KRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN KRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN KRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN"

Transkripsi

1 bab sembilan belas KRISIS EKONOMI DAN REFORMASI AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN Pendahuluan Kondisi agribisnis berbasis petemakan pada saat ini benarbenar memilukan dan hampir tidak berdaya sama sekali, terutama bagi para pelaku agribisnis berbasis petemakan rakyat dengan skala usaha kecil, menengah, dan koperasi. Kondisi memilukan ini sebagian besar terjadi pada produk petemakan yang berorientasi substitusi impor (seperti susu, sapi, ay am ras, dll.) dan yang sifat produknya tidak diperdagangkan di pasar internasionalf non-tradeable product (seperti ay am lokal, domba, dll). Keadaan paling parah mungkin adalah yang dialami oleh agribisnis perunggasan ayam ras, dimana hampir sebagian besar petemakan rakyat berskala usaha kecil, menengah, dan koperasi tidak dapat lagi melanjutkan usaha ayam rasnya. Disamping itu agribisnis berbasis petemakan baik di hilir dan di hulu juga mengalami permasalahan yang berat juga, banyak yang harus mengurangi volume atau kapasitas usahanya bahkan sampai harus menutup usaha. Menurut saya, pada dasarnya krisis pada agribisnis peternakan ini selain disebabkan oleh faktor eksternal ekonomi seperti krisis 207

2 moneter dan krisis ekonomi, tetapi yang paling pen ting adalah bahwa secara internal juga, struktur dan perilaku agribisnis berbasis petemakan sangat rapuh (vurnarahle) dan relatif kurang tangguh menghadapi suatu goncangan perekonomian datang dari luar sistem agribisnis berbasis peternakan itu sendiri (external shock). Struktur dan perilaku internal agribisnis berbasis peternakan ini diperparah lagi oleh terdapatnya bias kebijakan makro dan strategi industrialisasi yang kurang bersahabat dengan sektor pertanian umumnya dan agribisnis berbasis peternakan khususnya. Makalah yang akan saya sampaikan ini bertujuan untuk menganalisis dimensi dan dampak krisis moneter dan krisis ekonomi yang sedang kita hadapi sekarang ini terhadap kinerja/ peforma agribisnis berbasis pertanian. Berdasarkan dimensi dan dampak krisis tersebut pada agribisnis berbasis peternakan lalu coba akan diuraikan strategi pemulihan apa yang segera harus diambil untuk mengantisipasi dampak dan menghidupkan usaha ini kembali. Terakhir akan dikemukakan beberapa agenda reformasi agribisnis berbasis peternakan yang seharusnya dilakukan untuk mendukung dan memastikan bahwa strategi pemulihan yang diuraikan sebelumnya dapat efektif dijalankan dan agribisnis berbasis peternakan kembali bergairah. Dimensi Dan Dampak Krisis Ekonomi Krisis ekonomi yang sedang kita alami saat ini diawali dan disebabkan oleh terjadinya krisis moneter yang dimulai sekitar bulan Juli 1997 yang lalu. Krisis moneter yang antara lain terutama disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika yang sangat tinggi sekali (rata-rata hampir 3-4 kali Iipat dari nilai rukar sebelum Juli 1997 dan pernah mencapai sekitar Rp /US $), disebabkan oleh faktorfaktor ketidakseimbangan baik di sektor moneter itu sendiri maupun di sektot rill. Penyebab utama di sektor moneter antara lain adalah adanya defisit neraca pembayaran yang tinggi sekali (kira-kira 3 % dari GDP) dan terus-menerus, akumulasi 208

3 utang luar negeri (baik swasta dan pemerintah) yang tinggi dan sifatnya jangka pendek, aliran masuk modal dan investasi luar negeri yang berlebihan akibat ekpektasi/harapan dan penilaian investor luar negeri yang semu/overestimate terhadap kinerja perekonomian Indonesia (IMF,1998), dan inefisiensi sistem perbankan nasional. Sedangkan dari sektor nil, krisis moneter ini didorong oleh pilihan strategi industrialisasi dan pembiayaan investasi yang mengarah kepada kegiatan ekonomi/bisnis yang pengembalian modalnya bersifat jangka panjang, tidak berbasis kepada sumberdaya dan potensi perekonomian domestik, tidak mampu menguasai pasar internasional untuk dapat mengekspor, dan sebagian besar mengandalkan pembiayaan melalui utang luar negeri; seperti industri manufaktur, industri logam berat, industri kimia, dll. Menurut pendapat saya, krisis ekonomi yang disebabkan oleh krisis moneter seperti yang diuraikan sebelumnya, memiliki akar permasalahannya didalam faktor internal perekonomian kita, yaitu bias kebijakan makro dan strategi industrialisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini. Krisis ekonomiini bukan semata-rnata musibah nasional tetapi lebih merupakan dampak industrialisasi yang ditempuh Indonesia selama ini. Walaupun GBHN telah merumuskan arah dan strategi industrialisasi yang menyatakan bahwa perlu dikembangkan industri yang kuat yang didukung oleh pertanian yang tangguh (dalam arti bahwa industri yang berkembang harusnya industriindustri yang berbasis pertanian) / tetapi dalam pelaksanaannya strategi industrialisasi yang dikembangkan Indonesia selama ini adalah strategi industrialisasi berspektrum luas (broad base strategy) dan industri berteknologi tinggi (high-tech strategy) yang keterkaitannya dan basisnya sangat rendah kepada pertanian, seperti industri elektronika, industri manufaktur, indusri kimia, industri pesawat terbang, industri kapal dan senjata, dll. Untuk mendukung kedua strategi ini maka kebijakan makro ekonomi seperti kebijakan nilai tukar, kebijakan suku bunga kredit dan investasi, dan kebijakan perdagangan diarahkan sepenuhnya untuk mendukung industri-industri yang disebutkan 209

4 sebelumnya. Semua ini akan mempengaruhi alokasi sumberdaya di masyarakat pembiayaan pembangunan, penggunaan hasiihasil pembangunan, dan orientasi pembangunan, yang akhirnya menciptakan mempengaruhi defisit riil neraca berjalan (current account) dan neraca pembayaran (balance of payment) yang terusmenerus. Walaupun dalam keterangannya selalu disebutkan terjadinya surplus dalam kedua neraca ini, tetapi menurut saya itu adalah surplus yang semu karena defisit yang terjadi ditutupi dengan utang luar negeri. Krisis moneter dan krisis ekonomi yang kita hadapi ini membawa dampak yang sangat luas dan berat sekali pada perekonomian dan masyarakat keseluruhan. Depresiasi rupiah yang berlebihan menciptakan krisis utang luar negeri. Krisis utang ini memicu tingkat suku bunga kredit melambung tinggi dan kelangkaan likuiditas. Ketidakmampuan membayar utang dan tingkat suku bunga yang tinggi serta kelangkaan likuiditas mengakibatkan kegiatan usaha sebagian besar berhenti atau mengurangi kapasitasnya, terutama industri-industri yang berbahan baku impor. Berhentinya kegiatan usaha dan industri menciptakan pengangguran besar-besaran terutama di kota-kota besar. Kondisi ini terlihat jelas di sentra-sentra industri seperti Tangerang, Bekasi, Karawang, dll Akibat selanjutnya mudah ditebak, terjadi kelangkaan barang dan jasa, terutama bahanbahan makanan pokok, yang mendorong terjadinya inflasi yang sangat tinggi (BPS memperkirakan mencapai sekitar 25 %, tetapi IMF dan Bank Dunia memperkirakan akan mencapai 40 %). Pengangguran dan inflasi yang tinggi menurunkan daya beli masyarakat secara drastis.secara singkat dapat dikatakan bahwa dampak krisis ekonomi ini terjadi baik pada sisi penawaran barang dan jasa tetapi juga pada sisi permintaannya, Dan dampak ini tentu saja mempengaruhi prospek dan tantangan agribisnis berbasis peternakan. Karakteristik kegiatan ekonomi umumnya dan agribisnis berbasis peternakan khususnya yang mampu bertahan dan memperoleh keuntungan dalam dimensi dan kondisi krisis ekonomi diatas antara lain yang paling utama adalah: 210

5 Usaha atau kegiatan itu harus mampu dibiayai sendiri dengan modal/in vestasi sendiri (self-financed), karena tnvestasi melalui kredit perbankan sangat mustahil untuk diperoleh dan suku bunganya sangat tinggi sekali (mencapai %), mencapai tingkat dimana tidak ada kegiatan di agribisnis berbasis peternakan yang memiliki tingkat pengembalian modal (investment rate of return) setinggi itu. Dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar seperti sekarang ini, maka kegiatan usaha agribisnis berbasis peternakan yang berorientasi ekspor dan menggunakan bahan baku domestik (atau memiliki kandungan impor yang sangat relatif kecil) yang mengalami booming dan dapat memperoleh keuntungan yang sangat besar. Harga produk agribisnis peternakan yang diekspor meningkat sebesar hampir 3 tiga sampai empat kali harga sebelum krisis ekonomi, Disamping itu, secara relatif sebenarnya produk agribisnis berbasis peternakan yang bersifat substitusi impor pun dapat menjadi kegiatan usaha yang menguntungkan karena harga di dalam negeri juga tinggi dan permintaannya juga tinggi. Dengan tingginya pengangguran dan langkanya likuiditas di dalam perekonomian maka, agribisnis berbasis peternakan yang intensif tenaga kerja dan menghasilkan bahan makanan/pangan pokok akan dapat meraup keuntungan dan bertahan. Biaya produksi akan berkurang secara signifikan dan permintaan yang sangat tinggi akan menciptakan harga yang relatif tinggi, sampai pasokannya di pasar dapat normal kembali. Dengan struktur dan perilaku serta pengelolaan agribisnis berbasis peternakan yang berkembang selama ini maka tidak banyak usaha agribisnis ini yang dapat bertahan kecuali sebagian besar usaha-usaha besar atau konglomerasi. Usaha peternakan rakyat baik kecil, menengah atau koperasi benar-benar sangat sulit untuk bertahan dan juga untuk dipulihkan kembali dengan kondisi perekonomian saat ini. 211

6 Strategi Pemulihan Memang ironis sekali, dalam kondisi perekonomian yang booming atau baik, umumnya peternak rakyat kecil, menengah, dan koperasi tidak memperoleh kesempatan untuk menikmati pendapatan dan kesejahteraan yang relatif memadai. Dan kalau untungpun, itu harus diperoleh dengan susah payah. Dan dalam kondisi yang sulit seperti sekarang ini, peternak rakyat kecil, menengah, dan koperasi yang justru pertama sekali terjun bebas (menuju kebangkrutan). Peternak dan pengusaha besar dan konglomerat yang dulunya memperoleh keuntungan dan penghasilan yang luar biasa tinggi, tidak dapat berbuat paapa, karena melepaskan permasalahannya sendiri saja mereka tidak mampu. Pengalaman ini seharusnya mengajarkan kepada kita bahwa pendekatan pelaksanaan dan partisipasi usaha ekonomi yang memberikan prioritas kepada pendekatan konglomerasi dan atau usaha besar tidak dapat diharapkan secara berkesinambungan, Dalam kondisi krisis ekonomi dan dimensi serta dampak permasalahan yang dikanciungnya, maka dalam rangka pemulihan usaha agribisnis berbasis peternakan perlu ditetapkan dan dilaksanakan strategi-strategi pemulihan sebagai berikut Menghidupkan kembali sesegera mungkin usaha agribisnis berbasis peternakan. Kunci dari pemulihan kembali ini adalah tersedianya sarana produksi peternakan (sapronak) dengan harga yang reasonable dan dalam jumlah yang memadai serta kualitas yang relatif baik. Kunci dari penyediaan sapronak ini adalah tersedianya pakan dengan harga yang menguntungkan dan ketersediaan yang kontinu, lalu tersedianya bibit atau baltalan yang berkualitas baik. Memberdayakan segera usaha ekonomi peternak kecil, menengah, dan koperasi yang berusaha pada agribisnis berbasis peternakan. Pemberdayaan usaha ini dimungkinkan hanya jika peternak rakyat kecil, menengah, dan koperasi dapat memulai 212

7 kembali usaha agribisnis berbasis peternakannya. Dalam kondisi kesulitan likuiditas (cash money) dan daya usaha yang parah seperti saat ini maka perlu segera dilaksanakan skim kredit atau subsidi likuiditas yang sifatnya penyelamatan (rescuing), langsung, selektif, dan terkontrol bagi peternak rakyat kecil, menengah, dan koperasi. Membantu dan mendorong berfungsinya koperasi agribisnis di sektor peternakan. Koperasi agribisnis peternakan merupakan suatu lembaga ekonomi dan bisnis peternak rakyat kecil dan menengah yang dapat memberikan dan menjamin nilai tambah dan pendapatan bagi mereka, memperkuat usaha peternak rakyat meningkatkan daya saing dan fleksibilitas usaha peternakan, dan menghasilkan kinerja agribisnis peternakan yang tangguh. Seluruh potensi pembiayaan dan program yang sifatnya penyelamatan sebaiknya disalurkan dan diprioritaskan secara langsung kepada koperasi agribisnis yang sudah ada dan berkembang. Mendorong dan membantu langsung pengembangan industri-industri pada agribisnis berbasis peternakan ke arah berbasis dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya domestik. Impor hanya dimungkinkan bagi penyediaan bahan baku atau sarana produksi peternakan yang memang benar-benar tidak tersedia di dalam negeri (untuk kasus perunggasan misalnya, impor GPS masih layak untuk dilakukan). Mempercepat dan mendorong usaha atau kegiatan agribisnis berbasis peternakan yang menghasilkan produk dengan orientasi ekspor. Dalam kondisi krisis ekonomi yang parah seperti ini yang menguntungkan dan mampu bertahan. Percepatan dan fasilitasi yang paling mendesak adalah adanya jaminan transaksi perdagangan yang lancar dengan mitra dagang luar negeri dan tersedianya sarana dan prasarana distribusi serta transportasi yang memadai. 213

8 Agenda Reformasi Pengalaman kita dalam menghadapi krisis ekonomi dan gejolak atau krisis agribisnis berbasis peternakan sekarang ini membawa banyak pelajaran yang harus kita sadari dan pahami bersama, dan secara bersarna juga mencari upaya agar usaha di agribisnis ini dapat kembali bergairah dan kita tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk waktu yang berbeda. Persoalan yang timbul saat ini juga adalah karena terjadinya mis managemen sistem agribisnis berbasis peternakan, dan untuk perbaikan serta pemulihannya tidak dapat dilakukan secara partial dan setengah hati. Agribisnis berbasis peternakan / seperti umumnya sektor agribisnis, menurut saya harus direformasi dalam arti diadakan perubahan-perubahan yang mendasar dan menyeluruh baik didalam strategi dan kebijakan makro, kebijakan dan pendekatan mikro di dalam kegiatan usaha, struktur dan perilaku sistem agribisnis, dan struktur kelembagaan yang melayani agribisnis Reformasi agribisnis berbasis peternakan ini diarahkan untuk: Memperjuangkan agar terjadi perubahan paradigma kebijakan makro (misalnya kebijakan nilai tukar, kebijakan suku bunga kredit dan investasi, dll.) dan strategi industrialisasi kearah kebijakan dan strategi industrialisasi yang berbasis sektor agribisnis dan bersahabat dengan pembangunan agribisnis. Untuk ini maka misalnya nilai tukar kita sebaiknya tidak didistorsi dan dipaksa diintervensi untuk tetap pada level yang over-value, tetapi diarahkan untuk mencapai titik keseimbangan pasar riil melalui mekanisme pasar. Memberikan keberpihakan dan partisipasi yang relatif Iebih nyata dan dominan kepada peternak rakyat kecil dan menengah dalam wadah kelembagaan ekonomi bisnis koperasi agribisnis peternakan. Keberpihakan dan partisipasi ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam upaya memberdayakan ekonomi rakyat, karena disamping dalam hal sumber mata pencaharian/ 214

9 kesem-patan kerja dan penyerapan tenaga kerja sebagian besar masyarakat berada didalam kelompok dengan skala usaha kecil dan menengah, dengan kuatnya kelembagaan ekonomi dan bisnis koperasi agribisnis maka kelompok ini akan mendapatkan nilai tambah dan peningkatan pendapatan yang berarti. Dengan pengalaman krisis ekonomi yang sedang kita alami ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa pendekatan partisipasi ekonomi dengan skala besar/mega proyek dan konglomerasi (seperti perusahaan inti) sama sekali tidak bisa diharapkan membantu perekonomian rakyat, menyelesaikan persoalan mereka saja masih belum terbukti sukses. Menghilangkan segala distorsi ekonomi dan kelembagaan yang memberatkan dan merugikan peternak rakyat. Distorsi ekonomi itu baik misalnya melalui keharusan mengikuti kemitraan peternak-perusahaan inti atau pemberian subsidi kurs impor kepada asosiasi atau gabungan pengusaha yang bersifat kartel. Sedangkan distorsi kelembagaan yang memberatkan peternak rakyat dan perekonomian secara umum antara lain adanya keputusan dan kebijakan pemerintah yang menyekat-nyekat dan membatasi usaha budidaya peternakan itu (yang notabene nilai tambahnya kecil) menjadi bagian peternak rakyat sementara usaha peternakan lainnya (yang nilai tambahnya sangat besar) menjadi bagian non-peternak rakyat. Disamping itu harus juga dihapuskan dan di bubarkan aosiasi atau gabungan pengusaha di agribisnis berbasis peternakan yang bersifat monopoli/oligopoli atau kartel atau yang bersifat integrasi horizontal seperti GPMT atau GPPUI pada agribisnis perunggasan. Distorsi melalui kelembagaan-kelembagan ini tidak memberikan insentif kepada industri atau kegiatan lainnya yang dikuasai mereka untuk mengembangkan teknologi dan menggunakan bahan baku domestik. Disamping itu, distorsi kelembagaan ini juga akan membuat harga sapronak atau harga produk domestik menjadi relatif Iebih mahal sehingga tidak bisa bersaing dengan produk luar negeri. Mengembangkan dan memodernisasi sistem pendidikan peternakan di Indonesia umumnya dan di Institut Pertanian 215

10 Bogor khususnya. Perekonomian nasional akan mengarah dan harus siap menyongsong era globalisasi dan persaingan bebas, liberalisasi perdagangan, dan integrasi ekonomi. Pada masa ini maka akan dituntut suatu kualitas dan mutu global suatu produk untuk bisa bersaing dan mampu bertahan dalam suatu pasar global. Kualitas dan mutu global ini menuntut kualitas sumberdaya manusia agribisnis peternakan yang memiliki visi clan keahlian yang sesuai. Agribisnis berbasis peternakan di masa mendatang membutuhkan: penguasaan teknologi pakan yang secara optimal dapat memartfaatkan bahan baku yang tersedia di dalam negeri; pengusaan teknologi rekayasa genetika yang mampu menghasilkan bibit dan benih dengan blue-punt genetis rendah antibiotika dan obat-obatan Iain, tahan penyakit, dll; dan teknologi/rekayasa sosial kelembagaan yang rnampu menggerakkan dan mengelola seluruh potensi sosial kelembagaan peternak rakyat menuju organisasi ekonomi yang favorable bagi pengembangan agribisnis peternakan dan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Kurikulum dan sistem pengajaran/pendidikan peternakan harus dirancang dan dilaksanakan untuk menciptakan sumberdaya manusia peternakan berkualitas yang dapat mengantisipasi dan menjawab tantangan pengem-bangan agribisnis berbasis peternakan diatas. Penutup Dengan reformasi yang efektif dan efisien didalam sistem agribisnis berbasis peternakan secepatnya seperti yang diuraikan sebelumnya, maka harapan kita agribisnis ini dapat bergairah kembali. Bergairahnya kembali agribisnis ini sangat ditentukan oleh membaiknya kondisi perekonomian kita dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Tetapi untuk agribisnis ini saat ini hal ini terutama akan ditentukan oleh perbaikan dari sisi perrnintaan yaitu day a beli masyarakat. Disamping itu, potensi dan peluang bergairahnya kembali agribisnis ini harus diantisipasi secara strategis melalui proses 216

11 pembentukan dan lahirnya sumberdaya manusia agribisnis peternakan yang berkualitas global dan bervisi baru agribisnis, Peluang ini yang menurut saya perlu dijadikan agenda khusus civitas akademika Fakultas Peternakan IPB dalam rangka membangkitkan kembali agribisnis berbasis peternakan di masa mendatang. 217

12 218

8Strategi Industrialisasi Neraca

8Strategi Industrialisasi Neraca 8Strategi Industrialisasi Neraca Pembayaran dan Pemulihan Ekonomi Indonesia Pendahuluan Krisis ekonomi yang kita hadapi saat ini bukan semata-mata musibah nasional, tapi lebih merupakan dampak dari strategi

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS

BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS BAGIAN KEDUA STRATEGI INDUSTRIALISASI BERBASIS AGRIBISNIS 7Reformasi Strategi Industrialisasi dalam Rangka Percepatan Ekspor Sektor Agribisnis Pendahuluan Saya selalu menggunakan kata sektor agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000 PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000 BUNGARAN SARAGIH *) Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Perbaikan ekonomi tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator ekonomi makro guna melihat stabilitas perekonomian adalah inflasi. Inflasi merupakan fenomena moneter dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan

Lebih terperinci

MASALAH DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN BAHAN PANGAN ASAL UNGGAS DI INDONESIA

MASALAH DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN BAHAN PANGAN ASAL UNGGAS DI INDONESIA bab tujuh belas MASALAH DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN BAHAN PANGAN ASAL UNGGAS DI INDONESIA Pendahuluan Sejak dikeluarkannya SK Menperindag No.ll5/MPP/ Kep/2/1998 tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1997-2 1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1997-1999

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN

INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN bab sembilan INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN Pendahuluan Sektor perunggasan (ayam ras) Nasional menunjukkan perkembangan yang cukup mengesankan selama PJP-L Bila pada awal Orde Baru sektor perunggasan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT

BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT Sebagai Sektor Utama Ekonomi Rakyat: Prospek dan 16Agribisnis Pemberdayaannya Pendahuluan Satu PELITA lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu

Lebih terperinci

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA AHMAD RAIHAN NUARI Email : ahmadraihannuari@yahoo.com Graduate Student, Economic Department, State University of Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi telah menyebabkan terjadinya integrasi pasar dunia sehingga perekonomian suatu negara tidak terhindar dari pengaruh ekonomi di belahan dunia

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997-1998, banyak negara-negara di Asia seperti Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia dan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Dari pembahasan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1983-1997 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1983-2 1997 2. Arah Kebijakan 1983-1997 5 3. Langkah-Langkah Strategis 1983-1997

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3.1.1 Hubungan Antar Variabel 3.1.1.1 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan Melemahnya nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu

Lebih terperinci

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama krisis berlangsung, sektor pertanian telah menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. Selama krisis berlangsung, sektor pertanian telah menjadi sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama krisis berlangsung, sektor pertanian telah menjadi sektor penyelamat ekonomi, dimana sektor ini relatif tahan banting terhadap goncangan moneter,

Lebih terperinci

AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS

AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS bab dua AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS Pendahuluan Tinggal satu Pelita lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas yakni pada tahun 2003 di kawasan AFTA (Asean

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah dalam menggunakan pinjaman baik dari dalam maupun dari luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutupi defisit anggaran yang terjadi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata

Lebih terperinci

REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING

REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING bab delapan belas REKONSILIASI PELAKU PERUNGGASAN DEMI MEMBANGUN AGRIBISNIS PERUNGGASAN YANG BERDAYA SAING Duapuluh tahun sudah kemelut pada agribisnis perunggasan berlangsung, namun tanda-tanda akan berakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang. Dalam kehidupan sehari hari, semua kegiatan yang kita lakukan juga memiliki resiko. Resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN 1987-2006 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci