BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
|
|
- Hengki Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. Kajian Pustaka 1.1. Teori Kepemimpinan Situasional Teori ini menjelaskan bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi atau luwes pada pemimpin untuk menyesuaikan diri pada tuntutan situasi, lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan tersebut harus dijadikan tantangan untuk diatasi, maka pemimpin itu harus menyelesaikan masalah-masalah yang aktual, sebab permasalahan-permasalahan hidup yang penuh pergolakkan, selalu akan memunculkan tipe kepemimpinan yang relevan bagi masanya (Sulton, 2013). Kebutuhan untuk memahami kepemimpinan yang dipertautkan dengan situasi tertentu merupakan hakikat dari kepemimpinan situasional. Kepemimpinan situasional adalah didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal berikut ini (Hersey dan Blanchard, 1988 dalam Syunutrihantoyo, 2014); (1) tingkat bimbingan dan perilaku tugas yang diberikan oleh pimpinan; (2) jumlah dukungan sosioemosional (perilaku hubungan) yang diberikan oleh pimpinan; (3) tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Perilaku tugas yang dimaksud adalah kadar sejauh mana pemimpin menyediakan arahan kepada bawahannya, misalnya; memberikan ketentuan yang harus dilakukan, kapan melakukannya, dimana dan bagaimana melakukannya, sedangkan perilaku hubungan adalah kadar sejauhmana pemimpin melakukan hubungan dua arah dengan pengikutnya (para karyawan atau anggota, dalam hal ini misalnya, adanya; 1
2 dukungan yang diberikan pada bawahan untuk menyelesaikan tugas, menciptakan suasana kompak dan saling membawahi. Kepemimpinan akan berjalan dengan baik dan benar ketika orang yang memiliki kepemimpinan memiliki niatan yang baik pula. Niat yang baik adalah ketika orang memiliki prinsip yang kuat pada kecerdasan spiritualnya. Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan (Agustian, 2000). Teori kepemimpinan situasional ini mampu untuk memengaruhi pimpinan dalam tim audit kepada bawahannya dalam memberikan ketentuan pengauditan yang harus dilakukan, kapan melakukannya, dimana dan bagaimana melakukannya. Dengan begitu auditor akan dapat menyesuaikan diri pada tuntutan situasi, lingkungan sekitar sehingga dapat menyelesaikan suatu permasalahan dengan baik yang akan memengaruhi kinerja auditor Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior) Teori sikap dan perilaku yang dikembangkan oleh Triandis (1980), menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang orang-orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan tentang konsekuensi dari melakukan perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang mereka pikirkan akan mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa lakukan (Chandra dan Ramantha, 2013). 2
3 Dengan mengetahui sikap pada diri seseorang maka akan dapat diduga respon atau perilaku yang akan diambil oleh seseorang terhadap masalah atau keadaan yang dihadapi. Pembentukan atau perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor pokok, yaitu faktor individu (faktor dalam) dan faktor luar. Faktor individu adalah faktor yang berhubungan dengan respon individu menanggapi dunia luar secara selektif. Sedangkan faktor luar adalah faktor yang berhubungan dengan hal-hal atau keadaan dari luar yang merupakan rangsangan atau stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap (Maryani dan Ludigdo, 2000 dalam Hidayat, 2011). Teori sikap dan perilaku mampu mempengaruhi auditor untuk mengelola faktor personalnya sehingga mampu bertindak jujur, tidak memihak pada suatu kepentingan tertentu, berpikir rasional, bertahan meskipun dalam keadaan tertekan, berperilaku etis dengan senantiasa mengindahkan norma-norma profesi dan norma moral yang berlaku yang nantinya akan mempengaruhi auditor dalam mengambil opini yang sesuai (Chandra dan Ramantha, 2013) Auditing Mulyadi (2002) menyatakan auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Tujuan auditing pada umumnya adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, 3
4 dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor bekerja dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu proses auditing. Berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan (Hidayat, 2011) Jenis-jenis Auditor Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut Yusup (2010: 17), yaitu sebagai berikut: 1) Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia auditor pemerintah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Auditor eksternal pemerintah yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23 ayat 5 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang pengaturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. b) Auditor internal pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan Badan Pengawasan Daerah. 4
5 2) Auditor Internal Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utama auditor internal ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat di mana ia bekerja. Auditor internal berkewajiban memberi informasi kepada manajemen yang berguna untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan efektifitas perusahaan. 3) Auditor Independen atau Akuntan Publik Tugas utama auditor independen atau akuntan publik adalah melakukan fungsi pengaudian atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka yaitu perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan-perusahaan besar, dan juga pada perusahaan-perusahaan kecil, serta organisasi-organisasi nirlaba. Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan melalui suatu KAP yang telah mendapat ijin dari Departemen Keuangan Akuntan Publik Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik sebagaimana diatur dalam UU Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2011. Berdasarkan PSA No. 02 seksi 110, akuntan publik mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai (reasonable assurance) tentang apakah laporan 5
6 keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Akuntan publik tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan. Akuntan publik juga bertanggung jawab untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Menurut Febrianty (2012), terdapat empat tingkatan atau level jabatan yang dapat diemban akuntan publik dalam KAP. Masing-masing level memiliki tugas dan wewenang yang berbeda, yaitu seperti pada tabel berikut ini: Tabel 2.1 Tingkatan Staf dan Tanggung Jawab Pekerjaan Akuntan Publik Tingkatan Staf Masa kerja Tanggung Jawab Pekerjaan Junior Auditor atau Staff Assistant Senior atau Incharge Auditor 0-2 tahun Mengerjakan sebagian besar pekerjaan audit detail. 2-5 tahun Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan lapangan audit termasuk supervisor dan memeriksa pekerjaan. Manajer 5-10 tahun Membantu dalam merencanakan dan mengatur audit, memeriksa pekerjaan senior dan mengukur hubungan dengan klien. Manajer juga mungkin bertanggung jawab untuk lebih dari satu kesepakatan pada saat yang sama. Partner 10 tahun ke atas Memerika pekerjaan audit keseluruhan dan terlibat dalam keputusan audit yang signifikan. Partner adalah pemilik perusahaan oleh karenanya bertanggung jawab juga atas pelaksanaan audit dan pemberian pelayanan terhadap klien. 6
7 1.6. Kecerdasan Emosional Agustian (2003) menyatakan kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi, kemampuan untuk menguasai diri untuk tetap dapat mengambil keputusan dengan tenang. Bambang (2010) mengatakan dalam mengendalikan emosi adalah ramuan menuju kecemerlangan. Orang yang emosinya paling terkendali akan paling disegani dan dihormati begitu pula sebaliknya. Itulah sebabnya dikatakan oleh para peneliti tentang orang-orang sukses bahwa 80 persen kesuksesan datangnya dari kemampuan mengendalikan emosi, dan 20 persen ditentukan oleh kemampuan intelektual serta yang lainnya. Goleman (2006: 43) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Mayer (2004:10) bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Rachmi (2010: 61) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk 7
8 belajar mengakui, menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Goleman (2006: 75) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pengenalan Diri (Self Awareness) Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu kesadaran emosi, penilaian diri, dan percaya diri. 2) Pengendalian Diri (Self Regulation) Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu kendali diri, sifat dapat dipercaya, kehati-hatian, adaptabilitas, dan inovasi. 3) Motivasi (Motivation) Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih 8
9 baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsurunsur motivasi, yaitu dorongan prestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme. 4) Empati (Emphaty) Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu memahami orang lain, mengembangkan orang lain, orientasi pelayanan, memanfaatkan keragaman, dan kesadaran politis. 5) Keterampilan Sosial (Social Skills) Keterampilan Sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur keterampilan sosial, yaitu pengaruh, komunikasi, manajemen konflik, kepemimpinan, membangun hubungan, kolaborasi dan kooperasi, dan kemampuan tim Kecerdasan Spiritual Wahab dan Umiarso (2011: 52) menyatakan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada dalam setiap manusia sejak lahir yang membuat manusia menjalani hidup penuh makna, selalu mendengarkan suara hati nuraninya, tak pernah merasa sia-sia, semua yang dijalaninya selalu bernilai. Kecerdasan spiritual merupakan perasaan terhubungkan dengan diri sendiri, orang lain dan alam semesta secara utuh kecerdasan spritual yang dimiliki setiap orang tidaklah sama. Hal tersebut tergantung dari masing-masing pribadi 9
10 orang tersebut dalam memberikan makna pada hidupnya. Kecerdasan spiritual lebih bersifat luas dan tidak terbatas pada agama saja. Perbedaan yang dimiliki masing-masing individu akan membuat kinerja yang mereka capai pun berbeda pula (Idrus, 2002 dalam Choiriah, 2013). Sinetar (2000) menyatakan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian didalamnya. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia untuk menghayati keterhubungan dirinya dengan kekuatan tak terbatas (Tuhan), serta menyadari tingkat kebermaknaan hidup dan sifat-sifat keilahian yang ada di dalam diri manusia (Suadnyana, 2015). Zohar dan Marshall (2007: 14) menguji kecerdasan spiritual dengan hal-hal berikut: 1) Kemampuan bersikap fleksibel yaitu mampu menempatkan diri dan dapat menerima pendapat orang lain secara terbuka. 2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi seperti: kemampuan autocritism dan mengetahui tujuan dan visi hidup. 3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan seperti: tidak ada penyesalan, tetap tersenyum dan bersikap tenang dan berdoa. 4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit seperti: bersikap ikhlas dan pemaaf. 5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai seperti: prinsip dan pegangan hidup dan berpijak pada kebenaran. 10
11 6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu seperti: tidak menunda pekerjaan dan berpikir sebelum bertindak. 7) Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal yaitu berpandangan holistik seperti: kemampuan berfikir logis dan berlaku sesuai norma sosial. 8) Kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa atau bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar seperti: kemampuan berimajinasi dan keingintahuan yang tinggi. 9) Menjadi apa yang disebut oleh para psikolog sebagai bidang mandiri yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi, seperti: mau memberi dan tidak mau menerima Kecerdasan Intelektual Kecerdasan intelektual sering juga disebut inteligensi, yang berarti kemampuan kognitif yang dimiliki suatu organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik (Galton, dalam Trihandini, 2005). Eysenck (1981) menyatakan bahwa seorang pekerja yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki tingkat intelegensi lebih rendah. Trihandini (2005: 17) menyatakan kemampuan kognitif secara global yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna sehingga dapat memecahkan masalah. Dwijayanti (2009: 24) menyebutkan kecerdasan intelektual sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari 11
12 tiga ciri yaitu: (a) Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan; (b) Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan; (c) Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Kecerdasan intelektual merupakan suatu keharusan yang wajib dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas profesional yang dibebankan kepadanya, karena tugas tersebut merupakan suatu tugas yang menuntut daya analisis tinggi serta proses berpikir rasional dalam pemecahan masalah yang mungkin ditemui dalam setiap penugasan yang mereka terima (Choiriah, 2013). Robins dan Judge (2008: 57) mengatakan kecerdasan intelektual adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Kecerdasan intelektual menurut Sternberg (2008: 121) adalah sebagai kemampuan untuk belajar dari pengalaman, berfikir menggunakan proses-proses metakognitif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan menganalisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan bicara, kecerdasan akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. Kecerdasan intelektual mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya (Anastasi, 2007: 220). Dalam penelitian ini kecerdasan intelektual diukur dengan dimensi dan indikator sebagai berikut (Azwar, 2008: 8): 12
13 1) Kemampuan memecahkan masalah, yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih. 2) Intelegensi verbal, yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu sacara intelektual, menunjukkan keingintahuan. 3) Intelegensi praktis, yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar Independensi Independensi diartikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dari pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain, yang berarti ada kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Ningrum, 2012). Dalam SPA 220 butir 11 menjelaskan bahwa rekan perikatan harus memiliki kesimpulan atas kepatuhan terhadap ketentuan independensi yang berlaku dalam perikatan audit. Dalam melakukan hal tersebut, rekan perikatan harus: 1) Memperoleh informasi yang relevan dari firm dan, jika relevan, firm jejaring, untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi dan hubungan yang menciptakan ancaman terhadap independensi 2) Mengevaluasi informasi tentang pelanggaran yang teridentifikasi, jika ada, terhadap kebijakan dan prosedur independensi firm untuk menentukan 13
14 apakah pelanggaran tersebut menciptakan ancaman terhadap independensi bagi perikatan audit; dan 3) Melakukan tindakan yang tepat untuk menghilangkan ancaman atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan pencegahan, atau apabila dipandang tepat, menarik diri dari perikatan audit, ketika penarikan diri tersebut dimungkinkan oleh peraturan perundangundangan yang berlaku. Rekan perikatan harus melaporkan dengan segera kepada firm setiap ketidakmampuan dalam menyelesaikan hal tersebut agar dapat dilakukan tindakan yang tepat. Independensi adalah auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya pada manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan, tetapi juga pada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaannya kepada mereka (Kharismatuti, 2012). Jika seorang auditor tidak independen yaitu tidak jujur, maka opini yang ia terbitkan tidak akan memberikan tambahan apapun. Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap klien, baik manajemen maupun pemilik perusahaan (Arumsari, 2014). Aspek independensi ada tiga, yaitu (Arumsari, 2014): 1) Independensi sikap mental, yang ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. 2) Independensi penampilan, yaitu ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik. 14
15 3) Independensi dari sudut keahlian, yaitu mempertimbangkan fakta dengan baik yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan jika ia memiliki keahlian dari hal tersebut. Komponen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1961) dalam Arifah (2012) yaitu: 1) Independensi dalam program audit a) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit b) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit c) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit 2) Independensi dalam verifikasi a) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan b) Bebas dari segala manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi perolehan bahan bukti c) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit 3) Independensi dalam pelaporan a) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak dari fakta yang dilaporkan b) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit 15
16 c) Menghindari menggunakan kata-kata yang meyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melakukan fakta, opini dan rekomendasi d) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit Kinerja Auditor Kinerja atau kualitas hasil kerja adalah hasil kerja individu secara keseluruhan yang dicapai seseorang dengan menjalankan aktivitasnya pada kurun waktu tertentu (Widyasari, 2011). Kinerja juga merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan padanya (Arumsari, 2014). Trisnaningsih (2007) mengatakan secara etimologis, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance). Istilah kinerja sendiri berasal dari kata job performance yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005: 67). Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok (Arumsari, 2014). Lebih lanjut dalam penelitiannya, Arumsari (2014) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk 16
17 menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu. Dalam hal pengertian kinerja auditor, Arumsari (2014) menjelaskan bahwa kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Dijelaskan dalam penelitian ini kinerja auditor merupakan auditor yang melaksanakan penugasan auditing secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung. Sulton (2013) menyatakan bahwa untuk mendapatkan informasi atas kinerja, maka ada beberapa pihak baik itu perorangan ataupun kelompok yang biasanya melakukan penilaian atas kinerja auditor. Ada lima pihak yang dapat melakukan penilaian atas kinerja auditor, yaitu: 1) Atasan langsung Semua evaluasi kinerja pada tingkat bawah dan menengah dari organisasi dijalankan oleh atasan langsung adutitor yang memberikan pekerjaan dan paling tahu kinerja auditornya. 2) Rekan sekerja Penilaian melalui rekan sekerja dilaksanakan dengan pertimbangan. Pertama, rekan sekerja dekat dengan tindakan. Interaksi sehari-hari memberikan 17
18 kepada auditor pandangan menyeluruh terhadap kinerja seorang auditor dalam pekerjaan. Kedua, dengan menggunakan rekan sekerja sebagai penilaian menghasilkan sejumlah penilaian yang independen. 3) Evaluasi diri Hal ini cenderung mengurangi kedefensifan para auditor mengenai proses penilaian dan evaluasi ini merupakan sarana yang unggul untuk merangsang pembahasan kinerja auditor dan atasan auditor. 4) Bawahan langsung Penilaian kinerja auditor oleh bawahan langsung dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci mengenai perilaku seorang atasan karena lazimnya penilai mempunyai kontak yang serng dengan yang dinilai. 5) Pendekatan menyeluruh Penilaian kinerja auditor dilakukan oleh atasan, pelanggan, rekan sekerja, dan bawahan. Penilaian ini cocok di dalam organisasi yang memperkenalkan tim. Variabel penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Larkin (1990) dalam Arifah (2012) yang telah direplikasi oleh Tirsnaningsih (2004) yaitu: 1) Kemampuan Seorang auditor yang memiliki kemampuan dalam mengaudit maka akan cakap dalam menyelesaikan pekerjaannya. 2) Komitmen Profesi Auditor dengan komitmen professional yang kuat berdampak pada perilaku yang lebih mengarah kepada ketaatan aturan, dibandingkan dengan auditor 18
19 yang komitmen operasionalnya rendah. Komitmen juga dapat berkaitan dengan loyalitas dengan profesinya. 3) Motivasi Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan mendorong keinginan individu auditor tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. 4) Kepuasan Kerja Kepuasan kerja auditor dapat diartikan sebagai tingkatan kepuasan individu. 2. Hipotesis Penelitian 2.1. Pengaruh Kecerdasan Emosional pada Kinerja Auditor Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi, pemahaman atas sikap itu penting, karena sikap akan mempengaruhi kerja. Sikap memberikan dasar emosional bagi hubungan interpersonal seseorang dan pengabdiannya (Mutia, 2013). Secara khusus auditor membutuhkan kecerdasan emosional yang tinggi karena dalam lingkungan kerjanya auditor akan berinteraksi dengan orang banyak baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja. Kecerdasan emosional berperan penting dalam membentuk moral disiplin auditor. Dalam dunia kerja auditor, berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapi seperti persaingan yang ketat. Tuntutan tugas, suasana kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan orang lain (Choiriah, 2013). 19
20 Jika seseorang dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan dapat menghasilkan kinerja yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh (Mayer, 2004) bahwa kecerdasan emosi merupakan faktor yang sama pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh, Chandra dan Ramantha (2013) dan Sukmawati, dkk (2014) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap opini auditor. Fabiola (2005) dan Apriyanti 2014) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai hubungan kecerdasan emosional pada kinerja auditor adalah: H 1 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif pada kinerja auditor Pengaruh Kecerdasan Spiritual pada Kinerja Auditor Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi objek yang terbentuk atas dasar pengalaman-pengalaman. Sikap pada diri seseorang akan menjadi corak atau warna pada tingkah laku orang tersebut (Maryani dan Ludigo 2000 dalam Hidayat, 2011). Kepemimpinan akan berjalan dengan baik dan benar ketika orang yang memiliki kepemimpinan memiliki niatan yang baik pula. Niat yang baik adalah ketika orang memiliki prinsip yang kuat pada kecerdasan spiritualnya. 20
21 Seorang auditor dapat menunjukkan kinerja yang optimal apabila ia sendiri mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan seluruh potensi dirinya. Hal tersebut akan dapat muncul apabila seseorang dapat memaknai setiap pekerjaannya dan dapat menyelaraskan antara emosi, perasaan dan otak. Kecerdasan spiritual mengajarkan orang untuk mengekspresikan dan memberi makna pada setiap tindakannya, sehingga bila ingin menampilkan kinerja yang baik, maka dibutuhkan kecerdasan spiritual (Fabiola, 2005). Apabila auditor mempunyai kecerdasan spiritual yang tepat, skandal dan manipulasi tindakan yang dilakukan oleh auditor tidak akan terjadi (Hanafi, 2010). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Trihandini (2005: 72), Choiriah (2013) dan Fabiola (2005) menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai hubungan kecerdasan spiritual pada kinerja auditor adalah: H 2 : Kecerdasan spiritual berpengaruh positif pada kinerja auditor Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada Kinerja Auditor Seorang auditor diharapkan mampu menghilangkan kecurangan terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen sehingga tidak ada yang dirugikan. Fungsi auditor ialah sebagai pihak yang memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dihasilkan oleh teknologi akuntansi auditee yang kemudian angka-angka tersebut digunakan sebagai dasar untuk pembuatan kontrak antara prinsipal dan agen (Nariya, 2012). 21
22 Jika seorang auditor memiliki kecerdasan intelektual yang baik, maka mereka akan mampu memahami dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik, dan implikasinya kinerja mereka akan baik. Tugas yang dihadapi oleh seorang auditor merupakan suatu tugas yang menuntut auditor untuk memiliki analisis dan proses berfikir rasional juga melibatkan kemampuan mental untuk menarik sebuah kesimpulan (Choiriah, 2013). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Chandra dan Ramantha (2013) dan Sukmawati, dkk (2014) menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap opini auditor. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Choiriah (2013) menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai hubungan kecerdasan intelektual pada kinerja auditor adalah: H 3 : Kecerdasan intelektual berpengaruh positif pada kinerja auditor Pengaruh Independensi pada Kinerja Auditor Dengan memiliki kepemimpinan situasional, akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun dalam suatu kondisi apapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada prinsipal dan agen, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Nariya, 2012). Arumsari (2014) menyatakan bahwa auditor yang mempertahankan obyektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Auditor yang memegang teguh 22
23 independensinya, tidak akan terpengaruh oleh berbagai tekanan yang berasal dari luar diri auditor dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa independensi dapat mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam mengolah kecerdasan emosionalnya dalam melaksanakan tugasnya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sukmawati, dkk (2014), Arifah (2012), dan Arumsari (2014) memberikan hasil penelitian mengenai pengaruh independensi pada kinerja auditor, dimana independensi dinyatakan berpengaruh positif pada kinerja auditor. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis mengenai hubungan independensi pada kinerja auditor adalah: H 4 : Independensi berpengaruh positif pada kinerja auditor. 23
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan besar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Akuntan independen atau lebih umum dikenal dengan akuntan publik memiliki fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Pengauditan ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. auditor yang berkualitas, dapat diandalkan, dipercaya dan mampu menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perekonomian di dunia bisnis saat ini berdampak pada pesatnya persaingan yang semakin sulit dan kompetitif di kalangan auditor dan menuntut auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and Behavior) Teori sikap dan perilaku yang dikembangkan oleh Triandis (1980), menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai dengan praktik yang sering menyimpang jauh dari aktivitas moral. Padahal pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis dituntut untuk lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam dunia kerja saat ini, di mana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global, maka organisasi maupun perusahaan yang terlibat dalam persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT terbuka). Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan negara pada dasarnya harus dikelola secara transparan dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan (principal) dan manajer (agent). Menurut Einsenhardt (1989) teori
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menjelaskan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kontrak (seperti kreditur) sebagai prinsipal. Dalam hal ini prinsipal ingin
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan(Agency Theory) Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan Ng (1978) dalam Kharismatuti (2012)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. budaya organisasi, etos kerja, independensi auditor serta kinerja auditor.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian integritas auditor, gaya kepemimpinan, tingkat pendidikan, pengalaman auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Etika Menurut (Keraf, 1998 dalam Hutahahean dan Hasnawati, 2015) ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi. a. Etika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen & Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan Intern Pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui bahwa suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Pada tahun 1990 psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire pertama kali melontarkan istilah kecerdasan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian auditing menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 4) yaitu:
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Auditing dan Profesi Akuntan Publik 2.1.1.1 Pengertian Auditing Pengertian auditing menurut Arens, Elder dan Beasley (2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dalam bidang bisnis. Ada dua tanggung jawab akuntan publik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama dengan profesinya lainnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsisten tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi dari kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi
Judul : Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi dan Komitmen Organisasi Pada Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Bali) Nama :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini, bangsa Indonesia masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Dalam menjalankan profesinya, auditor dituntut profesional dalam menjalankan segala pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama dalam Era Globalisasi saat ini, membuat persaingan para pebisnis akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya manusia merupakan aset perusahaan dan sumber daya vital sebagai penentu keberhasilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis a. Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang artinya mendengar. Orang yang melaksanakan
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang
1 BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang dijalankan di dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi sistem pengendalian intern
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Mulyadi (2002) auditing adalah: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
Lebih terperinci: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan evaluasi data serta informasi yang diperlukan guna mengurangi ketidaksesuaian informasi antara manajer dan pemegang saham,
Lebih terperinciPerpustakaan Unika LAMPIRAN 59
LAMPIRAN 59 Yth. Saudara Responden Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner dalam rangka penelitian saya yang berjudul Pengaruh Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung dengan sistem kontrol yang baik, untuk menetukan apakah kinerja dari perusahaan tersebut berjalan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai perilaku individu. Lebih khususnya, teori ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (presentasi
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kinerja 2.1. 1 Pengertian Kinerja Dosen Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2004) bahwa istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (presentasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Agusti dan Pratistha (2013) membuktikan melalui penelitiannya bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan persaingan di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia. Dari profesi akuntan publik, masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal penelitian maupun sumber-sumber lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Pihak kepala unit organisasi berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Audit merupakan proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
J u n a l E K B I S / V o l. X V I /No.2 E d i s i S e p t e m b e r 2 0 1 6 809 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN *(Sutri Handayani Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Etika dan Perilaku Etis Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya adalah adat istiadat kebiasaan yang baik. Etika bisa di artikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil dan harus memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Gangguan Pribadi Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan (independen) dalam pemeriksaan dalam melaksanakan tugasnya tidak ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ketika seorang investor akan menanamkan modal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intelligent Quotient 2.1.1.1 Pengertian Intelligent Quotient Dalam memahami akuntansi adanya intelligent quotient merupakan hal yang penting juga untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand
BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand theory yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal tersebut dapat terlihat berdasarkan data statistik di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Auditing Mulyadi (2011: 9) mengartikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk memeroleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang diaudit. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sehingga
Lebih terperinciKUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN
KUESIONER PENGARUH PERSEPSI ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN Identitas Responden Nama : ( boleh tidak diisi ) Umur : tahun Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Pengertian kinerja auditor adalah
Lebih terperinciPIAGAM INTERNAL AUDIT
PIAGAM INTERNAL AUDIT PT INTILAND DEVELOPMENT TBK. 1 dari 8 INTERNAL AUDIT 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piagam Audit Internal merupakan dokumen penegasan komitmen Direksi dan Komisaris serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang ditujukan kepada pihak pemakai baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai kinerja organisasi diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,
KEPUTUSAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN NOMOR : /IJ-DAG/KEP/01/2017 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INTERN PEMERINTAH INDONESIA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku
5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mazsalah Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat kehandalan laporan keuangan perusahaan sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik (Sukrisno Agoes, 2009: 52).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kantor akuntan publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan (compliance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi keuangan menunjukkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan yang digunakan oleh para pemakainya sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Lebih terperinciPENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI
PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Kota Surakarta dan Yogyakarta) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak lain diluar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang manajer dalam sebuah perusahaan diberi kewenangan untuk mengelola perusahaan dan harus bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Audit secara umum memiliki unsur penting yang diuraikan Mulyadi (2009:9) yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Suatu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN MASALAH. praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Menurut Jensen dan Meckeling
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN MASALAH 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan (agency teori) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Menurut
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERNAL
PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (compliance audit) dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan (compliance audit)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin berkembang, dan dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut membuat permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aktivitas dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan publik sering digunakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan menyediakan
Lebih terperinciStandar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar
Lebih terperinci