BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Iwan Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009). Adapun menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1045/Menkes/PER/XI/2006, Rumah Sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan. Untuk itu sudah sepantasnyalah jika rumah sakit dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung dalam menjalankan fungsinya termasuk penggunaan alat medis berteknologi tinggi. Penggunaan alat medis berteknologi tinggi semata mata dimaksudkan sebagai upaya menegakkan diagnosis maupun terapi dan ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan pasien yang berkunjung ke rumah sakit. Sedangkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi tersebut. Menurut Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang perumahsakitan bahwa Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah menyebutkan bahwa Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah satuan 1
2 2 kerja perangkat daerah atau unit kerja pada satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLUD dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan yang ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau hasil per investasi dana.tarif layanan BLUD- Unit Kerja diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada kepala daerah melalui kepala SKPD serta ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan disampaikan kepada pimpinan DPRD. Hal tersebut diperkuat dengan munculnya Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 tahun 2013 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Badan Layanan Umum yang menyatakan bahwa tarif rumah sakit dihitung atas dasar biaya satuan dengan mempertimbangkan kontinuitas layanan, daya beli masyarakat, azas keadilan dan kepatuhan, serta komposisi sehat. RSUD Kota Yogyakarta ditetapkan sebagai BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) berdasarkan SK Walikota Nomor 423/KEP/2007 pada tanggal 12 September Berdasarkan penetapan ini diharapkan rumah sakit dapat lebih fleksible, efisien dan efektif dalam memberikan pelayanan ( Rumah Sakit, 2009). Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 214/MENKES/SK/XI/2007 pada Tanggal 28 Nopember 2007, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta ditetapkan sebagai rumah sakit kelas B Non Pendidikan. Selanjutnya tarif pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota Kota Yogyakarta Nomor 104 Tahun Dalam Peraturan Walikota tersebut ditetapkan tarif berbagai jenis pelayanan, sedangkan jenis pelayanan yang belum ditetapkan diatur lebih lanjut dengan keputusan direktur, sesuai dengan perkembangan pelayanan. Pada tahun 2007, RSUD Kota Yogyakarta melakukan pengadaan alat medis canggih yang merupakan alat penunjang pelayanan medis berupa Endoskopi
3 3 beserta assesoriesnya dengan Merk Fujino EPX produksi Jepang. Pengadaan dibiayai melalui Dana Alokasi Khusus APBN dengan harga pengadaan Rp ,- (Satu milyar seratus empat puluh tujuh juta rupiah). Alat ini baru dioperasionalkan Tahun 2010 dikarenakan renovasi gedung baru dilakukan pada Tahun Alat Endoskopi baru mempunyai hari operasional dua hari per minggu yaitu setiap hari senin dan rabu, dioperasionalkan oleh satu orang dokter penyakit dalam dan dibantu oleh dua orang perawat. Besaran tarif pelayanan Endoskopi pada Peraturan Walikota Kota Yogyakarta Nomor 104 tahun 2009 terdiri dari Gastro Duodenoscopy Rp ,- dengan jasa sarana sebesar Rp ,- dan jasa pelayanan Rp ,- sedangkan untuk Colonoscopy mempunyai tarif Rp ,- dengan jasa sarana sebesar Rp ,- dan jasa pelayanan Rp ,-. Tindakan Colonoscopy walaupun sudah dicantumkan dalam peraturan walikota tetapi pada kenyataanya tindakan ini belum dapat dilakukan karena kelengkapan alat yang digunakan masih belum mencukupi. Sedangkan pelayanan Endoskopi dengan tambahan tindakan anestesi ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Nomor : 445/10/KPTS/II/2011 tentang Penyetaraan Tindakan yang belum ada dalam Walikota Kota Yogyakarta Nomor 104 Tahun 2009 di Rumah Sakit Kota Yogyakarta. Untuk tindakan general anestesi pada pasien Endoskopi disetarakan dengan tarif tindakan general anestesi pada operasi sedang dengan perincian jasa sarana Rp ,- dan jasa pelayanan anestesi Rp ,-. Biaya tersebut belum termasuk penggunaan obat obatan dan bahan habis pakai. 1 Januari tahun 2014 merupakan tonggak pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimana sistem pembayaran berorientasi pada diagnose penyakit. Sementara itu pola tarif rumah sakit terutama untuk tindakan Endoskopi masih menawarkan tarif per tindakan. Jasa sarana tindakan Endoskopi pada tarif yang identik dengan unit cost dihitung pada saat pelayanan belum berjalan dan semenjak ditetapkan menjadi tarif belum pernah diteliti kembali apakah jasa sarana tersebut dapat mencukupi biaya operasional atau biaya investasi yang telah dikeluarkan. Penghitungan unit cost secara obyektif pada saat pelayanan telah
4 4 berjalan dan membandingkan dengan tarif yang ada sangat diperlukan untuk memberikan gambaran biaya suatu produk berdasarkan aktivitas, serta penting dalam upaya pengendalian pembiayaan. Unit cost merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk pada suatu departemen produksi (Depkes, 2005). Perhitungan biaya satuan (unit cost) sangat penting dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai perencanaan anggaran, pengendalian biaya, penetapan harga, penetapan subsidi, membantu pengambilan keputusan rutin dalam hal penetapan harga.( Agastya dan Arif a i, 2011 ) Data sepuluh besar rawat inap khusus penyakit dalam, data pasien Endoskopi, data penggunaan alat Endoskopi, data kunjungan pasien rawat inap, data kunjungan pasien Endoskopi berdasarkan ruang pasien dan cara pembayaran pasien dapat menjadikan gambaran pentingnya penghitungan unit cost kembali. Penyajian data sepuluh besar penyakit rawat inap khusus penyakit dalam di RSUD Kota Yogyakarta seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.1. Sepuluh Besar Penyakit Rawat Inap Khusus Penyakit Dalam di RSUD Kota Yogyakarta Tahun Penyakit Terbanyak Jumlah % kasus Gastroenteritis akut (Diare)(Colitis)(Enteritis) ,42 Demam berdarah dengue (DHF) 187 7,42 Diabetes mellitus non-dependen insulin tanpa 153 6,07 komplikasi Congestive heart failure 133 5,28 Acute upper respiratory infection, unspecified 114 4,53 Hipertensi esensial (primer) 101 4,01 Demam tifoid 83 3,29 Intracranial injury, unspecified 82 3,26 Acute myocardial infarction, unspecified 79 3,14 Urinary tract infection, site not specified 78 3,10 Total ,51 Sumber data sekunder: (RSUD Kota Yogyakarta 2011) Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kasus Penyakit Dalam khusus rawat inap didominasi kasus Gastroenteritis akut (Diare/ Colitis/ Enteritis) dengan jumlah 338 kasus atau sebesar 13,42 %. Pada tahun 2010 kasus Gastroenteritis sebanyak 294 kasus. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pasien dengan indikasi
5 5 Gastroenteritis mengalami peningkatan sebanyak 44 kasus. Pasien dengan indikasi tersebut tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan tindakan diagnosis awal dan terapi dengan alat Endoskopi sesuai standar operating procedure yang ada, untuk menegakan diagnosis dan mengurangi resiko pasien mendapat perlakuan yang keliru. Sedangkan realisasi data kunjungan pasien Endoskopi berdasarkan diagnosis penyakit dan jenis tindakan tahun 2010 dan 2011 serta data penggunaan alat Endoskopi pada tahun 2010 dan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.2 dan tabel 1.3 di bawah ini : Tabel 1.2. Data Jumlah Pasien Endoskopi RSUD Kota Yogyakarta berdasarkan Diagnosis Penyakit dan Jenis Tindakan Pada Tahun Diagnosis Jenis Tindakan Jumlah Pasien (Orang) Penyakit Tahun 2010 Tahun 2011 Pasien (orang) Prosen- Tase Pasien (orang) Prosentase Anemia Diagnosis dan Biopsi 1 2,1 0 0 Abdominal pain Diagnosis dan biopsi 5 10,9 0 0 Dispepsia Diagnosis dan biopsi 12 26,1 6 26,1 Gastro Diagnosis dan biopsi 10 21, ,6 Entrologi Refluk Desease Gastritis Diagnosis dan biopsi 9 19,6 0 0 Gastritis Diagnosis dan biopsi 1 2,2 0 0 ulseratif Hematemesis Diagnosis,biopsi 5 10,87 1 4,3 dan terapi LVE Melena Diagnosis dan biopsi 1 2,2 0 0 Ulkus peptikum Diagnosis dan biopsi 2 4,3 0 0 Total Sumber Data Sekunder: ( RSUD Kota Yogyakarta 2010)
6 6 Tabel 1.3. Angka Penggunaan Alat Endoskopi di RSUD Kota Yogyakarta pada Tahun 2010 / 2011 Bulan Tahun 2010 Tahun 2011 Jumlah Pasien (Orang) Prosentase (%) Jumlah Pasien ( Orang) Posentase (%) Januari 4 8,7 3 13,0 Februari 3 6, ,2 Maret 2 4,3 2 8,7 April ,4 Mei 8 17,4 0 0 Juni 5 10,9 0 0 Juli 3 6,5 0 0 Agustus September 3 6,5 0 0 Oktober ,4 Nopember 3 6,5 1 4,4 Desember 3 6,5 0 0 Total Sumber Data Sekunder : (RSUD Kota Yogyakarta 2010) Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa data kunjungan pasien pada tahun 2010 sebanyak 46 orang dan tahun 2011 sebanyak 23 orang. Pada tahun 2010 pasien Endoskopi tertinggi pada kasus Dispepsia dengan jumlah 12 orang (26,1%), sedangkan pada tahun 2011 pada kasus Gastro Entrologi Refluk Desease dengan jumlah 16 orang(69,6%). Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kunjungan pasien Endoskopi tahun 2010 pada bulan Mei sampai September dan bulan Desember tidak mempunyai angka kunjungan (0%) Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter yang mengoperasikan alat Endoskopi dinyatakan bahwa kunjungan pasien sedikit dan mengalami penurunan, dikarenakan beberapa faktor antara lain : tidak semua pasien yang memerlukan tindakan Endoskopi bersedia dilakukan tindakan Endoskopi, terbatasnya sumber daya manusia dalam mengoperasikan alat tersebut dan tidak semua dokter penyakit dalam merekomendasikan dilakukan pemeriksaan Endoskopi untuk kasus yang memerlukan. Sementara kunjungan yang rendah tentu saja akan mempengaruhi biaya satuan dari tindakan Endoskopi menjadi tinggi dan tidak sesuai lagi dengan tarif yang berlaku.
7 7 Pada saat ini pasien Endoskopi berasal dari rawat jalan terutama Poli Dalam, Rawat Inap dan rujukan rumah sakit lain. Data kunjungan pasien Endoskopi berdasarkan ruang pasien dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.4. Data Kunjungan Pasien Endoskopi Berdasarkan Ruang Pasien di RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2010/2011 Ruang Tahun 2010 Tahun 2011 Pasien Pasien Prosentase Pasien Prosentase(%) (Orang) (%) (Orang) Edelweis 1 2,2 2 8,7 Poli Dalam 25 54, ,2 Cempaka 2 4,3 2 8,7 Poli Perjanjian ,7 Bougenville 1 2,2 0 0 Dahlia 3 6,5 2 8,7 VIP 3 6,5 3 13,0 One Day Care 11 23, Sumber Data Sekunder : (RSUD Kota Yogyakarta 2010) Berdasarkan tabel 1.4, dapat diketahui pada tahun 2010 dan 2011 kunjungan pasien endoskopi terbanyak dari Poli Dalam.Tahun 2010 sebanyak 25 orang(54,3%), sedangkan tahun 2011 sebanyak 12 (52,2%). Hal tersebut menunjukan bahwa pasien Endoskopi sebagian besar adalah pasien rawat jalan. Pasien Poli Dalam pada tahun 2010 sebanyak 1718 orang dan tahun 2011 sebanyak 2061 orang. Pasien penyakit dalam mengalami kenaikan sebanyak 343 pasien. Adapun data kunjungan pasien Rawat Inap sesuai tabel dibawah ini : Tabel 1.5. Kunjungan Pasien Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2011 Bangsal Tahun 2010 Tahun 2011 VIP Pasien (Orang) 888 Prosentase (%) 9,7 Pasien (Orang) 776 Prosentase 7,9 Dahlia , ,5 Bougenville , ,2 Anggrek , ,4 Kenanga 885 9, ,43 ICCU ,0 Cempaka , ,1 Perinatal , ,9 Edelweis 481 5, ,5 Total Sumber Data Sekunder: (RSUD Kota Yogyakarta 2010)
8 8 Berdasarkan tabel 1.5, dapat diketahui bahwa bangsal Dahlia sebagai bangal penyakit dalam merawat pasien tertinggi sebanyak 1691 orang (18,5%) pada tahun 2010 dan 1424 orang(14,5%) pada tahun 2011.Bangsal lainnya juga tidak menutup kemungkinan untuk merawat pasien penyakit dalam, seperti Cempaka. Pasien penyakit dalam dengan indikasi tertentu sangat memungkinkan memerlukan tindakan Endoskopi sehingga berimplikasi terhadap peningkatan frekuensi penggunaan alat Endoskopi. Cara Pembayaran Pasien di Rumah sakit Umum daerah Kota Yogyakarta Dapat dilihat pada gambar di bawah ini Dispensasi % APBD % Kerja Sama % Jamsostek % Jamkesos % Jamkesmas % Bayar Umum % Askes % Jampersal % Gambar 1.1. Cara Pembayaran Pasien Rawat Inap 2011 Sumber Data Sekunder : ( RSUD Kota Yogyakarta 2011) Dilihat dari grafik cara pembayaran pasien rawat inap tahun 2011 yang membayar umum ada 2366 orang (29,2%), Jamkesmas 2034 orang (25,1%), Askes 1627 orang (20,1%), Jampersal 778 orang (9,6%), APBD 579 orang (7,1%), Jamsostek 284 orang (3,5%), kerja sama 39 orang (0,4%) dan dispensasi 19 orang (0,2%). PT. Askes menjamin pasien yang menjadi pesertanya jika memang diperlukan pelayanan Endoskopi. Sebagian besar pasien adalah peserta Jaminan PT. Askes, dikarenakan baru PT. Askes yang mengadakan kerjasama dalam penggunaan alat tersebut.
9 9 B. Perumusan masalah Setelah melihat gambaran dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: rumah sakit sebagai peyedia jasa pelayanan kesehatan selain melayani pasien umum juga melayani pasien penjaminan, terlebih lagi dengan pencanangan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tanggal 1 Januari tahun Pasien penjaminan akan dibayar dengan sistem pembayaran berorientasi pada diagnose penyakit. Sementara itu pola tarif rumah sakit terutama untuk tindakan Endoskopi masih menawarkan tarif per tindakan. Jasa sarana tindakan Endoskopi pada tarif yang identik dengan unit cost dihitung pada saat pelayanan belum berjalan dan semenjak ditetapkan menjadi tarif belum pernah diteliti kembali apakah jasa sarana tersebut dapat mencukupi biaya operasional atau biaya investasi yang telah dikeluarkan. Penghitungan unit cost secara obyektif berdasar aktivitas pada saat pelayanan telah berjalan dan membandingkan dengan jasa sarana tarif yang ada sangat diperlukan untuk memberikan gambaran biaya suatu produk yang selanjutnya menjadi salah satu komponen penting dalam penghitungan unit cost berbasis diagnose penyakit. Hal tersebut juga didasari karena adanya indikasi bahwa penggunaan tekhnologi kedokteran canggih seperti Endoskopi selain memberikan implikasi terhadap peningkatan biaya operasional juga berdampak pada biaya yang ditanggung oleh pasien.(banta,h&david,a,1997). C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menghitung biaya satuan (unit cost) pelayanan dengan menggunakan alat Endoskopi dengan metode Activity Based Costing (ABC) di RSUD Kota Yogyakarta. 2. Untuk menganalisis gap biaya satuan pelayanan Endoskopi antara penetapan berdasarkan Peraturan Walikota Kota Yogyakarta Nomor 104 Tahun 2009
10 10 yang berlaku saat ini dengan penetapan biaya berdasarkan perhitungan unit cost menggunakan metode ABC 3. Untuk menganalisis perbandingan jasa sarana pelayanan Endoskopi yang berlaku saat ini dengan biaya satuan (unit cost) yang dihitung menggunakan metode ABC dengan memperhitungkan atau tanpa memperhitungan biaya gaji dan investasi 4. Untuk menganalisis sensitivitas biaya satuan terhadap perubahan angka kunjungan pasien Endoskopi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Dapat memberikan pengalaman bagi peneliti sehingga peneliti mempunyai kemampuan dalam melakukan analisa biaya dalam perencanaan pembelian alat alat medis berikutnya di rumah sakit. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat menjadi bahan referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti lainnya 3. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi manajemen RSUD Kota Yogyakarta untuk digunakan sebagai bahan evaluasi pembiayaan terutama dalam penerimaan pembayaran dengan sistem paket pada JKN E. Keaslian Penelitian 1. Esti Indriyanti (2001) dengan judul Analisis Biaya Satuan Secsio Caesaria Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) dan Double distibution (DD) Sebagai Dasar Penetapan Tarif di RSUD A.W. Sjahranie. Persamaanya menghitung unit cost berdasarkan metode activity based costing (ABC) sedangkan perbedaanya adalah subyek penelitiannya yaitu pelayanan
11 11 Endoskopi sedangkan peneliti sebelumnya meneliti biaya satuan untuk pasien Sectio Caesaria. 2. Deky Wotulo (2009) dengan judul Analisis Kelayakan Investasi Alat Foto Rontgen Panoramik di RSUD UndataPalu Prop Sulawesi Tengah. Persamaanya menghitung unit cost alat kedokteran canggih, tetapi perbedaanya penelitian sebelumya mengutamakan penelitian pada aspek kelayakan investasi dilihat dari aspek pasar dan aspek keuangan. 3. Rahmah Tongko (2008) dengan judul Analisis Biaya Satuan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap dengan Metode Activity Based Costing (ABC) pada Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai. Persamaannya adalah menghitung unit cost dengan metode Activity Based Costing (ABC), perbedaanya adalah pada subyek penelitiannya yaitu pelayanan Endoskopi sedangkan peneliti sebelumnya meneliti biaya satuan untuk pasien Rawat Inap
PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DAN RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA
Lebih terperinciWALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor: 18 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor: 18 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MAKASSAR DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciBAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI Bab ini berisi ringkasan penelitian serta kesimpulan yang diambil dari penelitian ini, keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian dan rekomendasi
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 163 TAHUN 2012 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI DI SUMBAWA
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G POLA TARIF BLUD RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH SM BATUSANGKAR
BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 NOMOR 2 SERI E PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G POLA TARIF BLUD RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH SM BATUSANGKAR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah dari penelitian yang akan dilakukan. Rangkaian penjelasan latar belakang masalah merupakan dasar dari rumusan permasalahan dan
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAJUAN PERMINTAAN DAN PEMANFAATAN BIAYA YANG BERSUMBER DARI DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN KELAS III RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciS A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bidang usaha yang berorientasi non-profit yang dibangun untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciNOMOR : 10 TAHUN 2009
BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 NOMOR 17 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan bisnis diakibatkan oleh era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan rujukan yang berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta pemeliharaan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu contoh sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal bagi masyarakat.
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 115 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN BESARAN TARIF PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LINGGA
1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.266, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Badan Layanan Umum. Rumah Sakit. Pola Tarif. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG POLA TARIF BADAN
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKA
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAJUAN PERMINTAAN DAN PEMANFAATAN BIAYA YANG BERSUMBER DARI DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan kesehatan di Indonesia mempunyai tujuan untuk menyediakan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehat secara fisik, mental dan sosial, untuk mencapai suatu kehidupan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2009 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 25 Tahun 2014 Seri E Nomor 22 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 25 Tahun 2014 Seri E Nomor 22 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR DENGAN POLA PENGELOLAAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN
PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disahkannya Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional memberikan landasan hukum terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 30 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN
Lebih terperinciSeksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum
PENGGUNAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL UNTUK JASA PELAYANAN KESEHATAN DAN DUKUNGAN BIAYA OPERASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH http://www.prodia.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan berkewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan satu bagian penting dalam peningkatan derajat kesehatan bagi seluruh masyarakat. Dalam menghadapi era globalisasi dengan persaingan tinggi, rumah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN KHUSUS DAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B NON PENDIDIKAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 6 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 6 TAHUN 2015 Menimbang : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM
Lebih terperinciB U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014
B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014 T E N T A N G PEMANFAATAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PADA FASILITAS KESEHATAN
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG POLA TARIF BADAN LAYANAN UMUM BALAI KESEHATAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Dl PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN. aman, bermutu, dan terjangkau. Hal ini diatur dalam undang-undang kesehatan,
BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL PELAYANAN KESEHATAN BAGI PASIEN DENGAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH DI RUMAH
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012
WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN, DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PUSKESMAS DAN JAJARANNYA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGAJUAN DAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TARIF LAYANAN DAN PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG POLA TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN TIDAK MAMPU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TONGAS KABUPATEN PROBOLINGGO
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT TIDAK MAMPU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah dimulai sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dibidang kesehatan merupakan salah satu bagian yang penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.718, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RS Mata. Cicendo. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.05/2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan otonomi daerah saat ini menuntut rumah sakit untuk melakukan perubahan radikal. Perubahan secara radikal dari manajemen biaya tradisional ke sistem
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 14 TAHUN 2016 TENTANG REMUNERASI PEMIMPIN, DEWAN PENGAWAS DAN SEKRETARIS DEWAN PENGAWAS PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH
Lebih terperinciLEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG
LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 21 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENATAUSAHAAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK-BLUD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai mengoperasikan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program JKN diselenggarakan oleh
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI
0 PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG TARIF DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BAGI PESERTA PT ASKES (PERSERO) DAN KELUARGANYA DENGAN
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN DANA PENDAPATAN BERSUMBER DARI JASA LAYANAN PADA PUSKESMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, diantaranya telah meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 2A TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN MEKANISME DAN PROPORSI PENGELOLAAN DANA KLAIM NON KAPITASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. 269/MENKES/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/MENKES/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: pemerintah, pemerintah daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Pembiayaan kesehatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN,
WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN KOTA MATARAM WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,
BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG TARIP PELAYANAN KESEHATAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA Sumber: http://bpjs-kesehatan.go.id/ A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.572, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan Layanan Umum. RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.05/2014 TENTANG TARIF
Lebih terperinciLampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap
LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap No Aktivitas Driver Cost Driver Jumlah(Rp) 1 Unit-level activity cost a. Biaya gaji perawat Jumlah hari rawat inap
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS II, KELAS I, VIP DAN VVIP SERTA FASILITAS LAINNYA PADA RUMAH SAKIT UMUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN RETRIBUSI JASA SARANA DAN JASA PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENERIMAAN DAN PENGGUNAAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUARA TEWEH
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN YANG DIJAMIN PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan berbagai macam teknologi dewasa ini semakin canggih. Hal ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan dunia
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeratif yang menjadi perhatian utama dalam kesehatan secara global. Secara umum DM merupakan salah satu penyumbang beban
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM
WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan pondasi pembangunan bangsa seperti yang tercantum dalam undang undang dasar (UUD 45) pasal 28
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 15 TAHUN 2011 SERI E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 15 TAHUN 2011 SERI E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA RSUD WALED
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap orang demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan
Lebih terperinciWALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Lebih terperinci