KAJIAN KUALITAS AIR PESISIR TELUK LAMPUNG WATER QUALITY STUDY OF LAMPUNG BAY COASTAL AREA

Transkripsi

1 KAJIAN KUALITAS AIR PESISIR TELUK LAMPUNG WATER QUALITY STUDY OF LAMPUNG BAY COASTAL AREA Tugiyono 1, Rara Diantari 2 dan Efri 3 1 FMIPA Universitas Lampung, Jalan Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, tugiyono64@yahoo.com.au 2,3 Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung ABSTRACT Lampung bay coastal area especially Bandar Lampung and South Lampung Regency are the examples of coastal area that has undergone huge alteration. Those alteration directly and indirectly will effect water quality of Lampung Bay. Water quality was determined based on Index of Pollution (IP) value. IP was used to determine pollution level relative to water quality parameters that was allowed by the government (KepMenLH No. 51 of 2004 on sea water quality standard: for living organism). The research was done at Lampung Bay area which consists of; tourism area, high density settlement area, port and industrial area. Based on the calculation water quality was consist of two categories i.e. low and moderatelly polluted with IP value ,25. The research showed that Boom Baru area which has high density population and Fish Market have the highest IP value which means that the area were moderately polluted. Pasir Putih tourism area has the lowest IP value. The difference in water quality conditions indicate the level of pollution of each area was determined by the input material or pollutants into waters as a result of human activity. Keywords: water quality, Index of Pollution (IP), Lampung Bay. ABSTRAK Pesisir Teluk Lampung, terutama wilayah kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan merupakan contoh lokasi wilayah pesisir yang telah banyak mengalami perubahan lahan pesisir menjadi daerah parawisata, pemukiman padat penduduk, pelabuhan dan kawasan industri. Perubahan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kualitas perairan. Hasil pengukuran nilai Indeks Pencemaran di sepuluh lokasi di Teluk Lampung berkisar antara 2,96-7,25. Wilayah Boom Baru yaitu wilayah dengan pemukiman padat penduduk dan tempat pendaratan ikan (TPI) memiliki nilai IP tertinggi disbanding daerah pengamatan lainnya dengan kategori cemar sedang. Sedangkan kawasan Wisata Pasir Putih memiliki nilai IP terendah (3,0151-3,0159). Perbedaan kondisi kualitas air ini menunjukkan tingkat pencemaran dari masing-masing perairan yang ditentukan oleh masukan bahan atau unsur pencemar ke dalam perairan sebagai akibat tindakan manusia. Kata Kunci: Kualitas air, Indeks Pencemar (IP), Teluk Lampung, 292

2 1. PENDAHULUAN Pesisir merupakan wilayah yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang cukup besar tetapi juga sangat rentan terhadap perubahan yang ditentukan oleh kondisi peruntukan lahan daratan di sekitarnya. Aktivitas perekonomian yang mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan mangrove menjadi kawasan industri, pariwisata dan pemukiman telah menyebabkan proses abrasi dan sedimentasi yang cukup parah [1]. Pesisir Teluk Lampung yang terletak di wilayah kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan merupakan contoh lokasi wilayah pesisir yang telah banyak mengalami perubahan lahan pesisir, menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit tenaga listrik, pariwisata, pelabuhan niaga, perikanan dan pemukiman [2]. Aktivitas-aktivitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan berdampak terhadap keseimbangan ekosistem di perairan Teluk Lampung. Tekanan lingkungan terhadap perairan Teluk Lampung semakin meningkat karena masuknya limbah dari berbagai kegiatan di kawasan-kawasan yang telah terbangun di wilayah pesisir tersebut anorganik. Jenis limbah yang masuk seperti limbah organik, dan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan [2]. Kualitas air laut sangat ditentukan oleh gerakan air (gelombang dan arus) yang disebabkan oleh proses alamiah (pasang surut dan angin) maupun aktivitas manusia seperti mobilisasi kapal yang bersandar di Pelabuhan Tarahan dan peruntukan lahan daratan. Penurunan kualitas perairan Teluk Lampung dapat diidentifikasi dari perubahan komponen fisik, kimia dan biologi. Perubahan komponen fisik dan kimia tersebut selain menyebabkan menurunnya kualitas perairan serta terjadinya peningkatan sedimentasi yang dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan terutama pada struktur komunitasnya [3]. Kualitas perairan dapat ditentukan dengan menggunakan indeks pencemaran (IP). Indeks pencemar (IP) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Pengelolaan kualitas air atas dasar indeks pencemaran ini dapat memberikan masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan, serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Indeks pencemaran mencakup kelompok parameter kualitas yang independent (bebas) dan bermakna [4]. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 293

3 status kualitas Perairan Teluk Lampung menggunakan indeks pencemaran sesuai peruntukan air laut untuk wisata bahari, biota laut dan pelabuhan. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan Nopember 2013 di Perairan Teluk Lampung yang meliputi daerah perairan pantai daearah pariwisata, pemukiman padat penduduk, pelabuhan dan kawasan industri, yaitu (1) Duta Wisata, (2) Pulau Pasaran, (3) Pelabuhan Panjang dan (4) Rangai Tritunggal Indek Pencemaran (IP) Kualitas air ditentukan berdasarkan nilai IP dengan parameter kualitas air yang dianalisis disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter fisika dan kimia kualitas air yang dianalisis dalam penelitian ini. Sifat Fisik Parameter Satuan Metode/Alat 1. Temperatur oc Termometer 2. Kekeruhan NTU Turbidimetri 3. TDS ppm Gravimetri 4. Bau Penciuman 5. Warna Spektrometri Sifat Kimia 1. ph ph meter 2. DO ppm DO meter 3. COD ppm Modifikasi Winkler 4. BOD5 ppm Modifikasi Winkler 5. NH3 ppm Spektrometri 6. NO2 ppm Spektrometri 7. NO3 ppm Spektrometri 8. PO4 ppm Spektrometri 9. H 2S ppm Spektrometri 10. SO4 ppm Spektrometri Penentuan tingkat kualitas perairan dengan indek pencemaran (IP) IP = ( C / L) 2 M ( C / L) 2 2 R [4]. L = Konsentrasi parameter kualitas air dalam baku mutu C = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengukuran 294

4 Evaluasi terhadap nilai IP adalah: 0 IP 1,0 : memenuhi baku mutu (kondisi baik) 1,0 IP 5,0 : cemaran ringan 5,0 IP 10 : cemar sedang IP > 10 : cemar berat Penentuan nilai IP sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air Laut untuk 3 peruntukan yaitu: biota laut, wisata bahari dan pelabuhan menurut [6]. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan IP untuk 3 peruntukan disajikan pada Tabel 1. Terdapat perbedaan mutu perairan Teluk Lampung pada masing-masing lokasi pengamatan dan peruntukan perairan. Kualitas air bagi peruntukan biota laut terdiri atas dua kategori yaitu kategori cemar ringan dan cemar sedang, sementara kualitas air bagi peruntukan wisata bahari dan peruntukan pelabuhan dibedakan menjadi dua yaitu kondisi baik dan cemar ringan. Perbedaan kondisi kualitas air menunjukkan tingkat pencemaran dari masing-masing perairan yang ditentukan oleh masukan bahan atau unsur pencemar ke dalam perairan [7]. Tabel 2. Nilai Indeks Pencemaran (IP) di Perairan Teluk Lampung Lokasi Nilai IP Biota laut Wisata bahari Pelabuhan 1 5,4030 1,4486 0, ,6778 2,5658 2, ,0963 0,6964 0, ,2506 2,0098 1, ,9695 0,4461 0, ,4354 1,1676 2, ,0151 3,0197 1, ,0159 4,290 1, ,0144 4,2709 1, ,0164 3,2543 1,7821 Keterangan: Keterangan 0 IP 1,0: memenuhi baku mutu (kondisi baik). 1,0 IP 5,0: cemaran ringan. 5,0 IP 10: cemar sedang IP > 10 : cemar berat 1. Lempasing Tengah 5. Pelindo Tengah 9. Rangai Tengah 2. Lempasing Tepi 6. Pelindo Tepi 10. Rangai Tepi 3. Boom Baru Tengah 7. Pasir Pusith Tengah 4. Boom Baru Tepi 8. Pasir Putih Tepi 295

5 Wilayah Lempasing, dan Boom Baru memiliki kondisi perairan bagi peruntukan biota laut yang terburuk dibanding dengan daerah pengamatan lainnya dengan nilai IP = 5-7 atau dalam kondisi cemar sedang. Parameter kualitas terukur yang menyebabkan penurunan kualitas air adalah total coliform. Penyebab pencemaran di wilayah pesisir umumnya adalah pemusatan penduduk, pariwisata dan industrialisasi di wilayah tersebut [1]. Daerah Lempasing dan Boom Baru adalah daerah yang memiliki peran penting bagi kota Bandar Lampung khususnya dan Provinsi Lampung pada umumnya. Di kedua tempat tersebut terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menampung berbagai kegiatan seperti penyandaran kapal, pembersihan dan perbaikan kapal, pengolahan ikan dan distribusi ikan dan bahan-bahan lainnya. Selain itu, kawasan Lempasing, merupakan daerah pariwisata. Fungsi lokasi yang sangat strategis juga mendorong banyak orang untuk menetap di wilayah tersebut sehingga dampak yang terjadi adalah pemusatan penduduk. Wilayah ini dikenal sebagai daerah yang memiliki kepadatan sangat tinggi di Kota Bandar Lampung. Kondisi lingkungan perairan yang terjadi di lokasi Boom Baru dan Lempasing kemungkinan besar terjadi karena jumlah limbah domestik yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Limbah domestik adalah limbah yang dibuang dari pemukiman penduduk, pasar, pertokoan serta perkantoran yang menjadi sumber pencemar di lingkungan perairan [8]. Limbah domestik adalah limbah cair yang berasal dari masyarakat urban termasuk didalamnya limbah kota (municipal) dan aktivitas industri yang masuk ke sistem saluran pembuangan kota [9]. Salah satu indikator tingginya limbah domestik di suatu perairan adalah rendahnya DO dan tingginya nitrogen, BOD dan jumlah total coliform. Limbah domestik memiliki karakteristik fisika yang meliputi parameter kekeruhan dan TSS, karakteristik kimia antara lain adalah parameter DO, BOD, COD, ph, dan Deterjen,dan karateristik biologi antara lain adalah parameter total coliform [7]. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa faktor yang paling mempengaruhi penurunan kualitas air untuk kegiatan wisata bahari di wilayah Perairan Teluk Lampung adalah keberadaan unsur khrom di perairan. Keberadaan khrom di sebagian besar titik pengamatan melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah, terutama sekali di wilayah Pasir Putih dan perairan Desa Rangai. Khrom adalah salah satu jenis logam berat yang banyak digunakan dalam kegiatan industri. Menurut, sumber masukan logam berat terdiri atas sumber alami dan buatan manusia [10,11]. Secara alami, sumber masukan logam berat terdiri atas: 296

6 1. Masukan dari daerah pantai (coastal supply) yang berasal dari sungai-sungai dan hasil abrasi pantai; 2. Masukan dalri laut dalam (Deep sea supply) meliputi logam-logam yang dibebaskan dari aktivitas gunung berapi di laut dalam atau logam-logam yang dibebaskan dari partikel atau sedimen oleh proses kimiawi; 3. Masukan dari lingkungan dekat daratan pantai. Sedangkan secara buatan, Kromium juga bersumber dari limbah rumah tangga, aliran perkotaan dan limbah industri yang menggunakan unsur khrom antara lain pabrik kertas, kimia organik, petrokimia, pupuk, pekerjaan pelelehan baja, pepelehan bahan logam bukan besi dan kendaraan bermotor, korosi pipa-pipa air, dan produk-produk konsumer misalnya formula detergen yang mengandung Fe, Mn, Cr, Ni, Co, Zn, B dan AS [10,11]. Diperkirakan unsur khrom yang terdeteksi di perairan pasir putih dan Desa Rangai berasal dari kegiatan pelabuhan dan industri yang tersebar di sekitar wilayah tersebut. Berdasarkan hasil penilaian kualitas air menggunakan metode indeks pencemaran, kondisi perairan teluk Lampung masih sangat layak untuk pengembangan pelabuhan. Kondisi perairan Teluk Lampung berada pada status kondisi baik sampai cemar ringan. Kondisi perairan yang masih dalam kondisi baik adalah di daerah perairan tengah, sedangkan seluruh perairan tepi memiliki kondisi cemar ringan. Hal ini terkait dengan masukan bahan pencemar dari lingkungan sekitar yang memberikan pengaruh lebih besar bagi daerah di bagian tepi. Jenis bahan pencemar yang mempengaruhi juga unsur Chrom, diperkirakan unsur ini berasal dari kegiatan industri dan pelabuhan. Kondisi perairan Teluk Lampung pada saat ini memang masih terbilang sangat baik, tetapi kondisi ini harus terus dievaluasi. Hal ini terkait dengan tingkat aktivitas yang terus bertambah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk kegiatan pelabuhan sendiri, terlihat adanya peningkatan aktivitas dari waktu ke waktu. Kecenderungan peningkatan ini akan mengakibatkan berbagai dampak bagi lingkungan perairan sekitar yang sangat berpotensi untuk mengakibatkan pencemaran. 297

7 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan kualitas perairan Teluk Lampung berdasarkan nilai Indeks Pencemaran untuk peruntukan biota laut dalam kondisi cemar ringan sampai cemar sedang, sedangkan peruntukan wisata bahari dan peruntukan pelabuhan dalam kondisi baik sampai cemar ringan. Sumber pencemar yang mengakibatkan lingkungan perairan penurunan kualitas perairan adalah limbah domestik dan limbah industri yang berupa logam berat. Penelitian terus dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kondisi kualitas perairan dari waktu ke waktu. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup Universitas Lampung yang telah menberikan bantuan dana untuk melakukan penelitian. 6. DAFTAR PUSTAKA [1]. Bergen DG. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor; [2]. Wiryawan BB, Marsjen H, Susanto A, Mahi AK, Ahmad M, dan Poepitasari H. Lampung: Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Pemda Tk I Lampung- CRMP Lampung; [3]. Odum EP. Fundamentals of Ecology. Philadelphia: WB Saunders Company; [4]. Kementerian Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup; [5]. Warwick RM, Clarke KR. Relearning the ABC: taxonomic changes and abundance/ biomass relationships in distrubed benthic communities. Marine Biology 1994; 118 : [6]. Kementerian Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup; [7]. Effendi H. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius;

8 [8]. Suhartono E. Identifikasi Kualitas Perairan Pantai Akibat Limbah Domestik Pada Monsun Timur Dengan Metode Indeks Pencemaran. Wahana Teknik Sipil. 1998;14: [9]. Supriharyono. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; [10]. Connell DW, Miller GJ. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran [Y. Koestoer, Penerjemah]. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press); [11]. Bryan GW. Heavy Metal Contamination in The Sea Marine Polution. London: Academic Press Inc