BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sikap Kerja Keras

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sikap Kerja Keras"

Transkripsi

1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sikap Kerja Keras a. Pengertian Sikap Kerja Keras Kerja keras merupakan sikap pantang menyerah untuk melakukan suatu hal, tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha walaupun banyak rintangan namun tetap berusaha untuk mencapainya. Kerja keras menurut Mustari (2014: 43) adalah sebagai berikut: Kerja keras merupakan perilaku atau tindakan yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Usaha pantang menyerah, yaitu tetap menjalankan tugas sekalipun menghadapi tantangan atau hambatan. Pada pembelajaran siswa harus semangat dan pantang menyerah untuk menyelesaikan tugas dari guru. Yaumi (2016: 94) menjelaskan bahwa kerja keras adalah perilaku atau sikap yang memperlihatkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas sebaikbaiknya. 8

2 9 berikut: Kerja keras menurut Kesuma (2012: 17) adalah sebagai Kerja keras merupakan suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) atau tindakan yang terus dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaan menjadi tugasnya sampai tuntas. Seseorang yang bekerja keras pantang menyerah untuk mencapai hal yang diinginkan ataupun pantang menyerah untuk mengerjakan tugasnya. Walaupun menemukan rintangan ataupun hambatan di dalam melakukannya. Seorang individu yang menunjukkan adanya kesungguhan dan kemauan keras untuk berusaha dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan ciri sikap kerja keras. Sikap kerja keras muncul sebagai wujud dorongan motivasi yang kuat serta orientasi depan yang jelas. Seseorang yang mempunyai sifat suka bekerja keras tentunya tidak mudah pantang menyerah dalam segala hal. Kerja keras dalam perspektif islam yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat ke 77 sebagai berikut:

3 10 Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesunggahnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Surat Al-Qashash ayat 77 menjelaskan bahwa sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing. Umat muslim harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya telah bekerja keras seperti menggembala biri-biri, berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Abu bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah SWT. Ibadah khususnya shalat hendaknya kita beranggapan bahwa kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu. Rasulullah SAW bersabda: Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari (HR. Ibnu Asakir)

4 11 Pada sikap kerja keras harus selalu pantang menyerah dalam melakukan segala hal yang ingin dicapai. Ciri-ciri kerja keras menurut Mustari (2014: 43) sebagi berikut: 1) Menunjukkan kesungguhan dalam melakukan tugas. 2) Tetap bertahan pada tugas yang diterima walaupun menghadapi kesulitan. 3) Berusaha mencari pemecahan terhadap permasalahan. Pantang menyerah adalah salah satu tanda dari kerja yang keras, yaitu usaha yang menyelesaikan kegiatan atau tugas secara optimal. Mustari (2014: 44) Kerja keras ini dapat ditandai sebagai berikut: 1) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditentukan 2) Menggunakan segala kemampuan atau daya untuk mencapai sasaran 3) Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui hambatan Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kerja keras merupakan sikap yang dimiliki setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Kerja keras merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang tanpa menyerah, walaupun menemukan hambatan atau rintangan tetap berusaha untuk menyelesaikan dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. b. Indikator Sikap Kerja Keras Sikap kerja keras memiliki beberapa indikator menurut Kemendiknas (2010: 33) sebagai berikut:

5 12 Tabel 2.1 Indikator Sikap Kerja Keras Indikator kelas 1 3 Indikator kelas 4 6 Mengerjakan semua tugas Mengerjakan tugas dengan teliti kelas dengan sungguh-sungguh dan rapi Mencari informasi dari sumber di luar buku pelajaran Mencari informasi dari sumbersumber di luar sekolah Menyelesaikan PR pada Mengerjakan tugas-tugas dari waktunya guru pada waktunya Menggunakan sebagaian besar waktu di kelas untuk belajar Fokus pada tugas-tugas yang diberikan guru di kelas Mencatat dengan sungguhsungguh Mencatat dengan sungguh- sesuatu yang sungguh sesuatu yang dibaca, ditugaskan guru diamati, dan didengar untuk kegiatan kelas Tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa indikator sikap kerja keras di kelas IV yaitu selalu pantang menyerah dalam menyelesaikan tugas, selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu. Siswa bersungguhsungguh untuk mengerjakan tugas dari guru, walaupun mengalami kesulitan di dalam mengerjakan tugas. Siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah dasar tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai. Tujuan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah adanya perolehan hasil pembelajaran. Prestasi belajar sebagai salah satu bentuk pencapaian tujuan dari terlaksananya proses pembelajaran. Prestasi belajar ini lebih mengarah kepada hasil pengukuran kemampuan belajar di ranah

6 13 kognitif. Arifin (2013: 12) menyatakan bahwa istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek kognitif atau pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa yaitu meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hamdani (2011: 137) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Pengertian prestasi belajar menurut pendapat dua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar berkenaan dengan pengetahuan (kognitif) manusia. Aspek tersebut dapat diukur dengan melakukan tes. Tes yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi yang diraih siswa. Hasil dari tes yang telah dilaksanakan itulah yang disebut sebagai hasil prestasi belajar yang diraih siswa. Prestasi belajar memiliki banyak fungsi utama yang dirasa penting untuk dipertimbangkan. Beberapa fungsi utama dari prestasi belajar menurut Arifin (2013: 12) yaitu sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tedensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat

7 14 dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Proses pembelajaran siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswa yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran. Uraian fungsi utama prestasi belajar yang dijelaskan Arifin, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan belajar siswa yang harus diperhatikan. Prestasi belajar sebagai hasil dari rasa ingin tahu siswa. Prestasi dapat mendorong siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Metode Pembelajaran Index Card Match a. Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Hamruni dalam Suyadi (2013: 36) menjelaskan bahwa segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa ataupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Zaini (2008: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu

8 15 pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran. Uraian pembelajaran aktif di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Siswa yang pasif hanya menerima materi dari guru akan cenderung melupakan apa yang telah dipelajarinya. Siswa dapat merasakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga hasil belajar siswa dapat dimaksimalkan. b. Pengertian Metode Pembelajaran Index Card Match Metode pembelajaran Index Card Match adalah cara menyenangkan aktif untuk mengulang kembali materi pembelajaran. Metode pembelajaran Index Card Match memberi kesempatan pada siswa untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada teman sekelas (Hamruni,2012: 162). Metode pembelajaran Index Card Match dapat mengajak seluruh siswa untuk turut aktif dalam semua proses pembelajaran. Zaini (2008: 67) menyatakan bahwa metode pembelajaran Index Card Match adalah strategi menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan guru sebelumnya. Materi baru tetap bisa diajarkan dengan metode ini dengan catatan siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

9 16 Pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Index Card Match merupakan suatu metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk ikut berperan aktif berpasangan dalam melaksanakan pembelajaran. Metode pembelajaran Index Card Match terdapat strategi dan teknik yang dapat menciptakan suasana belajar menjadi efektif, efisien dan menyenangkan. c. Langkah- langkah Metode Pembelajaran Index Card Match Terdapat langkah-langkah dalam metode pembelajaran Index Card Match menurut Zaini (2008: 67) yaitu sebagai berikut: 1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada di dalam kelas. 2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. 3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. 4) Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat. 5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban. 6) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban. 7) Minta siswa untuk menemukan pasangannya. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta siswa untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar siswa tidak memberitahu materi yang didapatkan kepada teman yang lain. 8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain selanjutnya, soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.

10 17 9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan. Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode Index Card Match adalah membuat kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang harus didiskusikan, kocok kartu pertanyaan dan kartu jawaban sehingga tercampur semua. Separuh siswa mendapatkan pertanyaan dan separuh siswa mendapatkan jawaban. Siswa diminta untuk mencari pasangannya, setelah semua siswa berpasangan. Siswa mendiskusikan jawaban kemudian, siswa harus membacakan pertanyaan dan jawabannya. Kegiatan diakhiri dengan guru bersama siswa membuat klarifikasi dan kesimpulan. d. Kelebihan Index Card Match Lie (2008: 46) menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahan pembelajaran kelompok berpasangan, yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan partisipasi siswa 2) Cocok untuk tugas sederhana 3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masingmasing anggota kelompok 4) Interaksi lebih mudah 5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok Kelebihan metode pembelajaran Index Card Match dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Index Card Match dapat meningkatkan partisipasi siswa, mudah digunakan pada tugas yang sederhana, memberi kesempatan untuk siswa bekerjasama dengan anggota pasangannya, memudahkan siswa berinteraksi antar pasangannya. Guru dan siswa menjadi lebih aktif sehingga

11 18 meningkatkan interaksi antar guru dan siswa untuk mengulang materi sebelumnya. e. Kekurangan Index Card Match Lie (2008: 46) menyatakan bahwa kelemahan pembelajaran kelompok berpasangan, yaitu sebagai berikut: 1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 2) Lebih sedikit ide yang muncul 3) Jika ada perselisihan tidak ada penengahnya Kekurangan metode Index Card Match di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Index Card Match memerlukan pengawasan dari guru karena banyak pasangan yang harus diperhatikan. Ide yang muncul untuk mengerjakan kartu soal hanya dari pasangan. Guru menjadi penengah ketika ada perselisihan antar siswa atau pasangan. 4. Media Gambar a. Pengertian Media Gambar Media dapat digunakan untuk mempermudah guru memberikan informasi dan menarik perhatian siswa sehingga proses pembelajaran dapat lebih bermakna. Sadiman (2008: 7) menjelaskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi. Media pembelajaran menurut Arsyad (2009: 4) menyatakan bahwa media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang

12 19 bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Anitah (2009: 2) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang bertujuan untuk memberikan informasi atau pesan serta dapat mengefektifkan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran banyak jenisnya, salah satunya adalah media visual (gambar). Media visual (gambar) banyak digunakan dalam proses belajar mengajar karena dapat membangun ketertarikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Arsyad (2009: 91) menyatakan bahwa media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan siswa. Media visual dapat pula menumbuhkan minat belajar siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Anitah (2009: 7) menyatakan bahwa media visual dapat dibedakan menjadi dua yaitu media visual yang tidak diproyesikan dan media visual yang diproyesikan. Gambar dapat memberikan gambaran dari waktu yang telah lalu atau potret (gambaran) masa yang akan datang sehingga proses belajar siswa akan konkrit.

13 20 Media gambar dapat disimpulkan sebagai media yang dapat membuat kegiatan belajar mengajar lebih efisien karena melalui media gambar proses pembelajaran dapat lebih konkrit sehingga memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan siswa. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar yang tidak diproyeksikan dalam Liquid Crystal Display (LCD) dan gambar-gambar yang digunakan sebagai media diperoleh dari internet. Gambar yang akan digunakan dicetak pada banner sebagai media pembelajaran kemudian didesain agar lebih menarik dengan dasar warna sekunder dan diberikan keterangan sesuai dengan gambar. Media gambar dicetak pada banner berukuran 100 x 75 cm dengan jumlah 4 banner. Media berisi gambar-gambar erosi, abrasi, longsor dan banjir serta pencegahannya. Gambar yang dicetak sesuai dengan indikator pembelajaran IPA materi perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. b. Manfaat Media Gambar Media gambar mempunyai beberapa manfaat, adapun manfaat media gambar yang dikemukakan Anitah (2009: 9) yaitu sebagai berikut: 1) Menimbulkan daya tarik bagi pembelajar. Gambar dengan berbagai warna akan lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian belajar. 2) Mempermudah pengertian belajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga pembelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud.

14 21 3) Memperjelas bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat diamati lebih jelas. 4) Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja. Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media gambar mempunyai beberapa manfaat yaitu memperjelas dan memudahkan siswa dalam memahami materi perubahan lingkungan fisik terhadap daratan. Proses pembelajaran di kelas menjadi bersifat konkrit, menarik perhatian siswa untuk memperhatikan penjelasan guru mengenai materi pelajaran yang sedang disampaikan. c. Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar Media gambar mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dan kelemahan media gambar yang di kemukakan Anitah (2009: 8-9). Kelebihan dan kelemahan media gambar diuraikan sebagai berikut: 1) Kelebihan Media Gambar a) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata b) Banyak tersedia dalam buku-buku c) Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan d) Harga relatif tidak mahal e) Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi 2) Kelemahan Media Gambar a) Kadang-kadang gambar terlalu kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar b) Gambar mati adalah gambar dua dimensi. Untuk menunjukkan dimensi yang ketiga (kedalam benda), harus digunakan satu seri gambar dari objek yang sama tetapi dari sisi yang berbeda. c) Tidak dapat menunjukkan gerak

15 22 d) Pembelajaran tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterpretasi) gambar. Kelebihan dan kelemahan media gambar di atas, dapat diatasi dengan menggunakan media gambar yang dicetak menggunakan banner berukuran 100 x 75 cm sehingga dapat digunakan di dalam kelas yang besar. Media gambar membuat pembelajaran menjadi lebih konkrit karena siswa mempunyai gambaran tentang materi yang telah dijelaskan menggunakan media gambar. Siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. 5. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah dasar. Mata pelajaran IPA memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan gejala alam dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Susanto (2015: 167) mengatakan bahwa IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang telah dilakukan tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Pembelajaran IPA dapat disimpulkan berdasarkan pendapat di atas sebagai suatu kegiatan belajar IPA yang telah direncanakan secara sistematik. Pembelajaran yang dilakukan berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA terhadap gejala alam. IPA

16 23 adalah suatu disiplin ilmu yang diterapkan melalui pendidikan, salah satunya adalah sekolah dasar. IPA memiliki ciri khusus atau karakteristik yang merupakan himpunan fakta yang disusun secara sistematis. Karakteristik IPA menurut Jacobsan & Bergman (Susanto, 2015: 170) adalah sebagai berikut: 1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori. 2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. 3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam. 4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja. 5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif. Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik IPA proses ilmiah yang dapat dipelajari dari fenomena alam yang terjadi di muka bumi. Ilmu Pengetahuan Alam dapat menumbuhkan sikap cinta tanah air, tanggung jawab, keingintahuan, dan ketekunan di dalam diri seseorang. b. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA (Susanto, 2015: 170). Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan 2006 (Susanto, 2015: 171), yaitu sebagai berikut:

17 24 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keterampilan aturan alam cipta-nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam memiliki peranan penting untuk diajarkan di sekolah dasar. Ilmu pengetahuan alam dapat digunakan untuk menanamkan karakter kepada siswa melalui fenomena alam. Ilmu pengethauan alam mengajarkan kepada siswa untuk menghargai dan mencintai alam sebagai tempat hidup manusia. B. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian relevan yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian relevan yang dimaksud yaitu hasil penelitian yang berhubungan dengan metode Index Card Match sebagai berikut: 1. Prawira, dkk (2014) yang diambil dari jurnal dengan judul Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match terhadap

18 25 Hasil Belajar IPS Siswa SD hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Index Card Match untuk pembelajaran IPS siswa kelas V semester I dapat dilaksanakan dengan efektif. Penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar melalui strategi pembelajaran Index Card Match dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Strategi pembelajaran aktif Index Card Match dapat melatih pola pikir siswa karena dengan strategi ini siswa dilatih memahami dan mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau soal, siswa lebih bersemangat dan dapat menguasai materi dengan baik. Siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran menemukan konsep atau prinsip materi pembelajaran. Siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreatifitas ilmiah secara optimal karena siswa diberi kesempatan mengalami sendiri kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif Index Card Match berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus III Mengwi, Bandung Tahun Pelajaran 2013/ Mustolikh (2016) yang diambil dari jurnal dengan judul The Improvement of Students Understanding About Sociology Material by Using Index Card Match Strategi hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi Index Card Match untuk Pendidikan Geografi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun akademik

19 26 dengan 23 siswa semester II kelas A. Strategi Index Card Match yang direncanakan dengan baik dan diterapkan dengan baik dapat meningkatkan pemahaman siswa. Strategi Index Card Match dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa karena mengembangkan hubungan yang harmonis antar dosen dengan mahasiswa didorong untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan. Strategi Index Card Match telah sesuai untuk mendapatkan individu yang baik dan partisipasi kelas. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa kelas A semester II dalam Pendidikan Geografi tentang bahan Sosiologi dapat ditingkatkan menggunakan strategi Index Card Match. 3. Astriyanti dan Anwar (2016) yang diambil dari jurnal dengan judul Improving Students Ability In Vocabulary Mastery Throught Index Card Match hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Index Card Match di MTS Hidayatus Shibyan dapat meningkatkan penguasaan kosa kata dan membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk meningkatkan kosa kata yang dimiliki karena strategi Index Card Match dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Index Card Match juga dapat meningkatkan ejaan siswa dalam menggunakan kata. Siswa lebih aktif dan nyaman dalam pembelajaran kosa kata di kelas. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan penguasaan kosa kata dapat meningkat menggunakan strategi Index Card Match.

20 27 Persamaan antara penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan metode pembelajaran Index Card Match. Perbedaannya adalah pada penelitian relevan tidak menggunakan media gambar dalam proses pembelajarannya, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan media gambar yang dicetak pada banner dengan sikap yang akan ditingkatkan yaitu kerja keras siswa kelas IV SD Negeri Karanglo. C. Kerangka Pikir Kondisi awal pada saat dilakukan observasi Magang 3 pada kelas IV SD Negeri Karanglo terdapat permasalahan yaitu siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang masih rendah. Hasil wawancara dengan guru menjelaskan bahwa antar siswa kurang memiliki sikap kerja keras. Siswa kurang memiliki sikap kerja keras khususnya dalam pembelajaran di kelas, siswa cenderung hanya mengandalkan siswa yang pandai untuk menyelesaikan tugas. Siswa kurang berani menyampaikan pendapat dan tanggapan di depan kelas. Siswa yang lain kurang berpartisipasi aktif di dalam kelompok tersebut. Siswa mudah menyerah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Beberapa siswa masih ada yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Siswa dalam mengerjakan tugas tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Metode pembelajaran Index Card Match merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran. Metode Index Card Match memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menemukan pasangan

21 28 melalui kartu pertanyaan ataupun kartu jawaban. Hal tersebut dapat meningkatkan semangat kerja keras siswa dalam kelompok karena siswa dituntut untuk memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Metode pembelajaran Index Card Match melibatkan partisipasi siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga potensi siswa akan berkembang serta dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Metode pembelajaran Index Card Match diharapkan dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara optimal. Berkembangnya potensi yang dimiliki siswa dalam pembelajaran akan berdampak baik bagi pencapaian prestasi belajar siswa yang maksimal.

22 29 Metode pembelajaran Index Card Match dapat meningkatkan kerja keras dan prestasi belajar siswa, seperti yang tergambar pada gambar 2.1 berikut. Kondisi Awal 1. Prestasi Belajar mata pelajaran IPA dilihat dari nilai UH semester I tahun pelajaran 2016// Kurangnya kerja keras siswa Dilakukan upaya perbaikan melalui PTK dengan metode pembelajaran Index Card Match berbantu media gambar Hasil Refleksi Siklus I Siswa mengalami peningkatan kerja keras dan prestasi belajar mata pelajaran IPA namun belum optimal Observasi/Evaluasi Kerja keras dan prestasi belajar siswa siklus I Pelaksanaan siklus II dilakukan metode pembelajaran Index Card Match berbantu media gambar sebanyak 2x pertemuan Pelaksanaan siklus I dilakukan pembelajaran menggunakan metode Index Card Match berbantu media gambar sebanyak 2x pertemuan Observasi/Evaluasi kerja keras dan prestasi belajar siklus II HASIL AKHIR Kerja keras dan prestasi belajar siswa dapat meningkat menggunakan metode pembelajaran Index Card Match berbantu media gambar Hasil siklus II Siswa lebih memiliki sikap kerja keras dalam belajar mata pelajaran IPA sehingga berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar secara optimal Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

23 30 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Penerapan metode pembelajaran Index Card Match dapat meningkatkan sikap kerja keras siswa di kelas IV SD Negeri Karanglo. 2. Penerapan metode pembelajaran Index Card Match dapat meningkatkan prestasi belajar IPA di kelas IV SD Negeri Karanglo.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih baik. Sebuah proses perubahan yang dilakukan manusia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih baik. Sebuah proses perubahan yang dilakukan manusia dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa yang dapat membentuk masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang lebih baik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing a. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran memerlukan inovasi agar pembelajaran berjalan lebih bervariasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah. Perkembangan teknologi dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar Pengertian hasil belajar menurut penulis yakni hasil yang diperoleh pada siswa berupa perubahan kepandaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dipembelajaranya dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pada setiap. merupakan salah satu yang dipelajari kelas IV, di dalam sub tema

PENDAHULUAN. dipembelajaranya dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pada setiap. merupakan salah satu yang dipelajari kelas IV, di dalam sub tema 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Dasar Negeri 1 Karanglewas Lor adalah salah satu sekolah di Kabupaten Banyumas yang menerapkan kurikulum 2013 didalam pembelajaranya. Seluruh kelas sudah menerapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa: dengan menggunakan kartu yang dipasangkan.

BAB II KAJIAN TEORI. ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa: dengan menggunakan kartu yang dipasangkan. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Teknik Index Card Match a. Pengertian Teknik Index Card Match Index Card Match merupakan salah satu teknik belajar aktif yang dapat membantu siswa mengingat apa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang dilaksanakan di penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Guru sebagai pengajar berharap agar para siswanya. kurang baik. Kompetensi tersebut menurut Benyamin Bloom (1956)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Guru sebagai pengajar berharap agar para siswanya. kurang baik. Kompetensi tersebut menurut Benyamin Bloom (1956) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari kompetensi belajar yang dicapai oleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian keseluruhan dalam pembangunan. Perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa selalu muncul bersamaan dengan situasi dan kondisi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Masalah dengan percaya diri hampir dialami oleh setiap individu dari usia remaja hingga dewasa. Percaya diri merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter Rasa Ingin Tahu Karakter dapat diperoleh melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Menurut UU SISDIKNAS NO.20 tahun 2003 sebagaimana yang dikutip oleh Sri Hartini bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:114) keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sikap Rasa Ingin Tahu Keingintahuan (Curiousity) menurut Samani dan Hariyanto (2012: 119) adalah keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai individu yang menjadi bagian integral dari masyarakatnya. Dua sisi perwujudan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dewasa ini sangat penting untuk dicari, karena pendidikan sangat menentukan kehidupan dimasa yang akan datang bagi setiap orang dan kemajuan negaranya. Sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipelajari di sekolah dasar, di dalam mata pelajaran IPA siswa

BAB I PENDAHULUAN. yang dipelajari di sekolah dasar, di dalam mata pelajaran IPA siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah dasar, di dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari berbagai macam hal

Lebih terperinci

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta 1 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH (ICM) KELAS VIID SMP NEGERI 4 PANDAK Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah dasar (SD) adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari berbagai macam hal terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah fenomena fundamental dalam kehidupan manusia. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah menggambarkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan dengan peningkatan kualitas dan profesionalisme guru dalam. mengajar mampu mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan dengan peningkatan kualitas dan profesionalisme guru dalam. mengajar mampu mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumberdaya manusia merupakan bagian penting dalam dunia pendidikan. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan sumberdaya manusiadibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA KELAS V SDN PATI WETAN 01 PATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN METODE THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA KELAS V SDN PATI WETAN 01 PATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENERAPAN METODE THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA KELAS V SDN PATI WETAN 01 PATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh: FRIDA IKA YUHASTUTI A54E111072 PROGAM STUDI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang sudah dipelajari dari jenjang sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat yang merupakan tempat penelitian, sebagian besar siswa belum mampu menguasai atau

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan oleh guru. Tindakan dapat dikatakan bersifat edukatif bila berorentasi pada pengembangan diri atau pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA Djelesia, Mestawaty Ahmad, dan MuchlisDjirimu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

Oleh : Hamidah Guru pada SDN 1 Cakranegara

Oleh : Hamidah Guru pada SDN 1 Cakranegara ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah25 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ISOLATOR DAN KONDUKTOR MENGGUNAKAN METODE EXPERIMEN PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN 1 CAKRANEGARA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Teknik Tugas Individual Dalam Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres 2 Ampibabo

Penerapan Metode Teknik Tugas Individual Dalam Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres 2 Ampibabo Penerapan Metode Teknik Tugas Individual Dalam Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres 2 Ampibabo Asmawati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sekolah sebagai tempat pembentuk generasi bangsa yang berkualitas mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF DENGAN MODEL BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI EKOSISTEM KELAS VII B SMP NEGERI 2 TOROH TAHUN AJARAN 2012/2013 AGUNG SUPRIYANTO

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SD Negeri Jetis 01 terletak di desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Kelas lima Tahun Ajaran 2011/2012 memiliki siswa 24 orang yang tersdiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki kualitas yang baik, mempertinggi budi pekerti, meningkatkan harkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendengarkan, mencatat kemudian menghapal materi pelajaran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran dikelas. Guru berperan penting dalam keberhasilan belajar siswa. Peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menghafal, yang diutamakan adalah penumpukkan ilmu. Prestasi belajar bagi

BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menghafal, yang diutamakan adalah penumpukkan ilmu. Prestasi belajar bagi BAB II KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Paradigma pendidikan ditinjau dari sisi belajar diartikan sebagai upaya seseorang untuk

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompetensi karena di dalam pendidikanlah individu diproses menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). PTK merupakan penelitian berupa tindakan yang dilakukan guru di dalam kelas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar. Mengetahui keberrhasilan atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri tergantung dari kualitas pendidikannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci