MODUL 5 PENYUSUNAN DATABASE PROFIL PELAYANAN DASAR, RENCANA DAN PENGANGGARAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL 5 PENYUSUNAN DATABASE PROFIL PELAYANAN DASAR, RENCANA DAN PENGANGGARAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL"

Transkripsi

1

2

3 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MODUL 5 PENYUSUNAN DATABASE PROFIL PELAYANAN DASAR, RENCANA DAN PENGANGGARAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

4 MODUL 5 Penyusunan Database Profil Pelayanan Dasar, Rencana dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Diterbitkan Oleh : Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Jl.Medan Merdeka Timur no.7-8, Jakarta website : Pelindung: Prof.Dr.H.Djohermansyah Djohan, M.A Pengarah: Drs.Soesilo.M.Si Penanggung Jawab : DR.Kurniasih, SH, M.Si Tim Penyusun : 11. Prof. Muchlis Hamdi 2. Prof. Aris Jaenuri 3. Dr. I Made Suwandi, M.Soc, Sc 4. Dr. Halilul 5. Hani S. Rustam, SH 6. Lily Latul, SE, MPA 7. Sri Indrawati, SH, M.Si 8. Drs. Faebuadodo Hia, M.Si 9. Drs. Nyoto Suwignyo, MM 10. Yasoaro Zai, S.Sos, MM 11. William James Duggan 12. Elisabeth Laury O. Noya 13. Utoro SB Iskandar Cetakan : April 2014 Desain tata letak : Muh. Iswandhi Badillah A Publikasi ini didanai oleh Department of Foreign Affair, Trade and Development (DFATD) melalui Proyek BASICS. Sebagian atau seluruh isi buku ini termasuk ilustrasinya, boleh diperbanyak dengan syarat disebarkan secara gratis dengan mencantumkan sumber.

5 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPPUBLIK INDONESIA Sambutan DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga berbagai upaya, jerih payah dan kerja yang kita lakukan bersama untuk membangun bangsa, telah menunjukkan hasil yang cukup membanggakan bagi semua pelaku pembangunan di semua tingkatan baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Sejak reformasi Tahun 1997, otonomi daerah di Indonesia menganut prinsip otonomi luas sebagaimana diamanatkan oleh pasal 18 UUD Republik Indonesia Tahun 1945 pasca amandemen. Prinsip otonomi luas tersebut telah memberikan ruang dan kewenangan yang sangat luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus berbagai urusan pemerintahan daerah dalam rangka mensejahterakan rakyat. Desentralisasi kewenangan kepada pemerintah daerah harus diikuti dengan tanggung jawab sertra kesungguhan daerah dalam menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kebijakan nasional dan aspirasi masyarakat setempat agar cita-cita mewujudkan kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Kewenangan yang luas harus dibarengi dengan fasilitasi, supervisi, monitoring, evaluasi, pembinaan dan pengawasan serta tanggung jawab agar otonomi luas dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. i

6 Dalam rangka menjamin agar pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sesuai dengan standar yang telah ditentukan, maka Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal mewajibkan kepada pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan dasar. Guna percepatan pelaksanaan dalam penerapan SPM oleh pemerintah daerah, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri telah menyusun beberapa modul yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mempermudah SKPD pemangku SPM di Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam menerapkan SPM di daerahnya masing-masing. Buku Panduan ini diharapkan dapat menjadi petunjuk bagi SKPD Pemangku SPM di daerah, sehingga bias atau distorsi dalam memahami SPM dengan Pelayanan Publik serta pengintegrasian SPM dalam Renja SKPD pemangku SPM dapat diminimalisir. Beberapa Modul tersebut diantaranya: 1. Modul 1 berisi panduan bagi daerah untuk memahami berbagai kebijakan nasional yang terkait dengan standar pelayanan minimal. Melalui modul ini diharapkan penyelenggara pemerintahan daerah dapat memahami secara utuh dan mendalam seluruh aspek kebijakan terkait Standar Pelayanan Minimal. 2. Modul 2 berisi panduan bagi pemerintah daerah untuk menyusun langkah-langkah dan strategi untuk mempercepat penerapan standar pelayanan minimal sesuai dengan kebijakan dan target yang telah ditetapkan oleh kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Percepatan penerapan standar pelayanan minimal ini adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah yang merupakan tujuan dan cita-cita otonomi daerah itu sendiri. 3. Modul 3 berisi panduan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana aksi yang akan dilakukan dalam rangka mencapai target standar pelayanan yang telah ditetapkan. Setiap pemerintah daerah diharapkan mampu menyusun rencana aksi yang konkrit dan rasional dalam rangka pencapaian standar pelayanan minimal pada setiap urusan pemerintahan yang mempunyai standar pelayanan minimal. 4. Modul 4 berisi panduan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan target tahunan pencapaian SPM dan teknik pengintegrasiannya ke ii

7 dalam dokumen perencanaan dan penganggaran, yaitu integrasi ke dalam dokumen rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD), rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra SKPD), rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (Renja SKPD), dokumen kebijakan umum anggaran (KUA), dokumen prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS), rencana kerja anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA SKPD) dan dokumen peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah (Perda APBD). 5. Modul 5 berisi panduan bagi pemerintah daerah untuk menyusun data base/profile penerapan standar pelayanan minimal didaerahnya masing-masing bagi setiap urusan pemerintahan. Database/ profil penerapan standar pelayanan minimal ini sangat penting dalam rangka evaluasi keberhasilan/kegagalan penerapan Standar Pelayanan Minimal dan sekaligus sebagai bahan dalam perencanaan pencapaian Standar Pelayanan Minimal. 6. Modul 6 berisi panduan bagi pemerintah daerah dalam menyusun laporan penerapan Standar Pelayanan Minimal setiap urusan pemerintahan di daerahnya masing-masing. Akhirnya, harapan saya semoga modul ini sebagai panduan dalam penerapan SPM di daerah dapat menjadi pengungkit keberhasilan capaian SPM dan mampu menjawab permasalahan teknis yang terjadi dalam implementasi SPM di daerah. Semoga kerja keras kita dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan memajukan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia. Jakarta, April 2014 DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH, Prof. Dr. H. DJOHERMANSYAH DJOHAN, MA. iii

8 KATA PENGANTAR Pembinaan terhadap penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun penyusunan strategi penerapan SPM oleh pemerintah daerah masih banyak menemukan kendala dan hambatan. Salah satu hambatan yang sangat mendasar adalah lemahnya data yang dapat digunakan baik dalam rangka pembinaan oleh pemerintah pusat maupun dalam rangka menyusun strategi penerapannya oleh pemerintah daerah sendiri. Oleh karena itu, modul ini bertujuan untuk memberikan pedoman dan keterampilan kepada pemerintah daerah untuk menyusun data base/profil penerapan SPM di daerah masing-masing. Profil/data base penerapan SPM akan memberikan informasi tentang seluruh aspek-aspek strategis yang terkait dengan upaya penerapan SPM secara maksimal. Profil/data base ini dapat digunakan untuk melakukan perencanaan penerapan SPM, monitoring dan evaluasi serta pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat agar SPM dapat dicapai dengan baik di seluruh Indonesia. Penyusunan profil/data base pelayanan dasar ini akan memuat beberapa data pokok yaitu : 1. Data kondisi pencapaian SPM saat ini; 2. Data target pencapaian SPM tahunan; 3. Data kebutuhan biaya untuk mencapai SPM tahunan; 4. Data kondisi kemampuan keuangan daerah yang tersedia; Bagaimana langkah-langkah guna melakukan penyusunan data tersebut diatas, SKPD penanggung jawab SPM harus melakukan pendataan/survey/ inventarisasi terhadap kinerja SPM dan potensi yang dimiliki (terutama keuangan) yang dapat digunakan untuk mencapai SPM. Data kinerja penerapan SPM diperoleh dengan mengumpulkan data indikator SPM berupa data pembilang dan penyebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan rumus yang sudah dituangkan dalam masing-masing peraturan menteri/kepala LPNK tentang standar pelayanan minimal masingmasinng urusan wajib (15 urusan wajib). Hasil analisis ini menjadi data base pencapaian SPM setiap tahun. iv

9 Selanjutnya, agar memperoleh data tentang target pencapaian SPM pada setiap tahun, maska SKPD penanggung jawab atau pemangku SPM wajib melakukan analisis potensi/kemampuan sumber daya yang dimiliki oleh masing masing daerah dengan memperhatikan target nasional yang sudah ditetapkan oleh menteri/kepala LPNK. Pentahapan pencapaian target tidak boleh mengurangin target akhir pada tahun yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Target setiap tahun tersebut merupakan data base target pencapaian tahunan masing-masiing urusan. Tahap selanjutnya setelah target tahun ditetapkan, SKPD penanggung jawab pelaksanaan SPM menghitung kebutuhan biaya yang diperlukan untuk mencapai target setiap tahun. Guna penghitungan kebutuhan biaya pelaknsaan SPM maka SKPD/pemangku SPM harus mengidentifikasi elemen-elemen biaya yang diperlukan untuk mencapai SPM tadi. Elemen biaya tersebut dapat menggunakan elemen biaya yang sudah ditetapkan di dalam petunjuk teknis yang sudah dikeluarkan oleh kementerian/lpnk. Meskipun kementerian/lpnk sudah mencantumkan elemen-elemen biaya yang diperlukan untuk mencapaian SPM, namun pada umumnya elemen biaya yang dimasukkan baru berupa elemen biaya yang terkait langsung untuk menghasilkan setiap output (variable cost), sedangkan biaya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pelayanan SPM berupa belanja modal belum dimasukkan (fix cost), misalnya biaya pembangunan puskesmas, pembangunan gedung sekolah dll. Sebaiknya SKPD memisahkan kebutuhan biaya untuk menyediakan barang/jasa yang langsung untuk melaksanakan SPM dengan kebutuhan biaya untuk membangun sarana/ prasarana pendukung agar terlihat perbedaan kebutuhan rutin setiap tahun dengan kebutuhan investasi yang belum tentu diperlukan setiap tahun. Hasil perhitungan kebutuhan biaya/anggaran tersebut dijadikan data base kebutuhan anggaran penerapan SPM masing-masing urusan pemerintahan terkait dengan pelayanan dasar. Untuk melihat kemampuan daerah dalam memenuhi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk menerapkan SPM, selanjutnya SKPD penanggung jawab SPM melakukan analisis terhadap kemampuan anggaran daerah yang dapat dialokasikan untuk penerapan SPM masing-masing urusan pemerintahan yang terkait dengan pelayanan dasar. Perhitungan kemampuan keuangan daerah tersebut dapat diilakukan dengan menggunakan dokumen perencanaan yang sudah ada atau menggunakan intrapolasi terhadap penyediaan dana yang sudah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data intrapolasi tadi, SKPD dapat melakukan estimasi/perkiraan ketersediaan anggaran untuk tahun-tahun yang akan datang sesuai dengan jangka waktu pencapaian SPM yang sudah ditetapkan oleh kementerian/ v

10 LPNK. Hasil perhitungan kemampuan keuangan ini dapat digunakan untuk menilai kesenjangan antara kebutuhan dana dan ketersediaan dana yang digunakan untuk penerapan SPM setiap urusan. Data ini dijadikan data base kemampuan keuangan penerapan SPM dan data base kesenjangan kemampuan keuangan dalam penerapan SPM. Berdasarkan data base/profil pelayanan dasar ini, diharapkan pembinaan dan perencanaan penerapan SPM setiap urusan pemerintahan yang terkait dengan pelayanan dasar dimasa yang akan datang dapat dilakukan secara profesional dan akurat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setiap daerah. Demikian diharapkan dengan membaca modul ini maka dapat mempermudah aparatur daerah pemangku SPM dalam melakukan tahapan penyusunan profil/data base pelayanan dasar. Jakarta, April 2014 TIM PENYUSUN vi

11 DAFTAR ISI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH i KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vii TEKNIS PEMBELAJARAN x BAB I PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang 1 2. Tujuan 2 3. Manfaat 2 4. Hasil Pelatihan 3 BAB II PENYUSUNAN DATABASE PROFIL PELAYANAN DASAR 4 1. Tahapan Penyiapan Database Profil Pelayanan Dasar 4 2. Proses Penyusunan Profil Pelayanan Dasar Menghitung tingkat capaian indikator SPM. 28 BAB III TAHAPAN PENYUSUNAN Menyusun Profil Pelayanan Dasar Menentukan Tingkat Capaian SPM Menentukan Target Capaian SPM Menyusun Program dan Kegiatan Pencapaian SPM 49 BAB IV PERHITUNGAN PENGANGGARAN PENCAPAIAN SPM Perhitungan Kebutuhan Penganggaran Pencapaian SPM Perumusan Kebutuhan Penganggaran Tahunan 73 BAB V BAHAN DISKUSI 74 BAB VI KESIMPULAN 75 BAB VII PENUTUP Tabel 1. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Kesehatan 6 di Kabupaten/ Kota 6 Tabel 2. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Sosial di Kabupaten/Kota 8 Tabel 3. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota 11 Tabel 4. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Perumahan Rakyat di Provinsi dan Kabupaten/Kota 11 Tabel 5. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten/Kota 12 vii

12 Tabel 6. Indikator SPM Bidang Layanan Perlidungan Perempuan dan AnakKorban Kekerasan di Provinsi 12 Tabel 7. Contoh definisi operasional indikator SPM 14 Tabel 8. Contoh format database indikator 1 SPM bidang Pelayanan Kesehatan Dasar 18 Tabel 9. Contoh format database indikator 1 SPM bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 19 Tabel 10. Contoh format database indikator 1 SPM bidang sosial 19 Tabel 11. Contoh format database indikator 1 SPM bidang perumahan rakyat 20 Tabel 12. Contoh format database indikator 1 SPM bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan 20 Tabel 13. Contoh format database indikator 1 SPM bidang lingkungan hidup 21 Tabel 14. Contoh daftar data dan informasi untuk indikator SPM 22 Tabel 15. Perbedaan Data Primer dengan Data Sekunder 25 Tabel 16. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 27 Tabel 17. Data CBR Kabupaten/Kota 27 Tabel 18. Jumlah penduduk kabupaten/kota 28 Tabel 19. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Kesehatan 29 Tabel 20. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 30 Tabel 21. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Sosial 31 Tabel 22. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Perumahan Rakyat 32 Tabel 23. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Layanan Terpadu Korban Kekerasan Bagi Perempuan dan Anak 33 Tabel 24. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Lingkungan Hidup 34 viii

13 Tabel 25. Tingkat capaian SPM Bidang Kesehatan 37 2 hingga 3 tahun terakhir 37 Tabel 26. Tingkat capaian SPM Bidang Keluarga berencana dan keluarga sejahtera 2 hingga 3 tahun terakhir 38 Tabel 27. Tingkat capaian SPM Bidang Sosial 2 hingga 3 tahun terakhir 39 Tabel 28. Tingkat capaian SPM Bidang Perumahan Rakyat 2 hingga 3 tahun terakhir 40 Tabel 29. Tingkat capaian SPM Bidang Layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan 2 hingga 3 tahun terakhir 41 Tabel 30. Proyeksi target capaian SPM Bidang Kesehatan 2 hingga 3 tahun kedepan 43 Tabel 31. Proyeksi target capaian SPM Bidang KBKS 2 hingga 3 tahun kedepan 44 Tabel 32. Proyeksi target capaian SPM bidang sosial 2 hingga 3 tahun kedepan 45 Tabel 33. Proyeksi target capaian SPM Bidang Perumahan Rakyat 2 hingga 3 tahun kedepan 47 Tabel 34. Proyeksi target capaian SPM Layanan Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 2 hingga 3 tahun kedepan 48 Tabel 35. Contoh program/ kegiatan berbasis indikator SPM 51 Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM 56 Tabel 37. Indikasi rencana program/kegiatan SPM tahunan 65 Tabel 38. Contoh standar anggaran biaya kegiatan penerapan dan pencapaian SPM 71 Tabel 39. Contoh proyeksi kebutuhan biaya kegiatan pencapaian SPM Bidang Kesehatan 73 ix

14 TEKNIS PEMBELAJARAN MODUL 5 Penyusunan Database Profil Pelayanan Dasar, Rencana dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Pembelajaran ini memberikan kompetensi komprehensif dalam memahami operasional Penyiapan Database Profil Pelayanan Dasar, Tahapan Penyusunan dan Perhitungan Penganggaran Pencapaian SPM WAKTU : 180 menit (4 jpl) 1,5 jpl : Presentasi 2,5 jpl : Diskusi Materi dan Penugasan/Praktek Langsung TEMPAT : Tempat pelatihan yang layak dan cukup untuk mengakomodasi peserta bimbingan teknis SPM PERALATAN : 1. Peralatan infokus 2. Komputer 3. Sound sistem SUMBER REFERENSI : Modul manual Penyusunan Database Profil Pelayanan Dasar, Tahapan Penyusunan dan Perhitungan Penganggaran Pencapaian Standar Pelayanan Minimal HANDOUT : Presentasi power point Metode presentasi yang disarankan Presentasi power point Tanggung jawab pengajar / narasumber Kelengkapan materi presentasi Ketersediaan handout Kejelasan penyampaian pokok permasalahan x

15 BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM menyatakan bahwa: a. Pemerintah Daerah dalam menentukan rencana pencapaian dan penerapan SPM mempertimbangkan: b. kondisi awal tingkat pencapaian pelayanan dasar; target pelayanan dasar yang akan dicapai; dan c. kemampuan, potensi, kondisi, karakteristik, prioritas daerah dan komitmen nasional. Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal menyatakan bahwa: Untuk menentukan gambaran kondisi awal rencana pencapaian dan penerapan SPM, Pemerintah Daerah wajib menyusun, mengkaji dan menganalisis database profil pelayanan dasar Selanjutnya Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal menyatakan bahwa: Faktor kemampuan dan potensi daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digunakan untuk menganalisis: a. penentuan status awal yang terkini dari pencapaian pelayanan dasar di Daerah; b. perbandingan antara status awal dengan target pencapaian dan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah; c. perhitungan penganggaran atas target pencapaian SPM, analisis standar belanja kegiatan berkatian SPM, dan satuan harga kegiatan; dan d. perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar yang memaksimalkan sumber daya daerah. 1

16 BAB I Pendahuluan Mengacu pada Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal, pemerintah daerah dalam menyusun rencana pencapaian SPM perlu menentukan kondisi awal pencapaian pelayanan dasar dalam bentuk database profil pelayanan dasar, target pencapaian SPM dan perhitungan penganggaran pencapaian SPM. Permasalahan yang penting dalam membangun database profil pelayanan dasar dan penetapan target pencapaian SPM, antara lain terkait dengan ketersediaan data, akurasi data dan pengalokasian anggaran dengan program kerja yang dilaksanakan setiap bidang SPM di daerah. Menyikapi permasalahan tersebut, maka dalam modul penyusunan database profil pelayanan dasar, rencanan dan penganggaran pencapaian SPM akan menjelaskan langkah-langkah penyiapan database profil pelayanan dasar, tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM dan perhitungan penganggaran penerapan SPM. 2. Tujuan Tujuan modul penyusunan database profil pelayanan dasar, rencanan dan penganggaran pencapaian SPM guna meningkatkan kemampuan peserta bimbingan teknis dalam hal: 1. Menyiapkan database profil pelayanan dasar; 2. Menyusun rencana pencapaian SPM; 3. Menghitung perhitungan penganggaran pencapaian SPM. 3. Manfaat Manfaat yang diharapkan dengan mempelajari materi modul penyusunan database profil pelayanan dasar, rencanan dan penganggaran pencapaian SPM dapat memberikan kemudahan kapada perserta bimbingan teknis dalam mempersiapkan langkah-langkah penyiapan database profil pelayanan dasar, rencana pencapaian SPM dan perhitungan penganggaran penerapan SPM. 2

17 BAB I Pendahuluan 4. Hasil Pelatihan Hasil pelatihan dari modul penyusunan database profil pelayanan dasar, rencanan dan penganggaran pencapaian SPM, diharapkan : 1. Peserta bimbingan teknis dapat membuat database profil pelayanan dasar; 2. Peserta bimbingan teknis dapat menyusun rencana pencapaian SPM; 3. Peserta bimbingan teknis dapat melakukan perhitungan penganggaran pencapaian SPM. 3

18 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar BAB II PENYUSUNAN DATABASE PROFIL PELAYANAN DASAR Profil pelayanan dasar menggambarkan kondisi awal pencapaian SPM di daerah. Adapun tujuan profil pelayanan dasar adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran umum, status, kedudukan dan kinerja daerah dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah; 2. Mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu untuk segera ditangani dalam rangka penerapan dan pencapaian SPM di daerah; 3. Mengetahui status pencapaian SPM yang dilaksanakan dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah. Database profil pelayanan dasar dibangun berdasarkan data empiris pelayanan dasar secara reguler dan akurat dari SKPD pengampu SPM dengan mengacu pada indikator dan batas waktu SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga. 1. Tahapan Penyiapan Database Profil Pelayanan Dasar Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis/dasar dalam menyediakan informasi bagi pengguna/skpd yang membutuhkan. Database terdiri dari data-data yang akan digunakan atau diperuntukkan bagi masing-masing pengguna/skpd sesuai dengan tugas dan fungsinya. Tujuan pembuatan database adalah: 1. Membuat agar pengguna/skpd mudah mendapatkan data; 2. Menyediakan tempat penyimpanan data yang relevan; 3. Menghapus data yang berlebihan; 4. Melindungi data dari kerusakan fisik; 5. Memungkinkan perkembangan lebih lanjut di dalam sistem database. Dalam rangka menyediakan dan memudahkan pengolahan data SPM secara cepat dan akurat, maka diperlukan database profil pelayanan dasar. Penyiapan database ini dibangun berdasarkan indikator-indikator SPM yang tertuang dalam petunjuk teknis (juknis) SPM setiap bidang yang ditetapkan Kementerian/Lembaga. 4

19 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Langkah-langkah penyiapan format database profil pelayanan dasar adalah sebagai berikut: 1. Memahami indikator kinerja, target capaian dan batas waktu capaian indikator SPM yang tertuang dalam peraturan kementerian; 2. Memahami definisi operasional tentang indikator SPM yang tertuang dalam peraturan kementerian; 3. Memahami pembilang dan penyebut setiap indikator SPM yang tertuang dalam peraturan kementerian; 4. Menyusun daftar data dan informasi yang dibutuhkan; 5. Inventarisasi SKPD sumber data indikator SPM sesuai bidangnya. Untuk masing-masing langkah penyiapan format database profil pelayanan dasar diuraikan sebagai berikut: 1. Memahami indikator kinerja, target capaian dan batas waktu capaian indikator SPM yang tertuang dalam peraturan kementerian. Dalam rangka penyiapan database profil pelayanan dasar, setiap SKPD pengampu SPM perlu memahami indikator, target dan batas waktu pencapaian SPM. Indikator kinerja SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM di Provinsi atau Kabupaten/Kota. Pada saat ini, terdapat 174 indikator SPM dari 15 bidang SPM yang telah ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga. Sedangkan target dan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan masing-masing Kementerian/Lembaga menjadi target dan batas waktu maksimal dari target dan jangka waktu rencana pencapaian dalam penerapan SPM di daerah. Pemerintah daerah dapat menetapkan rencana pencapaian SPM di atas target dan lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah. Beberapa contoh terkait dengan indikator, target dan batas waktu pencapaian SPM untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan Juknis, dapat dilihat pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 6. 5

20 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 1. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota No. I II III Jenis Pelayanan Dasar Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Rujukan Penyelidikan Indikator SPM 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. 2. Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani. 3. Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. 4. Cakupan pelayanan Ibu Nifas 5. Cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi. 7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI). 8. Cakupan pelayanan anak balita. 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin. 10. Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan 11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 12. Cakupan peserta KB Aktif 13. Cakupan Penemuan dan penanganan penderita penyakit A. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun B. Penemuan Penderita Pneumonia Balita C. Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif D. Penderita DBD yang Ditangani E. Penemuan Penderita Diare 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin. 16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota. 17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam IV Promosi 18. Cakupan Desa Siaga Aktif 6

21 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Target Capaian (%) Batas Waktu Capaian (Tahun) Satuan Kerja/ Penanggung jawab Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota Dinkes Kab/Kota 7

22 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 2. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Sosial di Kabupaten/Kota No Jenis Pelayanan Dasar Indikator SPM I II III IV Pelaksanaan program/kegiatan bidang sosial: a. Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/ Kota b. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/Kota Penyediaan sarana dan prasarana sosial: a. Penyediaan sarana prasarana pantai sosial skala kabupaten/ kota b. Penyediaan sarana prasarana pelayanan luar panti skala Kabupaten/Kota Penanggulangan korban Bencana: a. Bantuan sosial bagi korban bencana skala Kabupaten/Kota b. Evaluasi korban bencana skala Kabupaten/kota 1. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. 2. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya. 3. Presentase (%) pantai sosial skala kabupaten/ kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. 4. Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. 5. Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat 6. Presentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial: Penyelenggaraan jaminan sosial skala Kabupaten/Kota 7. Presentase (%) penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial 8

23 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Target Capaian (%) Batas Waktu Capaian (Tahun) Satuan Kerja/ Penanggung jawab Dinas/Instansi Sosial Kab/kota Dinas/Instansi Sosial Kab/kota Dinas/Instansi Sosial Kab/kota Dinas/Instansi Sosial Kab/kota Dinas/Instansi Sosial Kab/kota Dinas/Instansi Sosial Kab/kota Dinas/Instansi Sosial Kab/kota 9

24 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 3. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota No I II III Jenis Pelayanan Dasar Komunikasi Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Penyediaan Informasi Data Mikro Indikator SPM 1. Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 tahun (3,5%) 2. Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif (65%) 3. Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-kb tidak terpenuhi (unmet need) 5% 4. Cakupan Anggota Bina Keluar-ga Balita (BKB) ber-kb (70%) 5. Cakupan PUS peserta KB Anggota Usaha Peningkatan Pen-dapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-kb (87%) 6. Petugas Lapangan Keluarga Berencana/Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB/ PKB) 1 Petugas di setiap 2 (dua) desa/ kelurahan 7. Ratio Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKBD) 1 (satu) petugas di setiap desa/ kelurahan 8. Cakupan Penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat 30% setiap tahun 9. Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan 100% setiap tahun Tabel 4. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Perumahan Rakyat di Provinsi dan Kabupaten/Kota No Jenis Pelayanan Dasar Indikator SPM I Rumah Layak Huni dan Terjangkau 1. Cakupan ketersediaan rumah layak huni 2. Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau II Lingkungan yang Sehat dan Aman yang didukung dengan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) 3. Cakupan lingkungan yg sehat dan aman yg didukung Prasarana, sarana dan Utilitas Umum (PSU) 10

25 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Target Capaian (%) Batas Waktu Capaian (Tahun) Satuan Kerja/ Penanggung jawab SKPD -KB SKPD -KB SKPD -KB SKPD -KB SKPD -KB SKPD -KB SKPD -KB SKPD -KB SKPD -KB Target Capaian (%) Batas Waktu Capaian (Tahun) 100% % Satuan Kerja/ Penanggung jawab Dinas perumahan atau yang menangani bidang perumahan Dinas perumahan atau yang menangani bidang perumahan 100% Dinas perumahan atau yang menangani bidang perumahan 11

26 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 5. Indikator, batas waktu dan penanggung jawab SPM Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten/Kota No Jenis Pelayanan Indikator SPM I II III IV Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerakdan Anak Korban Kekerasan Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan dan/atau tanah untuk produksi Biomassa Pelayanan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber yang tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara Prosentase luasan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang telah ditetapkan dan diinformasikan status kerusakannya Prosentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti Tabel 6. Indikator SPM Bidang Layanan Perlidungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Provinsi No Jenis Pelayanan Dasar Indikator SPM I II III Penanganan Pengaduan/ Laporan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Pelayanan Kesehatan Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Rehabilitasi Sosial Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 1. Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu 2. Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Layanan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A dan PPT / PKT di RS 3. Cakupan Layanan Rehabilitasi Sosial yang Diberikan oleh Petugas Rehabilitasi social Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di dalam Unit Pelayanan Terpadu 4. Cakupan Layanan Bimbingan Rohani yang Dierikan Oleh Petugas Bimbingan Rohani Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Dalam Unit Pelayanan Terpadu 12

27 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Target Capaian (%) Batas Waktu Capaian (Tahun) Satuan Kerja/ Penanggung jawab 100% 2013 Kantor Lingkungan Hidup 100% 2013 Kantor Lingkungan Hidup 100% 2013 Kantor Lingkungan Hidup 100% 2013 Kantor Lingkungan Hidup Target Capaian (%) Batas Waktu Capaian (Tahun) Satuan Kerja/ Penanggung jawab 100% 2014 Badan/Unit PP 100% 2014 Dinas Kesehatan 75% 2014 Instansi Sosial 75% 2014 Kantor Agama 13

28 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 6. Indikator SPM Bidang Layanan Perlidungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Provinsi No Jenis Pelayanan Dasar Indikator SPM IV V Penegakan dan Bantuan Hukum Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Pemulangan dan Reintegrasi Sosial Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 5. Cakupan Penegakan Hukum dari Tingkat Penyidikan sampai dengan Putusan Pengadilan atas Kasus-kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 6. Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Layanan Bantuan Hukum 7. Cakupan Layanan Pemulangan Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 8. Cakupan Layanan Reintegrasi Sosial Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 2.1 Memahami definisi operasional indikator SPM yang tertuang dalam peraturan kementerian. Definisi operasional indikator SPM dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator kinerja SPM. Adapun contoh dari definisi operasional indikator SPM tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Contoh definisi operasional indikator SPM No. Jenis Pelayanan Indikator SPM 1. Pelayanan Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan kompilasi kebidanan yang ditangani 2. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 tahun Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif 14

29 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Target Capaian (%) Batas Waktu Capaian (Tahun) Satuan Kerja/ Penanggung jawab 80% 2014 Polri Kejaksaan Pengadilan 50% 2014 Badan/Unit PP 50% 2014 Kemenlu Kemenakertrans BPNP2TKI 100% 2014 Instansi Sosial Definisi Operasional Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah dalam kurun waktu tertentu Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan definitive sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU PONEK) Cakupan PUS yang usia istrinya di bawah 20 tahun adalah proporsi PUS yang istrinya di bawah usia 20 tahun dibandingkan dengan seluruh PUS yang ada dalam suatu wilayah. Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui: (1) Peningkatan akses informasi, (2) Peningkatan akses pelayanan PIK-Remaja, (3) Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta keterpaduan program PIK-Remaja. Sehingga remaja dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan hak-hak reproduksi bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif (PA) adalah jumlah peserta KB aktif (PA) dibandingkan dengan seluruh PUS dalam suatu di wilayah pada kurun waktu tertentu. Peserta KB Aktif adalah merupakan jumlah kumulatif dari peserta KB yang terus menerus menggunakan salah satu alat, obat dan cara kontrasepsi ditambah dengan jumlah peserta KB baru pada tahun berjalan 15

30 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 7. Contoh definisi operasional indikator SPM No. Jenis Pelayanan Indikator SPM Pemberian bantuan Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh 3. sosial bagi PMKS skala bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Kabupaten/ Kota Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya. 4. Rumah Layak Huni dan Terjangkau Cakupan ketersediaan rumah layak huni Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau Penanganan Pengaduan/ Laporan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerakdan Anak Korban Kekerasan 7. Dst Cakupan pengaduan/laporan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber yang tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara 16

31 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Definisi Operasional Pemberian bantuan sosial pemenuhan kebutuhan dasar bagi PMKS skala kabupaten/kota Pelaksanaan keigatan pemberian social melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya skala kabupaten/kota Cakupan ketersediaan rumah layak huni adalah cakupan pemenuhan kebutuhan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Cakupan ketersediaan rumah layak huni yang terjangkau adalah cakupan ketersediaan rumah layak huni dengan harga yang terjangkau baik untuk dimiliki maupun disewa oleh seluruh lapisan masyakarat Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Layanan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A dan PPT / PKT di RS Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber yang tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara 17

32 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar 3. Memahami pembilang dan penyebut setiap indikator SPM yang tertuang dalam peraturan kementerian. Database yang dibutuhkan akan mengacu pada tingkat capaian indikator SPM setiap bidang. Tingkat capaian SPM adalah kondisi dan pencapaian standar pelayanan minimal untuk suatu pelayanan dasar di daerah. Dengan kata lain, merupakan rasio jumlah layanan yang mampu dicapai pada wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu dengan jumlah layanan yang seharusnya diperoleh pada wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Tingkat capaian indikator SPM dapat diformulasikan sebagai berikut: Berdasarkan formula tersebut, pembilang adalah jumlah layanan yang telah mampu dicapai pada wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu dari setiap indikator SPM. Sedangkan penyebut adalah jumlah layanan yang seharusnya diperoleh di wilayah tertentu pada waktu tertentu dari setiap indikator SPM. Adapun contoh pembilang dan penyebut setiap indikator SPM tersaji pada Tabel 8 sampai dengan Tabel Tabel 8. Contoh format database indikator 1 SPM bidang Pelayanan Kesehatan Dasar Indikator SPM 1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 2. Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani Tahun Jumlah Ibu Hamil yg memperoleh pelayanan antenatal K4 di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Orang) (Pembilang) Jml Ibu dg komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Orang) Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama (Orang) (Penyebut) Jml Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pd kurun waktu yg sama (Orang)

33 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 9. Contoh format database indikator 1 SPM bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Indikator SPM Tahun Jumlah Pasangan Usia Subur yang istrinya berusia, 20 th Jumlah Pasangan Usia Subur yang istrinya berusia, th 1. Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 tahun (Pembilang) (Penyebut) 2. Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif Jumlah peserta KB aktif Jml Ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pd kurun waktu yg sama Jumlah Pasangan Usia Subur Tabel 10. Contoh format database indikator 1 SPM bidang sosial Indikator SPM Tahun Jumlah PMKS skala provinsi yang memperoleh bantuan sosial dalam 1 tahun (Orang) Jumlah PMKS skala provinsi dalam 1 tahun yang seharusnya memperoleh bantuan sosial (Orang) Persentase (%) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) skala provinsi yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar (Pembilang) (Penyebut) 19

34 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 11. Contoh format database indikator 1 SPM bidang perumahan rakyat Indikator SPM 1. Cakupan ketersediaan rumah layak huni 2. Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau Tahun Jumlah Rumah Layak Huni (Pembilang) Jumlah RT MBR yg menempati rumah layak huni yg terjangkau Jumlah Rumah (Penyebut) Jumlah RT MBR Tabel 12. Contoh format database indikator 1 SPM bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan Indikator SPM Tahun Jumlah pengaduan/ laporan yang ditindaklanjuti oleh unit pelayanan terpadu Jumlah pengaduan/ laporan yang masuk ke unit pelayanan terpadu Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu (Pembilang) (Penyebut) 20

35 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 13. Contoh format database indikator 1 SPM bidang lingkungan hidup Indikator SPM Tahun Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang telah mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang diawasi Persentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air (Pembilang) (Penyebut) 4 Menyusun daftar data dan informasi yang dibutuhkan. Persiapan pengumpulan data dan informasi dilaksanakan melalui penyusunan daftar data dan informasi yang dibutuhkan (check-list) untuk masing-masing indikator SPM yang dirinci berdasarkan jenis dan unit data serta sumber data dan informasi. Check-list data disusun dan dikembangkan berdasarkan petunjuk teknis SPM yang dikeluarkan Kementerian/Lembaga dan tambahan data informasi yang relevan dengan indikator SPM. Berikut disampaikan contoh daftar data dan informasi yang dibutuhkan untuk setiap indikator SPM seperti tersaji pada Tabel

36 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 14. Contoh daftar data dan informasi untuk indikator SPM No. 1. Bisang SPM/ Jenis Pelayanan Bidang Kesehatan/ Pelayanan Kesehatan Indikator SPM Jenis/Unit Data Sumber Data Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 Jumlah Ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran ibu hamil dalam suatu wilayah pada kurun waktu tertentu Dinas Kesehatan Puskesmas Rumah Sakit Register Kader dan Dukun Bayi Pemantauan Program KIA Data statistik kesehatan 2. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 th Jumlah Pasangan Usia Subur yang usia istrinya kurang dari 20 tahun. Jumlah Pasangan Usia Subur yang usia istrinya tahun. Pendataan Keluarga (setiap tahun); Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) setiap tahun. 3. Bidang Sosial/ Pemberian bantuan sosial bagi PMKS Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar Jumlah PMKS dalam 1 tahun yang seharusnya memperoleh bantuan sosial. Jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial dalam 1 tahun Laporan instansi teknis terkait antara lain; (BPS, Dinas Sosial/ Kesejahteraan Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota). Hasil pemantauan (data primer). Sumber lain yang relevan 4. Bidang Perumahan/ Pelayanan Rumah Layak Huni dan Terjangkau Bidang Perumahan/ Pelayanan Rumah Layak Huni dan Terjangkau Cakupan ketersediaan rumah layak huni Jumlah rumah di suatu wilayah kota/kab. pada kurun waktu tertentu Jumlah rumah layak huni yang memenuhi kriteria kehandalan bangunan menjamin kesehatan serta kecukupan luas minimum disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu. Dinas Perumahan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Pengembang Perumahan Data jumlah rumah dari BPS 22

37 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 14. Contoh daftar data dan informasi untuk indikator SPM No. Bisang SPM/ Jenis Pelayanan Indikator SPM Jenis/Unit Data Sumber Data Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau Jumlah RT MBR pada kurun waktu tertentu Jumlah RT MBR yang menempati rumah layak huni yang terjangkau pada kurun waktu tertentu Dinas Perumahan Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Pengembang Perumahan Data jumlah rumah dari BPS 5. Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak/ Pelayanan Penanganan Pengaduan/ Laporan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu Jumlah pengaduan/laporan yang ditindaklanjuti oleh unit pelayanan terpadu Jumlah pengaduan/laporan yang masuk ke unit pelayanan terpadu KNPP PPT/ PKT di RS Puskesmas P2TP2A Instansi Sosial Unit PPA di Kepolisian RPTC, RPSA BP4 dan lembaga-lembaga keumatan lainnya Komnas Perempuan, Komnas Perlindungan Anak Badan/Unit Pemberdayaan Perempuan Pelayanan warga pada perwakilan RI di luar negeri Dinas Tenaga Kerja Badan Perlindungan dan Penempatan TKI Provinsi/Kabupaten/Kota WCC, LBH Unit lainnya pelayanan terpadu 23

38 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 14. Contoh daftar data dan informasi untuk indikator SPM No. Bisang SPM/ Jenis Pelayanan Indikator SPM Jenis/Unit Data Sumber Data 6. Bidang Lingkungan Hidup/ Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Prosentase jumlah usaha dan/ atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang telah mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang diawasi. Laporan hasil pemantauan dan inventarisasi/identifikasi dari instansi lingkungan hidup kabupaten/kota. Laporan instansi terkait bidang lingkungan di kabupaten/kota. Sumber lain yang relevan. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerakdan Anak Korban Kekerasan Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber yang tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara Jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang telah memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara Jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari udara yang telah di inventarisasi. Hasil pengawasan lapangan antara lain: laporan pemerintah daerah,laporan PROPER. Laporan instansi yang menangani bidang perindustrian dan perdagangan. Sumber lain yang relevan. 24

39 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar 2. Proses Penyusunan Profil Pelayanan Dasar Profil pelayanan dasar setiap bidang SPM disusun oleh masing-masing Tim Teknis SKPD Pengampu SPM. Sedangkan profil pelayanan dasar seluruh bidang SPM akan direkapitulasi oleh Tim Koordinasi Percepatan Penerapan dan Pencapaian SPM. Adapun proses penyusunan profil pelayanan dasar sebagai berikut: 1. Pengumpulan data pelayanan dasar baik primer maupun sekunder; 2. Pengolahan data dan Informasi pelayanan dasar; 3. Menghitung tingkat capaian indikator SPM; 4. Memasukan target dan batas waktu pencapaian SPM; 5. Memasukkan hasil perhitungan indikator SPM ke dalam format database profil pelayanan dasar. Untuk masing-masing langkah penyusunan profil pelayanan dasar diuraikan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data pelayanan dasar baik primer maupun sekunder. Pengumpulan data diperoleh dari sumber data baik data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Berikut perbedaan kedua teknik pengumpulan data tersebut: Tabel 15. Perbedaan Data Primer dengan Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder Data Primer: pengumpulan data primer oleh SKPD sesuai dengan check-list kebutuhan data yang sudah disiapkan. Pengumpulan data primer dapat dilakukan antara lain dengan cara : pencacahan, survey, interview. Data Sekunder: mengumpulkan dokumen, laporan, data statistik yang menjadi sumber data dan informasi untuk setiap indikator SPM dari masing-masing lembaga/intansi pemilik data dan pemangku kepentingan lainnya (swasta, lembaga, masyarakat,dll). Dilakukan secara menyeluruh mulai dari tingkatan paling rendah (RT/RW, Kelurahan), sampai pada tingkatan lebih tinggi (Kecamatan, Kota/Kab). 25

40 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar 2. Pengolahan data dan Informasi pelayanan dasar Pengolahan data dan informasi pelayanan dasar dimaksudkan untuk menstrukturkan data dan informasi pelayanan dasar yang diperoleh kedalam format database profil pelayanan dasar. Adapun yang perlu diperhatikan dalam kompilasi data adalah sebagai berikut: Kesesuaian data yang tersedia dengan jenis data yang dibutuhkan; Konsistensi sumber data yang digunakan; Konsistensi tahun data (time series); Memberikan perlakuan khusus bagi data SPM yang tidak tersedia atau meragukan. Bagi data dasar indikator SPM yang tidak tersedia datanya pada waktu tertentu dapat dilakukan proyeksi atau estimasi data data dasar. Sedangkan bagi data dasar yang tidak sesuai dengan kondisi daerah atau validitasi data diragukan silakan diberi catatan atau tanda bintang. Berikut contoh perhitungan proyeksi bagi data dasar yang tidak tersedia untuk indikator 1 SPM bidang kesehatan yaitu Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 dengan cara sebagai berikut: A. Definisi operasional indikator SPM Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Sedangkan rumus capaian indikator Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 sebagai berikut: B. Data yang diperlukan Data yang dibutuhkan untuk indikator Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 tertuang dalam Tabel 16. Apabila data data indikator 1 selama 3 tahun terakhir di suatu wilayah tidak tersedia maka dapat dilakukan perhitungan dengan pendekatan angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR). 26

41 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 16. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Tahun Jml Ibu Hamil yg memperoleh pelayanan antenatal K4 di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Orang) Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama (Orang) Keterangan: Perkiraan ibu hamil di wilayah kerja yang sama dapat dihitung dengan formula: 1,1 X Crude Birth Rate (CBR) atau Angka Kelahiran Kasar Kabupaten/Kota X Jumlah penduduk di wilayah kerja. Tabel 17. Data CBR Kabupaten/Kota Tahun CBR , , ,90 Sumber: Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. C. Cara Menghitung Angka Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu (B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P). Dimana, CBR = Angka Kelahiran Kasar B = Jumlah kelahiran P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P = (Po + P1)/2, Po = jumlah penduduk pada awal tahun dan P1 = jumlah penduduk pada akhir tahun. Misalkan jumlah kelahiran berdasarkan Susenas tahun 2010 dapat diestimasi secara tidak langsung dengan program mortpack-lite dengan menggunakan data anak lahir hidup (children ever born). Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat sebanyak kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk sebesar maka CBR pada tahun 2010 sebesar = 20,3. 27

42 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Interpretasi pada contoh disebutkan perhitungan CBR Indonesia menurut data susenas 2010 adalah sebesar 20, yang artinya terdapat 20 kelahiran per penduduk Indonesia pada tahun Perhitungan CBR ini sederhana, mudah dihitung tetapi kasar. Perhitungan ini disebut perhitungan kasar karena yang menjadi pembagi adalah seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan seluruh usia termasuk yang bukan perempuan usia reproduksi (15 49 tahun). Tabel 18. Jumlah penduduk kabupaten/kota Tahun Penduduk (Jiwa) Pria Wanita Jumlah Menghitung tingkat capaian indikator SPM. Untuk menyamakan cara perhitungan dalam memperoleh capaian indikator kinerja selama periode kurun waktu tertentu, dengan cara membagi pembilang dengan penyebut. Adapun rumus tingkat capaian indikator SPM dapat diformulasikan sebagai berikut: 4. Memasukan target dan batas waktu pencapaian SPM. Memasukan target dan batas waktu pencapaian daerah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Target capaian adalah besaran yang harus dicapai sampai dengan nilai target dan batas waktu pencapaian SPM nasional sebagaimana ditentukan Kementerian/Lembaga. 5. Memasukkan hasil perhitungan indikator SPM ke dalam format profil pelayanan dasar. Langkah terakhir adalah menyajikan hasil perhitungan dalam format profil pelayanan dasar, seperti tersaji pada tabel-tabel berikut : 28

43 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 19. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Kesehatan No Jenis Pelayanan Indikator SPM Definisi Operasional Rumus 1 Pelayanan Dasar Kesehatan Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Diisi jenis pelayanan dasar setiap bidang Diisi indikator SPM Persentase (%) cakupan = S S ibu hamil yg memperoleh pelayanan K4 Sasaran ibu hamil yg harus memperoleh pelayanan K4 Diisi definisi operasional dan rumus perhitungan capaian indikator SPM 2 Dst Capaian SPM Daerah Target SPM Nasional Batas Waktu Nasional 2% 2,2% 2,7% 3,5% 2014 Diisi hasil perhitungan capaian indikator SPM di daerah 3 tahun terakhir Diisi batas waktu target capaian nasional Diisi target capaian indikator SPM Nasional 29

44 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 20. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera No Jenis Pelayanan Indikator SPM Definisi Operasional Rumus Capaian SPM Daerah Target SPM Nasional Batas Waktu Nasional 1 Komunikasi Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS) Diisi jenis pelayanan dasar setiap bidang Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 th Diisi indikator SPM Cakupan Pasangan Usia Subur yang usia istrinya di bawah 20 tahun adalah proporsi Pasangan Usia Subur yang istrinya di bawah usia 20 tahun dibandingkan dengan seluruh Pasangan Usia Subur yang ada dalam suatu wilayah. S S PUS yang usia istrinya <20 thn PUS yang usia istrinya thn x 100% 2% 2,2% 2,7% 3,5% 2014 Diisi hasil perhitungan capaian indikator SPM di daerah 3 tahun terakhir Diisi target capaian indikator SPM Nasional Diisi batas waktu target capaian nasional 2 Dst Diisi definisi operasional dan rumus perhitungan capaian indikator SPM 30

45 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 21. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Sosial No Jenis Pelayanan Indikator SPM Definisi Operasional Rumus 1 Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/ Kota 2 Dst Diisi jenis pelayanan dasar setiap bidang Persentase (%) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) skala kabupaten/ kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Diisi indikator SPM Persentase (%) Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) skala kabupaten/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar adalah bentuk layanan pemberian bantuan sosial kepada PMKS yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan dan rehabilitasi sosial dalam panti sosial skala kabupaten/kota Persentase (%) PMKS dalam 1 tahun = S S Diisi definisi operasional dan rumus perhitungan capaian indikator SPM PMKS mendapat bantuan sosial dalam 1 thn PMKS skala kab/kota dalam 1 thn yg seharusnya mendapat bantuan sosial x 100% Capaian SPM Daerah Target SPM Nasional Batas Waktu Nasional 30% 45% 60% 80% 2015 Diisi hasil perhitungan capaian indikator SPM di daerah 3 tahun terakhir Diisi batas waktu target capaian nasional Diisi target capaian indikator SPM Nasional 31

46 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 22. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Perumahan Rakyat No Jenis Pelayanan Indikator SPM Definisi Operasional Rumus Capaian SPM Daerah Target SPM Nasional Batas Waktu Nasional 1 Rumah layak huni dan terjangkau Diisi jenis pelayanan dasar setiap bidang Cakupan ketersediaan rumah layak huni Diisi indikator SPM Cakupan pemenuhan kebutuhan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya S Rumah layak huni S Rumah x 100% 70% 74% 77% 100% Diisi hasil perhitungan capaian indikator SPM di daerah 3 tahun terakhir Diisi batas waktu target capaian nasional Diisi definisi operasional dan rumus perhitungan capaian indikator SPM Diisi target capaian indikator SPM Nasional 2 Dst 32

47 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 23. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Layanan Terpadu Korban Kekerasan Bagi Perempuan dan Anak No Jenis Pelayanan Indikator SPM Definisi Operasional Rumus Capaian SPM Daerah Target SPM Nasional Batas Waktu Nasional 1 Penanganan Pengaduan/ Laporan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Diisi jenis pelayanan dasar setiap bidang 2 Dst Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih didalam unit pelayanan terpadu Diisi indikator SPM Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan adalah bentuk layanan yang diberikan oleh petugas unit pelayanan terpadu dalam merespon aduan atau pelaporan oleh masyarakat dan/atau lembaga lain S Pengaduan/Lap.yang ditindaklanjutan x 100% S Pengaduan/Lap.yang masuk Diisi definisi operasional dan rumus perhitungan capaian indikator SPM 2% 2,2% 2,7% 3,5% 2014 Diisi hasil perhitungan capaian indikator SPM di daerah 3 tahun terakhir Diisi target capaian indikator SPM Nasional Diisi batas waktu target capaian nasional 33

48 BAB II Penyusunan database profil pelayanan dasar Tabel 24. Contoh profil pelayanan dasar indikator 1 SPM Bidang Lingkungan Hidup No Jenis Pelayanan Indikator SPM Definisi Operasional Rumus Capaian SPM Daerah Target SPM Nasional Batas Waktu Nasional 1 Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Diisi jenis pelayanan dasar setiap bidang Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Diisi indikator SPM Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air adalah perbandingan banyaknya jumlah usaha dan/atau kegiatan yang telah mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air terhadap jumlah keseluruhan usaha dan/ atau kegiatan yang diawasi. S S Usaha/kegiatan yg telah memenuhi persyaratan Usaha/kegiatan yg diawasi x 100% 40% 60% 80% 100% 2013 Diisi hasil perhitungan capaian indikator SPM di daerah 3 tahun terakhir Diisi target capaian indikator SPM Nasional Diisi batas waktu target capaian nasional 2 Dst Diisi definisi operasional dan rumus perhitungan capaian indikator SPM 34

49 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM BAB III TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM Pemerintah Daerah dapat menyusun rencana pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan memperhatikan kemampuan daerah. Rencana pencapaian SPM dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah dan penganggaran untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar. Oleh karena itu, rencana pencapaian SPM lebih merupakan strategi operasional dalam menerapkan SPM yang terintegrasi dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah. Tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada penjelasan Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Adapun langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM sebagai berikut: 1. Menyusun database profil pelayanan dasar; 2. Menentukan tingkat capaian SPM; 3. Menentukan target capaian SPM; 4. Menyusun program dan kegiatan pencapaian SPM. Untuk masing-masing langkah diuraikan sebagai berikut: 1. Menyusun Profil Pelayanan Dasar Langkah awal dalam penyusunan rencana pencapaian SPM adalah menyusun profil pelayanan dasar. Profil pelayanan dasar menunjukan kondisi awal yang terkini dari pencapaian pelayanan dasar di daerah. Profil pelayanan dasar ini menjadi acuan menentukan rencana pencapaian SPM di daerah. Tahapan penyusunan profil pelayanan dasar telah dijelaskan pada bab sebelumnya. 35

50 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM 2. Menentukan Tingkat Capaian SPM Tingkat Capaian SPM menjelaskan kondisi dan pencapaian SPM untuk suatu pelayanan dasar di daerah sebagai tolok ukur awal menentukan target capaian SPM. Perhitungan target capaian SPM menggunakan formula yang ditetapkan dan perbandingan dengan tartget pencapaian SPM nasional. Tingkat capaian di setiap SKPD Pengampu SPM dihitung melalui perbandingan antara capaian SPM dengan target SPM yang ditetapkan untuk tahun tertentu. Apabila capaian SPM sudah tercapai, maka pemerintah daerah berkewajiban mempertahankan dan bahkan meningkatkan tingkat capaian SPM tersebut. Apabila tingkat capaian SPM belum tercapai, maka pemerintah daerah berkewajiban memenuhi minimal sama dengan target SPM yang ditetapkan pemerintah sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Adapun cara mengitung tingkat capaian indikator SPM X misalnya, dihitung dengan rumus: Tingkat capaian X = S S X yang mampu dicapai di wilayah dan waktu tertentu X yang seharusny dicapai di wilayah dan waktu tertentu a. Contoh 1: Menghitung tingkat capaian indikator 1 SPM Bidang Kesehatan, yaitu indikator Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 dengan rumus: Jumlah ibu hamil yg memperoleh pelayanan antenatal K4 di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Persentase (%) Cakupan Kunjungan ibu Hamil K4 = x 100% Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama Misalkan jumlah ibu hamil di Kabupaten X pada tahun 2012 adalah orang, sedangkan berdasarkan data yang ada diketahui ibu hamil secara rutin memeriksakan kehamilannya dengan memenuhi persyaratan K4. Sehingga tingkat capaian indikator cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kabupaten X pada tahun 2012 adalah: x 100% = 75% 36

51 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Hasil perhitungan capaian SPM setiap tahunnya selanjutnya dituangkan dalam tabel berikut: Tabel 25. Tingkat capaian SPM Bidang Kesehatan 2 hingga 3 tahun terakhir No 1 2 Indikator SPM Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan Ibu Hamil dgn komlikasi yang ditangani Tingkat Capaian Laju (%) % 70% 75% 4% 5% 3 4 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidangan Cakupan pelayanan Ibu Nifas Dst.. b. Contoh 2: Menghitung tingkat capaian indikator 1 SPM Bidang Keluarga berencana dan keluarga sejahtera, yaitu indikator Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 tahun dengan rumus: S PUS yang usia istrinya <20 thn S PUS yang usia istrinya thn x 100% Misalkan Suatu suatu wilayah Kabupaten/Kota memiliki jumlah PUS yang usia istrinya tahun sebesar Sedangkan PUS yang usia istrinya < 20 tahun sebesar 200. Maka persentase cakupan PUS yang usia istrinya dibawah 20 tahun adalah: x 100% = 2% 37

52 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Hasil perhitungan capaian SPM setiap tahunnya selanjutnya dituangkan dalam tabel berikut: Tabel 26. Tingkat capaian SPM Bidang Keluarga berencana dan keluarga sejahtera 2 hingga 3 tahun terakhir No 1 Indikator SPM Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 th Tingkat Capaian Laju (%) % 2,5% 3% 0,5% 0,5% Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-kb tidak terpenuhi (unmet need) Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-kb Dst.. c. Contoh 3: Menghitung tingkat capaian indikator 1 SPM Bidang Sosial, yaitu indikator Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar, dengan rumus: Jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial dalam 1 tahun x 100% Jumlah PMKS skala Kab/Kota dalam 1 tahun yang seharusnya Memperoleh bantuan Misalkan Pada tahun 2010 jumlah PMKS skala kabupaten/kota yang mendapat bantuan sebanyak 750 orang, sedangkan jumlah PMKS skala kab/ kota sebanyak 2500, maka persentasenya adalah: x 100% = 30% 38

53 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Hasil perhitungan capaian SPM setiap tahunnya selanjutnya dituangkan dalam tabel berikut: Tabel 27. Tingkat capaian SPM Bidang Sosial 2 hingga 3 tahun terakhir No Indikator SPM Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya. Presentase (%) pantai sosial skala kabupaten/ kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Dst.. Tin Laju (%) % 45% 60% 15% 15% d. Contoh 4 : menghitung tingkat capaian indikator 1 SPM Bidang Perumahan Rakyat, yaitu indikator cakupan ketersediaan rumah layak huni, dengan rumus : Jml rumah layak huni di suatu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu Jumlah rumah di suatu wilayah provinsi pada kurun waktu tertentu x 100% 39

54 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Misalkan di Provinsi X pada tahun 2010 jumlah rumah layak huni sebanyak , sedangkan jumlah rumah di provinsi tersebut sebanyak , maka persentasenya adalah: x 100% = 70% Hasil perhitungan capaian SPM setiap tahunnya selanjutnya dituangkan dalam tabel berikut: No Indikator SPM Cakupan ketersediaan rumah layak huni Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau Cakupan lingkungan yg sehat dan aman yg didukung Prasarana, sarana dan Utilitas Umum (PSU) Tingkat Capaian Laju (%) Tabel 28. Tingkat capaian SPM Bidang Perumahan Rakyat 2 hingga 3 tahun terakhir % 74% 77% 4% 3% e. Contoh 5 : Menghitung tingkat capaian indikator 1 SPM Bidang Layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan, yaitu indikator : Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu, dengan rumus: S Pengaduan/Lap. yang ditindaklanjuti S Pengaduan/Lap. yang masuk x 100% 40

55 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Misalkan pada tahun 2010 jumlah laporan/pengaduan dari masyarakat dan/ atau lembaga lain sebanyak 210, sedangkan yang ditindaklanjuti sebanyak 140, maka persentasenya adalah: x 100% = 67% Hasil perhitungan capaian SPM setiap tahunnya selanjutnya dituangkan dalam tabel berikut: Tabel 29. Tingkat capaian SPM Bidang Layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan 2 hingga 3 tahun terakhir No Indikator SPM Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Layanan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A dan PPT / PKT di RS Cakupan Layanan Rehabilitasi Sosial yang Diberikan oleh Petugas Rehabi-litasi social Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di dalam Unit Pelayanan Terpadu Tingkat Capaian Laju (%) % 78% 85% 11% 7% 41

56 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 29. Tingkat capaian SPM Bidang Layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan 2 hingga 3 tahun terakhir No 4 Indikator SPM Cakupan Layanan Bimbingan Rohani yang Dierikan Oleh Petugas Bimbingan Rohani Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Dalam Unit Pelayanan Terpadu Dst.. Tingkat Capaian Laju (%) Menentukan Target Capaian SPM Langkah berikutnya dalam menyusun rencana pencapaian SPM, yaitu menentukan target capaian SPM untuk tahun selanjutnya. Penentuan target capaian SPM dihitung dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tingkat capaian SPM sebelumnya; b, Target capaian berdasarkan ketetapan peraturan menteri; c. Laju pencapaian SPM tahun terakhir; d. Analisis kemampuan pendanaan daerah; e. Potensi dan permasalahan yang dihadapi daerah. Target capaian SPM diuraikan untuk periode tahunan dan jangka menengah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan Kementerian/ Lembaga. Bagi daerah yang telah memenuhi target SPM lebih cepat dari batas waktu, maka dimungkinkan untuk menentukan target capaian indikator melebihi target yang berlaku secara nasional. Begitu pula, bagi daerah belum memenuhi target capaian target capaian SPM yang ditetapkan Kementeraian/ Lembaga, maka pemerintah daerah berkewajiban untuk meningkatkan target capaian daerah secara bertahap sampai memenuhi target capaian nasional yang ditetapkan Kementerian/Lembaga sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Perbedaan tingkat capaian tahun berjalan dengan target capaian SPM merupakan gap / kesenjangan yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah untuk tahun-tahun selanjutnya. Berikut contoh kasus-kasus penentuan proyeksi target capaian indikator SPM berdasarkan laju trend tingkat capaian SPM tiga tahun sebelumnya, antara lain; 42

57 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM 1. Dari contoh 1 (bidang kesehatan) diketahui selisih gap sebesar 95% - 75% = 20%. Selisih ini harus mampu dicapai hingga tahun 2015 mendatang dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Renstra SKPD. Mengingat indikator SPM, seperti cakupan kunjungan ibu hamil K4 bersifat dinamis atau tidak statis pada setiap tahunnya, maka untuk menentukan target di masa akan datang (misalnya 3 tahun kedepan) diperlukan informasi trend perkembangan jumlah ibu hamil di satu daerah, misalnya bertambah 0,5 % pertahun maka berdasarkan informasi itu dapat dihitung perkiraan jumlah sasaran ibu hamil sampai target waktu yang diinginkan, misalnya hingga waktu Tabel 30. Proyeksi target capaian SPM Bidang Kesehatan 2 hingga 3 tahun kedepan No. Indikator SPM Tingkat Capaian SPM Target SPM Daerah Target SPM Nasional Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 66% 70% 75% 81% 88% 95% 2. Cakupan Ibu Hamil dgn komlikasi yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidangan Cakupan pelayanan Ibu Nifas Dst.. 43

58 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM 2. Dari contoh 2 (bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera) diketahui selisih gap sebesar 3,5% - 2% = 1,5%. Selisih ini harus mampu dicapai hingga tahun 2014 mendatang dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rentra SKPD. Mengingat indikator SPM, seperti cakupan pasangan usia subur yang istrinya dibawah usia 20 tahun bersifat dinamis atau tidak statis pada setiap tahunnya, maka untuk menentukan target di masa akan datang (misalnya 3 tahun kedepan) diperlukan informasi trend perkembangan jumlah pasangan usia subur dan wanita di bawah usia 20 serta jumlah PUS yang istrinya berusia tahun di suatu daerah, misalnya bertambah 0,5 % pertahun maka berdasarkan informasi itu dapat dihitung cakupan pasangan usia subur yang istrinya berusia di bawah 20 tahun sampai target waktu yang diinginkan, misalnya hingga waktu Tabel 31. Proyeksi target capaian SPM Bidang KBKS 2 hingga 3 tahun kedepan No. Indikator SPM Tingkat Capaian SPM Target SPM Daerah Target SPM Nasional Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 th Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur menjadi Peserta KB aktif Cakupan Pasangan Usia Subur yang ingin ber-kb tidak terpe-nuhi (unmet need) Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber-kb Dst.. 2% 2,5% 3% 3,3% 3,5% 3,5% 3. Dari contoh 3 (bidang sosial) diketahui selisih gap sebesar 80% - 65% = 15%. Selisih ini harus mampu dicapai hingga tahun 2015 mendatang dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Renstra SKPD. Mengingat indikator SPM, seperti Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga bersifat dinamis atau tidak statis pada setiap tahunnya, maka untuk menentukan target di masa akan datang (misalnya 3 tahun kedepan) diperlukan informasi trend perkembangan jumlah 44

59 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), misalnya bertambah 0,5 % pertahun maka berdasarkan informasi itu dapat dihitung Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar sampai target waktu yang diinginkan, misalnya hingga waktu Tabel 32. Proyeksi target capaian SPM bidang sosial 2 hingga 3 tahun kedepan No. Indikator SPM Tingkat Capaian SPM Target SPM Daerah Target SPM Nasional Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya. Presentase (%) pantai sosial skala kabupaten/ kota yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial % 45% 60% 70% 75% 80% 45

60 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 32. Proyeksi target capaian SPM bidang sosial 2 hingga 3 tahun kedepan No. Indikator SPM Tingkat Capaian SPM Target SPM Daerah Target SPM Nasional 4. Presentase (%) wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. Dst Dari contoh 4 (bidang perumahan rakyat) diketahui selisih gap sebesar 100% - 77% = 23%. Selisih ini harus mampu dicapai hingga tahun 2025 mendatang dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rentra SKPD. Mengingat indikator SPM, seperti Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu bersifat dinamis atau tidak statis pada setiap tahunnya, maka untuk menentukan target di masa akan datang (misalnya 3 tahun kedepan) diperlukan informasi trend perkembangan jumlah rumah layak huni, misalnya bertambah 0,5 % per tahun maka berdasarkan informasi itu dapat dihitung Cakupan ketersediaan rumah layak huni sampai target waktu yang diinginkan, misalnya hingga waktu

61 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 33. Proyeksi target capaian SPM Bidang Perumahan Rakyat 2 hingga 3 tahun kedepan No. Indikator SPM Tingkat Capaian SPM Target SPM Daerah Target SPM Nasional Cakupan ketersediaan rumah layak huni Cakupan Layanan Rumah Layak Huni Yang Terjangkau Cakupan lingkungan yg sehat dan aman yg didukung Prasarana, sarana dan Utilitas Umum (PSU) % 74% 77% 79% 81% 100% 5. Dari contoh 5 (bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan) diketahui selisih gap sebesar 100% - 85% = 15%. Selisih ini harus mampu dicapai hingga tahun 2014 mendatang dan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rentra SKPD. Mengingat indikator SPM, seperti Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu bersifat dinamis atau tidak statis pada setiap tahunnya, maka untuk menentukan target di masa akan datang (misalnya 3 tahun kedepan) diperlukan informasi trend perkembangan penanganan pengaduan korban kekerasan, misalnya bertambah 0,5 % per tahun maka berdasarkan informasi itu dapat dihitung Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu sampai target waktu yang diinginkan, misalnya hingga waktu

62 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 34. Proyeksi target capaian SPM Layanan Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 2 hingga 3 tahun kedepan No. Indikator SPM Tingkat Capaian SPM Target SPM Daerah Target SPM Nasional Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Layanan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan Terlatih di Puskesmas Mampu Tatalaksana KtP/A dan PPT / PKT di RS Cakupan Layanan Rehabilitasi Sosial yang Diberikan oleh Petugas Rehabi-litasi social Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di dalam Unit Pelayanan Terpadu Cakupan Layanan Bimbingan Rohani yang Diberikan Oleh Petugas Bimbingan Rohani Terlatih Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Dalam Unit Pelayanan Terpadu Dst.. 67% 78% 85% 95% 100% 100% 48

63 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM 4. Menyusun Program dan Kegiatan Pencapaian SPM Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, dan terdiri sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan (output) dalam bentuk barang/jasa. Pencapaian target capaian SPM dilakukan melalui serangkaian program dan kegiatan terkait percepatan pencapaian SPM. Perumusan program dan kegiatan untuk pencapaian SPM tahun yang direncanakan berdasarkan tingkat urgensi dan relevansi untuk memecahkan isu-isu penting terkait pelayanan dasar di daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan daerah. Berkaitan dengan penyusunan program dan kegiatan pencapaian SPM, beberapa SPM yang memiliki pedoman teknis sudah mengidentifikasi rangkaian kegiatan yang perlu dilakukan untuk pencapaian SPM. Sedangkan bagi SPM yang belum teridentifikasi rangkaian kegiatannya untuk pencapaian SPM, terlebih dahulu perlu dirumuskan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi daerah. Langkah-langkah penyusunan program dan rangkaian kegiatan, yaitu: a. Mengidentifikasi program dan kegiatan pencapaian SPM yang tertuang dalam Pedoman Teknis SPM; b. Menentukan nomenklatur program bagi rangkaian program dan kegiatan yang sudah ditetapkan; c. Bagi SPM yang berlum teridentifikasi rangkaian kegiatan pencapaian SPM, perlu merumuskan kegiatan-kegiatan pencapaian SPM berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Untuk masing-masing langkah diuraikan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi program dan kegiatan pencapaian SPM yang tertuang dalam Pedoman Teknis SPM Bagi indikator SPM yang sudah memiliki pedoman teknis, dilakukan identifikasi rangkaian kegiatan untuk masing-masing indikator SPM dalam petunjuk teknis yang ditetapkan Kementerian/Lembaga, seperti untuk contoh SPM dimana rangkaian kegiatan sudah tertuang dalam petunjuk teknis tersaji pada Tabel

64 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM b. Menentukan nomenklatur program bagi rangkaian program dan kegiatan yang sudah ditetapkan, seperti tersaji pada Tabel 36. Bagi SPM yang berlum teridentifikasi rangkaian kegiatan pencapaian SPM, terlebih dahulu perlu dirumuskan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan berdasarkan kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Perumusan dan kegiatan dapat menggunakan alat bantu yang memudahkan, seperti problem tree analysis, fish bond, logical model dan lain-lain. c. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dicari solusi/pemecahan masalahnya dan dirumuskan dalam indikasi program dan kegiatan tahunan. Berikut ini beberapa contoh permasalahan program dan kegiatan pencapaian SPM dan indikasi program dan kegiatan pencapaian SPM sebagai solusi mengatasi permasalahannya, seperti tersaji pada Tabel 37. Rencana pencapaian dan penerapan SPM di daerah pada dasarnya dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan dan potensi daerah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengukur kemampuan dan potensi daerah meliputi: a. Kondisi kepegawaian SKPD yang melaksanakan SPM; b. Kondisi kelembagaan SKPD pelaksana SPM; c. Kebijakan yang diambil Pemerintah Daerah dalam mendukung pelaksanaan SPM; d. Kondisi sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan SPM; e. Kondisi keuangan daerah; f. Kondisi sumberdaya alam, dan g. Partisipasi swasta/masyarakat dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan dalam mendapai target dan batas waktu pencapaian indikator SPM. Semakin baik kemampuan dan potensi daerah, semakin mampu daerah dimaksud dalam mencapai target dan batas waktu pencapaian indikator SPM nasional yang ditetapkan Kementerian/Lembaga. 50

65 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 35. Contoh program/ kegiatan berbasis indikator SPM No. Bidang SPM Indikator SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 1. Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 1. Pengadaan buku KIA (dgn striker P4K) 2. Pendataan Bumil 3. Pelayanan antenatal sesuai standar 4. Kunjungan rumah bagi yang droo-out 5. Pembuatan kantong persalinan 6. Pelatihan KIP/konseling 7. Pencatatan dan pelaporan 8. Supervisi, monitoring dan evaluasi 2. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 th 1. Penyusunan rencana kegiatan pendewasaan usia perkawinan 2. Penyusunan analisis remaja, kemampuan, kondisi dan potensi wilayah 3. Pengembangan dan produksi materi dan media KIE KRR 4. Orientasi pengelola KIE KRR 5. Latihan petugas KIE KRR 6. Pelatihan kader pengelolaan PIK Remaja KRR 7. Pelayanan KIE KRR 8. Pembentukan PIK Remaja KRR 9. Kegiatan PIK Remaja KRR 51

66 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 35. Contoh program/ kegiatan berbasis indikator SPM No. Bidang SPM Indikator SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 3. Sosial Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar 1. Pendataan PMKS 2. Pengolahan data 3. Analisis data 4. Penyusunan laporan 4. Perumahan Rakyat Cakupan ketersediaan rumah layak huni 1. Menjalin kerjasama dengan instansi lain seperti kantor BPS kabupaten/ kota, koperasi pengembang dan perbankan 2. Melakukan pelatihan kepada para staf di dinas perumahan atau dinas yg menangani perumahan 3. Sosialisasi kepada masyarakat maupun stakeholders terkait 4. Pengumpulan, pengolahan, dan analisa data khususnya data harga rumah layak huni dan besaran penghasilan rumah tangga. 5. Sasilitasi rumah layak huni dan terjangkau kepada masyarakat berpenghasilan rendah sesuai peraturan perundangan-undangan 6. Monitoring dan supervisi pelaksanaan fasiliasi kepada masyarakat minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran 7. Evaluasi kegiatan minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran 8. Pencatatan dan pelaporan minimal 2 laporan dalam satu tahun anggaran 52

67 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 35. Contoh program/ kegiatan berbasis indikator SPM No. Bidang SPM Indikator SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 5. Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu 1. Pengadaan formulir untuk menunjang proses pengaduan oleh masyarakat 2. Pengadaan sarana dan prasarana 3. Honorarium petugas dan tranport pendampingan korban kekerasan 4. Sosialisasi lembaga layanan ke masyarakat 5. Koordinasi dan evaluasi penanganan perkara kekerasan terhadap perempuan dan anak ditingkat kabupaten/kota 6. Lingkungan Hudup Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran aird 1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar dan kelengkapan persyaratan administratif: a. Mendata semua jenis usaha dan/atau kegiatan (industri, hotel,rumah sakit, rumah makan, dan permukiman/perumahan). b. Mengindentifikasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari air. c. Memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan administratif jenis usaha dan/atau kegiatan. 53

68 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 35. Contoh program/ kegiatan berbasis indikator SPM No. Bidang SPM Indikator SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 2. Menentukan prioritas jenis usaha dan/atau kegiatan yang akan dipantau dan diawasi berdasarkan hasil identifikasi persyaratan teknis (paling sedikit 5 (lima) usaha dan/atau kegiatan dan masingmasing jenis diambil paling sedikit satu contoh air limbahnya dalam satu tahun). Parameter yang diperiksa dan dianalisis datanya merupakan parameter kunci dari masing-masing jenis usaha dan/ atau kegiatan. 3. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang diprioritaskan sebagaimana dimaksud pada angka 2 yang diambil contoh air limbahnya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Parameter yang diperiksa dan dianalisis merupakan parameter kunci dari masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan, yang meliputi: a. Kegiatan domestik, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, yang meliputi: ph, BOD, TSS, minyak dan lemak. b. Kegiatan domestik, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, yang meliputi: ph, BOD, TSS, minyak dan lemak. 54

69 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 35. Contoh program/ kegiatan berbasis indikator SPM No. Bidang SPM Indikator SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis c. Kegiatan hotel, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 52/ MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel, yang meliputi: BOD, COD, TSS, ph. d. Kegiatan Rumah Sakit, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58/MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, yang meliputi: BOD, COD, TSS, ph. e. Kegiatan Industri, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/ MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair BagiKegiatan Industri. 4. Menyampaikan laporan hasil pemantauan usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air. 5. Menyampaikan informasi status penaatan usaha dan/atau kegiatan (taat atau tidak taat). 7. Dst.. 55

70 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis Program Kegiatan dalam Permendagri 13/ Kesehatan 1. Pengadaan buku KIA (dgn striker P4K) 2. Pendataan Bumil 3. Pelayanan antenatal sesuai standar 4. Kunjungan rumah bagi yang droo-out 5. Pembuatan kantong persalinan 6. Pelatihan KIP/konseling 7. Pencatatan dan pelaporan 8. Supervisi, monitoring dan evaluasi xx Program Peningkatan Keselamatan Ibu Meelahirkan dan Anak xx Perawatan Berkala bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu Masukan langkah-langkah kegiatan indikator SPM ini di dalam program dan kegiatan ini: Pengadaan buku KIA, pendataan bumil, dst. Perlu dilihat apakah semua kegiatan yang ada dalam juknis dimasukan atau tidak sangat tergantung pada jenis kegiatan, misalnya untuk kegiatan yang tidak berulang setiap tahunnya tidak perlu dimasukan di tahun berikutnya 56

71 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 2. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 1. Penyusunan rencana kegiatan pendewasaan usia perkawinan 2. Penyusunan analisis remaja, kemampuan, kondisi dan potensi wilayah 3. Pengembangan dan produksi materi dan media KIE KRR 4. Orientasi pengelola KIE KRR 5. Latihan petugas KIE KRR 6. Pelatihan kader pengelolaan PIK Remaja KRR 7. Pelayanan KIE KRR 8. Pembentukan PIK Remaja KRR Program Kegiatan dalam Permendagri 13/ xx.15 Program Keluarga Berencana 12.xx Penyediaan pelayanan KB bagi keluarga miskin 12.xx Pelayanan KIE 12.xx.16 Program Kesehatan Reproduksi Remaja 12.xx Advokasi dari KIE tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) 12.xx Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat 12.xx.20 Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR 12.xx Pendirian pusat informasi dan konseling KRR 12.xx Fasilitasi forum pelayanan KRR bagi kelompok remaja dan kelompok sebaya diluar sekolah Masukan langkah-langkah kegiatan indikator SPM ini di dalam program dan kegiatan ini: Penyusunan rencana kegiatan pendewasaan usia perkawinan, orientasi pengelola KIE KRR, dst. Perlu dilihat apakah semua kegiatan yang ada dalam juknis dimasukan atau tidak sangat tergantung pada jenis kegiatan, misalnya untuk kegiatan yang tidak berulang setiap tahunnya tidak perlu dimasukan di tahun berikutnya 57

72 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis Program Kegiatan dalam Permendagri 13/ Sosial 1. Pendataan PMKS 2. Pengolahan data 3. Analisis data 4. Penyusunan laporan 13.xx Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil(KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya. 13.xx Peningkatan Kemampuan (Capacity Building) petugas dan pendamping sosial pemberdayaan fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya Masukan langkah-langkah kegiatan indikator SPM ini di dalam program dan kegiatan ini: Pendataan PMKS, Pengolahan data, Analisis data dan Penyusunan laporan Perlu dilihat apakah semua kegiatan yang ada dalam juknis dimasukan atau tidak sangat tergantung pada jenis kegiatan, misalnya untuk kegiatan yang tidak berulang setiap tahunnya tidak perlu dimasukan di tahun berikutnya 58

73 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 4. Perumahan Rakyat 1. Menjalin kerjasama dengan instansi lain seperti kantor BPS kabupaten/ kota, koperasi pengembang dan perbankan 2. Pelatihan kepada para staf di dinas perumahan atau dinas yg menangani perumahan 3. Sosialisasi kepada masyarakat maupun stakeholders terkait 4. Pengumpulan, pengolahan, dan analisa data khususnya data harga rumah layak huni dan besaran penghasilan rumah tangga. 5. Fasilitasi rumah layak huni dan terjangkau kepada masyarakat berpenghasilan rendah sesuai peraturan perundangan-undangan 6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan fasiliasi kepada masyarakat minimal 2 kali dalam satu tahun anggaran 7. Pencatatan dan pelaporan minimal 2 laporan dalam satu tahun anggaran Program Kegiatan dalam Permendagri 13/ xx Program Koordinasi Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan. 04.xx Sosialiasi Peratuaran Perundang-undangan dibidang perumahan 04.xx Koordinasi Pengembangan Perumahan dengan Lembaga/ Badan Usaha 04.xx Fasilitasi dan simulasi pembangunan perumahan masyarakat kurang mampu 04.xx Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana 04.xx Monitoring, evaluasi dan pelaporan Masukan langkah-langkah kegiatan indikator SPM ini di dalam program dan kegiatan ini: Membangun kerjasama; Pelatihan dan Sosialisasi; Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis data; Fasilitasi Rumah Layak Huni; monitoring-evaluasi dan Pelaporan Perlu dilihat apakah semua kegiatan yang ada dalam juknis dimasukan atau tidak sangat tergantung pada jenis kegiatan, misalnya untuk kegiatan yang tidak berulang setiap tahunnya tidak perlu dimasukan di tahun berikutnya 59

74 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 5. Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan 1. Pengadaan formulir untuk menunjang proses pengaduan oleh masyarakat 2. Pengadaan sarana dan prasarana 3. Honorarium petugas dan tranport pendampingan korban kekerasan 4. Sosialisasi lembaga layanan ke masyarakat 5. Koordinasi dan evaluasi penanganan perkara kekerasan terhadap perempuan dan anak ditingkat kabupaten/kota Program Kegiatan dalam Permendagri 13/ xx.17 Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan 11.xx Penyusunan sistem perlindungan bagi perempuan 11.xx Sosialiasi sistem pencatatan dan pelaporan KDRT 11.xx Fasiltasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan Masukan langkah-langkah kegiatan indikator SPM ini di dalam program dan kegiatan ini: Pengadaan formulir untuk menunjang proses pengaduan oleh masyarakat, pengadaan sarpras, dst. Perlu dilihat apakah semua kegiatan yang ada dalam juknis dimasukan atau tidak sangat tergantung pada jenis kegiatan, misalnya untuk kegiatan yang tidak berulang setiap tahunnya tidak perlu dimasukan di tahun berikutnya 60

75 BAB IV Perhitungan penganggaran pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 6. Lingkungan Hudup 1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar dan kelengkapan persyaratan administratif: a. Mendata semua jenis usaha dan/ atau kegiatan (industri, hotel,rumah sakit, rumah makan, dan permukiman/ perumahan) b. Mengindentifikasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari air. c. Memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan administratif jenis usaha dan/ atau kegiatan. Program Kegiatan dalam Permendagri 13/ xx.16 Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup 08.xx Pemantauan Kualitas Lingkungan 08.xx Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup 08.xx Pengkajian dampak lingkungan 08.xx Monitoring, evaluasi dan pelaporan Masukan langkah-langkah kegiatan indikator SPM ini di dalam program dan kegiatan ini: Melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar dan kelengkapan persyaratan administrasi, dst. Perlu dilihat apakah semua kegiatan yang ada dalam juknis dimasukan atau tidak sangat tergantung pada jenis kegiatan, misalnya untuk kegiatan yang tidak berulang setiap tahunnya tidak perlu dimasukan di tahun berikutnya 61

76 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis 2. Menentukan prioritas jenis usaha dan/ atau kegiatan yang akan dipantau dan diawasi berdasarkan hasil identifikasi persyaratan teknis (paling sedikit 5 (lima) usaha dan/atau kegiatan dan masingmasing jenis diambil paling sedikit satu contoh air limbahnya dalam satu tahun). Parameter yang diperiksa dan dianalisis datanya merupakan parameter kunci dari masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan. 3. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang diprioritaskan sebagaimana dimaksud pada angka 2 yang diambil contoh air limbahnya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Parameter yang diperiksa dan dianalisis merupakan parameter kunci dari masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan, yang meliputi: Program Kegiatan dalam Permendagri 13/

77 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis a. Kegiatan domestik, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, yang meliputi: ph, BOD, TSS, minyak dan lemak. b. Kegiatan hotel, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 52/MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel, yang meliputi: BOD, COD, TSS, ph. c. Kegiatan Rumah Sakit, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58/MENLH/XII/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, yang meliputi: BOD, COD, TSS, ph. Program Kegiatan dalam Permendagri 13/

78 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 36. Contoh penetapan nomenklatur program/ kegiatan SPM No. Bidang SPM Rangkaian Kegiatan berdasarkan Petunjuk Teknis d. Kegiatan Industri, parameter yang diperiksa dan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair BagiKegiatan Industri. 4. Menyampaikan laporan hasil pemantauan usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air.z 5. Menyampaikan informasi status penaatan usaha dan/atau kegiatan (taat atau tidak taat). 7. Dst.. Program Kegiatan dalam Permendagri 13/

79 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 37. Indikasi rencana program/kegiatan SPM tahunan No Bidang SPM Indikator SPM KBKS Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan Pasangan Usia Subur yang isterinya dibawah usia 20 tahun. Faktor Ketidakberhasilan Solusi Kegiatan/Indikasi Program Pendataan ibu hamil kurang akurat dan ketinggalan Fasilitas pendukung kegiatan K4 penyebarannya tidak merata Pendataan ibu hamil Pembangunan fasilitas pendukung kegiatan K4 di lokasi-lokasi tertentu Jumlah tenaga kesehatan terbatas Penempatan tenaga kesehatan di daerah tertentu Tenaga kesehatan tersedia, tetapi tidak ramah dan tidak terampil Masyarakat masih kurang paham tentang pentingnya melakukan pemeriksaan ketika hamil; Ibu hamil merasa tidak ada perbedaan penting apakah memeriksakan kehamilan atau tidak; Suami kurang mendukung keharusan ibu hamil untuk memeriksakan diri; Rendahnya pemahaman akan pentingnya Keluarga Berencana khususnya untuk keluarga miskin Kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada kalangan remaja Pelatihan teknis keperawatan bagi tenaga kesehatan Penyuluhan kepada ibu hamil dan Suami Penyediaan pelayanan KB bagi keluarga miskin Program Kesehatan Reproduksi Remaja Advokasi dari KIE tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) Tidak adanya pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (KRR); Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR 12.xx Pendirian pusat informasi dan konseling KRR 12.xx Fasilitasi forum pelayanan KRR bagi kelompok remaja dan kelompok sebaya diluar sekolah 65

80 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 37. Indikasi rencana program/kegiatan SPM tahunan No Bidang SPM Indikator SPM Faktor Ketidakberhasilan Solusi Kegiatan/Indikasi Program Stigma menikah di usia dibawah 20 tahun yang masih kuat di beberapa wilayah tertentu Kegiatan pendewasaan usia perkawinan di beberapa wilayah tertentu Tenaga penyuluh keluarga berencana dan keluarga sejahtera tersedia, tetapi kurang terampil Orientasi pengelola KIE KRR 3. Sosial Persentase (%) PMKS skala kab/ kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Pendataan PMKS kurang akurat dan ketinggalan Fasilitas pendukung kegiatan pemberianbantuan kepada PMKS penyebarannya tidak merata Pendataan PMKS Pembangunan fasilitas pendukung kegiatan pemberian bantuan PMKS di lokasi-lokasi tertentu Jumlah tenaga Sosial terbatas Penempatan tenaga Sosial di daerah tertentu Tenaga Sosial tersedia, tetapi tidak ramah dan tidak terampil Pelatihan teknis pendataan bagi tenaga Sosial 66

81 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 37. Indikasi rencana program/kegiatan SPM tahunan No Bidang SPM Indikator SPM Faktor Ketidakberhasilan Solusi Kegiatan/Indikasi Program 4. Perumahan Rakyat Cakupan ketersediaan rumah layak huni Belum optimal kerjasama dengan instansi lain dan stakeholder terkait perumahan rakyat Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat maupun stakeholders terkait Sosialisasi dan menjalin kerjasama dan kemitraan dengan instansi lain dan stakeholder terkait perumahan rakyat Staf di dinas perumahan atau dinas yg menangani perumahan belum terampil Pelatihan Staf di dinas perumahan atau dinas yg menangani perumahan belum terampil Pendataan harga rumah layak huni dan besaran penghasilan rumah tangga masih belum akurat dan ter-update Penempatan tenaga Sosial di daerah tertentu Masih kurang dan terbatas rumah layak huni dan terjangkau kepada masyarakat berpenghasilan rendah Pembangunan fasilitas rumah layak huni dan terjangkau kepada masyarakat berpenghasilan rendah Monitoring dan evaluasi pelaksanaan fasiliasi kepada masyarakat belum berjala optimal Monitoring dan evaluasi pelaksanaan fasiliasi kepada masyarakat 5. Layanan Terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan oleh Petugas Terlatih di dalam Unit Pelayanan Terpadu Proses administrasi pelayanan pengaduan kekerasan terhambat Kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya pengaduan tindak kekerasan serta keberadaan pusat/lembaga layanan ; Kurangnya koordinasi penanganan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak di tingkat kabupaten/kota Pengadaan formulir untuk menunjang proses pengaduan oleh masyarakat Fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan. Sosialisasi lembaga layanan ke masyarakat Sosialisasi pencatatan dan pelaporan tindak kekerasan. Koordinasi dan evaluasi penanganan perkara kekerasan terhadap perempuan dan anak ditingkat kabupaten/ kota 67

82 BAB III Tahapan Penyusunan Rencana Pencapaian SPM Tabel 37. Indikasi rencana program/kegiatan SPM tahunan No Bidang SPM Indikator SPM Dst... Lingkungan Hidup Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air Faktor Ketidakberhasilan Solusi Kegiatan/Indikasi Program Pemilik usaha tidak mengumumkan rencana kegiatannya; Kurangnya pemahaman pemilik usaha terhadap dampak lingkungan hidup; Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pengaduan atas dampak yang ditimbulkan dari pencemaran Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup dan Pemantauan kualitas lingkungan Koordinasi penyusunan AMDAL, memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup termasuk memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan 68

83 BAB IV Perhitungan penganggaran pencapaian SPM BAB IV PERHITUNGAN PENGANGGARAN PENCAPAIAN SPM Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan target dan waktu pencapaian indikator SPM adalah seberapa besar anggaran atau biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam mencapai target SPM yang telah ditetapkan. Setiap indikator pencapaian SPM dilengkapi dengan definisi, pengertian dan langkah-langkah kegiatan. Beberapa Kementerian telah menetapkan indikator SPM Provinsi maupun Kabupaten/Kota serta menetapkan Petunjuk Teknis Perencanaan biaya SPM. Masing-masing langkah kegiatan disusun rincian kegiatan dilengkapi cara perhitungan volume kegiatan dikalikan dengan unit-cost berdasarkan standar biaya umum (SBU) yang ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota. Prinsip perhitungan biaya SPM di daerah dilakukan sebagai berikut: a. Menghitung biaya operasional kegiatan dan biaya investasi yang mutlak dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan; b. Setiap langkah kegiatan untuk mencapai indikator SPM dihitung volumenya dan dikalikan dengan unit-cost setempat; c. Menghitung seluruh paket kegiatan atau rincian langkah kegiatan; d. Menghitung seluruh target capaian, baik yang memanfaatkan sumberdaya pemerintah maupun non-pemerintah; e. Menghitung biaya SPM dengan tidak memasukkan investasi besar yang tidak memiliki kaitan langsung dengan kegiatan pelayanan. 69

84 BAB IV Perhitungan penganggaran pencapaian SPM 1. Perhitungan Kebutuhan Penganggaran Pencapaian SPM Perhitungan kebutuhan penganggaran pencapaian SPM dapat dilakukan sebagai berikut: a. Perhitungan penganggaran SPM berdasarkan juknis perencanaan penganggaran SPM yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga. Dalam mendukung percepatan penerapan SPM, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian telah menyusun dan menetapkan petunjuk teknis perencanaan penganggaran pencapaian SPM. SKPD dalam menghitung penganggaran kegiatan pencapaian SPM disesuaikan dengan perkiraan kemampuan keuangan daerah serta memproyeksikan tingkat pencapaian SPM dan menghitung biayanya. Dalam melaksanakan perhitungan penganggaran kegiatan pencapaian indikator SPM dilakukan dengan pendekatan perhitungan per kegiatan berdasarkan biaya langsung. Perhitungan volume kegiatan dilakukan dengan mengacu pada target c paian yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi daerah, terutama berkaitan dengan kondisi kepegawaian SKPD yang melaksanakan SPM, kondisi kelembagaan SKPD pelaksana SPM, kondisi sarana dan prasarana pendukung pelaksana SPM, kondisi keuangan daerah dan lainnya. Adapun perhitungan penganggaran kegiatan penerapan 15 bidang SPM disediakan template perhitungan anggaran di masing-masing indikator yang tercantum pada lampiran. Berikut contoh standar biaya untuk kegiatan pencapaian SPM disajikan pada Tabel

85 BAB IV Perhitungan penganggaran pencapaian SPM Tabel 38. Contoh standar anggaran biaya kegiatan penerapan dan pencapaian SPM Penganggaran Kabupaten/Kota... Tahun... Lembaga Pelaksana/Koordinasi : Dinas Kesehatan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Indikator Kegiatan Sub Kegiatan Rincian Kegiatan (jenis belanja) Unit Cost Pendataan Ibu hamil Transport Petugas Transport petugas (dilakukan di sarkes) A.Jumlah Ibu hamil orang Formulir B. Harga formulir kunjungan Ibu hamil Rp C. Selembar form untuk 15 Ibu hamil lembar Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4 Pelayanan antenatal sesuai standar Transport Petugas Transport petugas (dilakukan di sarkes) Tablet Fe A. Cakupan 90 tablet Fe Ibu hamil orang B. Tablet Fe tablet C. Jumlah paket Fe 90 tablet paket D. Nilai per paket Fe Kunjungan rumah bagi yang drop out (DO) Dst... Transport Petugas A. Cakupan ANC kunjungan rumah bumil (DO 9%) bumil B. Frek. Kunjungan rmh bumil per periode kehamilan (do) DO C. Transport per petugas polindes/bidan Rp D. Satu kali transport mencakup 10 bumil bumil/1 kali Volume (Rumus) (A/15)*(B*C) C*D (A/10)*(B*C) Nilai 71

86 BAB IV Perhitungan penganggaran pencapaian SPM 72 Cara pengisian kolom sebagai berikut: 1. Kolom indikator : diisi dengan indikator pelayanan yang dikutip dari SPM bidang. 2. Kolom kegiatan dan sub kegiatan : diisi bentuk-bentuk kegiatan dan sub kegiatan yang akan dilakukan untuk menunjang terlaksananya indikator SPM. Bentuk-bentuk kegiatan ini bisa berbeda antar penyedia layanan meskipun dalam satu layanan, meskipun tetap saling menunjang. Kegiatan yang diisikan disini adalah kegiatan dalam indikator SPM yang sudah sinkron dengan kegiatan dalam APBD. 3. Kolom rincian kegiatan untuk merealisasikan sub-sub kegiatan dibutuhkan anggaran operasionalisasi. Dalam contoh anggaran biaya ini besaran subyek penganggaran akan berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya. 4. Total biaya merupakan penghitungan perkalian antara unsur-unsur dalam jenis belanja sehingga ditemukan total biaya yang akan dikeluarkan. 5. Nilai : diisi dengan nilai /total biaya Apabila memerlukan keterangan dan tambahan informasi di sub-kegiatan, maka dapat ditambahkan dalam kolom ini. b. Perhitungan penganggaran SPM berdasarkan Analisis Standar Belanja. Upaya menghitung kebutuhan anggaran untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam pencapaian target indikator SPM akan mudah dilakukan, apabila Pemerintah Daerah telah menyusun Analisis Standar Belanja (ABS) untuk jenis kegiatan atau biaya rata-rata per output kegiatan untuk tahun anggaran dimaksud. ABS merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang dialokasikan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dengan adanya ABS akan memudahkan Pemerintah Daerah dan SKPD dalam menilai kewajaran biaya untuk melaksanakan jenis kegiatan tertentu jika output atau beban kerja telah ditentukan terlebih dahulu. Rumusan ABS dikembangkan sendiri-sendiri oleh daerah, mengingat standar satuan harga yang menjadi titik tolak dalam formula ABS juga berbeda di masing-masing daerah. Selain itu, ada kemungkinan perbedaan dalam kebijakan penyusunan anggaran di setiap daerah dan perbedaan kondisi geografis antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. ABS merupakan perkiraan batas tertinggi kewajaran anggaran untuk melaksanakan jenis kegiatan tertentu sesuai dengan beban kerja yang diperlukan atau output yang dihasilkan dari satu kegiatan tertentu. Semakin lengkap data ABS yang dikembangkan di satu daerah akan semakin memudahkan penyusunan anggaran bagi Pemerintah Daerah dan SKPD dalam memperkirakan kebutuhan anggaran setiap jenis kegiatan yang direncanakan dalam rangka pencapaian target indicator dan batas waktu SPM tertentu yang telah ditetapkan.

87 BAB IV Perhitungan penganggaran pencapaian SPM 2. Perumusan Kebutuhan Penganggaran Tahunan Berdasarkan perhitungan kebutuhan penganggaran untuk setiap kegiatan pencapaian SPM dilakukan perhitungan dan kompilasi kebutuhan anggaran per tahun sesuai dengan target capaian SPM yang ditentukan. Dalam pelaksanaan pencapaian target SPM, maka SKPD sesuai dengan tugas dan fungsinya menyusun rencana program dan kegiatan pembangunan daerah termasuk program dan kegiatan pencapaian SPM. Pelaksanaan pencapaian target SPM dilakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan kondisi daerah, terutama berkaitan dengan kondisi kepegawaian SKPD yang melaksanakan SPM, kondisi kelembagaan SKPD pelaksana SPM, kondisi sarana dan prasarana pendukung pelaksana SPM, kondisi keuangan daerah dan lainnya. Untuk menentukan kebutuhan penganggaran 2 hingga 3 tahun dapat dilakukan perhitungan proyeksi. Proyeksi kebutuhan penganggaran kegiatan pencapaian SPM pada 2 hingga 3 tahun kedepan dilakukan dengan mengacu trend/kecenderungan penganggaran kegiatan pencapaian SPM pada tahuntahun sebelumnya. Proyeksi perhitungan kebutuhan biaya dalam pemenuhan setiap target SPM selanjutnya perlu dituangkan dalam dokumen perencanaan daerah. Contoh proyeksi perhitungan kebutuhan biaya pencapaian SPM tahunan disajikan pada tabel berikut: Tabel 39. Contoh proyeksi kebutuhan biaya kegiatan pencapaian SPM Bidang Kesehatan No Indikator SPM Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan Ibu Hamil dgn komlikasi yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidangan Cakupan pelayanan Ibu Nifas Dst.. Target SPM Nasional % Batas waktu Nasional Tingkat Capaian SPM Kebutuhan biaya % % 88% 95%. 73

88 BAB V Bahan Diskusi BAB V BAHAN DISKUSI Dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta dalam penyiapan dan pengolahan database profil pelayanan dasar, rencana penganggaran pencapaian SPM, maka dilakukan praktek langsung kapada peserta pelatihan. Melalui kegiatan praktek langsung ini diharapkan peserta dapat: 1. Mengisi database profil pelayanan dasar; 2. Mengolah dan menyusun database profil pelayanan dasar; 3. Menentukan proyeksi target capaian indikator SPM; 4. Menyusun program dan kegiatan penerapan dan pencapaian SPM; 5. Menghitung penganggaran program dan kegiatan penerapan dan pencapaian SPM. Untuk memudahkan praktek langsung ini disediakan instrumen dan template format database indikator SPM, profil pelayanan dasar dan perhitungan penganggaran pencapaian SPM untuk setiap bidang. 74

89 BAB VI Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan atas modul penyusunan database profil pelayanan dasar, rencana dan penganggaran pencapaian SPM sebagai berikut : 1. Dalam rangka mendorong percepatan penerapan dan pencapaian SPM, pemerintah daerah perlu menyusun rencana pencapaian SPM; 2. Pemerintah daerah dalam menyusun rencana pencapaian SPM perlu menyusun database profil pelayanan dasar, target pencapaian SPM dan perhitungan penganggaran pencapaian SPM; 3. Penyiapan database profil pelayanan dasar untuk memudahkan pengolahan data SPM secara cepat dan akurat. Database profil pelayanan dasar dibangun berdasarkan indikator-indikator SPM yang tertuang dalam petunjuk teknis SPM yang ditetapkan oleh Kementerian/ Lembaga; 4. Pemerintah daerah dalam menyusun rencana pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan mempertimbangkan kemampuan daerah; 5. Penyusunan rencana pencapaian SPM terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) menyusun database profil pelayanan dasar, (2) menentukan target capaian SPM, (3) menyusun program dan kegiatan pencapaian SPM, dan (4) penganggaran program dan kegiatan pencapaian SPM; 6. Anggaran/biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program dan kegiatan pencapaian SPM merupakan salah satu faktor penentu target dan batas waktu pencapaian SPM; 7. Perhitungan penganggaran pencapaian SPM mengacu pada target capaian yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi daerah, terutama berkaitan dengan kondisi kepegawaian SKPD yang melaksanakan SPM, kondisi kelembagaan SKPD pelaksana SPM, kondisi sarana dan prasarana pendukung pelaksana SPM dan kondisi keuangan daerah. 75

90 BAB VII Penutup BAB VII PENUTUP Modul penyusunan database profil pelayanan dasar, rencana dan penganggaran pencapaian SPM dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan aparatur pemerintah di daerah dalam menyusun rencana pencapaian SPM. Beberapa langkah penting yang perlu dilakukan untuk menyusun rencana pencapaian SPM, sebagai berikut: 1. Pemerintah Daerah dapat menyiapkan database profil pelayanan dasar. 2. Pemerintah Daerah dalam menetapkan rencana target capaian SPM secara bertahap dengan memperhatikan kemampuan daerah dan mengacu pada target dan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan Kementerian/Lembaga. 3. Komitmen pemerintah daerah untuk memprioritaskan dan menjamin penganggaran pelaksanaan program dan kegiatan dalam penerapan dan pencapaian SPM. Dengan memahami isi dan substansi dari modul ini, Kementerian Dalam Negeri berharap agar modul ini dapat memberi manfaat secara optimal bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, terutama sebagai salah satu guidence (arahan) guna mendukung percepatan penerapan dan pencapaian SPM. 76

91

92

MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MODUL 2 PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL MODUL 2 Percepatan

Lebih terperinci

Juknis Operasional SPM

Juknis Operasional SPM DIREKTORAT JENDERAL OTONOMI DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI Juknis Operasional SPM 1. KESEHATAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI KABUPATEN : Jawa Timur : Tulungagung KEMENTERIAN KESEHATAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Lebih terperinci

MODUL 1 PEMAHAMAN UMUM KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

MODUL 1 PEMAHAMAN UMUM KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL MODUL 1 PEMAHAMAN UMUM KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MODUL 1 PEMAHAMAN UMUM KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL MODUL 1 Pemahaman Umum Kebijakan Standar

Lebih terperinci

MODUL 3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

MODUL 3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL MODUL 3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MODUL 3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI PERCEPATAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 15 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN

BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN Deskripsi : Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, di mulai pada pemahaman hirarkhi peraturan perundang-undangan di Indonesia menurut UU Nomor 32

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015 PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN Dinas Kesehatan PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2013 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Dinas Kesehatan PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG SEMESTER 1 TAHUN 2015 Berdasarkan PERMENKES RI No. 741/MENKES/PER/VII/2008 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL A. BIDANG PENDIDIKAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 472 TAHUN 2011 TANGGAL 1-8 - 2011 STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN DASAR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT NO JENIS PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dikatakan bahwa Kesehatan merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya

Lebih terperinci

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN EVALUASI PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN (Perbaikan SK Menkes) Dr Siti Noor Zaenab,M.Kes Dinas Kab. Bantul DASAR HUKUM UU No 32 /2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014 1 BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN REVISI CAPAIAN INDIKATOR 2011-2016 TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN NO 2010 2011 2013 2014 2015 2016 2013 PEMBILANG PENYEBUT 2014 PEMBILANG PENYEBUT % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 10 11 12 13

Lebih terperinci

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, seperti yang diuraikan dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS KESEHATAN Jl. Pangeran Moehamad Amin Komplek Perkantoran Pemkab Musi Rawas Telp. 0733-4540076 Fax 0733-4540077 MUARA BELITI KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100. Berdasarkan uraian mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah selama periode 2011-2015, maka telah ditetapkan target agregat untuk

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 90 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 90 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 90 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 90 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % ton/ha pertanian,perkebunan dan

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % ton/ha pertanian,perkebunan dan Lampiran PK Kabupaten : Musi Banyuasin FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % 1.1.1 Meningkatnya hasil produksi 1 Produktivitas tanaman pangan (padi)

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KOTA MADIUN

BAB II PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KOTA MADIUN BAB II PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL KOTA MADIUN A. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA a. Jenis Pelayanan Dasar Jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh Satuan Kerja

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129 / HUK / 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 12 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 53 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS SUSUKAN Jl.KH Umar Imam Puro No.96 Telp ( 0298 ) 615066 Susukan 50777 Email : pkmsusukan_kabsmg @yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSAT KESEHATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

Akses dan Pelayanan Prima Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat

Akses dan Pelayanan Prima Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Akses dan Pelayanan Prima Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Oleh Arsad Rahim Ali (Fungsional Epidemiologi Kesehatan Ahli Dinkes Polman) Abstrak Tulisan dengan judul Akses dan

Lebih terperinci

D I N A S K E S E H A T A N

D I N A S K E S E H A T A N PEMERINTAH KOTA BANJAR D I N A S K E S E H A T A N Jln Kapten Jamhur No. 41 Telp/Fax ( 0265 ) 745395 Banjar 46321 KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA BANJAR Nomor : 800/ -Dinkes TENTANG PENETAPAN INDIKATOR

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

STANDAR PELAYANAN MINIMAL MATERI INTI 2 POKOK BAHASAN 5: STANDAR PELAYANAN MINIMAL Prinsip standar pelayanan minimal (SPM) merupakan salah satu hal penting dalam alokasi anggaran. Selama tahun 2000-2007 belum berperan sama sekali

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN DAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN RATU AGUNG NOMOR :800/ /PRA/I/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS PERAWATAN RATU AGUNG NOMOR :800/ /PRA/I/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS KESEHATAN KOTA BENGKULU UPTD PUSKESMAS PERAWATAN RATU AGUNG JL. WR. Supratman No.22 Kota Bengkulu Kode Pos 38125 Email puskesmas_ratuagung@yahoo.co.idtelepon (0736) 7310378

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129 / HUK / 2008 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129 / HUK / 2008 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129 / HUK / 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 54 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KOTA BEKASI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 Pemerintah Kabupaten Pacitan DINAS KESEHATAN Jl. Letjend Soeprapto No. 42 Pacitan KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Strategis Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Strategis Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengertian Renstra PD Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 dalam pasal 1 mengenai ketentuan umum. Rencana strategis SKPD yang selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 38 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 897 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 38 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 897 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 38 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 897 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN

Lebih terperinci

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA

BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA BAB I PELAYANAN MASYARAKAT BERBASIS PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI TINGKAT DESA Deskripsi : Sebelum menjelaskan Pelayanan Masyarakat Berbasis pada Standar Pelayanan Minimal di Tingkat Praja, praja diharapkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

TARGET DAN PANDUAN OPERASIONAL SPM DI KABUPATEN/KOTA

TARGET DAN PANDUAN OPERASIONAL SPM DI KABUPATEN/KOTA TARGET DAN PANDUAN OPERASIONAL SPM DI KABUPATEN/KOTA Jenis Standar Minimal 1. Kesehatan 1. Cakupan kunjungan Ibu - 95 % 2015 Kesehatan hamil 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% 2015 3. Cakupan

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 4 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI DINAS KESEHATAN JLN. JEND. AHMAD YANI NO. 2D TELP. (0461) 211906 LUWUK SULAWESI TENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA

Lebih terperinci

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2017 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN. Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan

STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN. Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN Sebuah Panduan Formulasi di Tingkat Puskesmas/Kecamatan AGUNG DWI LAKSONO EVIE SOPACUA SUHARMIATI LESTARI HANDAYANI RISTRINI HERTI MARYANI BAMBANG WASITO Diterbitkan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 44 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 913 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 44 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 913 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 44 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 913 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG SOSIAL DAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 55 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG SOSIAL KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : WAHYU

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN N O SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET (%) PENGERTIAN FORMULA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2014 merupakan laporan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA - 1- PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MURUNG RAYA SEHAT 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015 Lampiran PK FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN 215 Kabupaten : Mu Banyuan 1.1.1 Meningkatnya hal 1 Produktivitas tanaman pangan ton/ha 4.42 4.73 17.1 produk pertanian,perkebunan dan perikanan yang 2 (padi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG, PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG Jl. Lintas Malindo Entikong (78557) Telepon (0564) 31294 Email : puskesmasentikong46@gmail.com KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG NOMOR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Gorontalo, 25 Februari 2017 Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas izin dan perkenan-nya dapat menyelesaikan dan menyajikan Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI ACEH SINGKIlL NOMOR 256 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANPEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL

KEPUTUSAN BUPATI ACEH SINGKIlL NOMOR 256 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANPEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL KEPUTUSAN BUPATI ACEH SINGKIlL NOMOR 256 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANPEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL BUPATI ACEH SINGKIL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 10 TAHUN : 2011 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci