FRAKSI PARTAI GERINDRA TANGGAPAN ATAS VISI MISI GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

Transkripsi

1 FRAKSI PARTAI GERINDRA DPRD DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jl. Malioboro No. 54 Yogyakarta Telp / FRAKSI PARTAI GERINDRA TANGGAPAN ATAS VISI MISI GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Kepada Yang Terhormat: Pimpinan DPRD DIY Anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sekretariat Daerah dan para pejabat di lingkungan pemerintahan daerah DIY Rekan-rekan Pers dan hadirin yang kami muliakan Assalammu alaikum Wr Wb Salam sejahtera bagi kita semua SALAM INDONESIA RAYA... Pertama-tama puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-nya sehingga pada hari ini kita dapat hadir pada Rapat Paripurna dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kurang suatu apapun.

2 Yang kami hormati ketua rapat paripurna, kami sampaikan terimakasih sebesarbesarnya atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyampaikan Pemandangan Akhir Fraksi Partai Gerindra. Pengaruh ekonomi global dengan munculnya revolusi teknologi informasi menjadikan perkembangan ekonomi dunia bertumpu pada penciptaan teknologi dan pertukaran produksi antar bangsa yang begitu cepat sirkulasinya. Kecanggihan teknologi informasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan penciptaan teknologi baru telah mendorong perubahan corak ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Termasuk di Indonesia terdampak atas berbagai pola perubahan ekonomi, di mana pola perdagangan dunia tidak lagi dimonopoli oleh Eropa dan Amerika, akan tetapi kebangkitan ekonomi Asia mulai menggeser dan mendapatkan tempat di berbagai belahan negara di dunia. Perkembangan Asia, termasuk Indonesia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi menjadikan Indonesia harus berbenah, baik dari sisi konsep pembangunan, maupun pengembangan ekonomi industri. Tentu saja konsep konsep pembangunan tersebut tidak meinggalkan nilai-nilai keberpihakan pada kesejahteraan rakyat dan nilai-nilai kearifan budaya sosial seperti yang telah ditegaskan oleh para founding fathers. Pilihan DI. Yogyakarta dalam membangun visi pembangunan 5 tahun, dengan tema Menyongsong "Abad Samudera Hindia" untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja merupakan pilihan tema pembangunan yang cukup berani karena mulai menggeser paradigma agraris menjadi pilihan paradigma pengembangan industrial. Pilihan dalam melakukan revolusi pembangunan merupakan antithesis yang selama ini menjadi fokusing pembangunan DI. Yogyakarta yang menempatkan sektor agraris menjadi sektor utama tersebut bukan berarti tidak mempunyai resiko yang cukup besar dalam membangun DI. Yogyakarta, tentu saja menjadikan sejumlah persoalan industrial akan menjadi sentral utama tema-tema pembangunan selama lima tahun ke depan. Di sisi lain, perubahan wacana tema besar visi tersebut juga merupakan tantangan baru DI. Yogyakarta, dimana kawasan selatan DI. Yogyakarta menjadi sentral utama pembangunan. Merubah kultur masyarakat agraris menjadi

3 masyarakat industrial adalah sebuah tema menarik yang harus dihadapi dengan sejumlah berbagai kekurangan yang dimiliki. Sejumlah persoalan mendasar yang dimiliki oleh DI. Yogyakarta adalah angka kemiskinan dengan jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2017 adalah sekitar 488 ribu jiwa atau sekitar per sen, masih cukup tinggi apabila dibanding dengan persentase penduduk miskin nasional sebesar per sen (BPS DIY, 2017). Kesenjangan antara warga kaya dan warga miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta juga cukup tinggi yang ditunjukkan dengan angka Rasio Gini sebesar 0.432, tertinggi di Indonesia. Problem kemiskinan yang berujung pada ketimpangan kesejahteraan dan keadilan pembangunan merupakan tantangan tersendiri yang harus bisa terselesaikan dengan konsep pembangunan industrial. DI. Yogyakarta bisa belajar dari konsep masa lalu pembangunan Indonesia yang mempunyai ketimpangan cukup besar, yaitu persoalan kemiskinan, kesejahteraan dan aksesbilitas warga yang terbatas. DI. Yogyakarta sudah cukup baik dalam membangun layanan dasar masyarakat, khususnya pendidikan dan kesehatan. Infrastruktur yang dimiliki hingga saat ini cukup baik dalam membangun layanan dasar tersebut. Hanya saja, persoalan kualitas sumberdaya manusia harus diperhatikan, dimana angka tenaga kerja terdidik dari masyarakat DI. Yogyakarta makin berkurang. Generasi muda, khususnya pedesaan mulai kehilangan aksesbilitas untuk menempuh pendidikan tinggi. Selain iaya pendidikan cukup mahal dan tidak terjangkau, persolan minimnya minat untuk masuk perguruan tinggi bagi generasi muda pedesaan makin menurun. Tantangan berikutnya adalah persoalam cross culture, pertukaran kebudayaan antar daerah, antar bangsa dalam konteks masyarakat modern dimana konsep pembangunan tersebut merupakan bagian yang tak terhindarkan jika DI. Yogyakarta mentapkan konsep pembangunan industrial. DI. Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia, tentunya harus melihat bahwa persoalan multikulturalisme menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta sehari hari. Penjagaan atas multikulturalisme tersebut menjadi penting dan beresiko dalam merubah kultur masyarakat. Dampak atau resiko tersebut bisa terukur dan diprediksikan memunculkan masalah-masalah sosial baru ke depan. DI. Yogyakarta sebagai satu-satunya daerah yang mampu menjaga konsep kearifan budaya lokal harus

4 tetap dipertahankan, dimana urgensi kearifan budaya lokal masyarakat menjadi pertaruhan utama dalam konsep pembangunan industrial. Persoalan konflik horisontal yang muncul dalam masyarakat DI. Yogyakarta juga harus menjadi perhatian. Akhir-akhir ini DI. Yogyakarta mempunya kenaikan kasus sosial dan kriminal tinggi. Kasus kenakalan generasi remaja meningkat tajam dengan banyaknya kasus klithih, vandalisme dan narkoba. Sisi lainnya, kasus-kasus intoleransi menjadi kuat dan muncul kepermukaan karena dampak dari kasus nasional mengalir deras ke arah lokal. Keterbatasan DI. Yogyakarta dalam kontek potensi sumberdaya alam juga terbatas. Kerusakan lingkungan merupakan salah satu faktor utama dalam menurunkan produksi masyarakat, dimana keterbatasan dalam mengelola sumberdaya alam tersebut belum banyak terselesaikan. Dampak dari derasnya pembangunan, menjadikan sumberdaya alam makin berkurang. Setiap tahun lahan produktif pangan berkurang drastis, cadangan areal konservasi tanah dan air juga berkurang, hingga pada kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan makin kecil. Visi pembangunan mau tidak mau dihadapkan pada persoalan-persoalan seperti di atas. Melihat berbagai persoalan tersebut, Fraksi Partai Gerindra melihat bahwa pemerintah daerah DI. Yogyakarta serius dalam membagun dan menyelesaikan berbagai persoalan tesebut 5 tahun ke depan. Terlihat dari misi yang ditetapkan, dimana peningkatan kualitas hidup dan penghidupan menjadi visi nomor satu. Kami menyakini bahwa persoalan kemiskinan, pengangguran, dan sumberdaya manusia menjadi persoalan utama. Sisilainnya, dalam misi tersebut juga terkandung maksud baik mengenai terwujudnya pemerataan kesejahteraan, dimana prinsip penegakan hak individu dalam mengakses dan memperoleh keadilan sosial tetap menjadi bagian prioritas utama. Untuk mencapai misi pembangunan, tentu saja nilai-nilai semangat renaisans Yogyakarta menjadi penting dalam melandasi setiap misi yang dilakukan. Sisi lain, semboyan Jogja Gumregah harus menjadi semangat tersendiri bagi terwujudnya abad samudra Hindia yang dicanangkan. Fraksi Partai Gerindra mendorong pemerintah

5 kedepan untuk bisa fokus dalam agenda Yogyakarta membangun, khususnya menempatkan pembangunan yang berkelanjutan, multi years, dan terimplementasi dengan baik. Fokus dalam membangun tema kemaritiman perlu diterjemahkan dalam bentuk bahasa program dan kegiatan pembangunan yang bersinergi dengan visi pembangunan sebelumnya yang menempatkan Yogyakarta sebagai kawasan agraris. Perubahan bentuk fokus tema pembangunan menjadikan kemudahan bagi warga DI. Yogyakarta untuk akseseble terhadap proyek-proyek besar yang akan diimplementasikan. Akseseble warga DI. Yogyakarta menjadi cukup penting mengingat saat ini terjadi gap kemiskinan dan ketimpangan infrastruktur pembangunan wilayah. Catatan kami juga menunjukkan bahwa untuk membangun tata pemerintahan yang baik, good governance juga menjadi perhatian. Catatan perolehan Wajar Tanpa Pengecualian atau WTP hendaknya dipertahankan dan menjadi ikon DI. Yogyakarta dalam menata pemerintahan. Tentu saja kami juga mengharapkan adanya inovasiinovasi kebijakan baru dalam bidang pemerintahan dengan mengadopsi teknologi informasi sebagai pondasi utama menjadikan penyelenggaraan pemerintahan bisa efektif dan efisien, khususnya dalam pengelolaan aparatur pemerintahan untuk mengurangi segala dampak resiko yang telah diperhitungkan. Begitu juga dalam proses perencanaan pembangunan bisa memunculkan proyek-proyek pembangunan yang terfokus dan terukur dalam sisi kemanfaatannya. Konsep dan tema pembangunan yang berkelanjutan menjadi penting untuk diperhatikan. Semangat DI. Yogyakarta dalam memerangi kemerosotan moral masyarakat, konflik sosial, maupun tindakan kriminal juga sudah baik dalam misi yang disampaikan. Tentu saja persoalan penjagaan nilai-nilai kearifan budaya lokal masyarakat harus ditempatkan sebagai ikon utama, mengingat DI. Yogyakarta adalah daerah yang menjadi penjaga budaya kearifan lokal paling unik dengan status Keistimewaan Yogyakarta. Gagasan menjadikan masyarakat DI. Yogyakarta sebagai masyarakat multikultural harus tetap terjaga. Oleh karena itu, dalam proses penjagaan multikultural semangat memerangi isu isu rasisme, intoleran dan kekerasan terhadap gerakan pro demokrasi dan sikap toleransi bisa menjadi nilai-nilai yang ditempatkan dalam misi yang disampaikan.

6 Salah satu persoalan yang kami munculkan dalam misi adalah mengenai pengelolaan sumberdaya alam, khususnya penjagaan nilai-nilai lingkungan yang belum banyak tercantum. Menurut kami persoalan penjagaan lingkungan yang makin berkurang tidak hanya dalam bentuk fisik luasan sumberdaya alam yang dimiliki, tetapi juga pada kesadaran warga masyarakat dalam bertindak menjaga sumberdaya alam dan lingkungan dari kerusakan. Penegasan atas visi mengenai pengelolaan lingkungan perlu dipertegas dengan tujuan pengelolaan, perlindingan dan tindakan penyelamatan ekosistem sumberdaya alam yang lestari dan berkelanjutan. Fraksi Partai Gerindra juga sepakat dengan misi yang mendorong tercapainya keadilan sosial dengan menempatkan pemerataan kesejahteraan. Kami percaya bahwa persoalan dampak pembangunan masyarakat industrial kedepan bisa diatasi dengan menempatkan pro poor, pro job, pro growth, dan pro ecology menjadi nilai yang ditempatkan pada proses penyelenggaraan kebijakan pembangunan 5 tahun ke depan. Nilai nilai keberpihakan pada semangat kesejahteraan menjadi penting sebagai upaya tercapainya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi semua individu di Yogyakarta. Fraksi Partai Gerindra percaya bahwa otto kritik yang membangun tetap harus disampaikan demi mewujudkan visi dan misi 5 tahun kedepan. Tentu saja proses pemikiran kritis menjadi penting karena penerapan demokrasi yang berjarak sebagai bentuk penjembatan pemikiran atas keterwakilan dalam proses demokratisasi. Fraksi Gerindra percaya bahwa visi-misi gubernur DI. Yogyakarta 5 tahun kedepan akan menjadikan DI. Yogyakarta lebih berkualitas dan bermakna bagi semua warga DI. Yogyakarta dalam menggapai kesejahteraan dan keadilan sosial.

7 Demikian tanggapan Fraksi Partai Gerindra terhadap visi-misi Gubernur DI. Yogyakarta untuk pereode tahun Atas perhatiannya, kami haturkan banyak terimakasih. Yogyakarta, 02 Agustus 2016 Fraksi Partai Gerindra DPRD DIY SUROYO KETUA FRAKSI PARTAI GERINDRA ANTON PRABU SEMENDAWAI SH, MKn SEKRETARIS FRAKSI