PERBEDAAN EFEKTIFITAS MASSAGE DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MONTONG KABUPATEN TUBAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN EFEKTIFITAS MASSAGE DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MONTONG KABUPATEN TUBAN"

Transkripsi

1 PERBEDAAN EFEKTIFITAS MASSAGE DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MONTONG KABUPATEN TUBAN ( The Differences Of Effectiveness Between Massage And Warm Compress Toward Decreased Of Joint Pain On The Elderly In Work Area Montong Public Health Center Tuban Regency ) Sunanita Prodi SI Keperawatan STIKES NU Tuban ABSTRAK Menua merupakan proses fisiologis yang akan mengakibatkan penurunan semua fungsi organ, salah satunya adalah pada sistem muskuloskeletal yang dapat menyebabkan penurunan fungsi tulang dan menyebabkan nyeri sendi. Nyeri sendiakan menyebabkan kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi menurun. Terapi massage dan kompres hangat merupakan alternatif perlakuan terapi yang efisien bagi lansia yang mengalami nyeri sendi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas massage dan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia.penelitian ini menggunakan desain Equivalent Group Pre Test and Post Test Designs yang melibatkan 36 responden yang diambil dengan incidental sampling. Responden terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok massage berjumlah 18 responden dan kelompok kompres hangatberjumlah 18 responden. Pengumpulan data menggunakan checklist. Data dianalisis dengan menggunakan 2 uji t berpasangan dan 1uji t bebas dengan tingkat signifikan α,5.berdasarkan hasil penelitian didapatkan 18 (1%) responden mengalami penurunan nyeri sendi setelah diberikan massage, dan18 (1%) responden mengalami penurunan nyeri sendisetelah diberikan kompres hangat.hasil analisis denganuji t bebasmenunjukkan nilai p =,149 yang berarti bahwa H diterima, sehingga tidak terdapat perbedaan efektifitas massage dan kompres hangatterhadap nyeri sendi lansia.dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dari kedua perlakuan tidak ada perbedaan efektifitas, keduanya bisa menurunkan nyeri sendi pada lansia. Secara statistik tidak ada perbedaan tapi dari rata-rata penurunan nyeri lebih efektif massage dengan rata-rata 2,7, sehingga massage direkomendasikan pada yang nyeri sendi akibat beraktikfitas dan kompres hangat lebih direkomendasikan pada nyeri sendi yang tidak beraktifitas. Kata Kunci: massage, kompres hangat, nyeri sendi ABSTRACT Aging is a physiological process that will reduces the function of all organs, among other the musculoskeletal system that cause decreased bone funtion and joint pain.joint pain will decreasing activities and mobilization ability.massage and warm compress therapy is effecient alternative therapyfor the elder who getting jint pain this study was aimed to explain the difference of effectiveness between toward decreased of joint pain on the elderly.this study used to Equivalent Group Pre Test and Post Test Designinvolv 36 respondents, taken by insedental sampling. respondents were divided in to 2 groups; one group of 18 respondents underwent massage and the other group of 18 respondents did warm compress. Data were collected by checklist. Data were analyzed using Paired t test and t test with level of significance α,5.baseiven on the result of research there were 18 (1%) respondents who had decreased joint pain after was given massage, and were 18 (1%) respondents who had ones with warm compress. The analysis result using independent t test showedp =,149 it means that H is received, so there are difference of effectiveness between massage and warm compress toward elderly joint pain.from the description above can be concluded that from bath of therapy aren t difference of effectivenes, both of them decriase joint pain on the erderly. Keywords:Massage, Warmcompress, Joint pain 82

2 PENDAHULUAN Trend meningkatnya usia harapan hidup pada lanjut usia di Indonesia, membawa implikasi pada semakin banyaknya lanjut usia yang membutuhkan perawatan untuk mempertahankan status kesehatannya. Filosofi keperawatan pada lanjut usia adalah mempertahankan status kesehatan dengan adanya penurunan kemampuan pada lanjut usia baik fisik maupun mental karena proses degeneratif sampai menghantarkan pada proses kematian yang sejahtera. Untuk menciptakan hal yang demikian diperlukan keterampilan perawatan khususnya gerontic nurse (perawat lansia) untuk memberikan pelayanan keperawatan terbaik didasarkan pengetahuan yang kuat ( strong knowladge) (Kushariyadi, 211). Perubahan terkait usia dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolisme di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Terkait dengan sistem muskuluskeletal perubahan yang terjadi adalah; (1) Peningkatan jaringan adipose, (2) Penurunan massa tubuh yang tidak berlemak dan kandungan mineral tubuh, (3) Penurunan tinggi akibat penurunan kelengkungan tulang belakang dan penyempitan ruang invertebrate, (4) Penurunan pembentukan kolagen dan massa otot, (5) Penurunan viskositas cairan sinovial, lebih banyak membran sinovial yang fibrotik (Jeime L. Stockslager Liz Schaffer, 27). Usia harapan hidup lansia pada tahun 21 adalah 67,4 tahun dengan tingkat populasi 23,9 juta jiwa (9,77%). Tahun 22 diperkirakan usia harapan hidup mencapai 71,1 tahun dengan tingkat populasi 28,8 juta jiwa (11,34%) (Makhfudli, 29). Tercatat di Jawa Timur sendiri jumlah lansia mencapai angka 1% dari total juta penduduk yakni 3,6 juta jiwa (Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, 212). Sedangkan di Tuban jumlah lansia 51.6 orang.survei pendahuluan yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Montong Kecamatan Montongterdapat 8 lansia mengalami nyeri anggota gerak, mengungkapkan bahwa persendian mereka lebih kendor/lemas setelah diberikan pijatan dan kompres hangat.berdasarkan data laporan 15 penyakit terbanyak Puskesmas Montongyang peneliti peroleh pada 19Nopember 213, pada Oktober 213 yaitu penyakit sistem otot dan jaringan pengikat berada di urutan keduadengan 154 (8,4%) kasus. Di wilayah kerja Puskesmas Montong jumlah lansia mencapai lansia dan 36 diantaranya mengeluh nyeri otot dan persendian. Menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979),disebutkan bahwa nyeri adalah suatu yang tidak menyenangkan, bersifat subyektif dan berhubungan dengan pancaindra, sirkulasi darah yang lancar sumber kesehatan tubuh manusia, misalnya orang yang merasa cemas, marah, emosi, dan sedih serta merupakan suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan/cedera.terdapat empat proses fisiologis dari nyeri nosisetif(saraf-saraf yang menghantarkan stimulus nyeri ke otak): transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi.stimulus suhu, kimia, atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan nyeri.energi dari stimulus-stimulus ini dapat diubah menjadi energi listrik.perubahan energi ini dinamakan transduksi. Transduksi dimulai di perifer, ketika stimulus terjadinya nyeri mengirimkan impuls yang melewati serabut saraf

3 nyeri perifer yang terdapat di pancaindera ( nosiseptor: saraf pancaindera yang menghantarkan stimulus nyeri ke otak), maka akan menimbulkan potensial aksi. Setelah proses transduksi selesai, transmisi impuls nyeri dimulai (Potter, 21). Massage memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsanganmassage otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri(anas Tamsuri, 26). Kompres hangat membantu meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme otot. Kompres hangat akan memberi panas yang berkonsentrasi dan membantu pasien dengan gangguan pada pergelangan tangan dan sendi kecil. Manfaat yang maksimal akan diperoleh dalam waktu 2 menit sesudah aplikasi panas. Aplikasi yang sering dalam waktu yang pendek merupakan cara yang paling bermanfaat. Latihan terapeutik dapatdilakukan dengan lebih nyaman dan efektif setelah terapi panas tersebut dilakukan (Smeltzer, 22). Berdasarkan studi di atas penting untuk diteliti tentang perbedaanmassagedan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi, dengan harapan individu dapat melakukan pengobatan secara mandiri pada khususnya dan disamping selain menggunakan obat-obatan pada umumnya. Tujuan umumya adalah Mengetahui Perbedaan efektifitasmassagedan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di wilayah kerja puskesmas Montong Kabupaten Tuban. Sedangkan tujuan khususnya adalah Mengidentifikasinyeri sendi pada lansia sebelum di berikan massage di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban, Mengidentifikasinyeri sendi pada lansia setelah diberikanmassage di 84 wilayah kerja Puskesmas MontongKabupaten Tuban, Mengidentifikasinyeri sendi pada lansia sebelum di berikan kompres hangat di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban, Mengidentifikasinyeri sendi pada lansia setelah diberikan kompres hangat di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban, Menganalisis perbedaan nyeri sendi pada lansia setelah dimassagedan kompres hangat di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban. BAHAN DAN METODE Desainpenelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 28).Penelitian ini bersifat analitik komparasi dengan menggunakan desain penelitian quasy experimental dengan rancanganequivalent Group Pre Test and Post Test Designsyang mana pada desain ini memungkinkan peneliti dapat mengungkapkan hubungan sebab akibat(nursalam, 28).Pendekatan yang dugunakan pada rancangan penelitian kohort adalah pendekatan waktu secara longitudinal atau time period approach, peneliti mengobservasi variable independen terlebih dahulu (faktor resiko), kemudian subjek diikuti sampai waktu tertentu untuk melihat terjadinya pengaruh pada variable dependen (Nursalam, 28).Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini disebut juga dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel yang lain

4 (Hidayat, 21). Variabel independen dalam penelitian ini adalah massage dan kompres hangat.variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 21).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nyeri sendi. Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 27). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di wilayah kerja Puskesmas Montong yang mengalami nyeri sendi sebanyak 36 lansia. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia di wilayah kerja Puskesmas Montong ditetapkan dengan kreteria inklusi, yaitu : 1) Lansia yang mengalami nyeri sendi di wilayah kerja Puskesmas Montong. 2) Lansia yang bersedia menjadi responden 3) Lansia yang berumur 6 tahun keatas 4) Lansia yang dalam proses pengobatan dokter dan perlakuan dilakukan sebelum minum obat. 5) Lansia yang tidak punya penyakit lain yang memperberat fisik 6) Lansia yang tidak dalam ketergantungan alkohol atau zat adiktif. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.penelitian ini menggunakan teknik sampling nonprobability sampling yaitu Sampling Insidental merupakan tekik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai 85 sumber data (Sugiyono, 211).Instrumen adalah alat bantu yang digunakan peneliti pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 26). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi (checklist).penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan urutan:sebelum peneliti mengobservasi lansia untuk pengisian lembar observasi, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian kepada lansia dan lansia diharuskan mengisi lembar informedl consent setelah bersedia menjadi responden.sebelum diberikan perlakuan responden di berikan quesioner dass 42 untuk mengetahui apakah responden dalam keadaan setres atau tidak, selanjutnya pengambilan data pertama ( pre test) dilakukan setelah peneliti mendapatkan responden.kemudian responden dibagi menjadi dua secara acak, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Dan pada hari ini juga peneliti memberikan massage pada kelompok perlakuan dan kompres hangat pada kelompok pembanding. HASIL Data Umum Gambaran Umum Tempat Penelitian Puskesmas Montong merupakan Puskesmas yang berada di Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Jawa Timur. Di Puskesmas Montong terdapat 1 dokter gigi, 1 dokter umum,1 perawat dan 11 bidan. Puskesmas Montong mempunyai Puskesmas Pembantu di Desa Jetak,

5 lokasi Puskesmas sangat strategis di dekat jalan utama Kecamatan Montong sehingga mudah untuk diakses. Letak Demografis Kecamatan Montong Luas Wilayah Kecamatan Montong 147,98 km 2, jumlah penduduk jiwa. 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kerek 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Merakurak 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rengel 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Singgahan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban yang mengalami nyeri sendi pada 7 April- 7 Mei 214 dengan jumlah 36 lansia dan dijabarkan dalam tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong No Jenis Kelamin f % 1 Laki-laki 19 52,77% 2 Perempuan 17 47,23% Jumlah 36 1% Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ( 52,77%) responden berjenis kelamin laki-laki Karakteristik Berdasarkan Usia Responden Menua merupakan proses alamiah yang dialami oleh manusia. Klasifikasi usia lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban dijabarkan dalam tabel 5.2 dibawah ini Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Usia f % 1 Lanjut usia (6-74 Tahun) 35 97,23 % 2 Lanjut usia tua 1 2,77% (75-9 Tahun) Jumlah 36 1 Dari tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya ( 97,23%) responden berusia 6-74 tahun dan sebagian kecil (2,77%) responden berusia 75-9 tahun. Karakteristik Responden Berdasarkan Kecemasan Responden disini adalah semua lansia yang mengalami nyeri sendi di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban yang tidak mengalami kecemasan di jabarkan dalam tabel 5.3 di bawah ini Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Kecamasan f % 1 2 Normal(-7) Ringan(8-9) 36 1% % Sedang(1-14) Berat(15-19) ekstrim(2+) % % % Jumlah

6 Dari tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa seluruhnya ( 1%) responden tidak mengalami kecemasan. Data Khusus Nyeri Sendi Lansia Pada Kelompok Perlakuan Massage Keterangan nyeri sendi lansia yang diberikan perlakuan massage pada pre-test dan post-test dijabarkan pada tabel 5.3. Nilai nyeri sendi diperoleh dari nilai rata-rata hasil penilaian nyeri sendi Tabel 5.3 Distribusi Responden Sebelum Dilakukan Massage Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Nyeri sendi f % 1 2 Tidak Ringan 2 % 11,1% 3 Sedang 16 88,99% Jumlah 18 1% Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (88,99%) responden mengalami nyeri sedang, dan sebagian kecil (11,1%) responden mengalami nyeri ringan sebelum massage. Tabel 5.4 Distribusi Responden Setelah Dilakukan Massage Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Nyeri sendi f % 1 Tidak 8 44,44% 2 Ringan 9 5% 3 Sedang 1 5,56% Jumlah 18 1% Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa setengahnya (5%) responden mengalami nyeri ringan, dan sebagian kecil (5,56%) responden mengalami nyeri sedang setelah massage. Tabel 5.5 Distribusi Responden sebelum dan Setelah Dilakukan Massage Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Responde n Pre-test Posttest Rentang penurunan Mean = 4,6 Mean = 1,8 Mean = 2,7 Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa seluruh responden mengalami penurunan nyeri antara pre dan post dengan rata-rata penurunan nyeri 2,7. Setelah dianalisis dengan Uji t berpasangan menggunakan SPSS versi 11.5 dengan tingkat kemaknaan 87

7 α =,5 diperoleh p =, dimana, <,5, maka terdapat pengaruh massage terhadap nyeri sendi. Nyeri Sendi Lansia Pada Kelompok Perlakuan Kompres Hangat Keterangan nyeri sendi lansia yang diberikan perlakuan kompres hangat pada pre-test dan post-test dijabarkan pada tabel 5.5. Nilai nyeri sendi diperoleh dari nilai rata-rata hasil penilaian nyeri sendi Tabel 5.6 Distribusi Responden Sebelum Dilakukan Kompres Hangat Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Nyeri f % sendi 1 2 Tidak Ringan 1 % 5,56% 3 Sedang 17 94,44% Jumlah 18 1% Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (94,44%) responden mengalami nyeri sedang, dan sebagian kecil (5,56%) responden mengalami nyeri ringan sebelum kompres hangat. Tabel 5.7 Distribusi Responden Setelah Dilakukan Kompres Hangat Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Nyeri sendi f % 1 2 Tidak Ringan ,67% 77,77% 3 Sedang 1 5,56% 88 Jumlah 18 1% Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (77,77%) responden mengalami nyeri ringan, dan sebagian kecil (5,56%) responden mengalami nyeri sedang setelah kompres hangat. Tabel 5.8 Distribusi Responden Sebelum Dan Setelah Dilakukan Kompres Hangat Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban No Res Pre-test Post-test Rentang penurunan Mean = 4,6 Mean = 2,3 Mean = 2,27 Dari tabel 5.8 dapat diketahui bahwa seluruh responden mengalami penurunan nyeri antara pre dan post dengan rata-rata penurunan nyeri 2,27 setelah dilakukan kompres hangat. Setelah dianalisis dengan Uji t berpasangan menggunakan SPSS versi 11.5 dengan tingkat kemaknaan α =,5 diperoleh p =, dimana, <,5, maka terdapat pengaruh

8 kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi. Efektifitas Massage Dan Kompres Hangat Di Wilayah Kerja 89 Puskesmas Montong Kabupaten Tuban Efektifitas massage dan kompres hangat di wilayah kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban peneliti jabarkan pada tabel 5.9 Tabel 5.9 Penurunan Skala Nyeri Berdasarkan Perlakuan Massage dan Kompres Hangat Di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban Penurunan nyeri Perlakuan Total Massage Kompres hangat 1 2 (11,11%) 5 (27,77%) 7 (19,44%) 2 3 (16,66%) 4 (22,22%) 7 (19,44%) 3 1 (55,55%) 8 (44,44%) 18 (5%) 4 3 (16,66%) 1 (5,55%) 5 (13,88%) Total 18 (1%) 18 (1%) 36 (1%) responden mengalami nyeri ringan, Dari tabel 5.9 dapat diketahui dan hampir setengahnya (44,44%) bahwa pada perlakuan massage responden lagi tidak nyeri setelah terhadap responden terjadi penurunan dilaukan massage. Dari hasil tersebut skala nyeri hingga 3 point sebesar 1 dapat diketahui bahwa terdapat (55,55%) responden lebih besar dari perlakuan kompres hangat sebesar 8 penurunan nyeri sendi yang berarti. Penurunan nyeri sendi yang (44,44%) responden. Sedangkan berarti pada lansia ini disebabkan terjadi penurunan skala nyeri hingga 1 karena pemberian perlakuan massage. point sebesar 2 (11,11%) responden lebih kecil dari perlakuan kompres hangat sebesar 5 (27,77%) responden. Setelah dianalisis dengan Uji t bebasmenggunakan SPSS versi 11.5 dengan tingkat kemaknaan α =,5 diperoleh p =,149 dimana,149 > Dengan perlakuan massage, nyeri,5, maka H diterima dengan demikian tidak terdapat perbedaan efektifitas massage dan kompres hangat terhadap nyeri sendi. PEMBAHASAN Nyeri Sendi Lansia Pada Kelompok Perlakuan Massage Dari penelitian ini diketahui bahwa hampir seluruhnya (88,99%) responden mengalami nyeri sedang, dan sebagian kecil (11,1%) responden mengalami nyeri ringan sebelum dilaukan massage. Sedangkan dapat diketahui bahwa setengahnya (5%) sendi menurun secara kontinyu, Massage memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan massage otot ini akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Beberapa strategi stimulasi kulit lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh (Tamsuri, 26). Massage memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan massage otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Beberapa strategi stimulasi kulit lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Massage adalah stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat

9 dilakukan satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 1 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil yang maksimal. Massage dapat dilakukan dengan menggunakan baby oil atau liniment (obat cair gosok) yang mengandung mentol untuk membantu mencapai pengurangan nyeri. Balsam ini akan menimbulkan sensasi hangat segera setelah pemakaian hingga beberapa saat setelah pemberian. Di Indonesia balsam sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan sendi serta digunakan pada perut yang terasa kembung. Nyeri Sendi Pada Kelompok Perlakuan Kompres Hangat Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya (94,44%) mengalami nyeri sedang, dan sebagian kecil (5,56%) mengalami nyeri ringan sebelum kompres hangat. Sedangkan diketahui bahwa hampir seluruhnya (77,77%) mengalami nyeri ringan, dan sebagian kecil (16,67%) lagi tidak nyeri setelah dilaukan kompres hangat. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat penurunan nyeri sendi yang berarti. Nyeri sendi menurun disebabkan lansia mendapatkan perlakuan kompres hangat. Perlakuan kompres hangat dilakukan dengan memberikan panas pada daerah yang mengalami nyeri, semakin sering sendi yang mengalami nyeri diberikan kompres hangat nyeri sendi menurun semakin cepat. Hal ini seperti yang dikemukakan (Hidayat, 28)Kompres hangat adalah tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau menbebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat. Kompres hangat mempunyai 9 keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengat mempercepat penyembuhan. Efektifitas Massage Dan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Setelah melakukan Setelah dianalisis dengan Uji t bebasmenggunakan SPSS versi 11.5 dengan tingkat kemaknaan α =,5 diperoleh p =,149 dimana,149 >,5, maka H diterima dengan demikian tidak terdapat perbedaan efektifitas massage dan kompres hangat terhadap nyeri sendi. Terapi tersebut keduanya bisa menurunkan nyeri sendi karena keduanya sama mempunyai efek melancarkan peredaran darah dan memblok sarat besar sehingga mampu menurunkan nyeri, sehingga penelitian ini tidak ada perbedaan efektifitas. Seperti yang dikemukakan oleh (Tamsuri, 26). Massage kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan massage otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Beberapa strategi stimulasi kulit lainnya juga menggunakan mekanisme ini. Massage adalah stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan sekitar 1 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasil yang maksimal. Massage dapat dilakukan dengan menggunakan baby oil atau liniment (obat cair gosok) yang mengandung mentol untuk membantu mencapai pengurangan nyeri. Balsam ini akan menimbulkan sensasi hangat segera setelah pemakaian hingga beberapa saat setelah pemberian. Di Indonesia

10 balsam sering digunakan untuk mengurangi nyeri dan sendi serta digunakan pada perut yang terasa kembung. Sedangkan Kompres hangat adalah tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau menbebaskan nyeri, mengurangi atau nmencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat. Kompres hangat mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah kesuatu kesuatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengat mempercepat penyembuhan. Kedua perlakuan tersebut terdapat pengaruh untuk menurunkan nyeri sendi pada lansia, dan untuk perlakuan massage dan kompres hangat tidak ada perbedaan efektifitas dikarenakan perlakuan dilakukan selama tiga kali dalam seminggu, dalam rentan waktu dan perlakuan sesering itu nyeri sendi pada lansia pasti mengalami penurunan yang sangat seknifikan. Secara statistik tidak terdapat perbedaan antara massage dan kompres hangat namun secara strata penurunan nyeri lebih efektif massage dengan strata penurunan 2,27. Karena pada perlakuan massage memblog saraf besar yang dapat menurunkan nyeri sampai ke sarafnya, sedangkan pada perlakuan kompres hangat hanya menurunkan nyeri dengan melancarkan peredaran darah KESIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Montong sebelum 91 diberikan perlakuan massage hampir seluruhnya mengalami nyeri sedang 2) Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Montong setelah diberikan perlakuan massage setengahnya mengalami nyeri ringan 3) Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Montong sebelum diberikan perlakuan kompres hangat hampir seluruhnya mengalami nyeri sedang 4) Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Montong sebelum diberikan perlakuan kompres hangat hampir seluruhnya responden mengalami nyeri ringan 5) Tidak terdapat perbedaan efektifitas massage dan kompres hangat terhadap nyeri sendi di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Kabupaten Tuban karena nilai p =,149 dimana,149 >,5. Kedua perlakuan antara massage dan kompres hangat sama-sama menurunkan nyeri sendi SARAN Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1) Bagi Pihak Pelayanan di Puskesmas Pihak Pelayanan di puskesmas sebaiknya melakukan sosialisasi pada masyarakat bawasannya untuk menurunkan nyeri sendi tidak hanya menggunakan pengobatan medis saja, tapi juga bisa menggunakan pengobatan non medis dengan massage dan kompres hangat salah satunya. 2) Bagi Masyarakat Masyarakat, khususnya yang memiliki anggota keluarga seorang lansia sebaiknya

11 memperhatikan pengobatan pada lansia kushusnya nyeri sendi, sehingga kesehatan lansia dengan pengobatan non medis dapat mewujudkan lansia yang sehat. 3) Bagi Institusi Akademik Pihak institusi sebaiknya dapat memberikan tambahan wawasan untuk mengembangkan pengobatan non medis pada lansia untuk menurunkan nyeri sendi. 4) Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya sebaiknya mampu mengembangkan penelitian ini agar pengobatan non medis khususnya terapi massage dan kompres hangat dapat bermanfaat bagi masyarakat. Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika Lumbantobing. (24). Neurogeriatri, Jakarta: Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia Nugroho, Wahjudi. (2). Keperawatan Gerontik,Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Nursalam. (28). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Perry potter,(21). Fundamental keperawatan. Edisi 7. Buku 3. Jakarta: Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA Asmadi, (28). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar. Jakarta : Salemba Medika Brunner & Suddarth (22). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.Vol. 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Brunner & Suddarth (22). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.Vol. 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Charlish, Anne. (21). Jawabanjawaban Alternatif Untuk Artritis dan Reumatik. Klaten: PT. Intan Sejati Budiharjo, Ibrahim. (21).Pengaruh Pemberian Gerak Aktif Terhadap Peningkatan Gerak Sendi Pada Osteoartritis Lutut Wanita Lanjut Usia. ( sis/pdf.thesis/unud-69- babiviiokrevisi.pdf), di akses pada Desember 212/13.45 Kushariyadi. (211). Asuhan Keperawatan Pada Klien 92

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA Ani Dwi Pratintya, Harmilah, Subroto Poltekkes Kemenkes Yogyakarta E-mail: any_tintya@yahoo.co.id Abstract: The purpose of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER Dewi Rahmawati Abyu,Retno Dewi Prisusanti, AKBID Wijaya Kusuma Malang, Jln. Letjend S.Parman No.26A Malang Email

Lebih terperinci

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia * EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBIA KABUPATEN BOMBANA Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN GERAK KAKI (STRETCHING)

PENGARUH LATIHAN GERAK KAKI (STRETCHING) ISSN 2085-0921 PENGARUH LATIHAN GERAK KAKI (STRETCHING) TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI EKSTREMITAS BAWAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA GBI SETIA BAKTI KEDIRI Yohanita Pamungkas Mahasiswa STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usila atau usia lanjut merupakan kelompok yang rentan yang selalu ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Melihat kenyataan

Lebih terperinci

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Daerah Temporalis dengan Kompres Hangat Daerah Vena Besar Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam di Ruang Perawatan Anak BPK RSUD Poso Tasnim 1) Abstrak: Kompres

Lebih terperinci

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI Rosita Dinny Permata Sari, Tri Susilowati STIKES Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA Oleh : Diyono 1 Sriyani Mugiarsih 2 Budi Herminto 3 Abstract Background. Pain is an unpleasant sensory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat... Hubungan antara Peranan Perawat dengan Sikap Perawat pada Pemberian Informed Consent Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Pasien di RS PKU

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG Skripsi ARI WIJAYANTO NIM : 11.0758.S TAUFIK NIM : 11.0787. S PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS Zulfa Khusniyah 1, Hajar Dewi Rizqi 1 Prodi S1 Keperawatan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: nyeri pinggang bawah, kompres hangat, lansia. Abstract

Abstrak. Kata kunci: nyeri pinggang bawah, kompres hangat, lansia. Abstract PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PINGGANG BAWAH (LOW BACK PAIN) PADA LANSAIA DI PANTI WREDHA PANGESTI LAWANG MALANG Tri Johan Agus Yuswanto*, Bambang Soemantri**, Anita Rahmawati

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ANI DWI PRATINTYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 Tahun 1998). Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, dan berkesinambungan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi ada dua, yaitu faktor genetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang diberi umur panjang, dan tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menghilangnya secara perlahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Punggung adalah bagian tubuh yang paling keras, punggung harus bekerja selama 24 jam sehari. Dalam posisi duduk, berdiri, bahkan tidur punggung harus bekerja keras

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE DI WILAYAH PUSKESMAS SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Devida Safitri

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan

Lebih terperinci

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN Intan Pratika M *) Abstrak Desain penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan derajat suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan perlakuan kompres

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LANJUT USIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (PASURUAN) KEC. BABAT KAB LAMONGAN

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LANJUT USIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (PASURUAN) KEC. BABAT KAB LAMONGAN ABSTRAK PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LANJUT USIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (PASURUAN) KEC. BABAT KAB LAMONGAN Nurus Safa ah STIKES NU Tuban Imobilisasi,

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH (Games Therapy Towards to Psychologic Adaptation in School Age Children) Retno Twistiandayani*, Siti Mahmudah** * Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI Anas Tamsuri*, Ahmad Subadi.** *) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Magang

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Usia lanjut dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang

Lebih terperinci

SKRIPSI EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI ARTRITIS RHEUMATOID. Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo.

SKRIPSI EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI ARTRITIS RHEUMATOID. Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. SKRIPSI EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI ARTRITIS RHEUMATOID Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo. Oleh : PERMADI ADI MUKTI SAPUTRA R NIM : 13631352 PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN KALA I

PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN KALA I 1 PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN KALA I EFFECT OF HOT COMPRESS ON INTRA PAIN REDUCTION OF WOMEN MATERNITY PERIODE I Endah Ernawati Akademi Kebidanan Pamenang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD 1 Eko A. Papilaya 2 Kustina Zuliari 2 Juliatri 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT MENINGKATKAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA DENGAN NYERI SENDI

EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT MENINGKATKAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA DENGAN NYERI SENDI EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT MENINGKATKAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA DENGAN NYERI SENDI WARM COMPRESS IMPROVE EFFECTIVENESS INDEPENDENCE OF ACTIVITY DAILY LIVING IN ELDERLY WITH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain dari penelitian ini adalah Pre Experimental dengan pendekatan one

BAB III METODE PENELITIAN. Desain dari penelitian ini adalah Pre Experimental dengan pendekatan one BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain dari penelitian ini adalah Pre Experimental dengan pendekatan one group pretest-posttest design dengan satu macam perlakuan tanpa kelompok kontrol.

Lebih terperinci

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT OSTEOARHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina Korespondensi: Lilin Turlina, d/a : STIKes Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui standart tim kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur yang

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA Sinopsis Rencana Tesis Oleh : Husna Maulida, SST BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI BPS NY.MUJIYATI,

PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI BPS NY.MUJIYATI, PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI BPS NY.MUJIYATI, Amd.Keb DESA JOTO SANUR KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2013 Nepi Vilanti Eka Ratnasari*, Lilin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel

BAB 3 METODE PENELITIAN. komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel yaitu pengaruh kompres

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Isa Khasani dan Nisa Amriyah Abstrak Sectio caesarea merupakan salah satu pembedahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupkan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pretest-postest dimana pada penelitian ini sampel di observasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

Lilin Turlina*, Heny Ekawati** ABSTRAK

Lilin Turlina*, Heny Ekawati** ABSTRAK PERBEDAAN EFEKTIFITAS KOMPRES PANAS DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI RSUD Dr.SOEGIRI KABUPATEN LAMONGAN Lilin Turlina*, Heny Ekawati** ABSTRAK Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti

Lebih terperinci

PERBANDINGAN POLA TIDUR BAYI YANG MENDAPATKAN PIJAT BAYI DAN BABY SPA PADA BAYI USIA 3-12 BULAN DI KLINIK SRIKANDI RUMAH BUNDA YOGYAKARTA

PERBANDINGAN POLA TIDUR BAYI YANG MENDAPATKAN PIJAT BAYI DAN BABY SPA PADA BAYI USIA 3-12 BULAN DI KLINIK SRIKANDI RUMAH BUNDA YOGYAKARTA PERBANDINGAN POLA TIDUR BAYI YANG MENDAPATKAN PIJAT BAYI DAN BABY SPA PADA BAYI USIA 3-12 BULAN DI KLINIK SRIKANDI RUMAH BUNDA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: SURYADI ARIANATA 080201132 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri sendi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh siapapun karena setiap orang di dalam tubuhnya memiliki persendian (Soeroso, 2006). Sendi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA ISSN : 2087 2879 HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA Relationship Of Psychosocial Change With Quality Of Life In Gampong Lamceu Kuta Baro Subdistrict Aceh Besar Regency In 2012

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data digilib.uns.ac.id 76 BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es GASTER, Vol. 7, No. Agustus (56-573) PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN STIMULASI SARAF ELEKTRIK TENS DAN TERAPI ES TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN SIMPLE FRAKTUR DIRUANG PREMEDIKASI INSTALASI BEDAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi pada semua umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental 39 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan pretest-posttest with control group design yaitu menggunakan kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika melaporkan bahwa terdapat sekitar 35 juta pasien rematik (Purwoastuti, 2009). Di Indonesia

Lebih terperinci

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI HERNIA DI RSUD WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi DIAN APRIANTO NIM : 08.0263.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA PENGARUH SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun oleh : WILLY BRAM NAHAMPUN J120121003

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA

EFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA Efektivitas irigasi luka menggunakan larutan Normal salin...83 EFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin perawatan bayi selama ratusan tahun di banyak kebudayaan dan salah satu teknik terapi tertua di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION ( TENS ) PULSE BURST DAN ARUS TRABERT DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK DI LUTUT PADA USIA LANJUT SKRIPSI Disusun Oleh: WIWIK WIDIYASARI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI, KUNDEN BULU, SUKOHARJO ABSTRAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI, KUNDEN BULU, SUKOHARJO ABSTRAK HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI, KUNDEN BULU, SUKOHARJO Nur Aini Rahmawati 1, Titin Rosyidah 2, Andrya Marharani 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban

Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban (The Influence of Cold Compress Towards Perineum Injury of Post- Partum Mothers

Lebih terperinci

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN : TERDAPAT PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Oleh: Satriyo Agung, Annisa Andriyani, Dewi

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Dewi Winahyu. *) Dera Alfiyanti **), Achmad Solekhan ***)

Lebih terperinci