EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT PISANG KEPOK DENGAN PELARUT ASAM KLORIDA DAN ASAM ASETAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT PISANG KEPOK DENGAN PELARUT ASAM KLORIDA DAN ASAM ASETAT"

Transkripsi

1 EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT PISANG KEPOK DENGAN PELARUT ASAM KLORIDA DAN ASAM ASETAT A.Fuadi Ramdja*, Dimas Adhitya P, Rendy Rusman *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) Abstrak Pelaksanaan penelitian menggunakan metode ekstraksi dengan memvariasikan suhu (60 ; 70 ; 80 o C), waktu operasi (0,5 ; 1 ; 1,5 jam), dan konsentrasi pelarut asam klorida dan asam asetat. Kulit pisang yang telah kering dan dihaluskan di ekstraksi sesuai variabel yang ditentukan lalu bahan disaring dengan kertas saring dalam keadaan suhu kamar. Filtrat dari hasil penyaringan ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan volume 1: 1 sehingga terbentuk endapan. Setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0 C selama 24 jam. Pektin kering ditimbang sebagai hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar metoksil pektin yaitu 6,448 %, dengan rendemen pektin 1,9565% -8,4563% untuk ekstraksi dengan asam klorida dan 1,2481% - 6,3578% untuk ekstraksi dengan asam asetat, kadar air sebesar 26,2 %, kadar abu sebesar 4,52 %, berat ekivalen 1250, kadar asam galakturonat 50,688 %, dan derajat esterifikasi 72,222 %. Kadar pektin terbaik yang dihasilkan sebesar 8,4563% diperoleh dari ekstraksi dengan asam klorida 0,15 N, suhu = 80 C, dan waktu = 1,5 jam. Kata kunci : kulit pisang, pektin, ekstraksi Abstract The research are using extraction method by varying operation temperature (60, 70, 80 o C), operation time (0,5 ; 1 ; 1,5 hours) and concentrations of acetic and chloride acid solvent. Extraction did for dried and refined banana peels in certain variable screened while in room temperature conditions. Add 96% of ethanol to filtrate with 1:1 volume ratio until the sediment appear. And then dried at 60 o C in the oven for 24 hours. Dried pectin weighed as a product. The result, showed that the percentage of metoxyl is %, with % Yield of pectin % % for extraction with chroride acid and % % for extraction with acetic acid, percentage of water 11,2 %, percentage of ash 4,52 %, equivalent of mass 1250, percentage galacturonic acid 50,688 %, and degree of esterification 72,222%. The best result pectin percentage is 8,4563% when condition extraction of chroride acid 0.15 N, temperature = 80 o C and time = 1.5 hours. Keywords: banana peels, pectin, extraction 1. PENDAHULUAN Tanaman Pisang (Musaceaea sp) merupakan tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di Indonesia. Untuk pisang kepok (Musa paradisiaca) Buahnya merupakan produk utama. Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak, atau diolah menurut cara-cara tertentu. Pisang dapat diproses menjadi tepung, kripik, 'puree', bir (Afrika), cuka, atau didehidrasi. Namun hal ini tidak diimbangi dengan pengolahan limbah dari kulit pisang yang banyak jumlahnya. Limbah ini banyak terdapat di daerah daerah yang memproduksi keripik dan sale pisang. Limbah ini masih tidak bisa dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, melainkan hanya sebagai limbah tak berguna. Selama ini, untuk mencukupi kebutuhan pektin dalam negeri, Indonesia masih mengimpor pektin. Indonesia merupakan negara pengimpor dan pemakai pektin yang cukup Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 28

2 besar. Banyak industri di Indonesia yang menggunakan pektin, mulai dari makanan, minuman hingga industri tekstil. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk menghasilkan pektin. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar kadar kulit pisang kepok untuk menghasilkan pektin, setidaknya dengan memanfaatkan kulit pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan pektin dapat mengurangi impor pektin dan sekaligus memanfaatkan limbang dari pisang kepok yang bernilai ekonomis lebih tinggi. Adapun yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jenis pelarut asam dan konsentrasinya, serta suhu ekstraksi dan lama ekstraksi terhadap jumlah dan kualitas pektin yang dihasilkan dari kulit pisang kepok. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh waktu ekstraksi terhadap kadar pektin yang didapatkan. 2. Mengetahui pengaruh temperatur terhadap kadar pektin yang didapatkan. 3. Mengetahui pengaruh pelarut yang digunakan dan konsentrasinya terhadap persen pektin yang didapatkan. Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah : 1. Kulit pisang kepok mempunyai kandungan pektin yang cukup besar 2. Pelarut HCl akan menghasilkan % yield pektin yang terbaik dibandingkan dengan pelarut asam asetat. 3. Pada waktu ekstraksi yang lebih lama dan temperatur ekstraksi yang tinggi, pektin yang terlarut akan lebih banyak. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Memanfaatkan limbah kulit pisang kepok untuk diolah menjadi pektin. 2. Mengetahui kondisi yang tepat untuk menghasilkan rendeman pektin yang baik. 3. Sebagai referensi untuk memproduksi pektin dari kulit pisang dalam skala industri. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan proses ekstraksi menggunakan asam klorida dan asam asetat sebagai pelarut asam dan kulit pisang kepok sebagai objeknya. Kulit pisang kepok diperoleh dari penjual makanan yang berbahan baku pisang kepok. Parameter yang digunakan adalah suhu, waktu ekstraksi, dan pelarut, serta konsentrasi pelarut yang digunakan. Pisang kepok (Musa paradisiaca) merupakan Tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. Dalam taksonomi tumbuhan, Pisang kepok diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisiaca Ekstraksi Pektin Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material yang lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses bersifat fisik, karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke dalam semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Faktor faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi : 1. Tipe persiapan sampel; 2. Waktu ekstraksi; 3. Kuantitas pelarut; 4. Suhu pelarut; dan 5. Tipe pelarut. Pektin Menurut Dudung Muhidin (1999) pada buah muda, perekat sel disebut dengan protopektin atau bakal pektin. Sementara pada buah matang, protopektin tersebut berubah menjadi pektin. Pektin ini berupa protopektin yang memecah karena pengaruh hormon kematangan buah. Protopektin bersifat tidak dapat larut di dalam air buah, sedangkan pektin larut dalam air buah. Oleh karena itu buah Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 29

3 mentah selalu bertekstur keras yang setelah itu menjadi lunak. Tabel 1. Kadar pektin pada berbagai bahan nabati Sumber pektin Kadar pektin (% berat kering) Kubis 4,57 Wortel 7,14 Bayam 11,58 Tomat 2,68-4,63 Apel Ubi jalar 0,43 0,78 Jeruk Pisang 2,40 Sumber : Kertesz, Z.I. (1951) Telah diketahui bahwa di dalam buah pisang terjadi perubahan pada senyawa-senyawa pektin selama proses pematangan. Dalam proses pematangan, jumlah senyawa-senyawa pektin menurun. (Meyer, 1975). Menurut Simmonds (1966) pada kulit pisang terdapat pektin yang jumlahnya empat kali lebih banyak daripada di dalam buahnya. Pengertian pektin Pektin merupakan grup polisakarida yang tejadi di dalam dinding sel dan lapisan intraseluler pada semua tanaman. Diekstrak dengan air panas, larutan asam yang encer atau larutan ammonium oksalat. Pektin diendapkan dari larutan encer dengan alkohol. Secara komersil digunakan untuk pembuatan gel yang terbaik (Mc Graw Hill ; 175). Ikatan yang terdapat didalam polimer pektin merupakan ikatan α-1,4 glikosida. Poligalakturonat tersebut merupakan rantai yang panjang dan pada beberapa bagian asam galakturonat mengalami metilasi dengan gugus metil. Gula netral yang berkaitan dengan pektin seperti rhamosa termasuk arabinosa, galaktosa dan xylosa. Dimana sebagai rantai samping pendek yang terpecah dan memisahkan diri (HUI ; 2040) Gambar 2.(a) Struktur kimia asam galakturonat Gambar 3. (b) Struktur kimia metil-αgalakturonat Beberapa definisi yang berhubungan dengan pektin : 1. Asam pektat Asam pektat merupakan senyawa poligalakturonat yang gugus karboksilnya tidak terseterifikasi. Asam pektat memiliki berat molekul ( BM ) tinggi. Monomer asam pektat adalah asam α-galakturonat yang saling terikat dengan α-1,4-glikosida (Pigman, 1946). Bentuk struktur asam pektat dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4. Struktur molekul asam pektat 2. Asam pektinat Asam pektinat merupakan senyawa yang biasa disebut dengan pektin (Winarno, 1983). Senyawa ini merupakan poligalakturonat yang sebagian gugus karboksilnya teresterifikasi secara enzimatik didalam tanaman oleh enzim pektase. Pembentukan ester metil didalam molekul asam pektinat membuat senyawa ini terdispersi di dalam air. (Pigman, 1946). Gambar 1. Struktur molekul pektin Monomer penyusun pektin merupakan asam galakturonat dan metil-α-galakturonat yang dapat dilihat pada struktur berikut : Gambar 5. Struktur molekul asam pektinat 3. Protopektin Protopektin merupakan senyawa pektat yang terdapat pada bagian hijau tanaman atau pada buah yang belum masak (Winarno, 1983). Protopektin tidak larut didalam air karena Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 30

4 kehadiran garam kalsium atau magnesium yang tidak larut. Penyebab lain ketidaklarutan protopektin adalah karena berikatan dengan selulosa atau beberapa polisakarida dengan berat molekul tinggi yang tidak larut (Pigman, 1946). Protopektin dapat dibuat menjadi pektin yang larut dalam air dengan cara mengekstraksinya dalam larutan asam panas. (Wong, 1989). Manfaat pektin a. Industri makanan dan minuman Dalam industri makanan, pektin sering digunakan sebagai : 1. Bahan pemberi tekstur yang baik pada roti dan keju. 2. Bahan pengental dan stabilizer pada minuman sari buah. 3. Bahan pokok pembuatan gel, selai dan mamalade. 4. Bahan pengawet pada produk susu yang akan menstabilkan keasaman susu. 5. Mengontrol pembentukan kristal es pada pembuatan es krim dan dapat mempertahankan warna dan aroma es krim tersebut. (Muhidin, 2003) b. Industri farmasi Dalam industri farmasi, pektin sering digunakan sebagai : 1. Pengemulsi bagi preparat cair dan sirup. 2. Obat diare pada bayi dan anak anak seperti dextrimaltose, kapoec, nipektin dan intestisan. 3. Obat penawar racun logam. 4. Bahan penurun daya racun dan menaikkan daya larut obat obatan.. 5. Bahan kombinasi untuk memperpanjang kerja hormon dan antibiotika. 6. Bahan pelapis perban untuk menyerap kotoran dan jaringan yang rusak atau hancur sehingga luka tetap bersih dan cepat sembuh. 7. Bahan hemostatik, oral atau injeksi untuk mencegah pendarahan. 2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Bahan yang Digunakan: 1. Kulit pisang kepok 2. Etanol 96 % 3. Aquadest 4. Asam klorida 0,05 N 5. Asam asetat 0,05 N 6. Indikator fenol ptealin 7. NaCl padat 8. NaOH 0,1 N 9. NaOH 0,25 N 10. Asam klorida 0,1 N 11. Asam asetat 0,1 N 12. Asam klorida 0.15 N 13. Asam asetat 0,15 N Alat yang digunakan : 1. Blender 2. Beker gelas 3. Kertas saring 4. Corong 5. Erlenmeyer 6. Gelas ukur 7. Pengaduk 8. Oven 9. Waterbath 10. Neraca analitis 11. Alat titrasi 12. Kain blancu 13. Pipet tetes 14. Crusible dan tutup 15. Furnace Prosedur Penelitian 1. Kulit pisang kepok dijemur di bawah sinar matahari selama 3 hari. Setelah itu kulit pisang dihancurkan dengan menggunakan blender. 2. Bahan yang telah diblender ditimbang 20 gram lalu tambahkan larutan asam klorida (0,05 N ; 0,1 N ; 0,15 N) 500 ml diaduk supaya homogen dan di ekstraksi di atas waterbath dengan suhu ekstraksi ( 60, 70 ; 80 o C ) dan lama ekstraksi ( 0,5 ; 1 ; 1,5 jam). 3. Hasil ekstraksi berupa filtrate disaring dengan kain blacu sambil diperas untuk memisahkan filtratnya. Filtrate ini disebut filtrate pektin. 4. Kemudian filtrate pektin diendapkan dengan etanol 96 % dengan perbandingan 1 : 1 dan diendapkan selama 48 jam. 5. Endapan berupa gel dipisahkan dengan menggunakan kertas saring dan dicuci lagi dengan etanol 96 % untuk menghilangkan sisa asam. 6. Selanjutnya gel pektin dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 o C selama 24 jam. 7. Gel pektin yang telah dikeringkan ditimbang dan dicatat beratnya. 8. Lakukan langkah yang sama untuk pelarut asam asetat (0,05 N ; 0,1 N ; 0,15 N). 9. Pektin kering dengan kadar pektin terbaik dihaluskan dan siap untuk di analisa. Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 31

5 Analisa Pektin a. Kadar pektin Pektin kering yang diperoleh ditimbang beratnya untuk diketahui banyaknya pektin yang dapat di ekstraksi. % hasil ekstraksi = x100 % b. Berat Ekivalen ( BE ) Pektin sebanyak 0,5 gram dibasahi 2 ml etanol 96 % dan dilarutkan didalam 40 ml aquadest yang berisi 1 gram NaCl. Larutan hasil campuran ditetesi dengan indikator fenol ptealin sebanyak 5 tetes dan ditritasi dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna, volume titrasi dicatat. Untuk menentukan berat ekivalen digunakan rumus : Berat Ekivalen = c. Kadar Metoksil Larutan netral dari penentuan berat ekivalen ( BE ) ditambah 25 ml larutan NaOH 0,25 N diaduk dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar pada keadaan tertutup. Kemudian ditambahkan 25 ml larutan HCl 0,25 N dan ditetesi dengan fenol ptealin sebanyak 5 tetes kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan volume titran. % Metoksil = x 100 % d. Kadar Asam Galakturonat Pengaruh kadar asam galakturonat dihitung dari mili ekivalen ( mek ) NaOH yang diperoleh dari penentuan bilangan ekivalen dan kadar metoksi. Kandungan asam galakturonat = x 100 % e. Kadar Air 0,25 gram sampel dalam cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 100 o C sampai 105 o C selama 3 jam. Kemudian didinginkan dan ditimbang. Sampel dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit lalu didinginkan dan ditimbang. % Air = x100% f. Kadar Abu 0,25 gram pektin diletakkan dalam crucible + tutup. Lalu dimasukkan dalam furnace pada suhu 600 o C selama 90 menit, lalu abu didinginkan sampai temperatur kamar dan ditimbang beratnya. % abu = x 100 % g. Derajat esterifikasi Pengukuran derajat esterifikasi dihitung dari kadar metoksil dan kadar asam galakturonat yang dihasilkan. % Esterifikasi = x 100 % 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Pektin Pektin dalam jaringan tanaman terdapat sebagai protopektin yang tidak larut dalam air (insoluble) karena berada sebagai garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu, dilakukan hidrolisis protopektin dalam air yang diasamkan untuk mengubah protopektin menjadi pektin yang bersifat larut dalam air, dimana ion H + pada air akan menggantikan ion kalsium dan ion magnesium pada molekul protopektin. Kandungan ion hidrogen yang lebih banyak menyebabkan laju hidrolisis protopektin semakin cepat karena akan menambah seringnya tabrakan antar molekul molekul yang berarti kemungkinan tabrakan yang berhasil membentuk produk pektin akan bertambah. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan kadar pektin yang berbeda beda pada setiap perlakuan yang diberikan. Pada percobaan ini, jumlah perlakuan sebanyak 54. Sampel dengan menggunakan empat variabel yaitu jenis pelarut, konsentrasi pelarut, suhu ekstraksi dan waktu kontak antara bahan yang di ekstraksi dengan pelarut. Berat pektin yang dihasilkan dengan perlakuan yang berbeda akan menghasilkan berat yang berbeda. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka didapatkan berat pektin kering yang dihasilkan akan bertambah dengan adanya kenaikan konsentrasi pelarut, suhu ekstraksi dan waktu kontak antara bahan yang di ekstraksi dan pelarut. Sampel terbaik yang didapatkan dari percobaan ini adalah sampel dengan menggunakan pelarut Asam Klorida (HCl) 0,15 N, suhu ekstraksi 80 o C dan waktu ekstraksi 90 menit. Hal ini menunjukkan bahwa telah tercapainya keadaan maksimum untuk menghasilkan rendeman pektin dari proses hidrolisis protopektin. Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 32

6 Perbandingan hasil percobaan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut : Pengaruh Suhu Ekstraksi terhadap Kadar Pektin Tabel 2. Kadar Pektin Yang Terbentuk dengan pelarut Asam klorida Gambar 6. Suhu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk HCl 0,05 N Gambar 7. Suhu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk HCl 0,1 N Tabel 3. Kadar Pektin Yang Terbentuk dengan pelarut Asam Asetat Gambar 8. Suhu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk HCl 0,15 N Gambar 9. Suhu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk CH 3 COOH 0,05 N Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 33

7 Gambar 10. Suhu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk CH 3 COOH 0,1 N Gambar 13. Waktu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk HCl 0,1 N Gambar 11. Suhu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk CH 3 COOH 0,15 N Pengaruh suhu ekstraksi dengan kadar pektin dapat dilihat pada Gambar 4.1, sampai dengan 4.6. Pada suhu ekstraksi 80 C dihasilkan kadar pektin terbesar, baik itu untuk larutan HCl maupun CH 3 COOH. Kadar pektin dipengaruhi oleh suhu ekstraksi, dimana semakin tinggi suhu ekstraksi maka semakin besar kadar pektin yang dihasilkannya. Gambar 14. Waktu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk HCl 0,15 N Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap Kadar Pektin Gambar 15. Waktu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk CH 3 COOH 0,05 N Gambar 12. Waktu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk HCl 0,05 N Gambar 16. Waktu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk CH 3 COOH 0,1 N Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 34

8 Gambar 17. Waktu Ekstraksi vs Kadar Pektin untuk CH 3 COOH 0,15 N Berdasarkan grafik hubungan waktu ekstraksi dengan kadar pektin, menunjukkan bahwa lamanya waktu ekstraksi akan memperbesar kadar pektin yang akan dihasilkan. Kadar pektin paling besar diperoleh pada waktu ekstraksi 90 menit. Dapat dikatakan bahwa kadar pektin berbanding lurus dengan waktu ekstraksi. Penentuan Sifat Fisika dan Sifat Kimia Pektin jika dilihat dari penampakan luarnya merupakan zat padat berwarna kecoklatan dan mempunyai aroma yang enak. Untuk menentukan sifat fisika dari pektin seperti kelarutan, viskositas dan kemampuan membentuk gel biasanya tergantung dari karakteristik kimia pektin itu sendiri seperti kadar metoksil, derajat esterifikasi dan berat molekul. Oleh karena itu, pektin yang dianalisa untuk menentukan sifat sifat ini adalah pektin yang dihasilkan dari perlakuan terbaik dari penelitian ini yaitu sampel pada pelarut HCl dengan konsentrasi 0,15 N, suhu ekstraksi 80 o C dan waktu ekstraksi 90 menit. Hasil analisa sifat sifat pektin dapat dilihat pada tabel berikut dan perhitungan pada lampiran C. Tabel 4. Hasil Analisa Sifat Sifat Pektin kulit pisang kepok No Sifat Jumlah 1 Berat Ekivalen Kadar Metoksil 6,448 % 3 Kadar Asam Galakturonat 50,688 % Berat ekivalen merupakan ukuran terhadap kandungan gugus asam galakturonat bebas (tidak teresterifikasi) dalam rantai molekul pektin (Ranganna, 1977). Harga berat ekivalen ini ditentukan berdasarkan reaksi penyabunan gugus karboksil oleh NaOH. Banyaknya volume NaOH yang digunakan dalam analisa berbanding terbalik dengan nilai berat ekivalen. Semakin besar volume NaOH yang digunakan maka semakin kecil berat ekivalen yang akan didapat sehingga jumlah gugus karboksil yang tak teresterifikasi semakin banyak. Semakin kecil berat ekivalen maka akan semakin besar kadar metoksil pektin. Pada hasil analisa, didapat berat ekivalen pektin kulit pisang kepok sebesar Kadar metoksil pektin memiliki peranan penting dalam menentukan sifat fungsional pektin dan dapat mempengaruhi struktur dan tekstur dari gel pektin (Constenla dan Lozano, 2003). Kadar metoksil merupakan faktor yang penting dalam penentuan penggunaan pektin terutama dalam bidang industri pangan. Pektin banyak digunakan dalam industri pangan karena pektin mempunyai kemampuan untuk membentuk gel yang merupakan bahan dasar pembuatan jelly dan pengawetan buah. Kemampuan pektin membentuk gel ini tergantung dari kadar metoksilnya. Berdasarkan analisa yang dilakukan, didapatkan kadar metoksil 6,448 %. Pektin yang mempunyai kandungan metoksil lebih dari 7 % merupakan pektin bermetoksil tinggi yang dapat membuat jelly lebih cepat. (Glickman, 1996). Asam poligalakturonat merupakan kerangka dasar senyawa pektin yang menggambarkan kemurnian pektin. Semakin besar kandungan asam poligalakturonat maka semakin tinggi kemurnian pektin karena semakin kecil kandungan organik seperti arabinosa, galaktosa, ramnosa dan jenis gula lainnya. Banyaknya kandungan poligalakturonat ini juga berpengaruh dalam pembentukan gel, karena semakin banyak kandungan asam galakturonat maka jaringan tiga dimensi akan semakin kokoh terbentuk sehingga semakin mampu menjebak seluruh cairan didalamnya dan berakibat makin kuatnya gel yang terbentuk. Kandungan asam galakturonat bervariasi yaitu antara % (Kertez, 1951). Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan didapatkan kandungan asam galakturonat pada pektin kulit pisang sebesar 50,688 %. Hal ini berarti kemurnian pektin cukup untuk membentuk gel dengan baik. Selain analisa sifat sifat fungsional dari pektin tersebut, penelitian ini juga menganalisa kadar air, kadar abu dan derajat esterifikasi. Hasil analisa yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran C. Kadar air menyatakan banyaknya air yang terdapat dalam pektin. Kadar air bahan berpengaruh terhadap masa simpan. Kadar air Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 35

9 yang tinggi menyebabkan kerentanan terhadap aktivitas mikroba. Batas maksimum nilai kadar air yang diizinkan yaitu 12% (Food Chemical Codex, 1996). Bila lebih dari itu, berarti masih ada sisa air yang tertinggal di permukaan pektin dan sulit dihilangkan dengan cara penguapan atau pengeringan. Dari analisa yang dilakukan, kadar air pektin kulit pisang kepok ini adalah sebesar 11,2 % dan hal ini masih memenuhi standar karena kadar air pada pektin di bawah 12%. Tabel 5. Hasil Analisa Pektin kulit pisang kepok No. Sifat Jumlah (%) 1 Kadar Air 11,2 2 Kadar Abu 4,52 3 Derajat Esterifikasi 72,222 Abu merupakan residu atau sisa pembakaran bahan organik yang berupa bahan anorganik. Kadar abu ini menunjukkan masih ada atau tidaknya komponen anorganik yang tertinggal di dalam pektin setelah pembakaran. Komponen anorganik dapat berupa kalsium dan magnesium yang terhidrolisis bersama protopektin. Kadar abu berpengaruh pada tingkat kemurnian pektin. Semakin kecil kadar abu, maka kemurnian pektin akan semakin baik. Batas maksimum nilai kadar abu yang diizinkan yaitu 10 % (Food Chemical Codex, 1996). Dari hasil analisa untuk pektin kulit pisang, didapat kadar abu sebesar 4,52 % dan masih memenuhi standar. Derajat esterifikasi merupakan persentase jumlah residu asam D-galakturonat yang gugus karboksilnya teresterifikasi dengan etanol (Whistler dan Daniel, 1985). Semakin tinggi derajat esterifikasi maka kemampuan pembentukan gel semakin baik. Dari hasil analisa, pektin kulit pisang kepok memiliki derajat esterifikasi sebesar 72,222%. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Kadar pektin yang didapatkan dari hasil penelitian ini berkisar antara 1,9565% - 8,4563% untuk ekstraksi dengan asam klorida dan 1,2481% - 6,3578% untuk ekstraksi dengan asam asetat. 2. Sampel terbaik yang didapatkan dari penelitian ini adalah sampel yang menggunakan pelarut asam klorida yakni sebesar 8,4563% sedangkan sampel dengan pelarut asam asetat pada konsentrasi yang sama adalah sebesar 6,3578% untuk pelarut asam asetat. 3. Kadar pektin terbanyak yang didapatkan pada waktu ekstraksi 1,5 jam dan temperatur 80 o C yaitu 8,4563%. 4. Pektin dari kulit pisang kepok dengan kondisi terbaik memiliki berat ekivalen 1250, kadar metoksil sebesar 6,448 %, kadar asam galakturonat sebesar 50,688 %, kadar air sebesar 11,2%, kadar abu sebesar 4,52 % dan derajat esterifikasi sebesar 72,222 %. Saran 1. Sebaiknya penelitian ekstraksi menggunakan variasi kulit pisang kepok berdasarkan derajat kematangan pisang. 2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penambahan variabel waktu dan suhu sehingga didapat jumlah pektin yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Akhmalludin dan Arie Pembuatan Pektin dari Kulit Cokelat dengan Cara Ekstraksi. Jurnal Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Anindita dan Fransisca Perancangan Awal Pabrik Pektin dari Albedo Kulit Jeruk. Jurnal Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan. Food Chemical Codex Pektins. reviews.org/doi/abs/ /annurev.bi Kertesz, Z. I.,(1951), The Pectic Substances, Interscience Publisher Inc., New York. Muhidin, dudung Agroindustri Papain dan Pektin. Penebar Swadaya : Jakarta. Othmer, Kirk, (1967), Encyclopedia of Chemical Technolog,Edisi 2, vol 14, John Wiley and Sons, Inc. Pigman, W. W Advance In Carbohydrat Chemistry, Vol. 2. London Academic Press. Rany dan Titok Pengaruh Jenis Pelarut, Waktu dan ph Terhadap Efisiensi produksi Pektin dari Ekstraksi Kulit Jeruk Nipis. Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Rati dan Ria Ekstraksi Pektin dari Umbi Wortel. Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 36

10 Wong, Dominic W. S Mechanisme and Theory in Food Chemistry. New York Van nostrad Reinhold. Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page 37

PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR, DAN JENIS PELARUT TERHADAP EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA)

PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR, DAN JENIS PELARUT TERHADAP EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA) PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR, DAN JENIS PELARUT TERHADAP EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT JERUK BALI (CITRUS MAXIMA) Andreas Sulihono, Benyamin Tarihoran, Tuti Emilia Agustina * Jurusan Teknik Kimia Fakultas

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER Haryono, Dyah Setyo Pertiwi, Dian Indra Susanto dan Dian Ismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH KULIT PISANG MENJADI PEKTIN DENGAN METODE EKSTRAKSI

PENGOLAHAN LIMBAH KULIT PISANG MENJADI PEKTIN DENGAN METODE EKSTRAKSI PENGOLAHAN LIMBAH KULIT PISANG MENJADI PEKTIN DENGAN METODE EKSTRAKSI Berry Satria H., Yusuf Ahda Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 5039,

Lebih terperinci

EKSTRAKSI PEKTIN PADA KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (HYLOCEREUS COSTARICENCIS) DENGAN VARIASI SUHU EKTRAKSI DAN JENIS PELARUT

EKSTRAKSI PEKTIN PADA KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (HYLOCEREUS COSTARICENCIS) DENGAN VARIASI SUHU EKTRAKSI DAN JENIS PELARUT Jurnal Ilmiah Teknik Kimia UNPAM, Vol. 1 No. 2 (Juli, 2017) ISSN 2549-0699 EKSTRAKSI PEKTIN PADA KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (HYLOCEREUS COSTARICENCIS) DENGAN VARIASI SUHU EKTRAKSI DAN JENIS PELARUT Extraction

Lebih terperinci

PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI

PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT COKELAT DENGAN CARA EKSTRAKSI Akhmalludin dan Arie Kurniawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 59, Telp/Fax:

Lebih terperinci

EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca)

EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) Farida Hanum, Martha Angelina Tarigan, Irza Menka Deviliany Kaban Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia dengan angka sebesar ton pada tahun Durian (Durio

TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia dengan angka sebesar ton pada tahun Durian (Durio TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Buah Durian Sumatera Utara adalah salah satu provinsi penghasil buah durian terbesar di Indonesia dengan angka sebesar 79.659 ton pada tahun 2011. Durian (Durio zibethinus)

Lebih terperinci

EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT MANGGA

EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT MANGGA EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT MANGGA Prasetyowati, Karina Permata Sari, Healty Pesantri Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk buah terpopuler di negara-negara ASEAN. Buah khas daerah tropis ini

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk buah terpopuler di negara-negara ASEAN. Buah khas daerah tropis ini TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tentang Durian Menurut Untung (2008), durian (Durio zibethimus) termasuk buah terpopuler di negara-negara ASEAN. Buah khas daerah tropis ini termasuk ordo Malvaceae, family

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kata pektin berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengental atau menjadi padat. Pektin merupakan seyawa turunan polisakarida yang kompleks dengan berat molekul 105.000-125.000

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU PEKTIN KULIT PISANG KEPOK

PENGARUH SUHU DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU PEKTIN KULIT PISANG KEPOK WAHANA INOVASI VOLUME 6 No.2 JULI-DES 2017 ISSN : 2089-8592 PENGARUH SUHU DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU PEKTIN KULIT PISANG KEPOK Mhd. Nuh Dosen Fakultas Pertanian UISU, Program Studi Teknologi Hasil

Lebih terperinci

EKSTRAKSI PEKTIN DARI BERBAGAI MACAM KULIT JERUK

EKSTRAKSI PEKTIN DARI BERBAGAI MACAM KULIT JERUK Perina: EKSTRAKSI PEKTIN DARI BERBAGAI MACAM KULIT JERUK 1 EKSTRAKSI PEKTIN DARI BERBAGAI MACAM KULIT JERUK Irene Perina 1), Satiruiani 1), Felycia Edi Soetaredjo 2), Herman Hindarso 2) Email : fely@mail.wima.ac.id

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING Aris Kurniawan dan Haryanto Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman yang berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman yang berasal 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Semangka Tanaman semangka (Citrullus vulgaris) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika yang merupakan salah satu tanaman holtikultura yang sangat digemari masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah, BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,

Lebih terperinci

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies 4. PEMBAHASAN Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jeruk keprok Malang yang masih mentah. Hal ini disebabkan karena pada buah yang belum matang lamella belum mengalami perubahan struktur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI HCl DAN Ph PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI ALBEDO DURIAN DAN APLIKASINYA PADA PROSES PENGENTALAN KARET

PENGARUH KONSENTRASI HCl DAN Ph PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI ALBEDO DURIAN DAN APLIKASINYA PADA PROSES PENGENTALAN KARET PENGARUH KONSENTRASI HCl DAN Ph PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI ALBEDO DURIAN DAN APLIKASINYA PADA PROSES PENGENTALAN KARET Yuli Ristianingsih *), Iryanti Fatyasari Nata, Dian Sylvana Anshori dan I Putu Andhika

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI HCl UNTUK PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT JERUK BALI (Citrus maxima)

PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI HCl UNTUK PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) Jurnal Teknologi Kimia Unimal 6 :1 (Mei 2017) 33-44 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ojs.unimal.ac.id/index.php/jtk Jurnal Teknologi Kimia Unimal PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI DAN KONSENTRASI HCl UNTUK

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PELARUT HCl PADA EKTRAKSI PEKTIN DARI KULIT PISANG AMBON

PENGARUH KONSENTRASI PELARUT HCl PADA EKTRAKSI PEKTIN DARI KULIT PISANG AMBON Konversi, Volume 4 No. 2, Oktober 2015 PENGARUH KONSENTRASI PELARUT HCl PADA EKTRAKSI PEKTIN DARI KULIT PISANG AMBON Fakhrizal *), Rizqi Fauzi dan Yuli Ristianingsih Program Studi Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU PEKTIN DARI KULIT DURIAN

PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU PEKTIN DARI KULIT DURIAN PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP MUTU PEKTIN DARI KULIT DURIAN (Effect of ExtractionTime on the Quality of Durian peel Pectin) Lenty Artha Siregar 1,2), Rona J Nainggolan 1, Mimi Nurminah 1 1) Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PEKTIN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KULIT PISANG MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI

KARAKTERISASI PEKTIN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KULIT PISANG MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI KARAKTERISASI PEKTIN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KULIT PISANG MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI Abubakar Tuhuloula *) Lestari Budiyarti **), Etha Nur Fitriana ***) Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN EKSTRAKSI PEKTIN DARI LIMBAH JERUK RIMAU GERGA LEBONG (JERUK RGL) DAN JERUK KALAMANSI

KAJIAN EKSTRAKSI PEKTIN DARI LIMBAH JERUK RIMAU GERGA LEBONG (JERUK RGL) DAN JERUK KALAMANSI AGROINTEK Volume 11, No. 2 Agustus 217 68 KAJIAN EKSTRAKSI PEKTIN DARI LIMBAH JERUK RIMAU GERGA LEBONG (JERUK RGL) DAN JERUK KALAMANSI Yessy Rosalina 1, Laili Susanti 1 dan Noveriani Br Karo 2 1) Dosen

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan 5.1.1 Alat yang digunakan Tabel 3.1 Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Sendok

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Waktu pada Proses Ekstraksi Pektin Dari Kulit Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus)

Pengaruh Suhu dan Waktu pada Proses Ekstraksi Pektin Dari Kulit Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Pengaruh Suhu dan Waktu pada Proses Ekstraksi Pektin Dari Kulit Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Ahmad Syamsun Injilauddin *, Musthofa Lutfi dan Wahyunanto Agung Nugroho Jurusan Keteknikan Pertanian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet. BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. Sendok 2. Ember 3. Pipet 2 buah 4. Pengaduk 5. Kertas ph Secukupnya 6. Kaca arloji 2 buah 7. Cawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pisang merupakan buah yang umum ditemui di Indonesia. Badan Pusat statistik mencatat pada tahun 2012 produksi pisang di Indonesia adalah sebanyak 6.189.052 ton. Jumlah

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap : 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap : Tahap I Tahap II Tahap III : Analisa terhadap bahan dasar : Pemasakan dengan proses soda : Analisa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4. 1 BAB V METODOLOGI 5.1 Bahan-bahan dan Alat yang Digunakan 5.1.1 Alat yang digunakan : No. Alat Ukuran Jumlah 1. Digester - 1 Buah 2. Pengaduk - 1 Buah 3. Kertas PH - Secukupnya 4. Gunting - 1 Buah 5.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp.

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp. BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp. Maizena Awal Akhir 2. Gelatinasi Pati Suspesni Sel Panas Sel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI TERBAIK DALAM PEMBUATAN PEKTIN DARI LIMBAH BUAH NANGKA (JERAMI DAN KULIT)

PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI TERBAIK DALAM PEMBUATAN PEKTIN DARI LIMBAH BUAH NANGKA (JERAMI DAN KULIT) PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI TERBAIK DALAM PEMBUATAN PEKTIN DARI LIMBAH BUAH NANGKA (JERAMI DAN KULIT) THE BEST SOLVENT AND EXTRACT DURATION IN MAKING PECTIN FROM WASTE OF JACKFRUIT (BARK AND STRAW) Athika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I-1 BAB I. PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memi1iki banyak sekali kekayaan alam yang berpotensi sebagai penghasil berbagai macam jenis buah, salah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan bahan yang digunakan 5.1.1 Alat Tabel 4. Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 5.1.2 Bahan Sendok Pipet

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengisi, bahan perekat pada selai dan jeli, bahan penambah gizi dan stabilizer

BAB I PENDAHULUAN. pengisi, bahan perekat pada selai dan jeli, bahan penambah gizi dan stabilizer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini penggunaan zat pengental dalam industri pangan dan farmasi semakin meningkat seiring meningkatnya kebutuhan manusia yang bervariasi. Peranan zat pengental

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI KULIT BUAH PAPAYA DENGAN PELARUT HCL 0,1N PADA PEMBUATAN PEKTIN

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI KULIT BUAH PAPAYA DENGAN PELARUT HCL 0,1N PADA PEMBUATAN PEKTIN Pengaruh Suhu Ekstraksi Kulit Buah Papaya Dengan Pelarut Hcl 0,1n Pada Pembuatan Pektin (Krisnayanti, Syamsudin) PENGARUH SUHU EKSTRAKSI KULIT BUAH PAPAYA DENGAN PELARUT HCL 0,1N PADA PEMBUATAN PEKTIN

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN KARBOHIDRAT KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk dan pembuatan

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Pengaruh ph dan Waktu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Pektin dari Kulit Coklat

Pengaruh ph dan Waktu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Pektin dari Kulit Coklat Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 (November 215) 27-35 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ic.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal Pengaruh ph dan Waktu Ekstraksi Terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

VARIASI TINGKAT KEASAMAN DALAM EKSTRAKSI PEKTIN KULIT BUAH DURIAN VARIATION IN THE EXTRACTION PECTIN ACIDITY LEVEL DURIAN FRUIT SKIN

VARIASI TINGKAT KEASAMAN DALAM EKSTRAKSI PEKTIN KULIT BUAH DURIAN VARIATION IN THE EXTRACTION PECTIN ACIDITY LEVEL DURIAN FRUIT SKIN VARIASI TINGKAT KEASAMAN DALAM EKSTRAKSI PEKTIN KULIT BUAH DURIAN VARIATION IN THE EXTRACTION PECTIN ACIDITY LEVEL DURIAN FRUIT SKIN Gunawan Ardiansyah 1 Faizah Hamzah 2 and Raswen Efendi 2 Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan 1 Persiapan bahan baku 2 Proses Hidrolisis Melarutkan 100 gr kulit pisang yang telah halus

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembutan sabun transparan ialah : III.1.1 ALAT DAN BAHAN A. Alat : a. Kompor Pemanas b. Termometer 100 o C c.

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. SELAI PEPAYA 1. PENDAHULUAN Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. Konsistensi gel atau semi gel pada selai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kakao Tanaman kakao merupakan salah satu anggota genus theobroma. Secara garis besarnya, sistematika kakao adalah : Divisio : Spermatophyta Kelas : Docutyledone Ordo

Lebih terperinci

METODE PENCUCIAN DAN PENYARINGAN PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT DURIAN

METODE PENCUCIAN DAN PENYARINGAN PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT DURIAN METODE PENCUCIAN DAN PENYARINGAN PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI KULIT DURIAN (Washing Methods and Filtration on the Extraction of Durian Peel Pectin) Karen Darmawan *1, Rona J. Nainggolan 1, Lasma Nora Limbong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6 DATA PENGAMATAN Data uji gugus karboksil ph Waktu ( menit ) Uji Gugus Karboksil Volume titran ( ml ) 1 2 3 30 0,5 0,4 0,5 6 60 0,3 0,5 0,7 90 0,5 0,6 0,6 120 0,5 0,5 0,6 30 0,5 0,5 0,6 7 60 0,6 0,5 0,7

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu Sargassum polycystum, akuades KOH 2%, KOH 10%, NaOH 0,5%, HCl 0,5%, HCl 5%,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh:

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L. LAMPIRAN Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) 47 Lampiran. Oven Lampiran 4. Autoklaf 48 Lampiran 5. Tanur Lampiran

Lebih terperinci

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan. Penentuan kadar serat kasar Kadar serat kasar dianalisa dengan menggunakan metode Sudarmadji dkk, 1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml kemudian ditambahkan 200 ml H 2 SO4

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan berkembangnya dunia industri, ikut andil bagian dalam menyebabkan pencemaran lingkungan (Giyatami, dkk. 2008). Pencemaran lingkungan oleh logam berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pembuatan

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci