BAB IV. Pembahasan. IV.1. Analisa Tingkat Efektifitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap. Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bekasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. Pembahasan. IV.1. Analisa Tingkat Efektifitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap. Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bekasi"

Transkripsi

1 BAB IV Pembahasan IV.1. Analisa Tingkat Efektifitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bekasi IV.1.1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Berdasarkan analisa diatas bahwa suatu metode dengan cara mendeskripsikan faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan yang dimaksud yaitu untuk mendeskripsikan tingkat efektivitas pajak daerah terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini berkaitan dengan beberapa besar pajak daerah di Kabupaten Bekasi yang dipengaruhi oleh perkembangan realisasi pajak daerah, jumlah pemungutan pajak daerah, dan tingkat inflasi. Berikut ini: a. Perkembangan Realisasi Pajak Daerah Dari tahun ke tahun pajak daerah semakin meningkat di Kabupaten Bekasi, hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya daerah dan ditambah semakin banyak para pengguna daerah yang mau membayar pajak dan ini dapat dilihat bahwa tahun 2010 saja pajak daerah telah mencapai Rp ,00 dari pada tahun 2008 yang hanya Rp ,00. b. Pemungutan Pajak Daerah Peningkatan Pajak Daerah juga harus di dukung dengan sumber daya manusia dalam hal pemungutan pajak daerah, perkembangan pajak daerah di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun semakin menunjukan angka yang signifikan, hal ini 41

2 disebabkan oleh semakin berkembangnya Kabupaten Bekasi sebagai pusat industri sekaligus semakin besarnya potensi pemungutan pajak daerah oleh petugas pajak. c. Tingkat Inflasi Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam kurun waktu tertentu, inflasi di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun. Diketahui pendapatan daerah Kabupaten Bekasi anggaran , yang diuraikan dalam tabel berikut. Tabel IV.1 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Sumber Tahun Penerimaan Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Asli Daerah Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Berdasarkan Tabel IV.2 dapat kita ketahui jumlah Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2008 target Rp ,00 Retribusi Daerah Rp ,00 Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah Rp ,00 dan lain-lain Pendapatan Asli 42

3 Daerah Rp ,00 dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp ,00. Pada tahun 2009 target Rp ,00 Retribusi Daerah Rp ,00 Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah Rp ,00 dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah Rp ,00 dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp pada tahun 2010 target Rp ,00 Retribusi Daerah Rp ,00 Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah Rp ,00 dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah Rp ,00 dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp berdasarkan undangundang No. 34 tahun 2000 dan peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2001 bahwa pelaksanaa pemungutan pajak dan retribusi dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Bekasi. Berdasarkan uraian diatas dari jenisjenis pajak daerah yang sudah dusetujui dari peraturan-peraturan daerah antara lain: 1. Pajak Hotel Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 36 tahun 2002 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan, Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan pajak pada hotel-hotel yang berada dilingkungan Bekasi. Memperoleh pelayanan dana atau fasilitas lainya dengan dipungut bayaran termasuk bagunan lainnya yang menyatu, dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk perkantoran dan pertokoan. Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disedikaan dengan pembayaran dihotel, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel, wajib pajak dikenakan kepada pengusaha hotel, tarif yang dikenakan adalah 10%, dari uraian 43

4 berikut dapat kita simpulkan bahwa pajak hotel merupakan jenis-jenis pajak daerah. Dari hasil pengumpulan data laporan tahun tentang data target dan relisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten Bekasi, yaitu: Tabel IV.2 Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Perolehan Pajak Hotel Tahun Target Realisasi Prosentase % % % Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Bagan IV.1 Perolehan Pajak Hotel Kabupaten Bekasi Tahun

5 Berdasarkan tabel IV.2 dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada pajak hotel dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini disebabkan target pertahunnya ditambah dan diperbaiki sistem pemungutan pajak hotel diwilayah Kabupaten Bekasi. 2. Pajak Restoran Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 37 tahun 2002 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan pajak pada restoran-restoran yang berada dilingkungan Kabupaten Bekasi. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, termasuk didalamnya adalah rumah makan, cafe, bar, dan sejenisnya. Tarif yang dikenakan untuk pajak restoran sebesar 10%. Dari hasil pengumpulan data laporan tahunan yang didapat pada tahun tentang data target dan realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten Bekasi. Berikut ini tabel mengenai pemungutan pajak restoran tahun yaitu: Tabel IV.3 Data Target dan Retribusi Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Perolehan Pajak Restoran Tahun Target Realisasi Prosentase ,54% ,00% ,00% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi,

6 Bagan IV.2 Perolehan Pajak Restoran Kabupaten Bekasi Tahun Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Restoran dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 129,54%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 130,00%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 140,00%. Dari uraian tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan Pajak Restoran di Kabupaten Bekasi sudah sesuai target, namun masih ada yang belum sesuai dengan target yang ditetapkan. 3. Pajak Hiburan Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran tarif yang dikenakan untuk pajak hiburan sangatlah 46

7 bervariasi mulai dari 10% sampai dengan 30%. Dari hasil pengumpulan data laporan tahunan yang didapat pada tahun tentang data target dan realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten Bekasi. Berikut ini tabel mengenai pemungutan pajak Hiburan tahun yaitu: Tabel IV.4 Data Target dan Retribusi Penerimaan Pajak Hiburan Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Tahun Perolehan Pajak Hiburan Target Realisasi Prosentase ,00% ,00% ,00% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Bagan IV.3 Perolehan Pajak Hiburan Kabupaten BekasiTahun

8 Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Hiburan dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 80,00%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 100,00%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 100,00%. Uraian tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Hiburan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini disebabkan target pertahunnya ditambah dan diperbaiki sistem pemungutan pajak Hiburan diwilayah Kabupaten Bekasi. 4. Pajak Reklame Berdasarkan obyek pajak reklame adalah pajak atas setiap penyelenggara reklame seperti semua jenis papan reklame, spanduk, reklame melekat (stiker), reklame sebaran, reklame berjalan, reklame udara, reklame suara, reklame film, dan lain-lain yang digunakan untuk promosi kepada masyarakat umum. Subjek pajak merupakan orang pribadi atau badan yang memasang reklame tersebut, wajib pajak dikenakan kepada yang mengadakan pemasangan reklame atas dasar pengenaan pajak adalah sewa reklame, nilai sewa reklame dihitung berdasarkan pemasangan, lama pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame. Tarif reklame dikenakan sebesar 25% dari nilai sewa reklame dan besarnya dihitung dengan cara mengalikan dasar pengenaan pajak demgan tarif pajak. Berikut ini tabel mengenai pemungutan pajak reklame dari tahun 2008 sampai dengan 2010, yaitu: 48

9 Tabel IV.5 Data Target dan Retribusi Penerimaan Pajak Reklame Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Perolehan Pajak Reklame Tahun Target Realisasi Prosentase ,84% ,03% ,24% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Bagan IV.4 Perolehan Pajak Reklame Kabupaten Bekasi Tahun Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Reklame dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 66,84%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 80,03%, tahun

10 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 90,24%. Uraian tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Reklame dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang kurang signifikan di karenakan sistem pemungutan dan sumber daya manusia yang kurang memadai sehingga Pajak Reklame tidak mengalami kenaikan yang sangat signifikan. 5. Pajak Penggunaan Energi Listrik Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah nomor 9 tahun 1998 dan Peraturan Pemeritah no. 2 tahun 2005 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan pajak penggunaan energi listrik di lingkungan Kabupaten Bekasi. Pajak penggunaan listrik yang dinikmati setiap orang atau badan usaha. Obyek pajak adalah setiap pengguna tenaga listrik diwilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayarkan oleh pemerintah daerah dan subyek pajaknya merupakan perorangan atau badan usaha yang menggunakan listrik. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual tenaga listrik dengan tarif yang dikenakan secara bervariasi, tarif 4% untuk keperluan rumah tangga, tarif 6% untuk keperluan bisnis, dan tarif 10% untuk kegiatan industri. Berikut ini tabel mengenai pemungutan pajak penggunaan energi listrik dari tahun 2008 sampai dengan 2010, yaitu: 50

11 Tabel IV.6 Data Target dan Retribusi Penerimaan Pajak Penggunaan Energi Listrik Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Perolehan Pajak Penggunaan Energi Listrik Tahun Target Realisasi Prosentase ,49% ,56% ,00% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Tabel IV.5 Perolehan Pajak Penggunaan Energi Listrik Kabupaten Bekasi Tahun Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Penggunaan Energi Listrik dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 121,49%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp. 51

12 dengan presentase 124,56%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 150,00%. Uraian tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Penggunaan Energi Listrik dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini disebabkan target pertahunnya ditambah dan diperbaiki sistem pemungutan pajak Penggunaan Energi Listrik diwilayah Kabupaten Bekasi. 6. Pajak Pengambilan Bahan Galiaan Golongan C Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah memberikan wewenang kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten untuk melakukan pemungutan pajak pengambilan bahan galian golongan C yang merupakan pungutan daerah atas pengambilan bahan galian golongan C. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual bahan galian golongan C tersebut, seperti asbes, batu tulis, batu kapur, granit, kalsit, magnesit,dan lain-lain. Serta tarif pajak yang dikenakan adalah 20%. Berikut ini tabel mengenai pemungutan pajak pengambilan bahan galian golongan C dari tahun 2008 sampai dengan 2010, yaitu: 52

13 Tabel IV.7 Data Target dan Retribusi Penerimaan Pajak Pengambilan Bahan Galiaan Gol. C Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Perolehan Pajak Pengambilan Bahan Galiaan Golongan C Tahun Target Realisasi Prosentase ,61% ,00% ,00% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Bagan IV.6 Perolehan Pajak Pengambilan Bahan Galiaan Gol. C Kabupaten Bekasi Tahun Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Pengambilan Bahan Galiaan Golongan C dari tahun

14 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 97,61%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 102,00%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 104,00%. Uraian tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Pengambilan Bahan Galiaan Golongan C dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini disebabkan target pertahunnya ditambah dan diperbaiki sistem pemungutan pajak Pengambilan Bahan Galiaan Golongan C diwilayah Kabupaten Bekasi. 7. Pajak Parkir Pajak parkir merupakan pajak pelayanan parkir yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi yang meliputi parkir kendaraan ditempattempat umum, jalan-jalan umum, sarana parkir dan lain-lainnya berdasarkan peraturan daerah nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten untuk melakukan pemungutan retribusi daerah yang meliputi retribusi pelayanan perkir. Dasar pengenaan retribusi pelayanan parkir adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Berikut ini tabel mengenai pemungutan pajak parkir dari tahun 2008 sampai dengan 2010, yaitu: 54

15 Tabel IV.8 Data Target dan Retribusi Penerimaan Pajak Parkir Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Perolehan Pajak Parkir Kabupaten Bekasi Tahun Target Realisasi Prosentase ,33% ,34% ,00% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Tabel IV.7 Perolehan Pajak Parkir Kabupaten Bekasi Tahun Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Parkir dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 105,33%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 55

16 104,34%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 110,00%. Uraian tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak Parkir dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini disebabkan target pertahunnya ditambah dan diperbaiki sistem pemungutan Pajak Parkir diwilayah Kabupaten Bekasi. 8. Pajak Usaha Sarang Burung Walet Pajak sarang burung walet merupakan pemugutan daerah atas pengusaha sarang burung walet. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual usaha sarang burung walet sesuai dengan harga yang berlaku dengan tarif pajak yang dikenakan adalah 10%. Berikut ini tabel mengenai pemungutan pajak sarang burung walet dari tahun 2008 sampai dengan 2010, yaitu: Tabel IV.9 Data Target dan Retribusi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Perolehan Pajak sarang Burung Walet Kabupaten Bekasi Tahun Target Realisasi Prosentase ,00% ,45% ,45% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi,

17 Bagan IV.8 Perolehan Pajak Sarang Burung Walet Kabupaten Bekasi Tahun Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak sarang Burung Walet dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 120,00%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 130,45%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 150,45%. Uraian tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada Pajak sarang burung walet dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Ini disebabkan target pertahunnya ditambah dan diperbaiki sistem pemungutan Pajak sarang burung walet diwilayah Kabupaten Bekasi. 57

18 IV.1.2. Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Bekasi tahun anggaran 2008 s/d 2010 sebagai berikut: Tabel IV.10 Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 s/d 2010 (Rupiah) Tahun Perolehan Pajak Daerah Target Realisasi Presentase ,23% ,00% ,00% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Bagan IV.9 Perolehan Pajak Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2008 s/d

19 Berdasarkan tabel 4.22 dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak daerah pada pajak Daerah dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 123,23%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 143,00%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 150,00%. Sedangkan Retribusi daerah yang selanjutnya di sebut retribusi merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Obyek dan golongan retribusi meliputi jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu. Pelaksanaan retribusi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi yaitu: 1. Retribusi Pelayanan Kesehatan Retribusi Pelayana Kesehatan yang dilakukan selama ini di Pemda Kabupaten Bekasi meliputi retribusi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Daerah (RSUD) Kabupaten Bekasi. dan retribusi pelayanan kebersihan. Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Aset Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi daerah yang meliputi retribusi jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu. Obyek retribusi adalah setiap orang atau pengusaha yang mendapatkan pelayanan jasa umum, jasa usaha maupun perizinan dan kebersihan dan subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang mendapatkan 59

20 pelayanan tersebut. Dasar pengenaan pajak adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyedian jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umunya peroleh pemungutan retribusi pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan Dinas Kesehatan di Kabupaten Bekasi hal tersebut masih belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 2. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan Retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan yang dilakukan selama ini di Pemda Kabupaten Bekasi meliputi retribusi biaya cetak catatan sipil, retribusi biaya penggantian biaya cetak kartu keluarga (KK), retribusi pelayanan KB dan retribusi asuransi. Berdasarkan Peraturan daerah nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi yang meliputi retribusi catatan sipil, kartu penduduk, katu keluarga, asuransi, dan subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang mendapatkan pelayanan tersebut. Dasar pengenaan pajak retribusi adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahawa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi pelayanan KTP, KK dan asuransi Kabupaten Bekasi hal tersebut sudah sesuai target, namun ada yang masih belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 60

21 3. Retribusi Pelayanan Parkir Retribusi pelayanan parkir di Pemda Kabupaten Bekasi meliputi retribusi biaya parkir kendaraan di tempat-tempat umum, jalanan umum, sarana parkir dan lain-lainnya. Berdasarkan Peraturan daerah nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi daerah yang meliputi retribusi pelayanan parkir dan subyek pajaknya adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyedian jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari hasil pengumpulan data laporan tahunan yang penulis dapatkan pada tahun 2008 sampai 2010 tentang data target dan realisasi penerimaan retribusi jasa pelayanan jasa parkir sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel IV.11 Data Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Pelayanan Parkir Kabupaten Bekasi Tahun 2008 s/d 2010 (Rupiah) Tahun Perolehan Retribusi pelayanan parkir Target Realisasi Presentase ,6% ,2% ,5% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi,

22 Bagan IV.10 Perolehan Retribusi Pelayanan Parkir Kabupaten Bekasi Tahun 2008 s/d 2010 Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah perolehan pajak retribusi daerah pada pelayanan parkir dari tahun 2008 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentasi 115,6%, tahun 2009 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 125,2%, tahun 2010 target Rp dengan realisasi sebesar Rp dengan presentase 112,5%. Dari uraian tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi pelayanan parkir di Kabupaten Bekasi sudah sesuai target, namun masih ada yang belum sesuai dengan target yang ditetapkan. 4. Retribusi Pelayanan Pasar Retribusi pelayanan pasar, berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi pelayanan pasar dan subyek pajaknya adalah perorangan, pedagangan, pengusaha. Dasar pengenaan retribusi pelayanan 62

23 pasar adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi pelayanan pasar di Kabupaten Bekasi belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 5. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Retribusi pengujian kendaraan bermotor (PKB), berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan Retribusi pengujian kendaraan bermotor (PKB), subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan perorang atau pemilik kendaraan. Dasar pengenaan retribusi adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi pelayanan Pengujian Kendaraan bermotor (PKB) belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. 6. Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan daerah, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi Jasa 63

24 Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan perorangan atau pemilik kendaraan. Dasar pengenaan retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan daerah adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah yang masih belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. 7. Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir dan Pertokohan Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir dan Pertokohan, berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten untuk melakukan retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir dan Pertokohan, subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan Jasa Usaha Pasar Grosir dan Pertokoan adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyedian jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir dan Pertokoan yang masih belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. 64

25 8. Retribusi Jasa Usaha Pelelangan Ikan, Terminal, Penyedot WC, Rumah Potong Hewan (RPH) Retribusi Jasa Usaha Pelelangan Ikan, Terminal, Penyedot WC, Rumah Potong Hewan (RPH), berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi Retribusi Jasa Usaha Pelelangan Ikan, Terminal, Penyedot WC, Rumah Potong Hewan (RPH), subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan Retribusi Jasa Usaha Pelelangan Ikan, Terminal, Penyedot WC, Rumah Potong Hewan (RPH). Dasar pengenaan retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi Retribusi Jasa Usaha Pelelangan Ikan, Terminal, Penyedot WC, Rumah Potong Hewan (RPH) di Kabupaten Bekasi belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. 9. Retribusi Usaha Tempat Rekreasi Retribusi Usaha Tempat Rekreasi, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi, subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang 65

26 memanfaatkan Jasa Usaha Tempat Rekreasi. Dasar pengenaan retribusi Jasa Usaha Retribusi Usaha Tempat Rekreasi adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi di Kabupaten Bekasi sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. 10. Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah, subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah. Dasar pengenaan Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah di Kabupaten Bekasi belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. 66

27 11. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan, SIUG, Trayek, Lokasi, Bongkar Muat, Dispensiasi Jalan, Jasa Konstruksi, dan Lain-lain. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan, SIUG, Trayek, Lokasi, Bongkar muat, Dispensasi jalan, Jasa Konstruksi, dan Lain-lain, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi nomor 51 tahun 2001 memberikan kewenangan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi untuk melakukan pemungutan retribusi Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah, subyek pajaknya adalah perorangan atau badan usaha yang memanfaatkan Izin Mendirikan Bangunan, SIUG, Trayek, Lokasi, Bongkar muat, Dispensiasi jalan, Jasa Konstruksi, dan lain-lain. Dasar pengenaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan, SIUG, Trayek, Lokasi, Bongkar muat, Dispensiasi jalan, Jasa Konstruksi, dan lain-lain adalah kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya perolehan pemungutan retribusi Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan, SIUG, Trayek, Lokasi, Bongkar muat, Dispensiasi jalan, Jasa Konstruksi, dan lain-lain di Kabupaten Bekasi belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. IV.2. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kontribusi pajak daerah terhadap asli daerah Kabupaten Bekasi dihitung dengan membandingkan jumlah penerimaan pajak daerah dengan jumlah penerimaan 67

28 pendapatan asli daerah. Besarnya kontribusi pajak daerah terdapat pendapatan asli daerah di Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel IV.12 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bekasi Tahun Anggarn (Rupiah) Tahun Realisasi Pajak Pendapatan Asli Anggaran Daerah Daerah Kontribusi (Rp) (Rp) (%) ,36% ,52% ,13% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi, 2012 Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Bekasi dihitung dengan rumus yaitu: Xn Pn= X 100% Yn Keterangan: Pn = Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah X = Jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah 68

29 Y = Jumlah penerimaan Pajak Daerah N = tahun Presentase Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD dikabupaten Bekasi diperoleh dengan perhitungan yaitu: Tahun 2008: Rp ,00 X 100% = 42,36% Rp ,00 Tahun 2009: Rp ,00 X 100% = 37,52% Rp ,00 Tahun 2010: Rp ,00 X 100% = 45,13% Rp ,00 Dari perhitungan tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun terjadi variasi hasil presentase. Naik turunnya kontribusi pajak daerah dikarenakan banyak tidaknya realisasi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu 45,13% dan terendah pada tahun anggaran 2009 yaitu sebesar 37,52%. Hal ini terjadi karena kurangnya peran serta pertugasnya pemungutan dalam mencapai terget pajak daerah di Kabupaten Bekasi, masih minimnya sumber daya manusia yang dimiliki petugas, masih kurangnya sarana dan pasaran yang ada sehingga berdampak tidak tercapainya hasil pengutan. Contoh seperti pajak hiburan yang terjadi 69

30 penurunan akibat ditutupnya sebagian tempat-tempat hiburan. Pajak Restoran akibat krisis yang terjadi sehingga banyak restoran gulung tikar dan masalah yang lainya. IV.3. Efektifitas Pajak Daerah Tingkat Efektifitas pajak daerah di Kabupaten Bekasi dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak daerah dengan target pajak-pajak daerah. Apabila perhitungan efektifitas pajak daerah menghasilkan angka atau presentase mendekati atau melebihi 100%, maka pajak daerah semakin efektif atau dengan kata lain kinerja pemungutan pajak daerah Kabupaten Bekasi semakin baik. Dalam penelitian ini yang dipertimbangkan dalam menentukan efektifitas hanya pencapaian target. Sedangkan untuk tujuan ini, seperti keadilan, ketepatan waktu pembayaran, dan kepastian hukum diabaikan. Dibawah ini disajikan tabel hasil perhitungan efektifitas pajak daerah Kabupaten Bekasi anggaran tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, yang diuraikan dalam tabel dibawah ini, yaitu: Tabel IV.13 Efektifitas Pajak Daerah Kabupaten Bekasi Tahun (Rupiah) Tahun Perolehan Pajak Daerah Target (Rp) Realisasi (Rp) Efektifitas (%) ,29% ,54% ,57% Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Bekasi,

31 Tingkat efektivitas pajak Daerah Kabupaten Bekasi dihitung dengan menggunakan rumus yaitu: Efektifitas = Realisasi Penerimaan Pajak Daerah X 100% Target Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2008 : Rp ,00 X 100% = 134,29% Rp ,00 Tahun 2009 : Rp ,00 X 100% = 119,54% Rp ,00 Tahun 2010 : Rp X 100% = 129,57% Rp Efektifitas ini merupakan hubungan antara realisasi penerimaan pajak dengan retribusi daerah terhadap target penerimaan dan retribusi daerah yang memungkinkan apakah besaran pajak dan retribusi daerah sudah sesuai dengan target yang ada. Analisa yang digunakan adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Bekasi. 71

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2008:96) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut secara logis dinilai wajar karena jumlah peningkatan pajak berbanding lurus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian pembangunan diperlukan baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember Khoirul Ifa STIE Widya Gama Lumajang khoirul_ifa@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2006 1) dan Pendapatan Dalam tahun anggaran 2006, Pendapatan Daerah ditargetkan sebesar Rp.1.028.046.460.462,34 dan dapat direalisasikan sebesar Rp.1.049.104.846.377,00

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun : BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2013-2015 Pajak Penerangan Jalan ini termasuk ke

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia, sejak tanggal 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan

Lebih terperinci

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat 1 Desentralisasi Politik dan Administrasi Publik harus diikuti dengan desentralisasi Keuangan. Hal ini sering disebut dengan follow money function. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 JENIS DATA 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Satuan Data XIX. RINGKASAN APBD I. Pendapatan Daerah - 584244829879

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemerintahan daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru dengan dikeluarkannya Undangundang No.22 tahun 1999 dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah menerapkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah Pembangunan Nasional. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2005 A. PENDAPATAN 1. dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2005 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1 Pajak Daerah 5.998.105.680,00 6.354.552.060,00

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengakibatkan banyak dampak bagi daerah, terutama terhadap kabupaten dan kota. Salah satu dampak otonomi daerah dan

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DI KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG MANGUPRAJA MANDALA.

PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG MANGUPRAJA MANDALA. PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG MANGUPRAJA MANDALA www.bapenda.badungkab.go.id info@bapenda.badungkab.go.id KONDISI GEOGRAFIS LUAS 418,52 KM 2 (7,43% LUAS P. BALI) Terdiri dari 6 kecamatan Terbagi atas

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G Kembali P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan Pemerintah Daerah sangat penting dalam kegiatan percepatan pembangunan daerah. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa

Lebih terperinci

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com DASAR HUKUM Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Dirubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deaerah otonom dibentuk dimaksudkan guna meningkatkan pelaksanaan pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom berwenang untuk mengatur

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung adalah salah satu kota dan provinsi Jawa Barat yang pemerintah daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dan pembangunan daerahnya dari tahun

Lebih terperinci

A. Struktur APBD Kota Surakarta APBD Kota Surakarta Tahun

A. Struktur APBD Kota Surakarta APBD Kota Surakarta Tahun A. Struktur APBD Kota Surakarta 2009 2013 APBD Kota Surakarta Tahun 2009-2013 Uraian 2009 2010 2011 1 PENDAPATAN 799,442,931,600 728,938,187,952 Pendapatan Asli Daerah 110,842,157,600 101,972,318,682 Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 BUPATI KUDUS, Menimbang melalui :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dijalankannya otonomi daerah merupakan salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan. Otonomi daerah merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat, dan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. 4. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3),

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah memberikan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 3.1. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TARGET APBD INDUK DAN PENETAPAN PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PER TRIWULAN TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pendapatan Asli Daerah II.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara, dimana kawasan daerahnya terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang

Lebih terperinci

DAFTAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

DAFTAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN DAFTAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2000-2015 NO PERDA TENTANG KETERANGAN 1 1 Tahun 2015 Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten batang Tahun Anggaran

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN ANGGARAN 2014 PER SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (dalam rupiah)

LAPORAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN ANGGARAN 2014 PER SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (dalam rupiah) Pemerintah Kabupaten Klungkung Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Bulan : Oktober 2014 LAPORAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN ANGGARAN 2014 PER SATUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia. Dalam undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam upaya pelaksanaan pembangunan nasional, hal yang paling penting adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan pengeluaran pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena itu penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara hukum yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi rakyatnya sehingga terbentuk suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN 2011-2015 Nama : Mutiara Yuang Triani NPM : 25212189 (Akuntansi) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara dalam meningkatkan pembangunan nasional di Indonesia adalah dengan cara gotong royong nasional serta adanya kewajiban setiap warga Negara dalam menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah membawa perubahan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, Undangundang tersebut

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyelenggarakan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Bogor, yaitu pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA). Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG Avian Nur Andianto Universitas Brawijaya Malang aviannurandrian1996@gmail.com Amelia Ika Pratiwi Universitas Brawijaya Malang m3lly_16@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISAME PERFORASI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISAME PERFORASI BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISAME PERFORASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN XIV PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 KODE 4 1 PENDAPATAN ASLI

Lebih terperinci

DAFTAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN No Perda Tentang Status 1 12 Tahun 2014 APBD tahun Anggaran 2015

DAFTAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN No Perda Tentang Status 1 12 Tahun 2014 APBD tahun Anggaran 2015 DAFTAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2000-2014 No Perda Tentang Status 1 12 Tahun 2014 APBD tahun Anggaran 2015 2 11 Tahun 2014 Atas Perda Kab. Nomor 2 Tahun 2012 tentang RPJMD Kab. Tahun 2012-2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah berusaha mengembangkan dan meningkatkan, perannya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan. BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, batasan penelitian, proses penelitian

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

ANALISA TINGKAT EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BEKASI ANALISA TINGKAT EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BEKASI RINDI Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat, 021-53696969, rindikhoe@yahoo.co.id Liberti Pandiangan,

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012 SALINAN WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 188.8 / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012 WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Cirebon adalah salah satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian ujung timur Laut Jawa. Secara geografis Cirebon merupakan daerah pantai,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi kewenangan setiap daerah untuk mengatur dan menciptakan perekonomiannya sendiri sehingga diharapkan

Lebih terperinci

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAD KOTA MALANG TAHUN 2007 s/d 2009

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAD KOTA MALANG TAHUN 2007 s/d 2009 TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAD KOTA MALANG TAHUN 2007 s/d 2009 NO JENIS PAJAK RETRIBUSI JUMLAH TARGET REALISASI PENERIMAAN ( Rp ) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 I PAJAK DAERAH 1 PAJAK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 708 TAHUN : 2005 SERI : D ERATURAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN UPAH PUNGUT PENDAPATAN ASLI DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belanja Modal Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

BAB II LANDASAN PUSTAKA 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan BAB II LANDASAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia tentu membutuhkan sistem pemerintahan yang

Lebih terperinci

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA BAB 1 SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA PENDAHULUAN Apabila dilihat dari lembaga yang berwenang memungutnya, pemungutan pajak di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Negara (pajak pusat) dan Pajak Daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian kewenangan otonomi daerah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana pemerintah daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 c. Pengukuran Aset Tetap Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sampai dengan aset tersebut dapat dipergunakan untuk operasional telah diakui sebagai suatu komponen biaya aset tetap. Setiap potongan

Lebih terperinci

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH www.clipartbest.com I. PENDAHULUAN Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI BULUNGAN DIBIDANG PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia yang menuntut adanya perubahan sosial budaya sebagai pendukung keberhasilannya

Lebih terperinci

PAJAK HOTEL PERDA NO. 1 TAHUN PERDA TENTANG PAJAK HOTEL ABSTRAK

PAJAK HOTEL PERDA NO. 1 TAHUN PERDA TENTANG PAJAK HOTEL ABSTRAK PAJAK HOTEL PERDA NO. 1 TAHUN PERDA TENTANG PAJAK HOTEL : Perlu diatur kembali pajak dan retribusi untuk mendorong kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat dalam menghadapi tantangan local, nasional

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci