BAB II DESKRIPSI OBJEK PRODUKSI. A. Sejarah Prajurit Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DESKRIPSI OBJEK PRODUKSI. A. Sejarah Prajurit Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat"

Transkripsi

1 BAB II DESKRIPSI OBJEK PRODUKSI A. Sejarah Prajurit Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Keberadaan Prajurit Kraton mempunyai latar belakang sejarah panjang, yang telah melewati berbagai zaman genting. Prajurit kerajaan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Sejak kerajaan mataram islam awal yang beribukota di Kotagede dan di Plered, keberadaan abdi dalem prajurit atau prajurit keraton sudah nyata dan menjadi bagian penting dari strategi taktik pertahanan militer negara kerajaan itu. Kerajaan Mataram Islam, sebagai kerajaan yang kuat membutuhkan kesatuan (Bregada) abdi dalem prajurit yang kuat juga. Hal ini dapat diketahui dari fakta sejarah bahwa pada priode awal kerajaan mataram yaitu pada masa panembahan senopati ( M) dan Hanyakrawati ( ) sampai dengan pemerintahan sulta agung ( ) kerajaan mataram dikenal sebagai sebagai kerajaan mempunyai prajurit yang kuat dan tangguh. Tidak mengherankan jika pada masa itu kerajaan mataram mampu melakukan penjelajahan dan penaklukan ke berbagai daerah daerah di pulau jawa dan sekitarnya. (Suwinto dkk 2019 : 5) Latar belakang dan lahirnya prajurit kraton Ngayogyakarta Hadiningrat terkait erat dengan adanya konflik yang memunculkan peristiwa Perang Mangkubumi antara tahun M yang berakhir dengan adanya perjanjian Giyanti (palihan Nagari). Lewat perjanjian Giyanti antara Sri Suna Paku Buwanan II dengan Pangeran Mangkubumi (putra Amangkurat IV) pada 13

2 pebruari 1755 M (29 Rabiulakir 1680 J), kerajaan mataram dibagi menjadi dua bagi, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Dalam persfktif sejarah keberhasilan perjuangan Hamengku Bowono I tersebut tidak terlepas dari dukungan aliansi para pejuang (sedherek). Beberapa kerabat atau sedherek daelem yang dapat disebut telah memberikan dukungan dalm perjuangan itu adalah, Pangeran Hadiwijaya (RM.Subekti), gugur dalam pertempuran dalam melawan kumpeni di Kaliabu wilayah Kedu. Kedua, adik Pangeran Mangkubumi yaitu Pangeran Singsari (RM. Sunaka) ketiga, Pangeran Hangabehi (RM. Sandeya) keempat, R.M.said (Pangeran Sambernyawa) Keponakan sekaligus menantu pangeran mangkubumi yang di tengah perjuangan itu kemudian memisahkan diri dari pangeran mangkubumi dan memilih berjuang sendiri. Dalam perjuangan ini khususnya ketika pangeran mangkubumi melawan VOC Belanda terjadi terjadai bala bantuan khusunya terhadap kerajaan mataram yang mana bantuan itu adalah para prajurit Makassar yang sebelumnya ketika mereka di Makassar mengalami kekalahan yang menimpa kerajaan sultan Hasanudin oleh VOC Belanda, kemudian para tentara kerajaan Makassar banya yang bermigrasi bahkan sampai saai ini di kenal dengan Diaspora Bugis Makassar. Diaspora dan migrasi adalah sebuah fenomena yang banyak dijumpai dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia. Diaspora suku bugis dan makasar ke daerah lain yang berlangsung sekitar abad ke-17.

3 Umumnya mereka menitik beratkan pada tinjauan politik dan latar belakangnya yang melibatkan para bangsawan atau golongan raja. Dinamika diaspora bugis makasra ini turut diwarnai peristiwa jatuhnya Makassar ke tangan belanda pada tahun 1667.(Mansyur 2012 : 45) Terbentuklah orang-orang yang awal mulanya merupakan para prajurit yang di kerajaan Hasanudin yang mereka tidak menerima kekalahan kerajaannya dan kemudian mereka migrasi ke pulau jawa dan awal mula singgah yakni di kediri kemudian para migrasi yang sebenarnya sudah dibekali ilmu kemiliteran ketika di kerajaan Hasanudin menyebarlah ke berbagai kota di pulau jawa termasuk ke tanah Mataram dan mereka membatu untuk melawan VOC Belanda, dan para prajurit ini kemudian di terima oleh Kerajaan Mataram yang sekarang adalah kesultanan Ngayogyakarta, dan diberi nama oleh Sri Sultan Hamengku Bowono I Prajurit Daeng. Nama Daeng berasal dari bahasa Makassar sebagai sebutan gelar bangsawan di Makasar. Secara filosofi Daeng bermakna prajurit elit yang gagah berani seperti prajurit makasar pada waktu dahulu dalam melawan belanda. Menurut sejarah, prajurit Daeng adalah prajurit yang didatangkan oleh belanda guna memperkuat bala tentara R.M Said. R.M Said kemudian berselisih dengan P.Mangkubumi. Padahal kedua toko ini semula bersekutu melawan Belanda. Puncak atas perselisihan itu adalah perceraian R.M.said dengan istrinya. Istri dari R.M Said adalah putri Hamengku Buwono I. Pada waktu memulangkan istrinya, R.M said (P.Mangkunegara) khawatir jika nanti Hamengku Buwono I marah. Guna menjaga hal yang tidak diinginkan, kepulangan sang mantan istri, kanjeng

4 ratu Bendara diminta agar diiringkan oleh pasukan pilihan, yaitu Prajurit Daeng. Setelah sampai di Kraton Yogyakarta justru disambut dengan baik. Prajurit Daaeng diterima dengan tangan terbuka, di sambut dengn baik. Atas keramahtamahan itu prajurt Daeng kemudian tidak mau pulang ke Surakarta. Mereka kemudian mengabdi dengan setia kepada Hamengku Buwono I. lascar Daeng kemudian oleh Hamengku Buwono I diganti menjadi Bregada Daeng. Panji-panji/bendera/Klebet/dwaja prajurit Daeng adalah Bahningsari, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih, di tengahnya adalah bintang segi delapan berwarna mera. Bahningsari berasal dari kata bahasa sansekerta Bahning berate api dan sari berarti indah/inti. Secara filosofis bermakna pasukan yang keberaniannya tidak pernah menyerah seperti semangat inti api yang tidak pernah kunjung padam (Suwito 2009: 50-51) B. Genre/Jenis Film Dokumenter Karya dokumenter merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi istimewa secara keseluruhan. Istilah dokumeter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flahery di New York Sun pada 8 Februari Salah satunya adalah yang berjudul Nanook Of The North, Film tersebut tidak hanya sekedar mendongeng ala Hollywood. Grierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan oleh Flaherty tersebut merupakan sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada. Bill Nicholas mengatakan film dokumenter

5 adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas menggunakan fakta dan data Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari istilah yang berasal dari bahasa Perancis. dalam film terutama film cerita, banyak sekali genre yang sudah dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, Westren, gangster, horor, komedi dan lainnya akan tetapi genre tersebut sering dicampurkan satu sama lain seperti horor-komedi dan lain sebagainya. Demikian pula dalam film dokumenter, mengutip dari buku yang berjudul dokumenter Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawalia menbagi Genre menjadi 12 jenis. Akan tetapi menurut penulis beberapa jenis film dokumenter yang ada di dalam buku tersebut sebenarnya bisa di kelompokan lagi. 1. Dokumenter Laporan Perjalanan Pada awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atu entografi. Namun dalam perkembanganya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga hal kecil sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary, dan adventures film. 2. Dokumenter Sejarah Film dokumenter yang pertama kali di indonesia adalah ketika diperkenalkan oleh kolonial Belanda, yaitu dokumenter sejarah yang menggambarkan perjalanan Ratu Olanda dan Raja Hertoge Hendrik di kota Den Haag. Melalui publikasi populer kala itu layar tancap, produksi film sejarah

6 bertujuan untuk propaganda. Dalam film tersebut menjadi media pembelajaran yang bersifat pencerahan, tetapi juga bisa memberikan pemahaman yang mengarahkan ke suatu tujuan atau untuk memanipulasi fakta yang ada. Film doumenter juga bisa menceritakan sejarah perjuangan suatu bangsa, berisi perjuangan tokoh-tokoh pahlawan untuk mengenang berdirinya suatu negara yang mengalami proses perlawanan menjadi negara yang merdeka. Film dokumenter sejarah sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat tergantung pada referensi peristiwa). Adapun tiga hal penting dalam film dokumenter adalah waktu peristiwa, lokasi sejarah, dan tokoh pelaku sejarah. Film dokumeter biasanya mengetengahkan peristiwa yang sudah berlalu. Pada era reformasi, peta film dokumenter sejarah diproduksi penekannya karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. 3. Dokumenter Potret/Biografi Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. mereka yang di angkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas di dunia. atau masyarakat tertentu, atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan, ataupun aspek lain yang menarik. 4. Dokumenter Perbandingan/Kontradiksi Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu yang beesifat budaya, prilaku, dan peradaban suatu bangsa. Cerita mengemuakan perbedaan suatu situasi atau kondisi dari suatu objek/subjek dengan yang lainnya.

7 5. Dokumenter Ilmu Pengetahuan Film ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori, sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Kemasannya bisa film edukasi (jika ditnjukan untuk publik khusus)atau film intruksional (jika ditunjukan untuk publik umum dan luas) 6. Dokumenter Nostalgia Dokumeter yang mengisahkan kilas balik dan napaktilas, misal napak tilas tentara Amerika veteran perang Vietnam. Dikemas dengan menggunakan penuturan perbandningan (perbandingan sekarang dan masa lalu). 7. Dokumenter Rekontruksi Dokumenter ini bisa ditemui pada dokumenter investigasi dan sejarah, termasuk juga pada film etnografi (ilmu tentang kebudayaan) dan atropologi visual. Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. 8. Dokumenter Investigasi Dokumenter ini dikemas untuk mengungkap misteri sebuah peristiwa yang belum atau tidak pernah terungkap dengan jelas. Peristiwa besar yang pernah menjadi berita hangat media massa di seluruh dunia, disebut juga dokumenter jurnalistik. 9. Dokumenter Eksperimen/Seni (Association picture Story)

8 Dokumenter Eksperimen/Seni menggabungkan gambar, musik dan suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi unsur utama katrena tidak menggunak narasi, komentar, maupun dialog/wawancara. musik memberi nuansa gerak kehidupan yang dapat membangkitkan emosi penontonnya. 10. Dokumenter Buku Harian Diary film merupakan dokumenter yang mengombinasikan laporan perjalanan dengan nostalgia kejayaan masa lalu, jalan cerita mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi, dan karakternya sangat subjektif. 11. Dokumeter Drama Dokumenter drama adalah Genre dokumenter dimana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Dokumenter drama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah atupun belum pernah terjadi. C. Tahapan Produksi Film Dokumenter Film dokumeter Daeng di Tanah Mataram ini merupakan film dokumeter sejarah. Film ini mengangkat sejarah tentang bagaimana awal mulanya prajurit Daeng yang berasal dari makassar sampai menjadi prajurit Kraton Yogyakarta. Langkah-langkah membuat film dokumenter menurut Fajar Nugroho (2007: 40) adalah sebagai berikut:

9 1. Menemukan ide Ide adalah pondasi utama dari setiap hal yang akan dilakukan, termasuk dalam hal berkarya. Meskipun sudah tidak ada lagi ide yang orisinil di dunia ini, boleh jadi demikian, namun karya-karya yang sudah ada dan milik orang lain itu seyogyanya hanya dijadikan sebagai referensi dan inspirasi bagi ide karya karya baru. Ide yang di ambil dalam film dokumenter Daeng di tanah Mataram ini merupakan referensi dari sebuah program acara Yogyakaya di NetTv akan tetapi dalam acara tersebut merupakan acara program Feauter Jogjakaya dan hanya mengambil dalam sudut pandang luas yakni dalam acara tersebut menyajikan sejarah tentang prajurit keseluruhan dan pernak pernik yang mereka gunakan saat ini dari mulai pakaian sampai senjata yang mereka gunakan secara keseluruhan, akan tetapi dalm film Daeng di Tanah Mataram hanya menceritakaan sejarah prajurit Daeng 2. Menentukan judul Judul memegang andil yang cukup besar dalam memengaruhi minat penonton agar tertarik untuk melihat isi film. Seseorang pasti inginmengetahui apa judul film yang akan ditontonnya sebelum ingin tahu apa gambar dalam film. Meskipun ada istilah don t judge the book by the cover tetap saja tampilan pertama dilihat pertama, dan di sana termasuk judul. (Fajar Nugroho,2007: 57) memaparkan bahwa judul yang menarik membuat produser atau pembuat film semakin mantap dalam menyelesaikan filmnya. Tidak ada aturan khusus dalam

10 menentukan judul film yang harus dipatuhi.dalam karya film Dokumenter kali ini penulis memberikan Judul Daeng di Tanah Mataram, dengan alasan yakni kata Daeng merupakan bahasa yang identik dengan Pulau Sulawesi dan merupakan panggilan bagi orang-orang bangsawan, dan Mataram merupakan Kerajaan yang terletak di Pulau Jawa. dan menurut penulis judul ini mewakili dari apa yang ada di dalam cerita film dokumenter ini. 3. Melakukan riset Riset dalam pembuatan film dokumenenter adalah hal yang penting. Riset adalah pengumpulan informasi untuk bahan penulisan. Sebelum proses pengambilan gambar dilakukan, perlu dilakukan penelitian atau riset kecil-kecilan yang mendalam terhadap obyek yang akan direkam (Fajar, 2007: 70). Dalam riset Daeng di Tanah Mataram penulis melakukan ke beberapa orang diantaranya Romo Tirun, Bapak Barmudin dan Pak Manu, dalam awal riset ini Romo Tirun merupakan sumber dari semua yang penulis tanyakan tentang sejarah Prajurit Kraton Yogyakarta dan kemudian penulis melakukan penyempitan cerita yang awalnya seluruh Prajurit menjadi satu Prajurit, kemudian dalam riset ini penulis menanyakan terhadap satu Prajurit, yakni Prajurit Daeng kepada Romo Tirun dan Romo Tirun menceritakan bagaimana sejarah Prajurit tersebut dari awal mula sampai prajurit ini ada sampai sekarang di Kraton Yogyakarta. dan kemudian Romo Tirun menceritakan satu nama Yakni Bapak Barmudin yang sekarang menjadi Kapten Prajurit Daeng, riset selanjutnya penulis bertemu dengan Bapak Barmudin dan mendengarkan cerita di mata Bapak

11 Barmudin yang notabenennya merupakan orang asli Makassar. Dan riset yang penulis lakukan sebenarnyaa riset wawancara untuk menanyakan perihal tentang Prajurit Daeng tersebut. Manfaat riset adalah untuk mendapat suatu kerangka global mengenai tujuan penuturan serta subjek yang akan dipakai, mengetahui mana informasi penting dan yang kurang penting, bagian informasi mana yang perlu diperdalam atau diperluas, bagian mana dan di mana, sebab dan akibat dari peristiwa yang dapat dipakai sebagai penunjang unsur dramatik dan ketegangan, bagian utama dan pelengkap, serta mengetahui materi apa saja yang diperlukan untuk melengkapi visual yang tak ditemui di lokasi peristiwa. 4. Membuat treatment atau outline Treatment atau outline adalah cerita rekaan tentang film atau preproduction script. Dalam produksi film fiksi, skenario atau script adalah panduan utama, sedangkan dalam pembuatan film dokumenter tidak banyak yang memiliki script, karena biasanya film dokumenter benar-benar dibentuk di meja editing (Fajar, 2007: 81-88). Treatment atau struktur cerita berfungsi sebagai script dalam film dokumenter karena didalamnya menggambarkan film dari awal sampai akhir. Pembuatan treatment berdasarkan hasil riset. 5. Mencatat shooting list Shooting list berisi gambar apa saja yang dibutuhkan dalm hal film dokumenter ini Shooting list yang narasumber katakan ini merupakan ilustrasi

12 agar para penonton tidak teralu bosan dalam menonton. Mencatat shooting list sangat penting dalam proses produksi, karena dalam shooting list berisi urutanurutan dalam pengambilan gambar dari awal sampai akhir. Selain shooting list, hal lain yang perlu disiapkan adalah shooting schedule atau jadwal pengambilan gambar. Shooting schedule berisi keterangan waktu shooting dan urutan adegan yang harus direkam (Fajar, 2007: 95-97). Selain jadwal shooting, menurut Fajar (2007: 99) daftar pertanyaan untuk wawancara juga dibutuhkan apabila nantinya ada take shoot wawancara dengan subjek film. Daftar tersebut untuk menghindari adanya pertanyaan yang terlewat atau pertanyaan yang diulang atau ditanyakan kembali. Satu hal yang tidak boleh dilewatkan oleh pembuat film ketika ingin mengikutsertakan gambar orang lain dalam filmnya adalah lembar kesepakatan atas apa yang akan dilakukan, atau disebut release form. Release form berisi kesepakatan antara pembuat film dan subjek film yang isinya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak. Intinya lebih lengkap lebih jelas, dan lebih jelas lebih baik. Sebelum berangkat shooting, beberapa hal yang perlu dicek ulang adalah ide film dan film statement, outline film, shooting list, shooting schedule, list interview, dan release form. Setelah semuanya siap, maka shooting siap dilaksanakan. Pada produksi film dokumenter tidak harus dilakukan pengambilan gambar secara langsung. Artinya, boleh menggunakan gambar atau video dari dokumen yang sudah ada. Shooting dilakukan apabila gambar yang diinginkan tidak tersedia, sehingga dirasa perlu untuk mengadakan reka adegan yang tidak jauh berbeda dengan kejadian atau fakta di lapangan.

13 Dalam film ini penulis sudah mendapatkan beberapa Shooting list yang di butuhkan oleh film Daeng di Tanah Mataram ini, akan tetapi shoting list tersedia hanyalah video gambar-gambar ketika prajurit melakukan tugasya dalam acara Garebeg Idul Adha, karena shoting list yang tersedia atau yang mudah di ambil hanya dalam acara-acara tertentu yakni mereka hanya bertugas ketika kraton Yogyakarta sedaang melakukan acara besar diantaranya Garebeg Syawal, Garebeg Idul Adha, Garebeg Mulud dan acara-acara besar Kraton Yogyakarta. 6. Menyiapkan editing script Editing script adalah panduan dalam menyusun gambar. Naskah pengeditan atau editing script memuat deskripsi audio dan visual film. Menyusun gambar atau editing adalah proses terakhir dalam pembuatan film dokumenter. Begitu pentingnya proses pasca produksi, kebanyakan orang profesional menyatakan bahwa sesungguhnya film diciptakan di meja editing. Proses yang telah penulis lakukan antara lain diawali dengan pemotongan narasumber, dan disini penulis melakukan pemotongan terlebih dahulu untuk mempermudah alur cerita yang ingin di sampaikan dalam film ini dan tidak melebihi durasi yang di tentukan oleh pihak kampus, masuk ke editing online yang mana proses ini merupakan proses yang sangat penting yakni penyempurnaan sebuah gambar yang mana di dalam proses ini ada beberapa tahap, yang pertama penulis menabah bacsond hal ini agar film tersebut lebih hidup dan tidak membosankan, kemudian memasukan stock shoot/gambar dan ilustrasi lainya mengenai apa yang narasumber ucapkan agar film ini tidak menjenuhkan ketika ditonton, tahap

14 terakhir sebelum melakukan render adalah color Granding dan penyempurnaan audio.

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan Negara Mataram Islam yang dibangun oleh Ki Ageng Pemanahan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan Negara Mataram Islam yang dibangun oleh Ki Ageng Pemanahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Khasanah budaya terpenting di Yogyakarta adalah Kraton Yogyakarta, lengkap dengan segala pernak perniknya. Salah satu aspek penting dari pernakpernik budaya yang dimiliki

Lebih terperinci

Pengertian Program Dokumenter Televisi

Pengertian Program Dokumenter Televisi Pengertian Program Dokumenter Televisi Modul ke: 01 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter TV Merupakan Dasar Produksi Program Televisi ; 1. Dapat diproduksi

Lebih terperinci

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep

Dokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN

Lebih terperinci

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS

Referensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS Referensi DOKUMENTER dari Ide sampai ProduksI Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS DOKUMENTER PERTEMUAN 1 Dokumentaris Umumnya sineas dokumenter merangkap beberapa posisi : produser, sutradara, penulis

Lebih terperinci

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5

FEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5 FEATURE-DOKUMENTER RISET OBSERVASI Pertemuan 5 1 Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang

Lebih terperinci

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi

Lebih terperinci

JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY

JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY JURNAL PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER ERAU ADAT KUTAI DENGAN GAYA EXPOSITORY SKRIPSI PENCIPTAAN SENI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Televisi dan Film

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola BAB V Kesimpulan Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola kelembagaan yang ada. Lembaga-lembaga yang berperan dalam perubahan di Yogyakarta saat ini dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Modul ke: 07 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menyusun Shooting List Setelah sequence dan scene tersusun semua, salinlah di

Lebih terperinci

2 perubahan yang terjadi di dalam media penyiaran itu sendiri meliputi segi sistem pemberitaan dan sistem informasi yang sifatnya lebih terbuka. Salah

2 perubahan yang terjadi di dalam media penyiaran itu sendiri meliputi segi sistem pemberitaan dan sistem informasi yang sifatnya lebih terbuka. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan komunikasi massa saat ini sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sejarah Istilah sejarah berasal dari bahasa arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon. Menurut bahasa arab sejarah sama artinya dengan sebuah pohon yang terus berkembang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pembuatan produksi sebuah film, pada dasarnya memiliki suatu rangkaian tahapan yang harus dilalui. Rangkaian tersebut akan membantu menentukan hasil proses produksi program

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012 A. Dasar Pemikiran Pada dasarnya film dapat dimaknai atau dilihat memiliki fungsi sebagai berikut: Sebagai media ekspresi seni Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini pembuat karya akan membuat sebuah program dokumenter mengenai warisan dari Indonesia khususnya kain di seluruh Indonesia. Pada program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari penyajian fakta atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FEATURE Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Rubinson menyatakan bahwa multimedia merupakan presentasi intrusional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, vidio dan audio, serta dapat menyediakan interaktifitas.

Lebih terperinci

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi Skripsi / Kajian Komunikasi Skripsi/Kajian merupakan Tugas Akhir Mahasiswa yang berbentuk Karya Tulis Ilmiah dari hasil penelitian dan atau studi kepustakaan yang disusun menurut kaidah keilmuan Komunikasi

Lebih terperinci

PRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER. Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

PRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER. Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman PRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Documentary is a creative treatment of actuality (Robert

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN Profil Target Komunikasi Laki-laki dan perempuan tahun Semua status ekonomi

BAB 4 KONSEP DESAIN Profil Target Komunikasi Laki-laki dan perempuan tahun Semua status ekonomi BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Strategi Komunikasi Strategi komunikasi yang dipakai oleh penulis adalah sebagai berikut: 4.1.1.1 Fakta Kunci Fakta kunci dari film edukasi Machmud Rumagesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal perjalanan pembuatan film beserta teknologinya, para filmmaker telah mengupayakan berbagai teknologi canggih dalam merealisasikan konsep visual mereka didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film Film adalah gambar-hidup yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI

2015 ANANLISIS NILAI MORAL PAD A TOKOH UTAMA RED A D ALAM FILM LE GRAND VAJAGE(LGU) KARYA ISMAEL FERROUKHI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Peran bahasa asing sangatlah penting dalam menunjang eksistensi para insan pendidikan di era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri, agar menjadi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang merupakan istana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat mudah ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bike Trial merupakan olahraga keterampilan sepeda, termasuk salah satu olahraga sepeda ekstrim. Fokus gerakan dari sepeda trial adalah manajemen balance dan power.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood.

BAB I PENDAHULUAN. lain, seperti koran, televisi, radio, dan internet. produksi Amerika Serikat yang lebih dikenal dengan nama Hollywood. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang, komunikasi sudah banyak cara penyaluran pesannya kepada masyarakat, salah satunya adalah film, disamping menggunakan media lain, seperti koran, televisi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya Pada program kali ini penulis berkesempatan untuk membuat karya yaitu sebuah dokumenter mengenaik profi seseorang, dokumenter profil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai agar data yang dikirim oleh pengirim bisa sampai ke penerima. Media yang dipakai bisa melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon

BAB II LANDASAN TEORI. Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pulau Giliyang Pulau Giliyang terdiri dari dua kata gili (pulau) dan iyang (sesepuh). Konon katanya pulau ini dihuni oleh masyarakat yang berasal dari Sumenep (Pulau Madura) di

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Budaya Lokal Betawi Ondel-ondel Sejarah Ondel-ondel Bentuk Ondel-ondel Ornamen pada ondel-ondel dan pakaiannya. Data Ondel-ondel Boneka besar Topeng Rambut (kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membentuk suatu cerita atau juga sinema, sedangkan gambar

BAB I PENDAHULUAN. yang membentuk suatu cerita atau juga sinema, sedangkan gambar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang merepresentasikan realita sosial. Film adalah rangkaian gambar bergerak yang membentuk suatu cerita atau juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak kian mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Media menyuguhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968 yang sebelumnya merupakan wilayah Keresidenan Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. Film mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Adanya sebuah film, baik itu film pendek maupun film panjang, tidak hanya peranan sutradara saja dalam film tersebut tetapi ada orang lain yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hubungan kekerabatan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial, maupun budaya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Menurut (Munir, 2012) secara umum, multimedia berhubungan dengan penggunaan lebih dari satu macam media untuk menyajikan informasi. Misalnya, video musik adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan batiniah maupun lahiriah. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak selalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari 3.1 Metodologi BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari informasi lebih mendalam tentang eksistensi Ludruk sebagai seni tradisional.

Lebih terperinci

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES

BAB IV ANALISIS PROSES 72 BAB IV ANALISIS PROSES 4.1 Tahapan Proses Produksi Film pendek 5 Rumus Cinta merupakan film bergenre drama fiksi yang dikarang oleh Rizka Anwar Fauzia. Film ini melewati berbagai tahapan proses dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Program Urban Street Food merupakan program feature yang sudah ada di televisi saat ini. Program Urban Street Food merupakan program food & travel yang dikemas

Lebih terperinci

BAB V PASCA PRODUKSI

BAB V PASCA PRODUKSI BAB V PASCA PRODUKSI 5.1 Editing dan Mixing Setelah melakukan proses produksi, tahap selanjutnya adalah pasca produksi. Pasca produksi yang dilakukan meliputi editing dan mixing. Pembuat karya yang bertugas

Lebih terperinci

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan dan memiliki peran untuk menyampaikan apa yang disebut dengan pesan. Pesan bisa menjadi sebuah informasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota batik dengan julukan keindahan Asia yang tiada akhir pernah menjadi destinasi dunia yang harus dikunjungi menurut New York

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi sudah menjadi alat komunikasi yang efektif didalam masyarakat Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya membuat televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kehidupan adalah suatu proses yang dilalui oleh makhluk hidup sebelum mencapai batas kematian. Menurut Ir. I Ketut Gede Yudantara, kehidupan adalah anugerah sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan antara unsur audio dan visual. Dengan adanya unsur tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan antara unsur audio dan visual. Dengan adanya unsur tersebut BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah Media bagaikan nadi bagi manusia. Kehadirannya sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Informasi yang biasa didapatkan dari media tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menonton film merupakan kegemaran hampir semua orang dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menonton film merupakan kegemaran hampir semua orang dari berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menonton film merupakan kegemaran hampir semua orang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan juga kalangan menengah kebawah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Film Sebagai Komunikasi Massa Film merupakan salah satu media yang paling banyak dipakai secara kolektif dan terikat. Film dapat melintasi batas-batas wilayah, bahkan sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/sidoarjo/ diakses tanggal 20

BAB II LANDASAN TEORI. (http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/sidoarjo/ diakses tanggal 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendidikan di Dusun Pucukan Di Indonesia memiliki luas wilayah yang beragam kondisi geografisnya. Dalam pembagian geografisnya diharapkan pendidikan dapat merata khususnya untuk

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Dokumenter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para pahlawan Indonesia memperjuangkan kebebasan rakyat Indonesia dari penjajah dari generasi ke generasi sangatlah sulit, satu pahlawan gugur, lahir pahlawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut kamus besar bahasa Indonesia KBBI pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Film merupakan suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ujungberung yang terletak di Kota Bandung ini memiliki beragam kesenian, salah satunya adalah kesenian yang berkembang saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul Kesenian Reog Bulkio, sebagai berikut: 4.1 Produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : (Graeme Burton, 2007:125)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : (Graeme Burton, 2007:125) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya program acara televisi dalam pengembangan kreatifitas membuat stasiun televisi bersaing untuk menarik minat penonton. Stasiun televisi terus bersaing

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah KODE UNIT : TIK.MM02.004.01 JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membaca naskah, identifikasi elemen dasar yang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang

Lebih terperinci