POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT"

Transkripsi

1 POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT KERTAS KARYA DEKERJAKAN O L E H FIQI RARAS MAJA NIM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN 2009

2 ABSTRAK Propinsi Sumatera Utara memiliki banyak daerah objek wisata yang potensial dan strategis, Hal ini sangat mendukung pembangunan daerah Sumatera Utara yang memprioritaskan pembangunan di bidang industri, pertahanan, pariwisata serta peningkatan sumber daya manusia, namun dari sekian banyak objek wisata yang dimiliki, masih begitu sedikit yang di kembangkan, padahal masih begitu banyak daerahdaerah yang memiliki objek wisata yang yang berpotensi dan membutuhkan sentuhan tangan professional dibidang kepariwisataan. Oleh sebab itu dilakukan pengkajian tentang potensi pengembangan objek wisata yang berbasis alam dan kebudayaan. Dari hasil penelitian, ditunjukan bahwa wisata yang berbasis dengan alam dan budaya sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat. Khususnya masyarakat setempat karena dapat menarik keuntungan dari setiap wisatawan yang datang ke tempat tersebut dengan menjadi pemandu local, membuka penginapan untuk wisatawan yang akan menginap, membuka rumah makan, serta toko souvenir. Karena bisanya wisatawan mancanegara lebih menyukai wisata yang berbasis alam dan budaya sehingga juga mendatangkan devisa yang besar bagi negara. Untuk itu para pengelola kawasan mencoba untuk mengkordinir agar kunjungan wisatawan dapat selama mungkin. Melalui pengembangan ekowisata di daerah hutan tangkahan yang di kelola oleh masyarakat di desa Namo Sialang dan desa sei Serdang diharapkan kelestarian pada daerah tersebut terus terpelihara agar generasi berikutnya dapat terus menikmatinya sebagai hutan tropis yang masih alami. Ekowisata akan menjadi industri yang berhasil jika sumber daya alamnya dilindungi. Sumber daya alam dapat dilindungi dengan baik jika terdapat suatu strategi pengelolaan untuk memimpin proses tersebut. Key word : Kepariwisataan, wisata alam dan budaya

3 KATA PENGANTAR Pertama dan terutama, dengan segala kerendahan hati penulis bersujud dan panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan anugrahnya, saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan segala keterbatasan yang dimiliki penulis, namun karena limpahan karunia-nya sehingga menambah keyakinan dan kekuatan mengikuti perjalanan panjang dalam penyelesaian studi ini. Judul tugas akhir ini POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT yang mana merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam penulisan kertas karya ini banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan moril, masukan dan saran, sehingga penulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada 1. Bapak Prof. Chairudin P. Lubis,DTM&H,Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Drs.Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Drs.Ridwan Azhar M.Hum., selaku Ketua Jurusan D-III Pariwisata Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun M.Si, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Tugas akhir ini. 5. Bapak Hazed Djoeli,BA.,(Alm), selaku Koordinator Usaha Wisata D-III Pariwisata Universitas Sumatera Utara.

4 6. Bapak Sigit Wresti dan Bapak Marzaini Manday., Dosen sekaligus Pendidik. Trimakasih telah mengajarkan kesederhanaan dalam hidup. 7. Seluruh teman-teman Pariwisata, khususnya anak-anak Usaha Wisata, tiga tahun menjadi Komting (komisaris tingkat) kalian, adalah pengalaman yang sangat berharga. 8. Teman-teman baikku Faisal Ginting,,Slamat Zebua yang saat ini sudah jadi Direktur Hotel di Nias.,Desta,Irpan, Ridha Hafni (Akep), semoga kita bisa saling motivasi terus kedepannya. 9. Teman-teman dari nadwa, Rizky, Wenda, Eliza dan Eka yang memberi doa dan motivasi terus dalam penulisan. Teristimewa dengan tulus hati diucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang slalu mendidik dan membimbingku, Bapak ir. AM Mukhtar dan Ibunda Ratnawati. Doa dan dukungan moril dan materil serta segala yang dibutuhkan penulis sangat berarti dalam menyelesaikan studi dan penulisan tugas akhir ini. Finally, kepada semua teman dan sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih buat semua doa, kebaikan, ketulusan, dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini. I Love You all Medan, Juli 2009 Penulis, Fiqi Raras Maja

5 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. i ii iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembatasan permasalahan Tujuan Penulisan Metode Penulisan Sistematika Penulisan. 3 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kepariwisataan Pengertian Objek Dan Daya Tarik Wisata Pengertian Wisatawan Pengertian Kebudayaan Dan Hubungannya Dengan Pariwisata. 17 BAB III GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN KABUPATEN LANGKAT 3.1 Geografi... 18

6 3.2 Sejarah Kabupaten Langkat Keadaan Penduduk Sarana Dan Prasarana Kepariwisataan Kabupaten Langkat 30 BAB IV POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG KABUPATEN LANGKAT 4.1 Sejarah Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Dengan Ekowisata Ekowisata Tangkahan Kunjungan Wisatawan Dampak Pengembangan Kepariwisataan Desa Namo Sialang Dan Desa Sei Serdang Terhadap Lingkungan Dan Masyarakat Setempat Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Kawasan Peran Serta Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Wisata. 47 PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada priode antara tahun 1985 s/d 1995, kepariwisataan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat baik dan menjadi salah satu industri yang memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan negara. Seiring dengan terjadinya masalah dalam negeri yang dimulai dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan,tragedi bom Bali dan serangkaian aksi teroris di beberapa wilayah di Indonesia, maka citra kepariwisataan Indonesia secara umum menurun di mata internasional. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun pelaku usaha kepariwisataan untuk membangkitkan kembali citra kepariwisataan di Indonesia, meciptakan keamanan nasional, promosi dan perbaikan sarana prasarana wisata, serta pengembangan objek-objek wisata. Salah satu yang saat ini tengah dikembangkan adalah pariwisata berbasis kekayaan alam dan budaya. Pariwisata berbasis kekayaan alam terutama satwa telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh para pelaku wisata. Terutama wisatawan yang berasal dari Eropa dan Amerika. Mereka melakukan kunjungan ke negara-negara yang tingkat keanekaragaman hayatinya cukup tinggi. Tujuannya untuk mencari gambaran baru tentang sisi lain kehidupan yang tidak didapatkan di Eropa maupun Amerika. Hal itu meliputi kekayaan dan keragaman budaya, bentang alam, satwa, dan tumbuhan, serta masyarakat setempat.

8 Kabupaten Langkat sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu aset potensial kepariwisataan nasional. Dengan perencanaan pembangunan dan pengembangan yang baik, semua aset kepariwisataan yang dimiliki dapat dikembangkan dengan lebih baik. Hingga saat ini hampir semua aset potensial itu belum terkelola secara baik. Salah satu aset kepariwisataan kabupaten langkat yang sangat potensial adalah desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang. Wilayah kedua desa ini berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Louser(TNGL) yang memiliki keanekaragaman hayati yang masih sangat terjaga. Selain itu, kawasan ini juga memiliki objek wisata yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan, antara lain air terjun, gua kalelawar, sumber air panas, dan sungai Batang Serangan yang masih sangat jernih airnya. Dengan berbagai potensi tersebut, masyarakat kedua desa ini mengembangkan kawasan ekowisata. Masyarakat kedua desa ini mayoritas bersuku Karo,sehingga kebudayaan karo juga merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Selain ekowisata kedua desa ini juga berpotensi mengembangkan wisata budayanya. Berkenaan hal diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis kertas karya dengan judul POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG DI KABUPATEN LANGKAT. 1.2 Pembatasan Permasalahan Kertas karya ini mencoba melihat masalah : bagaimana potensi kepariwisataan di desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang di kabupaten Langkat?

9 1.3 Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah : Tujuan khusus : 1) Melihat potensi kepariwisataan yang ada di desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang kabupaten Langkat. Tujuan umum : 1) Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Pariwisata Program Diploma III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 1.4 Metode Penelitian Yang dimaksudkan dengan metode penelitian adalah suatu cara penulisan untuk mendapatkan informasi maupun data-data dalam mengurai dan menyusun kertas karya. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode : 1) Library reseach,yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan datadata melalui buku-buku kepariwisataan,booklet,brosur-brosur dan sumber lainnya yang berhubungan dengan judul kertas karya ini 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

10 Pada bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang pemilihan judul, pembatasan masalah, metode penulisan, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN Menguraikan tentang kepariwisataan yang meliputi, pengertian tentang kepariwisataan, objek dan atraksi wisata. BAB III : TINJAUAN UMUM KABUPATEN LANGKAT Menguraikan tentang letak geografis kabupaten Langkat, sejarah, penduduk dan mata pencaharian, serta objek-objek wisata potensial di kabupaten langkat. BAB IV POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG Menguraikan tentang objek dan daya tarik wisata yang potensial di kedua desa tersebut. Dampak dan permasalahan yang dihadapi, serta upaya pemerintah dan masyarakat di kedua desa tersebut dalam pengembangan kepariwisataan. BAB V : PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta, pari yang berarti banyak atau berkali-kali dan wisata yang berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pariwisata diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali ( = bahasa Inggris tour atau tourism ) Oka A.Yoeti(1993). Secara lebih luas, dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yang menjadi batasan dalam definisi pariwisata, yaitu: 1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu 2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain 3. Perjalanan ini berhubungan dengan rekreasi atau bersenang-senang 4.Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya Jadi, menurut Oka A Yoeti (1993), pengertian pariwisata dapat disimpulkan sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk kegiatan bersenang-senang atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam

12 Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata Jadi pengertian wisata mengandung beberapa unsur yaitu : (1) kegiatan perjalanan; (2) dilakukan secara sukarela; (3) bersifat sementara; (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi : (1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.(2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah ( candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah seperti keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.(3). Pengusaha jasa dan sarana pariwisata, : (a) Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata).(b) Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya.(c) Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pariwisata menurut para ahli antara lain : Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi

13 wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut, Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan menurut pendapat dari James J.Spillane (1982:20) pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain. Menurut Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata yaitu, pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi. 2.2 Kepariwisataan Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 pada bab I pasal 1 kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan. Nyoman S Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berikut :

14 Keparawisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuankemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya. Kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata. Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata hendaknya memenuhi syarat sapta pesona pariwisata, yaitu : a) Aman Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tenteram, tidak takut, terlindungi dan bebas dari : Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kecopetan, pemerasan, penodongan, penipuan dan lain sebagainya. Terserang penyakit menular dan penyakit berbahaya lainnya Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan untuk makan dan minum, lift, alat perlengkapan rekreasi atau olah raga. Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedagang asongan, tangan jail, ucapan dan tindakan serta perilaku yang tidak bersahabat dan lain sebagainya.

15 Jadi, aman berarti tejamin keselamatan jiwa dan fisik, termasuk milik (barang) wisatawan b) Tertib Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur, rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi kehidupan masyarakat, misalnya : Lalu lintas tertib, teratur dan lancar, alat angkutan datang dan berangkat tepat pada waktunya. Tidak nampak orang yang berdesakan atau berebutan untuk mendapatkan atau membeli sesuatu yang diperlukan Bangunan dan lingkungan ditata teratur dan rapi Pelayanan dilakukan secara baik dan tepat Informasi yang benar dan tidak membingungkan c) Bersih Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-tempat yang bersih dan sehat seperti : Lingkungan yang bersih baik di rumah sendiri maupun di tempat-tempat umum, seperti di hotel, restoran, angkutan umum, tempat rekreasi, tempat buang air

16 kecil/besar dan lain sebagainya. Bersih dari sampah, kotoran, corat-coret dan lain sebagainya. Sajian makanan dan minuman bersih dan sehat Penggunaan dan penyajian alat perlengkapan yang bersih seperti sendok, piring, tempat tidur, alat olah raga dan lain sebagainya Pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi dan tidak mengeluarkan bau tidak sedap dan lain sebagainya d) Sejuk Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan sejuk, nyaman dan tenteram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berada di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya. Untuk itu semua pihak diharapkan dapat : Turut serta aktif memelihara kelestarian lingkungan dan hasil penghijaun yang telah dilakukan masyarakat maupun pemerintah Berperan secara aktif untuk menganjurkan dan memelopori agar masyarakat setempat melaksanakan kegiatan penghijauan dan memelihara kebersihan, menanam berbagai tanaman di halaman rumah masing-masing baik untuk hiasan maupun tanaman yang bermanfaat bagi rumah tangga, melakukan penanaman pohon/tanaman rindang di sepanjang jalan di lingkungan masing-masing di halaman sekolah dan lain sebagainya Membentuk perkumpulan yang tujuannya memelihara kelestarian lingkungan.

17 Menghiasi ruang belajar/kerja, ruang tamu, ruang tidur dan tempat lainnya dengan aneka tanaman penghias atau penyejuk. Memprakarsai berbagai kegiatan dan upaya lain yang dapat membuat lingkungan hidup kita menjadi sejuk, bersih, segar dan nyaman. e) Indah Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari segi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah yang selalu sejalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan hidup baik berupa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia. Karena itu kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh umat manusia. f) Ramah tamah Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita ataupun tidak tegas dalam menentukan sesuatu keputusan atau sikat. Ramah, merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita pelihara terus.

18 g) Kenangan Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah yang indah dan menyenangkan. Kenangan yang indah ini dapat pula diciptakan dengan antara lain : Akomodasi yang nyaman, bersih dan sehat, pelayanan yang cepat, tepat dan ramah, suasana yang mencerminkan ciri khas daerah dalam bentuk dan gaya bangunan serta dekorasinya Atraksi seni budaya daerah yang khas dan mempesona baik itu berupa seni tari, seni suara dan berbagai macam upacara Makanan dan minuman khas daerah yang lezat, dengan penampilan dan penyajian yang menarik. Makanan dan minuman ini merupakan salah satu daya tarik yang kuat dan dapat dijadikan jati diri (identitas daerah). Cenderamata yang mungil yang mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa dan dengan harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu tempat/daerah/negara.

19 2.3 Pengertian objek dan daya tarik wisata Menurut Oka yoeti (1996: ) ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah, adapun hal tersebut adalah: a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, dalam istilah pariwisata disebut natural amenities, yang termasuk dalam kelompok ini adalah hutan, iklim, pemandangan dan bentuk tanah, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan. b. Hasil ciptaan manusia yang dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan. c. Tata cara hidup masyarakat(way to life) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa objek wisata itu adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik sasaran wisata. Lain hal dengan atraksi wisata yang dalam hal ini bersinonim dengan pengertian entertainmeny atau hiburan, yaitu segala sesuatu yang telah di persiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal itu adalah tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat.(yoeti,1996:178:181). Objek wisata dapat dibagi menjadi empat bagian :

20 1. Alam (Nature) yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dimanfaatkan dan diusahakan sebagai tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberi kepuasan pada wisatawan, misalnya air terjun, pegunungan, flora dan fauna serta pemandangan alam. 2. Kebudayaan (Culture) yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia. Contohnya upacara adat, upacara keagamaan dan lain-lain. 3. Buatan Manusia (Man Made) yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Contohnya candi-candi, prasasti, monumen dan kerajinan tangan. 4. Manusia ( Human Being) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia (Way of life) yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata. Contohnya suku-suku pedalaman yang terdapat di daerah Kalimantan (suku Dayak), Irian Jaya(suku Asmat) yang cara hidup masih primitif dan unik. 2.4 Pengertian Wisatawan Berdasarkan pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No.870 : - Untuk tujuan statistik yang dimaksudkan dengan visitor atau pengunjung adalah, setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan

21 tempat tinggal sebagaimana biasanya dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan suatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang di kunjunginya. Menurut rumusan pengunjung di atas yang termasuk di dalamnya yaitu (dalam Yoeti 1996: ): Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung sementara yang sekurang-kurangnya tinggal selama 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya berdasarkan tujuan perjalanannya yang dikelompokkan sebagai berikut : - Orang-orang yang mengunjungi suatu negara untuk pleasure atau liburan - Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena Family Reason visit friend and relative. - Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena urusan MICE (Meetings,Incentive,Conference,and Exhibition.) - Orang-orang yang datang ke suatu negara karena urusan sekolah. - Orang-orang yang datang ke suatu negara sebagai utusan bidang olahraga ataupun hanya sekedar menonton pertandingan olahraga. - Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena alasan keagamaan. Pelancong (Excurtionist) yaitu orang-orang yang mengunjungi suatu negara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya termasuk pelancong yang menggunakan kapal pesiar. - Berdasarkan Intruksi Presiden No.9 Tahun 1969 yang memberikan definisi yaitu Wisatawan (tourist) adalah setiap orang bepergian dari tempat

22 tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya tersebut Karakteristik Wisatawan a. Domestik - Lebih tertarik dengan fasilitas dan pelayanan modern - Lebih menyukai wisata alam dan daerah beriklim dingin - Tidak terlalu tertarik dengan peninggalan sejarah dan budaya - Tidak terlalu tertarik dengan wisata petualangan - Lebih suka bepergian dalam group - Waktu berkunjung lebih singkat b. Mancanegara (asing) - Tertarik dengan wisata petualangan - Tetarik dengan peninggalan budaya tradisionil - Lebih menyukai masakan dari daerah asalnya - Waktu berkunjung lebih lama - Sangat kecewa apabila menemukan hal-hal yang tidak sesuai - Suka bepergian secara individual - Menyukai masyarakat lokal(ramah)

23 2.5 Pengertian Kebudayaan dan Hubungannya dengan Pariwisata Kebudayaan dapat dipahami dalam tiga aspek, yakni aspek material, prilaku dan ide. Dalam bentuk material mencakup antara lain peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan olahan, hasil teknologi dan lain-lain. Dalam wujud prilaku mencakup kegiatan ritual perkawinan, upacara-upacara keagamaan atau kematian, seni pertunjukan, keteranpilan membuat barang-barang kerajinan dan lainnya. Dalam wujud ide mencakup antara lain sistem keyakinan, pengetahuan nilai-nilai dan norma norma. Menurut Koentjaraningrat (19990:180) definisi kebudayaan adalah : seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang di hasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan proses belajar. Seperti yang tertera di atas, bahwa kebudayaan itu adalah hasil karya manusia yang baik itu berupa benda, kesenian, adat istiadat dan lain sebagainya yang merupakan salah satu potensi pariwisata yang mendukung perkembangan kepariwisataan. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pariwisata mempunyai hubungan yang erat dengan kepariwisataan.

24 BAB III GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN KABUPATEN LANGKAT 3.1. Geografi Daerah Kabupaten Langkat terletak pada ' dan ' lintang utara, serta ' dan ' Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh - Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II karo. - Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang - Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah) Topografi Daerah Tingkat II Langkat dibedakan atas 3 bagian - Pesisir Pantai dengan ketinggian 0-4 m diatas permukaan laut - Dataran rendah dengan ketinggian 0-30 m diatas permukaan laut - Dataran Tinggi dengan ketinggian m diatas permukaan laut Aliran Sungai Daerah kabupaten Langkat dialiri oleh 26 sungai besar dan kecil, melalui kecamatan dan desa-desa, diantara sungai-sungai tersebut adalah : Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai Besitang dan lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk pengairan, perhubungan dan lain-lain.

25 3.2. Sejarah Kabupaten Langkat Langkat yang menjadi salah satu kabupaten di Sumatera Utara memiliki sejarah panjang dalam pemerintahan. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang Pada masa pemerintahan Belanda, kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada ditangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh : 1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah Sultan Mahmud /46 Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada di desa. Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah menjadi raja didaerahnya.

26 Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak, yaitu : (1) Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu : 1.1 Kejuruan Selesai 1.2 Kejuruan Bahorok 1.3 Kejuruan Sei Bingai 1.4 Distrik Kwala 1.5 Distrik Salapian (2) Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2 kejuruan dan 4 distrik yaitu : 2.1 Kejuruan Stabat 2.2 Kejuruan Bingei 2.3 Distrik Secanggang 2.4 Distrik Padang Tualang 2.5 Distrik Cempa 2.6 Distrik Pantai Cermin (3) Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu kejuruan dan dua distrik. 3.1 Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji.

27 3.2 Distrik Pulau Kampai 3.3 Distrik Sei Lepan Awal 1942, Kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco. Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal Masa Kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati. Pada tahun , terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit. Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanan yaitu :

28 1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai 2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura 3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan. Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir. Pada tahun jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dijabat oleh: 1. T. Ismail Aswhin HM. Iscad Idris R. Mulyadi H. Marzuki Erman H. Zulfirman Siregar Drs. H. Zulkifli Harahap H.Abdul Wahab Dalimunthe, SH s/d H.Syamsul Arifin, SE Juni H.M.Yunus Saragih Juni Sekarang Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat dibagi atas 3 wilayah pembangunan. 1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi

29 a. Kecamatan Bahorok dengan 19 desa b. Kecamatan Salapian dengan 22 desa c. Kecamatan Kuala dengan 16 desa d. Kecamatan Selesai dengan 13 desa e. Kecamatan Binjai dengan 7 desa f. Kecamatan Sei Bingai 15 desa 2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliputi a. Kecamatan Stabat dengan 18 desa dan 1 Kelurahan b. Kecamatan Secanggang dengan 14 Desa c. Kecamatan Hinai dengan 12 desa d. Kecamatan Padang Tualang dengan 18 desa e. Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 desa dan 1 kelurahan. 3. Wilayah pembangunan III (Teluk Haru) meliputi a. Kecamatan Gebang dengan 9 desa b. Kecamatan Brandan Barat dengan 6 desa c. Kecamatan Sei Lepan dengan 5 desa dan 5 kelurahan d. Kecamatan Babalan dengan 5 desa dan 3 kelurahan e. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 desa 2 kelurahan f. Kecamatan Besitang dengan 8 desa dan 3 kelurahan Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati. Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Departemen yang

30 kesemuannya merupakan pembantu-pembantu Bupati. Dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan Keadaan Penduduk Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat berjumlah jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per Km². Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2000 dibandingkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen. Untuk tahun 2007 berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat jiwa Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk 904,88 jiwa per Km², sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Brandan barat sebesar jiwa. Kecamatan Stabat merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 904,88 jiwa per Km² dan Kecamatan Batang Serangan merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 40,94 jiwa per Km². Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak Perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Pada tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,98 persen. Penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22 persen), Tapanuli /Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan

31 (7,56 persen), Kristen Katholik (1,06 persen), Budha (0,95 persen), dan Hindu (0,09 persen) dan lainnya (0,34 persen). 3.4 Sarana dan Prasarana Jaringan jalan dan jembatan secara umum menurut data tahun 2004 maka kira-kira sepanjang 30,03 km dari 1514,75 km jalan yang ada di kabupaten langkat dalam kondisi rusak berat. Kondisi ini diakibatkan tidak sesuainya antara kondisi jalan dengan beban dan frekwensi pemakai jalan. Sarana dan prasarana yang telah tersedia yaitu PLN, jaringan telekomunikasi yang hampir sudah menjangkau seluruh daerah.pt.telkom sudah menjangkau sekitar 8 kecamatan, PDAM di kawasan perkotaan, rumah sakit umum dan puskesmas yang sudah tersebar di seluruh kawasan kabupaten, pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Kondisi Jalan Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu tempat ke tempat lain. Panjang jalan di Kabupaten Langkat pada tahun 2007 sepanjang 1.504,10 Km, yang terdiri dari 511,50 km jalan beraspal, 399,10 km jalan kerikil, 229,70 Km jalan batu dan 363,80 Km jalan tanah. Kondisi jalan di Kabupaten Langkat perlu mendapat perhatian yang serius, karena 56,58 persen jalan Kabupaten yang ada dalam keadaan rusak dan rusak berat (851,1 Km). Sedangkan jalan dalam kondisi baik hanya 4,23 persen (63,55 Km) dan sisanya 39,20 persen lagi dalam keadaan sedang (589,45 Km).

32 Angkutan Darat Transportasi darat yang tersedia adalah kendaraan bermotor. Pada tahun anggaran 2007, jumlah kendaraan bermotor yang diuji ada unit, yang terdiri dari 1996 unit mobil barang, 72 unit Bus, dan 572 mobil penumpang umum serta 6 unit kenderaan khusus/tangki. Angkutan Laut Di Kabupaten Langkat, terdapat pelabuhan, Pangkalan Susu. Yang digunakan untuk arus lalu lintas penumpang, dan untuk lalu lintas barang dari dalam negeri Pada tahun 2007, barang yang di muat untuk keperluan dalam negeri dan berasal dari dalam negeri sebesar ton, sedangkan yang dibongkar ada sebesar ton. Pos dan Telekomunikasi Dewasa ini, komunikasi dan informasi dari berbagai daerah semakin lancar saja. Hal ini dimungkinkan karena sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang semakin baik. Jaringan komunikasi(telephon) sudah menjangkau hampir seluruh daerah. Surat yang masuk melalui PT. Pos Indonesia cabang Binjai Tahun 2007 ada sebanyak buah terdiri dari surat pos biasa + kilat, surat pos kilat khusus dan sisanya buah adalah surat tercatat, wesel pos. Sedangakan surat yang keluar ada sebanyak buah yang terdiri dari surat pos biasa + kilat, surat pos kilat khusus dan lainnya ada sebanyak buah surat.

33 Pendidikan Penyediaan sarana fisik pendidi-kan dan jumlah tenaga guru yang memadai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah penduduk. Pada data yang ada menunjukkan gambaran yang jelas tentang jumlah sekolah, kelas, guru dan murid pada tahun ajaran 2007/2008 dari jenjang pendidikan dasar s.d. tingkat menengah. Pada tahun ajaran tersebut, jumlah sekolah TK 44 buah, guru 153 orang dan murid orang, sekolah dasar ada 610 buah, guru orang dan murid orang. Sedangkan untuk sekolah lanjutan tingkat pertama terdapat 137 buah sekolah, 3399 orang guru dan orang murid. Sementara itu untuk sekolah lanjutan tingkat atas terdapat 62 sekolah dengan 1433 orang guru dan orang murid. Untuk SMK Kejuruan sekolah ada 45 buah, guru 921 orang dan murid orang. Di Kabupaten Langkat, rasio murid terhadap sekolah pada tahun 2007/2008 dapat dijelaskan sebagai berikut : Rasio murid SD terhadap sekolah adalah 202. Hal ini menunjukkan bahwa tiap sekolah dasar rata-rata memiliki 202 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Stabat yaitu 299 orang murid per sekolah, sedangkan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Salapian yaitu 150 orang murid per sekolah. Rasio murid SLTP terhadap sekolah adalah 264. Hal ini berarti bahwa tiap SLTP rata-rata memiliki 264 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Brandan Barat yaitu 483 murid per sekolah dan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Wampu yaitu 141 murid per sekolah. Rasio murid SLTA terhadap sekolah adalah 291 murid per sekolah, Hal ini berarti bahwa tiap SLTA rata-rata memiliki 291 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Gebang yaitu 752 murid per sekolah dan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Wampu yaitu 90 murid per sekolah.

34 Kesehatan dan Keluarga Berencana Kesehatan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, sangat membantu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Jumlah rumah sakit umum milik pemerintah ada 3 buah, rumah sakit umum swasta ada 1 buah. Kapasitas tempat tidur untuk RSU pemerintah ada 215 buah, sedangkan RSU swasta ada 35 buah. Sarana kesehatan di tingkat Ke-camatan dan pedesaan di Kabupaten Langkat cukup memadai. Pada tahun 2007 tercatat ada 28 buah Puskesmas, 146 Puskesmas Pembantu dan Pos Yandu yang tersebar di tiap Kecamatan. Tenaga Medis Pemerintah yang tersedia di Kabupaten Langkat ada 100 orang dokter umum, 31 dokter gigi dan 12 dokter spesialis. Sementara itu tenaga medis lain seperti bidan ada 620 orang Di Kabupaten Langkat, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami peningkatan dari tahun Pada tahun 2006 ada meningkat 7,57 persen pada tahun 2007 menjadi PUS. Persentase akseptor KB aktif berfluktuasi dari tahun ke tahun, tapi pada umumnya berada di atas 50 persen dari jumlah PUS. Sedangkan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Pil pengguna, Suntik pengguna, IUD pengguna, Implant pengguna dan sisanya dengan alat kontrasepsi kondom pengguna dan MOW/MOP se-banyak pengguna. Industri dan Pertambangan Daerah Kab. Langkat adalah satu-satunya di Sumatera Utara yang mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan berada di kota Pangkalan Berandan yang menghasilkan :

35 a. Kapasitas CDU (MBCD) - Actual 0,51 (510 Barrel/hari) - Discharged 0,50 (500 Barrel/hari) b. Kapasitas CDU-II (MBCD) - Actual 4,69 (4690 Barrel/hari) - Discharged 4,50 (4500 Barel/hari) c. Aspal di pangkalan Susu - Actual 400 Mm3/hari ( m3/hari) - Discharged 850 Mm3/hari ( M3/hari) Disamping pertambangan minyak di Kabupaten Langkat juga terdapat Industri Gula yang dikelola oleh PTP IX Kwala madu serta banyak bahan-bahan tambang yang belum dikelola seperti Coal, Tras, Gamping Stone, Pasir Kwarsa dan lain-lain. Pertanian Perkembangan produksi padi sawah di Kabupaten Langkat dari tahun 2004 s.d sebagai berikut: Pada tahun 2007, produksi padi sawah meningkat dari ton pada tahun 2005 menjadi ton, sama halnya dengan luas panen dari Ha pada tahun 2005 menjadi Ha pada tahun Sedangkan padi ladang pada tahun 2007 juga mengalami peningkatan dari produksi 726 ton pada tahun 2005 menjadi 915 ton pada tahun Begitu juga dengan luas panen dari 272 ha pada tahun 2005 menjadi 337 ha pada tahun Produksi tanaman sayursayuran di Langkat pada tahun 2007 untuk produksi terong sekitar ton. Produksi tanaman kacang panjang sebesar ton, ketimun sebesar ton, cabe

36 sebesar ton, Petsai sebesar ton, kangkung sebesar 183 ton, bayam ton. Sedangkan tanaman buah-buahan seperti semangka sebanyak ton. Ketenagakerjaan Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Langkat pada tahun 2007 sebanyak orang, yang terdiri dari 1220 tenaga kerja laki-laki dan 1552 perempuan. Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan/lainnya yaitu 1663 orang atau 59,99 persen, sedangkan Sarjana lengkap 498 orang atau 17,96 persen, SLTP umum/sederajat 140 orang atau 5,05 persen dan sisanya tamat DII/DIII 409 orang atau 14,75 persen, dan tamat SD 62 orang atau 2,24 persen 3.5 Kepariwisataan Kabupaten Langkat Potensi pariwisata kabupaten Langkat dari segi objek daerah tujuan wisata (selanjutnya akan digunakan dengan singkatan ODTW) yang ada beragam, dimulai dari kawasan pantai sampai dengan kawasan pegunungan di bagian barat yang merupakan kawasan bukit barisan yang mana terdapat Taman Nasional yakni Taman Nasional Gunung Louser (selanjutnya akan digunakan dengan singkatan TNGL). Alam pegunungan menyimpan banyak potensi seperti hutan, sungai, goa, flora dan fauna. Taman Nasional gunung Leuser merupakan aset Nasional terdapat berbagai satwa yang dilindungi seperti: Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, siamang juga terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang melata, 52 jenis

37 ampibi serta 3500 jenis species tumbuh-tumbuhan serta yang paling menarik adalah bunga raflesia yang terbesar di dunia. Secara umum Kepariwisataan kabupaten Langkat masih mengandalkan ekowisata di daerah Kawasan Wisata Bukit Lawang dan Tangkahan. Pasca banjir bandang yang melanda Bukit Lawang terjadi penurunan pengunjung yang sangat drastis. Dari data jumlah kunjungan, wisatawan hampir didominasi oleh wisatawan domestik. Masih banyak ODTW lain yang belum digali dan dikembangkan yang memiliki peluang pasar manca negara maupun domestik. Beberapa ODTW yang sudah dikembangkan terutama disekitar TNGL masih bermasalah dengan aksesibilitas yang jelek. ODTW sejarah, budaya, agama masih dikunjungi oleh pasar domestik dengan lama kunjungan yang relatif singkat dikarenakan tidak didukung oleh sarana wisata yang menjadi kebutuhan pengunjung. Adapun objek-objek wisata potensial di kabupaten Langkat antara lain : 1. Bukit Lawang : Ekowisata Taman Nasional Gunung Louser (TNGL), pusat rehabilitasi orang utan, sungai, flora dan fauna. 2. Gua Batu Rizal Bahorok : Gua dilereng bukit, Trekking. 3. Gua Kalelawar Bahorok : Trekking, rumah Kalelawar. 4. Gua dan Air Terjun Marike : Gua, air terjun, panorama alam 5. Pemandian Pantai Biru Salapian. 6. Sungai wampum Sei Bingai : Arung Jeram, air panas, air terjun. 7. Pemandian Pangkal Sei bingei : Pemandian alam. 8. Namo Ukur Utara Sei Bingei :Pemandian alam.

38 9. Air Terjun Lau Berte Sei Bingei : Panorama alam, pemandian alam, hutan. 10. Pamah Semelir sei Bingei : Pantai sungai dan air terjun. 11. Kanpung Bali Wampu : Perkampungan khas Hindu Bali. 12. Masjid Azizi Tanjung Pura : Peninggalan sejarah, arsitektur. 13. Museum Daerah Kabupaten Langkat Tanjung Pura. 14. Pantai Kuala Serapuh Tanjung Pura : Pantai pasir laut, hutan cemara, berjemur dan pemandian. 15. Pantai Brahwe Pulau Kampai Pangkalan susu : Pantai dan pemandangan. 16. Babussalam Tanjung Pura : Wisata riligius. 17. Pantai Pulau Sembilan Pangkalan susu : Pantai pasir putih. 18. Tangkahan Batang serangan : Ekowisata, Orang utan, gajah, pemandian air panas, tubing, flora dan fauna. 19. Sikundur Besitang : sungai, hutan alami. 20. Pantai Tanjung Karang Pangkalan Susu : Pantai laut, memancing.

39 BAB IV POTENSI KEPARIWISATAAN DI DESA NAMO SIALANG DAN DESA SEI SERDANG KABUPATEN LANGKAT Desa Namo Sialang dan desa Sei Serdang adalah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Louser(TNGL). Selain hutan Tangkahan yang masih alami, kawasan taman nasional ini juga menyimpan flora dan fauna yang beraneka ragam.terdapat objek objek wisata yang potensial sebagai daya tarik bagi wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kesadaran akan pentingnya menjaga alam membuat masyarakat kedua desa ini membentuk kawasan wisata dengan konsep konservasi alam atau lebih kita kenal dengan ekowisata. Kedua desa ini merupakan akses masuk ke kawasan ekowisata dan masyarakatnya terlibat langsung dalam konservasi dan pengembangannya. 4.1 Sejarah desa Namo Sialang dan Sei Serdang dengan Kawasan Ekowisata Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20 penduduk Tanah Karo mulai berpindah/ merantau kearah Langkat untuk mencari sumber penghidupan baru, beberapa kampung diperbatasan kabupaten Langkat sekarang; Pamah Semelir, Sapo Padang, sampe raya dan kampung-kampung lainnya termasuk ke kampung-kampung didekat sumber air dan sungai di kawasan Tangkahan. secara terpencar mulai dihuni, menetap serta berkeluarga. Selanjutnya penduduk dari suku karo tersebut lebih dikenal sebagai suku Karo Jahe (Karo Gugung; suku karo di tanah karo) dan pertanian sebagai mata pencaharian pokok.

40 Pada 1932, pemerintah Belanda mengeluarkan 'Ordonansi cagar-cagar alam dan suaka-suaka margasatwa' (Natuurmonumnten en Wildreservatenordonnantie 1932 ) Staatsblad 1932, no 17. Pada tahun 1934, berdasarkan ZB No. 317/35 tanggal 3 Juli 1934 dibentuk Suaka Alam Gunung Leuser (Wildreservaat Goenoeng Leoser) dengan luas ha. Selanjutnya berturut-turut pada tahun 1936, berdasarkan ZB No. 122/AGR, tanggal 26 Oktober 1936 dibentuk Suaka margasatwa Kluet seluas ha yang merupakan penghubung Suaka Alam Gunung Leuser dengan Pantai Barat. Suaka Alam Langkat Barat, Suaka Alam Langkat Selatan dan Suaka Alam Sekundur. Kawasan Tangkahan termasuk didalam Suka Alam Langkat Barat (Natur Reservaat). Tahun an, ditandai dengan era tanaman-tanaman perkebunan berskala besar terkait dengan kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan sektor non migas (pasca masa boom minyak) dan kawasan ini dibuka menjadi areal Perusahan Perkebunan milik negara. Dan kehidupan mulai berubah dengan adanya jalan penghubung melalui darat, berbaur dengan suku jawa dan suku-suku lainnya yang hadir seiring dengan adanya perkebunan Kelapa sawit tersebut. Dan era ini ditandai dengan perubahan pola bercocok tanam kepada tanaman perkebunan (karet, kelapa sawit dan coklat ) secara lebih intensif. Dan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pembukaan areal hutan untuk perkebunan semakin luas dan ditetapkannya kawasan hutan tersebut menjadi Taman Nasional pada awal 1980 tidak mampu menghentikan aktivitas pengambilan kayu yang sudah tidak terbatas antara kawasan Hutan Produksi atau Taman Nasional. Serta selama puluhan tahun aktivitas pengambilan kayu sudah merupakan sistem nilai yang menjadi kebiasaan penduduk.

41 Pada era ini, pembelian kayu tidak lagi dimonopoli oleh beberapa orang tetapi secara bebas apabila pemodal memiliki uang yang cukup serta barisan pelindung maupun memiliki tenaga kerja yang handal dapat menentukan ancak (wilayah tebangan). Fenomena ini membangun partisipasi luas pencurian kayu melalui jalur sungai dan darat. Dan membuka persaingan ketat diantara mereka sendiri dan menguntungkan bagi aparat pelindungnya. yang mendorong perpecahan demi perpecahan diantara cukong kayu dan para spekulan tanah dalam pembahagian wilayah pembalakan kayu dan perambahan, sehingga terbentuk kelompok-kelompok dengan batas teritorial dan perlindungan masingmasing. Dan sangat sering terjadi konfrontasi dan konflik horizontal yang disisi lain menguntungkan bagi oknum pemerintah (Polisi hutan/aparat), walaupun akhirnya diantara mereka terjadi juga tarik menarik yang cukup kuat dilapangan. pada pertengahan 1980 s/d 1990-an Sebahagian kelompok dominan (illegal logger) dengan cukong/pemodal baru merambah ancak wilayah penebangan kelompok lain menyebabkan konflik horizontal dan sebahagian diproses hukum (ditangkap petugas yang memiliki benang merah atas laporan kelompok ilegal logging lain yang mau merebut wilayah penebangan) fenomena-fenomena seperti itu sering terjadi diwilayah ini, dimana konflik selalu terjadi dengan menggunakan pihak ketiga dan sistem nilai yang berlaku adalah pembatasan ruang nilai lebih dari orang lain secara zig zag sosial (pengistilahan; Cianisme) dimana pranata sosial yang begitu lentur, fleksibel, terpencar dan menutup diri terhadap orang luar akan tetapi menyatu dan saling membuka diri didalam benang merah maupun penyelesaian secara adat istiadat maupun oleh tokoh yang dituakan. Akhir 1980an, beberapa tokoh l bebas dari penjara (kasus illegal logging), sebahagian meneruskan aktivitasnya dan sebahagian lagi menginisiatif membuka object wisata yang

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang BAB II DESKRIPSI LOKASI II. 1 Sejarah Kab. Langkat II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pariwisata Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah bisa dikatakan merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini terdapat suatu keterkaitan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku. Suku-suku di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. suku. Suku-suku di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indnesia adalah bangsa yang besar yang mempunyai beragam bahasa dan suku. Suku-suku di Indnesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

Oleh HY. Agus Murdiyastomo. Oleh HY. Agus Murdiyastomo hy.agusmurdiyastomo@yahoo.com Kegiatan perjalanan, atau sebagian dari kegiatan tersebut, yang dilakukan secara sukarela, dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1. Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata Sesunguhnya pariwisata telah dimulai sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri, yang ditandai oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahorok dengan pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sungai dengan air yang jernih, walaupun keadaan hutannya tidak asli lagi, menjadikan tempat ini ramai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG 5.1 ANALISIS MARKETING MIX PARIWISATA LAMPUNG Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, maka di indentifikasi kekuatan dan kelemahan pariwisata Lampung berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang antara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Spasial sebagai keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak dan posisinya. Lokasi yang dimaksud adalah lokasi absolut atau sudah pasti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun membuka kesempatan kerja dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT

BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT 2.1 Sejarah Langkat Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. andalan di samping minyak dan gas bumi. Program pengembangan pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. andalan di samping minyak dan gas bumi. Program pengembangan pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat semakin kompleksnya permasalahan dalam menyambut era pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih bagi negara yang semakin berkembang, harapan akan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kepariwisataan dewasa ini merupakan salah satu industri yang sangat berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1. Pengertian Pariwisata Ditinjau dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sanksekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : Pari, yang memiliki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN EKOWISATA ALAM DAN BUDAYA DI KABUPATEN MERANGIN - PROPINSI JAMBI TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN EKOWISATA ALAM DAN BUDAYA DI KABUPATEN MERANGIN - PROPINSI JAMBI TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN EKOWISATA ALAM DAN BUDAYA DI KABUPATEN MERANGIN - PROPINSI JAMBI TUGAS AKHIR Disusun oleh: Agusmanto L2D 302 376 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri dari berbagai suku, tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki karakteristik

Lebih terperinci

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keindahan alam dan budaya Indonesia memberikan sumbangan yang sangat besar khususnya pendapatan dari bidang kepariwisataan. Kepariwisataan di Indonesia telah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Suharyono (1994:26) Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan muka bumi (gejala geosfer)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa keadaan alam, flora dan

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Indonesia yang sangat strategis karena berada di dua benoa yakni Benoa Asia dan Benoa Australia sehingga Indonesia mempunyai iklim tropis dan hal ini

Lebih terperinci

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, obyek wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri terbesar abad ini, hal ini bisa dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan dunia serta penyerapan tenaga kerja yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN 3.1 KABUPATEN LANGKAT 3.1.1 Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Langkat terletak antara 3 0 14 4 0 13 Lintang Utara dan 97 0 52 98 0 45 Bujur Timur. Merupakan

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.2. Kelayakan Proyek Perkembangan kepariwisataan di Indonesia saat ini semakin penting, tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan

Lebih terperinci