A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN DAN SUMMARY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN DAN SUMMARY"

Transkripsi

1 A. LAPORAN HASIL PENELITIAN RINGKASAN DAN SUMMARY Pembentukan sambungan las komposit logam Al-Si/partikel SiC, TiC dan WC pada paduan Al-Si melalui pengelasan adukan gesek (Friction Stir Welding) pada kondisi setengah padat dilakukan dalam penelitian ini. Paduan Al-Si yang digunakan adalah paduan hipoeutektik Al-Si standard Industri Jepang (Japan Industrial Standard) JIS AC4C dan ADC12 yang banyak digunakan untuk bahan cor komponen otomotif. Pekakas las untuk penelitian ini berbahan baja kecepatan tinggi (High Speed Steel) dengan bentuk punggung rata berpin ujung kerucut. Kecepatan putar pekakas las dalam peneliti ini sekitar 1200 rpm dengan gerak translasi antara 7-8 mm per menit. Jumlah partikel SiC, TiC dan WC sekitar 20, 40 dan 60%volum berdiameter maksimal 44 m (325 mesh) ditambahkan ke dalam bagian adukan las (stir zone). Penambahan partikel keramik tersebut pada paduan Al-Si akan membentuk komposit matrik logam Al-Si/partikel keramik oksida. 1

2 PRAKATA Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT dan karena berkat rahmat dan hidayahnya, penelitian Pembentukan Sambungan Las Komposit Al-Si/Partikel Oksida, Karbida dan Nitrida pada Paduan Hipoeutektik Al-Si telah dapat dilaksanakan dalam tahun Berkat bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka penelitian ini dapat berlakukan. Untuk itu, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada: 1. Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi yang telah menyediakan dana melalui hibah kompetensi. 2. Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Dr. E.S. Margianti SE MM, yang selalu mendorong agar terlaksananya penelitian ini. 3. Kepala Lembaga Penelitian, Dr. Hotniar Siringoringo atas dukungan dan dorongan selama melaksanakan penelitian ini. 4. Pihak-pihak yang membantu pelaksanaan penelitian ini baik langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini merupakan penelitian tahap kedua dari tiga tahap yang diusulkan. Semoga dapat dimamfaatkan oleh berbagai pihak yang memerlukannya. Syahbuddin Dody Yuniardi 2

3 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN A. LAPORAN HASIL PENELITIAN 1 RINGKASAN DAN SUMMARY 1 PRAKATA 2 DAFTAR ISI 3 DAFTAR GAMBAR 4 DAFTAR TABEL 6 BAB I. PENDAHULUAN 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III. TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN 17 BAB IV. METODE PENELITIAN 18 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB VI. KESIMPULAN 39 DAFTAR PUSTAKA 130 B. LAMPIRAN 133 3

4 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1. Paduan cor Al-Si komersial a) diagram fasa kesetimbangan Al-Si, strukturmikro paduan b) hipoeutektik, c) eutektik dan d) hipereutektik (Davis,2004) Gambar 2. Mikrostruktur paduan Al-17%Si a) sesudah dan b) sebelum modifikasi (Davis,2004) Gambar 3. Pengelasan adukan gesek (friction stir welding) (Noris,2002) Gambar 4. Bagian sambungan las paduan Al-Si cor setelah di las adukan gesek (Nandan,2008) Gambar 5. Mesin milling yang digunakan untuk proses las gesek Gambar 6. Dimensi mata pahat las Gambar 7, Mata pahat las berbahan a) baja kecepatan tinggi dan b) baja pekakas H Gambar 8. Skematik alur penelitian sambungan las komposit matrik paduan Al dengan penguat partikel oksida Gambar 9. Foto strukturmikro logam induk dari a) AC4C dan b) ADC Gambar10. Foto yang menunjukkan strukturmikro bagian pengaruh panas termomekanik antara logam induk dan bagian adukan gesek dari paduan a) AC4C dan b) ADC

5 11. Gambar 11. Foto strukturmikro bagian adukan dari logam induk AC4C untuk a) 1, b) 2, c) 3 dan d) 4 kali lewat pengelasan Gambar 12.. Foto strukturmikro bagian adukan dari logam induk ADC12 untuk a) 1, b) 2, c) 3 dan d) 4 kali lewat pengelasan Gambar13. Profile kekerasan sambungan las a) paduan AC4CH dan b) padun ADC12 dengan penguat 20, 40 dan 60%Vol 325 mesh SiC

6 DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. Komposisi kimia paduan Al seri JIS AC4C dan ADC12 (%) Tabel 2. Pengelasan paduan Al JIS AC4C dan JIS ADC12 dengan dan tampa isian SiC, TiC dan WC 20 6

7 BAB I. PENDAHULUAN Energi yang menjadi ukuran kesejahteraan suatu negara makin hari makin mahal karena permintaan atas energi meningkat setiap tahunnya. Perubahan harga energi dapat membuat gejolak ekonomi suatu negara. Salah satu usaha yang dilakukan adalah melaksanakan penghematan energi segala sektor termasuk sektor tranportasi, yang merupakan penguna energi terbesar kedua setelah sektor industri. Untuk itu, disamping efesiensi proses pembakaran, saat ini, alat transportasi cenderung dibuat lebih ringan tampa menurunkan tingkat keamanan dan spesifikasi lainnya. Karena itu, bahan yang ringan seperti Al, Mg dan Ti banyak digunakan sebagai bahan komponen-komponen alat transportasi. Beberapa komponen seperti mesin, piston, velek, rumah transmissi telah mengunakan logam Al dan Mg sebagai penganti besi dan baja. Pembentukan komponen-komponen alat transportasi banyak dilakukan dengan proses pemesinan dan pengelasan, disamping proses pembentukan lainnya. Sebaliknya, komponen produk hasil cor jarang mengunakan proses pengelasan karena rendahnya sifat mekanik sambungan las. Disamping itu, produk hasil cor sering mengandung banyak cacat seperti porositas, blowhole, shringkage yang dapat menurunkan sifat dan unjuk kerja produk tersebut. Akibatnya, produk cor relatip getas dan mudah retak, pecah dan patah bila mengalami beban yang berlebihan. Umumnya, bahan paduan Al yang digunakan untuk produk cor adalah paduan hipoeutektik Al-Si. Paduan ini mempunyai sifat mampu cor yang baik, keras, kuat dan konduktivitas panasnya tinggi tetapi getas sesuai dengan tingginya kandungan Si pada paduan (Davis,2004). Disamping itu, Si pada paduan dapat diperhalus dengan penambahan sedikit P. Biasanya cacat dan kerusakan pada produk cor berbahan paduan Al-Si tidak dapat diperbaiki. Beberapa usaha perbaikan dilakukan dengan proses pengelasan fusi termasuk pengelasan busur listrik dan pengelasan dengan mengunakan gas pelindung belum memberikan hasil yang optimal (Mathers,2002). Disamping itu, lapisan oksida pada permukaan aluminium yang terbentuk akibat reaksi dengan udara disekitarnya mempunyai titik lebur tinggi. Akibatnya, pengelasan pada bahan aluminium sulit dilakukan. Pada tahun 1991, The Welding Instititute di Inggris mengembangkan cara baru dalam proses pengelasan, yaitu 7

8 pengelasan adukan gesek (friction stir welding) (Thomas,1991). Teknik pengelasan ini diuji coba paduan Al wrough seperti paduan seri 2xxx, 5xxx, 6xxx serta 7xxx memberikan hasil lebih baik dan cacat porositas, blowhole, shringkage dan tegangan sisa yang dihasilkan relatip rendah (Khaled,2005). Disamping itu, konsumsi tenaganya rendah, tidak ada gas hasil pengelasan dan dapat menyatukan dua bahan yang berbeda. Disamping industri otomotif, potensi penerapan teknologi meliputi industri perkapalan, kereta api, pesawat terbang dan pesawat ruang angkasa (Shercliff, 2005;Mossman, 2002; Reddy,2006; Kumbhar,2008). 8

9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA - Paduan Al-Si Kadar Si dalam paduan Al-Si yang digunakan untuk membuat komponen otomotif sangat bervariasi. Berdasarkan diagram fasa kesetimbangan untuk sistem Al-Si (Davis,2004), sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1, kelarutan Al dalam Si sangat terbatas hanya mencapai sekitar 0,0016% pada 577 C, sedangkan maksimum Si larut dalam Al sekitar 1,65%. Bila dilihat pada diagram, reaksi yang terjadi dalam sistem Al-Si hanya terdapat reaksi eutektik pada komposisi 12,6%Si pada 577 C, yaitu Cair Al- + Si-. (1) Berdasarkan komposisi eutektik tersebut, maka paduan Al-Si dapat dikategorikan sebagai Paduan eutektik Al-Si, yang kandungan Si sebesar 12,6 % dan terbentuk langsung dari pendinginan cairan paduan Al-Si. Paduan hipoeuetektik Al-Si, mengandung Si < 12,6% dengan fasa Al- utama Paduan hipereutektik AlSi, mengandung Si > 12,6% dengan fasa Si- utama. Strukturmikro paduan-paduan tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Stukturmikro paduan eutektik Al-Si disusun oleh lamel-lamel antara fasa Al- dan Si- berbentuk fiber halus (fasa eutektik) (1.c). Pada paduan Al-Si hipoeutektik, fasa utama Al- berbentuk dendritik disekelilingi oleh fasa eutektik (1.b), sebaliknya pada paduan hipereutektik Al-Si, partikel Si- berbentuk fiber kasar dan pelat tersebar diantara fasa eutektik (1.d). - Modifikasi Strukturmikro Paduan 9

10 Untuk meningkatkan sifat-sifat paduan hipereutektik Al-Si, strukturmikro paduan dimodifikasi dengan memperhalus partikel Si utama dan mengubah fasa eutektik tampa struktur dendritik. Modifikasi tersebut dilakukan dengan memanbahkan unsur-unsur kimia tertentu kedalam paduan, proses pengadukan secara mekanik, proses pembentukan dan perlakuan panas. Gambar 1. Paduan cor Al-Si komersial a) diagram fasa kesetimbangan Al-Si, strukturmikro paduan b) hipoeutektik, c) eutektik dan d) hipereutektik (Davis,2004). 10

11 - Memperhalus Partikel Si Penghalusan partikel Si utama dilakukan dengan penambahan unsur kimia tertentu kedalam paduan Al-Si. Beberapa bahan yang digunakan untuk memperhalus partikel Si adalah Sr, Sb Ca, dan P (Xu,2007, Yoa,2003) baik berbentuk paduan master atau tablet. Penambahan bahan kimia yang populer di industri pengecoran Al-Si adalah dengan penambahan P. Penambahan tersebut dapat menghalusan partikel Si utama dan eutektik Si. Sebagai contoh, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2, penambahan P pada paduan dapat mengubah partikel Si utama pada strukturmikro paduan Al-17%Si menjadi lebih halus dibandingkan sebelum ditambahkan P. Gambar 2. Mikrostruktur paduan Al-17%Si a) sesudah dan b) sebelum modifikasi (Davis,2004) Sebuah penelitian (Song,2004) mengunakan paduan Al-2,5%P berbentuk tablet untuk memperhalus partikel Si utama dalam paduan hipereutektik Al-Si. Jumlah P sekitar 0,02% effektif menghaluskan partikel Si dari m menjadi sekitar 15 m pada 800 C. Penelitian lain penambahan paduan master berupa paduan Al0,4P10Ti20TiC10Nd2O3 atau Al0,4P10Ti20TiC kedalam paduan Al-20%Si pada 11

12 850 C (Xu,2007). Proses tersebut memodifikasi partikel Si utama berukuran 150 m masing-masing menjadi sekitar 20 dan 38 m untuk waktu tahan 10 menit. Penambahan P pada peneliti-peneliti tersebut diatas dilakukan pada kondisi cair. Proses ini membutuhkan energi yang lebih besar untuk menghaluskan partikel Si. Penghalusan partikel Si utama pada paduan hipereutektik dilakukan dengan proses pengadukan secara manual, elektromagnit dan ekstrusi. Pengadukan secara manual dilakukan pada kondisi paduan cair atau setengah padat. Penelitian dengan cara pengadukan manual 550 rpm selama proses pendinginan cairan hingga setengah padat mampu menghaluskan partikel Si utama pada paduan Al-30%Si, Al-40%Si dan Al- 50%Si masing-masing menjadi 380, 610 dan 220 m (Diewwanit,1996). Disamping itu, Pengadukan dengan cara elektromagnetik berarus 8 A membuat partikel Si yang berukuran besar, 850 m, menjadi sekitar 45 m (Lu,20076). Sedangkan proses ekstrusi paduan Al20Si5Fe3Ni1,5Cu1,5Mg dengan perbandingan 10:1, 14:1 dan 28:1 pada 450 C mengubah partikel Si berukuran diameter 5-10 m menjadi lebih kecil dari 5 m (Baiging,2003). Sama hal dengan penghalusan partikel secara kimia, pengadukan secara mekanik dilakukan pada kondisi paduan cair. Cara lain untuk penghalusan partikel Si utama adalah dengan proses pendinginan. Melalui proses thixoforming, partikel Si pada paduan Al A390 dapat berukuran 30 m (Kapranos,2003). Paduan Al-25%Si hasil pembentukan semprot sebelum diektrusi mempunyai partikel Si berdiameter 6 m dan berubah menjadi 2 m setelah diekstrusi (Ha,2003). Proses pembekuan cepat dengan dengan variasi jarak semprotan 300 dan 450 mm paduan Al-18%Si masing-masing menyebabkan Si utama berukuran sekitar 3,5-7,0 m dan 4,5-8,0 m (Srivastava,2004). Proses pembentukan dengan cara semprot paduan Al-25%Si, Al-35%Si dan Al-45%Si membentuk partikel Si sekitar 2,1, 5,7 dan 7,3 m pada matrik Al- Chiang,2005). Sedangkan hasil deposisi bubuk paduan cara semprot Al21Si2Ni1Cu0,75Mg membuat partikel Si utama sekitar 2 m (Laha,2004). Prosesproses tersebut membentuk partikel Si dengan pendinginan cepat. Hasilnya partikel Si dalam keadaan intensitas stress tinggi di dalam matrik Al-. 12

13 Modifikasi fasa eutektik pada paduan Al-Si hipereutektik yang terdiri dari Si eutektik dan Al- juga mengunakan cara-cara yang diatas. Unsur Na dan Sr dapat memodifikasi Si eutektik berbentuk acicular menjadi fiber pada matrik Al- (Bian,2000). Fasa eutektik paduan Al-16%Si berbentuk jarum Si eutektik dalam matrik Al- tampa partikel Si utama setelah didinginkan dalam proses single roller melt-spinning technique (Uzun,2004). - Pengelasan Adukan Gesek Paduan Al Pengelasan adukan gesek merupakan pengelasan dalam kondisi padat (solidstate). Pengelasan ini dapat menyambung sisi dua buah lempengan yang disejajarkan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Pekakas las berbentuk silinder yang ujungnya terdiri punggung (shoulder) untuk menekan bagian las dan pin untuk mengaduk bagian sambungan las. Pekakas las diputar dengan kecepatan antara rpm dengan pin diposisikan antara bagian yang akan disambung. Gesekan antara pin dan logam dapat mencapai hingga temperatur 1200 C sehingga logam disekelilingnya menjadi plastis dan proses adukan akan terjadi. Punggung pekakas las ditekan pada permukaan bagian las dan bergerak kearah bagian sambungan lain dengan kecepatan antara 0,5-2 mm per detik. Gambar 3. Pengelasan adukan gesek (friction stir welding) (Noris,2002) 13

14 Untuk mendapatkan hasil las yang optimal, bahan dan bentuk punggung serta pin didesign sedemikian rupa. Bahan pekakas las yang digunakan tergantung kepada logam yang akan disambung. Pekakas las berbahan seperti baja kecepatan tinggi (HSS), baja pekakas H13, dan D3 digunakan untuk menyambung logam Al, Mg dan Cu, sedangkan bahan tungsten (W), paduan tungsten seperti tungsten karbida (WC), tungsten rehenium (W-25%Re) dan polycrystal cubic boron nitrate (PCBN) digunakan untuk menyambung logam yang lebih keras seperti baja, nikel dan titanium (Li,2004; Sorensen,2007; Cui,2007; Nandan,2007; Ozekein,2004). Bentuk pekakas las juga bervariasi seperti punggung rata, bergelombang dan mangkok terbalik dikombinasikan dengan pin berbentuk selinder, kerucut dan oval dengan permukaan rata. ulir dan kombinasinya (Sorensen,2007; Khaled,2005). Strukturmiro hasil las adukan gesek yang terdiri dari daerah bagian adukan (Stir Zone), bagian pengaruh panas secara termomekanik (Thermomechanical Affected Zone) dan bagian pengaruh panas (Heat Affected Zone), sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4. Bagian adukan (SZ) mengalami laju tegangan dan regangan tertinggi serta temperaturnya juga tinggi. Kombinasi ini menyebabkan bagian ini terjadi rekristalisasi dinamik. Strukturmikro bagian adukan ini sangat tergantung pada bentuk pekakas las, kecepatan rotasi dan translasi, tekanan dan kharakteristik bahan yang akan disambung (Bhadeshia,2003). Disamping itu, bagian ini juga merupakan bagian yang terdeformasi. Pada bagian pengaruh panas secara termodinamik (TMAZ) terjadi pengkasaran penguat presipitat tetapi tidak ada rekristalisasi dinamik. Sedangkan panas pada bagian pengaruh panas (HAZ) selama pengelasan panasnya hanya menumbuhkan butir-butir saja (gambar 4). Bila secara umum sambungan logam hasil las mensyaratkan kekerasan dan kekuatan yang sama atau lebih dibandingkan dengan logam induknya, disamping tegangan sisa yang rendah. Sebaliknya, sambungan las paduan Al-Si hasil pengelasan masih. mempunyai kekerasan dan kekuatan rendah dibandingkan dengan logam induknya. Disamping itu, tegangan sisa tetap tinggi. Karena itu, sambungan las paduan ini tidak sekuat logam induknya dan mudah patah. Pengelasan adukan gesek telah dicoba 14

15 untuk beberapa paduan Al. Walaupun sifat plastis menjadi lebih baik dan dapat mencapai 2000% (Liu,2009), tetapi kekuatan dan kekerasan relatip tetap atau lebih rendah dibandingkan dengan logam induknya (Liu,2009, Garcia-Bernal,2009, Charit,2003). Perubahan sifat ini dikarenakan butir-butir penyusun paduan jauh lebih halus, disamping partikel penguatnya menjadi lebih kasar. Disisi lain, penelitian pengelasan adukan gesek untuk membentuk komposit metal matrik dengan penguat partikel keramik menunjukkan bahwa bagian sambungan las lebih kuat dibandingkan dengan logam induknya (Wang,2009, Lim,2009, Lee,2008). Akan tetapi, informasi sambungan las komposit matrik logam Al-Si sangat terbatas, walaupun jumlah bahan ini banyak digunakan untuk produk cor dalam industri transportasi. Untuk itu, penelitian ini memcoba memperbaiki sifat mekanik sambungan las tersebut dengan mengubah bagian adukan las berupa paduan Al dengan serpihan Si halus dicoba dikombinasi dengan partikel penguat Oksida, Karbida dan Nitrida hingga berbentuk komposit matrik logam berpenguat partikel keramik pada kondisi setengah padat sehingga jumlah porositas, shringkage rendah dan paduan lebih homogen. Hasilnya diharapkan sambungan las akan mempunyai sifat mekaniknya sama dan lebih keras dan kuat dibandingkan logam induknya seperti yang disyaratkan untuk sambungan las. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan a). membuat sambungan las komposit matrik logam keramik, Al-Si/partikel Oksida, Karbida dan Nitrida pada paduan hipoeutektik Al-Si, b). membuat paduan setengah padat Al-Si yang ringan, keras, kuat, tahan gesek dan konduktivitas tinggi and c). mengembangkan cara baru pembuatan komposit matrik logam-partikel penguat keramik melalui kombinasi teknik adukan gesek, penghalusan partikel secara kimia pada kondisi setengah padat. 15

16 Gambar 4. Bagian sambungan las paduan Al-Si cor setelah di las adukan gesek (Nandan,2008). Teknologi pembentukan sambungan las ini dapat diterapkan untuk a). perbaikan cacat seperti porositas, sringkage hasil produksi komponen otomotip berbahan Al-Si, b). perbaikan retak, pecah dan patah untuk komponen alat transportasi darat berbahan paduan Al-Si seperti mesin, velek, rumah transmissi, rumah rem, disamping untuk pelat paduan Al pada alat transportasi darat, seperti kereta api, transpotasi laut seperti kapal laut dan transportasi udara seperti pesawat terbang dan pesawat ruang angkasa. 3. Uraian kegiatan yang telah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan Saat ini, sedang dilakukan penelitian untuk beberapa mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Gunadarma tentang pengelasan adukan gesek untuk paduan hipoeutektik Al- Si ADC12. Kegiatan tersebut diharapkan dapat dilanjutkan dengan penelitian pengelasan adukan gesek berbahan komposit matrik paduan Al-Si/partikel penguat keramik oksida, karbida dan nitrida untuk paduan hipoeutektik Al-Si seperti AC4C dan ADC12 yang banyak digunakan untuk komponen otomotif. 16

17 BAB III. TUJUAN DAN MAMFAAT PENELTIAN Tujuan dan mamfaat penelitian ini adalah - Sambungan las berbahan komposit dan - Teknologi pengelasan adukan gesek (friction stir welding) pada kondisi setengah padat paduan hipoeutektik Al-Si dikombinasikan dengan penghalusan serpihan Si cara mekanik dan kimia. Luaran kegiatan ini antara lain adalah: - Publikasi ilmiah - Buku ajar - Teknologi pengelasan adukan gesek untuk sambungan komposit - Paduan Al dengan kandungan Si tinggi - Komposit Al-Si/(Si) p, dan Al-Si/(SIC) p, (TiC) p dan (WC) p. - Pekakas las adukan gesek berbahan baja kecepatan tinggi (high speed steel), baja pekakas (tool steel) H13 dan tungsten (W) atau paduan tungsten karbida (WC). 17

18 BAB IV. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan untuk disambung dalam penelitian adalah paduan Al seri JIS AC4C, dan JIS ADC12. Kedua bahan ini dikategorikan sebagai paduan Al Hipoeutektik yang diperuntukan untuk bahan cor. Komposisi kimia paduan cor Al ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia paduan Al seri JIS AC4CH dan JIS ADC12 (%berat) Si Cu Mg Fe Mn Ni Zn Pb Ti Al JIS AC4CH 6,9 0,01 0,25 0,14 0,01 0,09 Bahan utama JIS ADC12 9,6-12,0 1,5-3,5 0,3 1,3 0,5 0,5 1 0,1 0,2 Bahan utama Isian untuk membentuk komposit matrik paduan logam berpenguat partikel oksida pada sambungan las adalah bubuk SiC, TiC dan WC, berukuran maksimal sekitar 44 m (325 mesh). Paduan Al dipotong hingga berukuran kupon 50x20x5 mm. Kemudian kuponkupon tersebut dipanaskan dalm tungku pada 250 C untuk waktu 1 jam dan didinginkan di dalam tungku untuk menghilangkan tegangan sisa akibat proses pemotongan. Proses pengelasan dilakukan pada mesin milling seperti ditunjukkan pada gambar 5. Proses las dilakukan dengan memutar mata pahat dengan pin antara 2 kupon yang akan disambung. Bahan mata pahat adalah baja kecepatan tinggi (high speed steel) dan baja pekakas (tool steel) H13 dengan ukuran panjang keseluruhan 100 mm; 30 mm untuk pegangan ke mesin milling dengan diameter 16 mm, 67,2 mm untuk punggung pekakas berdiameter 18 mm dan 2,8 mm untuk pin berbentuk silinder kerucut berdiameter 3 mm, seperti ditunjukkan pada gambar 6. Kedua dimensi mata pahat las ditunjukkan pada gambar 7, baik berbahan baja kecepatan tinggi maupun baja pekakas H13. 18

19 Gambar 5. Mesin milling yang digunakan untuk proses las gesek ,2 Gambar 6. Dimensi mata pahat las

20 a) b) Gambar 7, Mata pahat las berbahan a) baja kecepatan tinggi dan b) baja pekakas H13 Dalam proses pengelasan adukan gesek, kecepatan las diatur sekitar 7-8 mm/menit dengan kecepatan 1200 rpm. Selama proses las, sudut kemiringan permukaan kupon terhadap arah horizontal diatur sekitar 1. Sebelum dilas, sisi bagian yang disambung ada yang diberi bubuk SiC, TiC dan WC sekitar 20, 40 dan 60 %volum berukuran maksimal 44 m (325 mesh). Pengelasan dengan dan tampa isian pada paduan Al JIS AC4C dan JIS ADC12 dilakukan hingga 4 kali pengelasan sebagaimana ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Pengelasan paduan Al JIS AC4CH dan JIS ADC12 dengan dan tampa isian SiC, TiC dan WC Bahan Las JIS AC4C JIS ADC12 Jumlah pengelasan Tampa isian Isian SiC TiC WC

21 Bagian sambungan las dipotong melintang dengan ukuran 10x20x5 mm dan kemudian dimonting dalam resin plastik. Permukaan penampang lintang sambungan las dihaluskan dengan kertas amplas SiC bernomor 240 pada satu arah, kemudian apabila jejak penghalusan semua telah seragam pada satu arah, dilanjutkan dengan penghalusan dengan kertas amplas yang lebih halus, yaitu kertas amplas SiC no.400 dengan arah yang berbeda terhadap arah amplas sebelumnya. Penghalus permukaan sambungan dilanjutkan dengan kertas amplas bernomor 600, 800, 1000, 1200 dan Setiap akhir pengamplas dengan kertas amplas dengan nomor tertentu, sampel selalu dibersihkan dengan air, dibersihkan lagi dengan metanol dan kemudian dikeringkan dengan udara kompressor. Penghalusan permukaan dilanjutkan dengan proses poles yang mengunakan pasta bubuk intan berukuran 0,3 m. Setelah permukaan sambungan seperti cermin dan tidak terlihat ada goresan, sampel dicuci kembali dengan air, dilanjutkan dengan metanol dan dikeringkan dengan udara kompressor. Strukturmikro dan fasa-fasa yang terdapat pada paduan Al dan sambungan diamati melalui mikroskop optik. Skematik proses penelitian sambungan las komposit situnjukkan pada gambar 8. Sesuai dengan rencana, penelitian ini telah melakukan pembuatan pekakas las adukan berbahan baja kecepatan tinggi (HSS) dan perangkat pemegang sampel dan proses pengelasan paduan Al-Si dengan penambahan partikel oksida. Tahap terakhir, tahap pengujian paduan untuk komposisi, strukturmikro dan sifat mekanik juga dilakukan dalam penelitian ini. 21

22 Mulai Pemotongan paduan Al berukuran 50x20x5 mm Pengelas gesek dengan kecepatan gerak 7-8 mm/menit, 1200 rpm pada kemiringan 1 Mounting sambungan las secara melintang dalam resin plastik Metalografi Pengamatan strukturmikro dan fasa-fasa pada paduan Al dan sambungan las Selesai Gambar 8. Skematik alur penelitian sambungan las komposit matrik paduan Al dengan penguat partikel oksida. 22

23 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum, sambungan las terdiri dari bagian-bagian paduan induk (base metal), pengaruh panas (heat affected zone), pengaruh panas termomekanik (thermomechanical affected zone) dan adukan gesek (stir zone). Dua bagian pertma dan bagian adukan terlihat pada sambungan las paduan Al AC4C dan ADC12. Bagian pengaruh panas termomekanik terlihat tipis diantara logam induk dan bagian adukan gesek. Sedangkan bagian adukan mempunyai struktur yang sangat berbeda dibandingkan bagian-bagian lainnya karena mengalami kombinasi proses pemanasan dan deformasi. Paduan hipoeutektik Al-Si disusun oleh fasa utama larutan padat Al- dan fiber kristal-kristal Si. Formasi kristal-kristal Si pada matrik Al- tergantung pada komposisi paduan, perlakukan mekanik dan panas serta proses pembentukan. Pada gambar 9 terlihat bahwa strukturmikro logam induk AC4C dan ADC12 disusun oleh fiber-fiber kasar kristal Si dalam matrik Al. Jumlah fiber Si lebih banyak pada paduan ADC12. Hal ini berhubungan dengan tingginya kandungan Si pada paduan ADC12, mendekati 12% dibandingkan dengan paduan AC4C, sekitar 7%. Disamping itu, Si pada paduan ADC12 juga terdapat dalam bentuk pelat. Struktur yang sama ditunjukkan juga pada paduan hipoeutektik dan eutektik Al-Si komersial (ASM, 2004). 23

24 a) 39 m b) Gambar 9. Foto strukturmikro logam induk dari a) AC4C dan b) ADC12 Gambar 10 menunjukkan strukturmikro bagian transisi dari logam induk ke bagian adukan. Bagian transisi yang dikenal sebagai bagian pengaruh panas 24

25 termomekanik terdiri dari fiber-fiber halus kristal Si dalam matrik Al. Fiber-fiber kasar pada bagian adukan terpotong-potong selama pengelasan adukan gesek menjadi partikelpartikel halus, seperti ditunjukkan pada gambar 3, strukturmikro bagian adukan gesek paduan AC4C setelah pengelasan adukan gesek 1 kali lewat (pass). Beberapa penelitian (Lee,2003, Ma,2008 dan Ma,2004) sebelumnya memberikan informasi yang sama bahwa adukan gesek membentuk partikel-partikel halus kristal Si pada paduan A356 and ADC12. a) 25

26 39 m b) Gambar10. Foto yang menunjukkan strukturmikro bagian pengaruh panas termomekanik antara logam induk dan bagian adukan gesek dari paduan a) AC4C dan b) ADC12. Bagian adukan las gesek paduan AC4C hasil 1 sampai 4 kali pengelasan lewat ditunjukkan pada strukturmikro pada foto-foto pada gambar 11. Fiber-fiber Si kasar pada bahan asal terpotong-potong menjadi partikel-partikel halus Si pada matrik Al. Partikelpartikel tersebut semangkin halus dengan bertambahnya jumlah pengelasan hingga 4 kali. Hal yang sama terjadi pada paduan ADC12, gambar 12. Partikel-partikel halus Si terbentuk pada bagian adukan setelah pengelasan gesek. Partikel-partikel tersebut juga semangkin halus dengan bertambahnya jumlah pengelasan hingga 4 kali. Perbedaannya terdapat pada jumlah partikel-partikel Si pada bagian adukan. Karena kandungan Si lebih banyak pada paduan ADC12, jumlah partikel-partikel Si yang terdistribusi pada sambungan las ADC12 lebih banyak dibandingkan dengan sambungan las AC4C. Kedua struktur ini dapat dikategorikan sebagai komposit matrik logam Al berpenguat partikel Si. 26

27 a) b) 27

28 c) 39 m d) Gambar 11. Foto strukturmikro bagian adukan dari logam induk AC4C untuk a) 1, b) 2, c) 3 dan d) 4 kali lewat pengelasan. 28

29 a) b) 29

30 c) 39 m d) Gambar 12.. Foto strukturmikro bagian adukan dari logam induk ADC12 untuk a) 1, b) 2, c) 3 dan d) 4 kali lewat pengelasan. 30

Abstraksi. Kata Kunci : Mikrostruktur, Kekerasan, AC4C, ADC12

Abstraksi. Kata Kunci : Mikrostruktur, Kekerasan, AC4C, ADC12 PEMBENTUKAN SAMBUNGAN LAS KOMPOSIT Al-Si / PARTIKEL ALUMINA PADA PADUAN HIPOEUTEKTIK Al-Si SHOPIYYUDDIN Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin. Abstraksi Pemakaian logam non ferrous seperti

Lebih terperinci

ringan, mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainya sebagai sifat logam, selain itu aluminium juga

ringan, mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat baik lainya sebagai sifat logam, selain itu aluminium juga PEMBENTUKAN SAMBUNGAN TEMU PADUAN Al 5083 DENGAN LAS GESEK ALFRIANUS MAINASSY / 20407951 Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI Pengelasan adukan gesek (Friction Stir Welding) adalah

Lebih terperinci

FORMATION OF COMPOSITE WELDED CONNECTIONS Al-Si / ALUMINA PARTICLES ON Al- Si ALLOY HIPOEUTEKTIK

FORMATION OF COMPOSITE WELDED CONNECTIONS Al-Si / ALUMINA PARTICLES ON Al- Si ALLOY HIPOEUTEKTIK FORMATION OF COMPOSITE WELDED CONNECTIONS Al-Si / ALUMINA PARTICLES ON Al- Si ALLOY HIPOEUTEKTIK SHOPIYYUDDIN Undergraduate Program, Industry Technology, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap las gesek telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tentang parameter kekuatan tarik, kekerasan permukaan dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan dalam industri manufaktur memiliki peranan penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya proses las atau pengelasan adalah penyambungan dua material

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dalam berbagai sektor salah satunya adalah sektor industri manufaktur. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Erwanto (2015), meneliti tentang pengaruh kecepatan putar tool terhadap kekuatan mekanik sambungan las FSW menggunakan aluminium 5052-H34 standar ASM tahun 2015

Lebih terperinci

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052 PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 505 Lukito Adi Wicaksono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( ) PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING Tri Angga Prasetyo (20120130136) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammdiyan

Lebih terperinci

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA Ahmad Haryono 1*, Kurniawan Joko Nugroho 2* 1 dan 2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Pratama Mulia Surakarta

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGELASAN

DASAR-DASAR PENGELASAN DASAR-DASAR PENGELASAN Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat dilakukan dengan : - pemanasan tanpa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aluminium adalah salah satu logam yang memiliki sifat resistensi yang baik terhadap korosi, hal ini disebabkan karena terjadinya fenomena pasivasi. fenomena pasivasi adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1 KATA PENGANTAR Puji beserta syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat rahmat, hidayahnya, telah mampu menyelesaiakan sebuah makalah tentang pengaruh pengelsan FCAW tanpa dan dengan

Lebih terperinci

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41 C.8 PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41 Fauzan Habibi, Sri Mulyo Bondan Respati *, Imam Syafa at Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW merupakan pengelasan yang terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 ) Nama : Gilang Adythia NPM : 23409095 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing: Ir. Tri Mulyanto, MT ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Wijayanto (2010), melakukan penelitian tentang kekuatan bending pada pengelasan friction stir welding aluminium 6110. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110

ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110 ANALISA KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 6110 Jarot Wijayanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Institut Sins & Teknologi Akprind Yogyakarta Emai: jarot@akprind.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengecoran Hasil penelitian tentang pembuatan poros berulir (Screw) berbahan dasar 30% Aluminium bekas dan 70% piston bekas dengan penambahan unsur 2,5% TiB. Pembuatan

Lebih terperinci

PENGARUH PUTARAN DAN KECEPATAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN TUMPUL LAS FSW TAK SEJENIS ANTARA AL 2024-T3 DENGAN AL 1100

PENGARUH PUTARAN DAN KECEPATAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN TUMPUL LAS FSW TAK SEJENIS ANTARA AL 2024-T3 DENGAN AL 1100 PENGARUH PUTARAN DAN KECEPATAN TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN TUMPUL LAS FSW TAK SEJENIS ANTARA AL 2024-T3 DENGAN AL 1100 Hariyanto Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.Sudarto,S.H,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Hasil pengelasan menggunakan metode FSW ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan FSW adalah penyambungan pada kondisi padat atau logam las tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Baja Baja adalah paduan antara unsur besi (Fe) dan Carbon (C) serta beberapa unsur tambahan lain, seperti Mangan (Mn), Aluminium (Al), Silikon (Si) dll. Seperti diketahui bahwa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Pada FSW Pengelasan menggunakan metode friction stir welding ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengelasan dengan metode FSW ini merupakan pengelasan yang terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian adalah parameter proses pengerjaan dalam pengelasan gesek sangatlah kurang terutama pada pemberian gaya pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 38 3.2. ALAT DAN BAHAN 3.2.1 Alat Gambar 3.2 Skema Peralatan Penelitian Die Soldering 3.2.2 Bahan Bahan utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik

I. PENDAHULUAN. Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu cabang ilmu yang dipelajari pada Teknik Mesin adalah teknik pengelasan logam. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi pengelasan telah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR SKRIPSI / TUGAS AKHIR PENGARUH BENTUK KAMPUH LAS TIG TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 CAHYANA SUHENDA (20408217) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Pada era industrialisasi dewasa ini teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Studi Literatur Pembuatan Master Alloy Peleburan ingot AlSi 12% + Mn Pemotongan Sampel H13 Pengampelasan sampel Grit 100 s/d 1500 Sampel H13 siap

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterbatasan sumber energi bahan bakar minyak (BBM) dewasa ini telah memacu perkembangan teknologi otomotif yang mengarah pada peningkatan efisiensi penggunaan

Lebih terperinci

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI Oleh DEDI IRAWAN 04 04 04 01 86 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengelasan Friction Stir Welding Setelah dilakukan proses pengelasan friction stir welding, maka akan terlihat bekas hasil pengelasan pada permukaan material. Pengelasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 PENGUJIAN AWAL PADA GARDAN IV.1.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Pengujian komposisi diperlukan untuk mengetahui komposisi unsur, termasuk unsur-unsur paduan yang terkandung dalam material

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA Pengelasan plug welding pada material tak sejenis antara logam tak sejenis antara baja tahan karat 304L dan baja karbon SS400 dilakukan untuk mengetahui pengaruh arus pengelasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN komposisi tidak homogen akan memiliki perbedaan kelarutan dalam pembersihan, sehingga beberapa daerah ada yang lebih terlarut dibandingkan dengan daerah yang lainnya. Ketika oksida dihilangkan dari permukaan,

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau lebih dengan memanfaatkan energi panas. luas, seperti pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin.

I. PENDAHULUAN. atau lebih dengan memanfaatkan energi panas. luas, seperti pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan merupakan suatu proses penting di dalam dunia industri dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan industri, karena memegang peranan utama dalam

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045 Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045 Hari Subiyanto 1,*, Subowo 1, Gathot DW 1, Syamsul Hadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Spesimen 4.1.1. Proses Pengelasan Setelah pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap masing-masing benda uji, pada pengelasan

Lebih terperinci

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH C.6 PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH Agus Dwi Iskandar *1, Suyitno 1, Muhamad 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan

BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur di era sekarang dihadapkan pada tuntutan yang cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan industri yang ketat menuntut

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan proses pengelasan gesek (friction welding) dan pengujian tarik dari setiap spesimen benda uji, maka akan diperoleh data hasil pengujian. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4 cm BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Makro dan Mikro Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pengelasan MFSW dengan feedrate 1 mm/min mengalami kegagalan sambungan dimana kedua pelat tidak menyambung setelah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN bawah ini. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada kedua bagan di Gambar 3.1 Proses Pembuatan bahan matriks Komposit Matrik Logam Al5Cu 27 28 Gambar

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukannya pengamatan, pengukuran dan pengujian terhadap benda uji, maka didapat data seperti yang akan ditampilkan pada bab ini beserta dengan pembahasannya. 4.1

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN

ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN PresentasiTugasAkhir KeahlianRekayasaPerkapalan KonstruksiKapal ANALISIS PENGARUH IN SITU COOLING TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADAKAPAL KATAMARAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi PENGARUH SHOT PEENING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN SIFAT MEKANIS SAMBUNGAN FRICTION STIR WELDING PADA ALUMINIUM SERI 5083 Wartono, Sutrisna Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS (TIG) TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL SAMBUNGAN LAS PADA BAJA KARBON RENDAH SNI_07_3567_BJDC_SR DENGAN KETEBALAN PLAT 0,68 MM DAN 1,2 MM EFRIZAL ARIFIN

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alur Penelitian Penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan meliputi: menentukan tujuan penelitian, mengumpulkan landasan teori untuk penelitian,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN Presentasi Tugas Akhir Keahlian Rekayasa Perkapalan Konstruksi Kapal ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pada kondisi struktur mikro dan sifat kekerasan pada paduan Fe-Ni-Al dengan beberapa variasi komposisi, dilakukan serangkaian

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG Baja SS 400 sebagai baja karbon rendah Dapat dilakukan proses pengelasan dengan metode

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si Fuad Abdillah*) Dosen PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Waktu penahanan pada temperatur

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Laporan Tugas Akhir PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN Nama Mahasiswa : I Made Pasek Kimiartha NRP

Lebih terperinci

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Ir. Hari Subiyanto, MSc Tugas Akhir TM091486 METALURGI Budi Prasetya Awab Putra NRP 2104 100 018 Dosen Pembimbing: Ir. Hari Subiyanto, MSc ABSTRAK Austenitic stainless steel adalah suatu logam paduan yang mempunyai sifat tahan

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron BAB V HASIL PENELITIAN Berikut ini hasil eksperimen disusun dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar mikroskop dan grafik. Eksperimen yang dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Proses karakterisasi material Bantalan Luncur dengan menggunakan metode pengujian merusak. Proses penelitian ini dapat dilihat dari diagram alir berikut

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG Tri Widodo Besar Riyadi 1, Lastono Aji 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini ada beberapa langkah yang dilakukan. Langkah langkah dalam proses pengerjaan las friction stir welding dapat dilihat pada

Lebih terperinci

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN PENELITIAN Baja karbon rendah lembaran berlapis seng berstandar AISI 1010 dengan sertifikat pabrik (mill certificate) di Lampiran 1. 17 Gambar 3.1. Baja lembaran SPCC

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh penahanan waktu pemanasan (holding time) terhadap kekerasan baja karbon rendah pada proses karburasi dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk dapat mengetahui hasil dari penelitian ini maka pada bab ini akan di bahas mengenai metode penelitian yakni mengenai proses pelaksanaan dan prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resistance Spot welding adalah salah satu jenis metode pengelasan dimana dua plat atau lebih disambungkan menggunakan panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik.

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian ditunjukkan pada Gambar 3.1: Mulai Mempersiapkan Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dahulu kala. Sumber energi yang digunakan pada zaman dahulu diduga dihasilkan dari pembakaran kayu atau sampah. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelasan adalah salah satu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi otomotif yang begitu pesat memerlukan material teknik dan cara produksi yang tepat untuk mewujudkan sebuah produk berkualitas, harga

Lebih terperinci

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2 PENGARUH VARIASI KECEPATAN PENGELASAN PADA PENYAMBUNGAN PELAT BAJA SA 36 MENGGUNAKAN ELEKTRODA E6013 DAN E7016 TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2 Lecture

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan

Lebih terperinci

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB 1. PERLAKUAN PANAS BAB PERLAKUAN PANAS Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses perlakuan panas pada material logam. : Menguasai cara proses pengerasan, dan pelunakan material baja karbon.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Spesimen Dalam melakukan penelitian uji dilaboratorium bahan teknik Universitas Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang * ANALISA PENGARUH KUAT ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, KEKUATAN TARIK PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN LAS SMAW MENGGUNAKAN JENIS ELEKTRODA E7016 Anjis Ahmad Soleh 1*, Helmy Purwanto 1, Imam Syafa

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 12-19 ISSN 0216-7395 ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN TITANIUM (Ti) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM DAUR ULANG BERBAHAN ALUMINIUM

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Putar Indentor Las Gesek Puntir (Friction Stir Welding) Terhadap Kualitas Hasil Pengelasan Alumunium 1100-H18

Pengaruh Kecepatan Putar Indentor Las Gesek Puntir (Friction Stir Welding) Terhadap Kualitas Hasil Pengelasan Alumunium 1100-H18 Pengaruh Kecepatan Putar Indentor Las Gesek Puntir (Friction Stir Welding) Terhadap Kualitas Hasil Pengelasan Alumunium 1100-H18 Irza Sukmana, Ade Sustiono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi pengelasan telah mengalami perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi permasalahan dalam

Lebih terperinci