PEMBAHASAN UMUM. Penalaran Atas Premis-Premis. Isu Sentralisasi-Desentralisasi

Transkripsi

1 PEMBAHASAN UMUM Penalaran Atas Premis-Premis Isu Sentralisasi-Desentralisasi Pernyataan Tosi dan Carrol (1976: ) yang menyangkut hubungan kausal antara ciri organisasi dan lingkungannya, dapat disarikan : Makin volatil lingkungan organisasi, seharusnya makin dinamis organisasi itu. Proposisi universal tersebut di atas diangkat menjadi suatu premis mayor. Premis minor yang berkaitan dengan LPK a- kan dapat dirumuskan dengan cara membandingkan LPK dengan sekolah atau lembaga pendidikan formal. Dilihat dari volatilitas lingkungannya : SD, SMTP, dan SMTA mempunyai lingkungan yang tidak terlalu mudah berubah (kurang volatil). "Pasar input" dari sekolah-sekolah tersebut bersifat baku, murid SD yang akan masuk disyaratkan berumur antara sekitar 6-8 tahun, murid baru SMTP disyaratkan 7ulus dari SD dan Murid SMTA disyaratkan lulusan SMTP. "Pasar output" khususnya bagi s.ekolah-sekolah menengah umum juga relatif "tidak dinamis.' Lulusan SD masuk "pasaran SMTP," 1ulusan SMTP masuk "pasaran SMTA." Keadaan dan perubahan keadaan yang akan terjadi di kedua "pasar" itu sudah dapat diantisipasikan, karena kurikulum (dalam arti yang luas) disusun oleh pemerintah yang rnasih sentralistik. Keadaan teknologi lingkungan dari sekolah-sekolah itu juga merupakan bagian dari kurikulum.

2 LPK sebagai lernbaga pendidikan nonforrnal yang bertujuan "menjual" ketrarnpilan tarnatan ke dunia kerja dengan spektrum mutu dan jenis yang fuas, mempunyai "pasar output" yang su- lit ditebak. "Pasar input" yang berupa surnber rnurid baru dan ciri murid baru, potensial sekali atas fluktuasi. Keragaman yang lebar dengan perubahan tak terduga dari para warga be- lajar dari waktu ke waktu, menyebabkan tingginya volatilitas dari input. Penjelasan sekilas ini dapat melahirkan premis minor : Lingkungan LPK lebih volatil dari lingkungan sekolah. Konklusi silogistik yang dapat ditarik dari premis mayor dan premis minor adalah : "LPK seharusnya lebih dinamis di- bandingkan dengan sekolah (=K1)." Konklusi deduktif ini di- tunjang oleh hasil penelitian yang berkaitan dengan konklusi tersebut, dan ada empat buah. Proposisi empirik : P2 dan Pg bersama rnernbentuk kesimpulan : Makin tinggi tingkat kewenangan organisasi LPK diperkotaan, makin tinggi manfaat sosioeko- nomi yang akan diperoleh para tarnatannya. Proposisi empirik: P4 dan Pll bersama menyimpulkan bahwa makin tinggi tingkat ke- wenangan organisasi LPK, baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan, membuat tarnatannya makin rnudah memperoleh kesern- patan mendayagunakan hasil belajarnya. Tabel 29 akan ikut mempermudah mernaharni materi proposisi-proposisi empirik tersebut. Tingkat kewenangan yang rneningkatrnenunjukkan menurunnya tingkat sentralisasi, atau rneningkatnya desentralisasi or- ganisasi. Pada kenyataannya khusus dalarn'hal pelaksanaan

3 evaluasi hasil ujian nasional, dengan soal-soal teori dibuat di tingkat pusat dan penentuan kelulusannya juga masih diputuskan oleh pusat. Konklusi deduktif di atas dipadukan dengan premis-premis yang berasal dari keempat proposisi empirik itu akan rnelahirkan konklusi : "Jika inqin membuat para tamatan LPK mernperoleh manfaat sosioekonorni yang tinggi, rnaka harus dilakukan pengurangan elemen-elemen sentralisasi yang membebani LPK (=K2)." Tabel 28 akan mempermudah melacak hubungan langsung campur tangan pemerintah atas tingkat kewenangan organisasi LPK. Isu Spesialisasi Proposisi empirik P5 dan P12 yang rnernbentuk premis kausal yang berkaitan dengan masalah spesialisasi latihan pada LPK,, melahirkan konklusi induktif : "Makin maju suatu masyarakat, makin tinggi tuntutannya akan spesialisasi profesionalnya (K3)." Tabel 29 akan ikut mempermudah memahami hubungan-hubungan kausal tersebut. Penghargaan masyarakat atas kemampuan profesional di atas berkaitan dengan manfaat ekonomi. Kernarnpuan Berorqanisasi versus Kemampuan Teknis Kependidikan Pemimpin Proposisi empirik P6 dan Pl3 membentuk premis-premis mi- nor yang akan dapat melahirkan konklusi induktif : "Makin tinggi kemampuan berorganisasi pemimpin LPK di daerah

4

5 CQ) I 3-00 L zz m L mo L s cnrr) worn a m m D 1 m m h'n nu m 3 mc, w 4 a m Q L -0 0 SS 0-l 3 0 tn 0- m cnv s s m c w 2o-w -v rr) c s I L U n m m cny Y sa w 2 E a m L L L L L L O m cn m m Cn m m m m m m L 0 m 0 m L n L n L n L n L n L n L n c O m O m O m o m O m O m O m = ~ S I Y m y m y C J I Y C J I Y m y m y L m m m m m m m m m m m m m m m V) YI YI "7 V) V) V) z'. m w m w m a m w m a m a m w w 0 n ha =-,a n h P hn a v u u u u u v O a O W O a O a O W O W Q a s Y N Y N Y N Y N Y N Y N X N rr) n 3 cn I I V) L W E L L - I aj I I a m 0 OE c I L E E- L - CL Y w rrj a c w YI "7 W E a E a 3 L m 3 m m m w +- m n wv) o L 1 C C L V) = Y- - s c - - m m w E ~ 1 - m- m u m * - a WIZL YV) =v) 3- E C m YE m m w m ~ m QVC m m- V) m 1% V ) E m EE- +T w w E Y Cng nc m.r- m la- m C EE ECE E Q E Eo E U -- U - C Om, am- w - a m w m E *- +-a YO ~ m YYE a Y- YO -u

6 perkotaan dan pedesaan, lebih menjamin tamatannya memperoleh manfaat ekonomi yang makin tinggi (K4)." Proposisi empirik PI4 yang menyimpulkan bahwa makin ting- gi kemampuan teknis kependidikan pemimpin LPK di pedesaan ma- kin tinggi pula perolehan manfaat sosial tamatannya, dapat menjadi premis untuk membentuk suatu penalaran langsung. Na- mun akan lebih menarik apabila dibandingkan dengan materi-materi yang ada dalam proposisi empirik P7 yang menyatakan bahwa di daerah perkotaan tidak dijumpai adanya pengaruh langsung yang signifikan antar subyek dan predikat dalam proposisi seperti P14. Dari kedua premis minor tersebut dapat ditarik konklusi induktif : "Makin rendah tingkat pendidikan suatu masyarakat, kredibilitas pemimpin di mata pengikutnya akan makin ditentukan oleh keahlian yang tampak ("overt skill") yang dirniliki pemimpin (=Kg)." Orientasi Posisi Sosial Premis yang berasal dari proposisi empirik P8 menyimpul- kan bahwa makin matang pelatih LPK di perkotaan, makin pros- pekti-f tindakan ekonomis tamatannya. Premis minor lain, yang dari proposisi empirik PIS menyimpulkan : Pada masyarakat pedesaan, peningkatan kematangan pelatih akan mempercepat tamatannya dalam mendayagunakan hasil belajarnya. Kedua premis minor itu mempunyai substansi yang bertekanan pada aspek ekonomi. Hanya saja, bila dalam masyarakat yang maju tindakan

7 ekonomisnya prospektif, sedangkan bila pada masyarakat yang kurang maju, tindakannya instingtif. Naluri untuk segera memperoleh penghasilan bagi masyarakat yang kurang maju lebih kuat. Kedua premis tersebut di atas ditunjang oleh proposisi empirik Pg dan P16, yang mensiratkan bahwa makin matang warga belajar, makin berorientasi pada posisi sosial. Ke- matangan warga belajar selain dibawa sejak mengikuti kursus juga dapat ikut dibentuk oleh pelatih LPK yang tingkat kematangannya tinggi. Kematangan disini te7ah termasuk indikator tingkat pendidikan formal yang telah dicapai warga be7a jar. Konklusi induktif yang dapat ditarik : "Makin rendah pendidikan seseorang, tindakan ekonomisnya akan makin ber- orientasi jangka pendek (=Kg)." Imp1 ikasi Kebilaksanaan ("Policv Implications~) Restrukturisasi Pengelolaan sistem pendidikan bercorak LPK per7u dila-- kukan penyesuaian atas "real need" masyarakat penggunanya. yang di antaranya pemimpin LPK, pelatih dan warga belajar. Sambutan atas kebutuhan nyata mereka yang dapat dilaku- kan melalui restrukturisasi adalah : (1) MenghTlangkan dualisme pembinaan fungsional atas LPK- LPK swasta. Bila sulit, dilakukan eliminasi wewenang

8 salah satu departemen antara Depdikbud dan Depnaker, ada baiknya dibentuk suatu Badan Kerjasama-Tetap Pengelola Pendidikan Karya, yang merupakan integrast parsial dari satuan-satuan kerja departernen terkait. (2) Distribusi anggaran pembangunan pada sektor pendidikan yang diambil dari berbagai jalur departemen terkait perlu peningkatan penekanan pada program pendidikan karya. Bila rnungkin diadakan Inpres LPK. Dana Pembangunan LPK bukan hanya ditingkatkan untuk pos-pos o- perasional melainkan perlu penyediaan dana pembangunan LPK milik negara yang bertugas "menelorkan" calon-calon pemimpin LPK dan pelatih LPK swasta. Dana yang terse- dia sebagian besar untuk keperluan pelaksanaan program penataran calon pemimpin dan pelatih LPK swasta, serta bea siswa atau "revolving fund" untuk warga belajar. (3) Mobilisasi daya dan dana dari masyarakat industri dan usaha melalui Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional guna pembangunan dan penyelenggaraan LPK swasta. (4) Perlu penyediaan kredit investasi bagi LPK swasta dari bank-bank negara dan bank-bank swasta. (5) Khusus di daerah-daerah pedesaan amat perlu dibentuk - suatu lembaga pembina pendidikan karya dengan otonomi yang cukup tinggi (6) D3 setiap kecamatan perlu dibentuk pusat koordinasi pendidikan karya dengan anggota tetap dari unsur pernda, instansi vertikal terkait, dan pihak swasta.

9 (7) Perguruan tinggi negeri atau swasta terpilih perlu dilibatkan secara aktif dengan penyediaan dana dalarnbentuk paket program. Derequlasi Deregulasi yang perlu dilakukan menyangkut pengelolaan organisasi dan pengelolaan pendidikannya, adalah : (1) Deregulasi dalam bidang administrasi, meliputi : Penyederhanaan ijin operasional, kemudahan memperoleh dana kredit investasi dan kredit operasional pendidik an, pembebasan dari sega7a bentuk pajak LPK dan ditetetapkan secara tertulis. (2) Deregulasi dalam bidan'g pendidikan, meliputi : Dihapuskannya ujian nasional dengan pendelegasian kepada LPK-LPK yang kompeten, penataran dalam bidang organisasi LPK bagi calon pernimpin LPK dan para pelatih o- leh pemerintah secara gratis. (3) Motto "tut wuri handayani" perlu benar-benar diterapkan dalam pembinaan LPK swasta.