V. GAMBARAN UMUM. PT. UNITEX adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia-Jepang yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. GAMBARAN UMUM. PT. UNITEX adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia-Jepang yang"

Transkripsi

1 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat PT. UNITEX PT. UNITEX adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia-Jepang yang bergerak di bidang tekstil terpadu (Fully Integrated Textile Manufacture). PT. UNITEX merupakan perusahaan yang didirikan bekerja sama dengan Jepang pada tanggal 14 Mei 1971 berdasarkan akta notaris Eliza Pondaag, SH No. 25. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputusan No. JA.5/128/4 tanggal 30 Juli PT. UNITEX mulai aktif berproduksi pada tanggal 22 September 1972 dengan kapasitas produksi mencapai 1,6 juta meter kain setiap bulan dan dapat meningkat mencapai dua juta meter per bulannya ketika hari-hari besar seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Lokasi PT. UNITEX terbagi menjadi dua bagian yaitu perusahaan berkedudukan di Jakarta sedangkan pabrik berlokasi di Jl. Raya Tajur No.1, Ciawi-Bogor dengan luas m Sarana Produksi dan Proses Produksi Bahan Baku Bahan baku yang digunakan oleh PT. UNITEX dalam pembuatan kain yaitu kapas dan polyester. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi ini menghasilkan dua jenis kain yaitu cotton dan tetoron. Cotton merupakan kain yang 100 persen bahan bakunya berasal dari kapas sedangkan tetoron merupakan campuran 35 persen kapas dan 65 persen polyester.

2 Proses Produksi Sebagai sebuah perusahaan tekstil terpadu, PT. UNITEX melakukan kegiatan mulai dari pemintalan (spinning), penenunan (weaving), pencelupan (dyeing). Pemintalan adalah bagian dari produksi yang melakukan proses pembuatan benang dari bahan baku kapas dan polyester. Penenunan adalah bagian produksi yang melakukan proses penenunan hingga benang menjadi kain mentah (grige cloth). Pencelupan adalah bagian akhir dari keseluruhan proses produksi tekstil yang memberikan warna melalui proses pencelupan terhadap kain yang sudah diproduksi di penenunan dan melakukan proses penyempurnaan dari kain mentah menjadi kain jadi (finish goods). Pencelupan benang adalah bagian yang melakukan proses pencelupan benang (putih) hingga menjadi benang warna. Hasil produksi kain yang utama adalah yard dyed dan piece dyed. Tipe yard dyed merupakan kain yang ditenun dari benang yang sudah dicelup warna sehingga terdiri dari berbagai desain dan warna. Corak tekstil yang dihasilkan PT. UNITEX adalah garis-garis dan kotak-kotak. Tipe piece dyed berupa kain polos putih yaitu kain yang ditenun dalam keadaan yang tidak berwarna Pengolahan Air Limbah Sumber Limbah Cair Sumber limbah cair dihasilkan baik berasal dari limbah proses produksi maupun limbah domestik. Limbah yang berasal dari proses produksi merupakan limbah yang paling utama. Limbah cair proses produksi terutama berasal dari proses pencelupan. Hal ini dikarenakan pada proses pencelupan membutuhkan jumlah air yang sangat besar sehingga menghasilkan limbah cair dalam jumlah

3 yang besar pula. Selain itu bahan pencemar yang tercampur dengan air pencelupan mengandung senyawa kimia yang berbahaya karena memiliki kandungan BOD dan COD yang masih relatif tinggi yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan Jenis dan Karakteristik Limbah Cair Sumber limbah cair yang masuk ke IPAL PT. UNITEX terdiri dari dua jenis, yaitu limbah air warna dan limbah air umum. Secara umum limbah cair yang dihasilkan memiliki karakteristik yaitu warna pekat, ph tinggi, kandungan BOD, COD, dan TSS tinggi serta suhu tinggi. 1. Limbah Air Warna (Coloured Waste Water) Limbah air warna bersumber dari proses pencelupan kain (dyeing). Air warna mengandung bahan pencemar cukup berbahaya bagi lingkungan karena limbah yang dihasilkan memiliki kadar BOD dan COD yang tinggi. Kadar BOD limbah cair industri tekstil yang tinggi berasal dari kandungan bahan organik seperti pewarna organik, kanji dan serat-serat alam yang merupakan bahan organik sedangkan tingginya kadar COD disebabkan oleh bahan pencemar seperti deterjen, pewarna sintetik yang mengandung logam, minyak dan lemak. Air limbah berwarna dapat dilihat pada Gambar Limbah Air Umum/Tidak Berwarna (Uncoloured Waste Water) Limbah air umum bersumber dari hasil pembilasan bahan yang mengandung kanji dan sisa air hasil pencucian dari kantin. Limbah air umum juga dialirkan ke IPAL karena adanya kadar detergen atau sabun yang bisa memberi

4 dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga perlu dilakukan proses pengolahan limbahnya. Gambar 8. Air Limbah Berwarna Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. UNITEX PT. UNITEX dalam usaha mencapai produk tekstil yang berkualitas tidak melupakan tangggungjawabnya terhadap pelestarian lingkungan. Pada tahun 1989, PT. UNITEX membangun IPAL di atas tanah seluas m 2. Kapasitas maksimum IPAL PT. UNITEX mampu mengolah limbah cair sebesar m 3 per hari dan bekerja selama 24 jam namun sejak akhir tahun 1995, kapasitas maksimum IPAL meningkat menjadi m 3 per hari (Sitorus, 1993). Proses pengolahan limbah di PT. UNITEX dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan biologi. Secara fisik meliputi penyaringan, pendinginan, pengendapan (sedimentasi) dan pengadukan sedangkan secara kimia meliputi koagulasiflokulasi, penghilangan warna dan pemberian anti busa (antifoam). Pengolahan yang paling besar memberikan kontribusinya dalam pengurangan bahan-bahan organik (polutan) adalah proses biologi yang menggunakan sistem lumpur aktif karena pada proses ini bahan-bahan organik (polutan) diuraikan. Air limbah yang masuk proses pengolahan rata-rata m 3 /hari. Pengolahan air limbah ini

5 untuk mengurangi kandungan bahan pencemarnya sampai pada tingkat yang dapat dinetralkan oleh lingkungan. Instalasi-instalasi pada pengolahan limbah PT. UNITEX sebagai berikut: 1. Kolam Air Limbah Warna/Bak Warna Kolam air warna merupakan tempat penampungan air limbah yang berasal dari proses pencelupan kain. Karakteristik air yang terdapat pada kolam air limbah warna yaitu bersuhu tinggi, ph tinggi (alkalis), berwarna pekat, memiliki BOD, COD serta padatan yang tinggi. Kolam penampungan untuk limbah cair berwarna dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Bak Penampungan Air Warna pada IPAL PT. UNITEX 2.Saringan Saringan berfungsi untuk menyaring padatan-padatan yang terdapat pada air limbah. Ada dua macam saringan yang digunakan yaitu saringan kasar dan saringan halus (bar screen). Saringan halus ini dapat dilihat pada Gambar 10. Saringan kasar dipasang pada aliran air limbah sebelum masuk ke kolam air limbah dan berfungsi mencegah sisa benang dan kain yang ikut terbawa dalam air limbah yang dikhawatirkan dapat menyumbat pipa-pipa dalam IPAL dan saringan halus dipasang dari kolam air limbah ke cooling tower yang berfungsi memisahkan sisa-sisa benang/serat yang masih terbawa oleh air limbah.

6 Gambar 10. Saringan Halus (Bar Screen) pada IPAL PT. UNITEX 3. Menara Pendingin (Cooling Tower) Cooling tower berfungsi untuk menurunkan suhu air limbah. Air limbah yang masuk pada kolam air limbah bersuhu tinggi sekitar C, sehingga harus diturunkan menjadi C agar kerja bakteri lebih optimal. Cooling tower dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Cooling Tower pada IPAL PT. UNITEX 4. Tangki Koagulasi atau Flokulasi Tangki ini menampung air limbah untuk dikoagulasikan dengan alum dan polimer. Proses Koagulasi/flokulasi disebut proses penjernihan air dengan menambahkan koagulan-koagulan seperti polimer, antibusa, dan lain-lain. Tangki koagulasi dan flokulasi dapat dilihat pada Gambar 12.

7 Gambar 12. Tangki Koagulasi dan Flokulasi pada IPAL PT. UNITEX 5. Tangki Sedimentasi Tangki sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan padatan-padatan terlarut berupa lumpur hasil proses koagulasi sehingga menghasilkan air jernih. PT. UNITEX memiliki tiga tangki sedimentasi. Tangki sedimentasi I dan II PT. UNITEX dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14. Gambar 13. Tangki Sedimentasi I pada IPAL PT. UNITEX Gambar 14. Tangki Sedimentasi II pada IPAL PT. UNITEX

8 6. Bak Equalisasi/Bak Umum Tangki ini berfungsi untuk menampung air limbah dari tiga aliran, yaitu air warna yang telah dijernihkan dari tangki sedimentasi I, air hasil pembilasan dari bagian dyeing dan air hasil pencucian mesin pengepres lumpur. Mesin pengepres lumpur (belt press) PT. UNITEX dapat dilihat pada Gambar 15. Bak penampungan air umum disebut juga kolam penampungan limbah cair tidak berwarna (kolam equalisasi) dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini. Gambar 15. Mesin Pengepres Lumpur pada IPAL PT. UNITEX Gambar 16. Bak Penampungan Air Umum 7. Kolam Aerasi Kolam aerasi merupakan bak tempat berlangsungnya proses biologi dengan lumpur aktif yang akan mendegradasi senyawa organik dalam air dan mampu menurunkan BOD dan COD. Bak aerasi terlihat pada Gambar 17 dan 18 berikut ini. IPAL PT. UNITEX memiliki tiga buah kolam aerasi yaitu kolam

9 aerasi I yang berbentuk oval dan kolam aerasi II serta III yang berbentuk persegi panjang. Bak aerasi I berbentuk oval memiliki keunggulan yaitu a) memiliki perputaran aliran air yang sempurna, b) tidak memerlukan blower sehingga dapat menghemat listrik, c) waktu kontak bakteri dengan air limbah lebih merata, dan d) tidak terjadi pengendapan seperti halnya pada bak persegi panjang. Gambar 17. Bak Aerasi yang Berbetuk Oval Gambar 18. Bak Aerasi II dan III yang Berbentuk Persegi Panjang 8. Kolam Ikan Kolam ikan berfungsi sebagai kontrol biologis terhadap air hasil pengolahan limbah (outlet). Air yang dialirkan ke Sungai Cibudig terlebih dahulu harus melewati kolam ikan bertujuan sebagai kontrol biologis untuk mengetahui adanya pengaruh kandungan polutan air limbah terhadap kehidupan mahluk hidup di perairan. Kolam ikan dapat dilihat pada Gambar 19. Jenis ikan yang digunakan

10 adalah ikan mas karena termasuk jenis ikan yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan kondisi lingkungan (tingkat pencemaran air). Setelah melewati kolam ikan, air siap dibuang ke badan air di sekitar pabrik yaitu Sungai Cibudig yang merupakan anak Sungai Ciliwung. Saluran pembuangan air limbah PT. UNITEX sebelum dibuang ke Sungai Cibudig dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 19. Kolam Ikan Gambar 20. Saluran Pembuangan Air Limbah PT. UNITEX 5.2 Gambaran Umum Kelurahan Tajur Keadaan Umum Kelurahan Tajur Kelurahan Tajur merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Timur. Lima kelurahan lainnya yaitu Kelurahan Baranangsiang, Kelurahan Sukasari, Kelurahan Sindangsari, Kelurahan Katulampa, dan Kelurahan Sindangrasa. Luas wilayah Kelurahan Tajur adalah Ha dan terbagi menjadi 6 RW dan 24 RT. Jarak Kelurahan Tajur sekitar 4

11 km dari Kecamatan Bogor Timur. Secara administrasi Kelurahan Tajur dibatasi sebelah utara oleh Kelurahan Katulampa, sebelah selatan dengan Kelurahan Pakuan, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sindangrasa di sebelah timur. Sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Tajur yaitu tiga bidan, dua apotek, dan satu balai pengobatan. Sarana pendidikan yang tersedia dua Taman Kanak-kanak dan tiga Sekolah Dasar. Sementara itu juga terdapat enam mesjid dan tujuh mushola. Untuk sarana olahraga terdapat satu lapangan volly, dua lapangan bulutangkis, dan dua sanggar senam. Di Kelurahan Tajur terdapat beberapa industri yang mampu menyerap tenaga kerja di wilayah tersebut yaitu terdapat satu industri besar dan kecil, tiga industri rumah tangga, dan 30 CV (Monografi Kelurahan Tajur, Juni 2008) Kependudukan Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Tajur (Juni 2008), jumlah penduduk yaitu jiwa yang terdiri dari kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa sedangkan perempuan jiwa, secara rinci dari setiap RW (Rukun Warga) dapat dilihat pada Tabel 5. Sementara itu, rekapitulasi jumlah penduduk menurut golongan umur di Kelurahan Tajur dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

12 Tabel 5. Jumlah Penduduk Setiap RW di Kelurahan Tajur Tahun 2008 RW WNI Asli WNI Keturunan Jumlah WNI KK L P L+P L P L+P L P L+P Jumlah Keterangan: L=Laki-laki, P=Perempuan, L+P=Jumlah laki-laki dan perempuan, KK=kepala keluarga Sumber: Laporan Penduduk Kelurahan Tajur (Juni, 2008) Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kelurahan Tajur Tahun 2008 Golongan Umur (tahun) Total (jiwa) > Total (jiwa) Sumber: Monografi Kelurahan Tajur (Juni 2008) Menurut mata pencaharian, sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai Swasta/BUMN/BUMD yaitu sebanyak orang (80,87 persen) Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 242 orang (8,39 persen), TNI sebanyak 11 orang (0,38 persen), Polri sebanyak 20 orang (0,69 persen), wiraswasta sebanyak 157 orang (5,44 persen), pertukangan sebanyak 41 orang (1,42 persen), dan pensiunan 81 orang (2,81 persen). Struktur mata pencaharian penduduk Kelurahan Tajur dapat dilihat pada Tabel 7.

13 Tabel 7. Struktur Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Tajur Tahun 2008 Struktur Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%) Pegawai Negeri Sipil (PNS) 242 8,39 TNI 11 0,38 Polri 20 0,69 Swasta/BUMN/BUMD ,87 Wiraswasta/pedagang 157 5,44 Pertukangan 41 1,42 Pensiunan 81 2,81 Jumlah ,00 Sumber: Monografi Kelurahan Tajur (Juni 2008) Pada Tabel 8 menunjukkan tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Tajur dapat digolongkan sebagai berikut: Tabel 8. Lulusan Pendidikan Formal Penduduk Kelurahan Tajur Tahun 2008 Lulusan Pendidikan Umum Jumlah (orang) Persentase (%) Taman Kanak-kanak (TK) 105 2,00 Sekolah Dasar (SD) ,37 SMP/SLTP/MTS ,94 SMA/SLTA/Aliyah ,51 Akademi /D1-D3 63 1,20 Sarjana (S1-S3) 525 9,98 Jumlah ,00 Sumber: Monografi Kelurahan Tajur (Juni 2008) Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar masyarakat lulusan SMA/sederajat, yaitu sebanyak 40,51 persen. Lulusan TK, SD, dan SMP/sederajat masing-masing sebesar 2 persen, 17,37 persen, dan 28,94 persen. Lulusan Akademi (D1-D3) dan sarjana (S1-S3) masing-masing hanya sebesar 1,20 persen dan 9,98 persen. 5.3 Karakteristik Responden Karakteristik umum responden di Kelurahan Tajur RT 01 RW 06 diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 41 warga masyarakat. Karakteristik umum responden ini dinilai dari beberapa variabel meliputi: (1) jenis kelamin; (2) umur; (3) status pernikahan; (4) pendidikan; (5) lama tinggal;

14 (6) jarak rumah dengan sungai; (7) jumlah tanggungan; (8) pekerjaan; (9) pendapatan. Sebaran karakteristik individu tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran Karakteristik Responden No. Karakteristik Responden Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki 16 39,0 Perempuan 25 61,0 2. Umur tahun 12 29, tahun 19 46, tahun 6 14, tahun 4 9,8 3. Status Pernikahan Menikah 38 92,7 Belum Menikah 0 0,0 Janda 3 7,3 4. Pendidikan Tidak Tamat SD 6 14,6 Tamat SD/Sederajat 22 53,7 Tamat SMP/Sederajat 7 17,1 Tamat SMA/Sederajat 6 14,6 5. Lama Tinggal tahun 15 36, tahun 21 51, tahun 5 12,2 6. Jarak 1-50 meter 25 61, meter 7 17,0 >101 meter 9 22,0 7. Jumlah Tanggungan Tidak Ada Tanggungan 2 4,9 1-2 orang 10 24,4 3-4 orang 24 58,5 >5 orang 5 12,2 8. Pekerjaan Buruh 2 4,9 Wiraswasta/Pedagang 8 19,5 Pegawai/Karyawan 4 9,8 Supir/Tukang Ojek 3 7,3 Ibu Rumah Tangga 21 51,2 Pensiunan 3 7,3 9. Pendapatan , , ,5 Sumber : Data Primer, Diolah (N=41)

15 Tabel 9 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden yang masuk dalam survei adalah perempuan, yaitu berjumlah 25 orang (61,0 persen), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang (39,0 persen). Dominasi responden perempuan dikarenakan pada saat survei dilaksanakan, kepala keluarga yang seharusnya lebih diprioritaskan (karena dianggap lebih bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan) untuk diwawancara tetapi karena tidak ada di tempat atau sedang bekerja sehingga peneliti menganggap penduduk tersebut juga layak untuk dijadikan responden. Hal ini dikarenakan pertimbangan bahwa lebih banyak aktivitas rumah tangga dilakukan oleh perempuan dengan menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci, mandi, menggunakan air untuk masak, membersihkan lantai, menyiram tanaman, dan sebagainya. Hal tersebut menunjukkan perempuan juga memiliki ketergantungan terhadap sungai sehingga layak dijadikan responden. Sementara itu, kepala keluarga yang berhasil ditemui umumnya tidak memiliki waktu tetap bekerja atau sedang tidak bekerja ketika wawancara dilakukan. Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat usia bervariasi. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia tahun sebanyak 19 orang (46 persen). Masing-masing berada pada kisaran umur antara tahun sebanyak 12 orang (29,3 persen), tahun sebanyak 6 orang (14,6 persen), dan pada kisaran umur tahun sebanyak 4 orang (9,8 persen). Sebagian besar status pernikahan responden adalah menikah sebanyak 38 orang (92,7 persen), tidak ada responden dengan status belum menikah. Status menikah tetapi sudah menjadi janda ada sebanyak 3 orang (7,3 persen).

16 Pendidikan didefinisikan sebagai jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan responden bervariasi, mulai dari tidak tamat SD sampai tamat SMA. Sebagian besar responden (53,7 persen) sebanyak 22 orang hanya sampai tingkat pendidikan SD/sederajat. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian diantaranya 6 orang (14,6 persen) tidak tamat SD dan 7 orang (17,1 persen) berpendidikan terakhir SMP/sederajat. Responden yang berpendidikan formal sampai tingkat SMU/sederajat berjumlah 6 orang (14,6 persen). Mayoritas responden hanya berpendidikan SD/sederajat karena ketika responden tersebut berada pada usia sekolah, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan masih tergolong rendah sehingga anak-anak usia sekolah hanya disekolahkan sampai jenjang SD. Selain itu, kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan sekolah. Lama tinggal responden sebagian besar masyarakat (51,2 persen) yaitu sebanyak 21 orang telah tinggal di lingkungan sekitar Sungai Cibudig ini selama kisaran waktu tahun. Responden yang telah tinggal antara tahun sebanyak 15 orang (36,6 persen). Hanya sebanyak 5 orang (12,2 persen) yang telah tinggal tahun di lingkungan sekitar Sungai Cibudig. Jarak rumah responden dengan Sungai Cibudig sebagian besar (61 persen) adalah 1-50 meter sebanyak 25 orang. Sisanya 7 orang (17,1 persen) berjarak ( meter) dan 9 orang (22 persen) berjarak (>101 meter). Sementara itu, jumlah tanggungan responden mayoritas berada pada selang 3-4 orang yaitu sebanyak 24 orang (58,5 persen). Sisanya sebanyak 2 orang (4,9 persen) yaitu tidak ada tanggungan karena responden termasuk status janda yang tidak memiliki suami dan sudah tidak memiliki tanggungan anak karena sudah menikah yang tidak

17 bertempat tinggal bersama dengan orang tua. Sebanyak 10 orang (24,4 persen) memiliki jumlah tanggungan 1-2 orang dan 5 orang (12,2 persen) memiliki tanggungan sebesar >5 orang. Jenis pekerjaan responden yang dimaksud dalam penelitian ini (Tabel 9) adalah pekerjaan pokok/utama responden sehari-hari tetapi tidak termasuk pekerjaan sambilan dan pekerjaan lain (yang berasal dari istri atau suami yang juga memiliki pekerjaan). Jenis pekerjaan responden di Kelurahan Tajur bervariasi. Persentase terbesar (51,2 persen atau 21 orang) responden adalah ibu rumah tangga. Hal ini karena sebagian besar yang menjadi responden adalah perempuan sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan sebagai buruh sebanyak 2 orang (4,9 persen), 8 orang (19,5 persen) bekerja sebagai wiraswasta/pedagang, 4 orang (9,8 persen) bekerja sebagai pegawai/karyawan, 3 orang (7,3 persen) bekerja supir/tukang ojek, dan sebanyak 3 orang (7,3 persen) sebagai pensiunan. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, pendapatan terendah responden dalam penelitian ini adalah sebesar Rp ,00 sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp ,00. Sebagian besar responden (51,2 persen) berpendapatan Rp adalah sebanyak 21 orang. Hal ini terkait dengan jenis pekerjaan mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga tetapi memiliki pekerjaan sambilan ataupun pekerjaan lain (berasal dari pekerjaan suami bekerja) yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai/karyawan, wiraswasta/pedagang, supir/tukang ojek serta pendapatan yang berasal dari pensiunan. Responden yang memiliki pendapatan pada selang Rp sebanyak 12 orang (29,3 persen) yang bekerja sebagai buruh, sedangkan responden yang berpendapatan Rp yaitu sebanyak 8 orang

18 (19,5 persen) adalah responden yang bekerja sebagai wiraswasta/pedagang dengan omzet yang lebih besar. 5.4 Aktivitas Responden di Sungai Ketergantungan responden terhadap sungai, dalam penelitian ini diketahui melalui aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan responden di sungai sebelum terjadinya pencemaran air. Aktivitas responden yang biasanya dilakukan di Sungai Cibudig sebelum terjadinya pencemaran dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas yang biasanya dilakukan responden di Sungai Cibudig sebelum terjadinya pencemaran air adalah mandi (85,4 persen), buang air besar (87,8 persen), mencuci (70,7 persen). Hal ini dapat dilihat dari tingkat persentase untuk aktivitas mandi, buang air besar dan mencuci, lebih dari 50 persen artinya tingkat ketergantungan responden terhadap sungai sebelum terjadinya pencemaran air sungai adalah tinggi. Tabel 10. Aktivitas Responden yang Umumnya Dilakukan di Sungai Cibudig Sebelum Terjadinya Pencemaran Air No. Persentase (%) Total Aktivitas Ya Tidak (%) 1 Mandi 85,4 14, Wudhu 48,8 51, Buang Air Besar 87,8 12, Mencuci 70,7 29, Memancing 34,1 65,9 100 Sumber : Data Primer, Diolah (N=41)

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1. Limbah Cair Hotel. Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Limbah Cair Hotel Usaha perhotelan yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang semakin berlimpah mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum PT. UNITEX PT. UNITEX adalah sebuah perusahaan gabungan Indonesia Jepang yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu (Fully Iintegrated Textile Manufacture).

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk 5.1. Hasil Analisa Laboratorium Setelah pelaksanaan konstruksi IPAL Produksi PT. United Tractors Tbk selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang

I. PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Perkembangan sektor industri memiliki peran penting dalam memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Katulampa terletak di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Katulampa memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian BAB III PENYAJIAN DATA A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah responden yang memberikan jawaban melalui angket. Adapun yang menjadi responden

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bioflokulan DYT merupakan material polimer alami yang telah diuji dapat digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan limbah cair

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN Di sususn oleh 1. Intan Rosita Maharani (P27834113004) 2. Burhan Handono (P27834113013) 3. Amalia Roswita (P27834113022) 4. Fitriyati Mukhlishoh (P27834113031) 5. Moch.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Pada saat ini, sistem pengelolahan limbah di Kota Yogyakarta dibagi menjadi dua sistem, yaitu : sistem pengolahan air limbah setempat dan sistem pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian 4.1.1. Kondisi Fisik Lingkungan Dusun Sengkan merupakan salah satu lokasi pembangunan IPAL Komunal dari program SANIMAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air di seluruh dunia. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan manusia yang beragam.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah), yang kehadirannya

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan BAB 4 METODOLOGI 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan untuk melihat suatu gambaran fenomena kesehatan masyarakat pada satu titik point waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini akan membahas Kelurahan Setiamanah secara umum sebagai wilayah studi. Kelurahan Setiamanah merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Cimahi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Negeri Besar pertama kali bernama Negeri Syam yang terbentuk sejak

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Negeri Besar pertama kali bernama Negeri Syam yang terbentuk sejak 65 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kampung Negeri Besar Kampung Negeri Besar pertama kali bernama Negeri Syam yang terbentuk sejak tahun 1945. Terbentuknya Kampung Negeri Besar merupakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kecamatan Bogor Barat Wilayah administrasi Kecamatan Bogor Barat hingga akhir Desember 2008 yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00

Lebih terperinci

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Gambaran Kelurahan Cikaret Kelurahan Cikaret merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI WILAYAH Hasil survei ini merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini juga diperoleh dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan

Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya Bangunan perancangan FASILITAS FLOW SHEET PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI Menentukan Dimensi Setiap Peralatan yang Diperlukan Sesuai Proses yang Terpilih Menentukan Luas Lahan yang Diperlukan Menentukan Biaya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan terencana dalam upaya merubah suatu keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa dampak positif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 59 6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : Hindari sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, pencemaran tadi tidak hanya berasal

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan. IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Kelurahan Negeri Besar Kelurahan Negeri Besar pertama kali bernama Negeri Syam yang terbentuk sejak tahun 1945. Terbentuknya Kelurahan Negeri Besar saat ini merupakan pemekaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PARAMETER BIOLOGIS BADAN AIR SUNGAI NGRINGO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI TEKSTIL Nanik Dwi Nurhayati Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: nanikdn@uns.ac.id ABSTRAK Berbagai bakteri

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini akan mengemukakan hasil temuan data pada lokasi yang berfungsi sebagai pendukung analisa permasalahan yang ada. 4.. Gambaran Umum Desa Pulorejo 4... Letak geografis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D176 Evaluasi dan Desain Ulang Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri Tekstil di Kota Surabaya Menggunakan Biofilter Tercelup Anaerobik-Aerobik Achmad Muzakky, Nieke Karnaningroem, dan Mohammad

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Harapan Jaya merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di dalam Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi

Lebih terperinci

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sangat banyak perusahaan atau industri yang menghasilkan produk baik dalam skala kecil, menengah dan bahkan dalam skala besar. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS 12.1. Pendahuluan Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi, kwalitas lingkungan hidup juga menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK Wahyu Widayat Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: wdytwahyu@yahoo.com

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah 52 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Desa Pagelaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang   Nurul Faqih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini di lndonesia, khususnya di kota-kota besar masalah pencemaran sungai akibat buangan limbah cair industri semakin meningkat, di sisi lain pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK 25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan

Lebih terperinci