaitu dengan menunjukkan secara meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk itu (Keraf, 1992: ).

12 18 f. Penggantian Penggantian (displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal lain yang sekaligus menggantikan emosi kebencian asli atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli. Dalam persuasi, pembicara berusaha meyakinkan hadirin untuk mengalihkan sesuatu objek atau tujuan tertentu kepada tujuan lain (Keraf, 1992: ). g. Proyeksi Menurut Moeliono, (Peny.) (2007) proyeksi diartikan sebagai perkiraan tentang keadaan mendatang dengan data yang ada sekarang. Proyeksi adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya subjek menjadi objek. Sesuatu watak yang dimiliki seseorang tidak ingin diakui lagi sebagai sifat atau wataknya, tetapi dilontarkan sebagai sifat dan watak orang lain. Jika seseorang diminta untuk mendeskripsikan seseorang yang tidak disenanginya, ia akan berusaha untuk mendeskripsikan hal-hal yang baik mengenai dirinya sendiri. Kesalahan yang dilakukan seseorang dilemparkannya kepada orang lain, bahwa orang lain itu yang melakukannya (Keraf, 1992: 131). D. Semantik dan Makna 1. Semantik a. Pengertian Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna (Verhaar, 2001: 385), sedangkan menurut Kridalaksana (2008: 216) pengertian semantik adalah (1) bagian dari struktur bahasa yang

13 19 berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara, (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Menurut Pateda (2010: 7) semantik adalah subdisiplin linguistik yang mengkaji sistem makna. Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pengertian semantik, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan arti/makna, ungkapan, bentuk-bentuk bunyi bahasa dan juga dengan struktur makna suatu wicara. 2. Makna a. Pengertian Menurut de Saussure dalam Chaer (2003: 287) makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Kalau tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka berarti makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem. Jika tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan morfem, maka makna itu adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem, baik yang disebut morfem dasar maupun morfem afiks. Makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan dari aspek bentuk, sedangkan bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat dicerap dengan panca indra. Contoh: pada waktu orang berteriak maling! timbul reaksi dalam pkiran kita bahwa ada seseorang telah berusaha untuk mencuri

14 20 barang atau milik orang lain. Jadi bentuk atau ekspresinya adalah kata maling yang dikatakan orang tadi, sedangkan maknanya adalah reaksi yang timbul pada orang yang mendengar kata maling! (Keraf, 2004: 25). Ogden dan Richards dalam Pateda (2010: 82-84) menyimpulkan beberapa pengertian makna, diantaranya: 1) suatu perbendaharaan kata yang intrinsik, 2) hubungan dengan benda-benda lainnya yang unik, yang tak dapat dianalisis, 3) kata lain tentang suatu kata yang terdapat di dalam kamus, 4) sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan suatu lambang oleh hubungan yang telah dipilih, 5) efek-efek yang membantu ingatan kalau mendapat rangsangan. asosiasi-asosiasi yang diperoleh, 6) tafsiran lambang yang berkaitan dengan (a) hubungan-hubungan, (b) percaya tentang apa yang diacu, dan (c) percaya kepada pembicara apa yang ia maksud. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah pengertian atau konsep kata dalam kamus yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan dari aspek bentuk yang secara aktual dihubungkan oleh suatu tanda atau lambang yang mengandung efek sehingga dapat membantu ingatan kalau mendapat rangsangan. asosiasi-asosiasi yang diperoleh. b. Aspek Makna Aspek-aspek dalam sebuah makna terdiri atas, pengertian; nilai rasa; nada; dan maksud. Adapun penjelasan dari masing-masing aspek makna tersebut adalah sebagai berikut:

15 21 1) Pengertian Pengertian dalam hal ini berhubungan dengan makna hubungan antara bahasa dan dunia kenyataan manusia. Dengan demikian hanya sedikit makna yang dapat diungkapkan tentang suatu kata. Meskipun kata-kata itu telah dijelaskan di dalam kamus, tetapi masih tetap ingin menjelaskan suatu kata yang dengar atau dibaca. Pengertian disebut juga tema. Tiap hari orang berbicara dan tiap hari kita mendengarkan orang berbicara bahkan berbicara dengan kawan bicara. Ketika orang berbicara, ia menggunakan kata-kata atau kalimat yang mendukung ide atau pesan yang dimaksud. Jadi pengertian dapat dicapai apabila antara pembicara dan kawan bicara atau antara penulis dan pembaca mempunyai kesamaan bahasa. Misalnya: kalau pembicara ingin memberitahukan tentang cuaca, katakanlah Hari ini hujan, maka yang pertama-tama harus ada, yakni pendengar mempunyai pengertian tentang satuan-satuan hari, ini dan hujan. 2) Nilai Rasa Dalam kehidupan sehari-hari selamanya kita berhubungan dengan rasa dan perasaan. Katakanlah apabila orang merasakan dingin, jengkel, terharu, gembira. Untuk menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan aspek perasaan tersebut, manusia menggunakan kata-kata yang sesuai. Misalnya: tidak mungkin kita berkata, Marilah kita bergembira atas meninggalnya bapak ini!.

16 22 Jelaslah harus menggunakan kata-kata yang mempunyai makna yang sesuai dengan perasaan yang hendak dikemukakan. Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa ada kaitannya dengan sikap pembicara terhadap apa yang sedang dibicarakan. Contoh lain jika orang berkata Saya akan pergi, sebenarnya ada dorongan untuk pergi. Demikian pula jika orang berkata Saya minta roti, karena ada dorongan perasaan yang menyebabkan orang tersebut meminta roti. Dengan kata lain, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan. 3) Nada Aspek makna nada adalah sikap pembicara kepada kawan bicara. Dalam karya sastra, nada berhubungan dengan sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna yang berhubungan dengan nada lebih banyak dinyatakan oleh hubungan antara pembicara dengan pendengar dan antara penulis dengan pembaca. Hal tersebut dapat bermaksud apakah pembicara telah mengenal pendengar atau apakah pembicara mempunyai kesamaan latar belakang pendengar. Aspek makna nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Kalau seseorang sedang marah, maka sikapnya kepada pendengar akan lain dengan perasaan bila kita sedang bergembira. Kalau seseorang jengkel, nada suaranya akan meninggi. Kalau

17 23 seseorang meminta sesuatu, maka nada suaranya akan rata, atau disampaikan dengan cara beriba-iba. Nada suara turut menentukan makna kata yang digunakan, misalnya: kata pulang. Kalau seseorang berkata pulang!, kata ini menandakan bahwa pembicara jengkel atau dalam suasana tidak ramah. Kalau seseorang berkata Pulang? itu bisa menandakan bahwa pembicara menyindir. Itu sebabnya makna kata dapat dilihat dari nada yang menyertainya. 4) Maksud Aspek maksud (intention) merupakan maksud, senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Biasanya jika seseorang mengatakan sesuatu memang ada maksud yang kita inginkan. Apakah kata itu besifat deklaratif, imperatif, naratif, mengubah perilaku pedagogis, persuasif, rekreatif atau politis, semuanya mengandung maksud tertentu. Kalau seseorang berkata Kerbau!, orang itu bermaksud mengurangi kejengkelannya atau bermaksud mengubah perilaku orang yang kena kata tersebut. Berdasarkan urutan ini, keempat aspek makna tersebut sebenarnya dapat dikaitkan. Contoh: urutan kata program KB (Keluarga Berencana). Berdasarkan aspek maksud, orang memahami apakah maksud pengertian, orang dapat mengatakan tentang fakta yang berhubungan dengan program KB. Dilihat dari aspek makna nilai rasa, orang dapat saja menentukan sikap, apakah

18 24 setuju, menolak, takut, malu, sedangkan dari segi aspek makna nada, dapat dikatakan bagaimana usaha pemerintah meningkatkan pelaksanaan program KB. Menurut Palmer (dalam Djajasudarma, 1999: 2-5) menyebutkan aspek makna dapat dipertimbangkan dari fungsi dan dapat dibedakan atas: sense pengertian ; feeling perasaan ; tone nada ; dan intension tujuan. Adapun penjelasan dari masing-masing aspek tersebut adalah sebagai berikut. 1) Sense pengertian Aspek makna pengertian ini dapat dicapai apabila antara pembicara, penulis, dan kawan bicara berbahasa sama. Makna pengertian disebut juga tema, yang melibatkan ide atau pesan yang dimaksud. 2) Feeling perasaan Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan. Di dalam kehidupan seharihari kita selalu berhubungan dengan perasaan (misalnya: sedih, panas, dingin, gembira, jengkel, gatal). Pernyataan situasi yang berhubungan dengan aspek makna perasaan tersebut digunakan kata-kata yang sesuai dengan situasinya. 3) Tone nada Aspek makna nada (tone) adalah An attitude to his listener (sikap pembicara terhadap kawan bicara) atau dikatakan

19 25 pula sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna nada ini melibatkan pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan kawan bicara dan pembicara sendiri. 4) Intension tujuan Aspek makna tujuan ini adalah His aim, conscious or unconscious, the effect he is endeavouring to promote (tujuan atau maksud, baik disadari maupun tidak, akibat usaha dari peningkatan). Apa yang kita ungkapkan di dalam makna aspek tujuan memiliki tujuan tertentu, misalnya: dengan mengatakan Penipu kau! tujuannya supaya kawan bicara mengubah kelakuan (tindakan) yang tidak diinginkan tersebut. Aspek makna tujuan ini melibatkan klasifikasi pernyataan yang bersifat: (1) deklaratif, (2) persuasif, (3) imperatif, (4) naratif, (5) politis, dan (6) pedagogis (pendidikan). Dari kedua pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek makna terdiri atas: (1) sense pengertian, (2) feeling perasaan/nilai rasa, (3) tone nada, (5) intension tujuan, dan (5) maksud. c. Jenis Makna Palmer dalam Pateda (2010: 96) membedakan makna menjadi, makna kognitif (cognitive meaning), makna ideasional (ideational meaning), makna denotasi (denotasional meaning), dan makna proposisi (propositional meaning).

20 26 Shipley (Ed.) (dalam Pateda, 2010: 96) membagi makna kedalam 6 jenis, yaitu: makna emotif (emotive meaning), referensial (referential meaning), makna piktotial (pictorial meaning), makna kamus (dictionary meaning), makna samping (fringe meaning), dan makna inti (core meaning). Menurut Ullmann (dalam Resmini, dkk., 2006:257) makna dikelompokkan menjadi: makna kognitif (denotative, deskriptif), makna konotatif, dan makna emotif. Menurut Chaer (2003: ) jenis-jenis makna dikelompokkan kedalam empat jenis, yaitu: (1) makna leksikal, gramatikal dan kontekstual, (2) makna referensial dan non referensial, (3) makna denotatif dan makna konotatif, dan (4) makna konseptual dan makna asosiatif. (Keraf, 2004: 28-29) membagi jenis makna menjadi dua yaitu makna denotatif dan makna konotatif, sedangkan dalam pendapat yang berbeda Djajasudarma (1999: 7-16) membagi jenis makna menjadi: makna sempit, makna luas, makna kognitif, makna emotif dan konotatif, makna referensial, makna konstruksi, makna leksikal, makna gramatikal, makna idiomatik, makna pictorial, makna proposisi, dan makna pusat. Dari beberapa pendapat ahli di atas mengenai jenis makna, dapat ditarik kesimpulan mengenai jenis makna. Makna ternyata terdiri dari sembilan belas jenis, yaitu: (1) makna kognitif (cognitive meaning), (2) makna ideasional (ideational meaning), (3) makna denotatif (denotasonal meaning), (4) makna proposisi (propositional meaning), (5) makna emotif (emotive meaning), (6) makna referensial (referential

21 27 meaning), (7) makna piktorial (pictorial meaning), (8) makna kamus (dictionary meaning), (9) makna samping (fringe meaning), (10) makna inti (core meaning), (11) makna leksikal, (12) makna gramatikal, (13) makna kontekstual, (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna asosiatif, (17) makna luas, (18) makna sempit, dan (19) makna konstruksi. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, dalam penelitian ini peneliti hanya akan membahas tentang makna emotif. E. Makna Emotif 1. Pengertian Makna emotif (emotive meaning) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan. Misalnya, kata kerbau yang muncul dalam urutan kata Engkau kerbau. Kata kerbau ini menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar atau dengan kata lain, kata kerbau mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan perilaku yang malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Orang yang mendengarnya merasa tersinggung, perasaannya tidak enak. Tidak heran jika orang yang mendengar kata itu akan mengambil sikap melawan. Jika orang itu tidak terlalu memahami hal-hal yang berhubungan dengan hukum, maka kemungkinan ia akan meninju orang yang berkata/ mengatai kerbau tersebut (Shipley dalam Pateda 2010: 101). Makna emotif (emotive meaning) adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca) kearah positif. Makna ini berbeda dengan makna kognitif (denotatif) yang menunjukkan

22 28 adanya hubungan antara dunia konsep (reference) dengan kenyataan, makna emotif menunjuk sesuatu yang lain yang tidak sepenuhnya sama dengan yang terdapat dalam dunia kenyataan ( Resmini, dkk, 2006: 258) Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional (Keraf, 2004: 29). Dalam Bahasa Indonesia terdapat kata-kata: peti es dipetieskan, kotak masuk kotak. Kata-kata di atas akan menimbulkan makna emotif tertentu bagi pendengar. Tempatkanlah kata-kata ini dalam kalimat: Usulmu akan kami petieskan, Saran rakyat hanya dipetieskan, Si Dul masuk kotak setelah beberapa tahun menjadi kepala kantor tertentu di Batam. Urutan kata: kami petieskan, dipetieskan, dan masuk kotak, pasti menimbulkan efek emotif bagi orang yang kena perlakuan tersebut. Kesimpulannya, makna emotif adalah makna yang terdapat dalam kata yang menimbulkan emosi (Pateda, 2010: 102). Makna emotif (emotimve meaning) adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca) ke arah yang positif. Makna ini berbeda dengan makna kognitif (denotatif) yang menunjukkan adanya hubungan antara dunia konsep (reference) dengan kenyataan. Makna emotif menunjuk sesuatu yang lain yang tidak sepenuhnya sama dengan yang terdapat dalam dunia kenyataan. Suatu makna dapat memiliki makna emotif dan bebas dari makna kognitif, atau

23 29 dua kata dapat memiliki makna kognitif yang sama, tetapi kedua kata tersebut dapat memiliki makna emotif yang berbeda. Makna emotif cenderung berbeda dengan makna konotatif, makna emotif cenderung mengacu kepada hal-hal (makna) yang positif, sedangkan makna konotatif cenderung mengacu kepada hal-hal (makna) yang negatif (Djajasudarma, 1999: 11). Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan yang melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar, penulis dan pembaca) kearah positif. Makna tersebut melibatkan stimulus dan respon yang mengandung nilai-nilai emosional dan melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca) kea rah negatif di mana makna tersebut melibatkan stimulus dan respon yang mengandung nilai konotatif. F. Keterampilan Menulis 1. Pengertian Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan: 1994: 1). Menurut Nurgiantoro (1988: 298) menulis adalah aktifitas aktif produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara

24 30 umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan pendapat melalui media bahasa. Menulis menurut Parera (1987: 3) menulis merupakan suatu proses. Oleh karena itu maka penulis harus mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan, tahap revisi dan tahap pengakhiran. Dari pendapat-pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah merupakan suatu keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca, bersifat produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. 2. Tujuan Menulis Tujuan utama dari menulis tulisan adalah agar dapat berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis juga sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar untuk berpikir (Tarigan, 1994: 22) Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1994: 24-24) menjelaskan tujuan penulisan sesuatu tulisan adalah sebagai berikut: (1) untuk tujuan penugasan, (2) untuk tujuan altuistik, (3) untuk tujuan persuasif, (4) untuk tujuan informasional, (5) untuk tujuan penyataan diri, (6) untuk tujuan kreatif, dan (7) untuk tujuan pemecahan masalah.

25 31 Dari kedua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis,yaitu: (1) untuk berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak lansung, (2) untuk tujuan penugasan, (3) untuk tujuan altuistik, (4) untuk tujuan persuasif, (5) untuk tujuan informasional, (6) sebagai media untuk pernyataan diri, (7) untuk tujuan kreatif, dan (8) untuk memecahkan masalah. G. Poster 1. Pengertian Poster adalah karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat ( Poster adalah plakat atau tempelan yang biasanya berisi pengumuman dan ditempel di tempat-tempat umum. Poster merupakan informasi yang ditulis dalam media tertentu (biasanya papan atau kertas). Poster biasanya dipergunakan untuk kepentingan publikasi atau propaganda. Agar lebih menarik, biasanya dilengkapi dengan gambar ilustrasi ( Basuki, dkk., 2010: 26). Menutut Setyorini dan Wahono (2008: 107) poster merupakan plakat yang dipasang di pinggir jalan atau tempat umum. Poster harus dibuat secara menarik, baik gambar maupun tulisan. Untuk menghasilkan tulisan yang menarik, pembuat poster bisa memanfaatkan berbagai sarana

26 32 bahasa, baik penggunaan kata yang unik, indah, juga variasi kalimat yang tepat. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi poster. Poster yaitu plakat atau tempelan atau karya seni atau desain grafis atau iklan atau pengumuman yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar yang pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin yang biasanya berisi pengumuman serta berisi informasi untuk memberitahu, mengajak, atau mempengaruhi pembacanya. Tujuannya yaitu agar pembaca tahu, mengerti, tertarik, atau bertindak sesuai dengan pesan yang ditampilkan. 2. Jenis-Jenis Poster Jenis-jenis poster berdasarkan tujuannya dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu (a) informational poster (untuk memberikan informasi), (b) educational poster (untuk mempromosikan suatu produk), (c) propaganda poster (untuk membujuk, biasanya polotik), dan (d) teaster poster (untuk membuat penasaran) (google.co.id). Berdasarkan isinya, poster dapat di bedakan atas dua belas jenis, yaitu (a) poster propaganda, (b) poster kampanye, (c) poster wanted, (d) poster cheesecake, (e) poster film, (f) poster komik buku, (g) poster affirmation, (h) poster riset dan kegiatan ilmiah, (i) poster di dalam kelas, (j) poster karya seni, (k) poster pelayanan masyarakat/ pelayanan kesehatan, dan (l) poster komersial (

27 33 Berdasarkan isinya, poster-poster yang biasa dipajang di tempattempat umum ternyata memiliki dua jenis, yaitu poster pengumuman/ kegiatan dan poster iklan (Setyorini dan Wahono, 2008: 107). Dari kedua sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis poster dapat dibedakan ke dalam tujuh belas jenis, yaitu (a) informational poster (untuk memberikan informasi), (b) educational poster (untuk mempromosikan suatu produk), (c) propaganda poster (untuk membujuk, biasanya polotik), (d) teaster poster (untuk membuat penasaran), (e) poster kampanye, (f) poster wanted, (g) poster cheesecake, (h) poster film, (i) poster komik buku, (j) poster affirmation, (k) poster riset dan kegiatan ilmiah, (l) poster di dalam kelas, (m) poster karya seni, (n) poster pelayanan masyarakat/ pelayanan kesehatan, (o) poster komersial, (p) poster hiburan, dan (q) poster niaga. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, serta sumber data yang ada, maka dalam penelitian ini hanya akan dibahas tentang poster kesehatan. 3. Kalimat Poster Ciri-ciri kalimat poster yang baik yaitu: singkat dan efektif, jelas dan mudah dimengerti, tepat sasaran, dan menarik perhatian pembaca (www. google.com). Adapun penjelasannya seperti di bawah ini: a. Singkat dan Efektif Singkat artinya pembahasan mengenai sebuah topik dilakukan secara garis besar tidak sampai detail, sedangkan efektif artinya bahasa dalam poster ditulis sesuai dengan topik dan tidak menuliskan hal-hal yang berada di luar topik.

28 34 b. Jelas dan Mudah Dimengerti Jelas artinya tulisan itu mencerminkan judul. c. Tepat Sasaran Isi poster harus sesuai dengan sasaran yang dibicarakan dalam permasalahan yang diangkat dalam poster tersebut. d. Menarik Menarik artinya tulisan yang berbobot tidak hanya dalam uraian dan sudut pandangnya, tetapi juga dalam cara penyajiannya. Basuki, dkk. (2010: 26) mengatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam poster haruslah singkat, mudah dimengerti, dan mudah diingat. Selain itu bahasa poster juga harus menarik perhatian bagi orang yang melihat dan membacanya. Poster juga bersifat persuasif (mempengaruhi) terhadap pembaca sehingga pembaca menjadi yakin. Dari kedua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan, ciri-ciri kalimat poster yang baik antara lain, (a) singkat dan efektif, (b) jelas atau mudah dimengerti, (c) tepat sasaran, (d) menarik perhatian pembaca, dan (e) bersifat persuasif (mempengaruhi). 4. Poster Pelayanan Kesehatan Masyarakat Poster pelayanan masyarakat atau social compaign merupakan suatu jenis poster yang tidak bersifat komersial, atau tidak diperdagangkan (seperti poster-poster Cheseecage, poster film, poster karya seni, poster tentang suatu penyakit, dsb.) (

29 35 Poster kesehatan termasuk dalam poster pendidikan. poster pendidikan adalah poster yang bertujuan memberi penerangan kepada masyarakat bersifat memberitahu atau mendidik (dalam Laporan- Discovery-Learning-2, Dari kedua sumber di atas dapat disimpulkan pengertian poster kesehatan adalah suatu jenis poster yang tidak bersifat komersial atau tidak diperdagangkan yang bertujuan memberi penerangan kepada masyarakat bersifat memberitahu atau mendidik.

BAB II. Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau

BAB II. Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau terbesar (Kridalaksana,2008: 259). Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993: 25)

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi yang bersifat membujuk dan mengajak sebagian atau seluruh masyarakat. Iklan berusaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif 1. Pengertian Menulis Pada dasarnya menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis Yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Analisis Wacana Persuasif dalam Iklan Obtat Herbal pada Majalah Elfata dan Saran Implementasinya sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik dalam Syair Kesenian Cowong di Desa Pekuncen Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap.

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik dalam Syair Kesenian Cowong di Desa Pekuncen Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Semantik dalam Syair Kesenian Cowong di Desa Pekuncen Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Kajian yang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang

BAB II KAJIAN TEORI. manusia atau kelompok (Kridalaksana, 2001:1993). Makna kata merupakan bidang BAB II KAJIAN TEORI A. Semantik Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah maksud pembicaraan, pengaruh satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Para pakar pada umumnya memiliki pandangan yang sama tentang menulis, yakni suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Para pakar pada umumnya memiliki pandangan yang sama tentang menulis, yakni suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Menulis Para pakar pada umumnya memiliki pandangan yang sama tentang menulis, yakni suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide atau gagasan pada orang lain, baik secara lisan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide atau gagasan pada orang lain, baik secara lisan maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh manusia sangat penting peranannya dalam masyarakat, karena tanpa bahasa manusia akan sulit untuk menyampaikan ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana adalah paparan ide atau pikiran secara teratur, baik lisan maupun tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal.

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Iklan Iklan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran, iklan menjadi media komunikasi yang sangat efektif untuk digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini saya akan memperkenalkan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis bab 3. 2.1 Semantik 意味論 Dalam menganalisis lagu, tidak dapat terlepas dari semantik. Keraf

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN 2.1 Gaya Bahasa 2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah

BAB II LANDASAN TEORI. Prasetya, NIM , tahun 2010 dengan judul Konsep Penamaan Rumah 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Sistem Penamaan Toko di Purwokerto, Kabupaten Banyumas dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Iklan Barang Kebutuhan Rumah Tangga pada Tabloid Wanita dan Saran

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Iklan Barang Kebutuhan Rumah Tangga pada Tabloid Wanita dan Saran 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Untuk membedakan penelitian yang berjudul Analisis Wacana Persuasif dalam Iklan Barang Kebutuhan Rumah Tangga pada Tabloid Wanita dan Saran Implikasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam bersosialisasi. Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2012: 32), bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara lahiriah manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain. Mereka tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif.

BAB II KAJIAN TEORI. yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Bahasa Pada manusia bahasa ditandai oleh adanya daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis ialah suatu kemampuan individu untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Pembahasan mengenai keterampilan menulis berkaitan dengan penelitian karena di dalam penelitian ini keterampilan menulis dijadikan sebagai keterampilan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi Berdasarkan Kurikulum

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi Berdasarkan Kurikulum BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Paragraf Persuasi Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2.1.1 Standar Kompetensi Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Kridalaksana (2008: 25) bahasa adalah salah satu bentuk perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

bahasa indonesia Kelas X ARGUMENTATIF DAN PERSUASIF KTSP Semester 2 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006

bahasa indonesia Kelas X ARGUMENTATIF DAN PERSUASIF KTSP Semester 2 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 KTSP Kelas X bahasa indonesia ARGUMENTATIF DAN PERSUASIF Semester 2 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK KTSP 2006 Standar Kompetensi Menulis 11. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran:

Penggunaan bahasa. Tujuan pembelajaran: Penggunaan bahasa Tujuan pembelajaran: "Penggunaan bahasa" fokus pada bagaimana sebuah pengertian dari fungsi-fungsi bahasa itu penting dalam logika. Bahasa adalah sebuah alat yang kompleks, dan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor pada Surat Kabar Suara Merdeka dengan penelitian sebelumnya,

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini digunakan bagi penulis untuk memberikan referensi atau acuan, untuk membedakan antara penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang selalu digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Sebagai alat komunikasi verbal bahasa merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa terdiri atas bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran penting yang masuk dalam ujian nasional pada setiap jenjang pendidikan pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993, 21). Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi pikiranya kepada orang lain. Bahasa memiliki komponen penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi pikiranya kepada orang lain. Bahasa memiliki komponen penting yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat. Dengan bahasa seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain, serta menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra berupa novel. Novel dibangun melalui beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian oleh penulis, agar tercipta hasil tulisan yang bermakna, menarik, dapat dipahami, dan mempengaruhi pembacanya. Seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retorika adalah penggunaan bahasa dengan baik atau efektif yang harus dipelajari seseorang yang menggunakan bahasa dengan cara yang efektif untuk tujuan tertentu. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan mengembangkan keterampilan berbahasa siswa dimana keterampilan berbahasa itu terdiri dari empat aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal atau alat untuk berinteraksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal atau alat untuk berinteraksi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi verbal atau alat untuk berinteraksi yang sangat penting bagi manusia. Kepentingan bahasa itu hampir mencakupi segala bidang

Lebih terperinci

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R. Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Simalingkar Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010. Verawaty R. Sitorus ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

SILABUS. Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

SILABUS. Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung KELAS X SEMESTER 1 SILABUS Nama Sekolah : SMA / MA... Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung 1.1 Menanggapi siaran

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak

Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman. Abstrak Istilah Bangunan Rumah Panggung Sunda Di Pesisir Selatan Tasikmalaya Oleh Fiana Abdurahman Abstrak Dalam seni bina, pembinaan, kejuruteraan, dan pembangunan harta tanah, bangunan merujuk kepada mana-mana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah, hingga masyarakat golongan atas. Akibatnya, muncul kelompokkelompok

BAB I PENDAHULUAN. menengah, hingga masyarakat golongan atas. Akibatnya, muncul kelompokkelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu jenis olahraga yang akrab dengan masyarakat, mulai dari masyarakat golongan bawah, masyarakat golongan menengah, hingga masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Menurut Chaer (1994: 45), fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi bagi manusia, menyampaikan pesan, konsep, ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan orang lain, manusia memerlukan

Lebih terperinci