BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Dengan perkembangan kota penduduk pesat, diperlukan transportasi memfasilitasi serta tetap bersifat berkelanjutan tanpa melupakan unsur keindahan kenyamanan pengguna. Sustainable Transport and Communication System menjadi dasar pemikiran tersebut. Dikutip dari The Habitat Agenda: Chapter IV: C. Sustainable human settlements development in an urbanizing world, membahas mengenai pemahaman tindakan menjelaskan Sustainable Transport and Communication System, yaitu : Transport and communication systems are the key to the movement of goods, people, information and ideas, and to access to markets, employment, schools and other facilities and land use, both within cities and between cities, and in rural and other remote areas. The transportation sector is a major consumer of nonrenewable energy and of land and is a major contributor to pollution, congestion and accidents. (...). Managing transport in human settlements should be done in a way that promotes good access for all to places of work, social interaction and leisure and facilitates important economic activities, including obtaining food and other necessities of life. This should be done while reducing the negative effects of transport on the environment. Dari kutipan tersebut, dapat di pahami bahwa Sustainable Transport and Communication System merupakan tindakan mewadahi pergerakan benda, manusia, informasi ide dari satu lokasi ke lokasi lain. Mengelola pergerakan di lingkup manusia diharapkan dapat mengutamakan akses baik untuk menuju lokasi kerja, ruang komunal tempat rekreasi serta segala fasilitas pendukungnya menunjang kehidupan. Hal tersebut dilakukan karena sektor transportasi merupakan pengguna utama sumberdaya tidak dapat di perbaharui lahan paling banyak memproduksi polusi, kemacetan kecelakaan. Dalam hal ini transportasi bukan hanya sekedar kendaraan bermotor, tetapi kendaraan manual seperti sepeda berjalan kaki juga masuk didalamnya, pejalan kaki dapat menjadi aspek utama di lokasi memang di buat khusus 1

2 2 untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi atau peralihan pergerakan dari kendaraan umum dengan berjalan. DKI Jakarta sebagai kota besar memiliki potensi rekreasi sangat beragam, mulai dari rekreasi entertaiment sampai rekreasi edukatif. Namun bukan berarti semua lokasi tersebut telah memenuhi kenyamanan terencana dengan baik. Berdasarkan BPS (Ba Pusat Statistik) pada Jakarta Dalam Angka 2013, menyatakan bahwa anggaran pemerintah terhadap pariwisata kota hanya 2% dari total APBD Diketahui bahwa Jakarta memiliki banyak kawasan wisata mulai dari di tengah kota sampai di pinggir laut, besar anggaran tersebut kurang menutupi untuk perawatan pariwisata tersebut. Seperti pada kawasan Kota Tua, Jakarta Barat merupakan salah satu objek wisata terhimpun dalam 12 Wisata Pesisir. Dikutip dari Jakarta Dalam Angka 2013 berupa laporan BPS mengenai perkembangan Jakarta Kawasan Kota Tua menjadi kawasan wisata dengan rata-rata kunjungann tahunan rendah dibanding wisata lain seperti Ancol TMII. ß Gambar 1.1 Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata menurut lokasi (Sumber : BPS Jakarta Dalam Angka 2013) Kawasan Kota Tua merupakan kawasan pariwisata edukasi sejarah sebenarnya sangat berpotensi karena merupakan kawasan terencana sejak jaman

3 3 Belanda. Kurangnya perawatan perbaikan terhadap kawasan tersebut membuat rendahnya minat wisatawan asing maupun mancanegara. Bentang cakupan kawasan wisata kota tua dimulai dari stasiun kota sampai pelabuhan sunda kelapa di utara Jakarta. Sebagai kawasan bersejarah, Kawasan Kota Tua khususnya di Balai Kota lama atau sekarang museum Sejarah Jakarta memiliki daya tarik bagi pengunjungnya tetapi banyaknya bangunan tua terbengkalai membuat penyebaran pengunjung cenderung tersentralisasi pada alun-alun saja segkan bagian sekitar pinggir kali besar memiliki potensi wisata kurang berkembang. Hal tersebut terjadi karena kurang diperkenalkannya bagian tersebut, perlu diadakan fungsi atau kegiatan baru dapat menarik pengunjung selain jajaran pedagang kaki lima. Selain itu kurangnya fasilitas pendukung seperti kursi duduk signage membuat pengunjung kurang nyaman dalam berjalan-jalan jauh didalam kawasan. Pencapaian menuju kawasan dari moda transportasi umum juga cukup membingungkan karena pengunjung diharuskan menyebrang jalan raya dekat dengan tikungan sehingga membahayakan saat menyebrang terutama bagi pengunjung dari moda transjakarta harus melalui tunnel lalu menyebrangi jalan raya tersebut. Gambar 1.2 Halte Transjakarta menjadi titik awal pergerakan pengunjung kendaraan umum (kiri) serta jalan raya harus disebrangi pengunjung menuju kawasan (kanan) Pendekatan berbasis kawasan mencakup pengaturan bangunan penggunanya yaitu responsive environment, akan membantu pendekatan arsitektur mencerminkan sustainable transport khususnya manusia adalah walkability. Kedua pendekatan tersebut dipilih karena berdasarkan lingkungan cakupannya kawasan manusia didalamnya, walkability membantu memfokuskan pada manusia berjalan kaki karena seperti diketahui kawasan kota

4 4 tua di sekitar museum Sejarah Jakarta di tutup untuk kendaraan bermotor. Hal tersebut mendukung pergerakan manusia cepat, nyaman aman. Aspek tersebut dapat dijadikan pendekatan dalam mengelola kawasan dengan fungsi tertentu, terdapat beberapa contoh penerapannya pada kawasan wisata di beberapa negara lain pada rekreasi manusia mengharuskan kenyamanan keamanan bagi pengunjung saat mengakses lokasi wisata tersebut dari segala moda transportasi digunakan khususnya pejalan kaki. Pengelolaan akses kawasan wisata berorientasi sustainable transport and communication dengan pendekatan responsive environment mendukung walkability kawasan seperti Kota Tua dapat dijadikan acuan guna menciptakan akses kawasan wisata tanggap lingkungan, nyaman mampu menarik minat pengunjung. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang telah dikemukakan sebelumnya, muncul beberapa permasalahan akan diangkat diharapkan aya jawaban atau solusi dari setiap permasalahan tersebut. Lingkup daerah akan dibahasadalah sekitaran wisata Museum Sejarah Jakarta dikawasan wisata Kota, Jakarta Barat memuat beberapa obyek wisata sejarah. Permasalahan akan diangkat antara lain : Kesulitan pencapaian menuju kawasan dari titik pemberhentian kendaraan umum Kurang menyebarnya pergerakan pengunjung di dalam kawasan Kurangnya fasilitas pendukung (street aminities)di jalan-jalan dalam kawasan Dari pernyataan tersebut, didapatkan pertanyaan penelitian akan dibahas dijawab secara lebih mendalam dalam penelitian ini, yaitu : Bagaimana menciptakan desain akses menuju kedalam kawasan dari moda transportasi umum (transjakarta) menjadi lebih aman nyaman? Bagaimana pemerataan pergerakan pengunjung standar kenyamanan berjalan di kawasan berdasarkan walkability?

5 5 Bagaimana desain street amnities dapat memenuhi kebutuhan pengunjung mendukung identitas kawasan? 1.3 Tujuan Penelitian Pengadaan penelitian bertujuan menemukan pendekatan kawasan tanggap lingkungan terhadap pemugaran potensi kawasan khususnya pariwisata di Kota Tua. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian akan dilakukan pada kawasan wisata sejarah salah satu pusat transportasi di Kota, Jakarta Barat, dengan luasan total 11Ha akan diolah adalah sekitar 1Ha berupa bangunan atau fasilitas pelengkap. Pemilihan lokasi dikarenakan fungsi kawasan sebagai kawasan wisata sejarah kurang terawat memberi kesan kurang baik kumuh terjadinya parkir liar merusak pemangan mengganggu sirkulasi di jalan utama, padahal tingkat kenyamanan keamanan kendaraan tidak terjamin. Gambar 1.3 Pemetaan kawasan Kota Tua (sumber : kotatuajakarta.org, 2012) Pada masa lampau, daerah zona inti 2 merupakan pusat pemerintahan kota Batavia, banyak bangunan-bangunan keperintahan pribadi milik penguasa

6 6 pada masanya. Sebagai pusat pemerintahan, zona 2 memiliki alun-alun sebagai tempat mengumpulkan warga menunjukkan kekuasaan pemerintah pada masa tersebut, di sekitarnya banyak bangunan merupakan bangunan pendukung pemerintahan perekonomian seperti pengadilan,bank, kantor investor pabrik. hal tersebut membuat penelitian dipusatkan pada zona 2 memili banyak objek bangunan tua alun-alun sampai saat ini menjadi lokasi wisata memiliki daya tarik utama kawasan. Di Balai Kota lama atau sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta, terdapat beberapa wisata dapat di kunjungi sekaligus yaitu museum sejarah Jakarta, Museum Wa, Museum Seni Rupa Kantor Pos lama merupakan alih fungsi dari bangunan lama ada. Setiap hari terdapat pengunjung baik perseorangan maupun kelompok besar, selain itu pada akhir pecan atau hari libur alun-alun tersebut memiliki daya tarik sebagai tempat berkumpul berwisata dengan hiburan jajanan rakyat memberi kesan sangat berbeda dengan kota Jakarta biasanya sibuk modern. Pembahasan penelitiann ini mencakup pada penataan kawasan berdasar pointer responsive environment, persiapan revitalisasi kawasan terhadap rencana pemugaran peerintah di masa datang, standar-standar kenyamanann berjalan berdasar walkability, penambahan fasilitas kawasan wisata dengan menambahkan street aminities. Gambar 1.4 Lokasi penelitian, Kawasan Kota, Jakarta Barat.

7 7 1.5 State of The Art R. Pentella pada tahun 2009 jurnal Walkability and the Built Environment: A Neighborhood- and Street-Scale Assessment of Diverse San Francisco Neighborhoods. meneliti mengenai pengaruh bentuk lingkungan ekonomi kawasan terhadap keaktifan pergerakan manusia. Hal tersebut dilakukan dengan menjabarkan faktor-faktor mempengaruhi keinginan sesorang untuk berjalan kaki, pembuktian data pendapatan kawasan mempengaruhi fasilitas kota. Pada tahun 2013, Ebru Cubukcu dari Hanoi Architectural University pada jurnal Walking for Sustainable Living Penelitian ini menyoroti hubungan walkability sustainable. Walkability membantu mengurangi gas rumah kaca emisi lainnya dengan mewajibkan mengurangi mengemudi, meningkatkan kesehatan dengan memberikan lebih banyak kesempatan untuk olahraga, mengurangi kejahatan dengan memfasilitasi interaksi sosial, mendukung ekonomi lokal dengan mendorong belanja di lingkungan. Studi ini mengidentifikasi parameter lingkungan fisik berhubungan dengan hidup aktif mendorong berjalan. Penelitian semacam ini telah sering dilakukan di negara maju. Penataan pedestrian mulai diperhatikan dibeberapa kota besar di Indonesia, pada tahun 2009 Kajian Kenyamanan Jalur Pedestrian pada Jalan Imam Barjo, Semarang oleh M. Sahid Indraswara menjelaskan dengan berjalan kaki sebenaranya aktifitas menuju kawasan tujuan dapat dilakukan dengan lebih bebas, lebih fleksibel meskipun dengan catatan bahwa hal ini hanya dilakukan pada jarak lintas relatif dekat. Itulah mengapa Jalur pejalan kaki sangat di perhitungkan keberadaanya. Penelitian dilakukan dengan memasukkan unsurunsur baru pada jalan pedestrian sudah ada untuk kenyamanan menarik minat pejalan kaki. Di tahun 2012 pada jurnal Walking and Sustainable Urban Transportation, Khashayar Kashani Jou membandingkan antara berjalan kaki dengan kendaraan transportasi bersistem berkelanjutan dalam hal efisiensi kesesuaian sebagai moda transportasi berkelanjutan. Penelitian dilakukan dengan studi pustaka indikator-indikator dari sustainable transportation serta menerapkan sistem sustainable transportation metode AHP. Hasilnya adalah berjalan kaki sebagai moda transportasi paling berkelanjutan untuk perkotaan.

8 8 Pada jurnal Walkability and Attachment to Tourism Places in the City of Kuala Lumpur, Malaysia tahun 2013 oleh Norsidah Ujangmenyajikan umpan balik pengunjung terhadap kota walkability. Analisisa dikumpulkan dari survei wawancara dilakukan di beberapa tempat kegiatan. Ikatan emosional tercermin dalam identifikasi pengunjung pada daya tarik visual mencerminkan citra tempat identitas, terutama di daerah dengan atribut sejarah budaya kuat. Dari kawasan wisata juga dipengaruhi dengan perencanaan fasilitasnya seperti cara mengakses, pada jurnal milik Rio Surya Ramba Mangkukusumo tahun 2012 Pengaruh Kualitas Rancang Kota Terhadap Keinginan Untuk Berjalan Kaki pada Kawasan WisataPantai Kuta-Bali bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kualitas rancang kota terhadap keinginan berjalan kaki (walkability) pengunjung di kawasan wisata. Metode dilakukan adalah kualitatif kuantitatif melalui kuesioner analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian membuktikan aya pengaruh positif dengan perancangan kota terhadap minat berjalan kaki. Berikut tabulasi untuk rangkuman jurnal-jurnal terkait walkability tourism: Tabel 1.1 Tabulasi jurnal terkait walkability tourism Nama Peneliti Judul Penelitian Masalah Metode Output Komentar R. Walkability and Pengaruh Meneliti Pendapatan Pentella the Built bentuk faktor- kawasan Environment:A lingkungan faktor mempengaruhi Neighborhood- ekonomi keinginan fasilitas kota and Street-Scale kawasan berjalan Assessment of terhadap kaki Diverse San keaktifan Francisco pergerakan Neighborhoods manusia

9 9 Ebru Walking for meneliti mengidentifi Walkability Cubukcu Sustainable hubungan kasi membantu Living walkability parameter mengurangi gas lingkungan rumah kaca sustainable fisik emisi, berhubunga mengurangi n dengan penggunaan hidup aktif kendaraan, meningkatkan mendorong kesehatan berjalan M. Sahid Kajian Kurangnya Meneliti Memasukkan Indraswar Kenyamanan minat faktor unsur-unsur a Jalur Pedestrian penduduk di mempenger baru pada jalan pada Jalan Imam sekitar untuk uhi pedestrian Barjo, Semarang berjalan, kenyamanan untuk meski untuk berjalan, kenyamanan jarak unsur menarik bisa standar minat pejalan ditempuh pedestrian kaki berjalan Khashayar Walking and Membanding Studi Berjalan kaki Kashani Sustainable kan antara pustaka sebagai moda Jou Urban berjalan kaki penerapan transportasi Transportation dengan indikator- paling kendaraan indikator berkelanjutan transportasi dari untuk perkotaan sustainable bersistem transportatio berkelanjutan n

10 10 Tabel 1.1 Tabulasi jurnal terkait walkability tourism (lanjutan) Norsidah Walkability Bagaimana Dikumpulk Emosi Ujang and respon an dari pengunjung Attachment to pengunjung survei tercermin Tourism terhadap kota wawancara terhadap Places in the citra tempat City of Kuala walkability dilakukan identitas Lumpur di, terutama di beberapa daerah tempat dengan kegiatan atribut sejarah budaya kuat. Rio Surya Pengaruh Pengaruh Kualitatif Membuktikan Ramba Kualitas kualitas aya Mangkuk Rancang Kota rancang kota kuantitatif pengaruh positif usumo Terhadap terhadap melalui dengan Keinginan keinginan kuesioner perancangan Untuk berjalan kaki kota terhadap Berjalan Kaki (walkability) analisis minat berjalan pada Kawasan pengunjung di statistik kaki WisataPantai kawasan deskriptif Kuta-Bali wisata Dari keseluruhan jurnal, dapat dilihat bahwa walkability merupakan salah satu pendekatan arsitektural dapat membentuk kebiasaan manusia, pada konteks ini bagaimana pengaturan terhadap tingkah laku atau pergerakan manusia menjadi terarah memberi feedback berupa sense of place pada kawasan. Berdasarkan acuan jurnal-jurnal, penelitian dilakukan terfokus pada penataan kawasan secara fisik visual menyesuaikan dengan standar responsive environment serta penerapan walkability pada sirkulasi menghubungkan objekobjek wisata didalam kawasan, standar-standar kenyamanan terkait lingkungan walkable pemerataan pengunjung di kawasan.