BAB I PENDAHULUAN. jumlah pembiayaan yang akan diberikan kepada pihak debitur. Pemberian
|
|
- Adi Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan atau yang lebih dikenal sebagai agunan adalah harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat sebagai alat pembayaran jika terjadi wanprestasi. Jaminan dalam pembiayaan memiliki dua fungsi, yaitu : pertama, untuk pembayaran hutang seandainya terjadi wanprestasi atas pihak ketiga yaitu dengan jalan menguangkan atau menjual jaminan tersebut. Kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama, atau sebagai indikator penentu jumlah pembiayaan yang akan diberikan kepada pihak debitur. Pemberian jumlah pembiayaan tidak boleh melebihi nilai harta yang dijaminkan. 1 Jaminan kebendaan dapat diartikan sebagai jaminan yang objeknya berupa barang yang khusus diperuntukan untuk menjamin utang debitur kepada kreditur apabila dikemudian hari utang tersebut tidak dapat dibayar oleh kreditur. 2 Dalam memberikan pembiayaan selain bank BMT juga harus melakukan penilaian prospek usaha dari debitur. Jaminan merupakan salah satu unsur pemberian pembiayaan agar bank memperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya 3. Jaminan dapat berupa 1 Rinda, Asytuti, Isu-Isu Kontemporer Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Indonesia, (Pekalongan : CV Duta Media Utama, 2015), hlm Gatot, Supramono, Perjanjian Utang Piutang, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2013), hlm Boedi Harsono, Hukum Agrari Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2003), hlm
2 2 barang, hak tagih yang dibiayai dengan pembiayaan yang bersangkutan. Jaminan sebagai langkah antisipasi meminimalisir tingkat resiko yang akan ditanggung pihak kreditur jika nasabah wanprestasi. 4 Adanya jaminan (collateral) merupakan salah satu instrumen pengaman yang paling penting untuk menghadapi potensi terjadinya kerugian. Lembaga Keuangan Mikro Syariah khususnya BMT biasanya menggunakan fasilitas jaminan untuk mengamankan pembiayaan yang diberikan. Hal ini karena konsep ar-rahn (penyitaan aset sebagai jaminan atas kewajiban pembayaran utang diwaktu mendatang ) diperbolehkan dalam Syariah. Semakin lama waktu yang diberikan maka resiko yang ada menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu, di dalam pemberian kredit, BMT harus memberikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk kepentingan BMT, dalam hal menjamin pengembalian kredit yang diberikan, maka terhadap jaminan atau agunan yang diserahkan oleh debiturnya haruslah dilakukan pengikatan atau pembebanan hak tanggungan. 5 Dilihat dari sisi BMT sebagai pemilik modal, pengikatan sebuah jaminan milik nasabah dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan atas resiko yang terjadi selama akad belum berakhir yang dapat diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan nasabah yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena sudah jelas akan menimbulkan kerugian terutama bagi BMT dan juga kemungkinan negatif berupa karakter buruk nasabah pada awal 4 Handi Wijaya & Rifai Wirasasmita, Manajemen Dana Bank Cet-2, (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2005), hlm Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : Andi, 2000), hlm. 63.
3 3 terjadinya kontrak perjanjian dan juga akad tersebut dapat terlihat atau terprediksi. BMT Nurussa adah sendiri sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang menjalankan fungsi intermediary antara pihak surplus dana dengan pihak deficit dana. BMT Nurussa adah harus menerapkan prinsip kehatihatian ( prudential principle), karena BMT Nurussa adah mempunyai tanggung jawab untuk mengembalikan dana yang sudah dipercayai oleh masyarakat. Untuk meminimalisir resiko, BMT Nurussa adah dalam memberikan pembiayaan mensyaratkan adanya jaminan. Untuk mengatasi resiko pembiayaan, jaminan yang diberikan senilai 70% dari plafond yang diberikan, dan kemudian barang yang dijaminkan tersebut diikat melalui pengikatan jaminan. Di Indonesia dikenal beberapa lembaga jaminan untuk menjamin kredit atau hutang perorangan maupun badan usaha. Lembaga jaminan yang dikenal adalah Gadai, Hipotik Kapal, Hak Tanggungan dan Fidusia. Kedua lembaga terakhir adalah lembaga jaminan yang paling sering digunakan oleh bank maupun lembaga keuangan lainnya. Kedua lembaga jaminan tersebut telah diatur secara khusus dengan Undang-Undang yang tersendiri, yaitu Undang- Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah. Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul Mekanisme Penerapan Pengikatan Jaminan pada Produk Pembiayaan di BMT Nurussa adah Pekalongan.
4 4 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian tugas akhir (TA) ini sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme dari pengikatan jaminan pada produk pembiayaan di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan? 2. Bagaimana penyelesaian jaminan debitur apabila debitur wanprestasi di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan? C. Penegasan Istilah Untuk memperjelas agar tidak terjadi kesalahpahaman maka penulis akan memperjelas beberapa istilah yang tercantum dalam judul penelitian ini : 1. Mekanisme Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, mekanisme adalah suatu cara yang digunakan untuk mengelola suatu usaha atau kegiatan tertentu Pengikatan jaminan Mengenai pengikatan jaminan atau lembaga jaminan ini, oleh Bank Indonesia dalam Surat Edarannya (SE-BI) No.4/248/UPPK/PK tanggal 16 Maret 1972, disebutkan bahwa untuk benda-benda bergerak memakai lembaga jaminan Fidusia dan Gadai, dan untuk benda-benda tidak bergerak memakai lembaga jaminan Hipotik dan Creditverband. Dalam SE-BI No.23/6/UKU tanggal 28 Februari 1991 disebutkan bahwa pengikatan agunan dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 7 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 460.
5 5 3. Agunan Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada Bank Syariah dan atau UUS, guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang diwajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan adalah salah satu dari sekian banyak BMT di Pekalongan yang telah berdiri pada tahun 2000 yang berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU). Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijelaskan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam melakukan pembiayaan di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan, nasabah harus menyertakan jaminan, setelah jaminan yang diberikan disetujui kedua belah pihak kemudian No.26) 1999), hlm Budi, Harsono, Kredit Perbankan di Indonesia, ( Yogyakarta : ANDI, 2000), hlm.63 8 UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, (BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 9 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
6 6 BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan melakukan pengikatan jaminan untuk mengantisipasi apabila terjadi wanpretasi. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui mekanisme dan penerapan pengikatan jaminan terhadap barang yang dijaminkan oleh nasabah pada produk pembiayaan di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan. 2. Untuk mengetahui penyelesaian yang dilakukan BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan terhadap debitur yang melakukan wanprestasi. E. Kegunaan atau Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Praktis a. Bagi pihak BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan syariah khususnya bagi BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan sendiri. b. Bagi umum Dapat digunakan masyarakat sebagai media informasi dan acuan untuk mengetahui bentuk-bentuk dari pengikatan jaminan dan perbedaan dari setiap pengikatan jaminan dan memberikan sumbangan pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya dan dunia perbankan pada khususnya tentang bentuk pengikatan jaminan dalam produk pembiayaan di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan.
7 7 2. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pelaksanaan pengikatan jaminan terhadap barang jaminan nasabah di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan. F. Tinjauan Pustaka Berbasis Kajian Riset Terdahulu Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ahmad Syiful Anam dengan judul Implementasi Hukum Jaminan Lembaga Keuangan Mikro Syari ah (Studi Kasus BMT di Kota Semarang), 10 persamaan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pembahasan mengenai hukum jaminan dalam memberikan pembiayaan. Dan perbedaannya dengan penelitian yang sekarang adalah pada penelitian terdahulu yang dibahas adalah untuk semua lembaga BMT yang di Semarang. Sementara untuk penelitian sekarang terpusat hanya pada satu studi kasus saja yaitu di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Noor Siti Hanna dengan judul Mekanisme Penyelesaian Sengketa Jaminan pada Pembiayaan Murabahah pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT Bahtera Pekalongan, 11 persamaan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pembahasan mengenai barang jaminan. Sedangkan perbedaannya 10 Ahmad Syaiful Anam, Implementasi Hukum Jaminan Lembaga Keuangan Mikro Syari ah (Studi Kasus BMT di Kota Semarang), Skripsi Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009), Tidak Diterbitkan. 11 Noor Siti Hanna, Mekanisme Penyelesaian Sengketa Jaminan pada Pembiyaan Murabahah pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) BMT Bahtera Pekalongan, Tugas Akhir Diploma 3 Perbankan Syariah, (Pe kalongan: Perpustakaan STAIN, 2009), Tidak Diterbitkan.
8 8 adalah dalam penelitian terdahulu menjelaskan pengikatan jaminan hanya sekilas, dan lebih terfokus pada penyelesaian sengketanya. Sedangkan peneliti sekarang akan menfokuskan secara mendetail tentang pengikatan jaminan yang ada di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka Fitiyana yang berjudul Analisis Mekanisme Penilaian Barang Jaminan dalam Mendapatkan Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Walisongo Mijen Semarang. 12 Persamaannya dengan penilitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah adanya penilaian jaminan dalam mendapatkan pembiayaan baik itu di KJKS BMT Walisongo Mijen Semarang maupun di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan. Untuk perbedaannya Eka Fitiyana lebih fokusnya pada penilaian jaminan sementara untuk pengikatan jaminan hanya dibahas secara umum, sedangkan untuk peneliti sekarang adalah kebalikannya. Penulis lebih terfokus pada pengikatan jaminannya. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mustainah dengan judul Penilaian Jaminan Sertifikat Tanah dan Bangunan untuk Pembiayaan Murabahah di BNI Syariah Pekalongan. 13 Persamaan dari penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas tentang penilaian jaminan sertifikat tanah dan bangunan sedangkan perbedaannya, pada penelitian terdahulu hanya membahas sampai penilaian jaminan saja sedangkan untuk penelitian 12 Eka Fitriyana Analisis Mekanisme Penilaian Barang Jaminan dalam Mendapatkan Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Walisongo Mijen Semarang, Tugas Akhir Diploma 3 Perbankan Syariah, (Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2015), Tidak Diterbitkan. 13 Mustainah, Penilaian Jaminan Sertifikat Tanah dan Bangunan untuk Pembiayaan Murabahah di BNI Syariah Pekalongan, Tugas Akhir Diploma 3Perbankan Syariah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN, 2007), Tidak Diterbitkan.
9 9 sekarang, penulis membahas tidak hanya penilaian jaminan untuk sertifikat dan bangunan saja, tetapi penulisan akan membahas untuk penilaian jaminan semua keseluruhan sampai dengan pengikatan jaminannya. Dan seterusnya adalah penelitian yang dilakukan M. Rizkon dengan judul Kajian tentang Penilaian Jaminan sebagai Prinsip Prudential Banking terhadap Pembiayaan pada BMT Bahtera Group Pekalongan. 14 Persamaan yang akan dibahas dengan penelitian sekarang adalah sama-sama membahas tentang pembiayaan dan juga adanya penilaian jaminan dalam memberikan pembiayaan. Sedangkan perbedaannya adalah untuk penelitian dahulu membahas tentang pengikatan jaminan, namun yang dibahas hanya secara umumnya saja. 14 M.Rizqon, Kajian tentang Penilaian Jaminan sebagai Prinsip Prudential Banking terhadap Pembiayaan pada BMT Bahtera Group Pekalongan, Tugas Akhir Diploma 3 Perbankan Syariah, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN, 2008), Tidak Diterbitkan.
10 Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Nama dan Judul Penelitian Ahmad Syiful Anam Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah bahwa dalam Persamaan dan Perbedaan Persamaan hasil penelitian terdahulu (B4A ) yang digunakan adalah Prakteknya, BMT-BMT di Kota dengan penelitian yang akan berjudul Implementasi Penelitian yuridis Semarang, tidak menerapkan hukum dilakukan adalah pembahasan Hukum Jaminan normatif, yakni jaminan seperti yang diharapkan mengenai hukum jaminan dalam Lembaga Mikro mengungkapkan peraturan-peraturan sebagaimana yang memberikan pembiayaan. Dan Syari ah (Studi Kasus kaidah-kaidah normatif dimaksud (law in book). perbedaannya dengan penelitian BMT di Kota yang terdapat dalam yang sekarang adalah pada penelitian Semarang hukum islam, dan terdahulu yang dibahas adalah untuk deskriptif analitik yakni semua lembaga BMT yang di memaparkan, Semarang sementara untuk penelitian menggambarkan dan sekarang terpusat hanya pada satu menganalsis hukum studi kasus saja yaitu di BMT jaminan menurut Nurussa adah Tirto Pekalongan peraturan perundangundangan yang berlaku 10
11 11 dan hukum jaminan menurut Hukum Islam Noor Siti Hanna Jenis penelitian yang Hasil penelitian ini tentang Persamaan dengan penelitian ( ) yang berjudul Mekanisme Penyelesaian Sengketa Jaminan pada Pembiyaan Murabahah pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah digunakan adalah Penelitian lapangan dan penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif. Menerangkan bahwa mekanisme penyelesaian sengketa jaminan pembiayaan murabahah di KJKS BMT Bahtera memiliki dua pilihan, yaitu jalur litigasi dengan melibatkan badan hukum terkait dengan pengikatan jaminan sesuai UU No.4 Tahun 1999 terdahulu, sama-sama membahas tentang pengikatan jaminan, sedangkan perbedaannya peneliti hanya membahas pengikatan jaminan secara umum dan tidak sampai membahas tentang terjadi sengketa (KJKS) BMT Bahtera Pekalongan. Eka Fitiyana Jenis penelitian yang Penentuan barang jaminan dalam Persamaannya dengan penilitian ( ) yang berjudul Analisis digunakan Penelitian dengan adalah lapangan melakukan mendapatkan pembiayaan murabahah di BMT Walisongo Semarang yaitu meliputi 5C. Untuk menganalisa yang akan dilakukan oleh peneliti adalah adanya penilaian jaminan dalam mendapatkan pembiayaan Mekanisme Penilaian pengumpulan data sebuah jaminan, hal yang baik itu di KJKS BMT Walisongo Barang Jaminan dalam dengan observasi, dipertimbangkan yaitu mencari Mijen Semarang maupun di BMT
12 12 Mendapatkan dokumentasi dan informasi harga barang yang dijaminkan Nurussa adah Tirto Pekalongan. Pembiayaan Murabahah di KJKS wawancara. yang berupa harga beli dan harga jual, memperhitungkan nilai penyusutan, yaitu maksimal 50% dari harga jual. Untuk perbedaannya Eka Fitiyana lebih fokusnya pada penilaian jaminan sementara untuk pengikatan BMT Walisongo Mijen jaminan hanya dibahas secara umum, Semarang sedangkan untuk peneliti sekarang adalah kebalikannya. Penulis lebih terfokus pada pengikatan jaminannya. Mustainah ( ) Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini tentang Penilaian Persamaannya yaitu sama-sama yang Penilaian berjudul Jaminan menggunakan penelitian lapangan dengan menggunakan jaminan dalam pembiayaan murabahah melalui tahapan peninjauan ke lokasi jaminan untuk memperoleh data yang melakukan penelitian tentang penilaina jaminan sertifikat tanah dan bangunan sedangkan Sertifikat Tanah dan pendekatan kualitatif nyata di lapangan dan informasi dari perbedaannya dalam penelitian Bangunan untuk Pembiayaan Murabahah orang-orang disekitar lokasi. Penilaian jaminan untuk tanah dan bangunan setiap bank berbeda dan besarnya dapat terdahulu peneliti membahas hanya tentang penilaian jaminan utuk sertifikat tanah dan bangunan di BNI Syariah berubah-ubah setiap saat. sedangkan yang akan dibahas penulis sekarang adalah penilaian untuk
13 13 Pekalongan. menetapkan pengikatan jaminan yang akan digunakan untuk agunan nasabah secara luas. M. Rizqon ( ) Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini tentang dalam Persamaannya adalah penerapan yang berjudul Kajian menggunakan memberikan pembiayaan di BMT agunan dalam memberikan penelitian lapangan Bahtera Group Pekalongan, pihak BMT pembiayaan sedangkan tentang Penilaian menerapkan adanya jaminan sebagai perbedaannya M.Risqon hanya fokus Jaminan sebagai Prinsip prinsip kehati-hatian. pembahasannya tentang penilaian Prudential Banking jaminan sementara untuk pengikatan jaminannnya sekedar secara umum terhadap Pembiayaan saja. pada BMT Bahtera Group Pekalongan.
14 G. Kerangka Teori Dalam penulisan tugas akhir (TA) digunakan banyak referensi yang relevan tentang pengikatan jaminan terhadap barang agunan pada produk pembiayaan diantaranya sebagai berikut : Hertanto, dalam bukunya yang berjudul PAS (Pedoman Akuntansi Syariah) : Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan nisbah bagi hasil yang disepakati. 15 Dalam Fatwah Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 7 DSN - MUI/IV/2000 Menjelaskan bahwa pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, bank dapat meminta jaminan mudharib atau pihak ketiga dan jaminan ini hanya dapat dicairkan jika mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang disepakati. 16 Hermansyah, dalam bukunya yang berjudul Hukum Perbankan Nasional Indonesia yang menyatakan bahwa dalam pemberian kredit atau pembiayaan harus berdasarkan prinsip syariah. Bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam pasal ayat 1 UU No. 10 tahun 1998 yang berbunyi : dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan 15 Hertanto Widodo, PAS (Pedoman Akuntansi Syariah) : Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT),(Bandung : Penerbit Mizan Anggota IKAPI, 1999), hlm Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwah Dewan Syariah Nasional MUI, Cet ke-4 (Jakarta : 14
15 15 prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutang atau mengembalikan pembiyaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. 17 Pasal ini merupakan dasar atau landasan bagi bank dalam menyalurkan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada nasabah, tanpa mengacuhkan prinsip kehati-hatian dalam menganalisis unsur-unsur kredit atau pembiayaan tersebut terhadap berbagai kemungkinan yang telah disepakati bersama diantara bank dan nasabah pembiayaan. Muhammad, dalam bukunya yang berjudul Manajemen Dana Bank Syariah, penilaian terhadap agunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 wajib dilakukan dengan cara : 1. Untuk Surat Berharga Syariah dinilai dengan menggunakan Nilai Pasar yang tercatat di pasar modal syariah pada akhir bulan. 2. Untuk tanah dan rumah tinggal dinilai berdasarkan Nilai Pasar Wajar. 3. Untuk gedung, pesawat udaradan kapal laut dinilai berdasar Nilai Pasar Wajar. Bentuk Pengikatan Jaminan 1. Hak Tanggungan Berdasarkan Pasal UU No. 4 Tahun 1996 yang dimaksud dengan hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibekoperasikan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Hutang Tertentu, yang Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm.
16 16 memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu. Menurut, bahwa jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. 2. Fidusia Fidusia adalah hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan bahwa benda yang dimilikinya dialihkan tersebut tetap dalam kepemilikan pribadi. Hal ini sesuai dengan UU No. 4 Tahun Gatot Supramono, dalam bukunya yang berjudul Perjanjian Utang Piutang menjelaskan tentang pengikatan jaminan, jenis barang pada dasarnya hanya ada dua macam, yaitu barang bergerak dan tidak bergerak. Untuk dapat mengatakan sebuah barang itu sebagai barang bergerak atau barang tidak bergerak pada umumnya yang digunakan sebagai ukuran dengan cara melihat dari sifatnya,apakah barang yang bersangkutan dapat dipindahkan dari tempatnya atau tidak. Apabila barang yang dijaminkan berupa barang bergerak, jaminan yang diteapkan adalah gadai atau fidusia. Adapun jika yang dijadikan jaminan bentuknya barang tidak bergerak, perlu dibedakan dari wujudnya. Apabila bentuknya berupa tanah dan bangunan, jenis
17 17 jaminannya hak tanggungan dan yang berupa kapal jenis jaminannya berupa Hipotek. 18 Rachmadi Usman dalam bukunya yang berjudul Aspek-Aspek Hukum Perbankan di indonesia, menjelaskan bahwa ketentuan syariah tidak mengatur mengenai jenis pengikatan barang agunan. Oleh karena itu, tata cara pengikatan terhadap barang agunan harus berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam hukum konvensional sebagai ketentuan publik yang mengikat perbankan syariah di Indonesia, yaitu untuk barang tidak bergerak diikat secara Akta Pengikatan Hak Tanggungan, sedangkan untuk barang bergerak diikat secara fidusia atau gadai, dan untuk kapal diikat secara Hipotik. 19 H. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara berfikir, perbuatan yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan dan mencapai suatu tujuan penelitian, sehingga penelitian tidak mungkin dapat dirumuskan, ditemukan dianalisa maupun memecahkan masalah tanpa metode penelitian Jenis penelitian Jenis penelitian tugas akhir ini adalah penelitian lapangan ( field research) artinya data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan dengan cara mengamati, mencatat, 18 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang Edisi I, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2013), hlm Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BAMUI TAKAFUL, dan Pasar Modal Syariah di Indonesia), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), hlm.3
18 18 melakukan wawancara dan mengumpulkan berbagai informasi yang ditemukan di lapangan, yaitu BMT Nurussa adah Pekalongan dengan Eko Budi Prayitno, Amd selaku Account Officer di BMT Nurussa adah Pekalongan. 2. Pendekatan Penelitian Penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan secara holistic, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dalam hal ini adalah mekanisme pengikatan jaminan pada produk pembiayaan di BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan. 3. Sumber data Adapun yang menjadi sumber data adalah Bapak Eko Budi Prayitno, Amd selaku Account Officer dan Bapak Bustomy Ardie, SE selaku Remidial. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan data sebagai berikut : a. Sumber Data Primer Sumber data utama yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Sumber data ini diperoleh dengan cara mencari data dan informasi melalui wawancara maupun observasi kepada Bapak Eko Budi Prayitni, Amd dan Bapak Bustomy Ardie, SE. selain itu data-
19 19 data yang mendukung seperti undang-undang yang terkait dengan jaminan misalnya Undang-Undang Hukum Perdata. b. Sumber Data Sekunder Sumber data yang tidak langsung berkaitan dengan penelitian ini. 21 Dalam penelitian ini sumber data sekunder meliputi bukubuku, hasil-hasil penelitian, tulisan, makalah yang membahas tentang pengikatan jaminan. 4. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lian sebagai berikut : a. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. 22 Wawancara dilakukan dengan Bapak Eko Budi Prayitno, Amd dan Bapak Bustomy Ardie, SE. Hasil wawancara menjelaskan bahwa dalam melakukan pengikatan jaminan, BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan melalui dua cara yaitu, pertama untuk pengikatan jaminan benda bergerak BMT Nurussa adah melakukan pengikatan jaminan secara waarmerking. Sedangkan untuk pengikatan jaminan benda tidak bergerak menggunakan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). 21 Saefuddin Anwar, Metode Penelitian (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm Marzuki, Metode Riset, (Ende Flores : Nusa Indah, 2002), hlm. 55.
20 20 b. Dokumentasi Dokumentasi yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari data berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang ada di BMT Nurussa adah seperti brosur pembiayaan di BMT Nurussa adah dan SOP BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan. 5. Analisis data Pengelolaan data dalam tugas akhir (TA) menggunakan metode deskriptif analitik yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan-keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat dan lain-lainnya) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 23 Analisis yang dilakukan yaitu menganalisis jaminan yang akan dilakukan pengikatan jaminan dan juga menganalisis tentang mekanisme pengikatan jaminan. I. Sistematika Pembahasan BAB I : Pendahuluan yang mencakup tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Penegasan Istilah, Tujuan penelitian Tugas Akhir, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metode Pembahasan dan Sistematika Pembahasan. 23 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada University, 1998), hlm. 63.
21 21 BAB II : Landasan Teori yang mencakup tentang pengertian jaminan, penilaian atau taksasi ( Appraisal) jaminan, perjanjian pembiayaan, penggolongan jaminan pembiayaan, jenis-jenis jaminan, pengertian pengikatan jaminan, tujuan pengikatan jaminan dan hukum pengikatan jaminan di Indonesia. BAB III : Profil tentang BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan yang mencakup tentang latar belakang BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan, struktur organisasi BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan, Visi misi BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan produk-produk BMT Nurussa adah Tirto Pekalongan, manajemen resiko pembiayaan, manajemen kelayakan debitur, manajemen penjamin pembiayaan dan metode atau sistematika akuntansi yang digunakan. BAB IV : Pembahasan Masalah, mencakup tentang mekanisme pengikatan jaminan pada produk pembiayaan di BMT Nurussa adah dan penyelesaiannya terhadap nasabah yang melakukan wanprestasi BAB V : Penutup yang mencakup tentang Simpulan dari hasil pembahasan dan Saran-saran.
BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BTM (Baitut Tamwil Muhammadiyah) merupakan amal usaha Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah berdiri selama 14 tahun, dan melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun kita tidak dapat lepas dari
Lebih terperinciLembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga keuangan tersebut dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat dijadikan tolak ukur bahwa masyarakat membutuhkan sarana keuangan yang menggunakan prinsip syari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk monodualistis artinya selain sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup berdampingan dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah yang ruang lingkupnya mikro seperti Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi rekomendasi agar didirikan lembaga perbankan syariah pada tahun 1990. Salah satu uji coba yang cukup berhasil dan kemudian tumbuh
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung di manapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan perekonomian merupakan salah satu tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya kedalam masyarakat. 1 Di Indonesia sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung dimanapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan masyarakat muslim Indonesia akan adanya bank yang beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic Economic System), secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan koperasi dalam perekonomian Indonesia walaupun tidak menempati porsi besar akan tetapi perkembangannya mengalami kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreditnya, sebab kredit adalah salah satu portofolio alokasi dana bank yang terbesar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dalam menjalankan bisnisnya harus berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya, sebab kredit adalah salah satu portofolio alokasi dana bank yang terbesar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegadaian sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat guna menetapakan pilihan dalam pembiayaan disektor riil. Biasanya kalangan yang berhubungan dengan pegadaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia tidak akan terlepas dari peranan Kebijakan Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat melaksanakan pengendalian moneter berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering dijumpai perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia untuk bermasyarakat, saling tunjang menunjang, topang-menopang, dan tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga perbankan merupakan lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Dengan menghadapi adanya kebutuhankebutuhan tersebut, manusia
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya lembaga keuangan makro maupun mikro yang tersebar ke berbagai pelosok tanah air, rupanya belum mencapai kondisi yang ideal jika diamati secara teliti.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga menyajikan pandangan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi, juga terjadi dalam dunia perekonomian, bahkan perkembangan kebutuhan masyarakat semakin tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking. Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemberian kredit atau penyediaan dana oleh pihak perbankan merupakan unsur yang terbesar dari aktiva bank, dan juga sebagai aset utama sekaligus menentukan maju mundurnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat. Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik daripada apa yang telah dicapai, artinya bahwa pembangunan merupakan perubahan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan perbankan sangat tinggi. baik dalam bidang manufaktur maupun jasa. Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, hal ini menjadi alasan terdapatnya lembaga pembiayaan yang. memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman dari waktu ke waktu menjadikan pembangunan perekonomian di indonesia termasuk di setiap daerah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm. 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Syari ah memiliki segmen pasar yang sudah jelas yaitu masyarakat level menengah ke bawah, sehingga kegiatan Lembaga ini akan berpusat di sentra-sentra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut undang-undang nomor 17 tahun 2012 tentang Koperasi Syari ah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan lembaga keuangan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini ditunjukan dengan berdirinya bermacam-macam lembaga keuangan baru baik lembaga keuangan bank
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama, masyarakat mengenal uang sebagai alat pembiayaan yang sah. Dapat kita ketahui
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Nilai Taksiran Agunan terhadap Keputusan Nasabah Memilih. Pembiayaan Ba i Bitsaman Ajil di BMT Pahlawan Cabang Ngemplak
BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Nilai Taksiran Agunan terhadap Keputusan Nasabah Memilih Pembiayaan Ba i Bitsaman Ajil di BMT Pahlawan Cabang Ngemplak Tulungagung Berdasarkan hasil dari penelitian dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembang pesatnya bisnis Perbankan di Indonesia, yang mana perkembangan bisnis perbankan tersebut telah diantisipasi oleh pemerintah dengan dilahirkannya
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif Kantor Kas Boja Di dalam perbankan syariah maupun konvensional, dikenal dua sistem yaitu funding dan leanding.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur telah dilakukan berbagai usaha oleh pemerintah. Salah satu usaha tersebut adalah meningkatkan dan menyempurnakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya
7 BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) baik di dunia maupun di Indonesia saat ini antara lain ditunjukkan dengan pesatnya pertumbuhan LKM. Bahkan LKM di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penerapan prinsip syariah dalam lembaga keuangan semakin berkembang pesat, tidak hanya di perbankan tetapi juga Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Di sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank itu adalah riba, dan riba sangat dilarang dan diharamkan dalam
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)
i TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dunia perbankan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, walaupun kegiatan bisnis bank umum sempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara maju dan berkembang di Indonesia, sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Hampir semua masyarakat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH
BAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH A. Perbandingan Konsep Simpanan Nusa dan Konsep Simpanan Berjangka Mudharabah Konsep merupakan rancangan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan kasus yang sangat ditakuti oleh setiap negara di dunia. Hal ini membuat setiap negara berusaha untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya lembaga keuangan di Indonesia ditandai dengan munculnya Perbankan Syariah. Dengan disetujuinya UU No. 21 Tahun 2008 dalam undang-undang tersebut menjadi
Lebih terperinciPELAKSANAAN JAMINAN FIDUSIA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK NAGARI SYARIAH PADANG. SKRIPSI No. Reg : 234/PKII/X/2011
PELAKSANAAN JAMINAN FIDUSIA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK NAGARI SYARIAH PADANG SKRIPSI No. Reg : 234/PKII/X/2011 Diajukan guna untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh : ALEXSANDER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan dalam dunia perekonomian nasional memberikan banyak dampak yang begitu fenomenal dan alternatif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Pembangunan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun bukan berarti didalam suatu perjanjian kredit tersebut tidak ada risikonya. Untuk menghindari wanprestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciII. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa
II. Tinjauan Pustaka A. Bank Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa pengertian bank telah dikemukakan baik oleh para ahli maupun menurut ketentuan undangundang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan lembaga-lembaga keuangan pembiayaan bagi konsumen dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor perbankan yang tetap kukuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemberian Kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dengan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum antara keduanya. Seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit
BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit 1. Pengertian Bank Membicarakan bank, maka yang terbayang dalam benak kita adalah suatu tempat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi islam saat ini berkembang dengan sangat pesat, dibuktikan dengan banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di tengah-tengah masyarakat. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediary sangat ditentukan oleh kemampuan bank tersebut dalam menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika perkembangan lembaga keuangan syariah bank atau non bank di Indonesia adalah satu sisi yang menarik untuk dikaji. Ada optimisme yang besar bagi pendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan Pembangunan Nasional, peranan pihak swasta dalam kegiatan pembangunan semakin ditingkatkan juga. Sebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah menelan korban membawa musibah besar dalam perekonomian nasional. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan sebutan BPRS adalah sebuah lembaga keuangan islam yang hadir di tengahtengah carut marutnya perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Lebih terperinciDAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA
DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan
Lebih terperinciBAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA A. Perbankan Syari ah Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan bagian dari pelaksanaan ekonomi Islam. Bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa, Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha, badan yang bersifat publik ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri
Lebih terperinci