BAB V PENUTUP. memoderasi pengaruh penilaian kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP V.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti secara empiris apakah penilaian kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini juga menguji mengenai likuiditas saham perusahaan dalam memoderasi pengaruh penilaian kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok LQ- 45 dan non LQ-45 sebanyak 208 observasi selama periode Penelitian ini berhasil mendukung hipotesis pertama namun tidak mendukung hipotesis yang kedua. Hasil pengujian mendukung hipotesis pertama yang menyatakan semakin tinggi penilaian kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan di mata investor. Hasil pengujian tidak mendukung hipotesis kedua yang menyatakan bahwa hubungan penilaian kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan akan semakin erat apabila likuiditas saham dari perusahaan tersebut meningkat. Secara statistis, likuiditas saham mampu untuk memoderasi hubungan antara penilaian kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, namun mempunyai arah yang negatif. Berdasarkan pada hasil tersebut, maka hipotesis kedua ditolak. Hipotesis pertama terdukung secara statistis, karena investor akan selalu melakukan analisis terhadap saham perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat berinvestasi. Salah satu analisis yang dilakukan oleh investor adalah dengan melihat kinerja keuangan perusahaan. Semakin baik kinerja keuangan 50

2 suatu perusahaan, maka akan memberikan signal positif bagi investor untuk memberikan penilaian yang baik terhadap perusahaan tersebut. Adanya penilaian investor yang baik tentang nilai perusahaan akan menyebabkan mudah terserapnya saham yang dikeluarkan perusahaan ke pasar modal. Hal ini dapat berpengaruh terhadap harga saham karena harga saham dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan dan penawaran saham perusahaan. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa hubungan antara kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai perusahaan akan semakin erat, ketika likuiditas saham perusahaan meningkat tidak didukung secara empiris. Harga saham dapat dijelaskan EVA, likuiditas saham, dan variabel pemoderasinya sebanyak 12,4%. Kontribusi yang relatif kecil tersebut dapat disebabkan karena adanya kemungkinan proksi kinerja keuangan selain EVA yang lebih relevan terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar perusahaan hanya mencantumkan nilai dari rasio konvensional seperti ROA, ROE, EPS, dan lain sebagainya, sehingga investor di Indonesia belum sepenuhnya menggunakan EVA sebagai dasar untuk menganalisis saham perusahaan. Tinggi rendahnya perubahan harga saham, selain dipengaruhi oleh penilaian kinerja keuangan dapat dipengaruhi juga oleh faktor makro. Tingkat SBI pada periode 2009 hingga 2012 mengalami penurunan. Adanya penurunan tingkat suku bunga di Indonesia mendorong para pemilik modal untuk lebih menamakan modalnya di pasar modal dibanding di bank, sehingga jumlah investor yang membeli saham di pasar modal menjadi tinggi. Perusahaan sampel kelompok LQ-45 dalam penelitian ini mempunyai rentang harga saham yang 51

3 lebih tinggi, tetapi harga saham yang rendah tidak selalu memiliki arti bahwa kinerja keuangan perusahaan juga buruk. Hal tersebut memberikan informasi bagi investor bahwa saham yang tidak tergolong dalam kelompok LQ-45 juga memiliki kinerja keuangan yang baik, ditunjukkan dengan penciptaan nilai tambah bagi perusahaan. Hal ini yang mendasari bahwa likuiditas saham menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh investor Indonesia dalam memilih saham, sehingga likuiditas saham tidak menentukan kekuatan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. V.2. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Yang pertama, proksi yang digunakan untuk mengukur penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan EVA. Hal ini dilakukan karena rasio konvensional lainnya tidak memasukkan biaya modal untuk mengukur keuntungan sebenarnya yang diperoleh perusahaan. Selain itu, rasio konvensional dianggap mempunyai beberapa kelemahan untuk digunakan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan dibandingkan dengan EVA. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penulis hanya menggunakan EVA untuk menjadi proksi dari kinerja keuangan perusahaan. Keterbatasan yang kedua, untuk mengukur likuiditas saham dilakukan dengan membagi sampel kedalam dua kelompok yaitu kelompok LQ- 45 dan non LQ-45. Pengukuran yang dilakukan terhadap variabel likuiditas saham adalah hanya dengan menggunakan variabel katagoris. Perusahaan yang tidak termasuk dalam kelompok LQ-45 diberi nilai 0 dan perusahaan kelompok LQ-45 mempunyai nilai 1. 52

4 V.3. Penelitian Berikutnya Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan teori mengenai penilaian kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan likuiditas saham sebagai variabel pemoderasi dan mampu dikembangkan oleh penelitian berikutnya dengan mempertimbangkan keterbatasan dalam penelitian ini. - Penelitian ini hanya menggunakan EVA sebagai proksi dari kinerja keuangan perusahaan. Penelitian selanjutnya diharapkan juga menguji rasio konvensional sebagai proksi dari kinerja keuangan yang lainnya. Perhitungan EVA menggunakan beberapa langkah yang lebih panjang dibandingkan dengan melakukan penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan rasio konvensional, selain itu perusahaan yang terdaftar dalam BEI tidak mencantumkan nilai EVA dan hanya mencantumkan nilai rasio konvensional. Tidak terdapatnya nilai EVA dalam laporan keuangan perusahaan menyebabkan investor jarang melakukan analisis kinerja keuangan menggunakan EVA dan lebih sering melihat pada rasio konvensional yang sudah tertera nilainya pada laporan keuangan perusahaan. - Penelitian ini menggunakan variabel katagoris untuk mengukur atau menjadi proksi dari likuiditas saham. Likuiditas saham perusahaan dapat dinilai dengan melakukan analisis pada volume perdagangan, frekuensi perdagangan, dan nilai kapitalisasi perusahaan. Semakin tinggi volume perdagangan, frekuensi perdagangan, dan nilai 53

5 kapitalisasi perusahaan, maka likuiditas saham perusahaan akan semakin tinggi. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan volume perdagangan, frekuensi perdagangan, atau nilai kapitalisasi sebagai proksi dari likuiditas saham perusahaan. 54