ANALISIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DI KELURAHAN KOTA BARU KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN
|
|
- Glenna Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DI KELURAHAN KOTA BARU KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN AGUS FRANGKY HALOMOAN SITOMPUL NIM ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ABSTRAK Kabupaten Bintan merupakan daerah yang memiliki banyak potensi kepariwisataan dari Sumber Daya Alam (SDA). Salah satu kawasan yang memiliki potensi kepariwisataan di Bintan tersebut adalah Kawasan Wisata Lagoi. keberadaan kawasan wisata Lagoi menjadi penting, dikarenakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bintan sangat tergantung dari sektor pariwisata khususnya dari kawasan wisata Lagoi. Pembangunan di bidang pariwisata tersebut harus diselaraskan dengan pembangunan sumber daya manusia yang mumpuni dan pemberdayaan masyarakat setempat disekitar objek wisata yang dikembangkan. Sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 19 ayat 2,bahwa masyarakat disekitar destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas untuk menjadi pekerja atau buruh,konsinyasi, pengelolaan. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini berfokus pada Analisis Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 19 ayat 2. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Dari topik yang peneliti angkat tentu yang harus dijawab adalah Penerapan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 19 ayat 2, maka dari itu metode deskriptif-analisis diperlukan agar dapat memberikan jawaban yang lebih jelas dan terperinci. Konsep teori yang digunakan merupakan sebuah teori William N. Dunn, yang menyebutkan langkah-langkah proses analisa kebijakan. Berdasarkan Analisis yang dilakukan atas wawancara mendalam,metode pengamatan, dan kajian pustaka maka dapat diketahui Indikator pengukuran: Tujuan kebijakan, Analis kebijakan harus dapat merumuskan tujuantujuan tersebut secara jelas, realistis dan terukur. Masalah Kebijakan, dengan indikator melihat masalah yang muncul dalam Undang-undang nomor 10 tahun 2009 khususnya pada pasal 19 ayat 2 tidak terealisasikan, meskipun disebutkan bahwa penduduk disekitar destinasi pariwisata mayoritas berhak untuk mendapatkan pekerjaan. Evaluasi, dengan indikator ada atau tidaknya tindakan lanjutan dari Dinas Pariwisata maupun Disnaker dalam menangani persoalan penduduk lokal yang belum mendapatkan pekerjaan di destinasi pariwisata dengan melihat data pekerja yang masuk dalam catatan dinas sesuai dengan amanat undang-undang nomor 10 tahun 2009 terutama pada pasal 19 ayat 2. 1
2 Kata Kunci: Analisis, Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009, Kepariwisataan, Ketenagakerjaan, DISNAKER, Penduduk Lokal. A. PENDAHULUAN Pembangunan merupakan salah satu fungsi pemerintah.walau pertumbuhan ekonomi mengalami tren peningkatan diberbagai sektor di Bintan, ternyata hal tersebut tidak selalu memberikan pengaruh yang besar terhadap masalah kemiskinan dan pengangguran.laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bintan pada tahun 2010 mengalami peningkatan namun presentase pengangguran justru bertambah. Nilai LPE Diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga konstan pada tahun 2009 tumbuh sebesar 5,11 persen dan pada tahun 2010, atau naik sekitar 5,56 persen. Namun data sebaliknya justru tampak di indeks kemiskinan Kabupaten Bintan.jumlah penduduk miskin di Kabupaten ini masih cukup tinggi. Data tersebut justru mengalami peningkatan dari 7,01 persen atau jiwa pada tahun 2009 menjadi 7,27 persen atau sebanyak jiwa pada tahun 2010.(BPS Kabupaten Bintan) Salah satu kawasan yang memiliki potensi kepariwisataan di Bintan tersebut adalah Kawasan Wisata Lagoi.Keberadaan Kawasan wisata Lagoi menjadi sangat krusial, dikarenakan Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bintan sangat tergantung dari sektor pariwisata khususnya dari kawasan wisata Lagoi. Pada tahun 2012 hingga 2013 diperkirakan lebih dari 50% sumbangan Pendapatan Asli Daerah Bintan berasal dari 2 kawasan wisata Lagoi ini. sedang PAD dari sektor sektor pertambangan, pertanian, industri dan kelautan masih berada di urutan di bawah pendapatan dari sektor pariwisata.(bps Kabupaten Bintan) Pembangunan dibidang pariwisata tersebut tentu harus diselaraskan dengan pembangunan sumber daya manusia yang mumpuni dan pemberdayaan masyarakat setempat disekitar objek wisata yang dikembangkan.pemberdayaan masyarakat setempat ini harus diperhatikan secara serius oleh pemerintah daerah Kabupaten Bintan karena hal tersebut merupakan amanat dari Undang-undang. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 19 ayat 2 yakni : setiap orang dan /atau masyarakat di dalam dan di sekitar destinasi pariwisata mempunyai hak prioritas sebagai berikut : 1. Menjadi pekerja / buruh 2. Konsinyasi; dan/atau 3. Pengelolaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan sebagai pemimpin daerah yang memiliki otoritas, memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memberikan ruang serta lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya.terlebih lagi dengan pengembangan daerah tersebut sebagai destinasi pariwisata daerah yang bertahap internasional, masyarakat setempat
3 diberikan hak prioritas untuk mengambil bagian dalam pengelolaan objek wisata tersebut.hal ini secara jelas tercantum dalam Undang-undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan diatas. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya berkaitan dengan kewajiban Pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.pemerintah juga harus selalu memberikan pelatihan dan pengajaran kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk pengembangan sumber daya manusia yang baik untuk masyarakat setempat.hal itu tentu guna menunjang keahlian dan keterampilan masyarakat sehingga memiliki daya saing yang tinggi dalam melaksanakan pembangunan daerah. Melihat realitas yang terjadi dalam pengelolaan tenaga kerja lokal di Kabupaten Bintan khususnya Kelurahan Kota Baru, hasil temuan peneliti di lapangan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Bintan dan perusahaan kurang memberdayakan masyarakat setempat untuk bekerja di kawasan wisata lagoi. Saat ini di kawasan pariwisata Lagoi ada sebanyak 40 persen tenaga kerja lokal atau putra daerah yang bekerja, di berbagai perusahaan dan jabatan.setiap resort atau hotel juga diingatkan, untuk menyerap tenaga kerja lokal, sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasinya.di kawasan Lagoi, ada sebanyak lebih tenaga kerja.dari jumlah itu, warga lokal, baik Bintan dan Tanjungpinang. Selaras dengan berita yang disampaikan, camat dari Kecamatan Teluk Sebong menambahkan bahwa pekerja lokal yang berasal dari wilayah kota baru sendiri hanya sekitar 3% dari 40% warga lokal yang bekerja di lokasi pariwisata tersebut. Masyarakat Kelurahan Kota Baru merasakan seakan tidak di perhatikan pemerintah dan perusahaan. Masyarakat hanya dijanjikan oleh pihak pengelola pariwisata nanti akan bekerja di Lagoi, buktinya sampai saat ini mereka hanya diberi janji- janji tanpa ada kepastian untuk bisa bekerja di daerah Lagoi. Dan pekerja yang di wisata lagoi saat ini berasal dari luar daerah bukan masyarakat asli daerah tersebut atau setempat.masyarakat Kelurahan Kota Baru merasakan tidak mendapatkan keadilan dan kurangnya perhatian pemerintah dan perusahaan dalam memprioritaskan masyarakat setempat untuk menjadi pekerja di kawasan wisata Lagoi. Dengan kata lain Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 belum terimplementasi dengan baik. Maka berdasarkan uraian tersebut maka menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut Analisis Undang- Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan di Kelurahan Kota Baru Kecamatan Teluk SebongKabupaten Bintan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat mengambil pokok permasalahan yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3
4 Bagaimanakah Implementasi Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan DI dalam pasal 19 ayat 2? C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif. D. PEMBAHASAN 1. Analisis Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan di Kelurahan Kota Baru Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Sejatinya undang-undang dibuat untuk dilaksanakan sebagaimana perlunya,indonesia adalah negara yang berpayungkan hukum seperti tertulis dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam Pasal 1 ayat (3) disebutkan Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Konsepsi ini dikuatkan penyebutan di dalam fungsi kekuasaan kehakiman seperti tertulis pada Pasal 24 ayat (1), 4 serta penegasan di dalam Pasal 28D ayat (1) tentang memperoleh hak kepastian hukum yang adil dan Pasal 28H bahwa hukum harus dibangun berdasarkan keadilan dan kemanfataan. A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan sudah memenuhi aspek dari hukum ekonomi, yang secara singkat bisa dikatakan bahwa Undang-Undang Pariwisata ini adalah Peraturan yang dibuat hakikatnya untuk menjamin berjalannya proses ekonomi dari sektor pariwisata, baik dari sisi Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Daerah, masyarakat sekitar, dan Pengelola atau Pengusaha Pariwisata yang berada di destinasi pariwisata,khususnya Bintan,Kelurahan Kota Baru yang menjadi Lokasi pada Penelitian ini.landasan terpenting adalah Implementasi dari Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 harus berjalan dengan semaksimal mungkin, hingga tiap bulir-bulir pasal yang berada didalamnya. Proses implementasi ini khususnya di Bintan,sebagai Wilayah dengan destinasi pariwisata terbanyak di Kepulauan Riau untuk melaksanakan yang diamanatkan oleh Undang-undang tersebut.hingga tujuan sesungguhnya seperti yang telah diuraikan diatas bisa tercapai. B. UU No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 19 ayat 2 Pasal 19 ayat 2 adalah permasalahan yang muncul dalam implementasi terhadap Undang-undang
5 nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, masalah Pada Pasal 19 ayat 2 ini dapat di ambil beberapa poin penting dari penjelasannya, Salah satunya adalah kata PRIORITAS, bahwa penduduk setempat diprioritaskan di wilayah destinasi pariwisata, kata prioritas sendiri merujuk kepada sesuatu yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Data yang Peneliti temukan saat ini di kawasan pariwisata Lagoi ada sebanyak 40 persen tenaga kerja lokal atau putra daerah yang bekerja, di berbagai perusahaan dan jabatan. Padahal Setiap resort atau hotel telah diingatkan, untuk menyerap tenaga kerja lokal, sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasinya.di kawasan Lagoi, ada sebanyak lebih tenaga kerja. Dari jumlah itu, warga lokal, baik Bintan dan Tanjungpinang warga lokal berbanding dengan yang lain, jumlah ini bahkan tidak mencapai 50 persen dari yang seharusnya, sedangkan pada pasal 19 ayat 2 jelas menyebutkan prioritas diperuntukan kepada warga setempat,khususnya wilayah Kota Baru. Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan sebagai pemimpin daerah yang memiliki otoritas, memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memberikan ruang serta lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Terlebih lagi dengan pengembangan daerah tersebut sebagai destinasi pariwisata daerah yang bertahap internasional, masyarakat setempat diberikan hak prioritas untuk mengambil bagian dalam pengelolaan objek wisata tersebut. 5 C. Rekrutmen Penduduk Lokal Sesuai Pasal 19 Ayat 2 Pada Pasal 19 ayat 2 telah jelas disebutkan bahwa penduduk lokal harus menjadi bagian dari pariwisata, dengan sekurang-kurangnya menjadi pekerja disana. Keterangan dari informan Bapak Samuji selaku ketua Karang Taruna yaitu: kami benar-benar berharap bisa menjadi bagian dalam mengelola pariwisata ditempat kami sendiri, minimal kami dipekerjakan disana. (wawancara tanggal 20 Agustus 2016) Masalah yang paling sering muncul ditempat pariwisata yang memiliki potensial berkembang pesat adalah umumnya pariwisata tersebut dikelola oleh kalangan swasta yang memiliki modal usaha yang besar yang berasal dari luar daerah dan bahkan luar negeri. Sehingga masyarakat lokal yang berada di suatu daerah destinasi pariwisata tidak dapat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata. Ketidakterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata sering kali menimbulkan opini bahwa masyarakat lokal bukan termasuk stakeholders dari pariwisata dan merupakan kelompok yang termarjinalisasi dari kesempatan bisnis dalam bidang pariwisata. Informan Bapak Samuji selaku ketua Karang Taruna juga menambahkan :...pemilik resort,hotel,maupun tempat wisata dikawasan Lagoi kebanyakan investor atau
6 pemiliknya kebanyakan orang luar negeri. (wawancara 20 Agustus 2016) penjelasan Pasal 19 Ayat 2 bahwa Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata, salah satunya dengan memberikan pekerjaan kepada penduduk lokal sebagai karyawan. Dengan demikian Rekrutmen Penduduk lokal untuk bekerja di destinasi pariwisata adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daearah. 2. Faktor yang menghambat Implementasi undang-undang nomor 10 tahun 2009Tentang Kepariwisataan di Kelurahan Kota Baru Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan Hambatan atau kendala ini adalah yang paling krusial dalam implementasi Undang-undang nomor 10 tahun 2009, karena untuk menjalankan dalam sektoral lingkup lebih kecil seperti Kecamatan,Kelurahan, ataupun Desa maka Peraturan Daerah (PERDA) jauh lebih cocok, karena fungsi PERDA sendiri adalah untuk memberikan penjabaran lebih lanjut mengenai suatu Undang-undang itu sendiri, PERDA menjadi perpanjang tangan dari Undang-undang yang berada diatasnya. Hal menariknya adalah, Sejak Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan ini diundangkan di Jakartapada tanggal 16 Januari 2009 Oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi ManusiaRepublik Indonesia yang kala itu di pimpin oleh Bapak Andi Mattalatta, maka sampai sekarang 6 telah sampai 5 tahun undang-undang tersebut dijalankan, namun Peraturan Daerah (PERDA) dan Peraturan Bupati khususnya diwilayah Kepulauan Riau, Bintan tidak ada sama sekali kebijakan lanjutan untuk menangani permasalahan Penduduk Lokal yang memiliki hak Prioritas sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, malahan Pemerintah Daerah lebih memprioritaskan dikeluarkannya Peraturan Daerah (PERDA) tentang pekerja asing di destinasi Pariwisata. E. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bintan Kelurahan Kota Baru dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.Keberadaan Kawasan wisata Lagoi menjadi sangat krusial, dikarenakan Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bintan sangat tergantung dari sektor pariwisata khususnya dari kawasan wisata Lagoi. Pada tahun 2012 hingga 2015 diperkirkan lebih dari 50% sumbangan Pendapatan Asli Daerah Bintan berasal dari kawasan wisata Lagoi ini. Dengan demikian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan telah menjadi karakteristik hukum ekonomi, lebih lanjut bahwa Undang-undang Kepariwisataan telah memenuhi ciri atau karakteristik, diantaranya: a.mencakup hukum publik dan hukum privat,hal ini dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
7 2009 Tentang Kepariwisataan yakni mencakup perbuatan pemerintah dan perbuatan masyarakat sebagai individu. b.merupakan perpaduan dari bidang, Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan terdapat sanksi dalam hukum pidana, hukum perdata, dan hukum administrasi. c. Bersifat interdisipliner, multidisipliner, dan transnasional,maksud interdisipliner adalah bahwa Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan tidak hanya mencakup satu bidang hukum saja, tetapi mencakup beberapa hukum lain. Maksud dari multidisipliner adalah bahwaundang- Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan masih memuat landasan ilmu yang lain. Maksud dari transnasional adalah bahwa hukum ekonomi tidak bisa terlepas dari unsur asing dan melintasi batas negara. d. Mengatur secara terinci, Maksudnya dalam bidang kepariwisataan, selain disusun Undang- Undang No.10 tahun 2009 pemerintah juga membuat peraturan pelaksanaan yang lain. e. Menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan kepentingan umum, Maksudnya di sini adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dibuat agar kepentingan individu dan kepentingan umum juga tidak dilanggar sehingga dapat berjalan bersama-sama. pemerintah daerah, setiap orang, setiap wisatawan, setiap pengusaha pariwisata serta larangan kepada setiap orang untuk merusak sebagian atau seluruh fisik daya tarik wisata. 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang KepariwisataanPada Pasal 19 ayat 2 ini dapat di ambil beberapa poin penting dari penjelasannya Salah satunya adalah kata Prioritas, bahwa penduduk setempat diprioritaskan di wilayah destinasi pariwisata, kata prioritas sendiri merujuk kepada sesuatu yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Akan tetapi, pada implementasi dilapangan Bintan tepatnya dikelurahan Kota Baru sendiri penduduk setempat tidak banyak yang bisa mendapatkan pekerjaan diwilayah Lagoi. Data yang Peneliti temukan di kawasan pariwisata Lagoi ada sebanyak 40 persen tenaga kerja lokal atau putra daerah yang bekerja, di berbagai perusahaan dan jabatan. Padahal Setiap resort atau hotel telah diingatkan, untuk menyerap tenaga kerja lokal, sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasinya.di kawasan Lagoi, ada sebanyak lebih tenaga kerja. Dari jumlah itu, warga lokal, baik Bintan dan Tanjungpinang warga lokal berbanding dengan yang lain, jumlah ini bahkan tidak mencapai 50 persen dari yang seharusnya, sedangkan pada pasal 19 ayat 2 jelas menyebutkan prioritas diperuntukan kepada warga setempat,khususnya wilayah Kota Baru.Dengan demikian Pasal 19 ayat 2 belum terealiasasikan dengan baik, dan proses rekrutmen para pekerja lokal belum berjalan meskipun sudah di amanatkan 7
8 oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 3. Faktor yang menghambat Implementasi undangundang nomor 10 tahun 2009Tentang Kepariwisataan pasal 19 ayat 2 di Kelurahan Kota Baru Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan adalah, terbatasnya kualitas dari Sumber Daya Manusia menjadi alasan dari Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER) pelatihan untuk meningkatkan sumber daya manusia dari penduduk lokal belum juga dilaksanakan, dan sudah sewajarnya kualitas dari pelamar, atau penduduk lokal yang ingin mendapatkan pekerjaan di destinasi pariwisata kualitasnya tidak terpenuhi.peran dari Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER) amat sangat dituntut dalam hal ini sebagai wadah dari masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang layak jika diterima bekerja di salah satu tempat pariwisata yang sejatinya berada diwilayah mereka sendiri. Hambatan atau kendala lain adalah belum adanya Peraturan Daerah (PERDA)untuk implementasi Undang-undang nomor 10 tahun 2009 pasal 19 ayat 2, karena untuk menjalankan dalam sektoral lingkup lebih kecil seperti Kecamatan,Kelurahan, ataupun Desa maka Peraturan Daerah (PERDA) jauh lebih cocok, karena fungsi PERDA sendiri adalah untuk memberikan penjabaran lebih lanjut mengenai suatu Undang-undang itu sendiri, karena PERDA menjadi perpanjang tangan dari Undang-undang yang berada diatasnya. F. SARAN 8 Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bintan Kelurahan Kota Baru, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah Kabupaten Bintan harus segera membuat Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati yang mengatur tentang Pekerja Penduduk Lokal di daerah destinasi Pariwisata sebagai turunan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 yang berpusat pada pasal 19 ayat Pemerintah Daerah harus bisa menjamin hak penduduk lokal dengan memprioritaskan mereka untuk mendapatkan pekerjaan di wilayah pariwisata tempat mereka tinggal. 3. Dalam hal rekrutmen Pemerintah Daerah harus saling bersinergi dengan pengusaha pariwisata dalam memberikan penduduk lokal kenyamanan dengan cara membuka peluang serta transparansi dalam proses rekrutmen pekerja disekitar destinasi pariwisata yang berada wilayah mereka. 4. Pemerintah Daerah melalui Dinas Tenaga Kerja (DISNAKER) harus melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, melakukan berbagai pelatihan, agar penduduk lokal khususnya Kota Baru bisa meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang jauh lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Bungin, Burhan Metodologi Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif dan
9 Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Dunn, William N., 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Hidjaz, Kamal., 2010, Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintah Daerah di Indonesia, Cetakan Pertama, Pustaka Refleksi, Makassar Kencana Syafiie, Inu., 2013, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Cetakan Kedelapan, PT Refika Aditama, Bandung Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan aplikasinya, Jakarta : Rajawali Pers Soehino, 2005, Ilmu Negara, Edisi Ketiga, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta Subarsono, AG., 2009, Analisis Kebijakan Publik, Cetakan Kedua, PT Pustaka Pelajar, Yogyakarta Sugiyono Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Suharno, Prinsip-Prinsip Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta : UNY Press Sunindhia, YW., 1996, Praktek Penyelenggaraan Pemerintah di Daerah, Cetakan Kedua, PT Rineka Cipta, Jakarta Suwantoro, Gamal Dasar Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi Tangkilisan.(2003 ). Implementasi Kebijakan Publik. Yoyakarta: Lukman offset YPAPI Widodo, Joko Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan aplikasi Analisis Kebijakan Publik. Malang : Bayu Media. Winarno, Budi Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo. Sumber Undang-Undang Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Tentang Kepariwisataan 9
10 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi pemanfaatan tanah di Kecamatan Ngaglik berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 19 Tahun 2001
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum berjalan secara optimal, karena pemenuhan hak-hak anak seperti
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Implementasi kebijakan perlindungan anak jalanan di Kota Yogyakarta belum berjalan secara optimal, karena pemenuhan hak-hak anak seperti yang diamatkan dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukanan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Pelaksanaan Kebijakan Jampersal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan
Lebih terperinciSyabab Azhar Basyir 1
ejournal Pemerintahan Integratif, 2016, 3(4);583-589 ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id Copyright 2016 IMPLEMENTASI PERDA KABUPATEN KUTAI TIMUR NO 13 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
Lebih terperinciEVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA
EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PEDAGANG KAKI LIMA SIMPANG LIMA SEMARANG Oleh : Christine Gitta Candra Puspita,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan kinerja BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM terbagi menjadi beberapa tahapan, dari tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini membahas dua kelompok pengamatan, pertama terhadap proses pelaksanaan (implementasi) program, dan kedua terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi. 1996, Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Bina Aksara
DAFTAR PUSTAKA Ambar T. Sulistiyani & Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pembangunan dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu, Yogyakarta Arikunto, Suharsimi. 1996, Prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penyidikan oleh Polisi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penyidikan oleh Polisi Air DIY terhadap kasus penambangan pasir putih di Pantai Sadranan Gunungkidul, maka dapat dikemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam menekan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Konsep pengembangan wilayah mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan desentralisasi dalam rangka peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai sasaran
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciOLEH TEDDY ANDRIAN NIM
MEMBANGUN SEMANGAT KEWIRAUSAHAAN KUBE MASYARAKAT DESA DIDALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI KELUARGA ( STUDI DIDESA TOAPAYA SELATAN KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN) NASKAH PUBLIKASI OLEH TEDDY ANDRIAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada menjadi objek penelitian. Format deskriptif kualitatif dianggap tepat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti berusaha menggambarkan, meringkas berbagai situasi dan kondisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan di daerah sangat tergantung dari pendapatan asli daerah serta pengelolaan daerah itu sendiri. Hadirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu pemasukan tertinggi bagi negara, yang digunakan untuk pembangunan Negara dan mensejahterakan masyarakat. Menurut Undang Undang nomor 28 Tahun
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI LAGOI OLEH INVESTOR ASING TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN RIAU
DAMPAK KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN PANTAI LAGOI OLEH INVESTOR ASING TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HENI ARI PUTRANTI L2D 097 445 JURUSAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di Kelurahan Sumbersari RW 01, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. B. Jenis Penelitian Penelitian
Lebih terperinci2008, No Mengingat : 1. c. bahwa pembentukan Kabupaten Pulau Morotai bertujuan untuk meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2008 PEMERINTAH DAERAH. Wilayah. Provinsi Maluku Utara. Kabupaten/Kota. Pulau Morotai. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4937)
Lebih terperinciTAHUN NASKAH PUBLIKASI SEPTIAN AGUM GUMELAR NIM : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCAIRAN SERTA PENGELOLAAN DANA KEPEDULIAN TERHADAP MASYARAKAT DI DESA GUNUNG KIJANG KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. maka dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi program pendidikan nonformal
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL
ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA AMANAT UPACARA GURU SMK KESEHATAN WIDYA TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL KARMILA NIM 110388201058 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna meningkatkan kualitas manusia
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik. Andalas OLEH : ETRIO FERNANDO
PERANAN INSTITUSI DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN WALI KOTA BUKITTINGGI NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG STRATEGI DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (SDPK) TAHUN 2006-2010 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI STRATEGI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN MELALUI JOB FAIR DI KABUPATEN BOYOLALI
NASKAH PUBLIKASI STRATEGI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENGURANGI ANGKA PENGANGGURAN MELALUI JOB FAIR DI KABUPATEN BOYOLALI S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wewenang, sampai dengan kepada rincian tugas masing-masing pihak yang terlibat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap organisasi, baik pemerintah maupun swasta dalam rangka mencapai tujuan secara berhasil guna dan berdaya guna memerlukan adanya pembagian kerja, pelimpahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan problematika terbesar dalam kehidupan. Sebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan problematika terbesar dalam kehidupan. Sebab kemiskinan membahayakan terhadap ketenteraman masyarakat, dan dengan kemiskinan, maka banyak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. BUMDES Karangrejek telah berhasil memberi dampak yang positif bagi peningkatan perekonomian desa dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Sleman. secara langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Sleman Pelaksanaan pemungutan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DI PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2008 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BERUPA TANAH ASET DESA YANG BERUBAH MENJADI KELURAHAN DENGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab
106 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Pedoman dalam memberikan kesimpulan, maka data-data yang dipergunakan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2002. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2002. BPS. Karimun. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2004. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2003. BPS. Karimun.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi perikanan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENGAMANAN OBJEK VITAL DAN FASILITAS PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG FASILITASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan didirikannya negara adalah untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk menjadi manusia seutuhnya.
Lebih terperinciDalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ciri-ciri kependudukan di Indonesia selain jumlah penduduk yang besar, adalah bahwa kepadatan penduduk di perkotaan tinggi, penyebaran penduduk desa kota dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan informasi dan pengetahuan serta pesatnya laju perkembangan teknologi informasi dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SUNGAI PENUH DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memacu
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ahira, Anne, Konsep Dan Implementasi Analisis Kebijakan Kesehatan,
DAFTAR PUSTAKA Ahira, Anne, Konsep Dan Implementasi Analisis Kebijakan Kesehatan, http://www.anneahira.com/analisis-kebijakan-kesehatan.htm Anonim, 2011, Negara Berisiko Bangkrut, Medan: Kompas tanggal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memacu perkembangan
Lebih terperinciKINERJA APARATUR PEMERINTAH KECAMATAN DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN MELAK KABUPATEN KUTAI BARAT
ejournal llmu Administrasi Negara, 4 (2) 2014 : 1172-1181 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2014 KINERJA APARATUR PEMERINTAH KECAMATAN DALAM PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN MELAK KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan umumnya bekerja di sektor pertanian. Pada hal kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara memiliki beberapa tujuan termasuk Indonesia, yang mana salah satu tujuannya ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu ukuran dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUMPULAN DATA. penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA A. Tipe Penelitian Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah metode penelitian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah di amandemen menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Prof.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BENGKULU TENGAH DI PROVINSI BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tentang Disiplin PNS di BKD Kabupaten Banyumas sudah dilaksanakan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan pembahasan dan hasil analisis yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi PP No 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PRINGSEWU DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PRINGSEWU DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: a. bahwa untuk memacu kemajuan Provinsi Lampung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciNCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG
NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUMEDANG BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Afrizal Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA Buku: Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta..1982. Psikologi Sosial. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi
Lebih terperinci