LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh"

Transkripsi

1 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh NOVIA GRACIA NIM PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015

2 HALAMAN PENGESAHAN Judul Laporan PKL Nama : Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) Di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah : Novia Gracia N I M : Program Studi Jurusan : Geoinformatika : Manajemen Pertanian Menyetujui, Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Ir. Suparjo, MP NIP Rudi Djatmiko, S. Hut, MP NIP Husmul Beze, S. Hut, M.Si NIP Menyetujui/Mengesahkan, Ketua Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Husmul Beze, S. Hut, M.Si NIP Lulus ujian pada tanggal : ii

3 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan PKL ini. Dalam pelaksanaan kegiatan PKL serta penyusunan laporan PKL, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada Penulis. 2. Bapak Ir. Suparjo, MP selaku dosen pembimbing PKL. 3. Bapak Iwan Setiawan dan Ibu Nita Desi Mentari selaku pembimbing lapangan yang memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis. 4. Bapak/IbuDosen penguji. 5. Bapak Husmul Beze,S.Hut, MSi selaku Ketua Program Studi Geoinformatika. 6. Seluruh staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Geoinformatika Jurusan Manajemen Pertanian. 7. Bapak Kepala Kantor Pertanahan dan seluruh pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah yang juga telah membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan PKL. 8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Geoinformatika 2012/2015 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat serta inspirasi bagi penulis hingga laporan PKL ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, Penulis mengaharapkan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi lebih baiknya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk para pembaca sehingga dapat memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca. Penulis Kampus Sei Keledang, 2015 iii

4 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Hasil yang Diharapkan... 4 BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI PEMERINTAH A. Tinjauan Umum Instansi Badan Pertanahan Nasional... 5 B. Manajemen Instansi C. Visi dan Misi D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan BAB III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN A. Integrasi Sporadik B. Integrasi Massal Prona (Proyek Operasi Nasional Agraria) C. Cek Plot D. Pengukuran Bidang Tanah BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

5 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Kegiatan dan Prestasi Praktik Kerja Lapang (PKL) v

6 DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Hasil Integrasi Sporadik Peta Bidang Tanah Window Panel Kerja Kabupten Pekalongan Hasil Integrasi Massal Prona Peta Bidang Tanah Informasi Peta Bidang Tanah pada Cek Plot Hasil Cek Plot Peta Bidang Tanah Sketsa Hasil Pengukuran Bidang Tanah Lampiran 7. Proses Integrasi Sporadik Pengukuran bidang tanah di Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan Proses Cek Plot Berkas Integrasi Massal Prona Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kab. Pekalongan 59 vi

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, tanah yang dimaksudkan bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah sebagai bagian dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalm Pasal 2 ditentukan adanya macam - macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang diberikan kepada dan dipunyai oleh orang - orang, baik sendiri maupun bersama - sama dengan orang - orang lain serta badan - badan hukum. Objek hukum tanah adalah hak penguasaan atas tanah. Yang dimaksud dengan penguasaan atas tanah adalah hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban, dan atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang, untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolak ukur pembeda diantara hak - hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum tanah. Hukum Tanah adalah keseluruhan ketentuan - ketentuan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang semuanya mempunyai objek pengaturan yang sama yaitu hak - hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga - lembaga hukum dan sebagai hubungan hukum yang kongkret, beraspek publik dan privat, yang dapat disusun dan dipelajari secara sistematis, hingga keseluruhannya menjadi satu kesatuan yang merupakan satu sistem. Dengan demikian maka dibutuhkan sebuah instansi yang dapat menangani permasalahan tersebut (Sagala, 2014).

8 2 Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum digabung dalam satu lembaga kementerian yang bernama Kementerian Agraria dan Tata Ruang di Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral dan merupakan satu-satunya instansi yang memberikan jaminan hukum atas hak milik tanah atau suatu bidang yang memiliki wewenang dalam mengatasi masalah pertanahan (Anonim, 2014). Politeknik Pertanian Negeri Samarinda merupakan salah satu lembaga pendidikan di mana salah satu program studinya adalah Geoinformatika yang erat kaitannya dengan survey dan pemetaan, yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang berkualitas, yang memiliki kemampuan akademik/profesional dan dapat menerapkan ilmu pengetahuannya, dimana tahun terakhir dari pendidikan di POLITANI yaitu Praktik Kerja Lapang (PKL). Praktik Kerja Lapang merupakan kegiatan akademi yang bertujuan mengembangkan wawasan di bidang ilmu geoinformatika dan ilmu pengetahuan lainnya. Sekaligus sebagai sarana komparatif mahasiswa dengan bekal keilmuan yang telah didapatkannya dengan melihat keadaan yang ada di dalam masyarakat melalui istansi-instansi negara atau swasta manapun yang berkaitan dengan ilmu geoinformatika secara langsung maupun tidak langsung. Dalam Praktik Kerja Lapang, mahasiswa dituntut untuk memiliki keahlian (skill) dalam menjalankan pekerjaan karena praktik di perkuliahan seringkali berbeda dengan praktik langsung didunia nyata. Oleh sebab itu dibutuhkan kreatifitas dan inisiatif yang tinggi dari mahasiswa dalam melaksanakan tugas di suatu perusahaan

9 3 atau instansi. Selain itu program Praktik Kerja Lapang (PKL) ini merupakan salah satu syarat kelulusan. Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu instansi pemerintah yang menjadi tempat PKL mahasisawa Program Studi Geoinformatika. B. Tujuan Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dimaksudkan untuk : 1. Mengaplikasikan kemampuan praktik yang diperoleh di perkuliahan ke dunia kerja nyata. 2. Membandingkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan dengan pelaksanaan praktik di dunia kerja. 3. Mengetahui proses-proses kerja yang terdapat di suatu instansi. Proses kerja yang dimaksud adalah bagaimana menghasilkan produk, ketenaga kerjaan, kedisiplinan dan keselamatan kerja. 4. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan tata cara penggunaan alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik di lapangan dan praktik di perkuliahan. 5. Mengasah kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi dan hubungan interpersonal di tempat kerja. C. Hasil yang Diharapkan Dengan diadakannya kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut: 1. Mahasiswa diharapkan bisa mengetahui dan memahami proses kerja di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. 2. Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya di tempat kerja.

10 4 3. Mahasiswa menjadi terampil dan berdedikasi tinggi dalam lingkungan kerja, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja. 4. Diharapkan agar mahasiswa mampu mengembangkan keilmuannya dalam survei dan pemetaan khususnya yang berurusan dengan peta kadastral.

11 BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI PEMERINTAH A. Tinjauan Umum Instansi BPN Anonim (2014) Menyatakan bahwa Badan Pertanahan Nasional merupakan suatu lembaga non departemen yang terbentuk setelah di keluarkan nya Keputusan Presiden No.26 tahun 1988 tentang pembentukan Badan Pertanahan Nasional. Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo fungsi dan tugas dari organisasi Badan Pertanahan Nasional dan Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum digabung dalam satu lembaga kementerian yang bernama Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Atas perubahan ini sejak 27 Oktober 2014 Jabatan Kepala BPN dijabat oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang yaitu Ferry Mursyidan Baldan. Badan ini merupakan peningkatan dari Direktorat Jendral Agraria Departemen Negeri. Peningkatan ini di dasarkan pada kenyataan bahwa tanah tidak sekedar masalah Agrarian yang selama ini selalu di identikan dengan pertanian. Tanah telah berkembang pesat menjadi masalah lintas sektoral yang mempunyai dimensi ekonomi, sosial, budaya,politik bahan pertanahan dan keamanan. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. BPN diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun Kementrian Agraria dan Tata Ruang (2015) Menyatakan bahwa sejarah BPN RI pada dasarnya adalah sejarah pencarian format penataan pertanahan nasional, yang merentang jauh ke belakang dari zaman pemerintahan kolonial Belanda, lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria hingga fungsinya yang diemban sekarang ini.

12 6 1. Masa Kolonial Belanda Jepang Sejak berlakunya Agrarische Wet tahun 1870, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan Ordonansi Staatblad 1823 Nomor 164 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan kadasteral diserahkan kepada lembaga yang diberi nama Kadasteral Dient. Perannya yang strategis membuat pejabatnya diangkat dan diberhentikan langsung oleh Gubernur Jenderal. Ketika masa penjajahan Belanda digantikan oleh Jepang pada 1942, tidak diadakan perombakan besar atas peraturan pertanahan. Kadasteral Dient misalnya, masih tetap di bawah Departemen Kehakiman, hanya namanya diganti menjadi Jawatan Pendaftaran Tanah dan kantornya bernama Kantor Pendaftaran Tanah. Namun demikian, pada masa penjajahan Jepang dikeluarkan peraturan yang melarang pemindahan hak atas benda tetap/ tanah (Osamu Sierei Nomor 2 Tahun 1942). Penguasaan tanah partikelir juga dihapuskan oleh pemerintahan Dai Nippon. 2. Masa Kemerdekaan Pasca proklamasi kemerdekaan, sesuai dengan semangat membentuk negara baru yang merdeka, Pemerintah Republik Indonesia bertekad membenahi dan menyempurnakan pengelolaan pertanahan. Landasan hukum pertanahan yang masih menggunakan produk hukum warisan pemerintah Belanda mulai diganti. Melalui Departemen Dalam Negeri, pemerintah mempersiapkan landasan hukum pertanahan yang sesuai dengan UUD Pada tahun 1948, berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 16 Tahun 1948, Pemerintah membentuk Panitia Agraria Yogyakarta. Tiga tahun kemudian, terbit Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1951, yang membentuk Panitia Agraria Jakarta, sekaligus

13 7 membubarkan Panitia Agraria Yogyakarta. Pembentukan kedua Panitia Agraria itu sebagai upaya mempersiapkan lahirnya unifikasi hukum pertanahan yang sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia. Selanjutnya, lewat Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1955, Pemerintah membentuk Kementerian Agraria yang berdiri sendiri dan terpisah dari Departemen Dalam Negeri. Pada 1956, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1956 dibentuk Panitia Negara Urusan Agraria Yogyakarta yang sekaligus membubarkan Panitia Agraria Jakarta. Tugas Panitia Negara Urusan Agraria ini antara lain adalah mempersiapkan proses penyusunan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Pada 1 Juni 1957, Panitia Negara Urusan Agraria selesai menyusun rancangan UUPA. Pada saat yang sama, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 190 Tahun 1957, Jawatan Pendaftaran Tanah yang semula berada di Kementerian Kehakiman dialihkan ke Kementerian Agraria. Tahun 1958, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 97 Tahun 1958, Panitia Negara Urusan Agraria dibubarkan. Selanjutnya pada 24 April 1958, Rancangan Undang Undang Agraria Nasional diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Lahirnya UUPA dan Masa Sesudahnya, Titik tolak reformasi hukum pertanahan nasional terjadi pada 24 September Pada hari itu, rancangan Undang-Undang Pokok Agraria disetujui dan disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun Dengan berlakunya UUPA tersebut, untuk pertama kalinya pengaturan tanah di Indonesia menggunakan produk hukum nasional yang bersumber dari hukum adat. Dengan ini pula Agrarische Wet dinyatakan dicabut dan tidak

14 8 berlaku. Tahun 1960 ini menandai berakhirnya dualisme hukum agraria di Indonesia. Pada 1964, meialui Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1964, ditetapkan tugas, susunan, dan pimpinan Departemen Agraria. Peraturan tersebut nantinya disempurnakan dengan Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1965 yang mengurai tugas Departemen Agraria serta menambahkan Direktorat Transmigrasi dan Kehutanan ke dalam organisasi. Pada periode ini, terjadi penggabungan antara Kantor Inspeksi Agraria- Departemen Dalam Negeri, Direktorat Tata Bumi-Departemen Pertanian, Kantor Pendaftaran Tanah-Departemen Kehakiman. 4. Orde Baru, Pada 1965, Departemen Agraria kembali diciutkan secara kelembagaan menjadi Direktorat Jenderal. Hanya saja, cakupannya ditambah dengan Direktorat bidang Transmigrasi sehingga namanya menjadi Direktorat Jenderal Agraria dan Transmigrasi, di bawah Departemen Dalam Negeri. Penciutan ini dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru dengan alasan efisiensi dan penyederhanaan organisasi. Masih di tahun yang sama, terjadi perubahan organisasi yang mendasar. Direktorat Jenderal Agraria tetap menjadi salah satu bagian dari Departemen Dalam Negeri dan berstatus Direktorat Jenderal, sedangkan permasalahan transmigrasi ditarik ke dalam Departemen Veteran, Transmigrasi, dan Koperasi. Pada 1972, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 145 Tahun 1969 dicabut dan diganti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 88 Tahun 1972, yang menyebutkan penyatuan instansi Agraria di daerah. Di tingkat provinsi, dibentuk Kantor Direktorat Agraria Provinsi, sedangkan di tingkat

15 9 kabupaten/kota dibentuk Kantor Sub Direktorat Agraria Kabupaten/ Kotamadya. 5. Berdirinya BPN dan Masa Sesudahnya, Tahun 1988 merupakan tonggak bersejarah karena saat itu terbit Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional yang menjadi tema sentral proyek ekonomi politik Orde Baru, kebutuhan akan tanah juga makin meningkat. Persoalan yang dihadapi Direktorat Jenderal Agraria bertambah berat dan rumit. Untuk mengatasi hal tersebut, status Direktorat Jenderal Agraria ditingkatkan menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan nama Badan Pertanahan Nasional. Dengan lahirnya Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tersebut, Badan Pertanahan Nasional bertanggung jawab langsung kepada Presiden. 6. Periode Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 1993, tugas Kepala Badan Pertanahan Nasional kini dirangkap oleh Menteri Negara Agraria. Kedua lembaga tersebut dipimpin oleh satu orang sebagai Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kantor Menteri Negara Agraria berkonsentrasi merumuskan kebijakan yang bersifat koordinasi, sedangkan Badan Pertanahan Nasional lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat operasional. Pada 1994, Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional menerbitkan Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1994, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Staf Kantor Menteri Negara Agraria.

16 10 7. Periode Pada 1999 terbit Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun 1999 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun Kepala Badan Pertanahan Nasional dirangkap oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Pelaksanaan pengelolaan pertanahan sehari-harinya dilaksanakan Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional. 8. Periode Pada periode ini Badan Pertanahan Nasional beberapa kali mengalami perubahan struktur organisasi. Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 2000 tentang Badan Pertanahan Nasional mengubah struktur organisasi eselon satu di Badan Pertanahan Nasional. Namun yang lebih mendasar adalah Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah Dibidang Pertanahan. Disusul kemudian terbit Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan memposisikan BPN sebagai lembaga yang menangani kebijakan nasional di bidang pertanahan. 9. Periode Pada 11 April 2006 terbit Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional yang menguatkan kelembagaan Badan Pertanahan Nasional, di mana tugas yang diemban BPN RI juga menjadi semakin luas. BPN RI bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, dengan fungsi:

17 11 a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan. b. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan. c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan. d. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan. e. Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaandi bidang pertanahan. f. Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. g. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah, pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-wilayah khusus. h. Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan. i. Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah. 10. Periode 2013 Sekarang Pada 2 Oktober 2013 terbit Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan Nasional yang mengatur fungsi Badan Pertanahan Nasional sebagai berikut: a. Penyusunan dan penetapan kebijakan nasional di bidang pertanahan. b. Pelaksanaan koordinasi kebijakan, rencana, program, kegiatan dan kerja sama di bidang pertanahan. c. Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN RI. d. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan.

18 12 e. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat. f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan. g. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dan penetapan hak tanah instansi. h. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan. i. Pengawasan dan pembinaan fungsional atas pelaksanaan tugas di bidang pertanahan. j. Pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan. k. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan. l. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan. m. Pelaksanaan pembinaan, pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan. n. Penyelenggaraan dan pelaksanaan fungsi lain di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

19 13 B. Manajemen Instansi Di bawah adalah uraian tugas dan wewenang dari struktur organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah yang di kutip pada (Peraturan Kepala BPN RI Nomor 5 Tahun 2008): 1. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan memiliki Tanggung jawab antara lain : a. Menyusun rencana, program dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan b. Menyelenggarakan pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di bidang pertanahan c. Menyelenggarakan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan bidang, pembukaan tanah, pemetaan tematik. d. Menyelenggarakan pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah dan penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan. e. Menyelenggarakan pengusulan dan pelaksaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah. f. menyelenggarakan pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah negara, tanah terlantar dan kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan.

20 14 g. Menyelenggarakan penanganan konflik, sengketa dan perkara pertanahan. h. Menyelenggarakan pengkoordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah, menyelenggarakan pemberi informasi pertanahan kepada masyarakat. i. Menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi manajemen pertanahan nasional (Simtanas). j. Menyelenggarakan pelaksanan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana, dan prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan. 2. Bagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha terdiri dari : a. Urusan Perencanaan dan Keuangan. 1) Urusan Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi. 2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (1) adalah sebagai berikut: a) Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbanganpertimbangan kepada Kepala Sub bagian Tata Usaha tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi.

21 15 b) Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Urusan Perencanaan dan Keuangan sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya. c) Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam menyiapkan penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi. d) Menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga (RKAKL) Kantor Pertanahan serta bahanbahan pendukungnya (Term of Reference/TOR dan Rincian Anggaran Belanja/RAB). e) Menyiapkan dan menghimpun bahan dalam rangka penyusunan laporan awal pelaksanaan kegiatan dan laporan fisik dan keuangan, Laporan Keadaan Kas Anggaran (LKKA) dan Laporan Keadaan Kas (LKK) serta Laporan Keadaan Kas Uang Penerimaan (LKKUP). f) Menyiapkan daftar gaji, pembayaran gaji. g) Menyampaikan laporan keuangan berkala Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Kantah (UAPPA-K) dan Arsip Data Komputer (ADK) ke Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA). h) Melakukan rekonsiliasi data realisasi anggaran Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat.

22 16 3. Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Menurut pasal 32 tugas Subseksi Pengukuran dan Pemetaan antara lain : a. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan mempunyai tugas menyiapkan perapatan kerangka dasar orde-4, penetapanbatas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor berlisensi pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar lainnya di bidang pengukuran. b. Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (1) adalah sebagai berikut: 1) Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Seksi Survei, Pengukurandan Pemetaan tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan pelaksanaan kegiatan perapatankerangka dasar orde-4, pemetaan dasar pertanahan, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor berlisensi, pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftar-daftar lainnya di bidang pengukuran. 2) Melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahanbahan dalam rangka pemecahan masalah pelaksanaan kegiatan perapatan kerangka dasar orde-4, pemetaan dasar pertanahan, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor berlisensi, pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran,

23 17 daftar tanah, peta bidang tanah, surat ukur, gambar ukur dan daftardaftar lainnya di bidang pengukuran. 3) Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Subseksi Pengukuran dan Pemetaan sebagai pedoman dan arahan pelaksanaan tugas dan kegiatan serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya. 4) Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dan pelaksanaan lapangan perapatan kerangka dasar orde-4, pemetaan dasar pertanahan, penetapan batas bidang tanah dan pengukuran bidang tanah, batas kawasan/wilayah, kerjasama teknis surveyor berlisensi, pembinaan surveyor berlisensi dan memelihara peta pendaftaran, daftar tanah, peta bidang tanah, suratukur, gambar ukur dan daftardaftar lainnya di bidang pengukuran. 5) Melaksanakan norma, standar, prosedur, dan mekanisme dalam bidang tugas dan kegiatan Subseksi Pengukuran dan Pemetaan, terutama pada tugas dan kegiatan pelayanan pengukuran dan pemetaan. 6) Melakukan pemetaan, pengolahan dan pemeliharaan daftar toponimi baik secara analog/manual maupun secara digital serta koordinasi dengan pemerintah daerah setempat dalam rangka penerapan pemetaan dan penamaan toponimi. 7) Mengelola data dan informasi spasial bidang tanah dan peta pendaftaran.

24 18 8) Mengelola/melakukan backup rutin data digital spasial bidang tanah dan peta pendaftaran tanah serta mengirimkan ke Kantor Wilayah BPN. 9) Mengelola blanko surat ukur. 10) Mengumpulkan, mengolah, merekam/mencatat dan memelihara data dan peta dasar, daftar tanah, peta bidangtanah, surat ukur, gambar ukur, dan daftar-daftar lainnya di bidang pengukuran serta membuat indeks peta untuk penyusunan informasi pertanahan. 4. Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 34 ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik, hak guna bangunan dan hak pakai, perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah penetapan dan atau rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah. b. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan landasan kerja. c. Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Subseksi Penetapan Hak Tanah sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya.

25 19 d. Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam menyiapkan pelaksanaan pemeriksaan, saran dan pertimbangan mengenai penetapan hak milik, hak guna bangunan, hak pakai dan hak pengelolahan bagi instansi pemerintah, badan hukum pemerintah, perpanjangan jangka waktu, pembaharuan hak, perijinan, peralihan hak atas tanah, rekomendasi pelepasan dan tukar-menukar tanah pemerintah. e. Menyiapkan rekomendasi/usulan permohonan hak ke Kantor Wilayah BPN. f. Melaksanakan pendataan dan peninjauan lokasi tanah yang dimohon haknya. g. Membuat konsep Surat Keputusan Kepala Kantor tentang pemberian hak instansi pemerintah. h. Mengagendakan dan mengarsipkan Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Instansi Pemerintah. 5. Bidang Peralihan, Pembebanan hak dan PPAT Uraian tugas sebagaimana pada pasal 38 ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran tanah. b. Membantu Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah dalam melaksanakan tugas di bidang pendaftaran peralihan/pemidahan hak

26 20 karena jual-beli, hibah, tukar-menukar, pemisahan dan pembagian hak bersama, warisan, pelelangan, penetapan/putusan pengadilan, pembebanan hak tanggungan, pembebanan secara fiducia hak milik atas satuan rumah susun, penghapusan hak tanggungan (roya), pemindahan hak tanggungan/cesie, ganti-nama, penggabungan, peleburan, merger perseroan, BUMN/BUMD, koperasi, yayasan, dan pembinaan PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya. d. Mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan/mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran tanah. e. Untuk Kantor Pertanahan yang menggunakan sistem manual: 1) Membuat rincian biaya dan Surat Perintah Setor. a) Menerima dan membukukan permohonan pendaftaran peralihan, pemindahan, pembebanan hak, penghapusan hak tanggungan (roya) kedalam DI 301. b) Memberikan penomoran warkah dalam DI 208. f. Melakukan pemeriksaan, penelitian kesesuaian data dalam dokumen permohonan pendaftaran peralihan pembebanan hak dan PPAT.

27 21 g. Melakukan inventarisasi permasalahan dan mengumpulkan bahan bahan dalam rangka pemecahan masalah dalam menyiapkan pelaksanaan pendaftaran, peralihan, pembebanan hak atas hak tanah, pembebanan hak tanggungan dan bimbingan PPAT serta sarana daftar isian di bidang pendaftaran tanah. 6. Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Uraian tugas Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan antara lain : a. Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Seksi Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan Masyarakat tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis. b. Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam menyiapkan pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan

28 22 sektoral dalam pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis. c. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap bidang bidang tanah yang sudah memperoleh dasar penguasaan atas tanah, yang sudah memperoleh ijin perubahan penggunaan tanah, serta yang menjadi obyek kegiatan/program lintas sektoral dibidang pertanahan. d. Menyiapkan langkah-langkah penertiban dan pendayagunaan tanah bagi tanah-tanah yang sudah memperoleh dasar penguasaan atau ijin lokasi, yang sudah dilekati hak dalam skala besar (HGU, HPL, HGB). e. Menyusun tahapan kegiatan pengelolaan atas tanah negara, serta langkah-langkah penanganan tanah terlantar dan tanah kritis berdasarkan kesesuaian peruntukan, penggunaan tanah sebagaimana tertuang dalam rencana tata ruang wilayah. f. Melakukan inventarisasi tanah hak, tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta bidang-bidang tanah yang diindikasikan terlantar sebagai bahan pengelolaan basis data pengendalian pertanahan. g. Menyiapkan bahan untuk pembuatan laporan tentang kegiatan pengendalian pertanahan ke Kanwil BPN. h. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan pengelolaan basis data, dan melakukan inventarisasi dan identifikasi, penyusunan saran tindak dan langkah penanganan, serta menyiapkan bahan koordinasi usulan penertiban dan pendayagunaan dalam rangka penegakan hak dan kewajiban pemegang hak atas tanah, pemantauan, evaluasi, harmonisasi dan pensinergian kebijakan dan program pertanahan dan sektoral dalam

29 23 pengelolaan tanah negara, penanganan tanah terlantar dan tanah kritis. 7. Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan Uraian TugasSeksi Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan : a. Menyampaikan saran-saran dan atau pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara tentang tindakan yang perlu diambil dalam menyiapkan pengkajian hukum, sosial, budaya, ekonomidan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik. b. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya sebagai pedoman dan landasan kerja. c. Membuat rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan sebagai pedoman pelaksanaan tugas serta melaksanakan monitoring pelaksanaannya. d. Mempersiapkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan pedoman dan petunjuk teknis dalam menyiapkan pengkajian hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dengan

30 24 tanah, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik. e. Mengumpulkan, menghimpun dan mensistimatisasikan/mengolah data dan informasi yang berhubungan dengan pengkajian hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik. f. Memanggil para pihak yang bermasalah/berkonflik untuk musyawarah mufakat. g. Meneruskan proses permohonan pembatalan hak atas tanah ke Kantor Wilayah BPN atau BPN RI. h. Membuat laporan sengketa dan konflik serta pembatalan. i. Melakukan penataan arsip sengketa dan konflik. j. Melakukan penelitian data dan penyiapan kajian penyelesaian sengketa dan konflik. k. Melakukan peninjauan lokasi dalam rangka pengumpulan data guna dijadikan bahan penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan. l. Melakukan penelitian data dan penyiapan usulan keputusan pembatalan hak. m. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan dalam menyiapkan pengkajian hukum, sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara

31 25 orang dan atau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan koordinasi penanganan sengketa dan konflik. C. Visi dan Misi 1. Visi Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Kantor Pertanahan Kab. Pekalongan sendiri memiliki visi yaitu Menjadi Kantor Pertanahan Terbaik di Jawa Tengah. 2. Misi Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan a. Meningkatkan mutu pelayanan publik agar lebih berkualitas, terukur, tepat dan akuntabel dengan tetap menjaga kepastian hukum. b. Meningkatkan penataan dan penegendalian penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. c. Melakukan pencatatan, penyajian dan pelaporan keuangan sesuai dengan sistem akuntansi pemerintah (SAP). d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pertanahan dalam rangka pengelolaan pertanahan guna menjawab kebutuhan dan masyarakat terhadap pelayanan bidang pertanahan. e. Meningkatkan peranan seksi survey pengukuran dan pemetaan dalam rangka pelayanan dan percepatan pengukuran serta penyediaan peta dasar, peta tematik dengan menggunakan pertanahan dan teknologi informasi terkini. f. Melanjutkan percepatan pendaftaran tanah dan penguasaan hak atas tanah.

32 26 D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah, Jalan Wiroto No. 17A Wiradesa, Pekalongan. Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama dua bulan terhitung mulai dari tanggal 3 Maret 2015 s/d tanggal 2 Mei 2015.

33 BAB III HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG A. Integrasi Sporadik 1. Tujuan Tujuan dari integrasi sporadik ialah untuk memetakan bidang tanah yang telah diukur ke dalam peta desa (basemap) dan mendapatkan nomor identifikasi bidang (NIB). 2. Dasar Teori Memetakan bidang tanah hasil pengukuran yang memenuhi syarat kontradiktur delimitasi dan kadaster (dapat dikembalikan batasnya) untuk bisa diplotkan di peta desa (base map) BPN (Badan Pertanahan Nasional) tiap satker (satuan kerja) dengan bantuan aplikasi Autocad 2009 dan Aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) Desktop / Web. 3. Alat dan Bahan a. Alat 1) Komputer 2) Mouse 3) Printer b. Bahan 1) Berkas pendukung 2) Kertas GU (Gambar Ukur) 4. Prosedur Kerja a. Integrasi Sporadik Menggunakan Software KKP dan Autocad Map 2009: 1) Membuka program KKP mnggunakan Mozilla Firefox dari start menu All program Mozilla Firefox, sehingga di layar akan muncul.

34 28 2) Kemudian login menggunakan ID petugas ukur, akan muncul tulisan selamat pagi pilih petugas ukur klik pencarian masukkan nomor berkas dan tahun berkas klik cari. 3) Setelah berkas ditemukan klik 2x muncul window konfirmasi, klik ya pada tab bidang pengukuran, centang 302 isi tanggal mulai dan tanggal selesai pengukuran pilih petugas ukur lalu klik simpan. 4) Akan muncul window kkp web, menandakan gambar ukur sudah disimpan klik ok. 5) Maka akan muncul window informasi menandakan berkas telah terkirim ke petugas pemetaan klik ok. 6) Pada tab data bidang tanah isi batas-batas bidang tanah, UTSB lalu simpan. 7) Masuk ke autocad map 2009 untuk integrasi login menggunakan id petugas ukur yang sama dengan langkah awal. 8) Pada tab pemetaan klik BPN Pane akan muncul window panel kerja kabupaten pekalongan pilih pelayanan sporadik masukkan nomor berkas dan tahun berkas lalu klik cari. 9) Setelah berkas ditemukan open bidang yang akan diitegrasi pada tab file open server d$ peta desa new pilih kecamatan dan desa sesuai dengan posisi bidang yang akan di integrasi open. 10) Cari bidang menggunakan find text atau menggunakan koordinat yang sudah ada.

35 29 11) Copy bidang yang akan di integrasi klik icon untuk memulai paste to original koordinat z enter e enter klik icon jadikan batas bidang reclean batas bidang dengan klik icon dan topologi bidang dengan klik icon. 12) Klik icon simpan sesuaikan kecamatan dan desa klik validasi proses muncul window perhatian untuk melanjutkan integrasi klik ok muncul window GeoKKP Web menandakan data telah disimpan ke dalam database. 13) Klik ok untuk melanjutkan ke pencetakan dan plotting peta. 14) Akan muncul nomor induk bidang pada setiap bidang yang diitegrasi. 15) Berikutnya klik icon informasi untuk mengisi penggunaan umum dan penggunaan khusus klik update klik tutup. 16) Klik icon untuk daftar isian muncul window desain DI302 linkkan semua nomor bidang bidang dengan klik link. 17) Proses selanjutnya plotting peta di pemetaan dengan klik icon muncul window pemetaan dan pencetakan pada tab pemetaan klik icon copy muncul tulisan sukses. 18) Pada tab pencetakan atur skala pilih peta bidang A4 dan ketebalan garis lalu klik cetak, otomatis gambar akan muncul pada window peta bidang A4. 19) Isi semua keterangan yang ada, sesuaikan dengan yang ada pada berkas bidang.

36 30 20) Untuk pengaturan ketebalan garis bidang, font, dan penambahan batas-batas bidang lakukan pada tab model. 21) Proses terakhir yaitu pencetakan peta bidang lalu klik icon selesai otomatis berkas terkirim ke kasubsi. b. Pencetakan SU (Surat Ukur) dan GU (Gambar Ukur). 1) Dalam proses pencetakan SU dan GU langkah pertama yaitu buka peta desa pada d$ Data Peta Desa New 1 cari bidang yang akan di edit pada lembar SU dan GU. 2) Copy bidang tanah pada acad baru untuk memperjelas keterangan masukan nama-nama tetangga UTSB, blok bidangnya kemudian ubah layer menjadi By Layer White By Layer ) Jika skala yang digunakan 1 : 500 maka ukuran teks adalah 1.2, apabila skala yang digunakan adalah skala 1:1000 maka ukuran teks yang digunakan ) Setelah selesai di edit, copy bidang ke Format New Surat Ukur dan Gambar Ukur. 5) Masih pada lembar SU ( Surat Ukur ) pada bagian depan formatnya sebelum di cetak sesuaikan desa, kelurahan, NIB, D1302, luas bidang, penggunaan bidang, dan penunjuk batas disesuaikan dengan sertipikat. 6) Setelah proses cetak SU selesai, selanjutnya adalah cetak berita acara plotting, dengan cara kembali ke peta desa terlebih dahulu, klik icon untuk membuat grid.

37 31 7) Setelah itu klik pada daerah sekitar bidangnya, klik kanan maka akan muncul pilihan skala grid yang akan digunakan. 8) Setelah selesai blok semua bidang yang ada didalam grid klik kanan copy. 9) Paste bidang yang sudah di blok di Format New yang berisi untuk format SU dan GU untuk proses pencetakan bidang. 10) Agar terlihat lebih rapi maka garis-garis yang berada diluar grid dihapus dengan cara pilih trim pada menu klik garis grid dan garis yang diluarnya kemudian klak, maka garis akan terhapus. 11) Setelah semua di potong, langkah selanjutnya ganti By Layer White By Layer 0.00 agar semua warna menjadi warna hitam dan rapi. 12) Setelah itu move ke dalam format Berita Acara Plotting dengan cara blok semua klik kanan move. 13) Setelah di move untuk kecamatan dan desa disesuaikan. 14) Agar bidang mudah ditemukanmaka bidang yang diintegrasi di arsir dengan cara h enter pada solid ANSI13 Add : Pick point ok. 15) Setelah proses pada SU proses terkhir yaitu cetak GU. 16) Sama dengan SU hanya saja kalau GU gambar terletak disebelah kanan, dan disertakan dengan nama pemohon, NIB, luas bidang. 6. Pembahasan Gambar 1 merupakan salah satu contoh hasil praktik yang dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan. Integrasi merupakan langkah untuk menghubungkan data bidang tanah hasil ukur

38 32 yang ada dilapangan dihubungkan dengan database yang ada pada Kantor Pertanahan. Sehingga data bidang tanah tersebut bisa diakses dari manapun. Di dalam integrasi dimasukkan data-data yang ditemui di lapangan, seperti Lokasi bidang tanah, Kondisi bidang tanah yang ada di lapangan, apakah berupa Persawahan, Perkebunan, Pertanian lahan kering, Tambak, Pekarangan, Perkampungan, Perkotaan, baik berupa Permukiman biasa maupun sebuah Perumahan. Selanjutnya di dalam Integrasi dihubungkan pula data pendaftaran bidang dengan bidang tanah. Dalam proses pengerjaan integrasi sporadik pada berkas pemecahan bidang tanah harus dilakukan secara teliti khususnya pada proses melinkkan nomor identifikasi bidang (NIB), karena setiap bidang tanah yang di integrasi memiliki luas dan NIB yang berbeda. Selanjutnya dalam proses cetak surat ukur (SU) pun harus dilakukan secara teliti agar tidak terjadi kesalahan, karena setiap lembar SU memiliki nomor seri yang berbeda, sehingga apabila terjadi kesalahan harus membuat surat pernyataan bahwa SU rusak dan dikirim ke tata usaha (TU) untuk dilaporkan ke kantor wilayah (Kanwil). Di dalam proses integrasi yang dihasilkan adalah Peta bidang tanah, yang mana peta bidang tanah tersebut bukan merupakan tanda bukti hak kepemilikan tanah, namun hanya sebagai tanda bahwa bidang tanah tersebut telah dipetakan di kantor Pertanahan seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada integrasi sporadik pemohon dibebani biaya yang nominalnya relatif lebih tinggi dibanding integrasi massal. Pada umumnya integrasi sporadik diajukan oleh masyarakat yang mampu secara ekonomi.

39 33 B. Integrasi Massal Prona (Proyek Operasi Nasional Agraria) 1. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghubungkan bidang tanah yang telah diukur kedalam data base BPN (Badan Pertanahan Nasional). Sebagai langkah awal untuk pembuatan sertipikat tanah. 2. Dasar Teori PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) merupakan salah satu program strategis BPN selaku instansi pemerintah yang diberikan kewenangan untuk menangani masalah pertanahan. PRONA merupakan salah satu legalisasi asset yang menjadi bahan pantauan BPN Pusat oleh karena itu proses integrasinya pun berbeda dengan yang sporadik. Seperti yang tercantum dalam PP 24 tahun 1997 pasal 8 bahwasanya integrasi massal PRONA dimaksudkan supaya masyarakat diringankan dalam segi biaya dan administrasi. Tahap Pelaksanaan Kegiatan PRONA a. Usulan lokasi desa yang disesuaikan dengan kriteria. b. Penetapan lokasi desa sebagai lokasi PRONA. c. Penyuluhan oleh Tim Penyuluh Kantor Pertanahan. d. Pembentukan Satuan Tugas Pengumpul Data Yuridis. e. Pendataan oleh Satgas Pengumpul Data Yuridis untuk kelengkapan berkas permohonan dan penyerahan Surat Tanda Terima Dokumen (STTD). f. Pemasangan Titik Dasar Teknis orde IV dan pengukuran kerangka dasar teknis.

40 34 g. Penetapan batas bidang tanah oleh pemilik tanah dengan persetujuan tetangga yang berbatasan di setiap sudut bidang tanah dan dilaksanakan pemasangan tanda batasnya. h. Pengukuran bidang - bidang tanah berdasarkan tanda batas yang telah ditetapkan dan terpasang. i. Sidang Panitia untuk meneliti subyek dan obyek tanah yang dimohon dengan memperhatikan persyaratan yang dilampirkan. j. Pembuktian hak melalui PENGUMUMAN yang diumumkan selama 2 (dua) bulan, guna memberikan kesempatan para pihak untuk mengajukan sanggahan / keberatan (Untuk Tanah Milik Adat). k. Pengesahan atas pengumuman (Untuk Tanah Milik Adat). l. Pembukuan hak dan proses penerbitan sertipikat hak atas tanah. m. Penyerahan sertipikat hak atas tanah di setiap Desa, n. Peserta membawa KTP asli atau surat kuasa bila dikuasakan. 3. Alat dan Bahan a. Komputer PC/Laptop b. GU (Gambar Ukur) c. Alat Tulis d. Aplikasi KKP (Komputerisasi Kegiatan Pertanahan) e. Aplikasi Autocad Prosedur Kerja a. Buka aplikasi Autocad 2009 pada desktop. b. Muncul window Login, masukkan nama pemakai dan password kemudian Login. c. Maka akan muncul tampilan kerja autocad 2009.

41 35 d. Selanjutnya buka file bidang yang akan diintegrasi dengan cara klik menu file pilih open. e. Akan muncul tampilan select file kemudian pilih folder penyimpanan file, pilih file kemudian klik open. f. Muncul tampilan peta bidang tanah yang akan diintegrasi. g. Cari peta bidang dengan cara ketik FT pada command kemudian ketik nomor peta bidang yang dicari maka akan muncul peta bidang tersebut. h. Selanjutnya copy bidang ke new sheet. i. Pilih pada sheet baru kemudian ketik Z zoom enter E extent pada command untuk memunculkan gambar yang telah di copy-paste. j. Selanjutnya lakukan standarisasi bidang dengan cara klik icon jadikan batas bidang kemudian klik icon reclean bidang terakhir klik icon topologi bidang. k. Setelah proses standarisasi bidang selesai, pada menu bar klik pemetaan kemudian pilih Tampilkan BPN pane. l. Muncul tampilan Panel Kerja Kabupaten Pekalongan. m. Selanjutnya pilih Tab pelayanan massal untuk melakukan integrasi prona.

42 36 Gambar 2. Window Panel Kerja Kabupten Pekalongan n. Setelah itu pada panel kerja klik icon buat peta bidang maka akan muncul pilihan, pilih sertipikat tanah kategori V (PRONA) 2015 untuk keperluan prona. Dan pilih pilihan yg lain berdasarkan kebutuhan. o. Apabila telah diproses maka akan muncul tampilan yang menunjukkan peta bidang telah dibuat. p. Selanjutnya klik icon simpan maka akan muncul tampilan desain peta bidang, masukkan kecamatan dan desa yang sesuai. Pada isian validasi jumlah bidang masukkan sesuai jumlah bidang yang akan diintegrasi kemudian klik validasi-proses. q. Langkah berikutnya klik icon masukkan bidang ke berkas kemudian linkkan bidang dengan berkas yang sesuai dengan bidang tersebut dengan cara klik icon. r. Selanjutnya pilih tab persil edit, pada isian nama jalan masukkan nama jalan yang sesuai pada bidang Kemudian klik persil edit.

43 37 s. Pada tab edit gambar ukur masukkan nomor dan tahun berkas kemudian pilih petugas ukur, tanggal mulai dan akhir pengukuran serta arah dan tetangga bidang. t. Setelah itu klik icon plotting peta pendaftaran. Pada tab pemetaan atur zona TM3 menjadi TM kemudian klik icon. u. Pada tab percetakan atur skala berdasarkan luas bidang, atur layout berdasarkan jenis kertas dan tebal garis diatur menjadi 0.0 kemudian cetak. v. Pada tampilan kerja klik tab model untuk mengatur layout bidang, copypaste tetangga bidang kemudian atur layout sesuai standar BPN. w. Setelah semua pengaturan layout selesai maka klik icon tutup untuk menyelesaikan proses spasial. x. Setelah semua pekerjaan pada autocad selesai maka dilanjutkan pada aplikasi Geo KKP. y. Langkah awal login Geo KKP menggunakan NIP login petugas ukur. z. Pada beranda pilih kegiatan berdasarkan APBD/APBN kemudian pilih berkas ABPD/APBN rupiah murni. Maka akan muncul tampilan buat berkas baru. Pada kotak isian nomor dan tahun berkas masukkan no berkas dan tahunnya kemudian klik cari. Setelah muncul tampilan berkasnya maka klik lalu kirim. Apabila berhasil dikirim maka akan muncul pesan BERKAS SUDAH TERKIRIM. Setelah semua proses integrasi selesai, cetak berkas kemudian save.

44 38 6. Pembahasan Penyertipikatan tanah secara masal melalui PRONA merupakan salah satu kegiatan pembangunan bidang pertanahan yang mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Selama ini pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah dalam 5 dekade, yang dimulai pada tahun 1961 baru mampu melaksanakan pendaftaran tanah sebanyak ± 34 juta bidang dari ± 85 juta bidang (Anonim, 2014). Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN- RI) yang berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, ditugaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan, antara lain melanjutkan penyelenggaraan percepatan pendaftaran tanah sesuai dengan amanat Pasal 19 tersebut, terutama bagi masyarakat golongan ekonomi lemah sampai menengah melalui kegiatan PRONA yang sudah dilaksanakan sejak tahun Percepatan pendaftaran tanah diselenggarakan hendaknya memperhatikan prinsip bahwa tanah secara nyata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berperan secara jelas untuk terciptanya tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan, menjamin keberlanjutan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara untuk meminimalkan perkara, masalah, sengketa dan konflik pertanahan. Selain dari pada itu percepatan pendaftaran tanah juga merupakan pelaksanaan dari 11 Agenda

45 39 BPN-RI, khususnya untuk meningkatkan pelayanan pelaksanaan pendaftaran tanah secara menyeluruh, dan penguatan hak-hak rakyat atas tanah. Pada proses integrasi prona kendala yang sering terjadi kurang lebih sama dengan proses integrasi sporadik, dimana setiap bidang memiliki NIB (Nomor Identifikasi Bidang) dan nomor berkas yang berbeda-beda, sehingga pada proses pengerjaannya pun harus dilakukan dengan teliti agar NIB tidak tertukar pada saat proses link. C. Cek Plot 1. Tujuan Cek plot merupakan kegiatan pengecekan ulang bidang tanah yang sebelumnya telah memiliki sertipikat dengan cara melakukan survei ke lapangan dan mengambil koordinat bidang. Pada umumnya dilakukan terhadap sertipikat lama yang akan dibalik nama, dipecah, perubahan status dari hak guna bangunan manjadi hak milik. 2. Dasar Teori Dalam bahasa inggris sertipikat hak atas tanah biasa disebut tittle dead, sedangkan penguasaan hak atas tanah biasa disebut land tenure, pemilik atas tanah biasa disebut land ownership, dan bidang tanah sering disebut dengan parcel atau Plot. Cek Plot merupakan Proses pengecekan sertipikat apakah sesuai dengan buku tanah dan posisi bidang tanah yang bersangkutan apakah telah sesuai dengan kenampakan Citra. Cek Plot dilakukan hanya untuk bidang yang sebelumnya telah memiliki sertipikat, biasanya dibuat untuk kepentingan pembuatan sertipikat Pemecahan Bidang

46 40 Tanah, Penggantian Hak Milik Sertipikat, ataupun untuk Sertipikat Hak Guna Bangunan. 3. Alat dan Bahan a. Komputer PC/Laptop b. Sertipikat lama c. Aplikasi KKP (Komputerisasi Kegiatan Pertanahan) d. Aplikasi Autocad 2009 e. Kertas A4 f. Printer 4. Prosedur Kerja Berikut adalah langkah-langkah melakukan Cek Plot : a. Buka aplikasi autocad Dapat melalui desktop ataupun melalui menu star kemudian cari plikasi autocad b. Aplikasi Autocad yang digunakan disini merupakan aplikasi Autocad yang telah terhubung dengan server KKP BPN sehingga memiliki prosedur LOGIN dengan menggunakan NIP Pegawai Nasional Sipil (PNS) yang telah terdaftar di BPN Pusat. NIP yang digunakan untuk LOGIN pun tidak sembarangan karena setiap Pegawai telah memiliki bagian tanggung jawab sendiri, sehingga jika untuk cek plot juga memiliki beberapa NIP LOGIN sendiri. c. Setelah berhasil login maka akan terbuka tab menu pemetaan. Dimana di dalam pemetaan ini memiliki menu BPN Pane. d. Langkah selanjutnya buka peta desa yang akan di cek plot, pilih file open.

47 41 e. Selanjutnya akan terbuka window open. Pilih folder d$ peta desa pilih kecamatan pilih desa sesuaikan dengan lokasi bidang yang akan di cek plot. f. Jika telah ada nomor hak milik atau NIB nya maka akan mudah untuk mencari bidang yang akan dicek plot, namun jika tidak terdapat nib atau pun nomor hak milik yang tercantum dapat di cari dengan menggunakan titik koordinat. g. Untuk mencari bidang dengan menggunakan NIB atau Nomor Hak Milik, dapat menggunkan perintah Find text. Tulis FT pada command kemudian enter, maka otomatis bidang akan terbuka. h. Setelah bidang ditemukan selanjutnya copy bidang ke new acad, sebelumnya boundary dulu agar bidang menjadi satu polygon tertutup. Untuk boundary, pilih menu draw pick point ok kemudian klik bidang lalu enter. Maka otomatis bidang akan menjadi satu polygon tertutup. i. Setelah melakukan boundary pada bidang dilanjutkan dengan melink bidang tersebut agar data terhubung ke KKP BPN pusat. 1) Copy bidang yang telah di boundary sebelumnya. 2) Kemudian paste to original coordinat pada window new acad. 3) Selanjutnya setelah bidang tercopy ke window new acad, klik menu pemetaan pilih tampilkan BPN Pane pilih Pemetaan Persil. j. Selanjutnya untuk langkah Link Bidang, lakukan proses standarisasi : 1) Jadikan Batas Bidang : pilih icon jadikan batas bidang blok bidang enter. 2) Re-Clean Bidang : clean sampai semua menjadi nol keluar.

48 42 3) Topology Bidang : klik icon topology masukkan NIB enter. k. Setelah standarisasi klik icon merah pilih Text/NIB/HGU sesuaikan informasi bidang yang ada di sertipikat lama seperti Kecamatan, Desa/Kelurahan, NIB, Luas Bidang, No Hak dan Nama Pemilik. Kemudian pilih icon memetakan bidang lalu klik pada tengah bidang maka otomatis akan muncul bintang, yang menandakan bahwa proses link telah berhasil. l. Jika proses link telah berhasil copy bidang tersebut beserta NIB dan Simbol Bintang ke dalam window PETA CEK PLOT. Paste dengan Original Coordinat. m. Buka file Cek Plot, dimana di dalam file cek plot tersebut terdapat format cek plot yang akan dicetak nantinya. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Pilih file open kemudian cari folder penyimpanan peta kerja cek plot, dimana folder tersebut terdapat peta yang memiliki format layout peta cek plot perkecamatan. Setelah memilih kecamatan kemudian pilih open lalu enter. 2) Selanjutnya akan terbuka window baru peta cek plot kecamatan yang akan digunakan. Di dalam window ini terdapat 2 layer tab: tab layer model dan tab layer peta cek plot, untuk mengedit tampilan dan posisi bidang terhadap citra dapat menggunakan tab layer model, dan pada layer peta cekplot dapat mengedit informasi bidang. n. Setelah window PETA CEK PLOT terbuka, selanjutnya lakukan insert raster klik menu pemetaan pilih insert raster pada window insert image pilih kecamatan dan desa lalu open.

49 43 o. Selanjutnya jika citra telah terbuka, jadikan send to back terhadap peta desa dengan cara klik pada tepi citra kemudian klik kanan pilih draw order send to back. p. Selanjutnya masukkan bidang yang telah dicopy tadi beserta NIB, dan simbol bintangnya ke dalam layer CEK PLOT. q. Kemudian matikan layer yang menjadi tempat bidang lain yang ada disekitar bidang yang di Cek Plot, sehingga yang tampak hanya bidang yang di cek plot saja. r. Kemudian berikan warna pada bidang tersebut, klik icon hatch add pick point pilih warna kuning klik pada bidang kemudian enter lalu ok. s. Buka Layer tab PETA CEK PLOT untuk mengedit informasi bidang dan tampilan bidang pada citra yang akan di cetak. Gambar 4. Informasi Peta Bidang Tanah pada Cek Plot t. Klik model untuk menggerakan ukuran citra dan paper jika posisi bidang sudah sesuai dengan yang diinginkan. u. Proses terakhir cetak cek plot selesai.

50 44 5. Hasil Berikut hasil dari perkerjaan cek plot. Gambar 5. Hasil Cek Plot Peta Bidang Tanah 6. Pembahasan Cek Plot merupakan proses pengecekan sertipikat apakah sesuai dengan buku tanah dan posisi bidang tanah yang bersangkutan apakah telah sesuai dengan kenampakan citra. Cek plot dilakukan hanya untuk bidang yang sebelumnya telah memiliki sertipikat, biasanya dibuat untuk kepentingan pembuatan sertipikat pemecahan bidang tanah, penggantian hak milik sertipikat, ataupun untuk sertipikat hak guna bangunan. Dimana pengecekan sertipikat adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui data fisik dan data yuridis yang tersimpan dalam peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku tanah seperti yang tercantum dalam pasal 34 PP No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Lebih

51 45 lanjut jika pengecekan sertipikat dan pengecekan plot ini berjalan lancar maka BPN akan mengeluarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) yang menerangkan catatan-catatan tersebut. Pada proses cek plot kendala yang sering muncul yaitu: a. Bidang yang akan di cek plot tidak ada pada peta desa. Solusinya bidang dapat di unduh menggunakan aplikasi KKP dan apabila belum ditemukan, maka digambar bidang sesuai ukuran dan skala yang ada pada sertipikat. b. Apabila bidang belum memiliki NIB. Langkah yang diperlukan adalah booking NIB pada aplikasi KKP. c. Koordinat tidak sesuai dengan posisi bidang sebenarnya. Langkah yang diperlukan adalah sesuaikan bidang dengan kondisi sebenarnya dilapangan atau hasil ukur. d. Data bidang pada database KKP belum terdapat informasi apapun. Solusinya pada proses ini harus dilakukan pengisian data terlebih dahulu agar proses cek plot dapat dilakukan. D. Pengukuran Bidang Tanah 1. Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan pengukuran bidang tanah adalah sebagai berikut : a. Menentukan letak geografi. b. Mengetahui bentuk geometris. c. Menentukan luas. d. Mengetahui situasi bidang tanah untuk lampiran sertipikat. e. Pembuatan peta pendaftaran.

52 46 f. Mendapatkan data ukur bidang tanah sebagai unsur pengembalian batas, jika batas-batas bidang tanah tersebut hilang. 2. Dasar Teori Pengukuran bidang tanah adalah pengukuran yang dilakukan oleh petugas ukur untuk mendapatkan data fisik yang ada di lapangan atas permohonan yang bersangkutan dengan keperluan pembuatan sertipikat hak baru, pemecahan, pemisahan, penggabungan bidang tanah dan pengembalian batas. Permohonan yang diajukan di atas harus disertai dengan dokumen asli untuk membuktikan hak atas bidang tanah yang bersangkutan. Jika alat bukti sebidang tanah tersebut di atas tidak lengkap atau tidak ada, maka pembuktian kepemilikan dapat dilakukan dengan alat bukti lain yang dilengkapi dengan pernyataan yang bersangkutan dengan keterangan yang dapat dipercayai dari sekurang-kurangnya 2 (dua) saksi dari lingkungan masyarakat setempat yang tidak ada ikatan atau hubungan keluarga baik vertikal maupun horizontal. 3. Alat dan Bahan a. Lembar GU ( Gambar Ukur ) b. Roll Meter 50 M c. Kendaraan d. Alat Tulis e. GPS Garmin f. Papan LJK

53 47 4. Prosedur Pengukuran Bidag Tanah Adapun langkah-langkah dalam pengukuran bidang tanah sebagai berikut: a. Menyiapkan alat ukur ( Roll Meter ), lembar GU ( Gambar Ukur ), alat tulis. b. Harus sepengetahuan lurah atau kepala desa melalui surat resmi dan diperlukan saksi yang dapat dipercayai dalam pengukuran sekurangkurangnya 2 orang. c. Memberitahukan kepada pemohon secara tertulis megenai waktu penetapan batas dan pengukuran. d. Mengumpulkan saksi yang berada pada batas-batas utara, timur, selatan, dan barat bidang tanah yang akan di ukur dan permohonan surat notaris. e. Menetapkan atau menentukan batas-batas bidang tanah oleh petugas ukur atas nama BPN dan pemohon memasang tanda batasnya. f. Menentukan titik awal pengukuran oleh petugas ukur. g. Tarik meteran kemudian ukur panjang dan lebar bidang tanah, setelah itu tarik meteran secara diagonal yang berguna sebagai titik kontrol untuk menguatkan kebenaran dari pengukuran. h. Bersamaan saat mengukur, gambar sketsa bidang tanah pada lembar GU beserta ukuran-ukurannya. i. Ambil titik koordinat menggunakan GPS di salah satu sudut bidang tanah yang diukur dimana titik tersebut dijadikan sebagai acuan citra satelit pada penggambaran bidang tanah di Autocad 2009.

54 48 j. Setelah semua diukur, pada lembar GU isi nama pemohon, tanggal pengukuran, dan saksi-saksi yang hadir pada saat pengukuran beserta tanda tangan. 5. Hasil Setelah proses pengukuran bidang tanah selesai maka hasil peta bidang tanah dapat di proses di Kantor Pertanahan Kab. Pekalongan untuk proses penggambaran di Autocad 2009 dan ditampalkan dengan citra peta desa sesuai dengan lokasi pengukuran dengan bantuan titik koordinat yang sudah di ambil dengan GPS. Gambar 6. Sketsa Hasil Pengukuran Bidang Tanah 6. Pembahasan Pengukuran rutin dilakukan apabila ada permohonan yang bersangkutan dengan surat sesuai bentuk terlampir untuk melakukan

55 49 pengukuran bidang tanah dengan keperluan tertentu, baik pendaftaran hak baru, pemecahan, penggabungan atau pengembalian batas. Sebagai langkah awal pada pengukuran bidang tanah adalah pemegang hak harus memasang tanda batas pada sudut batas dan disetujui oleh pemegang hak yang berbatasan serta harus ada penetapan batasnya terlebih dahulu. Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan pengukuran yang dilakukan menggunakan alat sederhana Roll Meter 50 m. Alasan penggunaan roll meter karena bidang yang diukur tidak luas sehingga dianggap lebih praktis. Di lapangan sudut-sudut batas tanah tidak diukur menggunakan kompas, akan tetapi sebagai kontrol dilakukan pengukuran salah satu diagonal bidang. Hal ini tidak di ajarkan di perkuliahan sehingga menjadi pengalaman baru yang diperoleh dalam kegiatan PKL di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan. Namun demikian perlu dicoba juga untuk mengukur azimuth batas bidang sebagai kontrol dalam penggambaran peta bidang. Pengukuran menggunakan GPS oleh petugas ukur tidak dilakukan marking tetapi langsung dicatat secara teoritis hal ini kurang tepat karena koordinat dapat berubah selama proses pencatatan tersebut. Dengan demikian disarankan melakukan marking. Apabila dilapangan terjadi konflik misalnya : a. Pada bidang tanah yang diukur terdapat saluran dan jalan yang sudah dibangun, sedangkan pada ukuran sebelumnya saluran dan jalan tersebut masih masuk pada batas bidang yang bersangkutan, maka saluran tersebut harus dilepas pada penggambaran bidang tanah di GU, akan tetapi di BPN saluran tersebut masih milik yang bersangkutan.

56 50 b. Konflik antara tetangga batas yang tidak setuju dengan peletakkan patok batas yang ada, sehingga harus ada musyawarah antara pihak yang bersangkutan sebelum dilakukannya pengukuran. c. Pemohon terkadang mendesak petugas ukur untuk segera memberikan hasil luas bidang tanah yang telah diukur pada saat itu juga, namun prosedur pengukuran tidak memperbolehkan hal tersebut karena hasil ukur harus diproses dikantor terlebih dahulu. Berdasarkan empat kegiatan inti yang sudah dijelaskan di atas, dapat dirangkum dalam sebuah tabel kegiatan dan prestasi kerja seperti di bawah ini. Tabel 1. Kegiatan dan Prestasi Praktik Kerja Lapang (PKL) No Waktu Kegiatan Lokasi 1 3 Maret , 10-12, 16-20, 23-24, 27, 31 Maret , Maret Maret , 9-11, 13, 19, 24, 26, 30 Maret , 13-16, 20-21, 24, April , 15, 20, 22 April , 6-9, 13-15, 21, 23 April 2015 Orientasi Tentang BPN Cek Plot Integrasi Sporadik Integrasi Massal Pengukuran Bidang Tanah Cek Plot Integrasi Sporadik Integrasi Massal Ruang Seksi SPP Ruang Seksi SPP Ruang Seksi SPP Ruang Seksi SPP Kec. Wiradesa, Kel. Bligo, Desa Podo, Kel. Pekuncen, Kel. Kajen, Kec. Kedungwuni Ruang Seksi SPP Ruang Seksi SPP Ruang Seksi SPP Prestasi Kerja Pengetahuan Tentang Kantor Pertanahan 92 Bidang Tanah 14 Bidang Tanah 30 Bidang Tanah 16 Bidang Tanah 87 Bidang Tanah 18 Bidang Tanah 87 Bidang Tanah Ket Pengarahan Praktik Praktik Praktik Praktik Praktik Praktik Praktik

57 51 Tabel 1. lanjutan 9 17 April , 6, 8, April 2015 Lomba Hari Kartini Plotting SU GU Ruang Aula Kantor Pertanahan Kab. Pekalongan Ruang Seksi SPP - Lomba 41 Bidang Tanah Praktik

58 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan yang dilakukan selama menjalani PKL di Kantor Pertanahan Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah antara lain: a. Pengukuran bidang tanah b. Integrasi Massal Prona (Proyek Operasi Nasional Agraria) c. Integrasi Sporadik d. Ceking Plot di peta 2. Banyak pengalaman bidang administrasi pertanahan yang diperoleh selama mengikuti PKL yang tidak diperoleh di bangku kuliah seperti : a. Penggunaan sistem KKP b. Sengketa yang terjadi dilapangan c. Proses pengajuan hak atas tanah d. Penggunaan peralatan yang sederhana yang akurasinya dapat dipertanggung jawabkan. 3. Masih terdapat penggunaan alat GPS yang tidak sesuai prosedur. 4. PRONA merupakan program yang sangat membantu masyarakat, khususnya dari masyarakat kurang mampu.

59 54 B. Saran 1. Diperlukan peralatan ukur yang memadai baik dalam jumlah maupun kualitas sehingga hasil ukur lebih akurat. 2. Penggunaan GPS untuk pengukuran koordinat disarankan dengan metode marking agar diperoleh koordinat yang tepat. 3. Perlu dilakukan pengukuran azimuth bidang tanah agar memudahkan proses penggambaran dan meningkatkan ketelitian hasil pengukuran. 4. Perlu pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengikuti perkembangan teknologi di bidang alat ukur dan kaderisasi di bidang pertanahan melalui pelatihan-pelatihan singkat. 5. Peralatan survey yang ada perlu dimanfaatkan secara maksimal seperti : Theodolite, Total Station, dan Waterpass dalam kegiatan pengukuran serta dilakukan perawatan sehingga siap digunakan pada saat dibutuhkan. 6. Dapat menerima mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda melaksanakan PKL secara berkelanjutan.

60 DAFTAR PUSTAKA Anonim Badan Pertanahan Nasional Pertanahan_Nasional (diunduh pada tanggal 22 Maret 2015) Badan Pertanahan Nasional Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Kementrian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional pada tanggal 11 April 2015) Kementrian Agraria dan Tata Ruang Sejarah Badan Pertanahan Nasional /Tentang-Kami/Sejarah (diunduh pada tanggal 11 April 2015) Sagala, Sarman Istilah dan Pengertian Tanah di BPN. Istilah Dan Pengertian Tanah di BPN_garasi.in.html (diunduh pada tanggal 11 April 2015) Yuliantika, Grivina Laporan Magang Kantor BPN Kab. Batanghttp://grivinayuliantika.blogspot.com/2013/09/laporan-magang-dikantor-bpn-kabupaten.html (diunduh pada tanggal 22 Maret 2015)

61 57 Gambar 7. Proses Integrasi Sporadik Gambar 8. Pengukuran bidang tanah di Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan

62 58 Gambar 9. Proses Cek Plot Gambar 10. Berkas Integrasi Massal Prona

63 59 Gambar 11. Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kab. Pekalongan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh FATMALA N NIM. 120 500 154 PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH. Oleh LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh NUR QOMARIYAH NIM.120 500 175 PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI KKP PROSEDUR LAYANAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP

PANDUAN APLIKASI KKP PROSEDUR LAYANAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP PANDUAN APLIKASI KKP PROSEDUR LAYANAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP PUSAT DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN, TATA RUANG DAN LPPB KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jan 2017

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal 16 Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya Badan Pertanahan Nasional. Pada tahun 1998 masih

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : / BAB I...

MEMUTUSKAN : / BAB I... PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SUBBAGIAN DAN SEKSI PADA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN URAIAN TUGAS URUSAN DAN SUBSEKSI

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 24 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan lagi di Semarang

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Badan Pertanahan Nasional merupakan suatu lembaga yang dibentuk tanggal 19 Juli 1988, berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Berdasarkan keputusan presiden nomor 96/M/1993 tentang pembentukan Kabinet Pembangunan IV kegiatan pertanahan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Organisasi Badan Pertanahan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematika Lengkap. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017 BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH

Lebih terperinci

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL LAMPIRAN VII SURAT EDARAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4/SE-100/IV/2017 TANGGAL : 7 April 2017 PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah. Hubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1 PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1.444,6 1.631,8 1.862,0 2.033,3 1.1 Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI. A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL BADAN PERTANAHAN NASIONAL PUSAT LAMPIRAN : PERATURAN RI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIS UTAMA DEPUTI BIDANG SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN (Deputi I) DEPUTI BIDANG HAK TANAH

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

III. KEGIATAN KERJA PRAKTEK

III. KEGIATAN KERJA PRAKTEK III. KEGIATAN KERJA PRAKTEK 3.1 Persiapan 3.1.1 Persiapan Administrasi Adapun syarat syarat mengajukan Surat permohonan kerja praktek pada Fakultas yang dituju yaitu Universitas Lampung : a. Transkrip

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata No.1275, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. PRONA. Percepatan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Tempat Program Latihan Akademik dan Pelaksanaan Program Latihan Akademik

BAB III. Deskripsi Tempat Program Latihan Akademik dan Pelaksanaan Program Latihan Akademik BAB III Deskripsi Tempat Program Latihan Akademik dan Pelaksanaan Program Latihan Akademik 3.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tasikmalaya Pada jaman penjajahan bangsa Belanda dan Jepang,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Tabel I. Alokasi Anggaran Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) KODE PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Pada bab ini, penulis akan mencoba untuk menjelaskan lebih lanjut lagi mengenai objek penelitian yaitu Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM. dipimpin oleh Kepala (Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006). di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral.

BAB III TINJAUAN UMUM. dipimpin oleh Kepala (Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006). di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral. BAB III TINJAUAN UMUM 3.1 Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN MALANG NOMOR: 188.4/ /KEP/ /2016 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANAHAN KABUPATEN MALANG NOMOR: 188.4/ /KEP/ /2016 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS PERTANAHAN Jl. Sarangan Nomor 9 Malang Telpon / Fax ( 0341) 409001 Email : dinaspertanahan.kabmalang@gmail.com Web : pertanahan@malangkab.go.id M A L A N G 6 5 1 4 1 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG - 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN BENCANA DAN PENGEMBALIAN HAK-HAK MASYARAKAT ATAS ASET TANAH DI WILAYAH BENCANA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan.

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan. No.1042, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 52 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa hubungan bangsa

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM

BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM A Deskripsi Umum Departemen Hukum dam Hak Asasi Manusia dimulai pada hari-hari pertama kemerdekaan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

APLIKASI LAYANAN PERTANAHAN ONLINE

APLIKASI LAYANAN PERTANAHAN ONLINE APLIKASI LAYANAN PERTANAHAN ONLINE I. LOGIN APLIKASI Pada saat aplikasi dibuka maka akan muncul halaman login yang mengharuskan pengguna aplikasi untuk memasukkan ID Pemakai dan Password lalu klik tombol

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Sambil menunggu penyerahan kewenangan di bidang pertanahan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

MEMUTUSKAN : Sambil menunggu penyerahan kewenangan di bidang pertanahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari

BAB III PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Badan Pertanahan Nasional. pembentukan Badan Pertanahan Nasional.Badan ini merupakan peningkatan dari BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjaun Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional,suatu lembaga non departemen yang terbentuk setelah di keluarkan nya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Negara sebagai

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG 1. 2.1. Profil Singkat Badan Pusat Statistik Kota Magelang BPSadalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG 1 RUANG LINGKUP HGU SUBYEK HGU JANGKA WAKTU HGU PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2014

RENCANA UMUM PENGADAAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2014 RENCANA UMUM PENGADAAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI RIAU TAHUN ANGGARAN 2014 KODE PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/SUBOUTPUT/K PERHITUNGAN TAHUN 2014 OMPONEN/SUBKOMP/AKUN/DETIL VOLUME HARGA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN -1- LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS KECAMATAN KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2015 KEMEN. ATR. Tata Cara Hak Komunal Tanah. Hukum Adat. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NOMOR 1/D, 2008 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH, SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN STAF AHLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N NOMOR 30/D, 2008 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG DI KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Oleh: MUKHAMAD VICKY AINIL ZACKY NIM.

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG DI KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. Oleh: MUKHAMAD VICKY AINIL ZACKY NIM. LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG DI KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: MUKHAMAD VICKY AINIL ZACKY NIM. 130 500 194 PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

Lebih terperinci

Pasal 11 Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai uraian tugas : a. menyiapkan bahan program kerja perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

Pasal 11 Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai uraian tugas : a. menyiapkan bahan program kerja perencanaan sebagai pedoman pelaksanaan tugas; BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDAYAGUNAAN TANAH NEGARA BEKAS TANAH TERLANTAR DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL - 1 - MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN

Lebih terperinci