PEMASUKAN UDARA ALAMIAH DAN BUATAN DI SALURAN CURAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMASUKAN UDARA ALAMIAH DAN BUATAN DI SALURAN CURAM"

Transkripsi

1

2 " PEMASUKAN UDARA ALAMIAH DAN BUATAN DI SALURAN CURAM PRESS RELEASE Oleh: Yeri Sutopo 07/259267/SMU/282 j PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSIT AS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

3 , PRESS RELEASE PEMASUKAN UDARA ALAMIAH DAN BUATAN DI SALURAN CURAM (SELF AND ARTIFICIAL AIR ENTRAINMENT IN STEEP CHANNEL) LATAR BELAKANG Oleh: Yen Sutopo Pada aliran superkritik, udara dari atmosfir masuk ke dalam aliran Masuknya udara dalam aliran akan memperbesar volume aliran, yang mana hal ini dapat menyebabkan aliran melimpas di atas dinding samping saluran luncur atau bangunan pelimpah Di samping itu, pemasukan udara dalam aliran dimungkinkan untuk mencegah atau mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh kavitasi (Chanson, 1993) Menurut Borman seperti yang dikutip oleh Falvey (1980), reslm pemasukan udara secara alami di bangunan pelimpah melibatkan tiga wilayah yaitu (1) no air entrainment, (2) developing, dan (3) fully developed Aliran superkritik yang teijadi di saluran luncur serta pada wilayah pemasukan udara no air entrainment dan developing diprediksi dapat menyebabkan erosi dan kavitasi Prediksi ini didukung oleh Kramer dan Hager (2005) bahwa erosi teijadi di wilayah yang mana tekanan rendah serta di wilayah yang mana gelembung udara belum menyentuh dasar saluran atau di wilayah developing Pada saat kecepatan aliran meningkat (makin jauh dari crest pelimpah), maka tekanan akan berkurang Penurunan tekanan ini dapat saja cukup besar, sehingga tekanan aliran tersebut turun mencapai tekanan uapnya (Kramer dan Hager: 2006) Dalam situasi pendidihan teijadi, gelembung uap terbentuk dan kemudian pecah pada saat aliran bergerak ke daerah tekanan yang lebih tinggi (kecepatan aliran lebih rendah) Pada saat gelembung uap pecah di dekat suatu batas fisik tertentu, misalnya dasar atau dinding samping chute, maka dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan di daerah kavitasi Erosi di saluran luncur dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara (1) meningkatkan tinggi tekanan, (2) meningkatkan kehalusan dasar dan dinding 1

4 , saluran luncur, (3) memasang slot aeration, dan (4) memasang aerator (Chanson, 1993) Upaya meningkatkan kehalusan dasar dan dinding saluran dengan cara menggunakan material tertentu merupakan langkah yang mahal Chanson (1993) menyarankan agar erosi kavitasi dikurangi atau dihilangkan dengan cara memasang slot aeration atau aerator Masalah yang timbul adalah pengaruh pemasukan udara baik secara alamiah maupun secara buatan (self and artificial air entrainment) terhadap unjuk kerja (performance) saluran berkemiringan curam Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan di atas HASIL PENELITIAN Profil Distribusi Konsentrasi Gelembung Udara pada Kondisi Pemasukan Udara Alamiah pada 0=25, Q=20,9 Vs, di titik 7,2 m dari inlet flume Konsentrasi gelembung udara di dasar kedalaman belum mencapai 10%, sehingga masih dimungkinkan terjadinya tekanan rendah atau terjadinya indeks kavitasi yang rendah Kondisi demikian masih sangat membahayakan bagi struktur saluran curam atau saluran luncur pelimpah bendungan Oleh karena itu, di titik 7,2 m dari inletflume masih diperlukan aerator (Kramer, 2004) 1,0 = 0,9 e 0,8 :s r 0,7 Q 0,6 -(IS = 0,5 = 0,4 -! 0,3 Q 0,2 If O ;~' 0 '-----,, ' ff~' 8,, 0,1 0,0 ~1 0,0 o fg6 [l h 0 o Konsentrasi gelembung udara C (%) eksperimen ----Konsentrasi gelembung udara C (%) teori (Straub dan Anderson, 1958) Konsentrasi gelembung udara C (%) teori (Chanson, 1995) 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Konsentrasi gelembung udara C (%) Gambar 1 Profil distribusi pada a=25, Q=20,9l/s, di titik 72 m dari inlet flume 2

5 Profil Distribusi konsentrasi gelembung udara C eksperimen (gabungan) di titik 7,2 m dari inletflume, 0,9 -r;; 0,8 = ~ 0,7 "E J 0,6 ~ = '/ -: 0,5 i = :): gf 0,4 Iff ~ 0,3~ ~ 02 ~ ~ '~?- 0,1 ~ or o x + t(k X x:w: )K+, "/ ~ /1' x X)KIII+ )K l~ +C_Eksp_15 derajat_9,4 1/s C_Eksp_15 derajat_ll,5 1/s C_Eksp_15 derajat_20,91/s XC_Eksp_20 derajat_9,41/s ~C_Eksp_20derajat_ll,51/s C_Eksp_20 derajat_20,91/s C_Eksp_25 derajat_9,41/s C_Eksp_25 derajat_ll,5 1/s C_Eksp_25 derajat_20,9 1/s Konsentrasi gelembung udara C (%) Gambar 2 C di titik 7,2 m dari inletflume; Q=9,4l/s, 11,5 1/s,dan 20,91/s; serta a= 15,20, dan 25 Berdasarkan Gambar 2 di atas, dapat disintesiskan bahwa gelembung udara di titik 7,2 m dari inletflume sudah mencapai dasar saluran yang besarnya 3%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa wilayah ini termasuk dalam kategorifully aeratedflow 3

6 Rancangan Aerator untuk Meningkatkan Konsentrasi Gelembung Udara Bilangan Froude pada titik 7,2 m di a=25 dan debit=20,9 l/s adalah 6,8 Konsentrasi gelembung udara di dasar saluran adajah 2,9% Berdasarkan pendapat ahli mengenai bilangan Froude minimal 6 (Pettersson, 2012) atau 7 sampai 8 (Chanson, 199?) serta konsentrasi gelembung udara di dasar saluran <10%, maka aerator dapat dipasang di penggal 7,2 m di hilir inlet flume Pada penggal yang lain tidak diperlukan pemasangan aerator, namun hanya diperlukan penghalusan pennukaan dasar salurannya 25/1/11)? //1// 1 (, <11111'I Gambar 3 Dimensi aerator hasil rancangan penelitian Profil Distribusi Konsentrasi Gelembung Udara pada Kondisi Pemasukan Udara Buatan (ArlijicialAir Entrainment) pada «=25, Q=20,9I/s Di bawah ini disajikan Gambar 4 tentang Profil distribusi konsentrasi gelembung udara setelah dipasang aerator Gambar 4 Profil distribusi konsentrasi gelembung udara setelah dipasang aerator 4

7 ],0 :=- II) 0,9 = e 0,8 ;a "'" 0,7,Q 0,6 ts = 0,5 :m = 0,4! 0,3 :s 0,2 If 'N 0,] J - ", ~,),,:-: ' ' KonsentrasigelembungudaraC (%) eksperimen di wilayah ftee surface 1- aeration " " e Ko~ntrasi gelembung udarac(%) ' " surface teon(chanson, aeration 1995)di wilayah ftee "- -' - J --,-- 0,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 Konsentrasi gelembung udara C (%) Gambar 5 Profil distribusi (1=25,Q=20,91/s di titik 7,2 m dari inletflume di free surface aeration tepat di x/l=0,54 KESIMPULAN Pertama, pada Q=20,9 1/sdan kemiringan dasar aliran (1=25 aerator dapat dipasang di penggal 7,2 m di hilir inletflume penelitian, karena (1) besar bilangan Froudenya adalah 6,8, serta (2) konsentrasi gelembung udara di dasar aliran belurn mencapai 10%; sedangkan pada penggal yang lain tidak diperlukan pemasangan aerator, namun hanya diperlukan penghalusan permukaan dasar saja; Kedua, dimensi aerator hasil rancangan penelitian adalah do = 7mm (tinggi deflektor), panjang deflektor=30mm, kedalamanoffsets D =20mm, panjang offsets =80 mm, diameter lubang ventilasi 10 mm, dan kemiringan dasar saluran (1=25 ; Ketiga, persamaan yang dikemukakan oleh Chanson (1995) bahwa distribusi konsentrasi gelembung udara C (%) di wilayah free surface aeration di hilir aerator mempunyai distribusi normal atau Gaussian didukung hasil penelitian, sehingga persamaan ini tidak perlu dimodifikasi; 5

8 Keempat, distribusi konsentrasi gelembung udara C (%) di wilayah down stream flow region tidak homogen Di dasar aliran, konsentrasi gelembung udaranya lebih kecil dibanding di bagian tengah dan permukaan aliran Distribusi konsentrasi gelembung udara C (%) di wilayah ini cenderung trapesium; Kelima, pada kemiringan dasar saluran curam a=25, serta Q=9,4 US, Q=II,5 USclanQ=20,9 US,di titik 7,2 m dari inletflume pada kondisi pemasukan udara buatan (artificial air entrainment) di wilayah down stream flow region setelah aerator yang pertama terpasang tidak diperlukan aerator barn Di samping itu, pemasangan aerator di lokasi 7,2 m di hilir inletflume bermanfaat mencegah teijadinya kavitasi, karena konsentrasi gelembung udara di dasar aliran mencapai besaran 33, I% sampai dengan 59,41% yang lebih besar dari 10% SARAN Pertama, berdasarkan kesimpulan penelitian diketahui bahwa pada kondisi pemasukan udara alamiah (self air entrainment) di saluran curam misalnya chute spillway yang memiliki kemiringan dasar a=25, persamaan distribusi konsentrasi gelembung udara C (%) yang dikemukakan oleh Straub dan Anderson 1958 (Falvey, 1980) memiliki prediksi cukup akurat Dengan demikian, secara praktis dapat disarankan, jika terdapat chute spillway yang memiliki kemiringan dasar a=25, maka perhitungan distribusi konsentrasi gelembung udara dapat dilakukan menggunakan persamaan Straub dan Anderson 1958 (Falvey, 1980); Kedua, dibutuhkan penelitian lanjutan yang memanfaatkan metode analisis data gelembung udara yang berbeda misalnya menerapkan Image processing method secara khusus adalah stereomatching method, dengan demikian dapat digunakan sebagai pengayakan hasil penelitian ini, yang selanjutnya dapat disusun persamaan empirik tentang distribusi konsentrasi gelembung udara arab vertikal yang validitas dan reliabilitasnya sangat tinggi; 6

9 MANF AAT PENELITIAN Manfaat untuk untuk pembangunan negara a Kondisi eksisting saluran luncur pelimpah bendungan di Indonesia tidak banyak yang memanfaatkan teknik artificial air entrainment terutama aerator untuk mencegah terjadinya kavitasi Berdasarkan data, di pulau Jawa hanya pelimpah bendungan Wadas Lintang yang menerapkan teknik ini Padahal kerusakan yang diakibatkan oleh fenomena kavitasi sangat berbahaya yaitu dapat meruntuhkan pelimpah bendungan sekaligus bendungan itu sendiri, karena struktur ini merupakan pelindung utama bendungan Oleh karena itu, hasil penelitian ini mempunyai sumbangan bagi perancang bendungan agar merubah pola tikir lama yaitu tidak menerapkan teknik artificial air entrainment terutama aerator sebagai struktur utama di dalam pembangunan saluran luncur bendungan menjadi menerapkan dalam pembangunan pelimpah bendungan; b Jumlah gelembung udara yang tinggi di dalam aliran terutama di hilir saluran luncur pelimpah bendungan menyebabkan kecukupan kebutuhan oksigen bagi biotika di dalam sungai sehingga mendukung kegiatan konservasi lingkungan yang bersifat green technology, sehingga dapat menjaga jenis dan jumlah biotika di dasar sungai yang merupakankekayaan alam bangsa Indonesia Manfaat untuk pengembangan iimu pengetahuan dan teknologi a Secara teoritik hasil penelitian ini dapat mendukung teori distribusi konsentrasi gelembung udara seperti yang dikemukakan oleh Chanson (1997) serta Straub dan Anderson (1958) khususnya di wilayah developing di dasar saluran curam atau di dasar saluran luncur pelimpah bendungan; b Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi distribusi konsentrasi gelembung udara di wilayah developing pada kondisi pemasukan udara alamiah (self air entrainment) yang berhubungan dengan pencegahan tetjadinya kavitasi di dasar saluran curam atau di dasar saluran luncur pelimpah bendungan 7

10 DAFTAR RIW AYAT HIDUP 1 Nama Drs Yeri Sutopo, MPd, MT 2 Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta,30 Juli NIP PangkatiGolongan PembinaIIV a 5 Jabatan Akademik Lektor Kepala 6 Unit Kerja FakultasTeknik UNNES 7 Alamat Kantor UniversitasNegeri Semarang FakultasTeknik, Jurusan Teknik Sipil Gedung E3-E4 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Telp/Fax Alamat Rumah J1Taman Kradenan Asri G-3/G-4 9 Semarang (024) / yerg4g@gmailcomlyerg3g@yahoocom 10 Nama Istri DraElyRudyatmi,MSi 11 NamaAnak 1 Rifky Ruriardi 2 ShaniRuri Efendi 3 Cindy Syaharani Ruriasri 12 Pendidikan Formal: Tingkat Nama dan Tempat Lembaga Pendidikan Keahlian Tahun Ijazah Sekolah Dasar SD Taman Siswa Surakarta

11 r Menengah ST Negeri 4 Surakarta Teknik 1979 Pertama Bangunan Menengah Atas STM Negeri 1 Surakarta Teknik 1982 Bangunan Satjana (S-I) Drs IKIP Yogyakarta Teknik 1986 Bangunan Pascasatjana IKIP Jakarta Pendidikan 1992 Pendidikan Kejuruan Pra Pascasarjana Fakultas Teknik UGM Teknik Sipil 1997 (pra S-2) Yogyakarta (Lulusan Terbaik) Pascasatjana/S-2 Program PascasaIjana Teknik Sipil 2002 (MT) UGM Yogyakarta S-3 Teknik Sipil Program PascasaIjana FT Teknik Sipil 2014 Fakultas Teknik UGM Yogyakarta UGM Yogyakarta 13 Pengalaman Jabatanlpenghargaan: No Namadan Tempat Lembaga Kursus I Fakultas Teknik UGM Yogyakarta 2 PPB UGM Yogyakarta 3 DP2M DIKTI Depdiknas Nama Kursus Tahoo Pra Pascasarjana (pra S-2) 1997 TOEFL 2009 Pelatihan Pemanfaatan Hasil 2011 Penelitian, Pengabdian Masyarakat yang Berpotensi Paten 14 Publikasi Ilmiah yang Berkaitan dengan Disertasi No Nama Seminar atau Conference ludul Makalah Tempatffahun l Seminar Nasional PeneHtianDisertasi Doktor Pemasukan Udara Alamiah (self air entrainment) Di Saluran Curam Yogyakarta, 14 Juli

12 2 The in ASEAN Civil Data Acquisition System Yogyakarta, Engineering Conftrence of Air Bubbles in Steep November 20II and The 4th Channel Flow Environmental Engineering Conftrence 3 Konferensi Nasional Distribusi Konsentrasi Bandung,20 Pascasarjana Teknik Sipil dan kecepatan Desember 20II 20tI Gelembung Udara pada Kondisi Pemasukan Udara Alamiah (self air entrainment) Di Saluran Curam 4 Pertemuan Ilmiah Sistem Akuisisi Data Bandung, 10 Tahunan HATHI XXIX, Tekanan Oi Saluran Oktober 2012 Bandung Curam (Pemakalah Terbaik) 5 Konferensi Nasional Indeks Kavitasi pada ITB Bandung, 15 Pascasarjana Teknik Sipil Aliran Superkritik Oi Oesember Saluran Curam 6 Engineering International Aerator Performance in Pandanaran Hotel Conftrence, 2013 Reducing Phenomenon Semarang, 8 of Cavitation in Januari 2013 Supercritical Flow in Steep Channel Bed 7 Engineering International Self Air Entrainment in Pandanaran Hotel Conference, 2013 Supercritical Flow in Semarang, 21 Steep Channels November

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aliran berkecepatan tinggi ditunjukkan oleh kasus keluarnya air dari mulut (nozzle) pipa pemadam kebakaran. Aliran berkecepatan tinggi juga nampak pada aliran

Lebih terperinci

PEMASUKAN UDARA ALAMIAH (SELF AIR ENTRAINMENT) PADA ALIRAN SUPERKRITIK DI SALURAN CURAM

PEMASUKAN UDARA ALAMIAH (SELF AIR ENTRAINMENT) PADA ALIRAN SUPERKRITIK DI SALURAN CURAM PEMASUKAN UDARA ALAMIAH (SELF AIR ENTRAINMENT) PADA ALIRAN SUPERKRITIK DI SALURAN CURAM Yeri Sutopo 1, Budi S. Wignyosukarto 2, Bambang Yulistyanto 2 dan Istiarto 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Pemasukan Udara secara Alamiah Ke dalam Aliran di Saluran Curam (Self Air Entrainment in Steep Channel Flow)

Pemasukan Udara secara Alamiah Ke dalam Aliran di Saluran Curam (Self Air Entrainment in Steep Channel Flow) Pemasukan Udara secara Alamiah Ke dalam Aliran di Saluran Curam (Self Air Entrainment in Steep Channel Flow) Oleh: Yeri Sutopo (Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil FT UGM Yogyakarta) ABSTRAK Erosi dasar

Lebih terperinci

TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM

TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM TEKANAN DAN TEGANGAN GESEK ALIRAN SUPERKRITIK DI DASAR SALURAN CURAM Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adala: (1) tersedianya asil analisis

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA PADA ALIRAN SERAGAM SALURAN TERBUKA BERDASARKAN PENGUKURAN 1, 2, DAN 3 TITIK

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA PADA ALIRAN SERAGAM SALURAN TERBUKA BERDASARKAN PENGUKURAN 1, 2, DAN 3 TITIK KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA PADA ALIRAN SERAGAM SALURAN TERBUKA BERDASARKAN PENGUKURAN, 2, DAN 3 TITIK Bambang Agus Kironoto dan Bambang Yulistianto 2 Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, penyediaan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Air adalah salah satu komponen utama penunjang kehidupan seluruh makhluk hidup. Pencemaran dan penurunan kualitas air karena peningkatan aktivitas manusia akan berdampak

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN

PENGENDALIAN GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN PENGENDALIAN GERUSAN DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN Lutjito 1, Sudiyono AD 2 1,2 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY lutjito@yahoo.com ABSTRACT The purpose of this research is to find out

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai secara umum memiliki suatu karakteristik sifat yaitu terjadinya perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi dikarenakan oleh faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah suatu saluran terbuka yang berfungsi sebagai saluran drainasi yang terbentuk secara alami. Sungai mengalirkan air dari tempat yang tinggi (hulu) ketempat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK

PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK (THE COMPARISON OF WATER ENERGY AT CONVENTIONAL SPILLWAY AND STEPPED SPILLWAY AT STILLING BASIN)

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP (CV) DOSEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RIWAYAT HIDUP (CV) DOSEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA Halaman 1 dari 5 RIWAYAT HIDUP (CV) DOSEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS BRAWIJAYA Nama : Dr. Ir. AGOES SOEHARDJONO MD, MS. Pangkat / Golongan : Pembina Utama Muda / IV-c ( tmt. Oktober 2000 ) Nip :

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NIM :

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NIM : NASKAH SEMINAR 1 ANALISA NUMERIK GERUSAN LOKAL METODE CSU (COLORADO STATE UNIVERSITY) MENGGUNAKAN HEC-RAS 5.0.3 PADA ALIRAN SUPERKRITIK (Studi Kasus : Pilar Lingkaran dan Pilar Persegi) Vinesa Rizka Amalia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bendung atau pelimpah adalah bangunan yang melintang sungai yang berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air untuk keperluan irigasi, PLTA, dan air bersih dan keperluan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS NILAI SEBARAN KADAR OKSIGEN TERLARUT DALAM ALIRAN (DO) PADA HULU DAN HILIR BANGUNAN BENDUNG DI DAERAH IRIGASI TUMPANG KABUPATEN MALANG

STUDI ANALISIS NILAI SEBARAN KADAR OKSIGEN TERLARUT DALAM ALIRAN (DO) PADA HULU DAN HILIR BANGUNAN BENDUNG DI DAERAH IRIGASI TUMPANG KABUPATEN MALANG STUDI ANALISIS NILAI SEBARAN KADAR OKSIGEN TERLARUT DALAM ALIRAN (DO) PADA HULU DAN HILIR BANGUNAN BENDUNG DI DAERAH IRIGASI TUMPANG KABUPATEN MALANG Ulill Allbab 1, Very Dermawan 2, Donny Harisuseno 2

Lebih terperinci

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -CULVERT- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Culvert/ gorong-gorong adalah sebuah conduit yang diletakkan di bawah sebuah timbunan, seperti misalnya timbunan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Ujian Sarjana Teknik Sipil

Lebih terperinci

PREDIKSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI GUNA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

PREDIKSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI GUNA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR PREDIKSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI GUNA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR Tiny Mananoma Mahasiswa S3 - Program Kajian Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta

Lebih terperinci

MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY

MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY digilib.uns.ac.id ABSTRAK Sad Mei Nuraini, 2012. MENURUNKAN ENERGI AIR DARI SPILLWAY DENGAN STEPPED CHUTES. Skripsi, Jurusan Tenik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bangunan spillway

Lebih terperinci

Dr. Amar, S.T., M.T. Curriculum Vitae. Daftar Riwayat Hidup. 1. Identitas Diri NIP

Dr. Amar, S.T., M.T. Curriculum Vitae. Daftar Riwayat Hidup. 1. Identitas Diri NIP Dr. Amar, S.T., M.T NIP. 19710303 199803 1 001 Curriculum Vitae Daftar Riwayat Hidup Identitas Diri 1 Nama Lengkap Dr. Amar, ST., MT. 2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala 3 Jabatan Struktural 4 NIP 19680714

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK SKRIPSI

PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK SKRIPSI PERBANDINGAN ENERGI AIR MELALUI SPILLWAY BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELUNCUR BERTANGGA DI KOLAM OLAK SKRIPSI Oleh Ermita Syafrinda NIM. 101910301022 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TEKNIK LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING Aplikasi Response Getaran Untuk Menganalisis Fenomena Kavitasi Pada Instalasi Pompa Sentrifugal Wijianto, ST.M.Eng.Sc Marwan Effendy, ST. MT. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. (024) 8508082; Email: unnes@unnes.ac.id Website http://www.unnes.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan sedimen berasal dari daerah aliran sungai (DAS), yang kemudian bergerak secara melayang maupun secara bergeser, bergelinding ataupun meloncat dan kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawat bronjong merupakan salah satu material yang saat ini banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan konstruksi terutama untuk konstruksi perkuatan, misalnya untuk perkuatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gerusan Lokal 7 BAB III LANDASAN TEORI A. Gerusan Lokal Gerusan merupakan fenomena alam yang terjadi akibat erosi terhadap aliran air pada dasar dan tebing saluran alluvial. Juga merupakan proses menurunnya atau semakin

Lebih terperinci

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan

Sambungan Persil. Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Kelengkapan Saluran Sambungan Persil Sambungan persil adalah sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang berada di tepi jalan Bentuk: Saluran terbuka Saluran tertutup Dibuat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bendung, embung ataupun bendungan merupakan bangunan air yang banyak dibangun sebagai salah satu solusi dalam berbagai masalah yang berhubungan dengan sumber daya

Lebih terperinci

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN

THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN THE EFFECT OF STEPPED SPILLWAY ( AKAR TERPOTONG TYPE) TO THE LENGTH OF HIDRAULIC JUMP AND ENERGY LOSS IN STILLING BASSIN PENGARUH PELIMPAH BERTANGGA TIPE AKAR TERPOTONG TERHADAP PANJANG LONCAT AIR DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Abstrak. Abstract

PENDAHULUAN. Abstrak. Abstract PERBANDINGAN ENERGI AIR PADA PELIMPAH BERSALURAN PELUNCUR LURUS DAN PELIMPAH BERSALURAN PELUNCUR ANAK TANGGA (THE COMPARISON OF WATER ENERGY AT CONVENTIONAL SPILLWAY AND STEPPED SPILLWAY) Linda Wahyuningsih,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES MICRO BUBBLE GENERATOR

PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES MICRO BUBBLE GENERATOR SKRIPSI PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES MICRO BUBBLE GENERATOR O l e h : REZA SURYA NUGRAHA 1052010007 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

ABSTRAK Faris Afif.O,

ABSTRAK Faris Afif.O, ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,

Lebih terperinci

BENDUNG BERTANGGA SEBAGAI ALTERNATIF PADA PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI STEPPED WEIR AS AN ALTERNATIVE DESIGN OF IRRIGATION STRUCTURE

BENDUNG BERTANGGA SEBAGAI ALTERNATIF PADA PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI STEPPED WEIR AS AN ALTERNATIVE DESIGN OF IRRIGATION STRUCTURE BENDUNG BERTANGGA SEBAGAI ALTERNATIF PADA PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI STEPPED WEIR AS AN ALTERNATIVE DESIGN OF IRRIGATION STRUCTURE Oleh: Denik Sri Krisnayanti 1), Very Dermawan 2), M. Sholichin 2), Suhardjono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai merupakan suatu saluran terbuka atau saluran drainase yang terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang mengalir di dalam sungai akan

Lebih terperinci

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek D125 Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek Faradilla Ayu Rizki Shiami, Umboro Lasminto, dan Wasis Wardoyo Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna Wonogiri merupakan satu - satunya bendungan besar di sungai utama Bengawan Solo yang merupakan sungai

Lebih terperinci

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM) ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM) Nur Fitriana Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl, Raya Palembang-Prabumulih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. (024) 8508082; Email: unnes@unnes.ac.id Website http://www.unnes.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE CSU

ANALISIS GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE CSU NASKAH SEMINAR 1 ANALISIS GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE CSU Pilar (Pilar Kapsul dan Pilar Tajam dengan Aliran Superkritik) Anjelita Suratinoyo 2, Puji Harsanto 3, Jaza ul Ikhsan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **) PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK Dwi Kurniani *) Kirno **) Abstract A manual of intake gate operation for embung is an important tool it depends. One factor which

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 Sunaryo 1, Darwizal Daoed 2, Febby Laila Sari 3 ABSTRAK Sungai merupakan saluran alamiah yang berfungsi mengumpulkan

Lebih terperinci

KAJIAN LABORATORIUM Perilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air TUGAS AKHIR

KAJIAN LABORATORIUM Perilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air TUGAS AKHIR KAJIAN LABORATORIUM Perilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh M. BUDI SAPUTRA 15099077

Lebih terperinci

METODE SEDERHANA PENENTUAN DIMENSI GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI

METODE SEDERHANA PENENTUAN DIMENSI GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 METODE SEDERHANA PENENTUAN DIMENSI GEOTEXTILE TUBE (GEOTUBE) SEBAGAI STRUKTUR PELINDUNG PANTAI Chairul Paotonan Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Gunungpati merupakan daerah berbukit di sisi utara Gunung Ungaran dengan kemiringan dan panjang yang bervariasi. Sungai utama yang melintas dan mengalir melalui

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH HASIL PENELITIAN

PUBLIKASI ILMIAH HASIL PENELITIAN 1 PUBLIKASI ILMIAH HASIL PENELITIAN Wayan Firdaus Mahmudy Fakultas Ilmu Komputer Workshop dan Pendampingan Penyusunan Proposal Penelitian Bagi Dosen Senior Universitas Brawijaya Malang, 02 Februari 2016

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. (024) 8508082; Email: unnes@unnes.ac.id Website http://www.unnes.ac.id

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu

Lebih terperinci

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU Sih Andayani 1, Arif Andri Prasetyo 2, Dwi Yunita 3, Soekrasno 4 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pengujian dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Didapatkan hasil dari penelitian dengan aliran superkritik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. (024) 8508082; Email: unnes@unnes.ac.id Website http://www.unnes.ac.id

Lebih terperinci

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat untuk menempuh Colloquium Doctum/ Ujian

Lebih terperinci

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding. Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATA KULIAH HIDROLIKA

Lebih terperinci

INFORMASI PENDAFTARAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2007/2008

INFORMASI PENDAFTARAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2007/2008 INFORMASI PENDAFTARAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2007/2008 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Jl. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung 40154 Telepon:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

CURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI

CURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI CURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI Nama : Ir. MUHAMMAD AMINSYAH, MT. Nomor Sertifikat : 101100606049 NIP : 132 057 673 Tempat dan Tanggal Lahir : Padang Panjang/2 Februari 1966 Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Lebih terperinci

Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob.

Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob. Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob. Oleh: Azwar Annas Kunaifi, S.T., M.T. 1 1. PENDAHULUAN Banjir dan Rob adalah 2 (dua) kejadian yang akrab dengan penduduk di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Sungai adalah suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan dan senantiasa tersentuh air serta terbentuk secara alamiah (Sosrodarsono,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. (024) 8508082; Email: unnes@unnes.ac.id Website http://www.unnes.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam sistem instalasi pemipaan fenomena kavitasi sering tidak diperhatikan, sedangkan kavitasi sendiri adalah salah satu kerugian di dalam sistem instalasi pemipaan.

Lebih terperinci

OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT. Tesis Magister. Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA

OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT. Tesis Magister. Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA OPTIMASI PEREDAM ENERGI TIPE BUCKET PADA BENDUNG MERCU BULAT Tesis Magister Oleh: DEDDI YAN ANDI AMRA 25099021 PENGUTAMAAN REKAYASA SUMBER DAYA AIR JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Pudyono, Sunik. Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang ABSTRAK

Pudyono, Sunik. Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167 Malang ABSTRAK PENENTUAN KEDALAMAN DAN POLA GERUSAN AKIBAT ALIRAN SUPERKRITIK DI HILIR PINTU AIR MENGGUNAKAN END SILL DAN BUFFLE BLOCK DENGAN SIMULASI MODEL INTEGRASI NUMERIK Pudyono, Sunik Jurusan Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jembatan adalah suatu konstruksi yang menghubungkan dua bagian jalan

BAB I PENDAHULUAN. Jembatan adalah suatu konstruksi yang menghubungkan dua bagian jalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan adalah suatu konstruksi yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus karena suatu rintangan, baik itu karena sungai, danau, kali, atau jalan raya. Menurut

Lebih terperinci

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh:

PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG. Disusun untuk Memenuhi. Tugas Mata Kuliah Drainase. Disusun Oleh: PERANCANGAN BANGUNAN PELENGKAP DRAINASE GORONG-GORONG Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Drainase Disusun Oleh: Ramlan Effendi Tanjung Shena Meita Cassandra 21080112130074 Diny Setyanti 21080112130075

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

Lampiran 1. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA BIODATA KETUA TIM PENELITI

Lampiran 1. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA BIODATA KETUA TIM PENELITI Lampiran 1. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA BIODATA KETUA TIM PENELITI A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Gun Faisal, ST, MSc 2 Jenis Kelamin Laki-Laki 3 Jabatan Fungsional - 4 NIP 19881031 201404

Lebih terperinci

Analisa gradasi agregat campuran pasir pantai dan pasir lokal sebagai bahan beton kedap air dan beton normal

Analisa gradasi agregat campuran pasir pantai dan pasir lokal sebagai bahan beton kedap air dan beton normal Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 4, No. 2, Mei 2013 91 Analisa gradasi agregat campuran pasir pantai dan pasir lokal sebagai bahan beton kedap air dan beton normal Hery Suroso 1 1. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A)

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A) PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (8A) Agatha Padma L Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaa Yogakarta, Jl. Babarsari 44 Yogakarta Email: padma_laksita@ahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA DICALONKAN SEBAGAI DEKAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA DICALONKAN SEBAGAI DEKAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE Periode : 008-0 (Formulir ) SURAT PERNYATAAN BERSEDIA DICALONKAN SEBAGAI DEKAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE 008-0 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Tempat/Tanggal

Lebih terperinci

BAB III SET-UP ALAT UJI

BAB III SET-UP ALAT UJI BAB III SET-UP ALAT UJI Rangkaian alat penelitian MBG dibuat sebagai waterloop (siklus tertutup) dan menggunakan pompa sebagai penggerak fluida. Pengamatan pembentukan micro bubble yang terjadi di daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada perencanaan pembangunan sebuah pondasi harus diperhatikan beberapa

I. PENDAHULUAN. Pada perencanaan pembangunan sebuah pondasi harus diperhatikan beberapa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan pembangunan sebuah pondasi harus diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Untuk itu diperlukan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN Amelia Ester Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ame910@gmail.com ABSTRAK Danau

Lebih terperinci

SOP Perkuliahan Mahasiswa Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

SOP Perkuliahan Mahasiswa Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada SOP Perkuliahan Mahasiswa Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada PENGERTIAN TUJUAN PERKULIAHAN MAHASISWA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Program Studi Doktor adalah program pendidikan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL Jazaul Ikhsan & Wahyudi Hidayat Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Barat Tamantrito Kasihan Bantul Yogyakarta

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI Pribadi Maulana NRP : 0121113 Pembimbing : Maria Christine S.,Ir. M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM) ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM) Evi J.W. Pamungkas Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampungan dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. IDENTITAS DOSEN. Nama Lengkap : Drs. Muhammad Bachtiar, MM. NIP/NIS/NPP/NIK : 00040490. Tempat Lahir : Yogyakarta 4. Tgl-Bln-Thn-Lahir : 4 Maret 949 5. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI

3 BAB III METODOLOGI 3-1 3 BAB III METODOLOGI 3.1 PENGUMPULAN DATA Untuk pengumpulan data yang dipergunakan dalam Tugas Akhir ini didapatkan dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari catatancatatan

Lebih terperinci

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK Dian Febiyanti NRP : 0321023 Pembimbing : Dr. Ir. Agung Bagiawan.,M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU)

Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) ISBN 978-979-3541-25-9 Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) M. F. Soetanto, M.Taufan Program Studi Tenik Aeronautika, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan Journal INTEK. April 17, Volume 4 (1): 6-6 6 Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan Hasdaryatmin Djufri 1,a 1 Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Tamalanrea Km., Makassar,

Lebih terperinci

AKHMAD MUSTOLIH NIM : X

AKHMAD MUSTOLIH NIM : X PENGGUNAAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN KONSENTRASI OTOMOTIF UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE MI 3205 Pengetahuan Lingkungan 2013 D3 Metrologi ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah o Air limbah

Lebih terperinci

PEMODELAN NUMERIK PELIMPAH SAMPING WADUK TELAGAWAJA BALI KABUPATEN KARANGASEM DENGAN ANALISA KOMPUTASI FLUIDA DINAMIS

PEMODELAN NUMERIK PELIMPAH SAMPING WADUK TELAGAWAJA BALI KABUPATEN KARANGASEM DENGAN ANALISA KOMPUTASI FLUIDA DINAMIS PEMODELAN NUMERIK PELIMPAH SAMPING WADUK TELAGAWAJA BALI KABUPATEN KARANGASEM DENGAN ANALISA KOMPUTASI FLUIDA DINAMIS Anggara Cahyo Wibowo 1, Very Dermawan, Pitojo Tri Juwono 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

Curriculum Vitae. 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd 2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala 3 Jabatan

Curriculum Vitae. 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd 2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala 3 Jabatan Curriculum Vitae 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Luluk Sri Agus Prasetyoningsih, M.Pd 2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala 3 Jabatan Pembina Utama Muda/IVC Struktural/Gol/Pangkat 4 NIP/NIK/Identitas lainnya

Lebih terperinci

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4. Sebelumnya perlu Dari perhitungan tabel.1 di atas, curah hujan periode ulang yang akan digunakan dalam perhitungan distribusi curah hujan daerah adalah curah hujan dengan periode ulang 100 tahunan yaitu

Lebih terperinci

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding. Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/scaffolding PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL TERHADAP PEMAHAMAN MATERI PADA MATA KULIAH HIDROLIKA SALURAN

Lebih terperinci