BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah single-blind randomized controlled trial dengan membandingkan efek suplementasi vitamin D antara 2 kelompok, dimana kelompok I diberi OAT dan vitamin D dengan dosis 2,5 mg, dan kelompok ke II diberikan OAT dan plasebo Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa puskesmas dan rumah sakit wilayah Medan. Penelitian direncanakan selama 7 bulan dan untuk pengumpulan data dilakukan selama 4 bulan Populasi, Sampel dan Besar Sampel Populasi Populasi penelitian adalah penderita TB paru adalah penderita TB paru yang berobat ke puskesmas dan rumah sakit wilayah Medan Sampel Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut: Kriteria inklusi: 1. Penderita TB paru kasus baru yang belum diobati, dengan kuman BTA positif dalam dahak dengan cara pemeriksaan hapusan langsung. 2. Usia > 18 tahun. 3. Bersedia untuk mengikuti penelitian yang dinyatakan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ini (informed consent). 37

2 Kriteria eksklusi 1. Menderita HIV, Diabetes Melitus, penyakit ginjal dan penyakit hati serta penyakit berat lainnya. 2. Sedang mengkonsumsi suplemen vitamin D, obat imunosupresif seperti kortikosteroid dan kemoterapi kanker Besar sampel n1 =n2 = ((Zα P(1-P) + Zβ p1(1-p1)+p2(1-p2)) 2 (p1-p2) 2 dimana: n = Besar sampel Zα = Deviat baku α (α = 0,05, Zα = 1,960) Zβ = Deviat baku β (β = 10%, Zβ = 0,842) P = p1+p2/2 p1 = Nilai proporsi kelompok perlakuan = 0,63 (Siswanto dkk. (2009)) p2 = Nilai proporsi kelompok kontrol =0,33 (Siswanto dkk. (2009)) Maka di dapatkan besar sampel satu kelompok (n) sebesar 34 orang. Dengan perhitungan drop out 10% maka jumlah total sampel keseluruhan adalah 75 sampel, untuk memudahkan pembagian kelompok dibuat menjadi 76 sampel Metode pengambilan sampel Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prinsip non probability sampling dengan tehnik consecutive sampling, sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dipilih dan dilakukan secara acak. TB aktif yang memenuhi kriteria inklusi akan digunakan sebagai sampel dan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberikan vitamin D dan kelompok 2 diberikan plasebo. Masing-masing kelompok diikuti sampai 2 bulan untuk dilihat konversi sputum dan perbaikan foto toraks setelah pengobatan Oral Anti Tuberculosis (OAT). 38

3 3.5. Kerangka Operasional Meminta persetujuan Majelis Komite Etik Penelitian (Ethical Clearance) Menentukan sampel penelitian n=76 Pasien TB Paru BTA (+) Mengumpulkan data sampel penelitian Mencatat data sampel penelitian dari rekam mendik hasil anamnesis, hasil Pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan BTA Pengambilan sputum sebelum perlakuan Foto RO toraks sebelum perlakuan Mengambil sampel darah OAT + Plasebo (0,2,4,6) OAT + Vitamin D (0,2,4,6) Sentrifugasi Pemeriksaan sputum dilakukan pada minggu ke 2, 4, 6, dan 8 Foto toraks setelah 2 bulan perlakuan Pemeriksaan kadar vitamin D dengan tehnik ELISA sebelum perlakuan Kadar vitamin D setelah 2 bulan perlakuan Analisa Data Gambar 3.1. Kerangka Operasional 39

4 1. Variabel tergantung (dependen) : - Konversi sputum - Perbaikan radiologis 2. Variabel bebas (independen) : Pengobatan supportive suplemen vitamin D 3.6. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional No Variabel Definisi Cara dan alat ukur Kategori Skala ukur 1. Konversi Perubahan Pemeriksaan dahak Terjadi dahak/sputum BTA (konversi) hasil Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS): perubahan (konversi) Nominal hapusan sputum BTA penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negative setelah menjalani masa intensif. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, Suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. P(Pagi): Dahak dikumpulkan di Cara dan Alat Ukur Tidak terjadi perubahan (konversi) 40

5 No Variabel Definisi Kategori Skala Ukur rumah pada pagi 2. Radiologis Perubahan hasil toraks foto setelah 2 bulan pemberian vitamin D. Dilihat berapa zona paru yang mengalami kerusakan dan Definisi hari kedua, segera setelah tidur. dan sendiri bangun Pot dibawa diserahkan kepada petugas di UPK. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, menyerahkan dahak pagi. saat Foto Rontgen dengan melakukan foto toraks posisi PA Melihat berapa zona paru yang terlibat/mengalami kerusakan, dengan hasil: 0=Tidak ada yang terlibat/bersih 1= Ada 1 zona yang terlibat 2= Ada 2 zona yang terlibat 3= Ada 3 zona yang terlibat 4= Ada 4 zona Kategori Nominal 41

6 No Variabel Cara dan Alat Ukur Skala Ukur 3. Kadar Vitamin D perbaikan setelah pemberian vitamin atau perlakuan D yang dinilai oleh dokter spesialis paru spesialis radiologi. Kadar 25(OH) vitamin dalam serum dan D ELISA kit dengan melakukan pemeriksaan vitamin D yang terlibat 5=Ada 5 zona Kategori yang terlibat 6= Ada 6 zona yang terlibat Insufisiensi Defisiensi Nilai kadar Vitamin D dalam (ng/ml) Optimal (>30) Sufisiensi (20-30) Insufisiensi (10-20) Defisiensi (<10) Kategorik Dan Nominal 42

7 3.7 Prosedur Pengumpulan Data 1. Sebelum penelitian dimulai, peneliti meminta keterangan lolos kaji etik (ethical clearance) kepada Panitia Tetap Penilai Etik Penelitian Fakultas Kedokteran USU. 2. Setiap penderita yang diikutsertakan dalam penelitian harus dibuat surat informed consent, yang harus ditandatangani oleh penderita dan peneliti 3. Penderita TB paru yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan foto toraks dan pemeriksaan dahak kuman Basil Tahan Asam (BTA) positif melalui hapusan langsung serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikut sertakan dalam penelitian. 4. Dilakukan pemeriksaan test HIV dan kadar gula darah. Pasien yang menderita HIV dan Diabetes Melitus tidak diikut-sertakan dalam penelitian. 5. Kemudian diambil darah penderita TB (kasus) dari vena mediana kubiti untuk pemeriksaan kadar vitamin D. 6. Hasil data yang didapat dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel untuk dianalisa Prosedur pemeriksaan sediaan hapus langsung kuman bakteri tahan asam dari sputum a. Persiapan pasien 1) Pasien dianjurkan untuk mengosok gigi dan berkumur sebanyak 3 kali dengan menganti air hangat setiap kali berkumur. 2) Jika pasien belum dapat mengeluarkan sputum dapat diberikan tablet gliseril guaicolat 200 mg. 3) Jika dahak kental dan sulit dikeluarkan dapat diberikan obat mukolitik atau ekspektoransia. b. Waktu pengumpulan dahak 1) Sewaktu hari 1 pada saat pasien dating kunjungan pertama 2) Pada hari ke 2 penderita mengumpulkan dahak setelah hari kedua pada saat bangun tidur. 43

8 3) Sewaktu ke 3 pada saat mengumpulkan dahak dihari kedua. 4) Sputum di periksa pada minggu ke 2, 4, 6 dan 8. c. Pengecatan sputum dengan pewarnaan Ziehl Neelsen 1) Ambil sputum kental dengan lidi 2) Hapuskan specimen pada kaca objek dengan ukuran 2x3cm 3) Keringkan pada suhu kamar 4) Difiksasi 3x 5) Lumuri dengan karbol fucsin 6) Lalu fiksasi preparat 7) Biarkan selama 5 menit Cuci dengan air mengalir 8) Tuangkan preparat dengan asam alcohol 3 % selama 2 menit 9) Bilas dengan air lalu tuangkan methylen blue 0,3 % selama dtk 10) Cuci dengan air mengalir sampai bersih lalu keringkan. 11) Preparat siap dibaca Prosedur pembacaan foto toraks Peneliti mencatat hasil foto toraks sampel yang dibacakan oleh dokter spesialis radiologi dan spesialis paru. Pasien akan di foto toraks sebelum perlakuan dan pada akhir minggu kedelapan Prosedur pemberian vitamin D dan plasebo Peneliti memberi vitamin D 2,5 mg ( IU) secara oral sebanyak 4 kali pemberian yaitu pertama pada saat sampel di diagnosis TB, selanjutnya pada minggu ke-2, ke-4, dan ke-6. Kelompok kontrol akan diberi plasebo. Masingmasing kelompok perlakuan dan kontrol akan dibedakan berdasarkan dijumpainya kavitas pada foto toraks Pemeriksaan vitamin D (25-OH vitamin D ELISA assay kit) Untuk pemeriksaan vitamin D, diambil darah 2cc sebelum dilakukan perlakuan. Pada akhir minggu ke delapan, sampel akan diambil lagi darahnya sebanyak 2cc untuk diperiksa kadar vitamin D setelah perlakuan. Hitung jumlah 44

9 cawan ELISA pada setiap individu yang diperlukan untuk pengujian tersebut. Biarkan semua reagen yang disediakan, termasuk jumlah yang tepat dari strip paket untuk mencapai suhu kamar (setidaknya 30 menit), hapus sejumlah strip wadah yang diperlukan dan sesuaikan dengan tepat dan kencang ke dalam bingkai yang disediakan. Kontrol harus selalu dilakukan dalam setiap uji coba berlangsung. 1) Pipet masing-masing 200 μl dengan standar pengenceran 1-6, pengenceran pada kontrol 1 dan kontrol 2 ke cawan yang sesuai. 2) Pipet masing-masing 200 μl sampel pasien yang diencerkan dalam biotin / sampel penyangga ke masing-masing wadah untuk digunakan dalam pengujian tersebut. 3) Inkubasi pada suhu kamar (18 C hingga +25 C) selama 2 jam. 4) Setelah 2 jam inkubasi, aspirasi atau buang sampel dari wadah, tambahkan 300 ml Wash Buffer dan aspirasi atau buang lagi. Ulangi cuci dengan masing-masing 300 ml Wash Buffer dua kali lebih banyak untuk total tiga kali pencucian. Tekan wadah terbalik dengan lembut pada permukaan dengan penyerap yang bersih dan kering untuk menghilangkan tetesan Wash Buffer. 5) Pipet 100 ml enzim konjugasi ke masing-masing wadah dan inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar (18 C hingga +25 C). 6) Setelah 30 menit inkubasi, aspirasi atau buang reagen dari wadah, tambahkan 300 μl Wash Buffer dan aspirasi atau buang lagi. Ulangi cuci dengan masing-masing 300 μl Wash Buffer dua kali lebih banyak untuk total tiga kali pencucian. Tekan sumur terbalik dengan lembut pada permukaan dengan penyerap yang bersih dan kering untuk menghilangkan tetesan Wash Buffer. 7) Pipet 100 ml larutan chromogen / substrat ke masing-masing wadah dan inkubasi selama 15 menit pada suhu kamar tanpa dikocok (melindungi dari sinar matahari langsung). 45

10 8) Hentikan reaksi substrat dengan penambahan 100 μl Stop Solution ke masing-masing wadah (ini akan menyebabkan warna biru menjadi kuning). 9) Pengukuran Photometric dari intensitas warna harus dilakukan pada panjang gelombang 450 nm dan referensi panjang gelombang antara 620 nm dan 650 nm dalam waktu 30 menit dari penambahan Stop Solution. Sebelum mengukur, sedikit goyangkan lempeng untuk memastikan distribusi homogen dari larutan Pengolahan Data Pengolahan data hasil penelitian ini diformasikan dengan menggunakan langkah-langkah berikut: - Editing : untuk melengkapi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara kriteria yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian. - Coding : untuk mengkuatifikasi data kualitatif atau membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer. - Cleaning : pemeriksaan data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data 3.9. Analisa data Data yang berhasil dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan mempergunakan program komputer dengan menggunakan perangkat lunak statistik. Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi variabel serta karakteristik. Kemudian dilanjutkan dengan uji tidak berpasangan untuk melihat perbedaan masing-masing variabel pada kedua kelompok. 46

11 3.10. Jadwal Penelitian Tabel 3.2. Jadwal Penelitian Jadwal Bulan Uraian I II III IV V VI VII VIII IX X XI Persiapan Pengumpulan Data Penulisan Laporan Seminar Perkiaraan Biaya Penelitian a. Pengumpulan kepustakaan Rp ,- b. Pembuatan proposal Rp ,- c. Seminar proposal Rp ,- d. Radiologi Rp ,- e. Pemeriksaan kadar vitamin D Rp ,- f. Pembuatan dan penggandaan laporan Rp ,- g. Biaya tim penelitian Rp ,- h. Seminar hasil penelitian Rp ,- Jumlah Rp

12 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian analitik dengan desain single blind randomized controlled trial telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin D terhadap konversi sputum dan foto toraks terhadap pasien TB Paru. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan USU. Penelitian ini dilakukan bulan Mei 2016 sampai dengan Oktober Subyek penelitian ini adalah pasien TB paru dewasa kasus baru BTA + yang datang berobat ke Puskesmas dipilih secara purposive sampling dan terdapat 76 orang sebagai subjek penelitian yang diikuti selama 2 (dua) bulan Karakteristik Subyek Penelitian Subyek Penelitian yang telah memenuhi syarat inklusi tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok. Kelompok pertama mendapat intervensi vitamin D sebanyak 36 orang dan kelompok kedua pembanding mendapat plasebo sebanyak 36 orang. Berdasarkan karakteristik pasien distribusi subyek penelitian dikelompokkan menjadi kelompok usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, diagnose BTA awal, gambaran foto toraks awal, dan kadar vitamin 25(OH)D, seperti pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi subyek penelitian berdasarkan karakteristik pasien Vitamin D Plasebo n= 38 n= 38 Umur (Tahun) Mean±SD 35,8 tahun ± 15,47 38,07 tahun ± 13,4 Jenis Kelamin: Laki-laki 29 (76,3%) 25 (65,7%) BB (kg) Mean ± SD 51 kg ± 8,14 52,1 kg ± 8,3 IMT Mean ± SD 18,9 ± 2,3 19,7 ± 2,15 Foto Toraks minimal 2 ( 5,2%) 4 (10,5%) moderate 12 (31,6%) 14 (36,8%) far advanced 24 (63,2%) 20 (52,6%) 48

13 Sambungan Tabel 4.1. Vitamin D Plasebo Zona yang terlibat Mean ±SD 4,63 ± 1,51 4,28 ± 1,75 Hapusan dahak (68,4%) 25 (65,8%) secara Mikroskopi 2+ 8 (21,05%) 10 (26,3%) 3+ 4 (10,55%) 3 (7,89%) Kadar 25(OH)D Defisiensi 0(0%) 0(0%) Insufisiensi 2(5,3%) 2(5,3%) Sufisien 13(34,2%) 10(26,3%) Optimal 23(60,5%) 26(68,4%) Berdasarkan hasil tabel diatas tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok vitamin D dan plasebo terhadap umur (35,8 tahun vs 38,07 tahun), berat badan (51 kg ±8,14 vs 52,1 kg ±8,3 ), index masa tubuh (18,9 ±2,3 vs 19,7±2,15). Untuk jenis kelamin, pada dua kelompok didapati lebih banyak lakilaki dibanding wanita (71,05%). Kadar vitamin D awal pada kedua kelompok menunjukkan lebih banyak dengan nilai sufisien (20-30 ng/ml pada 23/76 orang) dan hampir sebagian besar dengan nilai optimal (>30 ng/ml pada 49/76 orang). Terdapat 51 orang (67,1%) memiliki hasil BTA +1 pada pemeriksaan dahak secara mikroskopi. Penilaian awal foto toraks pada kedua kelompok, sebagian besar menunjukkan lesi far arvanced (44/76 orang, 57,89%) Kadar vitamin D sebelum dan sesudah pemberian vitamin D Rerata kadar vitamin 25(OH)D sebelum dan sesudah pengobatan OAT selama 2 bulan kelompok tanpa vitamin D berurutan 30,03± 6,36(ng/ml) dan 42,08±22,8 (ng/ml) dengan p value 0,822. Rerata kadar vitamin 25(OH)D sebelum dan sesudah pengobatan OAT selama 2 bulan kelompok dengan vitamin D berurutan 33,51± 7,98(ng/ml) dan 68,19±23,7 (ng/ml) dengan p value 0,001. Pada grup vitamin D menunjukkan hasil yang bermakna kadar 25(OH)D. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dan tabel

14 Tabel 4.2 Status vitamin D sebelum dan sesudah intervensi Kelompok Kadar Sebelum Sesudah Vit. D n % n % Defisiensi Plasebo Insufisiensi Sufisien Optimal Defisiensi Vitamin D Insufisiensi Sufisien Optimal p - value * *) Terdapat perbedaan signifikan status vitamin D antara pre dan post intervensi pada kelompok yang mendapat vitamin D dengan uji Wilcoxon Tabel 4.3 Kadar vitamin D sebelum dan sesudah intervensi Kelompok Sebelum Sesudah Mean SD Mean SD mean Plasebo Vitamin D p-value 0.000* *) Terdapat perbedaan signifikan kadar vitamin D antara pre-post intervensi pada kelompok plasebo dibandingkan kelopok vitamin D dgn uji Mann Whitney Perbandingan kecepatan waktu konversi sputum kelompok intervensi dan pembanding Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang bermakna atara pemberian vitamin D dengan waktu konversi sputum pada bulan pertama pengobatan OAT. Pada kelompok vitamin D, rerata waktu konversi sputum pada 3,3 minggu dan 4,6 minggu pada kelompok kontrol. Proporsi pasien dengan konversi sputum negative solid pada minggu ke 4 untuk kedua kelompok. Untuk menganalisa perbandingan kecepatan konversi sputum antara kelompok intervensi dan placebo digunakan uji Mann Whitney Hal ini dapat dilihar pada tabel 4.4. dan gambar 4.1. Tabel 4.4 Waktu konversi sputum pada kelompok intervensi dan pembanding Vitamin D plasebo p-value Waktu konversi 3,3 weeks (± 1,7) 4,6 weeks (± 1,5) 0,001* 50

15 120% 100% 100% Smear Positif (%) 80% 60% 40% 86.80% 44.70% 44.70% Vit D Placebo 20% 21.05% 15.70% 7.89% 0% 0% Minggu 0 Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Waktu Konversi (Minggu) Gambar 4.1 Perbandingan waktu konversi sputum Perbandingan foto toraks pada kelompok intervensi dan pembanding Secara foto radiologis toraks, rerata zona paru yang terlibat pada kelompok vitamin D lebih banyak (0,76±0,63) mengalami pengurangan dibanding dengan kelompok tanpa vitamin D (0,55±0,82). Pada lesi kelainan, kelompok vitamin D lebih banyak (39,4%) mengalami perbaikan dibanding kelompok tanpa vitamin D (26,31%). Namun secara statistik, perbandingan antara kedua kelompok tidak memiliki nilai yg signifikan antara keterlibatan zona paru (p value 0,057) dan perbaikan lesi paru (p value 0,222). Untuk menalisanya digunakan dengan uji Chi Square. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Pengurangan zona dan perbaikan luas lesi pada toraks pada kelompok intervensi dan pembanding Vitamin D Plasebo p-value Pengurangan Zona 0,76 ± 0,8 0,55 ± 0,6 0,057 Perbaikan luas lesi 15 (39.4%) 10 (26,31%) 0,222 51

16 4.2 Pembahasan Karakteristik subyek penelitian Berdasarkan karakteristik penelitian untuk usia subyek penelitian tidak berbeda antara dua kelompok dengan nilai median kelompok intervensi 35,8 tahun dan 38,07 tahun. Dari data ini menunjukkan pasien TB paru rata-rata pada orang dewasa. Hal ini sejalan dengan data WHO tahun 2012 yang melaporkan bahwa di Indonesia untuk presentase kelompok umur penderita TB paru BTA positif terbanyak adalah usia tahun sebesar 58,45%, diikuti kelompok umur tahun sebesar 34,06%, 65 tahun sebesar 6,6 %, dan sisanya umur 0-14 tahun. (WHO,2012). Jumlah pasien TB lebih tinggi pada kelompok usia tertentu kemungkinan disebabkan proses fisiologis tubuh yang berbeda pada setiap tingkatan usia, seperti peranan interaksi hormon terhadap infeksi TB. Penelitian Donald dkk, 2010 menyatakan adanya interaksi antara dehydroepiandrosterone (DHEA) dan glukokortikoid yang mempengaruhi beberapa fungsi limfosit. Hormon ini mulai diproduksi pada usia 7 tahun dan akan meningkatkan setelah masa pubertas. Konsentrasi DHEA berkorelasi dengan kadar interferon gamma. Penyakit TB aktif ditandai dengan peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar DHEA. Gangguan rasio kortisol terhadap DHEA mengakibatkan perubahan konsentrasi sitokin kunci pada TB yaitu interferon gamma. Berdasarkan jenis kelamin pasien TB yang menjadi subyek penelitian pada kelompok intervensi dan pembading dimana jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Selvaraj (2008) dan Haddad (2014) menyatakan TB pada jenis laki-laki lebih rentan dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan oleh faktor resiko seperti merokok, konsumsi alkohol, pekerjaan, polusi udara, serta paparan industry. Allotey dkk (2008) membuktikan faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan teradinya TB paru Kadar Vitamin D Kadar vitamin D sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberi vitamin D mengalami peningkatan. Rerata kadar vitamin D sebelum dan 52

17 sesudah perlakuan pada kelompok yang diberikan vitamin D adalah 33,51 ± 6,36 dan 68,19±31,75, rerata perbedaan setelah diberikan vitamin D adalah 31,75 ng/ml. Kadar vitamin D sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok yang diberikan plasebo juga mengalami peningkatan. Rerata kadar vitamin D sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok vitamin D adalah 30,03±6,36 dan 42,08±228. Rerata perbedaan vitamin D 7,46 ng/dl. Analisa data dengan uji statistik kadar vitamin D sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah 2 bulan pemberian vitamin D dengan jumlah pasien 38 orang nilai p=0,001 (p<0,05). Kelompok perlakuan yang diberikan placebo dengan subyek peneltian berjumlah 38 orang nilai p=0,822. Peningkatan kadar vitamin D pada kedua kelompok terjadi dari asupan makanan sehari-hari dan paparan sinar matahari yang cukup. Perbedaan kenaikan kadar vitamin D antara kelompok intervensi dan pembanding disebabkan kelompok intervensi diberi perlakuan konsumsi vitamin D dosis IU per 2 (dua) minggu selama 2 bulan. Sedangkan pada kelompok pembanding tidak. Vitamin D2 dan D3 mengikuti jalur metabolism yang sama, sedangkan paparan sinat matahari dianggap sama karena berada dalam demografi dan iklim yang sama. Penelitian ini sejalan dengan penelitian diluar negeri (Gao dkk, 2010 dan Kelfie dkk, 2015), Pakistan (Junaid dkk, 2015) dan Inggris (Martineau, 2011) dimana kadar vitamin D kelompok yang diberi perlakuan vitamin D lebih tinggi dibandingkan placebo. Perbedaan kadar vitamin D terjadi akibat perbedaan paparan sinar matahari dan faktor asupan makanan yang berbeda. Penelitian lain di Indonesia yang dilakukan oleh Nursiyam dkk (2001) dan Siswanto dkk (2009), sejalan dengan penelitian ini dimana terdapat perbedaan bermakna kadar vitamin D pada kelompok intervensi dan placebo, dimana kelompok intervensi lebih tinggi. Vitamin D memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi cathelicidine dan aktivitas makrofag dalam menghambat pertumbuhan kuman M. 53

18 tuberculosis. Kadar vitamin D pada setiap pasien TB paru akan berkurang karena digunakan untuk aktivitas sistem imun ini. Dari hasil penelitian ini status vitamin D sebelum dan sesudah pemberian sangat berbeda antara kelompok intervensi dan kelompok pembanding. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dan tabel 4.3. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sebelumnya melaporkan bahwa secara independen defisiensi vitamin D memiliki hubungan dengan kerentanan terhadap TB. Penelitian Junaid dkk, (2016) pada pasien TB di Pakistan melaporkan bahwa defisiensi vitamin D pada pasien TB terjadi karena aktivitas dalam melawan kuman TB dan secara independen berhubungan dengan kerentanan terhadap TB aktif Konversi sputum pasien TB paru Hasil penelitian ini diperoleh nilai rata-rata waktu konversi sputum subyek penelitian pada kelompok intervensi adalah (3,3 ± 1,7 minggu) sedangkan kelompok pembanding 4,6±1,5 minggu). Konversi sputum kelompok intervensi lebih cepat secara bermakna dibandingkan kelompok pembanding (p value 0,001) Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan Coosens dkk (2012) di inggris dimana waktu konversi sputum pada kelompok intervensi 23 hari dan kelompok placebo 36 hari. Penelitian lain oleh Martineau dkk (2011) yang juga dilakukan di Inggris, ditemukan bahwa nilai tengah konversi sputum 36 hari pada kelompok intervensi dan 43,5 hari pada kelompok plasebo. Perbedaan waktu konversi pada kedua kelompok penelitian ini membuktikan vitamin D mempengaruhi kecepatan konversi sputum Zona pada Foto Toraks Pada penelitian ini ditemukan adanya perbaikan jika dilihat dari jumlah pengurangan zona yang sesuai dengan tabel 4.5. Pada penelitian Salahuddin (2012) dijumpai perbedaan zona yang terlibat setelah pengobatan 12 minggu, dimana rerata kelompok vitamin D yaitu 1,35±1,13, sedangkan kelompok placebo 1,82±1,35 dengan p value 0,004. Pada penelitian Martineau (2011) dari 126 pasien TB paru, dijumpai rerata zona yang terlibat sesudah pengobatan pada 54

19 kelompok vitamin D 2,3±1.29, dan kelompok placebo 2,28±1,18, p 0,062. Dibandingkan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, memang terdapat pengurangan zona sedikit lebih banyak pada grup intervensi disbanding grup placebo. Namun secara statistic tidak bermakna. Hal ini mungkin dapat menjadi alasan bahwa proses penyembuhan penderita tuberkulosis dapat dipengaruhi banyak faktor selain vitamin D, diantaranya faktor imunitas tubuh, virulensi kuman dan pada pola hidup atau kebiasaan (merokok dan alkohol) Perbaikan luas lesi pada foto toraks Berdasarkan luas lesi foto toraks, sesuai dengan tabel 4.5, terjadi pengurangan lesi dibanding saat awal. Setelah 2 bulan, kelompok vitamin D mengalami total perbaikan sebanyak 15 orang (39,4%) dan kelompok placebo 10 orang (26,31%). Secara statistik perbaikan luas lesi pada kedua grup tidak terlalu bermakna (p 0,222). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Martineau dkk (2011), berdasarkan pengurangan zona yang terlibat antara kedua kelompok, sesuai dengan keterangan sebelumnya tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p0,062). Pada penelitian Siswanto dkk (2009), dari 43 pasien TB paru dijumpai perbedaan bermakna untuk perbaikan radiologis pada bulan pertama dimana kelompok vitamin D sebanyak 67% dan kelompok placebo 18%, p 0,02. Namun pada 2 bulan pengobatan, perbedaan perbaikan antara ke dua grup tidak bermakna. Dimana kelompok vitamin D 76% dan kelompok placebo 45%, p 0,06. Bila dibandingkan hasil perbaikan luas lesi foto toraks pada bulan kedua, maka penelitian ini sejalan dengan penelitian Siswanto dimana secara statistik hasil 2 bulan pengobatan tidak terlalu bermakna. Jika dilihat dengan seksama, hasil penelitian Siswanto sejalan dengan waktu konversi sputum pada penelitian yang ini dimana terjadi percepatan konversi dibawah 1 bulan, namun setelah 2 bulan tidak ada perbedaan antara grup vitamin D dan placebo. Seandainya pada penelitian ini juga melakukan pemeriksaan foto toraks pada bulan pertama, mungkin hasilnya tidak jauh berbeda. Namun jika dibandingkan dengan penelitian Salahuddin, hal ini mungkin terjadi karena perbedan pemberian dosis. Karena penelitian Salahuddin memberikan sebanyak IU dan penelitian ini hanya 55

20 IU. Sehingga dosis pada penelitian ini belum cukup memperbaiki keadaan radiologis pasien. Secara keseluruhan pada penelitian ini dianggap, pemberian vitamin D tidak mempengaruhi perbaikan foto toraks ada subjek penelitian dan secara tunggal foto toraks tidak bisa diajukan sebagai tanda kemajuan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru. 56

21 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Kadar vitamin D pasien TB paru pada sebelum dan sesudah intervensi berbeda bermakna pada kelompok intervensi dengan rerata kenaikan 31,75 ng/dl. 2. Kadar vitamin D pasien TB paru pada sebelum dan sesudah intervensi berbeda bermakna pada kelompok pembanding dengan rerata kenaikan 7,46 ng/dl. 3. Kecepatan konversi sputum pasien TB lebih cepat secara bermakna (p=0,001) pada kelompok intervensi dengan rerata waktu 3,3±1,7 minggu dibandingkan dengan kelompok pembanding dengan rerata waktu 4,6±1,5 minggu. 4. Perbaikan secara radiologis dari pengurangan zona tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi (0,76±0,8) dan kelompok pembanding (0,55±0,6), dengan p value 0, Perbaikan secara radiologis dari luas lesi juga tidak menunjukkan perbedaan makna antara kelompok intervensi (39,4%) dan kelompok pembanding 26,31%, dengan p value 0, Saran Perlu penyusunan program untuk memberikan penyuluhan kemsyarakatan untuk meningkatkan konsumsi vitamin D pada pasien. 57

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized 20 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized Controlled Trial Double Blind pada pasien yang menjalani operasi elektif sebagai subyek

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN KELOMPOK (INFORMATION FOR CONSENT) Selamat pagi/siang Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Nama saya dr. Dian Prastuty. PPDS Departemen Pulmonologi dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah besar kesehatan masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah penyebab kematian karena infeksi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian. 21 BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian. 2.1 Bahan Sediaan obat uji yang digunakan adalah kapsul yang mengandung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi Kedokteran dan Ilmu Farmakologi-Toksikologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1 Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif cross sectional untuk mengetahui pola sensitivitas Mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain quasi experimental studies dengan pendekatan pre test dan post test pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control group pretest posttest design 41 Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi dan Gizi Medik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini adalah studi Cross Sectional. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang memburuk dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 2.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. 2.2 Tempat dan waktu penelitian Dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional untuk mengetahui kadar MMP 9 dan TNF α pada ketuban pecah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun di kota tersebut merupakan urutan ke-2

BAB IV METODE PENELITIAN. pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun di kota tersebut merupakan urutan ke-2 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini tercakup dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi 2. Ilmu Gizi, khususnya perhitungan asupan energi dan pengukuran status gizi antropometri 3.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit 24 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 30 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Terinhalasi M.tuberculosis Patogenesis M.tuberculosis di paru DIAGNOSIS Pemeriksaan BTA pada sputum Pemeriksaan BTA

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini bidang neuroscience mencakup

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini bidang neuroscience mencakup BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini bidang neuroscience mencakup neuroanatomi, neurofisiologi, neurofarmakologi, dan obat tradisional. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1. Lingkup Ilmu Penelitian ini melingkupi Ilmu Imunologi, Penyakit Infeksi, dan Farmakologi. 4.1.2. Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang membandingkan komplikasi yang terjadi antara pasien efusi pleura yang menggunakan small bore

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m.

BAB 1 PENDAHULUAN. paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menyerang organ paru dan organ tubuh lain akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis(m. tuberculosis). World

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini tercakup dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang lingkup A.1. Tempat BKPM Semarang. A.2. Waktu 20 September 20 Oktober 2011. A.3. Disiplin ilmu Disiplin ilmu pada penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat. B.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan tujuan menentukan kadar ureum serum sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Ilmu Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) No. Dokumen : 23/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-5 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr.

Lebih terperinci

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 21 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian intervensi atau uji klinis dengan randomized controlled trial pre- & posttest design. Studi ini mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 1. Ruang lingkup tempat. Bandarharjo, Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. 1. Ruang lingkup tempat. Bandarharjo, Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Ruang lingkup tempat Penelitian ini dilakukan di Sentra

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu Anestesiologi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukaninstalasi Bedah Sentral

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, khususnya bagian ilmu kesehatan anak divisi alergi & imunologi dan fisiologi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain kuasi eksperimental.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain kuasi eksperimental. 61 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain kuasi eksperimental. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Subbagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik serta Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 1.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu Mikrobiologi. 1.2. Tempat dan Waktu Penelitian 1.2.1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one group pre-test and post-test design untuk mengetahui efektivitas senam ADUHAI terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin dan Mikrobiologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian nefrologi. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang Lingkup Tempat Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kandungan dan Kebidanan. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik, Ilmu Obstetri, dan Ilmu Penyakit Infeksi.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dalam penelitian ini adalah Ilmu Mikrobiologi, Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Laboratorium Kulit RSUP dr. Kariyadi. tahun 2016 di Puskesmas Mangkang, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Laboratorium Kulit RSUP dr. Kariyadi. tahun 2016 di Puskesmas Mangkang, Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan, Mikrobiologi Klinik, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi BAB III METODE DAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Poliklinik THT-KL RSUD Karanganyar, Poliklinik THT-KL RSUD Boyolali.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab III menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional. A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Waktu penelitian adalah Desember April 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Waktu penelitian adalah Desember April 2010. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) wilayah Pati.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi, penyakit metabolik dan perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional yang menghubungkan antara perbedaan jenis kelamin dengan derajat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. dan mulut. Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta karena penambahan

BAB 4 METODE PENELITIAN. dan mulut. Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta karena penambahan BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini tercakup dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta karena penambahan kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. 29 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Jiwa 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuwan : Anestesiologi 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang 3. Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 28 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT Hubungan Tingkat Kepositivan Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda Aceh Mulyadi *,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi Mulut dan Ilmu Onkologi Radiasi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Patologi Anatomi. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Statistik

Lampiran 1. Hasil Uji Statistik Lampiran 1 Hasil Uji Statistik Analisis data tabel 4.3 perbandingan penderita tuberkulosis paru dan bukan penderita tuberkulosis menggunakan uji t tidak berpasangan (Independent t test) dengan program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case 27 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case control, yaitu dimana efek diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang 4.2 Rancangan, Jenis dan Desain penelitian Penelitian menggunakan rancangan/metoda

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Double Blind Permutted. (- : kontrol)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Double Blind Permutted. (- : kontrol) 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Double Blind Permutted Randomized control group pretest posttest design. Randomisasi O1 (X:

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Bandarharjo, Kota Semarang Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Bandarharjo, Kota Semarang Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penilitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Ruang lingkup tempat Penelitian ini dilakukan di Sentra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Radiologi dan Radioterapi. 3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik, dengan desain cross-sectional. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional), dimana variabel independen (kebiasaan merokok

Lebih terperinci