PEMANFAATAN TEPUNG SORGUM UNTUK PRODUK OLAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN TEPUNG SORGUM UNTUK PRODUK OLAHAN"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN TEPUNG SORGUM UNTUK PRODUK OLAHAN Suarni Balai Penelitian Tanaman Serealia, Jalan Dr. Ratulangi No. 274 Maros 9054, Kotak Pos 73 Makassar ABSTRAK Pemanfaatan biji sorgum menjadi berbagai produk pangan olahan merupakan salah satu upaya untuk mendukung diversifikasi pangan. Pemanfaatan sorgum dalam bentuk tepung lebih menguntungkan karena praktis serta mudah diolah menjadi berbagai produk makanan seperti cake, cookies, roti, dan mi. Nilai nutrisi sorgum cukup memadai dengan kandungan protein 8 %, namun protein pembentuk glutennya tidak dapat menyamai terigu. Masalah dalam pemanfaatan sorgum untuk pangan adalah adanya senyawa tanin (antinutrisi) dalam biji, namun hal ini dapat diatasi dengan menerapkan teknologi pengolahan yang tepat. Makalah ini membahas teknologi pemanfaatan tepung sorgum sebagai bahan substitusi terigu yang dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Serealia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan substitusi tepung sorgum terhadap tepung terigu cukup beragam, yaitu untuk cookies 50 75%, cake 30 50%, roti 20 25%, dan mi 5 20%. Tekstur tepung sorgum belum dapat menyamai tepung terigu. Olahan kerupuk tidak memerlukan gluten seperti olahan di atas, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan. Teknologi pengolahan sorgum cukup sederhana, murah, dan mudah dilakukan baik oleh industri skala rumah tangga maupun industri kecil. Kata kunci: Tepung sorgum, pangan olahan, pengolahan, nilai gizi ABSTRACT Utilization of sorghum flour for processed food Sorghum utilization for various food products is an alternative way to support food diversification program. Sorghum utilization as the flour form is more advantageous due to its practicality and easily to be processed into various processed food products such as cake, cookies, bread, and noodle. Nutritional value of sorghum is quite good with protein content 8 %. One weakness of sorghum as a food source is its tannin content as antinutritional compound. Tannin content can be reduced through appropriate processing technology. This paper discusses the technology of sorghum flour utilization as wheat flour substitution. The results showed that the wheat flour can be replaced by sorghum flour until 50 75% in cookies, 30 50% in cake, 20 25% in bread, and 5 20% in noodle. The texture of sorghum flour is less proper than wheat flour. Crackers which require little gluten has a promising opportunity to be developed. Sorghum processing technology is quite simple, easy, and cheap and it is available either as household or small scale industries. Keywords: Sorghum flour, processed foods, processing, nutritional value M asalah pangan di Indonesia tidak terlepas dari beras dan terigu, di samping bahan pangan lainnya seperti ubi kayu, jagung, dan sagu. Salah satu alternatif pemecahan masalah kelangkaan bahan pangan baik terigu maupun beras adalah melalui substitusi dengan sorgum (Colas 994). Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan serealia sumber karbohidrat. Nilai gizi sorgum cukup memadai sebagai bahan pangan, yaitu mengandung sekitar 83% karbohidrat, 3,50% lemak, dan 0% protein (basis kering). Namun, pemanfaatannya sebagai bahan pangan di Indonesia masih sangat terbatas. Sorgum juga mengandung senyawa antinutrisi, terutama tanin yang menyebabkan rasa sepat sehingga tidak disukai konsumen. Ahza (998) menyatakan bahwa biji sorgum dapat diolah menjadi tepung dan bermanfaat sebagai bahan substitusi terigu. Volume impor terigu cukup besar dengan harga yang terus meningkat. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 t/tahun, sedangkan untuk mi sekitar.000 t/tahun. Oleh karena itu, pengembangan sorgum cukup prospektif dalam upaya menyediakan sumber karbohidrat lokal. Hal ini didukung dengan harga tepung sorgum yang relatif murah (Rp /kg), umur tanaman pendek (00 0 hari), daya adaptasi terhadap lahan tinggi, dan biaya produksi rendah (Wijaya 998). Penggunaan tepung sorgum sebagai campuran pada pembuatan makanan di Indonesia belum banyak dilakukan. Untuk meningkatkan kegunaan sorgum sebagai sumber pangan, perlu diketahui batas maksimal penambahan tepung sorgum ke dalam adonan, sehingga masih dapat menghasilkan produk olahan dengan kualitas yang baik (Mudjisihono 994; Suarni dan Zakir 2000; Suarni dan Patong 2002). Makalah ini membahas hasil-hasil Jurnal Litbang Pertanian, 23(4),

2 penelitian tentang komposisi kimia atau nilai nutrisi tepung sorgum, sifat fisikokimianya, serta pemanfaatan tepung sorgum dalam berbagai produk olahan (kue basah, kue kering, mi, dan roti). NILAI NUTRISI SORGUM Komposisi kimia dan zat gizi sorgum mirip dengan gandum dan serealia lain (Colas 994). Rendahnya mutu tepung sorgum disebabkan oleh tingginya kadar protein prolamin sehingga nilai gizinya relatif rendah (Suwelo 998). Namun demikian, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa prolamin bersifat merugikan bila sorgum diolah dengan baik (Mudjisihono dan Damardjati 987). Komposisi kimia beberapa tepung serealia disajikan pada Tabel dan 2, sedangkan komposisi asam amino penyusun protein pada Tabel 3. Kadar asam glutamat tepung sorgum varietas UPCA-S berkisar,39% dan Isiap Dorado,58%, lebih rendah dibanding terigu yang mencapai 3,83%. Asam glutamat termasuk asam amino nonesensial, tetapi mempengaruhi uji rasa olahan bahan makanan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh asam glutamat terhadap rasa roti tawar yang dihasilkan. Kadar lisin terigu (0,38%) relatif lebih tinggi dibanding tepung sorgum (0,6 0,8%). Lisin termasuk asam amino esensial dan mempengaruhi nilai gluten tepung (Wall dan Ross 970). Asam amino tepung sorgum yang kandungannya agak tinggi adalah leusin yaitu,3,39%, sedangkan terigu hanya 0,88%. Demikian juga alanin berkisar 0,82 0,85%, sedangkan terigu hanya 0,49%. Hasil penelitian Dogget dan Gomes (984) menunjukkan, walaupun mutu protein sorgum tergolong rendah terutama lisin, tetapi kandungan leusinnya relatif tinggi. Prolin pada terigu relatif tinggi (,5%) dibanding tepung sorgum yang hanya 0,24% pada varietas UPCA-S dan 0,29% pada varietas Isiap Dorado. Kandungan alanin tepung sorgum lebih tinggi dibanding terigu. Kandungan asam amino lainnya pada tepung sorgum relatif mendekati terigu termasuk valin, serin, dan asam aspartat. Kandungan asam amino penyusun protein sangat menentukan nilai gizi bahan pangan (Winarno 986). Tabel. Kandungan nutrisi beberapa tepung serealia. Kandungan nutrisi Terigu Sorgum Beras Jagung Lemak (%) 2,09 3,65,88 5,42 Serat kasar (%),92 2,74,05 4,24 Abu (%),83 2,24,52,35 Protein (%) 4,45 0, 9,28,02 Pati (%) 78,74 80,42 86,45 79,95 Sumber: Suarni (200). Tabel 2. Perbandingan kandungan nutrisi tepung sorgum dan terigu. Kandungan nutrisi Tabel 3. Asam amino Komposisi asam amino penyusun protein tepung sorgum dan terigu. UPCA-S Sorgum Isiap Dorado Terigu Alanin (%) 0,82 0,85 0,49 Arginin (%) 0,29 0,32 0,73 Asam aspartat (%) 0,63 0,69 0,56 Asam glutamat (%),39,58 3,83 Glisin (%) 0,29 0,26 0,56 Isoleusin (%) 0,34 0,28 0,43 Lisin (%) 0,6 0,8 0,38 Fenilalanin (%) 0,27 0,27 0,6 Prolin (%) 0,24 0,29,5 Serin (%) 0,33 0,38 0,32 Treonin (%) 0,6 0,5 0,36 Tirosin (%) 0,9 0,22 0,39 Valin (%) 0,53 0,49 0,55 Leusin (%),3,39 0,88 Sumber: Suarni dan Patong (999). Kelebihan terigu dibanding tepung sorgum adalah sifat fisikokimianya, terutama kemampuan protein dalam membentuk gluten. Sifat ini kurang dimiliki oleh tepung sorgum dan serealia lainnya, apalagi komoditas nonserealia (Winarno dan Pudjaatmaka 989). Keistimewaan gluten terigu adalah memiliki kandungan protein penyusun yang seimbang, yaitu glutenin dan gliadin. Bila ditambah air, gluten akan membentuk sifat elastisitas yang tinggi. Sifat ini sangat dibutuhkan dalam pembuatan mi dan roti (Ahza 998). Kadar gluten dan Sorgum Terigu UPCA-S Isiap Dorado Abu (%) 0,47 0,68 0,62 Protein (%),74 6,98 7,90 Lemak (%),04,27,9 Pati (%) 74,77 76,8 76,35 Serat kasar (%) 0,88,90,79 Sumber: Suarni (999a). sifat fisikokimia lainnya tepung sorgum varietas UPCA-Sdisajikan pada Tabel 4. Nilai pengendapan menunjukkan mutu gluten. Semakin besar nilai pengendapan pada kadar gluten yang sama, semakin baik mutu gluten tepung tersebut. Nilai pengendapan tepung menurun seiring dengan turunnya kadar gluten tepung. Kadar protein gluten yang rendah menurunkan kemampuan protein gluten untuk menahan turunnya partikel pati, sehingga menurunkan nilai pengendapan tepung. 46 Jurnal Litbang Pertanian, 23(4), 2004

3 Tabel 4. Substitusi (%) terigu : sorgum Kadar gluten, nilai pengendapan, aktivitas diastatik, amilosa, dan konsistensi gel campuran tepung terigu dan sorgum. Gluten (%) Aktivitas diastatik tepung terigu menurun seiring dengan penambahan tepung sorgum. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya diastase dalam tepung, yang salah satu kemungkinan disebabkan oleh tingginya derajat sosoh biji sorgum. Kadar amilosa tepung sorgum lebih rendah dibanding terigu, sehingga makin tinggi tingkat substitusi makin rendah kandungan amilosa tepung campuran. Konsistensi gel tepung terigu lebih rendah dibanding tepung sorgum. Oleh karena itu, makin tinggi penambahan tepung sorgum, konsistensi gel semakin rendah atau adonan mengeras. Tanpa sorgum (00% terigu), konsistensi gelnya 45,52 mm dan adonan lebih elastis dan kenyal. Nilai Aktivitas diastatik pengendapan (mg maltosa/ (mm) 0 g tepung) Amilosa Konsistensi (%) gel (mm) 00 (kontrol),45 27, ,02 42,52 (sedang) 0 : 90 0,9 25, ,85 4,2 (sedang) 20 : 80 9,3 23, ,65 37,3 (sedang) 30 : 70 8,24 9, ,44 36,58 (sedang) 40 : 60 7,7 7, ,22 36,0 (sedang) 50 : , ,06 35,25 (sedang) Sumber: Suarni dan Zakir (2000). Pembuatan tepung sorgum hampir sama dengan tepung beras. Bahan direndam dalam air agar cukup lunak, ditiriskan, digiling, diayak kemudian dikeringkan. Beras sorgum adalah biji sorgum lepas kulit sebagai hasil penyosohan atau penggilingan sehingga diperoleh sorgum giling. Secara tradisional, penggilingan dilakukan dengan membasahi biji sorgum dengan air kemudian ditumbuk untuk menghilangkan kulit bijinya. Namun, cara ini menghasilkan banyak biji hancur dan waktu prosesnya tidak efisien. Untuk mengatasi masalah ini telah tersedia teknologi pengolahan dengan menggunakan alat atau mesin (alsin) penyosoh Tabel 5. hasil rancang bangun Balai Penelitian Tanaman Serealia (Lando et al. 995). Alsin tersebut mempunyai silinder batu gurinda dan alat penepung (Prastowo et al. 997). Kandungan tanin dalam biji sorgum dapat dihilangkan melalui penyosohan. Suarni (2004) menyatakan bahwa kandungan tanin biji sorgum menurun drastis setelah penyosohan, namun protein ikut terbawa akibat bagian endosperm yang dekat dengan aleuron banyak yang terkikis. Penurunan kadar tanin relatif tinggi pada keempat varietas atau galur yang diuji, yaitu dari,7 3,98% sebelum disosoh menjadi 0,30,72% setelah disosoh (Tabel 5). Kadar protein turun sekitar 0,52,38%, tertinggi pada varietas Mandau dan terendah pada varietas Manggarai (Selayar) karena tipisnya kulit luar yang tersosoh. Kandungan tanin biji sorgum cukup tinggi dan beragam, berkisar 3,67 0,66%. Pada umumnya biji yang berwarna merah sampai cokelat mengandung tanin lebih tinggi dibanding biji putih (Suarni dan Singgih 2002). Pengolahan Produk Jadi Kemajuan teknologi pengolahan bahan pangan yang didukung dengan tersedianya peralatan modern telah mendorong berkembangnya industri makanan jadi Komposisi kimia biji sorgum yang disosoh dan tidak disosoh. TEKNOLOGI PENGOLAHAN SORGUM Produk Setengah Jadi Teknologi pengolahan produk setengah jadi dari sorgum yang diperlukan industri pengolahan lanjutan telah banyak dihasilkan. Teknologi ini mencakup teknik pembuatan beras sorgum, tepung, dan ekstraksi pati. Pengolahan sorgum menjadi tepung lebih dianjurkan dibanding produk setengah jadi lainnya, karena tepung lebih tahan disimpan, mudah dicampur (komposit), dapat diperkaya dengan zat gizi (fortifikasi), dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Damardjati et al. 2000). Komponen Jenis biji Varietas (galur) UPCA IS-3259 Mandau Manggarai (Selayar) Air (%) TS,90,40,60 2,0 S,60,0,20,80 Tanin (%) TS 3,98,82 3,76,7 S,72 0,36,58 0,30 Protein (%) TS 9,86 8,96 9,98 8,42 S 8,62 7,69 8,60 7,90 Lemak (%) TS 2,2 2,3,99 3,02 S,65,69,48,99 Serat (%) TS 4,02 3,6 3,98 3,9 S,98,6,99,52 Karbohidrat (%) TS 68,72 78,76 69,40 79,2 S 77,8 82,93 77,20 83,2 Abu (%) TS 2,28,79 2,6,83 S 0,99 0,7 0,8 0,62 Amilosa (%) TS 9,8 25,04 9, 25,69 S 23,42 29,8 23,7 30,06 TS = sorgum tidak disosoh, S = sorgum disosoh. Sumber: Suarni (2004). Jurnal Litbang Pertanian, 23(4),

4 selama dua dekade terakhir ini. Pergeseran pola makan (Kuntowijoyo 99) dan gaya hidup modern yang serba praktis serta keterbatasan waktu untuk menyiapkan makanan sehari-hari turut memacu berkembangnya industri pengolahan makanan jadi. tersebut biasanya menggunakan mentega. Terigu dapat disubstitusi dengan tepung sorgum dan mentega dengan bahan lain yang ada dipedesaan. Tepung sorgum yang digunakan berasal dari varietas ICSH 0. Selain itu ditambahkan pula tepung ubi kayu verietas lokal dan kacang tunggak varietas lokal putih. Volume kue basah dan hasil uji organoleptik disajikan pada Tabel 8. Kue kering (cookies) Kue kering adalah salah satu jenis makanan kecil yang sangat digemari masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Bentuk dan rasa kue kering sangat beragam, bergantung pada bahan tambahan yang digunakan. Salah satu olahan tradisional dari beras yang sangat diminati di pedesaan yaitu borasa. Bahan dasar tepung beras pada olahan tersebut dapat disubstitusi dengan tepung sorgum, dengan bahan tambahan parutan kelapa sangrai. Borasa cocok bagi penderita alergi terhadap terigu (cealiac disease). Olahan kue kering atau sejenisnya sangat digemari masyarakat di kawasan Timur Indonesia sebagai penganan minum teh pada sore hari. Oleh karena itu, modifikasi kue kering dapat memanfaatkan tepung sorgum sebagai bahan dasar, dengan memakai substitusi gula aren untuk menekan warna yang agak kurang baik pada tepung sorgum. Penelitian pembuatan kue kering substitusi tepung sorgum dan terigu telah dilakukan dengan menggunakan varietas Isiap Dorado dan terigu berprotein 9 0%. Untuk membuat kue kering masih diperlukan tepung maizena sebagai bahan tambahan untuk perekat dan meningkatkan nilai kerenyahan. Hasil pengujian organoleptik dengan 5 orang panelis terdiri atas 5 mahasiswa, 8 orang staf peneliti, dan 2 orang pengrajin makanan skala rumah tangga disajikan pada Tabel 6. Substitusi tepung sorgum terhadap terigu 70 80% dapat diterima secara organoleptik. Nilai tambah kandungan nutrisi kue kering hasil substitusi terigu dengan tepung sorgum adalah meningkatnya kandungan mineral Fe, Ca, dan P (Tabel 7). Kekurangan terigu dibanding tepung serealia lainnya adalah rendahnya kandungan Ca, P, dan terutama Fe. Kue basah (cake) Kue basah (cake) telah lama dikenal masyarakat pedesaan. Pembuatan kue Tabel 6. Hasil pengujian organoleptik kue kering pada berbagai tingkat substitusi sorgum-terigu. Substitusi (%) Nilai terigu : tepung sorgum Tekstur Aroma Rasa Warna 00 (kontrol),20,05,20,25 20 : 80 3,5 3,05 2,90 2,70 30 : 70 2,80 2,60 2,75 2,60 40 : 60 2,45 2,45 2,45 2,45 50 : 50 2,20 2,40 2,0 2,25 60 : 40 2,0 2,30,85 2,0 70 : 30,85 2,5,45,95 80 : 20,35,35,30,75 0 : 00 3,50 3,35 3,0 2,95 Nilai: = sangat suka, 2 = suka, 3 = agak suka, 4 = biasa, 5 = tidak suka. Sumber: Suarni (2000). Tabel 7. Kandungan nutrisi kue kering pada berbagai tingkat substitusi tepung sorgum-terigu. Substitusi (%) Protein Lemak Serat Abu Ca Fe P terigu : sorgum (%) (%) kasar (%) (%) (ppm) (ppm) (ppm) 00 (kontrol) 6,2 3,2 2,8,98 599,0 29,70.277,50 20 : 80,88 6,8 3,22,37 622,80 54,50.296,40 30 : 70 2,35 5,99 3,0,5 62,90 52,80.289,80 40 : 60 2,98 5,0 3,09,54 68,70 50,90.28,20 50 : 50 3,42 4,76 3,4,62 65,80 48,70.276,70 60 : 40 3,78 4,39 3,2,7 92,50 46,80.27,0 70 : ,8 3,39,88 6,60 45,90.268,30 80 : 20 5,26 4,06 3,66,9 608,90 38,90.26,70 0 : 00,09 7,88 2,55,42 627,30 57,80.308,80 Sumber: Suarni (2000). Tabel 8. Perlakuan Volume kue basah dengan berbagai taraf substitusi tepung dan hasil uji organoleptik. Volume (mm) Nilai 2 Warna Aroma Rasa Tekstur S:G:K 6:2: ,90 3,20 2,90 2,80 S:G:K 5:3: ,40 2,0,80 2,0 S:G:K 4:4: ,80 2,50 2,20 2,30 S:G:K 3:5: ,90 2,70 2,30 2,40 S:G:K 2:6: ,0 2,90 2,50 3,0 S:G:K 6:2: ,0 3,60 2,90 2,60 S:G:K 5:3: ,50 3,70 3,20 3,0 S:G:K 4:4: ,20 3,0 3,0 2,90 S:G:K 3:5: ,0 3,40 3,30 2,80 S:G:K 2:6: ,20 2,90 3,50 2,50 S:G 5: ,50 3,20 3,60 4,20 Perlakuan: S = tepung sorgum, G = tepung gaplek, K = tepung kacang tunggak. 2 Nilai: = sangat suka, 2 = suka, 3 = agak suka, 4 = biasa, 5 = tidak suka. Sumber: Suarni dan Prastowo (995). 48 Jurnal Litbang Pertanian, 23(4), 2004

5 Pada umumnya warna kue basah hasil substitusi tepung sorgum dengan terigu kurang disukai. Namun, hal ini dapat diantisipasi dengan menambahkan zat pewarna yang diperbolehkan. Pembuatan tepung campuran perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga kandungan amilosa, gluten, dan protein dapat terpenuhi. Tepung campuran sorgum : gaplek : kacang tunggak dengan perbandingan 5 : 3 : 2 paling disukai panelis, baik rasa, aroma maupun tekstur kue. Ginting dan Kusbiantoro (995) telah membuat kue basah dengan bahan tepung sorgum komposit dengan tepung ubi jalar dan tepung jagung. Kandungan nutrisi olahan yang dihasilkan disajikan pada Tabel 9. Keenam perlakuan substitusi menghasilkan olahan kue basah dengan kandungan nutrisi termasuk protein dan lemak relatif tidak berbeda. Perbedaan hanya disebabkan oleh varietas sorgum yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan substitusi tepung sorgum terhadap terigu hanya mencapai 20% (Tabel ) akibat rendahnya kandungan gluten dalam tepung sorgum. Nilai nutrisi mi yang dihasilkan dengan komposisi Tabel 9. 20% tepung sorgum dan 80% terigu adalah kadar air 7,69%, protein 2,58%, abu,02%, serat kasar 0,72%, dan pati 76,09% atau memenuhi standar mutu (Departemen Perindustrian 990). Kandungan nutrisi kue basah tepung sorgum komposit. Perlakuan Abu Protein Lemak Karbohidrat Energi (kal) (%) (%) (%) (%) A,53 8,72 28,3 6,43 523,85 B,75 8,59 27,70 62,09 520,42 C 2,8 7,6 25,70 64,5 50,38 D 2,08 9,0 28,60 60,23 522,70 E,92 9,05 29,74 59,29 528,7 F,79 9,77 30,9 58,25 530,50 Perlakuan: A = terigu : sorgum lokal Muneng = 50% : 50%, B = terigu : sorgum UPCA-S = 50% : 50%, C = terigu : sorgum ICSV 233 : jagung = 20% : 40% : 40%, D = terigu : sorgum lokal Lamongan : ubi jalar = 20% : 40% : 40%, E = terigu : sorgum Isiap Dorado : jagung = 20% : 40% : 40%, F = terigu = 00% (kontrol). Sumber: Ginting dan Kusbiantoro (995). Roti tawar Bahan dasar roti tawar adalah terigu, namun terigu dapat disubstitusi dengan tepung sorgum. Substitusi tepung sorgum 20% menghasilkan roti tawar dengan volume adonan dan uji organoleptik yang mendekati terigu 00%. Pada tingkat substitusi 30%, panelis masih dapat menerimanya tetapi beberapa sifat sensorisnya perlu diperbaiki. Substitusi sorgum 40% belum dapat diterima terutama nilai rasa, tetapi warna dan aromanya masih disukai. Pembuatan roti tawar lebih mudah bila menggunakan mixer khusus untuk mengaduk adonan yang kenyal dan memiliki elastisitas tinggi seperti pada pembuatan mi dan roti. Adonan roti memerlukan kandungan gluten tinggi, sehingga taraf substitusi tepung sorgum terhadap terigu hanya 5 20%. Uji organoleptik dan volume adonan roti tawar dari tepung sorgum UPCA-S dan Isiap Dorado disajikan pada Tabel 0. Mi kering Mi merupakan produk olahan sumber karbohidrat yang diminati masyarakat Indonesia. Walaupun bahan baku mi adalah terigu, ternyata terigu dapat disubstitusi dengan tepung sorgum. Tabel 0. Uji organoleptik dan volume adonan roti tawar hasil substitusi tepung sorgum dan terigu. Substitusi (%) sorgum UPCA- Nilai Volume SI : sorgum ID : terigu Rasa Warna Aroma Tekstur adonan (ml/g) 0 : 50 : 50 4,50 3,90 3,30 4,75 50 : 0 : ,30 3,50 4,79 40 : 0 : 60 4,40 3,50 2,70 3,60 2,3 0 : 40 : 60 4,20 2,60 2,50 3,20 2,36 30 : 0 : 70 3,40 2,50 2,30 2,70 2,68 0 : 30 : 70 2,90 2 2,30 2,72 20 : 0 : 80,80,90,50,80 2,92 0 : 20 : 80,70,60,50,70 3,08 00 : 0 : 0 5,50 4,70 4,70 5,0,72 0 : 00 : 0 5,0 4,40 4,60 4,90,74 0 : 0 : 00,30,20,40,30 3,86 Nilai: = amat sangat disukai, 2 = sangat disukai, 3 = disukai, 4 = biasa, 5 = tidak disukai, 6 = sangat tidak disukai, 7 = amat sangat tidak disukai. Sumber: Suarni dan Patong (999). Tabel. Komposisi kimia mi kering substitusi tepung sorgum-terigu. Substitusi (%) Komposisi (%) tepung sorgum : terigu Air Abu Protein Pati Serat kasar 0 : 00 7,62 0,92 3,78 74,89 0,32 0 : 90 7,46 0,99 2,75 75,68 0,6 20 : 80 7,69,02 2,58 76,09 0,72 30 : 70 7,76,7,86 76,26 0,99 40 : 60 7,82,2,78 76,69,02 50 : 50 7,9,32 0,95 76,88,4 Rata-rata 7,7, 2,28 76,08 0,80 Sumber: Suarni (2000). Jurnal Litbang Pertanian, 23(4),

6 Beberapa Olahan Sorgum Khas Indonesia Bentuk olahan lain dari sorgum yang telah memasyarakat dengan resep hasil pengetahuan empiris seperti layaknya beras dari padi antara lain adalah: Sorgum nonpulut (nonwaxy); diolah sebagai nasi, nagasari, dan apem. Sorgum pulut (waxy); dapat diolah menjadi lemper, wajik, jadah, tapai, krasikan, widaran, dodol, kue klepon, getas, maduwongso, kue gapit dan lain sebagainya. Pengolahan sorgum yang telah lama dikenal masyarakat yaitu biji sorgum disosoh menjadi beras sorgum. Beras sorgum dapat dimanfaatkan seperti beras dari padi atau diolah menjadi tepung. Beras sorgum direndam dalam air selama 24 jam, ditiriskan, kemudian ditepungkan. Tepung yang dihasilkan dijemur untuk mengurangi kandungan airnya, selanjutnya disimpan untuk berbagai bahan olahan makanan tradisional. Daya Simpan Tepung Sorgum kemasan kantong plastik, diikuti dalam karung plastik, kantong kertas, dan terendah daya simpannya adalah dalam karung goni. Perubahan komposisi kimia tepung sorgum selama penyimpanan dalam kemasan kantong plastik disajikan pada Tabel 2. KESIMPULAN DAN SARAN Tepung sorgum dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu dalam pembuatan kue kering hingga taraf 50 80%. Substitusi perlu diikuti penambahan tepung maizena sebagai bahan perekat dan bumbu kue untuk menekan rasa sepat pada tepung sorgum. Pada pembuatan kue basah (cake), substitusi tepung sorgum terhadap terigu berkisar 40 50%, sedangkan untuk pembuatan roti dan sejenisnya berkisar 20 25%, dan mi 5 20%. Warna olahan produk campuran tepung sorgum dan terigu kurang disukai panelis atau konsumen, namun masalah ini dapat diatasi dengan menambahkan zat pewarna yang diperbolehkan Departemen Kesehatan. Daya simpan sorgum dalam bentuk tepung lebih tinggi dibanding dalam bentuk biji. Pengolahan biji sorgum menjadi tepung dianjurkan karena lebih efisien, fleksibel, dan mudah mengolahnya menjadi aneka makanan. Tekstur tepung sorgum belum dapat menyamai terigu. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik sifat fisik dan komposisi kimia biji atau tepung sorgum terutama varietas atau galur yang akan dan telah dilepas, agar pemanfaatannya lebih tepat. Pembuatan kerupuk tidak memerlukan tepung dengan gluten tinggi seperti pada mi, roti, cake, dan cookies. Hal ini memberi peluang untuk diteliti lebih lanjut. Produk ini sudah memasyarakat, teknologi pengolahannya sederhana dan harganya terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Penyimpanan sorgum dalam bentuk biji tidak dapat bertahan lama; hanya dalam waktu 2 bulan biji sudah terserang serangga Coleobrucbus calandra (Nonci et al. 999). Penyimpanan dalam bentuk tepung dapat bertahan di atas 6 bulan dalam kemasan plastik. Komposisi kimia tepung yang disimpan juga tidak banyak mengalami perubahan begitu pula kadar airnya masih di bawah 2% (Suarni 999b). Suarni et al. (2000) menyatakan penyimpanan tepung sorgum dalam kemasan kantong plastik mampu menekan serangan hama hingga penyimpanan 6 bulan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penyimpanan sorgum dalam bentuk tepung lebih menguntungkan dibanding dalam bentuk biji. Penyimpanan terbaik adalah dalam Tabel 2. Komposisi kimia tepung sorgum selama penyimpanan dalam kemasan kantong plastik. Varietas/komposisi Penyimpanan (bulan) kimia Isiap Dorado Air (%) 8,5 8,3 8,56 9,98 Abu (%),22,5,9,0 Protein (%) 7,76 7,74 7,50 7,07 Serat kasar (%),62,60,52,42 Pati (%) 73,8 73,09 72,98 69,99 Lokal Jeneponto Air (%) 8,5 8,22 8,43 9,70 Abu (%),26,9,28,4 Protein (%) 7,08 6,98 6,39 6,3 Serat kasar (%),78,74,68,55 Pati (%) 69,56 69,23 68,99 67,7 Sumber: Suarni (999b). DAFTAR PUSTAKA Ahza, A.B Aspek pengetahuan material dan diversifikasi produk sorgum sebagai substitutor terigu/pangan alternatif. Dalam Laporan Lokakarya Sehari Prospek Sorgum sebagai Bahan Substitusi Terigu. PT. ISM Bogasari Flour Mills, Jakarta. Colas, A Defining flour quality according to use. In B. Godon and C. Williem (Eds.). Primary Cereal Processing. VCR, USA. p Damardjati, D.S., S. Widowati, J. Wargiono, dan S. Purba Potensi dan Pendayagunaan Sumber Daya Bahan Pangan Lokal Serealia, Umbi-umbian dan Kacang-kacangan untuk Penganekaragaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 24 hlm. Departemen Perindustrian Mi Kering. Standar Industri Indonesia (S ). Departemen Perindustrian, Jakarta. 3 hlm. Dogget, K.A. and A.A. Gomes Statistical Procedures and the Millets; Their Com- 50 Jurnal Litbang Pertanian, 23(4), 2004

7 position and Nutrition Value. Academic Press, New York. Ginting, E. dan B. Kusbiantoro Penggunaan tepung sorgum komposit sebagai bahan dasar dalam pengolahan kue basah (cake). Dalam Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Tanaman Industri. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (4): Kuntowijoyo. 99. Bergesernya pola pangan pokok di Madura. Pangan (9): Lando, T., M. Yamin, Suarni, dan B. Prastowo Perancangan dan pembuatan penyosoh sorgum. Hasil Penelitian dan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian Tahun XV. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. hlm Mudjisihono, R. dan D.S. Damardjati Prospek kegunaan sorgum sebagai sumber pangan dan pakan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian VI(I): 5. Mudjisihono, R Studi pembuatan roti dari campuran tepung jagung dan sorgum. Jurnal Ilmu Pertanian 4(): 6. Nonci, N., Mappaganggang, dan Suarni Penurunan kualitas biji sorgum oleh hama gudang. Prosiding Seminar Nasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Biromaru, Palu 0 Oktober 999. hlm Prastowo, B., Suarni, Subhana, Suardi, dan Yamin Rekayasa Teknologi Mesin Penepung Sorgum dan Jewawut. Hasil Penelitian dan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian Tahun XV. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. hlm Suarni dan B. Prastowo Pemanfaatan tepung sorgum untuk industri pembuatan kue basah (cake). Dalam Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (4): Suarni. 999a. Studi Komposisi Kimia Tepung Sorgum sebagai Bahan Substitusi Terigu. Tesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. 88 hlm. Suarni. 999b. Studi penyimpanan tepung sorgum untuk bahan industri makanan. Prosiding Seminar Nasional Alih Teknologi Tepat Guna dan Pengembangan Industri Skala Kecil dan Menengah. PERTETA dan Universitas Padjadjaran, Bandung. hlm Suarni dan R. Patong Peranan komposisi asam amino tepung sorgum terhadap roti tawar hasil substitusi terigu. Prosiding Seminar Nasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Biromaru, Palu 0 Oktober 999. hlm Suarni Pembuatan mi tepung sorgum sebagai bahan substitutor terigu alternatif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna. Kerja Sama Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian UNPAD, UPT BPT Tepat Guna, LIPI, PERTETA Cabang Bandung. hlm Suarni, Suardi, dan M.S. Saenong Pengaruh Serangan Sitophilus dan Beberapa Kemasan terhadap Kualitas Tepung Sorgum. Makalah Disampaikan pada Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI, PPHI, dan HPTI, BPTPH Wilayah IX Maros. hlm Suarni dan M. Zakir Studi sifat fisikokimia tepung sorgum sebagai bahan substitusi terigu. Jurnal Penelitian Pertanian 20(2): Suarni Tepung Komposit Sorgum, Jagung, dan Beras untuk Pembuatan Kue Basah (cake). Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia, Maros. Vol 6. hlm Suarni dan R. Patong Tepung sorgum sebagai bahan substitusi terigu. Jurnal Penelitian Pertanian 2(): Suarni dan S. Singgih Karakteristik sifat fisik dan komposisi kimia beberapa varietas/ galur biji sorgum. Jurnal Stigma X(2): Suarni Evaluasi sifat fisik dan kandungan kimia biji sorgum setelah penyosohan. Jurnal Stigma XII(): Suwelo,.S Sorgum dalam penganekaragaman penyediaan pangan. Dalam Laporan Lokakarya Sehari Prospek Sorgum sebagai Bahan Substitusi Terigu. PT ISM Bogasari Flour Mills, Jakarta. Wall, J.S. and W.M. Ross Sorghum Production and Utilization. The AVI Publishing Co. Inc., Westport Connecticut. p Wijaya, B Peluang dan prospek agribisnis/ agroindustri produk substitusi terigu. Dalam Laporan Lokakarya Sehari Prospek Sorgum sebagai Bahan Substitusi Terigu. PT ISM Bogasari Flour Mills, Jakarta. Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta. Winarno, F.G. dan A.H. Pudjaatmaka Gluten dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 6. PT Cipta Adi Pustaka, Jakarta. hlm. 84. Jurnal Litbang Pertanian, 23(4),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber bahan pangan yang berpotensi untuk. diolah menjadi produk pangan, namun banyak sumberdaya pangan lokal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber bahan pangan yang berpotensi untuk. diolah menjadi produk pangan, namun banyak sumberdaya pangan lokal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber bahan pangan yang berpotensi untuk diolah menjadi produk pangan, namun banyak sumberdaya pangan lokal tersebut yang belum termanfaatkan hingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

Program penganekaragaman pangan telah digalakkan

Program penganekaragaman pangan telah digalakkan SUANI DAN PATONG: TEPUNG SORGUM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TERIGU Komposisi Kimia Tepung Beberapa Varietas/Galur Sorgum sebagai Bahan Substitusi Terigu Suarni 1 dan Rauf Patong 2 1 Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung terigu nasional pada tahun 2011, 2012,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. gembili, sagu, kimpul, gadung dan sebagainya (Muhandri, 2015)

I PENDAHULUAN. gembili, sagu, kimpul, gadung dan sebagainya (Muhandri, 2015) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh. KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Sorgum (Sorghum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman bahan pangan yang melimpah. Bahan pangan memang melimpah namun Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan impor

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

REVIEW: TEPUNG JAGUNG KOMPOSIT, PEMBUATAN DAN PENGOLAHANNYA. Asri Resmisari

REVIEW: TEPUNG JAGUNG KOMPOSIT, PEMBUATAN DAN PENGOLAHANNYA. Asri Resmisari REVIEW: TEPUNG JAGUNG KOMPOSIT, PEMBUATAN DAN PENGOLAHANNYA Asri Resmisari Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Pangan IPB ABSTRAK Review ini bertujuan untuk melihat pemanfaatan tepung jagung komposit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang sering memerlukan makanan selingan di samping makanan pokok. Makanan selingan sangat bervariasi dari makanan ringan sampai makanan berat, atau makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan proyeksi Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun lalu sebesar 5,08 juta ton karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan penanganan pascapanen yang serius

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Naan bread merupakan salah satu olahan roti tradisional dari daerah Timur Tengah yaitu India. Naan bread biasanya berbentuk bulat hingga agak lonjong, terbuat dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi ketersediaan pangan lokal di Indonesia sangat melimpah antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk indonesia setiap tahun menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk indonesia setiap tahun menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk indonesia setiap tahun menyebabkan kebutuhan pangan di indonesia semakin bertambah. Berbagai jenis pangan di produksi guna meningkatkan

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. aktif dan sehat (Martianto, 2005). Diversifikasi pangan akan memungkinkan

PENDAHULUAN. aktif dan sehat (Martianto, 2005). Diversifikasi pangan akan memungkinkan PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi pangan yang beragam dan berimbang melalui diversifikasi pangan akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Manusia memerlukan lebih 40 jenis zat gizi yang diperoleh dari

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mie merupakan salah satu masakan yang sangat populer di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku mie di Indonesia berupa tepung terigu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belalang kayu adalah serangga herbivora berwarna coklat yang termasuk ordo Orthoptera. Belalang kayu banyak ditemui pada pohon turi, ketela, jati, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cake adalah makanan yang sangat populer saat ini. Rasanya yang manis dan bentuknya yang beragam menjadikannya kian digemari oleh masyarakat. Cake dapat disajikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. Hal tersebut ditunjukkan oleh konsumsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mie Mie merupakan salah satu jenis masakan yang sangat popular di Asia khususnya Asia timur dan Asia tenggara. Menurut catatan sejarah, mie dibuat pertama kali di daratan cina

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. rendah sampai 700 meter di atas permukaan laut. Suhu optimum yang diperlukan

TINJAUAN PUSTAKA. rendah sampai 700 meter di atas permukaan laut. Suhu optimum yang diperlukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sorgum Manis Sorgum dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis, dari dataran rendah sampai 700 meter di atas permukaan laut. Suhu optimum yang diperlukan untuk tumbuh berkisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), legum (polong-polongan) dan umbi-umbian.

Lebih terperinci

Program diversifikasi pangan yang semula bertujuan untuk mendorong

Program diversifikasi pangan yang semula bertujuan untuk mendorong RAGAM PRODUK PANGAN DARI JAGUNG DAN SORGUM Program diversifikasi pangan yang semula bertujuan untuk mendorong penggunaan gandum yang sampai saat ini masih di \impor ternyata berdampak pada peningkatan

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dituntut harus selalu ambil bagian dan tanggap dalam mendukung

Lebih terperinci

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Beras Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari. anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari. anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan masalah dari segi ekonomi dan gizi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu Wayan Trisnawati 1, Made Sugianyar 2 dan Ketut Ari Tantri Yanthi 2 1 Peneliti Pangan pada Balai Pengkajian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah berkembang dengan cepat. Pangan fungsional yang merupakan konvergensi antara industri, farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah industri kuliner atau makanan. Salah satu makanan yang sedang digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam di daerah perladangan.

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam di daerah perladangan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam di daerah perladangan. Siklus hidup tanaman jagung berkisar antara 80-150 hari. Siklus pertama tanaman jagung merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia harus mengimpor gandum yang tidak dapat diproduksi di

Lebih terperinci

JENIS-JENIS SEREALIA. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB 1

JENIS-JENIS SEREALIA. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB 1 JENIS-JENIS SEREALIA Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB 1 SEREALIA Sumber kalori terbesar (50%) Dapat disimpan lama Dapat diolah menjadi berbagai jenis produk Mudah beradaptasi pada berbagai kondisi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN

PEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN Seminar Nasional Serealia, 2013 PEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN Masniah 1) dan Syamsuddin 2) 1 ) Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan ciri khasnya yaitu memiliki tekstur yang agak kasar, kurang lentur, dan

PENDAHULUAN. dengan ciri khasnya yaitu memiliki tekstur yang agak kasar, kurang lentur, dan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sponge cake merupakan jenis cake yang dibuat dari adonan kental yang dengan ciri khasnya yaitu memiliki tekstur yang agak kasar, kurang lentur, dan cenderung beremah apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi merupakan produk pangan yang banyak dikonsumsi dan disukai oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai anak-anak hingga orang dewasa. Mi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas, industri kecil berbasis pertanian perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Seiring dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan akan komoditas pangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerupuk adalah salah satu makanan camilan yang dikonsumsi bersama makanan utama. Menurut Lavlinesia (1995) kerupuk adalah bahan kering berupa lempengan tipis yang terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk bahan dasar olahan pangan sangat tinggi. Hal ini terjadi karena semakin beragamnya produk olahan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah beras dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun relatif rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah aspek informasi. Kemudahan dalam mengakses informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukan bagi konsumsi manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tepung Terigu 2.1.1 Pengertian Tepung Terigu Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi 1 I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1,6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. meningkatkan produktivitas pangan dalam negeri. Kebijakan pembangunan

I PENDAHULUAN. meningkatkan produktivitas pangan dalam negeri. Kebijakan pembangunan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan tepung-tepungan lokal atau non terigu saat ini telah menjadi trend inovasi terbaru terutama bagi industri bakery, hal tersebut dikarenakan harga tepung terigu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi pangan yang mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING Alsuhendra dan Ridawati 1) 1) Staf Pengajar PS Tata Boga Jur. IKK Fakultas.

Lebih terperinci

Namun diversifikasi pangan belum sepenuhnya menjawab atau mengimbangi. dalam bukunya An Essay on the Principle of Population, yang mengatakan bahwa

Namun diversifikasi pangan belum sepenuhnya menjawab atau mengimbangi. dalam bukunya An Essay on the Principle of Population, yang mengatakan bahwa Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk sehingga menuntut dipenuhinya kebutuhan pokok rakyat, terutama pangan. Untuk memenuhi kebutuhan ini berbagai terobosan telah dilakukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar 1. Pengertian Ubi jalar atau ketela rambat diduga berasal dari Amerika tengah, mulai menyebar keseluruh dunia diperkirakan abad ke 16, termasuk tanaman semusim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit.

I. PENDAHULUAN. alternatif (Suryana dan Purwoto, 1996). dan serat. Bentuk buah sukun padat dan sering disebut sebagai Bread fruit. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki ketergantungan terhadap sumber karbohidrat berupa beras dan terigu yang tinggi. Kebutuhan bahan pangan pokok yang terus meningkat tentu harus

Lebih terperinci