RENCANA INDUK PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN BERBASIS LOKASI PRIORITAS (RENDUK LOKPRI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA INDUK PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN BERBASIS LOKASI PRIORITAS (RENDUK LOKPRI)"

Transkripsi

1 RENCANA INDUK PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN BERBASIS LOKASI PRIORITAS (RENDUK LOKPRI) DI LOKPRI MIANGAS KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PROVINSI SULAWESI UTARA

2 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) KATA PENGANTAR Buku Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas merupakan acuan pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas. Buku Rencana Induk ini merupakan hasil dari kegiatan survei lapang, analisis sera focus group disscussion (FGD) pada lokasi prioritas. Buku Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas di Lokasi Prioritas (Lokpri Miangas ) terdiri dari Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Tinjauan Kebijakan Terkait Lokasi Prioritas, Bab 3 Isu Strategis Lokasi Prioritas, Bab 4 Visi Misi Pengelolaan Lokasi Prioritas, Bab 5 Kebijakan dan Strategi Program Prioritas Pengelolaan Lokpri, Bab 6 Kaidah Pembangunan dan Pengelolaan, Bab 7 Penutup. Buku Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas di Lokasi Prioritas (Lokpri Miangas) ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang isu-isu strategis serta kebijakan, strategi dan program bisa menjawab persoalan di lokasi prioritas. Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat alam penyusunan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas. Kritik dan Saran yang membangun sangat kami harapkan dalam perbaikan pembuatan Buku Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas di Lokpri Miangas. Jakarta, Januari 2014 PT. Prodelta Buku Rencana Induk Lokpri Miangas i

3 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...I Maksud, Tujuan dan Sasaran...I Ruang Lingkup...I Ruang Lingkup Wilayah...I Ruang Lingkup Materi...I Landasan Hukum...I Istilah dan Definisi...I-7 BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT LOKASI PRIORITAS 2.1 Kebijakan Nasional dan Daerah Terkait Pengembangan Lokpri...II Kebijakan Program Pembangunan Lokpri terkait Undang- Undang No.17 Tahun 2007 Tentang RPJP Nasional II Kebijakan dan Program Pembangunan Lokpri terkait PP No.26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional...II Kebijakan dan Program Pembangunan Lokpri terkait Perpres No.32 Tahun 2011 Tentang MP3EI Koridor Ekonomi Sulawesi II Kebijakan dan Program Pembangunan lokpri terkait Draft RTR Kawasan Perbatasan Negara Sulawesi Utara...II RPIJM Kabupaten Kepulauan Talaud...II Draft RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud...II Perjanjian dan Kerjasama Antar Negara (Cross Border Agreement) Indonesia - Filipina...II Valuasi Nilai Strategis Nasional di Lokpri Miangas...II-23 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas ii

4 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 2.4 Kondisi Fisik dan Lingkungan...II Fisiografis...II Penggunaan Lahan...II Karakteristik Laut dan Pesisir...II Karakteristik Ekosistem Pesisir...II Kebencanaan...II Potensi, Kendala dan Limitasi Kondisi Fisik Lingkungan Lokpri Miangas Kondisi Perekonomian...II Analisis Kondisi Ekonomi Kabupaten...II Analisis Kondisi Ekonomi Lokasi Prioritas...II Kondisi Sosial-Budaya dan Sumber Daya Manusia (SDM)...II Kondisi Demografi...II Kondisi Sosial...II Kondisi Budaya...II Kondisi Adat dan Kebiasaan Setempat...II Interaksi Demografi, Sosial dan Budaya Lokpri dengan Negara Tetangga...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Pendidikan...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Kesehatan...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Peribadatan...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Sosial Budaya...II Kondisi Ketersedian Dan Pelayanan Perbatasan dan Hankam...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Prasarana Listrik...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Prasarana Air Bersih...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Prasarana Telekomunikasi...II Kondisi Sistem dan Fasilitas Transportasi...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi...II Karakteristik Pergerakan Orang dan Barang di Lokpri, Antar Lokpri dan dengan Negara Tetangga...II Karakteristik Arsitektur Setempat...II Kondisi Kelembagaan...II-50 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas iii

5 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 2.11 Kondisi Keamanan Negara...II Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Aktivitas Pelanggaran Hukum...II Kejadian Konflik Antar Masyarakat Dua Negara...II Kebutuhan dan Peluang Kerjasama dengan Negara Tetangga...II Dinamika Perbatasan di Lokpri...II Gambaran Kondisi Distrik di Perbatasan Negara Tetangga...II-52 BAB III ISU STRATEGIS LOKPRI 3.1 Isu Pengelolaan Batas Wilayah Negara di Miangas...III Isu Pembangunan Kawasan Perbatasan di Miangas...III Isu Pengelolaan Lintas Batas Negara di Miangas...III-4 BAB IV VISI MISI PENGELOLAAN LOKPRI MIANGAS 4.1 Visi Pengelolaan Lokpri Miangas... IV Misi Pengelolaan Lokpri Miangas... IV Tujuan Pengelolaan Lokpri Miangas... IV-2 BAB V KEBIJAKAN, STRATEGI PROGRAM PRIORITAS PENGELOLAAN LOKPRI 5.1 Arah Kebijakan Pengelolaan Lokpri Miangas... V Strategi Pengelolaan Lokpri Miangas... V Program Prioritas Pengelolaan Lokpri Miangas... V-9 BAB VI KAIDAH PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN 6.1 Perencanaan... VI Pelaksanaan... VI Evaluasi Dan Pengawasan... VI Pelaporan... VI Pendanaan... VI-3 BAB VII KAIDAH PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN 7.1 Kesimpulan... VII Saran... VII-1 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas iv

6 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Kedudukan dan Posisi Rencana Induk Lokpri...I-2 Gambar 1. 2 Skema Latar Belakang Pekerjaan...I-3 Gambar 1. 3 Orientasi Lokpri Miangas...I-5 Gambar 1. 4 Admin Lokpri Miangas...I-6 Gambar 2. 1 Alur Tujuan RPJM 1 RPJM 4...II-2 Gambar 2. 2 Lokpri Miangas dalam RTRWN...II-5 Gambar 2. 3 Posisi Kawasan Perbatasan dalam MP3EI Sulawesi...II-8 Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Kepulauan Talaud...II-18 Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Talaud...II-20 Gambar 2. 6 Peta Rencana Kawasan Strategis RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud.II-22 Gambar 2. 7 Peta Lokpri Mingas...II-24 Gambar 2. 8 Wilayah Ketinggian Pulau Miangas...II-25 Gambar 2. 9 Kemiringan Lahan Pulau Miangas...II-26 Gambar Perbukitan dan Dataran Rendah di Pulau Miangas...II-26 Gambar Penggunaan Lahan Pulau Miangas tahun II-27 Gambar Ekosistem Perairan Pulau Miangas...II-29 Gambar Peta Rawan Bencana Pulau Miangas...II-30 Gambar Perkembangan Pertumbuhan Sektoral Tahun Kabupaten Kepulauan Talaud...II-31 Gambar Fasilitas Ekonomi di Pulau Miangas...II-32 Gambar Peta Aliran Barang...II-33 Gambar Kegiatan Manami di Pantai...II-37 Gambar Sarana pendidikan di Pulau Miangas...II-39 Gambar Fasilitas Pendidikan di Miangas...II-39 Gambar Kantor Camat Miangas...II-41 Gambar Kantor Imigrasi Miangas...II-41 Gambar Kantor Bea dan Cukai Miangas...II-42 Gambar Kantor Pos AL Miangas...II-42 Gambar Kantor Perwakilan Filipina di Miangas...II-43 Gambar Kantor Karantina Miangas...II-43 Gambar Kantor Pos AL Miangas...II-44 Gambar Pos Pengaman Perbatasan TNI AD...II-44 Gambar Kantor Komando Rayon Militer...II-45 Gambar Kantor Polsek Miangas...II-45 Gambar Sarana Prasarana Listrik...II-46 Gambar Sumber mata air Pulau Miangas...II-47 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas v

7 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar Kondisi Jalan Pulau Miangas...II-48 Gambar Jalur Transportasi Menuju Pulau Miangas...II-49 Gambar Kantor Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud...II-50 Gambar Ruang Kantor BPKPD Kabupaten Kepulauan Talaud...II-50 Gambar Peta Kondisi Distrik Negara Tetangga...II-52 Gambar 3. 1 Proses Pelaksanaan FGD di Miangas...III-1 Gambar 4. 1 Tahapan Pencapaian Visi, Misi dan Fokus Penanganan Lokpri Miangas. IV-2 Gambar 7. 1 Pertimbangan Pengelolaan Lokpri Laut... VII-2 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas vi

8 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Sulawesi Utara Dalam Sistem Perkotaan Nasional...II-5 Tabel 2. 2 Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi...II-6 Tabel 2. 3 Strategi Perkembangan Lokpri di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud Berdasarkan RTR KSN Perbatasan Negara Sulawesi Utara...II-8 Tabel 2. 4 Potensi dan Hambatan yang Dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Talaud...II-12 Tabel 2. 5 Program Infrastruktur Kabupaten Kepulauan Talaud...II-13 Tabel 2. 6 Hierarki Fungsional Horizontal Kabupaten Kepulauan Talaud...II-14 Tabel 2. 7 Hierarki Kabupaten Kep. Talaud Hierarki Perkotaan...II-15 Tabel 2. 8 Pembagian WKP dan Wilayah Pengaruhnya...II-15 Tabel 2. 9 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Talaud...II-19 Tabel Kawasan Strategis Bagi Kabupaten Kepulauan Talaud...II-21 Tabel Ketinggian Wilayah Pulau Miangas...II-24 Tabel Kelas Lereng Pulau Miangas...II-25 Tabel Bentangan Alam Pulau Miangas...II-27 Tabel Tabel Penggunaan Lahan Pulau Miangas...II-28 Tabel Jumlah Sarana Prasarana Ekonomi...II-32 Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga (kk) Tahun II-34 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia...II-35 Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Pulau Miangas...II-35 Tabel Jumlah Penduduk berdasarkan Agama...II-36 Tabel Sarana Pendidikan Pulau Miangas...II-38 Tabel Karakteristik Pergerakan di Wilayah Perbatasan RI-Filipina Sekitar Pulau Miangas...II-48 Tabel 3. 1 Matriks Isu Strategis Perbatasan di Lokpri Miangas...III-10 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas vii

9

10 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) 1.1 LATAR BELAKANG Permasalahan yang selalu melekat pada Kawasan Perbatasan adalah keterbatasan pelayanan infrastruktur, kesejahteraan masyarakat yang rendah, serta adanya ancaman pertahanan dan keamanan dan kedaulatan NKRI. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempercepat pembangunan Kawasan Perbatasan. Pemerintah melalui berbagai kebijakan telah mengubah cara pandang pengelolaan perbatasan dari inward looking menjadi outward looking, dengan menjadikan kawasan perbatasan sebagai beranda depan NKRI, dan menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan kawasan perbatasan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), yakni kawasan perkotaan di perbatasan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan (growth center) bagi kawasan sekitarnya. Melalui kebijakan ini diharapkan kota-kota di perbatasan mampu berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya, sehingga kotakota perbatasan memiliki daya saing dan tidak timpang dengan kemajuan Negara tetangga. Kebijakan lainnya adalah Pembentukan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) melalui Perpres 12/2010 agar pengelolaan perbatasan lebih fokus, sinkron, terkoordinasi, dan berada pada satu pintu pengelolaan. Selain itu, Pemerintah juga telah menyusun Desain Besar (Grand Design), Rencana Induk, dan Rencana Aksi Pengelolaan Kawasan Perbatasan agar terdapat satu acuan bersama dalam pembangunan kawasan perbatasan, serta sebagai upaya mengarusutamakan pembangunan kawasan perbatasan ke dalam kebijakan pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah untuk mempercepat pembangunan kawasan perbatasan adalah dengan menetapkan Lokasi-Lokasi Prioritas (Lokpri). Rencana Induk (Rencana Induk) Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan tahun telah menetapkan Lokasi Prioritas (Lokpri), yang merupakan lokasi di kawasan perbatasan yang diprioritaskan penanganannya. Lokpri ditetapkan pada kecamatan yang berbatasan dengan Negara tetangga. Hal ini bertujuan agar perkembangan Lokpri berjalan cepat, dan mampu berperan sebagai beranda depan NKRI. Pada periode , Pemerintah telah menetapkan 111 Lokpri yang akan menjadi prioritas penanganan pada periode tersebut, sementara pasca 2014 Pemerintah telah menetapkan 76 Lokpri. Periode Rencana Induk telah berjalan dua tahun, namun pengelolaan Lokpri dirasa belum optimal. Kebijakan pengelolaan Lokpri masih belum terarah, sektor terkait baik di pusat maupun daerah masih bergerak secara terpisah, kewenangan di tingkat pusat dan daerah juga masih belum jelas, serta belum diarusutamakannya kebijakan pengelolaan perbatasan khususnya Lokpri di berbagai sektor terkait. Pemerintah menyusun kebijakan dan program pengelolaan Lokpri tanpa adanya satu acuan bersama, sehingga kebijakan menjadi tidak sinkron satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh belum adanya suatu acuan pengelolaan Lokpri yang menjadi acuan bersama bagi setiap pemangku kepentingan terkait, terutama pihak Pemerintah baik pusat maupun daerah. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan dalam pengelolaan Lokpri. Yang diperlukan adalah suatu acuan bersama bagi para pemangku kepentingan dalam pengelolaan Lokpri, yang kemudian akan menjadi pedoman bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di berbagai sektor dalam menyusun arah kebijakan, program beserta penganggaran pembangunan tahunan dan lima tahunan. Acuan tersebut adalah berupa Rencana Induk Pengelolaan Lokasi Prioritas (Lokpri), arah kebijakan, strategi, dan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 1

11 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) agenda program prioritas pengelolaan Lokpri. Rencana Induk Lokpri ini diharapkan dapat menjadi satu acuan bersama bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengelola Lokpri. Selain itu, Rencana Induk Lokpri ini juga diharapkan menjadi salah satu upaya dalam mengarusutamakan pengelolaan kawasan perbatasan khususnya Lokpri ke dalam kebijakan pembangunan nasional dan daerah, seperti RPJM, RKP, RTRW, dan sebagainya. Permasalahan yang sering terjadi pada dokumen-dokumen perencanaan adalah lemahnya rasa kepemilikan terhadap dokumen-dokumen perencanaan yang dihasilkan. Hal ini berakibat pada lemahnya implementasi rencana-rencana tersebut. Untuk mengatasi persoalan ini, maka diperlukan pendekatan perencanaan partisipatif yang melibatkan seluruh pihak yang terkait. Hal ini bertujuan agar dokumen rencana yang dihasilkan dapat mengakomodir berbagai kepentingan, sehingga akan meningkatkan rasa kepemilikan terhadap dokumen yang dihasilkan. Dengan demikian akan memperkuat implementasi rencana yang dihasilkan. Oleh karena itu, penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Lokpri ini perlu dilakukan melalui pendekatan partisipatif, dengan melibatkan seluruh pihak yang terkait. Pihak-pihak terkait di tingkat pusat seperti Kementerian/Lembaga terkait, masyarakat umum dan kalangan dunia usaha perlu terlibat dalam proses ini. Begitu pula dengan pihak-pihak terkait di daerah seperti Badan Pengelola Perbatasan Daerah beserta dinas teknis terkait, kalangan dunia usaha serta masyarakat di perbatasan, juga perlu dilibatkan dalam proses penyusunan Rencana Induk Lokpri ini. Maka, yang diperlukan adalah tidak hanya Rencana Induk Lokpri sebagai acuan bersama, namun juga proses yang partisipatif. Rencana Induk Pengelolaan Lokpri akan berisi arah kebijakan, strategi, dan agenda program prioritas pengelolaan Lokpri. Tujuan adanya Rencana Induk Lokpri ini adalah salah satu upaya dalam mengarustamakan pengelolaan kawasan perbatasan khususnya lokpri ke dalam kebijakan pembangunan nasional, dan daerah seperti RPJM, RKP, RTRW dan sebagainya. Rencana induk ini merupakan bagian dari rencana program pembangunan dan memilim ki kedudukan sejajar RPJMN tetapi hanya sebagai masukan. Berikut ini adalah kedudukan dan posisi Rencana Induk Lokpri : Gambar 1. 1 Kedudukan Dan Posisi Rencana Induk Lokpri Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 2

12 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) Dari gambar di atas dapat dilihat posisi dan keterangan dokumen Rencana Induk Lokpri terhadap dokumen pembangunan dan dokumen tata ruang. Rencana Induk Lokpri mengacu pada dokumen pembangunan Grand Design Perbatasan dan dokumen tata ruang yaitu RTR KSN Perbatasan, serta dokumen RDTR Lokpri yang sudah ada. Sedangkan hasil dari Rencana Induk Lokpri ini menjadi masukan untuk dokumen pembangunan yaitu RPJMN , Rinduk Perbatasan , dan Renaksi Perbatasan. Dengan kata lain dokumen Rencana Induk Lokpri ini sangat penting untuk memberikan masukan kepada dokumen pembangunan di kawasan perbatasan, dengan tujuan agar pembangunan kawasan perbatasan menjadi terarah dan satu tujuan yaitu mensejahterahkan masyarakat diperbatasan. Kebutuhan Acuan yang berisi arah kebijakan, strategi, dan agenda program prioritas pengelolaan Lokpri Amanat - UU 43/2008 tentang Wilayah Negara - PP 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional - Perpres 12/2010 tentang Pembentukan Badan Pengelola Perbatasan - Perka BNPP 1/2011 tentang Grand Design - Perka BNPP 2/2011 tentang Rinduk Pengelolaan Perbatasan Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan rencana induk Lokpri Miangas di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara Output Dokumen Rencana Induk Lokpri Miangas di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara Outcome - Percepatan pembangunan kawasan perbatasan di Lokpri Miangas di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara - Sinkronisasi kebijakan pembangunan baik pusat dan daerah di Lokpri Miangas di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara - Terakomodirnya kepentingan masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam pembangunan kawasan lokpri di Gambar 1. 2 Skema Latar Belakang Pekerjaan Sumber: Hasil Analisis, MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN Maksud kegiatan ini adalah melaksanakan pengelolaan kawasan perbatasan sesuai dengan amanat UU No. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah menyusun Rencana Induk Pengelolaan Lokasi Prioritas Miangas yang Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 3

13 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) akan menjadi acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pengelolaan Lokpri Miangas. Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran kegiatan ini adalah: Terumuskannya isu pengelolaan Lokpri Miangas yang melibatkan pemangku kepentingan Terumuskannya arah kebijakan, strategi, dan agenda program prioritas pengelolaan Lokpri Miangas yang melibatkan pemangku kepentingan 1.3 RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah perencanaan berada di Provinsi Sulawesi Utara, dimana terdapat 4 Lokasi Prioritas (Lokpri) di 2 kabupaten/ kota di Provinsi Sulawesi Utara yang telah ditetapkan pada Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun , dan salah satunya adalah Lokpri Miangas. Lokpri Miangas terletak pada Kabupaten Kepulauan Talaud yang berada di bagian Utara berbatasan langsung dengan Negara Filipina di sebelah barat dan utara. Berdasarkan perhitungan jarak dan waktu tempuh, jarak antara Lokpri Miangas dengan Distrik Davao, mil laut atau 10 jam waktu tempuh. Jarak antara Lokpri Miangas dengan Lokpri Nanusa mil laut atau 9 jam waktu tempuh. Serta jarak antara Lokpri Miangas dengan ibukota kabupaten di Tahuna adalah mil laut atau 11 jam waktu tempuh. Untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada gambar Ruang Lingkup Materi Lingkup materi Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Pengelolaan Batas Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas Miangas di Provinsi Sulawesi Utara lain terdiri dari : 1. Kondisi Lokpri Miangas, yang berisikan tinjauan kebijakan terkait pengembangan lokpri, valuasi nilai strategis nasional, kondisi fisik lingkungan, kondisi perekonomian, kondisi sosial budaya dan SDM, kondisi ketersediaan sarana dan prasarana, kondisi sistem dan fasilitas transportasi, kelembagaan, keamanan, karakteristik arsitektural, kebutuhan dan peluang kerjasama, dinamika perbatasan serta gambaran kondisi distrik negara tetangga pada Lokpri Miangas. 2. Isu-isu strategis perbatasan pada Lokpri Miangas. 3. Visi, misi dan tujuan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan di Lokpri Miangas. 4. Arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan di Lokpri Miangas. 5. Kaidah pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan di Lokpri Miangas, yang berisikan kaidah perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan, pelaporan serta pendanaan. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 4

14 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) Gambar 1. 3 Orientasi Lokpri Miangas Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 5

15 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) Gambar 1. 4 Admin Lokpri Miangas Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 6

16 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) 1.4 LANDASAN HUKUM Landasan hukum dalam penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara; 8. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil Terluar; 11. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pulau-pulau Kecil Terluar; 12. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 13. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan. 14. Peraturan Kepala BNPP No. 1 Tahun 2011 tentang Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun ; 15. Peraturan Kepala BNPP No 2 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun ISTILAH DAN DEFINISI Dalam Renduk Lokpri, yang dimaksud dengan: 1. Pembangunan adalah semua proses perbaikan atau perubahan yang yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar, terencana, dan berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi; 2. Pengelolaan adalah aktivitas manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan serta pengendalian; Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 7

17 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) 3. Batas Wilayah Negara adalah garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang didasarkan atas hukum internasional; 4. Kawasan Perbatasan adalah bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan; 5. Kawasan Perbatasan Laut adalah kawasan sepanjang sisi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai dengan pulau-pulau kecil terluar (P2KT) dan perairan di sekitarnya; 6. CWA adalah provinsi yang berada di kawasan perbatasan; 7. WKP adalah kabupaten/kota yang berada di kawasan perbatasan dan berada di dalam Cakupan Wilayah Administrasi (CWA); 8. Lokasi Prioritas (Lokpri) adalah kecamatan-kecamatan di kawasan perbatasan darat dan laut di dalam Wilayah-wilayah Konsentrasi Pengembangan (WKP) yang ditetapkan dalam Peraturan BNPP No. 1 tahun 2011 tentang Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun ; 9. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas (Renduk Lokpri) adalah acuan pembangunan serta pengelolaan Lokpri yang memuat arah kebijakan, strategi, dan agenda program prioritas pengelolaan Lokpri melibatkan pemangku kepentingan tingkat pusat dan daerah; 10. Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) adalah badan pengelola yang diberi kewenangan oleh UU untuk mengelola batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. 11. Badan Pengelola Perbatasan di Daerah (BPPD) adalah badan pengelola di tingkat daerah hanya dibentuk di daerah provinsi, kabupaten/kota yang memiliki kawasan perbatasan antarnegara. 12. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penataan ruang. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB I - 8

18

19 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Kebijakan Nasional dan Daerah Terkait Pengembangan Lokpri Kebijakan Program Pembangunan Lokpri terkait Undang-Undang No.17 Tahun 2007 Tentang RPJP Nasional Kebijakan pengembangan kawasan perbatasan dalam UU No. 17 Tahun 2007, mengatur bahwa wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau-pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian. Posisi kawasan perbatasan yang berada di lokasi strategis yang berseberangan dengan negara tetangga, menjadikan kawasan perbatasan perlu memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang kuat. Masih lemahnya sistem pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan memberikan peluang bagi negara tetangga untuk mengeksploitasi SDA yang dimiliki lokasi prioritas. Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang meliputi (a) peningkatan kinerja pertahanan dan keamanan secara terpadu di wilayah perbatasan; (b) pengembangan sistem monitoring, control, and surveillance (MCS) sebagai instrumen pengamanan sumber daya, lingkungan, dan wilayah kelautan; (c) pengoptimalan pelaksanaan pengamanan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terdepan; dan (d) peningkatan koordinasi keamanan dan penanganan pelanggaran di laut. Fokus pengelolaan perbatasan dalam RPJP Nasional : 1. Mengembangkan daya saing ekonomi dengan memanfaatkan keunggulan komparatif sumber daya lokal (pertanian, perikanan, pariwisata); 2. Menyiapkan infrastruktur pendukung (transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih, dan penetapan detail tata ruang); 3. Menyiapkan regulasi dan kerjasama perdagangan antar negara; serta menetapkan bersama pintu-pintu utama lintas batas dan menyediakan sarana dan prasarana CIQS terpadu/satu pintu; 4. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan IPTEK (jangka pendek dan jangka panjang) untuk pengelolaan SDA; 5. Penegasan batas wilayah negara pada wilayah OPB (Outstanding Border Problem), unresolved/unsurvey, dan batas maritim; 6. Meningkatkan kualitas pengamanan perbatasan darat dan perbatasan laut. Laporan Akhir BAB II - 1

20 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar 2. 1 Alur Tujuan RPJM 1 RPJM Kebijakan dan Program Pembangunan Lokpri terkait PP No.26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional PP No. 26 Tahun 2008 mengenai ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional antara lain memuat Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional yang dituangkan dalam pasal-pasal dalam peraturan tersebut. Kesimpulan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah sebagai berikut : Penetapan Sistem Perkotaan Nasional yang berhirarki (PKN, PKW dan PKSN) dimana kawasan perbatasan mendapat status PKSN (Pusat Kawasan Strategis Nasional). PKN, PKW dan PKSN merupakan pusat kegiatan (industri dan jasa) dan simpul transportasi antar wilayah. Pemberian arahan terhadap pengembangan infrastruktur perkotaan dan perdesaan untuk mendukung sistem kegiatan industri jasa berskala nasional, dan kabupaten, serta mendukung sistem kegiatan industri/jasa di kawasan andalan. Kewajiban kawasan perkotaan untuk memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, terutama di kota-kota pantai, metropolitan dan besar, antara lain melalui mekanisme pengendalian Adapun poin-poin penting dari kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi: Laporan Akhir BAB II - 2

21 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional; Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional; Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antar kawasan. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung; Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya; Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi: Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun. Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional meliputi: Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; Menciptakan iklim investasi yang kondusif; Laporan Akhir BAB II - 3

22 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; Mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal meliputi: Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi; Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; dan Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa meliputi: Meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur; Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; Melestarikan situs warisan budaya bangsa. Strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia meliputi: Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya; Meningkatkan kepariwisataan nasional; Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup. Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal meliputi: Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan; Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah; Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat; Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi. Dalam kaitannya dengan kegiatan pada kawasan perbatasan, RTRW Nasional yang mengatur arahan pemanfaatan ruang di seluruh di Indonesia telah menetapkan arahan dan kebijakan yang berkaitan dengan Kawasan Perbatasan Sulawesi Utara (MiangasMarore) dan Maluku Utara (Pulau Morotai). Dalam akan dijelaskan lebih rinci dengan penjelasan gambar, serta arahan kebijakannya. Laporan Akhir BAB II - 4

23 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Tabel 2. 1 Lokasi Prioritas Kawasan Perbatasan Sulawesi Utara Dalam Sistem Perkotaan Nasional SULAWESI UTARA PKN Kawasan Perkotaan Manado Bitung (I/C/1) PKW Tomohon (I/C/1) Tondano (II/C/1) Kotamobagu(II/C/1) PKSN Melonguane (I/A/2) Tahuna (I/A/2) Lokpri Miangas Gambar 2. 2 Lokpri Miangas dalam RTRWN Sumber: Lampiran Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Republik Indonesia (PP No.26 Tahun 2008) Kawasan Perbatasan Miangas sendiri berada pada Kabupaten Kepulauan Talaud yang merupakan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) karena lokasinya merupakan kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara, khususnya Kawasan Melonguane (Kabupaten Kepulauan Talaud) Kebijakan dan Program Pembangunan Lokpri terkait Perpres No.32 Tahun 2011 Tentang MP3EI Koridor Ekonomi Sulawesi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi Laporan Akhir BAB II - 5

24 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan. Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: (1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua Kepulauan Maluku; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected); (3) memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional. Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai tema Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Pertambangan Nikel Nasional. Koridor ini diharapkan menjadi garis depan ekonomi nasional terhadap pasar Asia Timur, Australia, dan Amerika. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian, secara umum terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di Koridor Ekonomi Sulawesi: Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia; Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen), tumbuh dengan lambat padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja; Investasi di Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relatif tertinggal dibandingkan daerah lain; Infrastruktur perekonomian dan sosial seperti jalan, listrik, air, dan kesehatan kurang tersedia dan belum memadai. Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama pertanian pangan, kakao, perikanan dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di koridor ini. Tabel 2. 2 Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi No 1 Nama Kode Lokus K4(6,22)-1 Kolaka, Konawe, Mandiodo Nikel Kendari Perikanan Laporan Akhir Kegiatan Ekonomi Utama Pelaku Infrastruktur Pendukung Pemerintah, Swasta Pelabuhan, Power & Energy, Utilitas Air, Fasilitas Produksi - BUMN, Jumlah Investasi (IDR Triliun) Share Investasi terhadap Kegiatan Ekonomi Utama di seluruh Koridor (%) BAB II - 6

25 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 2 K4(11,15)-2 3 K4-(6)-3 4 Makasar, Wajo, Maros Wajo Luwu Pertanian pangan Migas Nikel Swasta Pemerinrtah, Swasta Swasta Swasta Mamuju Migas BUMN Kakao BUMN, Swasta BUMN, Swasta BUMN, Swasta Pemerintah, Swasta K4(15,21)-4 5 Marowali K4(6,15,22)5 6 K4(15,22)-6 7 K4(15,22)-7 Nikel Migas Morowali, Tojo Unauna Banggai, Luwuk Banggai Kotamobagu, Tomohon Bitung Perikanan Migas Perikanan Migas Perikanan Utilitas air Power Energy Power Energy & & Jalan, Power & Energy BUMN, Swasta BUMN Swasta Power & Energy Pelabuhan Sumber: MP3EI Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kawasan perbatasan Sangihe dan Talaud belum termasuk daerah pengembangan MP3EI. Akan tetapi apabila dilihat secara posisi dan peran, kedua kawasan perbatasan memiliki keterkaitan dengan Lokus Kotamobagu, Tomohon dan Bitung yang terletak di Sulawesi Utara dengan fokus pengembangan ekonomi utama berupa perikanan. Posisi kawasan perbatasan secara lebih jelas dapat dilihat dari gambar berikut Laporan Akhir BAB II - 7

26 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar 2. 3 Posisi Kawasan Perbatasan dalam MP3EI Sulawesi Sumber: MP3EI Kebijakan dan Program Pembangunan lokpri terkait Draft RTR Kawasan Perbatasan Negara Sulawesi Utara Draft RTR kawasan perbatasan negara Sulawesi Utara merupakan dokumen yang menjabarkan rencana tata ruang kawasan perbatasan di Sulawesi Utara yang meliputi rencana tata ruang dari pulau kecil terluar yang ada di Sulawesi Utara. Dalam draft RTR ini diatur mengenai beberapa arahan kebijakan yang terkait dengan strategi pengembangan di masing-masing lokasi prioritas kawasan perbatasan yang ada di antara Sulawesi Utara dan Filipina. Beberapa arahan kebijakan yang dijelaskan, meliputi: Tabel 2. 3 Strategi Perkembangan Lokpri di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud Berdasarkan RTR KSN Perbatasan Negara Sulawesi Utara Sistem Pelayanan Perbatasan Negara Jenis Kebijakan strategi pengembangan sistem pusat pelayanan perbatasan negara berbasis klaster di Sulawesi Utara Strategi Laporan Akhir pengembangan Strategi Pengembangan Tahuna dan Melonguane sebagai pusat pelayanan utama; 2. Karatung sebagai pusat pelayanan penyangga; dan 3. Pulau Marore, Pulau Miangas, dan Pulau Marampit sebagai pusat pelayanan pintu gerbang; 1. Mengembangkan sistem antarpusat pelayanan 1. BAB II - 8

27 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Jenis Kebijakan sistem antarpusat pelayanan dan pusat-pusat pelayanan dengan perkotaan nasional Sistem Jaringan Perkotaan Jaringan primer jalan kolektor Lintas penyeberangan Pelabuhan perikanan Bandar udara umum Pelabuhan penyeberangan Laporan Akhir Strategi Pengembangan Tahuna-Melonguane-Anggrek-Tolitoli; 2. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan Tahuna dan Melonguane dengan PKN Manado-Bitung; dan 3. Mengembangkan pusat pelayanan Anggrek dengan PKN Manado-Bitung 1. Tamako-Tahuna-Naha-Enemawira-Tahuna; 2. Esang-Beo-Melangguane-Rainis-Beo; 3. Bitung-Maen-Likupang-Tarabitan-Wori-ManadoTanahwangko-Maru Asei-Popon Tolen; Dampal Utara-Lingian; Bitung-Manterawu; Siau-Makalehi; Tahuna-Kawalusu; Tahuna-Kawio; dan Karatung-Kakarutan. Tahuna-Melonguane; Tahuna-Marore; Karatung-Miangas; dan Karatung-Marampit. Bitung-Siau-Tahuna-Marore; Bitung-Siau-Melonguane-Lirung-KaratungMiangas; Bitung-Siau-Melonguane-Lirung-KaratungMarampit; dan Tahuna-Lirung. Tahuna-Marore-Davao (Filipina); Tahuna-Marore-Glan (Filipina); dan Melonguane-Davao (Filipina). PPS Bitung di Kecamatan Aertembaga pada Kota Bitung, PPP Dagho di Kecamatan Tamako pada Kabupaten Kepulauan Sangihe, PPP Tumumpa di Kecamatan Tuminting pada Kota Manado, PPP Kwandang di Kecamatan Kwandang pada Kabupaten Gorontalo Utara, PPI Amurang di Amurang Barat pada Kabupaten Minahasa Selatan, PPI Broko pada Kabupaten Bolaang Mongondow, PPI Dapo pada Kabupaten Kepulauan Sangihe, PPI Dudepo pada Kabupaten Bolaang Mongondow, PPI Kema pada Kabupaten Minahasa Utara, PPI Likupang pada Kabupaten Minahasa Utara, PPI Molas pada Kota Manado, PPI Talaud pada Kabupaten Kepulauan Talaud, PPI Wori pada Kabupaten Minahasa Utara, PPI Gentuma di Kecamatan Gentuma Raya pada Kabupaten Gorontalo Utara, dan PPI Kumoligon pada Kabupaten Buol. a. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer yang ditetapkan di Bandar Udara Sam Ratulangi; b. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yang ditetapkan di Bandar Udara Melonguane; c. Bandar udara pengumpan yang ditetapkan di Bandar Udara Naha, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Pihise, dan Bandar Udara Sultan Bantilan. 1. Pelabuhan Miangas di Kecamatan Miangas pada BAB II - 9

28 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Jenis Kebijakan lintas antarnegara antar dan Pola Ruang Perkotaan Kawasan hutan lindung Kawasan resapan air Kawasan budidaya zona B1 (PKSN) Kawasan B2 budidaya zona Kawasan budidaya B3 (pertahanan keamanan) zona dan Kawasan B4 zona Laporan Akhir budidaya Strategi Pengembangan Kabupaten Kepulauan Talaud; Pelabuhan Melonguane di Kecamatan Melonguane pada Kabupaten Kepulauan Talaud; Pelabuhan Marore di Kecamatan Kepulauan Marore pada Kabupaten Kepulauan Sangihe; Pelabuhan Tahuna di Kecamatan Tahuna pada Kabupaten Kepulauan Sangihe; Pelabuhan Petta di Kecamatan Tabukan Utara pada Kabupaten Kepulauan Sangihe; Pelabuhan Manado pada Kota Manado; Pelabuhan Bitung pada Kota Bitung; - - Fungsi kawasan di zona B2, meliputi: kawasan peruntukan permukiman serta prasarana dan sarana dasar; kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara; kawasan peruntukan fasilitas kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan; kawasan peruntukan pelabuhan; kawasan peruntukan bandar udara; kawasan peruntukan industri pengolahan; dan/atau kawasan peruntukan perdagangan dan jasa. Sehingga wilayah yang memiliki fungsi tersebut, meliputi: Kecamatan Miangas dan Kecamatan Nanusa pada Kabupaten Kepulauan Talaud; Fungsi kawasan di zona B3, meliputi: a. kawasan peruntukan permukiman serta prasarana dan sarana dasar; dan b. kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara. Sehingga wilayah yang memiliki fungsi tersebut, meliputi: a. Kecamatan Beo, Kecamatan Beo Selatan, Kecamatan Beo Utara, Kecamatan Damau, Kecamatan Essang, Kecamatan Essang Selatan, Kecamatan Gemeh, Kecamatan Kabaruan, Kecamatan Kalongan, Kecamatan Lirung, Kecamatan Melonguane, Kecamatan Melonguane Timur, Kecamatan Miangas, Kecamatan Moronge, Kecamatan Nanusa, Kecamatan Pulutan, Kecamatan Rainis, Kecamatan Salibabu, dan Kecamatan TampanAmma pada Kabupaten Kepulauan Talaud; Sebagai kawasan budi daya yang dikembangkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian pangan masyarakat di Kawasan Perbatasan Negara, meliputi daerah berikut ini: Kecamatan Beo, Kecamatan Beo Selatan, Kecamatan Beo Utara, Kecamatan Damau, Kecamatan Essang, BAB II - 10

29 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Jenis Kebijakan Kawasan B5 budidaya zona Strategi Pengembangan Kecamatan Essang Selatan, Kecamatan Gemeh, Kecamatan Kabaruan, Kecamatan Kalongan, Kecamatan Lirung, Kecamatan Melonguane, Kecamatan Melonguane Timur, Kecamatan Miangas, Kecamatan Moronge, Kecamatan Nanusa termasuk Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakarutan, Kecamatan Pulutan, Kecamatan Rainis, Kecamatan Salibabu, dan Kecamatan TampanAmma pada Kabupaten Kepulauan Talaud; Karakteristik sebagai kawasan budi daya yang dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi antarwilayah di Kawasan Perbatasan Negara, meliputi daerah berikut ini: 1. Kecamatan Beo, Kecamatan Beo Selatan, Kecamatan Beo Utara, Kecamatan Damau, Kecamatan Essang, Kecamatan Essang Selatan, Kecamatan Gemeh, Kecamatan Kabaruan, Kecamatan Kalongan, Kecamatan Lirung, Kecamatan Melonguane, Kecamatan Melonguane Timur, Kecamatan Miangas, Kecamatan Moronge, Kecamatan Nanusa termasuk Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakarutan, Kecamatan Pulutan, Kecamatan Rainis, Kecamatan Salibabu, dan Kecamatan TampanAmma pada Kabupaten Kepulauan Talaud; Sumber: Draft RTR Kawasan Perbatasan Negara Sulawesi Utara-Gorontalo-Sulawesi Tengah RPIJM Kabupaten Kepulauan Talaud RPIJM Merupakan dokumen teknis kelayakan program (feasibility study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya.Penyusunan RPIJM Kabupaten Kepulauan Talaud dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengupayakan sumberdaya lain (swasta) untuk terlibat di dalam pelaksanaan program-program pembangunan yang ada dan untuk mencapai tujuan pembangunan yang sudah ditetapkan. Dalam kebijakan regional yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sulawesi, Kota Melonguane memiliki fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) perbatasan dengan jenis pelayanan yang menjadi fungsi dari Kota Melonguane sebagai penyedia administrasi pelintas batas negara, perdagangan jasa dan transhipment point. Namun dalam RTRWN kota Melonguane memiliki fungsi sebagai PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Strategi pengembangan untuk Kota Melonguane yang merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki peran yang sangat penting. Dalam RTRW Pulau Sulawesi strategi kota Melonguane djabarkan sebagai berikut: Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai tujuan pemasaran untuk wilayah Kepulauan Talaud Talaud. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, air limbah dan drainase) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara. Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga, khususnya pada bidang kelautan dan pertahanan keamanan. Laporan Akhir BAB II - 11

30 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreatifitas masyarakat Kota Melonguane. Dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, selain kawasan tertentu terdapat juga kawasan andalan laut dan darat yang memiliki komoditi unggulan yang strategis untuk menunjang pembangunan wilayah, juga kawasan tertinggal yang disandang oleh desadesa pada pulau-pulau yang terpencil dengan aksesibilitas dan kondisi fasilitas yang sangat tidak memadai. Kawasan tertentu perbatasan meliputi pulau Miangas, pulau Kakorotan, pulau Intata dan pulau Marampit sebagai pusat kegiatan. Sebagai pusat kegiatan pulau Miangas terdapat chek point Border Crossing Area dan instansi-instansi yang berhubungan dengan kegiatan lintas batas. Dengan letaknya yang jauh dari pusat kegiatan kabupaten dan rutinitas kunjungan ke kawasan ini yang masih kurang serta terdapatnya beberapa pulau yang tidak berpenghuni mengakibatkan kawasan perbatasan ini rentan terhadap beberapa kegiatan ilegal seperti penyelundupan, pencurian ikan oleh nelayan asing, rawan terhadap pengaruh ipoleksosbud negara tetangga serta kegiatan infiltrasi. Berikut ini merupakan penjabaran potensi dan hambatan yang dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Talaud. Tabel 2. 4 Potensi dan Hambatan yang Dimiliki oleh Kabupaten Kepulauan Talaud Potensi Komoditi unggulan terdapat 3 (tiga) jenis ikan tangkapan yang memiliki angka produktifitas cenderung melebihi komoditi perikanan tangkap yaitu: marlin, tongkol dan tuna. Kegiatan pariwisata bahari yang telah didentifikasi beberapa diantaranya terletak didalam kawasan andalan laut, kegiatan wisata bahari yang ada berupa penyelaman bawah laut yang mengikuti route diving cruise murex. Adapun Lokasi penyelaman (dive spot) yang masuk dalam kawasan andalan laut adalah : Perairan pulau Sara besar/sara kecil, Pulau Intata dan perairan mangupung. Kawasan andalan darat berupa sektor perkebunan menjadi primadona bagi Kabupaten Kepulauan Talaud, khususnya tanaman kelapa, pala dan cengkih yang menjadi sektor unggulan di daerah ini. Hambatan Prasarana dan sarana pariwisata serta infrastruktur yang belum memadai. Prasarana dan sarana sektor perikanan serta infrastruktur yang belum memadai. Banyaknya penduduk miskin dan banyaknya penduduk yang menganggur khususnya pada daerah: Kecamatan Gemeh, Kecamatan Miangas, Kecamatan Rainis. Dari seluruh ruas jalan yang melingkari pulau Talaud hanya dibagian utara yang memiliki status sebagai jalan nasional, sehingga perlu ada peningkatan status jalan. Belum efektifnya jalur penyeberangan laut yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud. Sumber: RPIJM Kabupaten Kepulauan Talaud Kabupaten Kepulauan Talaud yang merupakan wilayah kepulauan berpotensi terhadap kegiatan kemaritiman khususnya eksplorasi hasil laut berupa perikanan. Selain sektor perikanan laut yang berada dalam kawasan andalan laut terdapat juga sektor pariwisata yang walaupun belum berupa komoditi unggulan namun dapat memperkuat kegiatan yang ada di dalam kawasan andalan laut selain sektor perikanan. Dengan penjabaran secara makro mengenai potensi dan hambatan yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Talaud, maka perlu adanya strategi pengembangan Kabupaten Kepulauan Talaud beserta program pengembangan di masing-masing lingkup aspek terkait dengan visi dan Laporan Akhir BAB II - 12

31 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) misi pembangunan Kabupaten Kepulauan Talaud. Berikut merupakan program infrastruktur Kabupaten Kepulauan Talaud yang dijabarkan dalam RPIJM. Tabel 2. 5 Program Infrastruktur Kabupaten Kepulauan Talaud No 1 2 Sektor Prasarana jalan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) 3 Ketenagalistrikan 4 Telekomunikasi 5 Perumahan permukiman dan 6 Air bersih 7 Air Limbah 8 Drainase 9 Persampahan Program Pembangunan Pemeliharaan prasarana jalan Peningkatan dan rehabilitasi jalan dan jembatan Pembangunan jalan dan jembatan Program manajemen transportasi Rehabilitasi dan pembangunan prasarana dan sarana penyeberangan Koordinasi perencanaan dan penataan sistim jaringan pelayanan terpadu Peningkatan kualitas SDM, kelembagaan dan manajemen yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi Peningkatan aksesibilitas pemerintah daerah, BUMN, koperasi dan masyarakat terhadap jasa pelayanan sarana dan prasarana energi dan kelistrikan. Peningkatan kualitas jasa pelayanan sarana prasarana ketenagalistrikan Penyempurnaan dan restrukturisasi sarana dan prasarana energi ketenagalistrikkan Pengembangan jaringan sambungan baru telepon wilayah perkotaan dan pedesaan. Mendayagunakan informasi serta teknologi informasi dan komunikasi, beserta aplikasinya guna mewujudkan Tata Pemerintahan yang transparan, efisien dan efektif. Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman dan terjangkau dengan memfokuskan pada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Penanggulangan dan rehabilitasi perumahan akibat bencana alam / kerusuhan sosial. Penyehatan lingkungan perumahan. Pengembangan jaringan air bersih. Peningkatan Pengelolaan sumber- sumber air. Pengembangan dan pengelolaan sumber air baku. Penataan dan penyempurnaan pola distribusi air bersih. Pengendalian dan pengawasan pengelolaan air limbah. Pengembangan pengelolaan air limbah terpadu. Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanganan drainase. Pengembangan kelembagaan pengelolaan drainase diarahkan untuk mewujudkan tata kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan transparan. Peningkatan kinerja pengelolaan drainase secara cepat, tepat, bermanfaat, efisien, dan berwawasan lingkungan Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanganan persampahan. Pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah diarahkan untuk mewujudkan tata kelembagaan yang efektif, akuntabel dan transparan. Peningkatan kinerja pengelolaan persampahan secara cepat, tepat, bermanfaat, efisien dan berwawasan lingkungan. Sumber: RPIJM Kabupaten Kepulauan Talaud Laporan Akhir BAB II - 13

32 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Draft RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud memuat tentang rencana pemanfaatan ruang kabupaten. Rencana pemanfaatan ruang tersebut mencakup rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan rencana kawasan strategis. Sebagai salah satu pulau yang berada di dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Talaud, Lokpri Miangas atau memiliki beberapa rencana yang akan dikerjakan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. 1) Rencana Struktur ruang Struktur ruang wilayah Provinsi Sulawesi Utara terutama dibentuk oleh jaringan prasarana transportasi, pusat pelayanan, dan fungsi primer. Pertimbangan utama bagi penetapan struktur ruang wilayah Provinsi Sulawesi Utara adalah untuk mencapai pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan feeder-road ke sentra-sentra penghasil sumberdaya primer. Pengembangan hirarki fungsional yang lebih bersifat horizontal ini dimaksudkan untuk mengupayakan pengembangan ruang yang terdesentralisasi pada sumberdaya alam setempat serta terciptanya keseimbangan pertumbuhan yang proporsional (balance growth). Konsep ini mendorong terciptanya satuan ruang wilayah yang lebih efisien. Konsep pengembangan hirarki fungsional yang horizontal ini terbagi atas beberapa kelas, yaitu: Tabel 2. 6 Hierarki Fungsional Horizontal Kabupaten Kepulauan Talaud Hirarki fungsional Pusat Pelayanan Primer Pusat Pelayanan Sekunder Pusat Pelayanan Tersier Fungsi Melayani wilayah Provinsi Sulawesi Utara, wilayah Pulau Sulawesi bagian Utara dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas Melayani satu atau lebih daerah kabupeten/kota. Pusat pengembangan sekunder Kota-kota mandiri selain pusat kegiatan primer dan sekunder yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efektif Keterangan 1. Sekunder A: Berkaitan dengan pengembangan pusat permukim-an sebagai pusat kegiatan strategis nasional (PKSN) 2. Sekunder B: Berkaitan dengan pengembangan pusat permukim-an sebagai pelayanan pusat kegiatan wilayah (PKW), 1. Tersier A: Berkaitan dengan pengembangan pusat permukiman pelayanan berskala pusat kegiatan nasional atau wilayah. 2. Tersier B: Berkaitan dengan pengembangan pusat permukiman pusat kegiatan lokal (PKL). 3. Tersier C: Berkaitan dengan pengembangan pusat permukiman sebagai pusat-pusat pertumbuhan perdesaan. Salah satunya mendukung sistem agropolitan. Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Laporan Akhir BAB II - 14

33 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Struktur perkotaan : Dari hasil indeks sentralitas fungsi dan penduduk diketahui bahwa Kabupaten Kepulauan Talaud menurut arahan Permen PU No. 16 /PRT/2007 dibagi menjadi empat hierarki struktur Perkotaan. Hirarki struktur perkotaan di Kabupaten Kepulauan Talaud antara lain: Tabel 2. 7 Hierarki Kabupaten Kep. Talaud Hierarki Perkotaan Hirarki PKSN PKW PKL PPK PPL Kecamatan Melonguane Beo Kabaruan, Damau, Lirung, Salibabu, Kalongan, Melonguane Timur, Beo Selatan, Rainis, Essang, Essang Selatan, Gemeh, TampanAmma dan Nanusa Moronge dan Pulutan Beo Utara dan Miangas Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) memiliki fungsi untuk melayani antar desa. Berdasarkan hasil pengelompokan hierarki pelayanan yang telah dianalisis, selanjutnya dapat ditentukan alternatif blok-blok pengembangan dalam SWP (Satuan Wilayah Pengembangan). Pembentukan SWP merupakan strategi pengembangan wilayah dengan memanfaatkan keterkaitan aktivitas dan keruangan. SWP mencakup wilayah pusat dengan beberapa wilayah pengaruhnya. Tabel 2. 8 Pembagian WKP dan Wilayah Pengaruhnya Pembagian Wilayah Pusat Pengembangan SWP I Pusat Pengembangan Wilayah Pengaruh Dasar Pertimbangan Kecamatan Melonguane Kecamatan Lirung, Kalongan, Melonguane Timur, Beo dan Rainis II Kecamatan Beo III Kecamatan Lirung Kecamatan Melonguane Timur, Beo Selatan, Rainis, Essang, Essang Selatan, Gemeh, TampanAma, Miangas dan Nanusa Kecamatan Moronge, Kolongan, Salibabu, Lirung Selatan, Kabaruan, Mangaran, Pulutan dan Damau Kondisi eksisting wilayah sudah berkembang sebagai pusat pelayanan dengan adanya pusat pemerintahan di Kecamatan Melonguane sehingga memudahkan peluang untuk pengembangan Karakteristik fisik wilayah dimana secara fisik berbatasan membentuk suatu kesatuan pengembangan dengan keterkaitan pola aktivitas Karaktersitik wilayah yg dominan dengan potensi sektor agro yang mendukungnya sebagai wilayah penghasil dan pemasok komoditas pertanian dan perikanan Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Laporan Akhir BAB II - 15

34 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Dengan hierarki wiayah sebagai PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), Lokpri Miangas memiliki arahan mengenai jumlah penduduk yang ideal. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa dengan maksimal jumlah penduduk pada tahun 2030 adalah sebanyak 1476 jiwa. Jaringan Prasarana Kabupaten Kepulauan Talaud menginginkan adanya sistem transportasi yang efisien dan efektif. Menciptakan interaksi yang kuat antara pusat dan sub pusat pelayanan kabupaten melalui pengaturan sistem jaringan transportasi hirarki pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud didasarkan atas jumlah penduduk yang harus dilayani oleh masing-masing pusat pelayanan, sehingga orientasi kegiatan penduduk tidak terpusat (terkonsentrasi) di pusat kabupaten saja, tetapi menyebar ke pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di masing-masing lingkungan. Berdasarkan hal tersebut rencana pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Kepulauan Talaud (sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional) adalah: Meningkatkan akses (kondisi / kapasitas) jalan kota Membuka akses jalan lingkar Kabupaten Menyiapkan Terminal Menata sistem sirkulasi arus lalu-lintas Dibawah ini dijelaskan rencana dan arahan setiap jenis transportasi yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud. Rencana jaringan transportasi darat (jaringan jalan): baik pembangunan dan pengembangan jaringan jalan belum ada yang diarahkan ke pulau Miangas secara langsung, tetapi terdapat rencana pembangunan jalan lingkar yang dapat mempengaruhi perkembangan wilayah Miangas, yaitu: Jalan penghubung dari Beo, Beo Utara, Essang Selatan, Esang, Gemeh, Tampan Amma dan Rainis sehingga terbentuk jalan lingkar. Rencana jaringan transportasi laut: Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan kabupaten pesisir dimana kehidupan seharihari masyarakatnya tergantung pada keberadaan perairan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan wilayah sekitarnya. Bisa dikatakan transportasi air adalah sistem transportasi andalan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan kebutuhan peningkatan baik kualitas maupun kuantitas dari dermaga-dermaga rakyat. Adanya upaya pengembangan pelabuhan dan dermaga rakyat ini dapat meningkatkan aksesibilitas Kabupaten Kepulauan Talaud terhadap wilayah sekitarnya, sehingga akhirnnya akan memacu peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud. Sistem transportasi laut ini meliputi tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran: Rencana Pelabuhan penyeberangan antarnegara Rencana Alur pelayaran nasional, yaitu Lirung Nanusa - Miangas Rencana alur pelayaran regional, yaitu Mangaran Lirung Melonguane Beo Essang Karatung Miangas Rencana jaringan transportasi udara : Rencana bandar udara pengumpan, yaitu Bandar Udara Malo di Kecamatan Miangas. Laporan Akhir BAB II - 16

35 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Rencana bandar udara khusus, yaitu Bandar Udara Miangas di Kecamatan Miangas. Kualitas pelayanan suatu bandara secara umum selain ditentukan oleh kondisi fisik dan pelayanan bandara yang bersangkutan, juga terkait dengan aksesibilitas bandara tersebut dari/ke daerah pelayanannya. Bandara Melonguane merupakan bandara yang ada di Kabupaten Kepulauan Talaud. Kebutuhan akan transportasi udara memang sudah ada, walaupun volumenya tidak terlalu besar. Karena itu pemenuhan kebutuhan ini melalui pembangunan bandara di Kabupaten Melonguane sesuai arahan dan rencana perhubungan pusat akan dibangun bandara di Kecamatan Miangas. Utilitas Dasar Sistem jaringan energi, meliputi : pembangkit tenaga listrik, jaringan prasarana energi, dan rencana jalur jaringan listrik : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), terdapat di Miangas dengan daya kurang lebih 70 KW. Rencana pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Miangas (80 KWpik). Rencana pembangunan depo bahan bakar minyak (BBM) di Miangas Berikut adalah peta rencana struktur ruang kepulauan Sangihe yang terdapat dalam RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Laporan Akhir BAB II - 17

36 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Kepulauan Talaud Laporan Akhir BAB II - 18

37 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 2) Rencana Pola Ruang Tabel 2. 9 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Talaud No 1 Fungsi Kawasan Kawasan rawan bencana 2 Kawasan lindung 3 Kawasan Budidaya 4 Kawasan Pariwisata 5 Kawasan peruntukan lainnya Daerah cakupan Kawasan Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami: Kecamatan Miangas dengan luas kurang lebih 268 Ha. Kawasan lindung laut meliputi Pulau Miangas, Pulau Intata, Pulau Kakorotan, Pulau Mangupung, Pulau Malo, Pulau Marampit, Pulau Karatung, Pulau Sara Kecil, Pulau Sara Besar, Pulau Nusa Dolong, Pulau Nusa topor, Pulau Napombalu. Kawasan pengolahan ikan berupa pelabuhan perikanan : Kecamatan Salibabu, Kecamatan Rainis, Kecamatan Nanusa, Kecamatan Beo Utara dan Pulau Miangas. Rencana pengembangan kawasan peruntukan pariwisata alam berupa pengembangan kawasan wisata pulau meliputi Pulau Karang Napombaru, Pulau Sara Kecil, Pulau Sara Besar, Pulau Nusa Dolong, Pulau Nusa Topor, Pulau Intata/Kakorotan, Pulau Karatung, dan Pulau Garat, Pulau Miangas. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan yang terdapat di Pulau Miangas, Kecamatan Nanusa, dan Kecamatan Melonguane Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Berikut adalah rencana pola ruang yang telah disusun dalam RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Laporan Akhir BAB II - 19

38 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Talaud Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 20

39 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 3) Rencana Kawasan Strategis Kawasan strategis nasional RTRWN 2008: Pulau Miangas (karena posisi geografisnya sebagai pulau terluar RI yang berbatasan dengan Filipina). Sudut pandang pertahanan dan keamanan: Pulau Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakorotan. Sudut kepentingan ekonomi: Kawasan pelabuhan ferry, pelabuhan umum, dan pelabuhan perikanan di Kecamatan Melonguane, Kecamatan Lirung, Kecamatan Mangaran, Kecamatan Karatung, dan Kecamatan Miangas. Kawasan strategis bagi Kabupaten Kepulauan Talaud: Suatu kawasan dinilai strategis dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, baik ekonomi ataupun pertahanan keamanan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud, terdapat beberapa kawasan strategis seperti yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel Kawasan Strategis Bagi Kabupaten Kepulauan Talaud Jenis (Nilai) Kawasan Strategis Nilai ekonomi Nilai sosial budaya Pendayagunaan SDA/tekonologi tinggi Peran dan Fungsi Lokasi Pengolahan emping melinjo Kawasan pelabuhan ferry, pelabuhan umum dan perikanan Kawasan agropolitan Upacara Mane e Pembangkit listrik tenaga diesel Desa Nunu, Kec. Rainis Melonguane, Lirung, Mangaran, Karatung, dan Miangas Pariwisata Pembangkit listrik tenaga Batubara Daerah konservasi hutan lindung Kawasan rawan banjir, abrasi pantai, dan tsunami pulau, goa, pantai, air terjun Pendidikan Pusat pendidikan tinggi Fungsi DDL Kec. Essang Pulau Intata, Pulau Kakorotan Beo, Melonguane, Essang, Dapalan, Lirung, Mangaran, Karatung, Miangas, Marampit Desa Ruso, Kec. Beo Selatan Kiama,Tule, Gunung Andaruwa, S.Lirung Semua Kecamatan Pulau Intata (Nanusa), Goa (Rainis, Gemeh, Essang, Beo Selatan, Damau, Lirung), Pantai (Rainis, Salibabu), Air terjun (Beo Selatan) Kecamatan Melonguane Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 21

40 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar 2. 6 Peta Rencana Kawasan Strategis RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Sumber: RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 22

41 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 2.2 Perjanjian dan Kerjasama Antar Negara (Cross Border Agreement) Indonesia - Filipina Batas maritim antara Indonesia dengan Filipina belum ada kesepakatan hingga saat ini. Hal ini terjadi karena adanya kesulitan negosiasi antara Indonesia dengan Filipina. Pada dasarnya ada dua permasalahan utama dalam delimitasi batas maritim antara Indonesia dan Filipina. Permasalahan pertama yakni berlaku dan dianutnya Traktat Paris 1898 dan Traktat 1930 oleh Filipina yang menyebabkan wilayah maritime Filipina berupa kotak, tidak menganut prinsip jarak dari garis pangkal seperti ditegaskan oleh hukum internasional. Hal ini kemudian menyulitkan negosiasi karena dasar hukum yang digunakan Filipin berbeda dengan Indonesia yang cenderung mengacu kepada UNCLOS. Permasalahan kedua yakni kepemilikan Pulau Palmas atau yang disebut Pulau Miangas oleh Indonesia. Sebelum adanya kesepakatan akan kepemilikan pulau ini, Filipina telah memuat seluruh bagian Wilayah Filipina yang didasarkan pada perjanjian-perjanjian terdahulu yang pada intinya bahwa Pulau Miangas termasuk ke dalam wilayah Filipina. Berdasarkan keputusan Mahkamah Arbitrasi Permanen yang diadakan tahun 1928 di Den Haag, Spanyol tidak dapat membuktikan penguasaannya atas Pulau Miangas, semetara Belanda dapat membuktikan secara administrative penguasaannya atas pulau tersebut sejak tahun Sesuai dengan Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie (TZMKO) tahun 1939, Pulau Miangas menjadi wilayah kedaulatan Republik Indonesia (DKP, 2002). Pada akhirnya, gagasan untuk menggunakan UNCOS 1982 muncul pada pertemuan antara Indonesia dan Filipina pada desember Hingga saat ini diketahui bahwa negosiasi sudah pada tingkat teknis hingga telah dibicarakannya prinsip dan metode penarikan garis batas di Samudera Pasifik, yaitu kawasan perairan antara pantai utara Pulau Sulawesi dengan pantai selatan Pulau Mindanao. Pembicaraan ini belum menemukan titik temu karena adanya perbedaan pandangan dalam mewujudkan batas maritime yang adil atau equitable. 2.3 Valuasi Nilai Strategis Nasional di Lokpri Miangas Valuasi nilai strategis nasional adalah tingkat kepentingan sebagai pendayagunaan sumber daya alam dengan teknologi tinggi dalam hal ini penggunaan pembangkit listrik tenaga diesel, nilai sosial budaya upacara Manami pada bulan tertentu. Nilai Ekonomi Lokpri Miangas sebagai Kawasan pelabuhan ferry, pelabuhan umum dan perikanan. Sebagai beranda terdepan Indonesia Lokpri Miangas merupakan pintu gerbang perbatasan Nasional berbasis Pertahanan dan Keamanan Nasional. 2.4 Kondisi Fisik dan Lingkungan Kondisi fisik lingkungan dalam hal ini dijelaskan melalui beberapa aspek diantaranya adalah fisiografis, penggunaan lahan, karakteristik laut dan pesisir, karakteristik ekosistem perairan dan kebencanaan. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 23

42 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Fisiografis Fisiografis Pulau Miangas terbentuk berdasarkan kondisi topografiyang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik lingkungan di Pulau Miangas Gambar 2. 7 Peta Lokpri Mingas Topografi adalah bentuk permukaan suatu satuan lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitudo) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Berikut akan dibahas mengenai ketinggian, kelerengan dan bentuk medan di Pulau Miangas. A. Ketinggian Pulau Miangas merupakan pulau paling Utara Indonesia. Untuk Ketinggian wilayah di Pulau Miangas sebagian besar berada pada ketinggian 25 mdpl, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta dan tabel berikut. Tabel Ketinggian Wilayah Pulau Miangas Wilayah Ketinggian Luas (Ha) 0-25 mdpl mdpl Luas Total Sumber: BNPP 2011 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 24

43 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar 2. 8 Wilayah Ketinggian Pulau Miangas Sumber: BNPP, 2011 B. Kelerengan Secara kualitatif topografi Pulau Miangas dinyatakan dalam satuan kelas lereng (%). Untuk lebih jelasnya Kelas lereng Pulau Miangas dapat dilihat pada tabel dan peta berikut Tabel Kelas Lereng Pulau Miangas Kemiringan Lahan Luas (Ha) 0-2% % % % Luas Total Sumber: BNPP 2011 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 25

44 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar 2. 9 Kemiringan Lahan Pulau Miangas Sumber: BNPP 2011 Berdasarkan tabel diatas, pada Pulau Miangas untuk kelas lereng yang paling luas adalah kelas lereng 1 yaitu 0-2% dengan katagori datar, untuk kategori datar agak landai (2-15% ) dengan luas 6.81 ha, 15-25% (agak curam) luas 1.78 ha, 25-40% (curam), luas 0.89 ha. Untuk katagori sangat curam (>40%) tidak terdapat di Pulau Miangas. C. Bentang Alam Bentang alam Pulau Miangas juga terdiri dari wilayah dataran serta tanah berbukit-bukit. Namun, tanah berbukit di Pulau Miangas tidak terlalu ekstrim. Untuk dataran terdapat pada dibagian selatan pulau sedangkan untuk kawasan yang berbukit bukit terdapat pada bagian timur pulau. Gambar Perbukitan dan Dataran Rendah di Pulau Miangas Sumber: BNPP 2011 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 26

45 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Berdasarkan hasil pengolahan citra dan Observasi, 2011 bahwa sebaran bentangan alam yang paling luas untuk Pulau Miangas adalah datar hingga datar bergelombang berbukit. Untuk lebih jelasnya mengenai bentang alam di Pulau Miangas dapat dilihat pada peta dan tabel berikut. Tabel Bentangan Alam Pulau Miangas Bentang Alam Luas (Ha) Berbukit Bergelombang 1.99 Datar Terjal 3.99 Luas Total Sumber: BNPP Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan pola aktivitas masyarakat di suatu kawasan. Penggunaan lahan seringkali dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik yang ada seperti ketinggian lahan, kemiringan lereng, jenis tanah dan curah hujan yang ada. Penggunaan ruang atau lahanpulau Miangas antara lain, permukiman, kebun, rawa, dan lahan kosong. Untuk lebih jelas mengenai penggunaan lahan di Pulau Miangas dapat dilihat pada peta dan tabel berikut. Gambar Penggunaan Lahan Pulau Miangas tahun 2011 Sumber: BNPP 2011 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 27

46 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Tabel Tabel Penggunaan Lahan Pulau Miangas Penggunaan Lahan Luas (Ha) dermaga 0.37 kebun kesehatan 0.02 komersil 0.14 lahan kosong 1.25 olahraga dan rekreasi 0.38 pemerintahan 0.05 pendidikan 1.13 perbatasan 0.34 peribadatan 0.05 permukiman 6.29 rawa Luas Total Sumber: BNPP 2011 Penggunaan lahan pulau Miangas yang paling luas adalah kebun yaitu sebesar 175,27 ha, namun yang kedua terbesar adalah rawa. Penduduk pada Pulau Miangas lebih cenderung bermukim pada area pesisir atau pantai. Hal tersebut mungkin terjadi karena sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan sehingga memudahkan mobilitas sehari - hari. Sebelah barat daya Pulau Miangas direncanakan akan dibangun Bandar udara perintis, dimana pada saat ini sudah pada tahapan pembebasan lahan. Sebelah utara Pulau Miangas masih berupa bukit-bukit yang ditanami oleh berbagai vegetasi tanaman dengan dominan pohon kelapa. Di puncak bukit pulau ini terdapat Mercusuar sebagai alat bantu navigasi Karakteristik Laut dan Pesisir Karakteristik laut Miangas sangat dipengaruhi oleh laut dan samudera yang mengelilingi pulau ini. Adapun laut yang mengelilingi Miangas adalah Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik. Karakteristik laut di Miangas sangat dipengaruhi musim angin yang bertiup, pada bulan April Mei Juni gelombang laut sangat tenang.namun pada bulan September, Oktober dan November gelombang laut sangat tinggi dapat mencapai 6 meter yang mana disebabkan oleh angin barat Karakteristik Ekosistem Pesisir Ekosistem perikanan di Pulau Miangas ditunjang oleh keberadaan terumbu karang, kepiting, dan lobster.jenis ikan yang biasa dikonsumsi sehari-hari adalah ikan-ikan karang yang mudah didapat yakni ikan batu dan ikan tongkol. Selain itu, ikan yang banyak diperoleh adalah ikan saramiang, ikan kakap merah, deho, dan malalugis. Kebanyakan ikan-ikan ini berada sejauh 2-3 mil saja dari daratan, dengan biaya pengeluaran berupa 15 liter bensin atau sekitar Rp (bensin Rp /liter). Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 28

47 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar Ekosistem Perairan Pulau Miangas Sumber: BNPP Kebencanaan Bencana adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia di suatu kawasan. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombanglaut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Pulau Miangas telah terindikasi adanya kawasan rawan bencana abrasi yaitu pada pesisir pantai barat. Untuk mengurangi dampak abrasi pada pesisir pantai maka dibangun Talud di pulau tersebut, yaitu bangunan pelabuhan yang berfungsi untuk melindungi pesisir pantai atau kawasan sekitar pelabuhan di Pulau Miangas dari gelombang dan sedimentasi, yaitu dengan memperkecil tinggi gelombang sehingga kapal dapat berlabuh dan bertambat dengan tenang serta sebagai penahan gelombang di kawasan pesisir pulau. Di Pulau Miangas panjang Talud yang terbangun sudah 200 meter dan akan terus bertambah. Titik rentan Pulau Miangas terhadap bencana banjir terdapat di sekitar kantor kecamatan karena guna lahan disekitarnya berupa rawa. Rawan bencana karena longsor terdapat di lokasi BTS dan rawan bencana karena abrasi terdapat di dermaga.banjir padapulau Miangas disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal, sehingga air yang tertampung pada rawa - rawa menjadi naik dan menggenangi kawasan permukiman. Banjir yang terjadi akibat luapan air pada daerah rawa biasanya terjadi pada musim penghujan di akhir tahun. Pulau Miangas pada umumnya yang terkena banjir adalah wilayah permukiman warga. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 29

48 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar Peta Rawan Bencana Pulau Miangas Sumber: BNPP Potensi, Kendala dan Limitasi Kondisi Fisik Lingkungan Lokpri Miangas Adapun potensi dari Lokpri Miangas adalah perikanan dan kelautan dimana sumber daya alam laut sangat tinggi potensinya, jika dikelola dengan baik dapat mensejahterakan masyarakat Miangas khususnya dan memberikan nilai tambah bagi Indonesia sendiri. Lokpri Miangas merupakan sebuah pulau kecil yang jaraknya sangat jauh dari ibu kota Kabupaten Kepulauan Talaud Melonguane. Letak Pulau Miangas yang berada diantara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan membuat arus laut dan gelombang laut sangat kencang terutama pada musim angin barat. Hal ini mengakibatkan abrasi sangat cepat sehingga mengurangi luas Pulau Miangas. Letak lokpri yang yang sangat jauh hanya dapat dicapai dengan menggunakan transportasi laut dengan durasi kurang lebih 16 jam dari ibu kota kabupaten. Selain jaraknya sangat jauh frekuensi pelayaran ke Lokpri Miangas sangat rendah hanya ada 1 kali dalam seminggu. Sedangkan jika gelombang laut tinggi kapal perintis bahkan tidak ada yang berlayar ke Lokpri Miangas. Hal ini membuat harga kebutuhan sehari - hari sangat mahal di Lokpri Miangas karena semua kebutuhan pokok berasal dari Kota Bitung dan Melonguane. Selain kebutuhan pokok, kebutuhan sehari - hari juga mahal seperti bahan bakar minyak, peralatan rumah tangga Kondisi Perekonomian Analisis Kondisi Ekonomi Kabupaten Kondisi perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2012 terus menunjukkan nilai positif. Pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 5,88 persen, angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,65 persen. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Proinsi Sulawesi Utara sebesar 7,86 persen, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar 5,88 persen masih berada dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut tidak lepas dari peran pemerintah yang secara bertahap membangun dan meningkatkan sumber daya guna keadaan ekonomi yang lebih baik. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 30

49 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Meskipun pertumbuhan ekonomi Talaud masih di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi, hal ini terkait dengan prasarana dan fasilitas yang lebih kuat dibandingkan di Kepulauan Talaud. Gambar Perkembangan Pertumbuhan Sektoral Tahun Kabupaten Kepulauan Talaud Analisis Kondisi Ekonomi Lokasi Prioritas Kegiatan perdagangan di Miangas terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan perdagangan lintas batas. Perdagangan lokal terjadi di internal masyarakat Miangas sedangkan perekonomian regional merupakan interaksimiangas dengan wilayah lain di Indonesia, seperti pada gugusan pulau sekitar dan ibukota kabupaten. Sementara itu, perdagangan lintas batas dilakukan antara masyarakat Miangas dengan pedagang atau nelayan Filipina. Kualitas tanah di Pulau Miangas cukup baik untuk ditanami tanaman kebun seperti pohon kelapa. Selain itu, kondisi tanah disana juga cocok untuk ditanami cengkeh dan pala serta umbi-umbian. Pulau Miangas memiliki jenis tanah tropudalfs, yaitu tanah kritis sedangkan jenis batuannya yaitu batu karang dari endapan laut. Pulau Miangas bisa ditanami tanaman padi, tetapi masyarakat yang belum terbiasa dengan kegiatan bertani sehingga pemerintah memiliki rencana untuk terus menyosialisasikan cara-cara bertani kepada masyarakat. Permasalahan kualitas air yang dirasakan di Pulau Miangas adalah intrusi air asin (air laut). Intrusi ini dapat menyebabkan air menjadi berasa payau. Selain itu, air tanah akibat intrusi ini dapat mempengaruhi pondasi bangunan. Sumber air bersih dipulau Miangas didapat dari air bawah tanah karena tidak terdapat sungai ataupun waduk/danau di pulau tersebut. Curah hujan yang cukup tinggi dapat berpengaruh pada penyediaan air bersih di Pulau Miangas. Pulau Miangas telah memiliki alat penyulingan air asin bantuan dari pemerintah. Namun, penyulingan ini tidak berfungsi karena masyarakat tidak paham Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 31

50 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) mengoperasikannya. Air bersih di Pulau Miangas sudah cukup baik, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna. Pencemaran air akibat limbah tidak terdapat di Miangas karena tidak terdapat industri dengan limbah yang membahayakan di pulau tersebut. Secara umum fasilitas ekonomi di Miangas masih belum memadai. Telah tersedia beberapa fasilitas ekonomi di Pulau Miangas yang dibangun oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, seperti Dolog (Depot Logistik), Tangki Minyak, Penyulingan Air, dan Bangunan Pasar. Selain itu terdapat kios-kios yang di dalam permukiman penduduk. Pembangunan fasilitas yang tidak diiringi oleh pembinaan/pelatihan menyebabkan pada kurang optimalnya program-program tersebut. Sebagai contoh, sarana pasar yang ada saat ini kurang berfungsi, dan malah digunakan sebagai gudang penyimpanan pasir. Fasilitas ekonomi di Pulau Miangas terkonsentrasi pada kawasan terbangun di bagian selatan Pulau, dengan guna lahan berupa permukiman, perkantoran, fasilitas sosial (peribadatan, sekolah, lapangan olahraga), simpul transportasi berupa pelabuhan dan dermaga. Gambar Fasilitas Ekonomi di Pulau Miangas Sumber: BNPP, 2011 Tabel Jumlah Sarana Prasarana Ekonomi Bangunan Pasar Tanpa Bangunan Toko Kios/Warung Restoran/Rumah Makan Dusun Dusun Dusun Jumlah 1 Dusun 12 Sumber: BNPP, 2011 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 32

51 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Interaksi Ekonomi Lokal : Interaksi ekonomi lokal tidak terlalu ramai. Sampai saat ini hanya terdapat beberapa warung yang menjual kebutuhan sehari-hari bagi para penduduk. Selain itu, tidak terdapat pula rumah makan. Komoditi yang diperjualbelikan di dalam Pulau adalah seperti sembako, sabun, deterjen, minuman dan makanan ringan, serta kue-kue basah. Selain itu, buah-buahan juga dijual di warung-warung. Selain itu, penduduk juga menjual voucher isi ulang telepon selular dengan sistem elektrik. Interaksi Ekonomi Regional : Hasil perikanan utama di Miangas adalah ikan Saramiang, ikan kakap merah, deho, dan malalugis; sedangkan hasil pertanian utama adalah kopra. Hasil pertanian maupun perikanan tersebut masih bersifat subsisten, namun beberapa juga telah dijual secara lokal (hasil ikan), maupun di ekspor ke Bitung (seperti kopra).menurut hasil wawancara tokoh masyarakat, gudang penyimpanan hasil kopra tidak dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena kualitas kopra cukup bagus (cukup dijemur). Interaksi Ekonomi Lokpri dengan Negara Tetangga : Kegiatan perdagangan lintas batas RI-Filipina, perlu mengikuti aturan perdagangan lintas batas yang berlaku. Limit transaksi perdagangan yang ada adalah sebesar US $150/orang/bulan. Jangka waktu lintas batas penduduk asing berada di negara kunjungan adalah selama 59 hari (tertera dalam pass card pelintas batas). Hal ini berlaku serupa baik bagi Miangas maupun Filipina. Penduduk Filipina biasanya menjual barang-barangnya dalam satuan mata uang rupiah. Demikian halnya ketika Penduduk Indonesia akan menerima mata uang Peso ketika menjual barang dagangannya ke Filipina. Keberadaan money changer di Filipina dan Indonesia mempermudah aktivitas perdagangan perbatasan. Gambar Peta Aliran Barang Sumber: BNPP, 2011 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 33

52 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Penduduk Indonesia mengunjungi Filipina untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari yang susah diperoleh dalam gugusan pulau maupun kota dan kabupaten di Sulawesi Utara, seperti Tahuna, Melonguane, Bitung ataupun Manado. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, Penduduk Miangas cenderung membeli barang pecah belah dan beberapa barang lainnya melalui Filipina dibandingkan dengan ke Bitung ataupun ke Kabupaten Melonguane dan/atau Tahuna. Barang-barang yang masuk dari Filipina biasanya diperiksa langsung oleh pihak-pihak yang terkait dengan pos lintas batas.instansi-instansi yang termasuk dalam pos lintas batas adalah Pos AL, Koramil, Kecamatan, Bea Cukai dan Kantor imigrasi. Selain kegiatan jual-beli, masyarakat Miangas juga menerapkan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kegiatan barter ini terjadi antar penduduk Miangas dan Filipina. Frekuensi kedatangan nelayan Filipina ke Indonesia terbilang cukup sering, berbeda dengan nelayan Miangas yang jarang melaut ke wilayah Filipina. Barang-barang yang biasa dijadikan untuk barter oleh Filipina adalah triplek, coca-cola, sprite, makanan kaleng, telur, peralatan masak dan makan (pisau, kuali, gelas, piring); sedangkan barang yang biasa dijadikan barter oleh penduduk Miangas adalah ikan/kopra. Di samping barang yang boleh diperdagangkan, juga terdapat barang yang dilarang untuk dipertukarkan di dua negara tersebut, yakni minuman keras, senapan, rokok, drugs (kokain, shabu-shabu). 2.6 Kondisi Sosial-Budaya dan Sumber Daya Manusia (SDM) Kondisi demografi, sosial budaya dan adat istiadat dalam sub bab ini menjelaskan mengenai kondisi masyarakat dan dinamika yang ada dari aspek sosial. Budaya dan adat istiadat yang masih dipertahankan masyarakat sebagai bagian dari warisan kebudayaan serta kearifan lokal yang terkadang masih dibutuhkan dalam menghadapi era modernisasi seperti sekarang ini Kondisi Demografi Penduduk yang tinggal di Miangas sebagian besar merupakan penduduk asli, kecuali para pekerja seperti TNI, pekerja konstruksi yang bekerja di sana. Adapun jumlah penduduk Miangas dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga (kk) Tahun 2013 No. Nama Dusun/Lindongan Laki-Laki Perempuan Jumlah (L+P) Jumlah KK 1 Dusun Dusun Dusun Jumlah Sumber: Kantor Camat Khusus Miangas Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 34

53 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia No Stuktur usia 1 Penduduk JUMLAH L P 75 Keatas Jumlah Sumber: Kantor Camat Khusus Miangas Indeks pembangunan manusia dapat dilihat dari rataan usia suatu daerah. Adapun struktur usia penduduk Miangas dapat dilihat dari table diatas. Pada struktur usia produktif yaitu pada usia tahun jumlahnya sangat proporsional untuk pembangun suatu daerah. Namun jika dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Miangas indeks pembangunan manusia cukup baik dimana sudah banyak mengeyam pendidikan sampai ke tingkat SMA. Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat Pulau Miangas No Pendidikan 1 DUSUN 1 DUSUN 2 DUSUN 3 Jumlah Laki- laki Perempuan Laki- laki Perempuan Laki- laki Perempuan Belum Sekolah TK SD SLTP SLTA D1,D2,D S Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 35

54 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 8 S2 Jumlah Sumber: Kantor Camat Khusus Miangas Tabel Jumlah Penduduk berdasarkan Agama Desa Jumlah Penduduk Islam Kristen Dusun Dusun Dusun Jumlah 769 Katolik Sumber: Kantor Camat Khusus Miangas Kondisi Sosial Penduduk Miangas mayoritas (100 %) menganut Agama Kristen, dimana penduduk agama lain tidak ada, dengan jumlah penduduk agama kristen sebanyak 769 orang, dimana jumlah penduduk kristen di dusun orang, dusun orang dan dusun orang. Masyarakat yang tinggal di Pulau Miangas adalah masyarakat suku Sangir-Talaud. Dengan hampir seluruh penduduk pemeluk nasrani, masyarakat Miangas memiliki kebiasaan yang berbeda dengan pulau perbatasan yang bukan mayoritas nasrani, yaitu pada hari minggu, penduduk dilarang untuk bekerja, seperti berkebun, bertani, maupun aktivitas kerja lainnya. Walaupun penduduk merupakan pemeluk nasrani, kehidupan umat beragama cukup baik, hal ini tergambar dari pemakaian listrik saat Pulau Miangas masih terlayani listrik 1X6 jam (Pukul 18:30 WITA Pukul 24:00 WITA). Dengan suplai listrik yang terbatas tersebut harus bisa melayani kebutuhan listrik pada saat-saat ibadah penduduk, yakni Minggu pagi (ibadah umat Kristen) dan Jumat siang (ibadah umat Muslim). Penduduk umat muslim yang tinggal di Pulau Miangas biasanya adalah aparat kepolisian, militer, dan tenaga medis yang bertugas di Pulau Miangas. Abdi Negara (PNS) beraktivitas sama seperti aktivitas orang kantoran pada umumnya, yakni sekitar Pukul 08:00 WITA 15:00 WITA. Penduduk yang bermata pencaharian pedagang biasanya membuka dagangannya di pagi hari sampai dengan malam hari (sekitar 21:00 WITA). Sebagai pulau dengan mayoritas bekerja sebagai nelayan, aktivitas penduduk biasanya adalah melaut/menangkap ikan yang dilakukan saat malam hari, subuh dan juga di pagi hari.demikian pula aktivitas petani yang keluar berkebun di pagi hari dan pulang sebelum cuaca gelap. Kebiasaan yang terdapat pula di Pulau Miangas adalah menyapa dengan sapaan berbahasa Indonesia seperti Selamat pagi, Selamat siang, atau Selamat malam. Sapaan seperti ini biasa dilontarkan setiap kali berpapasan di jalan bahkan ketika melewati depan rumah warga dan sang pemilik sedang berada di beranda/teras. Dengan adanya kebiasaan seperti ini, kesan yang ditimbulkan adalah lingkungan tempat tinggal dengan penduduk yang ramah. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 36

55 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Kondisi Budaya Salah satu kebudayaan setempat adalah Manami. Manami adalah kegiatan menangkap ikan bersama - sama yang dilakukan di tepi pantai pada bulan tertentu utamanya pada pertengahan bulan 5. Pertama-tama, masyarakat akan mensasi sebagian pantai selama 3-6 bulan, biasanya bulan Januari sampai Juni. Mitosnya, kalau ada yang menginjak pantai saat Sasi, maka dia didenda Rp 500 ribu dan denda Tukit Tambor, yaitu berkeliling Miangas sambil memukul-mukul gendang dan bernyanyi dengan Bahasa Tanah (bahas asli Miangas) yang artinya kurang lebih : saya tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi. Selain itu, dia juga diwajibkan memberi makan satu kampung di Miangas. Sampai di bulan Juni, ketika air laut surut dan bulan sedang purnama, maka itu menjadi tanda bahwa Sasi usai. Keesokan paginya, acara puncak dimulai. Sebuah rajutan janur panjang dibuat khusus untuk acara hari itu. Rajutan dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menjerat ikan yang ada di pantai. Seluruh penduduk Miangas wajib hadir hari itu, termasuk kakek nenek dan anak kecil, tidak ada pengecualian.bahkan, pendatang pun diwajibkan hadir. Jadi, seluruh aktivitas dihentikan dan seluruh warga dalam satu Pulau Miangas berjajar di satu garis pantai. Setiap orang memegang rajutan janur. Anak-anak muda ditempatkan di bagian janur yang menyentuh pantai dalam sedangkan anak-anak kecil di bagian pantai dangkal. Sejak pukul 8 pagi mereka siap pada posisinya masing-masing. Anak-anak muda tersebut menggapai pantai berkedalaman sekitar 1,5 meter. Mereka bertahan sampai sekitar pukul 11 siang, ketika air mulai surut. Ikan-ikan yang ada di pantai dangkal tidak punya pilihan lain kecuali masuk dalam perangkap rajutan janur. Para pemuda tinggal menggiring ikan-ikan tersebut ke pinggir pantai, tidak perlu bersusah-susah memancing. Sebelum ikan ditangkap, ada prosesi adat terlebih dahulu. Ketua adat dipersilakan untuk menangkap ikan yang pertama kali. Kedua, pejabat-pejabat daerah tersebut. Pendatang atau tamu dipersilakan menangkap setelahnya. Hasil tangkapan akan dikumpulkan lalu dibagi-bagi ke seluruh penduduk. Hari-hari setelahnya, pantai boleh diinjak dan ikan yang ada di pantai tersebut boleh ditangkap atau dipancing, sampai mulai Sasi berikutnya. Gambar Kegiatan Manami di Pantai Sumber: ftp://ftp.itb.ac.id/pub/download/magazines/backpacking%20magazine/edisi6.pdf Kondisi Adat dan Kebiasaan Setempat Lokpri Miangas memiliki adat istiadat yang unik, diantaranya adalah berupa hukuman bagi yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh tetua adat. Salah satunya adalah jika ada yang menginjak pantai saat Sasi, maka dia didenda Rp 500 ribu dan denda Tukit Tambor, yaitu berkeliling Miangas sambil memukul-mukul gendang dan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 37

56 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) bernyanyi dengan Bahasa Tanah (bahas asli Miangas) yang artinya kurang lebih : saya tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi. Selain itu, dia juga diwajibkan memberi makan satu kampung di Miangas. Hukuman adat yang lain adalah tidak boleh melakukan perbuatan asusila seperti berdua-duan di rumah atau suatu tempat, jika ketahuan maka akan dikenakan hukum adat sama seperti menginjak pantai saat sasi atau tergantung keputusan tetua adat Interaksi Demografi, Sosial dan Budaya Lokpri dengan Negara Tetangga Letak Lokpri Miangas yang cukup dekat dengan negara tetangga Filipina membuat mudahnya pelintas batas baik dari Filipina maupun Miangas ke masing-masing tempat. Hal ini tentu menyebabkan adanya interaksi antara masyarakat Miangas dengan Filipina. Ditambah lagi banyak masyarakat Miangas yang sudah tinggal lama di Negara Filipina terutama di Distrik Tibanban Kabupaten Governor Generoso Davao. Interaksi masyarakat Miangas dengan masyarakat Filipina antara lain melalui perdagangan dimana pedagang Filipina menjual kebutuhan-kebutuhan sehari-hari ke Miangas. Diantaranya peralatan rumah tangga, pakaian, BBM (bensin dan minyak tanah), minuman ringan dan alkohol serta sembako (beras, daging, minyak goreng). Sedangkan masyarakat Miangas menjual ikan ke pedagang Filipina atau melakukan barter. Interaksi budaya berupa melakukan tarian bersama-sama dengan pelintas batas Filipina di jalanan. Satu sisi berbaris masyarakat Miangas dengan bendera Indonesia dan di sisi lain masyarakat Filipina berbaris dengan bendera Filipina kemudian menari bersama. Pada kesempatan berikutnya giliran masyarakat Miangas di undang ke Filipina untuk menari bersama sama seperti yang dilakukan di Miangas. 2.7 Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Prasarana Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Pendidikan Setiap jenjang pendidikan di Pulau Miangas memiliki 1 ruang kegiatan belajar (RKB) per angkatan. SMK di Pulau Miangas merupakan SMK kelautan dan perikanan. Lokasi sekolah saat ini berada pada wilayah permukiman sehingga dapat dijangkau oleh siswa dengan berjalan kaki. Fasilitas penunjang untuk sarana pendidikan SD adalah lapangan dan perpustakaan, untuk SMP antara lain Lab. komputer, UKS, lapangan, sedangkan untuk tingkat SMP tidak terdapat laboratorium IPA. Pada tingkat SD saat ini terdapat 86 murid yang diajar oleh 8 guru, ada tingkat SMP terdapat 7 Guru dan 49 murid, sementara pada tingkat SMA terdapat 2 Guru dan 32 murid. Tabel Sarana Pendidikan Pulau Miangas Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Jumlah Guru Jumlah RKB Perpustakaan Lapangan SD Ada Ada SMP Ada Ada SMA/SMK Ada Ada Sumber: BNPP, 2011 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 38

57 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Berdasarkan perhitungan Kebutuhan Sarana Pendidikan pada kawasan peruntukan permukiman dengan menggunakan standar peraturan Kementrian Pekerjaan Umum No.41/PRT/M2007 maka keberadaan saran pendidikan di Lokpri Miangas sudah melayani kebutuhan pendidikan masyarakat Lokpri Miangas. Tetapi hal yang perlu ditambah adalah tenaga pengajar yang msih sangat kurang untuk sarana pendidikan SD, SMP, maupun SMK Kelautan Perikanan. Gambar Sarana pendidikan di Pulau Miangas Sumber: BNPP, 2011 Gambar Fasilitas Pendidikan di Miangas Sumber: Hasil Observasi, 2013 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 39

58 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Kesehatan Sarana Kesehatan yang terdapat di Pulau Miangas adalah sebuah Puskesmas dan sebuah apotek yang bergabung dengan gedung puskesmas. Secara umum sarana kesehatan di Pulau Miangas ini secara kualitas masih layak, bangunan permanen dan mencukupi kebutuhan kesehatan Miangas. Masyarakat Pulau Miangas sudah banyak yang berobat ke Puskesmas, namun juga masih banyak yang berobat ke Mantri (Dukun). Salah satu permasalahan sarana kesehatan di Pulau Miangas adalah karena jaraknya yang relatif jauh dari permukiman. Tidak ada tenaga kesehatan seperti dokter, hanya ada satu kepala pearawat dengan 6 orang perawat. Permasalahan di bidang penyediaan kesehatan di Pulau Miangas adalah penyedian Perobatan terkadang tidak tepat sasaran, apotek bergabung dengan puskesmas, serta kesulitan listrik membuat alat-alat medis belum terpakai optimal. Berdasarkan perhitungan Kebutuhan Sarana Kesehatan pada kawasan peruntukan permukiman dengan menggunakan standar peraturan Kementerian Pekerjaan Umum No.41/PRT/M2007 maka keberadaan saran kesehatan di Lokpri Miangas tidak perlu ada penambahan sarana kesehatan, yang perlu dilakukan adalah menambah tenaga kesehatan seperti dokter umum dan peningkatan peralatan kesehatan Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Peribadatan Sarana peribadatan yang mengakomodasi kebutuhan penduduk yang ada di Pulau Miangas ada dua, yaitu : musholla dan gereja. Masing-masing di tiap pulau terdapat 1 musholla dan 2 gereja, Gereja Masehi Injil dan Gereja Pantekosta. Lokasi kedua gereja ini terletak di wilayah permukiman warga. Kondisi gereja cukup baik dan mampu menampung hampir sebanyak 300 jemaat. Musholla di Pulau Miangas terdapat di dalam komplek POS TNI AL. Kondisi fisik musholla di Pulau Miangas kondisi fisiknya cukup buruk dan tidak terawat Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Sosial Budaya Hanya terdapat 1 sarana sosial budaya di Miangas yaitu Pendopo Miangas.Kegiatan sosial yang dilakukan masyarakat Miangas biasanya di Pendopo Miangas. Kegiatan sosial yang biasa dilakukan di pendopo antara lain rapat adat, kegiatan ibu-ibu PKK, acara penyambutan dan pelepasan aparat yang bertugas di sana (marinir, pamtas AD) Kondisi Ketersedian Dan Pelayanan Perbatasan dan Hankam Miangas sebagai pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Filipina tentu sering dikunjungi oleh pelintas batas terutama dari Filipina.Untuk mendukung pelayanan bagi pelintas batas dibutuhkan sarana pelayanan lintas batas.adapun sarana pelayanan lintas batas di Miangas sudah lengkap.sarana lintas batas akan terkait dengan Tim Perbatasan yang disebut juga Tim BCA (Border Crossing Area) yang terdiri dari 5 komponen yaitu: Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 40

59 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 1. Kantor Camat Khusus Miangas Kantor camat yang ada saat ini merupakan sebuah guest house, kantor camat yang ada sudah rusak sehingga dipindahkan ke guest house. Adapun jumlah pegawai kantor camat Miangas adalah 11 orang. Gambar Kantor Camat Miangas Sumber: Hasil Observasi, Kantor Imigrasi Kantor imigrasi Pulau Miangas bertugas mengawasi keluar-masuk orang dari dan ke Pulau Miangas serta mengeluarkan Pas lintas batas untuk awak kapal dan penumpang. Pas lintas batas merupakan kartu/ buku yang digunakan untuk menyeberangi perbatasan, jangka waktu kartu/buku pas lintas batas selama 59 hari. Pas lintas batas biasanya digunakan dengan alasan: mengantar ikan, mengunjungi keluarga, alasan keagamaan. Hanya ada 1 orang pegawai di imigrasi Miangas. Gambar Kantor Imigrasi Miangas Sumber: Hasil Observasi, Kantor Bea dan Cukai Kantor Bea Cukai bertugas mengawasi keluar-masuk barang dari Filipina yang datang ke Pulau Miangas dan sebaliknya. Adapun komoditi utama yang dilayani untuk barang keluarantara lain adalah Ikan, untuk barang masuk adalah peralatan rumah tangga, BBM Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 41

60 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) (bensin dan minyak tanah), pakaian, minuman ringan dan alkohol, sembako (beras, gula, minyak goreng). Hanya ada 1 orang pegawai di bea cukai Miangas. Gambar Kantor Bea dan Cukai Miangas Sumber: Hasil Observasi, POS AL Pos Angkatan Laut bertugas melayani urusan keamanan yang berhubungan dengan perbatasan. Petugas POS AL ini bertanggung jawab atas keamanan yang ada di wilayah laut perbatasan BCA di Miangas dengan Negara Filipina. Pihak POS AL mengakui bahwa agak sulit dalam mengawasi pelintas yang melewati perairan Indonesia. Jumlah personil yang ada yaitu 4 orang. Gambar Kantor Pos AL Miangas Sumber: Hasil Observasi, RP Team (Republic of Philippines) RP Team adalah perwakilan Filipina yang ada di Kecamatan Khusus Miangas, dibentuk untuk mengawasi keluar-masuk orang dari Filipina yang datang ke Pulau Miangas. Kantor RP team memiliki bangunan tersendiri dengan bentuk bangunan khas Filipina. Hanya ada 1 orang pegawai yang berkantor di Republic of Philippines Team. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 42

61 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar Kantor Perwakilan Filipina di Miangas Sumber: Hasil Observasi, Kantor Karantina Selain kantor-kantor yang sudah disebutkan diatas, Miangas juga sudah memiliki kantor karantina yang berada dekat dengan pelabuhan. Hanya ada 1 orang pegawai karantina. Gambar Kantor Karantina Miangas Sumber: Hasil Observasi, 2013 Selain sarana pelayanan lintas batas, sarana pelayanan sarana pertahanan dan keamanan juga sangat penting untuk menjaga keamanan dan pertahanan di perbatasan khususnya Miangas. Ketersedian sarana pelayanan pertahanan dan keamanan sudah cukup lengkap, adapun sarana pertahanan dan keamanan di Miangas antara lain: POS AL Pos Angkatan Laut bertugas melayani urusan keamanan yang berhubungan dengan perbatasan. Petugas POS AL ini bertanggung jawab atas keamanan yang ada di wilayah Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 43

62 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) laut perbatasan BCA di Miangas dengan Negara Filipina. Pihak POS AL mengakui bahwa agak sulit dalam mengawasi pelintas yang melewati perairan Indonesia. Gambar Kantor Pos AL Miangas Sumber: Hasil Observasi, 2013 Pos Marinir Sesuai dengan tugas TNI AL untuk pengaman laut, maka TNI AL menempatkan pasukan tempurnya yaitu marinir di pulau-pulau perbatasan Indonesia termasuk Pulau Miangas.Adapun jumlah pasukan marinir di Miangas yaitu 14 personil. POS PAMTAS RI-RP TNI-AD Miangas juga terdapat Pos Pamtas TNI AD dimana letaknya dekat dengan pelabuhan. Adapun jumlah personilnya yaitu 12 orang. Personil yang ada berasal dari Kodam VII Wirabuana 712. Gambar Pos Pengaman Perbatasan TNI AD Sumber: Hasil Observasi, 2013 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 44

63 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Komando Rayon Militer Selain Pos Pamtas TNI AD terdapat juga Komando Rayon Militer letaknya tepat bersebelahan dengan Pos Pamtas TNI AD dekat dengan pelabuhan. Adapun jumlah personil Koramil yaitu 7 orang. Gambar Kantor Komando Rayon Militer Sumber: Hasil Observasi, 2013 Polisi Sektor Miangas Untuk sarana keamanan masyarakat sudah ada kantor Polsek Miangas yang berada dekat dengan permukiman penduduk. Adapun jumlah personil Polsek Miangas adalah 10 orang. Gambar Kantor Polsek Miangas Sumber: Hasil Observasi, Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Prasarana Listrik Fasilitas listrik di Pulau Miangas dilayani oleh PLN Ranting Linrung Sub Rantung Miangasdengan kapasitas daya terpasang 80 Kw (1,13 % dari total kapasitas daya terpasang Kabupaten Talaud), dengan kemampuan saat ini sudah mendekati kapasitas terpasang, yaitu mencapai 70 Kw. Namun karena persoalaan kelangkaan BBM, beban puncak hanya bisa mencapai 53 Kw sehingga masih terdapat sisa yang dapat Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 45

64 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) dimanfaatkan sebesar 27 Kw.Berdasarkan data dari Kantor Cabang PLN Kecamatan Miangas pada tahun 2009 jumlah pelanggan listrik yang dilayani PLN sub-ranting Miangas tercatat baru sebanyak 174 pelanggan, meliputi 167 pelanggan rumah tangga dan 7 pelanggan umum, berdasarkan hasil survei di lapangan, jam operasi penerangan di Pulau Miangas masih terbatas yaitu 1X6 jam (Pukul 18:30 WITA Pukul 24:00 WITA) harus juga melayani kebutuhan listrik pada saat-saat ibadah penduduk, yakni Minggu pagi (ibadah umat Kristen) dan Jumat siang (ibadah umat Muslim). Dengan demikian, masih diperlukan peningkatan serius agar masyarakat di Pulau Miangas dapat menikmati layanan listrik secara memadai. Untuk lebih jelas mengenai jumlah pelanggan PLN di Kecamatan Miangas dapat dilihat pada tabel berikut. Terhitung mulai tanggal 27 oktober 2011, Pulau Miangas sudah dapat menikmati listrik selama 24 jam penuh. Hal ini bisa terjadi karena sumber listrik didukung oleh PLTS. Saat ini kapasitas listrik yang diberikan oleh PLTS adalah 70 Kw dan akan terus dikembangkan sehingga PLTD sifatnya hanya sebagai pelengkap saja. Gambar Sarana Prasarana Listrik Sumber: Hasil Observasi, Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Prasarana Air Bersih Air bersih di Pulau Miangas bersumber dari satu titik mata air yang berada di tengah pulau tersebut. Air bersih ini sudah terdistribusikan ke setiap perumahan penduduk dengan pipa jaringan dan memiliki kondisi tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Terdapat dua buah tampungan dengan kapasitas tampungan air sekitar 88 m3 per tabung. Mata air ini terdapat pada wilayah yang lebih rendah dari wilayah permukiman sehingga membutuhkan pompa untuk menarik air ke atas dan mengalirkan ke rumahrumah. Karena bergantung pada sumber listrik inilah, pengaliran air tidak bisa dilakukan sepanjang hari. Selain sumber mata air tersebut, sumber air bersih penduduk juga diperoleh dari sumur dan air yang berasal dari penampungan air hujan. Kedalaman sumur tersebut kurang lebih sekitar 1-2 meter, dengan jumlah sekitar 8-10 sumur. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 46

65 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar Sumber mata air Pulau Miangas Sumber: Hasil Observasi, Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Prasarana Telekomunikasi Pulau Miangas sudah dilengkapi oleh jaringan telepon seluler (Telkomsel).Pemakaian telepon sudah dapat digunakan selama 24 jam, hal ini dapat dilakukan karena BTS telepon seluler tersebut menggunakan listrik dari PLTS. Saat ini, masyarakat telah memiliki akses kepada layanan siaran TV nasional tanpa parabola/tv Kabel. Penyediaan sarana telekomunikasi dalam bentuk sambungan telepon lebih dirasa perlu untuk kebutuhan instansi pemerintahan atau sarana pelayanan umum. Saat ini sambungan telepon rumah tangga berupa telepon kabel tidak tersedia di Pulau Miangas. Perannya digantikan oleh sambungan telepon seluler yang lebih praktis. Namun, keberadaan sambungan telepon kabel mungkin akan dirasa perlu untuk kebutuhan instansi seperti kantor pemerintahan dan fasilitas umum seperti puskesmas. Sarana telekomunikasi dalam bentuk jaringan internet juga tidak tersedia sebagai fasilitas umum. Pada umumnya, masyarakat Pulau Miangas mengakses internet melalui telepon seluler masing-masing. Namun, hal ini masih terkendala sinyal yang terkadang hilang atau terputus. Akses terhadap internet ini merupakan salah satu prasarana yang penting untuk menunjang perkembangan Pulau Miangas sebagai pulau terluar kawasan perbatasan. Dengan adanya akses melalui internet, masyarakat dan aparat pemerintah dapat memeroleh informasi dengan cepat serta dapat memberikan informasi perbatasan yang aktual. Selain itu, dengan informasi yang lebih luas dapat memicu peningkatkan kualitas SDM di Miangas sendiri. 2.8 Kondisi Sistem dan Fasilitas Transportasi A. Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi Transportasi Darat Alat transportasi darat yang banyak digunakan adalah sepeda motor, hal ini karena Pulau Miangas cukup kecil juga agar lebih praktis dan hemat bahan bakar jika menggunakan sepeda motor. Sedangkan untuk mengangkut barang hasil perkebunan seperti kelapa menggunakan gerobak motor. Adapun kondisi jalan di Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 47

66 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Lokpri Miangas secara umum sudah bagus hanya ada sedikit bagian yang perlu ditambah dan diperbaiki. Gambar Kondisi Jalan Pulau Miangas Sumber: Hasil Observasi, 2013 B. Transportasi Laut Sistem transportasi di wilayah perbatasan meliputi transportasi dengan negara tetangga dan transportasi dengan pulau-pulau terdekat dan ibukota kabupaten. Pergerakan intra wilayah perbatasan ini cukup ramai dan rutin. Tabel Karakteristik Pergerakan di Wilayah Perbatasan RI-Filipina Sekitar Pulau Miangas Arah pergerakan Pulau-pulau terdekat Ibukota Kabupaten Filipina Pulau Miangas Pulau Terdekat : P. Karatung, Alat Transportasi : kapal motor ukuran sedang Frekuensi : sesuai kebutuhan Keperluan : sesuai kebutuhan Lama perjalanan : 6-8 jam Ibukota Kabupaten : Melonguane Alat Transportasi: o Pemerintah : Kapal perintis o Pribadi : kapal motor ukuran sedang Frekuensi perintis : 1-2 minggu sekali Keperluan : mengangkut orang dan barang pokok Lama perjalanan : jam Pulau terdekat : P. Kawio, P. Matutuang Alat Transportasi : kapal motor ukuran sedang Frekuensi : minimal 2x seminggu Keperluan : menjual barang-barang, makanan dan minuman ringan, dan ikan segar Lama perjalanan : 4-6 jam Sampai saat ini pulau-pulau perbatasan di Sulawesi Utara secara umum sudah terlayani oleh kapal perintis. Namun, armada yang tersedia memang masih kurang sehingga jumlah kunjungan ke pulau-pulau tersebut minimal adalah 1 kali dalam seminggu. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 48

67 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Gambar Jalur Transportasi Menuju Pulau Miangas Karakteristik Pergerakan Orang dan Barang di Lokpri, Antar Lokpri dan dengan Negara Tetangga Pergerakan orang dan barang di Miangas dengan pulau-pulau lain sekitarnya sangat tergantung dengan pelayaran kapal. Kapal yang masuk ke Miangas ada beberapa diantaranya KMP.Sangiang (Kapal Pelni) temporer, KM. Berkat Taloda, KM. Meliku Nusa, KM. Daraki Nusa, KM. Daya Sakti. Namun hanya ada 1 kapal yang selalu masuk ke Miangas yaitu KM. Meliku Nusa, dimana hanya sekali seminggu kapal masuk ke Miangas. Sehingga pergerakan orang dan barang di Miangas antar lokasi prioritas lain sangat bergantung dari kapal yang masuk. Sehingga pergerakan orang dan barang sangat lambat antara Miangas dengan lokasi prioritas. Sedangkan pegerakan orang dan barang di Miangas dengan Negara tetangga tidak setiap minggu, hanya saat-saat tertentu saja. Misalnya pada saat ada pelintas batas dari Filipina yang bedagang di Miangas atau pada saat ada acara adat seperti tari tarian, Natal dan tahun baru. Sedangkan pergerakan masyarakat Miangas ke Filipina juga tidak setiap saat, hanya saat tertentu saja misalnya mengunjungi kerabat/keluarga di Filipina, berobat, dan berbelanja. 2.9 Karakteristik Arsitektur Setempat Kondisi Arsitektur dapat digambarkan melalui kondisi permukiman masyarakat di suatu kawasan. Gambaran arsitektur dilokpri miangas seperti pada umumnya permukiman dinegara tropis. Oleh karena itu lokpri Miangas tidak memiliki ciri khas untuk bangunan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 49

68 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) tempat tinggal mereka. Penampilan bangunan tidak nampak mencolok dengan gaya arsitektur yang kental Kondisi Kelembagaan Saat ini belum ada Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) di Kecamatan Miangas, untuk saat ini BPPD hanya ada di tingkat kabupaten yang ada di Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Talaud Melonguane. Pengelolaan perbatasan di Kabupaten Kepulauan Talaud seperti di Kecamatan Nanusa dan Kecamatan Khusus Miangas semuanya dikelola oleh BPPD Kabupaten dengan tetap berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait di tingkat kabupaten seperti Pekerjaan Umum, Kelautan dan Perikanan, Pariwisata. Adapun jumlah pegawai BPKPD Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu sebanyak 20 pegawai negeri sipil. Kondisi bangunan Kantor BPKPD Talaud sangat baik karena merupakan bangunan baru. Bangunan tersebut baru ditempati sekitar 3 bulanan. Gambar Kantor Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud Sumber: Hasil Observasi, 2013 Gambar Ruang Kantor BPKPD Kabupaten Kepulauan Talaud Sumber: Hasil Observasi, 2013 Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 50

69 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 2.11 Kondisi Keamanan Negara Kondisi, Ketersediaan dan Pelayanan Sarana Aktivitas Pelanggaran Hukum Adanya pelayanan sarana pertahanan dan keamanan di Kecamatan Khusus Miangas secara langsung membuat adanya pelayanan sarana aktivitas pelanggaran hukum baik di darat maupun di laut. Pelanggaran hukum di darat sangat rendah tingkat kejadiannya. Sedangkan pelanggaran hukum di laut kejadiannya cukup sering seperti penangkapan ikan secara illegal oleh nelayan Negara tetangga. Namun fasilitas yang dimiliki oleh Pamtas AD hanya ada 1 buah perahu karet dengan 1 mesin tempel biasa disebut perahu LCR. Sedangkankan Pamtas AL memiliki perahu patroli tetapi tidak dapat dioperasikan karena ketidaan BBM dan tidak dilengkapi persenjataan lengkap. Hal ini membuat pelayanan aktivitas pelanggaran hukum sangat rendah. Untuk peningkatan patroli dan penegakkan hukum terutama di laut sangat dibutuhkan kapal patrol cepat lengkap dengan persenjataan baik untuk Pamtas AD khususnya untuk Pamtas AL Kejadian Konflik Antar Masyarakat Dua Negara Interaksi yang kuat antara masyarakat Miangas dengan masyarakat Filipina tidak pernah menimbulkan atau terjadi konflik antara keduanya. Hal ini disebabkan karena adanya ikatan kekeluargaan dan kekerabatan yang tinggi dapat diketahui dengan banyak masyarakat Miangas yang tinggal di Flipina. Selain itu adanya interaksi ekonomi dan saling membutuhkan antara keduanya membuat hubungan masyarakat Miangas dengan Filipina berjalan dengan sangat baik Kebutuhan dan Peluang Kerjasama dengan Negara Tetangga Negara tetangga yang paling dekat dengan Kecamatan Khusus Miangas adalah Negara Filipina. Adapun distrik atau kecamatan yang sudah memiliki BCS (Border Crossing Station) adalah Distrik Tibanban yang berada di Kabupaten Governor Generoso Davao. Banyaknya pelintas batas antara mayarakat Miangas dengan masyarakat Filipina membuat adanya kerjasama antara keduanya terutama di sektor ekonomi. Banyak kebutuhan sehari-hari masyarakat Miangas yang disuplai dari pedagang-pedagang Filipina. Distrik Tibanban sudah memiliki sarana prasana yang lebih baik jika dibandingkan dengan Kecamatan Khusus Miangas. Selain sarana prasarana yang lebih baik, semua kebutuhan pokok juga tersedia dan harganya lebih murah dibandingkan dengan Miangas. Hubungan kekerabatan sangat tinggi antara masyrakat Miangas dengan masyarakat Filipina, karena banyak masyarakat Miangas yang sudah tinggal berpuluh-puluh tahun di Filipina Dinamika Perbatasan di Lokpri Dinamika perbatasan dapat sangat cepat berubah jika ada hal-hal yang membuat para pelintas batas merasa tidak nyaman dan aman untuk melintas ke suatu tempat. Semakin aman dan nyaman tempat yang akan dilintasi akan menarik banyak pelintas batas ke tempat tersebut. Di tahun-tahun sebelumnya pelintas batas dari Filipina selalu banyak setiap tahunnya ke Miangas. Baik untuk tujuan berdagang, sosial, mengunjungi kerabat, atau karena ada undangan dari masyarakat Miangas sendiri. Namun untuk tahun ini tidak Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 51

70 Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) ada pelintas batas, hal ini disebabkan pelintas batas merasa tidak nyaman karena adanya pemeriksaan dan perbuatan tidak menyenangkan dari Pamtas AD. Pada peraturannya yang boleh memeriksa di laut adalah TNI AL dalam hal ini Pamtas AL untuk pemeriksaan keamanan dan penegakkan hukum, Bea cukai untuk pemeriksaan barang, dan Imigrasi untuk pemeriksaan orang. Tetapi sejak ada himbauan dari Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Wirabuana yang menyatakan bahwa TNI AD dalam hal ini Pamtas AD juga berhak melakukan pemeriksaan terhadap pelintas batas (orang dan barang) yang kemudian dilakukan oleh Anggota Pamtas AD Miangas, para pelintas batas merasa tidak nyaman dengan cara pemeriksaannya seperti dengan mengambil barang-barang dagangan mereka sehingga para pelintas batas tidak ada yang datang ke Miangas pada tahun ini. Hal ini tentu sangat merugikan bagi masyarakat Miangas karena pemenuhan kebutuhan pokok jadi terhambat. Potensi perdagangan yang cukup besar antara masyarakat Miangas dengan Filipina menjadi terhambat sehingga merugikan keduanya Gambaran Kondisi Distrik di Perbatasan Negara Tetangga Negara tetangga yang paling dekat dengan Kecamatan Khusus Miangas adalah Negara Filipina. Adapun distrik atau kecamatan yang sudah memiliki BCS (Border Crossing Station) adalah Distrik Tibanban yang berada di Kabupaten Governor Generoso Davao. Banyaknya pelintas batas antara mayarakat Miangas dengan masyarakat Filipina membuat adanya kerjasama antara keduanya terutama di sektor ekonomi. Banyak kebutuhan sehari-hari masyarakat Miangas yang disuplai dari pedagang-pedagang Filipina. Distrik Tibanban sudah memiliki sarana prasana yang lebih baik jika dibandingkan dengan Kecamatan Khusus Miangas. Selain sarana prasarana yang lebih baik, semua kebutuhan pokok juga tersedia dan harganya lebih murah dibandingkan dengan Miangas. Hubungan kekerabatan sangat tinggi antara masyarakat Miangas dengan masyarakat Filipina, karena banyak masyarakat Miangas yang sudah tinggal berpuluh-puluh tahun di Filipina. Gambar Peta Kondisi Distrik Negara Tetangga Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB II - 52

71

72 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Pulau Miangas sebagai Pusat Pengembangan Lingkungan (PPL) di Talaud. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) memiliki fungsi untuk melayani antar desa. Dengan hirarki wilayah sebagai PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), Miangas memiliki arahan mengenai jumlah penduduk yang ideal. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Miangas merupakan lokasi prioritas yang letaknya sangat strategis berdekatan dengan Filipina. Oleh karena itu banyak orang Miangas yang memiliki hubungan kekerabatan dengan orang di Filipina, karena banyak pernikahan yang terjadi antara orang Miangas dengan orang Filipina. Pulau Miangas merupakan pulau paling Utara Indonesia. Miangas sebagai pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Filipina tentu sering dikunjungi oleh pelintas batas terutama dari Filipina. Gambar 3. 1 Proses Pelaksanaan FGD di Miangas Isu strategis perbatasan di lokasi prioritas Miangas dihasilkan dari kegiatan focus group discussion (FGD). Pelaksanaan FGD diikuti oleh beberapa tokoh masyarakat/ stakeholder yang memiliki peran penting di lokasi prioritas. Pelaksanaan FGD ini meliputi tahapan penjaringan isu dari masing-masing narasumber dan kemudian penskalaan isu strategis prioritas Miangas. Pelaksanaan FGD ini diikuti dengan baik dan menghasilkan beberapa kesimpulan isu strategis perbatasan yang menjadi kendala bagi kemajuan Miangas. 3.1 Isu Pengelolaan Batas Wilayah Negara di Miangas Pulau terluar Indonesia yang letaknya paling dekat dengan Filipina yakni Pulau Miangas. Jarak Miangas ke kecamatan Tibanban Filipina yakni 45 mil, sedangkan jarak Miangas ke Bitung mencapai 300 mil. Jarak Miangas yang lebih dekat ke Filipina dibandingkan ke wilayah Indonesia menyebabkan Miangas sempat diklaim sebagai daerah milik Filipina. Dalam Treaty of Paris 1889 menyebutkan wilayah maritim Philipina berbentuk "Kotak", yang dalam realisasinya memasukkan Miangas ke dalam wilayah Philipina, tetapi hal ini bertentang dengan UNCLOS Klaim ini kemudian telah terselesaikan yang mana Pulau Miangas telah terbukti merupakan wilayah kedaulatan pemerintah Hindia-Belanda. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-1

73 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Pada akhirnya Indonesia sebagai wilayah bekas jajahan Belanda, kemudian Pulau Miangas diakui termasuk dalam wilayah kedaulatan RI. Miangas sebagai pintu gerbang Indonesia, masih dikatakan belum layak, karena kondisi pulau paling utara Indonesia ini masih jauh dari maju dan sejahtera. Interaksi Miangas yang lebih besar ke Filipina, dibandingkan ke Manado/Bitung, menjadikan Miangas memiliki ketergantungan daya beli kebutuhan pokok dari Filipina. Filipina memiliki peran yang besar terhadap kemajuan pulau Miangas, akan tetapi rasa nasionalisme masyarakat Miangas terhadap Indonesia masih tinggi. Belum adanya kejelasan batas wilayah maritim Indonesia dengan Filipina akan mempersulit pengelolaan batas wilayah dan kedaulatan Indonesia. Apabila batas wilayah laut belum jelas, maka berbagai kegiatan transnasional Filipina di Miangas akan terus menerus menjadi sumber konflik antar negara. Jarak Miangas yang dekat dengan Filipina, menjadikan pulau ini memiliki banyak interaksi lintas batas. Miangas sudah dilengkapi dengan PLB (pos lintas batas) serta fungsi CIQS lainnya. Selain itu Miangas juga sudah memiliki badan pengelola perbatasan daerah (BPPD). Sama halnya dengan lokasi prioritas lainnya, BPPD yang ada telah menjalankan fungsinya dengan melaksanakan pembangunan di kawasan perbatasan serta menjadi coordinator antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Adanya pemberlakuan BCA ( border crossing agreement) sejak tahun 1970, telah ikut mengawasi interaksi ekonomi di kawasan perbatasan yang ada di Sulawesi Utara. BCA ini pun dikatakan memerlukan peninjauan kembali, karena di beberapa daerah perbatasan yang merupakan titik lokasi lintas batas masih bisa ditemukan kegiatan transnasional yang tidak diberlakukan BCA. 3.2 Isu Pembangunan Kawasan Perbatasan di Miangas Miangas yang berfungsi sebagai pusat pengembangan lingkungan di Kabupaten Talaud, direncanakan sebagai pusat pelayanan CIQS, pusat produksi, penyimpanan, dan pemasaran hasil perikanan tangkap, pariwisata dan simpul pelayanan transportasi antar pulau dan antar negara. Miangas yang kaya akan produksi di sektor perikanan dan perkebunan, memiliki potensi ekspor antar negara, karena letaknya yang sangat dekat dengan Filipina. Miangas yang berpotensi ekspor terkendala oleh isu pembangunan Miangas, khususnya masih terbatasnya fasilitas maupun sarana prasarana yang ada di Miangas. Isu pembangunan kawasan perbatasan Miangas, meliputi: 1. Kurangnya Fasilitas Perdagangan Fasilitas perdagangan yang ada di Miangas, masih terbatas. Masyarakat Miangas melakukan perdagangan tradisional tidak di pasar, melainkan langsung dijual kepada pembeli di sekitar pelabuhan maupun permukiman. Dikatakan bahwa ada interaksi kerjasama ekonomi dengan Filipina dalam kegiatan perikanan tradisional (S.E Maarist, nelayan Miangas, 2013). Bentuk interaksi perdagangan Miangas dengan Filipina hampir sama dengan Nanusa, yaitu nelayan Filipina yang datang ke Miangas sekitar 1-2 kali seminggu untuk berdagang di Miangas dan membeli hasil tangkapan ikan/kopra dari Miangas. Selain nelayan Filipina yang datang ke Miangas untuk membeli ikan di Miangas, hal lainnya yakni ada pertukaran barang (barter) dengan Filipina seperti produk daerah (kopra, ikan) dibarter dengan sembako, minuman ringan. Melihat isu terbatasnya fasilitas perdagangan tersebut, Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-2

74 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) maka perlu adanya pengadaan sarana transportasi laut, udara, maupun darat untuk sarana perdagangan lintas pulau maupun lintas negara. 2. Kurangnya Fasilitas Keamanan Perbatasan Sebagai daerah perbatasan yang paling dekat dengan Filipina, Miangas memiliki fungsi pelayanan CIQS. Miangas sebagai pintu gerbang terdepan Indonesia perlu dilengkapi dengan fasilitas keamanan perbatasan. Saat ini fasilitas keamanan perbatasan yang ada di Miangas meliputi koramil, posal, posad, posmar, dan polri/polsek (Jongli L). Walaupun sudah ada 4 (empat) personil keamanan mariner, angkatan darat, polisi, angkatan laut, tetapi masih diperlukan penambahan personil keamanan perbatasan (S.E Maarist, nelayan Miangas, 2013). Pelanggaran oleh nelayan asing, pelanggaran dan penangkapan ikan secara illegal, masih sering ditemukan di perairan Indonesia di Miangas, karena ada pelintas batas yang bisa lolos dari petugas BCA. 3. Belum Adanya Fasilitas Pengolahan komoditas Sama halnya dengan Nanusa, Miangas terkondisi belum memiliki fasilitas pengolahan komoditas yang memadai. Listrik yang tersedia di Miangas, pelayanannya hanya 6-8 jam sehari (S.E Maarist). Kurangnya fasilitas penunjang untuk penangkapan ikan dan sulitnya mendapatkan bbm, menjadi kendala utama nelayan Miangas yang tidak dapat berlayar untuk mencari ikan. Selama ini banyak hambatan yang dihadapi oleh nelayan terutama kurangnya alat-alat tangkap sedikitnya perahu untuk digunakan nelayan belum layak dan belum ada tempat pengolahan ikan (S.E Maarist, nelayan Miangas, 2013). Penangkapan ikan di Miangas dilakukan secara tradisional menggunakan jaring dan pancing (Amos Palu, S.Pd, guru, 2013). Oleh Karena itu perlunya pengadaan alat penangkapan ikan dan pumpboat bagi nelayan, akan mempermudah nelayan Miangas untuk mendapatkan ikan lebih banyak. Selain pengadaan alat penangkapan ikan, juga diperlukan sarana penyimpanan ikan (coldstorage), gudang penyimpanan kopra, dan bank di Miangas. 4. Kurangnya Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan Terbatasnya sarana prasarana pendidikan di Miangas, menyebabkan terbatasnya SDM pengelola dan pengembang komoditas unggulan Miangas. Tidak adanya tenaga pendidik yang mau dan bertahan tinggal di Miangas (S.E Maarist, nelayan, 2013) menyebabkan masyarakat Miangas khususnya nelayan dan pedagang tidak mendapatkan penyuluhan terkait cara pengolahan, pemasaran dan produksi komoditas unggulan daerah. Fasilitas pendidikan dan pelatihan serta tenaga pendidik memiliki peran penting kaitannya dengan keberlanjutan SDM Miangas. Pemerintah belum menempatkan tenaga pendidik secara merata dan guru enggan bertugas ke Miangas (Amos Palu, S.Pd, Guru, 2013). 5. Isu Abrasi Pantai Adanya fenomena abrasi pantai yang setiap tahun mengurangi garis pantai pulau Miangas. Permasalahan lingkungan yang utama yakni abrasi pantai yang sangat cepat mempengaruhi batas pantai Miangas (Justianus Apitalau, Sek retaris Camat Miangas, 2013). Isu abrasi pantai ini akan mempengaruhi batas perairan Indonesia, sehingga langkah pencegahan yang diperlukan untuk mengantisipasi abrasi pantai ini yakni pembangunan talud di sepanjang pantai Miangas. Perlu pembangunan talud keliling pulau Miangas untuk mengatasi abrasi dan program pemerintah PNPM (Jongli L, masyarakat Miangas, 2013). Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-3

75 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 3.3 Isu Pengelolaan Lintas Batas Negara di Miangas Isu pengelolaan lintas batas yang ada di Miangas dikategorikan ke dalam lima aspek utama yaitu ekonomi, sosial budaya, lingkungan, pertahanan dan keamanan, serta transportasi. Berikut merupakan uraian singkat mengenai isu pengelolaan lintas batas di Miangas: Ekonomi 1. Ikan yang dijual ke Filipina tidak memiliki nilai tambah bagi masyarakat dan negara. Masyarakat Miangas menjual hasil perikanan tangkap ke Bitung/ Filipina. kadangkadang masyarakat Miangas membarter ikan dengan bahan pokok yang dibeli dari Filipina. Kisaran pendapatan masyarakat Miangas dari sektor perikanan bisa mencapai Rp per minggu. Pada sisi lain, interaksi barter antara Miangas dan Filipina belum ada hukum kuat, karena saat ini hanya ada BCA (Harold T.Tulus, Bappeda, 2013). Potensi interaksi ekonomi antara Miangas dengan Filipina sangat kuat dan bersifat tradisional, sehingga sangat diperlukan adanya penguatan fungsi CIQS di daerah perbatasan Miangas, agar semua pelintas batas melewati petugas BCA terlebih dahulu. 2. Adanya dugaan ketergantungan daya beli masyarakat Miangas terhadap Filipina. Biaya hidup yang tinggi di Miangas. Masyarakat Miangas membeli bahan pokok makanan di Filipina dengan harga yang lebih murah dari bahan pokok yang dipasok oleh Bitung. Adanya isu biaya hidup yang tinggi di Miangas. Hal ini terjadi karena letak Miangas yang jauh dari Bitung, apabila dilakukan perjalanan lewat laut membutuhkan waktu selama seminggu. Sementara itu jarak antara Miangas dan Filipina cukup dekat dengan perjalanan kira-kira setengah hari, sehingga interaksi antara Miangas dan Filipina sangat kuat. Selain itu, kemudahan masyarakat Miangas untuk membeli bahan pokok maupun bang-barang lainnya yang merupakan produk Filipina difasilitasi oleh kemudahan penggunaan mata uang rupiah. Pertahanan dan Keamanan 3. Lemahnya sistem pertahanan dan keamanan di Miangas. Salah satu bentuk eksploitasi Filipina terhadap Indonesia yaitu seringkalinya melakukan pencurian ikan di perairan Indonesia. Hal ini tentunya sangat merugikan masyarakat Miangas, karena potensi SDA yang dimiliki diambil oleh Filipina secara illegal. Ketiadaan armada pertahanan di wilayah laut membuktikan bahwa pertahanan keamanan Indonesia untuk pengelolaan perbatasan laut sangat lemah. Ketiadaan armada pertahanan di laut memberi peluang Filipina untuk mencuri ikan di perairan Indonesia. Sarana pertahanan dan keamanan di Miangas belum sesuai standart, apalagi kalau dibandingkan dengan negara tetangga (Filipina) yang sudah memiliki sarana keamanan yang lengkap dan canggih (Pither M, Masyarakat Miangas, 2013). 4. Perhatian pemerintah Filipina terhadap kebutuhan pembangunan Miangas sangat besar, sehingga beberapa kebutuhan Miangas dibantu oleh Filipina. Isu pembangunan di Miangas yang dibantu oleh pemerintah Filipina seharusnya menjadi ancaman kedaulatan negara Indonesia. Pemerintah Filipina sering melakukan kunjungan ke Miangas dan menawarkan bantuan pembangunan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-4

76 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) beberapa sarana prasarana daerah yang belum dimiliki Miangas. Miangas pernah mendapat bantuan 10 pumpboat pada tahun Tidak adanya pelintas batas di Miangas tahun (2013) ini, karena adanya dugaan pemeriksaan kapal yang dilakukan angkatan darat dengan mengambil barangbarang dari kapal Filipina. Adanya imbauan baru dari Pangdam VII wirabuana supaya angkatan darat dalam hal ini pamtas (pengaman perbatasan) juga berhak melakukan pemeriksaan di atas laut. Pada kenyataannya angkatan darat yang bertugas tidak hanya melakukan pemeriksaan saja, akan tetapi juga mengambil barang-barang dari kapal Filipina. 6. Adanya sistem kepemilikan surat keterangan lintas batas bagi orang Miangas yang berkunjung ke Filipina yang hanya berlaku 2 minggu. Penduduk Miangas yang sering melakukan perjalanan ke Filipina, harus memiliki surat keterangan lintas batas, yang mana surat keterangan lintas batas ini harus mendapat pengesahan dari pihak imigrasi dan kantor camat. Surat keterangan lintas batas ini berlaku hanya untuk 1-2 minggu. Sosial Budaya 7. Status kewarganegaraan masyarakat Miangas yang tinggal di Filipina (kecamatan Tibanban) tidak jelas. Hampir sebagian besar masyarakat Miangas memiliki hubungan kekerabatan (ikatan darah) dengan masyarakat Filipina. Masyarakat Filipina-Miangas tersebut tinggal di kecamatan Tibanban, General Genorovo, Filipina. Masyarakat Miangas yang tinggal di Filipina (kecamatan Tibanban), tapi diketahui tidak memiliki status kewarganegaraan (karena tidak diakui oleh Filipina dan Indo nesia), menjadikan masyarakat Miangas tanpa status kewarganegaraan tersebut harus membayar Rp ke pemerintah Filipina. Transportasi 8. Sistem pelayaran dari dan ke Miangas tergantung dengan keberadaan satu kapal yakni kapal Melikunusa. Lambatnya pasokan bahan pokok dan tingginya biaya hidup di Miangas disebabkan oleh pelayaran dari dan ke Miangas sangat sulit. Kendala jarak yang jauh dan ketiadaan armada transportasi laut sangat menghambat mobilisasi barang dan orang dari dan ke Miangas. Rute pelayaran terlalu panjang dari Bitung, Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe sampai kepulauan Talaud dan kepulauan Miangas (Jongli L, masyarakat Miangas, 2013). 9. Belum adanya jalur pelayaran dari pelabuhan Miangas menuju Filipina. Pelabuhan Miangas terkondisi sebagai pelabuhan yang belum fungsional dan rusak. Potensi pengembangan jalur pelayaran dari Miangas ke Filipina sangat besar, melihat intensnya interaksi ekonomi dan social budaya antara Miangas dan Filipina. Melihat potensi ini, maka bisa dibuka rute pelayaran dari Miangas menuju Davao (Filipina). Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-5

77 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Tabel 3. 1 Matriks Isu Strategis Perbatasan di Lokpri Miangas NO ASPEK ISU STRATEGIS URAIAN POTENSI/MASALAH IMPLIKASI/ PELUANG YANG DITIMBULKAN UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN Isu Pengelolaan Batas Wilayah 1 Batas wilayah Laut antara Indonesia dengan Filipina Belum disepakatinya batas laut Indonesia berdasarkan kesepakatan dan atau perjanjian internasional dengan Filipina. Isu Pembangunan Kawasan Perbatasan 2 3 Kurangnya Fasilitas Perdagangan Kurangnya Fasilitas Keamanan Perbatasan Miangas yang memiliki potensi besar sebagai penghasil komoditas di sektor perikanan dan perkebunan, terkendala oleh kurangnya fasilitas perdagangan. Miangas sebagai salah satu pulau kecil terluar yang berseberangan dan memiliki interaksi yang cukup besar dengan negara tetangga (Filipina) sangat berpotensi rawan konflik. Belum adanya kesepakatan batas laut Indonesia dengan Filipina menimbulkan permasalahan saling klaim wilayah pengelolaan, khususnya pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan. Pengembangan komoditas pertanian utama (cengkeh, pala, kopra) dan perikanan belum optimal karena kualitas SDM dan sarana prasarana pendukung yang masih kurang memadai.. Dalam mendukung seluruh fungsi Miangas sebagai pusat pengembangan lingkungan yang memiliki fungsi CIQS, maka sangat diperlukan adanya sistem pertahanan dan keamanan yang kuat di Miangas. Banyaknya interaksi lintas batas yang terjalin antara Miangas dengan kecamatan Tibanban Filipina, menjadikan Miangas sebagai salah satu daerah perbatasan yang memerlukan perhatian lebih dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah khususnya dalam hal keamanan di wilayah perbatasan. Dengan kejelasan batas wilayah laut, maka pengelolaan batas wilayah akan lebih mudah sesuai dengan kesepakatan batas wilayah yang ada. Peluang yang dapat diciptakan yakni perbaikan fasilitas perdagangan seperti pasar tradisional serta penambahan sarana transportasi laut untuk efektifitas pengangkutan produksi komoditas daerah. Peluang yang dapat diciptakan yakni pengadaan sarana prasarana pertahanan dan keamanan di perbatasan. Selain itu perlu penambahan personil keamanan di perbatasan. Masih akan diagendakan perundingan bilateral antara Indonesia dengan Filipina mengenai batas wilayah laut Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-6

78 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) NO ASPEK ISU STRATEGIS URAIAN POTENSI/MASALAH 4 5 Belum Adanya Fasilitas Pengolahan komoditas Kurangnya Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan Miangas belum memiliki fasilitas pengolahan komoditas unggulan yang memadai. Masih kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang akan menjadi pengelola dan pengembang lokasi prioritas Miangas. Adanya fenomena abrasi pantai yang 6 Lingkungan setiap tahun mengurangi garis pantai pulau Miangas Isu Pengelolaan Lintas Batas Negara 7 Ekonomi Ikan yang dijual ke Filipina tidak memiliki nilai tambah bagi masyarakat dan negara. Miangas sebagai daerah pengembang minapolitan dan agropolitan sangat memerlukan fasilitas pengolah komoditas daerah. Belum adanya tempat penyimpanan ikan/kopra di Miangas menjadi salah satu kendala bagi pengembangan dan peningkatan nilai komoditas unggulan Miangas. Pelatihan bagi nelayan dan petani untuk dapat mengolah dan memanfaatkan hasil perkebunan dan perikanan sehingga memberikan nilai tambah yang menguntungkan bagi masyarakat dan negara. Isu abrasi pantai ini akan mempengaruhi batas perairan Indonesia. Masyarakat Miangas menjual hasil perikanan tangkap ke Bitung/ Filipina. kadang-kadang masyarakat Miangas membarter ikan dengan bahan pokok yang dibeli dari Filipina. Kisaran pendapatan masyarakat Miangas dari sektor perikanan bisa mencapai Rp per minggu. IMPLIKASI/ PELUANG YANG DITIMBULKAN Peluang yang dapat diciptakan yakni pengadaan fasilitas pengolahan komoditas unggulan yang meliputi instalasi listrik, air bersih, dan komunikasi. Selain itu perlunya cold storage, tempat penyimpanan kopra, pabrik es, dan pabrik pengalengan ikan. Peluang yang dapat diciptakan yakni pengadaan fasilitas pendidikan dan pelatihan serta pembukaan transmigrasi agar banyak calon pengajar/pendidik yang tinggal di daerah perbatasan. Perlunya pembangunan talud, di sepanjang batas wilayah pantai Miangas, untuk meminimalisasi dampak abrasi pantai pada batas terluar pulau Miangas. Peluang yang ditimbulkan dari isu ini adalah Miangas berpotensi memngembangkan hasil perikanan tangkap agar memiliki value yang lebih. Perlunya sarana pengolahan ikan bisa meningkatkan harga jual ikan menjadi lebih tinggi UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Ada rencana pembangunan talud di sepanjang batas wilayah pantai Miangas, tetapi belum terealisasi. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Hasil perikanan tangkap masih dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-7

79 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) NO ASPEK ISU STRATEGIS URAIAN POTENSI/MASALAH 7 Pertahanan dan Keamanan Adanya dugaan ketergantungan daya beli masyarakat Miangas terhadap Filipina. Lemahnya sistem pertahanan dan keamanan di Miangas. Perhatian pemerintah Filipina terhadap kebutuhan pembangunan Miangas sangat besar, sehingga beberapa kebutuhan Miangas dibantu oleh Filipina Tidak adanya pelintas batas di Miangas tahun (2013) ini, karena adanya dugaan Adanya isu biaya hidup yang tinggi di Miangas. Hal ini terjadi karena letak Miangas yang jauh dari Bitung, apabila dilakukan perjalanan lewat laut membutuhkan waktu selama seminggu. Selain itu kemudahan masyarakat Miangas untuk membeli barang-barang Filipina dengan mata uang rupiah. Ketiadaan armada pertahanan di wilayah laut membuktikan bahwa pertahanan keamanan Indonesia untuk pengelolaan perbatasan laut sangat lemah. Ketiadaan armada pertahanan di laut memberi peluang Filipina untuk mencuri ikan di perairan Indonesia. Isu pembangunan di Miangas yang dibantu oleh pemerintah Filipina seharusnya menjadi ancaman kedaulatan negara Indonesia. Pemerintah Filipina sering melakukan kunjungan ke Miangas dan menawarkan bantuan pembangunan beberapa sarana prasarana daerah yang belum dimiliki Miangas. Adanya imbauan baru dari Pangdam VII wirabuana supaya angkatan darat dalam hal ini pamtas (pengaman IMPLIKASI/ PELUANG YANG DITIMBULKAN Biaya hidup yang tinggi dan pasokan bahan pokok yang sulit dilakukan karena faktor jarak, menjadikan peluang bagi pemerintah untuk membuat strategi efektifitas rute pelayaran. Selain itu penambahan jumlah armada transportasi laut juga sangat dibutuhkan oleh Miangas. Peluang yang ditimbulkan dari isu ini yakni pemerintah bisa memperkuat armada pertahanan di wilayah laut. Perlunya armada kapal laut yang sudah dipersenjatai dan memiliki mesin yang telah diperbarui. Isu ini menjadi pendorong bagi pemerintah Indonesia agar selalu mengetahui kebutuhan pengembangan Miangas, dan seharusnya ada realisasi pengadaan sarana prasarana daerah yang belum dimiliki Miangas. Implikasi dari isu ini yakni pelintas batas dari Filipina merasa dirugikan karena pemeriksaan yang dilakukan oleh angkatan darat yang sebelumnya tidak berwenang, UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Armada kapal penjaga wilayah laut selalu mundur ketika menghadapi armada kapal Filipina yang melakukan ilegal fishing di perairan Indonesia. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Masyarakat Miangas pernah menerima bantuan pemberian 10 pump boat dari Filipina. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-8

80 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) NO ASPEK ISU STRATEGIS URAIAN POTENSI/MASALAH 8 Sosial Budaya 9 Transportasi pemeriksaan kapal yang dilakukan angkatan darat dengan mengambil barangbarang dari kapal Filipina. Adanya sistem kepemilikan surat keterangan lintas batas bagi orang Miangas yang berkunjung ke Filipina. Surat keterangan lintas batas hanya berlaku selama 1-2 minggu Status kewarganegaraan masyarakat Miangas yang tinggal di Filipina (kecamatan Tibanban) tidak jelas. Sistem pelayaran dari dan ke Miangas tergantung dengan keberadaan satu kapal yakni Melikunusa perbatasan) juga berhak melakukan pemeriksaan di atas laut. Pada kenyataannya angkatan darat yang bertugas tidak hanya melakukan pemeriksaan saja, akan tetapi juga mengambil barang-barang dari kapal Filipina. Penduduk Miangas yang sering melakukan perjalanan ke Filipina, harus memiliki surat keterangan lintas batas, yang mana surat keterangan lintas batas ini harus mendapat pengesahan dari pihak imigrasi dan kantor camat. Surat keterangan lintas batas ini berlaku hanya untuk 1-2 minggu. Masyarakat Miangas yang tinggal di Filipina (kecama tan Tibanban), tapi diketahui tidak memiliki status kewarganegaraan (karena tidak diakui oleh Filipina dan Indonesia), menjadikan masyarakat Miangas tanpa status kewarganegaraan tersebut harus membayar Rp ke pemerintah Filipina. Lambatnya pasokan bahan pokok dan tingginya biaya hidup di Miangas disebabkan oleh pelayaran dari dan ke Miangas sangat sulit. Kendala IMPLIKASI/ PELUANG YANG DITIMBULKAN semakin menambah rumit pengiriman barang-barang Filipina menuju Miangas. Dalam hal ini pemerintah perlu menerapkan sistem pemeriksaan yang tidak membebani pelintas batas dari Filipina, karena secara tidak langsung hal ini berpengaruh pada interaksi ekonomi antara Miangas dan Filipina. Peluang dari isu ini yakni pemerintah dapat memfasilitasi masyarakat Miangas untuk memiliki pass untuk berkunjung ke Filipina. Surat keterangan lintas batas yang hanya berlaku 1-2 minggu, terlalu singkat masa berlakunya. Oleh karena itu pemerintah dapat memberi wewenang pada pihak keimigrasian perbatasan untuk membuatkan passport dengan masa berlaku yang lebih lama untuk masyarakat Miangas. Masyarakat Miangas yang tinggal di Filipina (kecamatan Tibanban) dan belum memiliki status kewarganegaraan membutuhkan kejelasan status kewarganegaraan. Pemerintah berpeluang memberikan bantuan untuk memberi kejelasan status kewarganegaraan. Pemerintah dapat memfasilitasi masyarakat Miangas tersebut untuk memiliki status kewarganegaraan yang jelas. Peluang yang ditimbulkan oleh isu ini yakni Pemerintah perlu membuat strategi alur pelayaran agar lebih efektif dan penambahan armada transportasi laut sesuai dengan yang dibutuhkan Miangas. UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Masyarakat Miangas yang tinggal di Filipina (kecamatan Tibanban) dan tanpa status kewarganegaraan harus membayar Rp ke pemerintah Filipina. Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-9

81 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) NO ASPEK ISU STRATEGIS URAIAN POTENSI/MASALAH Belum adanya jalur pelayaran dari pelabuhan Miangas menuju Filipina jarak yang jauh dan ketiadaan armada transportasi laut sangat menghambat mobilisasi barang dan orang dari dan ke Miangas. Pelabuhan Miangas terkondisi sebagai pelabuhan yang belum fungsional dan rusak. Potensi pengembangan jalur pelayaran dari Miangas ke Filipina sangat besar, melihat intensnya interaksi ekonomi dan social budaya antara Miangas dan Filipina. Sumber: Hasil FGD, Observasi dan Wawancara, 2013 IMPLIKASI/ PELUANG YANG DITIMBULKAN Peluang yang memungkinkan yaitu membuka jalur pelayaran perintis di Pelabuhan Miangas yang memfasilitasi pelayaran menuju Miangas. Hal ini nantinya akan lebih mempermudah masyarakat untuk berinteraksi ekonomi baik menjual ikan maupun membeli bahan pokok dari Filipina UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN Belum ada upaya konkrit terhadap isu ini. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB III-10

82

83 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 4.1 VISI PENGELOLAAN LOKPRI MIANGAS Visi ini merupakan pandangan ke depan yang diharapkan mampu mengantisipasi berbagai tantangan dan peluang yang tercipta akibat adanya perubahan internal, regional, dan global. Visi dan Misi juga harus mengacu pada fungsi potensial sehingga jelas arah kebijakan Lokpri di masa mendatang. Visi lokpri Miangas adalah sebagai berikut; Terwujudnya Miangas sebagai Pintu Gerbang Perbatasan Berbasis Pertahanan dan Keamanan Nasional Lokpri Miangas merupakan sebuah pulau kecil yang berada dibagian paling utara Negara Republik Indonesia adalah pintu gerbang perbatasan Indonesia. Kondisi fisik lingkungan yang berupa pulau dikelilingi oleh lautan memiliki potensi perikanan dan kelautan cukup besar yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari - hari dan sebagai mata pencaharian utama. Sebagai pintu gerbang utama perbatasan Negara Republik Indonesia dengan Negara tetangga sudah semestinya pertahanan dan keamanan adalah hal yang utama dalam menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu untuk mewujudkan visi Lokpri Miangas sebagai pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia dengan pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan. 4.2 MISI PENGELOLAAN LOKPRI MIANGAS Untuk mewujudkan visi tersebut maka dirumuskan misi sebagai berikut; Meningkatkan pelayanan CIQS ( Custom, Imigration, Quarantine and Security) melalui peningkatan kegiatan perikanan kelautan, pertanian dan pariwisata. Sebagai beranda terdepan yang sudah memiliki CIQS perlu peningkatan pelayanan terhadap pelintas batas agar mereka tetap mau berkunjung ke Pulau Miangas berjualan ataupun membeli hasil laut dari Miangas Meningkatkan pelayanan dan penyediaan sarana prasarana dasar. Pelayanan sarana prasarana dasar yang ada saat ini masih rendah, maka perlu ditingkatkan seperti di pelayanan pendidikan, kesehatan, listrik, air bersih. Mengembangkan kegiatan perikanan dan kelautan berskala lokal dan nasional. Pulau Miangas yang memiliki luas sekitar 2,36 Km 2 setengahnya merupakan perkebunan kelapa. Namun dengan dibangunnya bandara Miangas maka semakin berkurang luas perkebunan tersebut yang suatu saat lahan perkebunan tersebut semakin berkurang akibat pembangunan, maka sektor yang perlu ditingkatkan adalah kelauatan dan perikananan sebagai mata pencaharian utama masyarakat. Meningkatkan sarana dan prasanana penunjang kegiatan perikanan dan kelautan. Dengan semakin berkurangnya lahan perkebunana kelapa maka semakin kecil pendapatan masyarakat dari sektor perkebunan, maka untuk mendukung kegiatan perikanan dan kelautan maka perlu sarana san prasarana penunjang kegiatan perikanan seperti cold storage dan ketersediaan BBM untuk melaut Meningkatkan infrastruktur perhubungan khususnya transportasi laut, baik peningkatan sarana dan prasarana serta jumlah perjalanan. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB IV- 1

84 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Rendahnya pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut membuat perpindahan barang dan manusia sangat lambat sehingga membuat harga barang kebutuhan pokok tinggi. 4.3 TUJUAN PENGELOLAAN LOKPRI MIANGAS Tujuan pengelolaan Lokpri Miangas adalah Mewujudkan Miangas sebagai Pintu Gerbang Perbatasan Berbasis Pertahanan dan Keamanan Nasional. Tujuan pengelolaan Lokpri Miangas dibagi ke dalam 3 (tiga) tahap pengelolaan yaitu tahap 1 (pertama) sebagai tahap persiapan, tahap 2 (dua) tahap pelaksanaan serta tahap 3 (tiga) tahap pemantapan. Untuk mempermudah visualisasi tujuan pengelolaan Lokpri Miangas dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini. Adapun tujuan pengelolaan Lokpri Miangas adalah sebagai berikut dengan sasaran : Gambar 4. 1 Tahapan Pencapaian Visi, Misi dan Fokus Penanganan Lokpri Miangas Pada Ilustrasi pencapaian visi lokpri Miangas di gambar tersebut, terdapat 5 periode masing-masing: Tahap 1 Persiapan ( ) Visi Miangas Tahun Pertama Meningkatnya sarana dan prasarana Pertahanan dan Keamanan. Pulau Miangas sebagai beranda terdepan Negara Indonesia selayaknya memiliki pertahahan dan keamanan yang tinggi. Hal ini disebabkan tingginya frekuensi pelayaran internasional di sekitar perairan Miangas dimana hal ini merupakan media perdagangan bebas dan illegal seperti penyelundupan senjata, BBM, perdagangan manusia. Selain perdagangan bebas dan illegal, tingginya illegal fishing di perairan Miangas yang dilakukan oleh nelayan-nelayan negara tetangga menyebabkan kerugian Negara yang sangat besar dari sektor kelautan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB IV- 2

85 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) dan perikanan. Hal - hal tersebut mendasari perlunya peningkatan pertahanan dan keamanan di perairan Miangas. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang dalam peningkatan perhanan dan keamanan adalah Kementerian Pertahanan dan Keamanan dan TNI khususnya Angkatan Laut. Tahap II Pelaksaan ( ) Visi Miangas Tahun Kedua Meningkatnya sarana dan prasarana transportasi. Rendahnya pelayanan transportasi laut baik dari frekuensi pelayaran maupun kapal yang digunakan menyebabkan arus perpindahan barang dan manusia sangat lambat. Hal ini mengakibatkan harga - harga kebutahan pokok dan biaya hidup tinggi di Pulau Miangas. Untuk keberlangsungan hidup masyarakat Miangas yang lebih baik maka sangat perlu peningkatan pelayanan sarana dan tranportasi. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana adalah Kementerian Perhubungan di tingkat pusat, Perhubungan Provinsi, dan perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten. Visi Miangas Tahun Ketiga Terlaksananya penambahan dan pembuatan talud pengaman pantai. Talud pengaman pantai yang ada sekarang masih sangat kurang sehingga perlu penambahan talud pengaman pantai. Kepentingannya adalah untuk mengamankan Pulau Miangas dari abrasi dan pengurangan luas perbatasan dengan negara tetangga. Maka perlu dengan segera realisasi pada tahun ketiga agar tidak semakin banyak pengurangan luas Pulau Miangas. Adapun kemeterian atau lembaga yang berwenang dalam pengerjaan talud adalah Kementerian Pekerjaan Umum di tingkat pusat, Pekerjaan umum di tingkat provinsi dan kabupaten. Visi Miangas Tahun Keempat Meningkatnya pelayanan sarana prasarana dasar. Masih rendahnya pelayanan sarana prasarana dasar di Miangas membuat tidak optimalnya kegiatan masyarakat. Sarana prasarana dasar tersebut antara lain meliputi pelayanan pendidikan, pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan kesehatan, dan pelayanan telekomunikasi. Pada tahun keempat diharapakan pelayanan sarana prasarana tersebut sudah baik sehingga kegiatan mayarakat dapat optimal dilakkukan. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang dalam peningkatan pelayanan sarana prasarana tersebut antara lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kemeterian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Telekomunikasi dan Informatika untuk tingkat pusat. Pendidikan dan Kebudayaan, Pekerjaan Umum, Kesehatan, Informasi Kominikasi Sulawesi Utara di tingkat provinsi. Kesehatan, Perhubungan Komunikasi dan Informatika, Pekerjaan Umum, Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat kabupaten. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB IV- 3

86 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Tahap III Pemantapan ( ) Visi Miangas Tahun Kelima Disepakatinya batas wilayah Negara Indonesia dengan Filipina. Belum jelasnya batas wilayah Negara Indonesia dengan Filipina sampai saat ini membuat ketidakpastian penegakkan hukum di wilayah laut antara dua negara. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penegakkan hukum di wilayah laut maka perlu segera diselesaikan kesepakatan batas wilayah Negara Indonesia dengan Filipina. Penyelesaian batas wilayah Negara adalah wewenang pemerintah pusat, daerah tidak memiliki wewenang dalam penetapan batas wilayah. Adapun Kementerian atau lembaga yang berwenang dalam penetapan batas wilayah Negara adalah Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahahan dan Kemanana, BNPP Asdep Batas Wilayah Negara, Badan Informasi Geospasial. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB IV- 4

87

88 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 5.1 ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN LOKPRI MIANGAS Kebijakan pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas merupakan arah tindakan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas. Kebijakan pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas berfungsi: 1) sebagai dasar untuk memformulasikan strategi pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas; 2) memberikan arah bagi penyusunan program di Lokasi Prioritas; 3) sebagai dasar dalam kaidah pengelolaan kawasan perbatasan. Kebijakan pengelolaan lokpri Miangas terdiri dari kebijakan penanganan isu strategis perbatasan lokpri Miangas yang perlu diselesaikan pada jangka waktu 5 tahun ke depan. Kebijakan pengelolaan lokpri Miangas ini lebih difokuskan pada pentingnya penetapan batas wilayah, pengembangan potensi SDA lokpri Miangas, dan penguatan fungsi lokpri Miangas sebagai pintu gerbang perbatasan yang bersinggungan langsung dengan negara tetangga, sehingga dalam hal ini lokpri Miangas berfungsi sebagai beranda terdepan RI yang harus memiliki sistem pertahanan dan keamanan yang kuat. Kebijakan pengelolaan lokpri Miangas kemudian dijabarkan ke dalam tiga kelompok isu strategis perbatasan. Berikut ini penjelasan mengenai kebijakan pengelolaan lokpri Miangas: A. Pengelolaan Batas Wilayah Negara Penetapan dan penegasan batas-batas wilayah negara RI dan Filipina Pentingnya penegasan dan penetapan batas-batas wilayah negara RI dengan Filipina karena berkaitan dengan kedaulatan hukum di antara dua negara. Dengan ditetapkannya batas-batas wilayah negara maka dengan jelas dapat diketahui wilayah antara dua negara, terutama dalam pengaamanan dan penegakkan hukum di laut. B. Pembangunan Kawasan Perbatasan 1. Pengembangan Destinasi Pariwisata Pentinganya pengembangan pariwisata di lokasi prioritas adalah untuk menarik wisatawan berkunjung dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di lokasi prioritas. Terbatasnya lahan perkebunan dan konversi penggunaan lahan membuat terbatasnya mata pencaharian masyarakat, oleh karena itu perlunya pengembangan denstinasi wisata ke lokasi prioritas. 2. Peningkatan akses terhadap pelayanan pendidikan di kawasan Pentingnya peningkatan akses terhadap pelayanan pendidikan di lokasi prioritas adalah rendahnya kualitas SDM di kawasan perbatasan akibat rendahnya kulaitas pendidikan. Untuk meningkatakan SDM di lokasi prioritas salah satunya adalah melalui pendidikan, oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan peningkatan pendidikan untuk meningkatkan kualiatas SDM di lokasi prioritas. 3. Peningkatan pelayanan sarana prasarana kesehatan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 1

89 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Pentingnya peningkatan pelayanan sarana prasarana kesehatan adalah karena rendahnya pelayanan kesehatan di lokasi prioritas. Jarak lokasi prioritas yang sangat jauh dari ibu kota kabupaten membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu perlu ditingkatkannya pelayanan sarana prasarana kesehatan di lokasi prioritas. 4. Peningkatan sarana prasarana dasar air bersih Pentingnya peningkatan sarana prasarana dasar air bersih untuk masyarakat di perbatasan adalah sebagai pemenuhan kebutuhan dasar air untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini diakibatkan rendahnya kualitas pengelolaan air bersih dimana tidak semua masyarakat dapat menikmati ait bersih. Oleh Karena itu perlu dilakukan peningkatan sarana prasarana dasar air bersih. 5. Pembuatan talud penahan pantai Pentingnya pembuatan talud adalah karena tingginya abrasi pantai yang mengurangi luas pulau setiap tahunnya. Hal ini tentu dapat mengurangi luas wilayah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga jika dibiarkan terus menerus. Oleh karena itu pembangunan talud penahan pantai sangat penting untuk menjaga eksistensi Pulau Miangas sebagai beranda terdepan Republik Indonesia. 6. Peningkatan akses terhadap pelayanan dasar listrik dan telekomunikasi di kawasan perbatasan Pentingnya peningkatan akses pelayanan dasar listrik dan telekomunikasi adalah karena rendahnya pelayanan dasar listrik dan telekomunikasi di lokasi prioritas. Telekomunikasi sangat penting terutama sebagai bagian dari sistem pengawasan pertahanan dan keamanan begitu juga dengan listrik. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pelayanan dasar listrik dan telekomunikasi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga sebagai bagian dari sistem pengawasan pertahanan dan keamanan. 7. Peningkatan kualitas pelayanan sarana transportasi laut Pentingnya peningkatan kualitas pelayanan sarana transportasi laut adalah karena rendahnya pelayanan sarana transportasi laut di wilayah perbatasan yang dari dan ke lokasi prioritas. Hal ini membuat lambatnya pergerakan barang dan manusia terutama untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari di lokasi prioritas. Oleh karena itu sangat perlu peningkatan pelayanan sarana transportasi laut dari dan ke lokasi prioritas. 8. Perbaikan Sumber Daya Alam yang rusak di perbatasan Pentingnya perbaiakan sumber daya alam yang rusak adalah karena sebagai bagian kehidupan masyarakat di lokasi prioritas. Sumber daya alam yang rusak adalah akibat dari pembuangan pohon-pohon kelapa untuk pembangunan bandara Miangas. Sehingga diperlukan perbaikan sumber daya alam untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 2

90 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) C. Pengelolaan Lintas Batas 1. Pembangunan sistem pengamanan dan pengawasan laut yang handal di perairan Miangas Pentingnya pembangunan sistem pengamanan dan pengawasan laut yang handal di perairan Miangas adalah karena lemahnya sistem pertahanan dan keamanan sehingga menyebabkan aktivitas illegal seperti illegal fishing dan illegal trading di perairan Miangas yang sangat merugikan akibat dicurinya hasil laut Indonesia. Oleh karena itu pembangunan sistem ini sangat penting selain untuk pengamanan juga untuk pengawasan. 2. Percepatan penyelesaian status kewarganegaraan masyarakat Phisang (Filipina-Sangir) Pentingnya penyelesaian status kewarganegaraan masyarakat Filipina Sangir Talaud agar jelas status kewarganegaraan mereka apakah ingin menjadi warga Negara Indonesa atau warga Negara Filipina. Sehingga memudahkan pendataan masyarakat terutama untuk pelintas batas. 3. Peningkatan pemanfaatan potensi nilai jual hasil tangkapan Pentingnya peningkatan pemanfaatan potensi nilai jual hasil tangkap adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di lokasi prioritas dan pendapatan buat Negara Indonesia. Agar potensi hasil tangkapan tidak hanya sekedar buat konsumsi semata tetapi ada nilai jual lebih untuk pendapatan masyarakat sendiri. Oleh karena itu perlu peningkatan pemanfaatan potensi nilai jual hasil tangkapan. 4. Penambahan jumlah BBM yang lebih banyak ke wilayah perbatasan Pentingnya penambahan BBM yang lebih banyak di lokasi prioritas adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sangat penting seperti untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, perahu nelayan untuk melaut, kapal patroli untuk pengawasan dan pengamanan laut. Selain itu juga untuk cadangan energi jika pada bulan-bulan tertentu dimana gelombang laut tinggi tidak ada pasokan BBM. Oleh karena itu penambahan jumlah BBM dalam jumlah besar sangat penting di lokasi prioritas. 5. Pemeriksaan pelintas batas hanya dilakukan oleh pihak yang berwenang Pentingnya pemeriksaan pelintas batas dilakukan oleh pihak yang berwenang adalah agar tidak terjadi tumpang tindih pemeriksaan dan ketidaknyamanan pelintas batas seperti yang terjadi tahun ini dimana tidak ada pelintas batas tahun ini karena ada oknum-oknum yang selain pihak berwenang juga melakukan pemeriksaan terhadap pelintas batas dengan mengambil barang dagangan sehingga membuat mereka tidak nyaman. 6. Peningkatan Kerjasama lintas batas dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Pentingnya peningkatan kerjasama lintas batas dalam pelestarian lingkungan hidup adalah untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup laut, sumber daya alam, dan perlindungan terhadap area sekitar pulau dari aktivitas penangkapan ikan skala besar. Oleh karena itu perlu dilakukukan kerjasama lintas batas dalam pelestarian lingkungan hidup. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 3

91 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 5.2 STRATEGI PENGELOLAAN LOKPRI MIANGAS Strategi pembangunan dan pengelolaan Lokpri merupakan penjabaran kebijakan pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas berfungsi: 1) memberikan arah bagi penyusunan program-program pembangunan; dan 2) sebagai dasar dalam penetapan kaidah pengelolaan lokasi prioritas; Berdasarkan uraian kondisi umum perbatasan, isu strategis, visi dan misi, serta prinsipprinsip dasar yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka arah kebijakan dan strategi pengelolaan lokpri dirumuskan sebagai berikut: A. Pengelolaan Batas Wilayah Negara Strategi untuk kebijakan : Penegasan dan penetapan batas-batas wilayah negara RI dan Filipina adalah : Meningkatkan upaya perundingan dalam penegasan batas wilayah Negara Strategi yang dilakukan dalam penegasan dan penetapan batas-batas wilayah adalah dengan melakukan perundingan antara dua Negara dalam hal ini Republik Indonesia dengan Filipina. Perundingan dilakukan karena penetapan batas Negara tidak bisa dilakukan hanya oleh 1 negara, tetapi oleh dua Negara atau lebih. Adapun kelembagaan yang berwenang adalah Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, dan Badan Informasi Geospasial. B. Pembangunan Kawasan Perbatasan 1. Pengembangan Destinasi Pariwisata Strategi untuk kebijakan : Pengembangan Destinasi Pariwisata adalah : Menyusun rencana dan promosi tujuan pariwisata ke wilayah perbatasan Strategi yang dilakukan adalah menyusun rencana pengembangan destinasi wisata ke lokasi prioritas. Kemudian melakukan kegiatan promosi destinasi pariwisata ke lokasi prioritas. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Pariwisasata dan Ekonomi Kreatif di tingkat pusat, Pariwisata di tingkat provinsi, Pariwisata di tingkat kabupaten 2. Peningkatan akses terhadap pelayanan pendidikan di kawasan Strategi untuk kebijakan : Peningkatan akses terhadap pelayanan pendidikan di kawasan adalah : Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan Strategi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di lokasi prioritas. Dengan ditingkatkannya kualitas pelayanan pendidikan diharapkan kualitas SDM juga meningkat. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat pusat, Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat provinsi dan kabupaten. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 4

92 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 3. Peningkatan pelayanan sarana prasarana kesehatan Strategi untuk kebijakan : Peningkatan pelayanan sarana prasarana kesehatan adalah : Meningkatkan pelayanan sarana prasarana kesehatan Strategi yang dilakukan adalah meningaktkan pelayanan sarana prasarana kesehatan di lokasi prioritas. Dengan ditingkatkannya pelayanan kesehatan diharapkan masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan tidak perlu pergi ke ibu kota kabuapten. Adapun kementerian atu lembaga yang berwenang adalah Kementerian Kesehatan di tingkat pusat, Kesehatan di tingakt provinsi dan kabupaten. 4. Peningkatan sarana prasarana dasar air bersih Strategi untuk kebijakan : Peningkatan sarana prasarana dasar air bersih Adalah : Meningkatkan sarana prasarana dasar air bersih untuk masyarakat di perbatasan Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan sarana prasarana dasar air bersih untuk masyarakat di perbatasan agar dapat dinikmati semua masyarakat. Dengan ditingkatkannya sarana prasarana dasar air bersih diharapkan kebutuhan air bersih dapat dinikmati semua masyarakat di lokasi prioritas. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Pekerjaan Umum di tingkat pusat, Pekerjaan Umum di tinkat provinsi dan kabupaten. 5. Pembuatan talud penahan pantai Strategi untuk kebijakan : Pembuatan talud penahan pantai adalah : Membuat talud penahan pantai Strategi yang dilakukan adalah dengan membuat talud penahan pantai. Talud yang sudah ada saat ini masih sangat kurang sehingga penambahan dan pembuatan talud yang lebih panjang untuk mencegah abrasi pantai yagn terus menerus setiap tahun. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Pekerjaan Umum di tingkat pusat, Pekerjaan Umum di tingkat provinsi dan kabupaten. 6. Peningkatanan akses terhadap pelayanan dasar listrik dan telekomunikasi di kawasan perbatasan Strategi untuk kebijakan : Peningkatanan akses terhadap pelayanan dasar listrik dan telekomunikasi di kawasan perbatasan adalah : Meningkatkan pelayanan kebutuhan dasar listrik dan telekomunikasi Strategi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan pelayanan kebutuhan dasar listrik dan telekomunikasi. Dengan ditingkatkannya pelayanan kebutuhan dasar listrik dan telekomunikasi diharapkan dapat terpenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu juga kebutuhan dari sistem pengawasan pertahanan dan keamanan. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian ESDM dan Kementerian Komunikasi dan Telekomunkasi di tingkat pusat, ESDM dan Komunikasi dan Telekomunikasi di tingkat provinsi, ESDM dan Perhubungan Komunikasi dan Informatika di tingkat kabupaten. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 5

93 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 7. Peningkatan kualitas pelayanan sarana transportasi laut Strategi untuk kebijakan : Peningkatan kualitas pelayanan sarana transportasi laut adalah : a. Menambah jumlah kapal perintis yang lebih cepat dan kapasitas angkut lebih besar Strategi yang dilakukan adalah menambah jumlah kapal perintis yang lebih cepat dengan kapasitas angkut yang lebih besar pula. Kapal perintis yang cepat maka akan mempersingkat waktu tempuh dari dan ke lokasi prioritas. b. Meningkatkan frekuensi pelayaran perintis ke pulau-pulau terluar Strategi yang perlu dilakukan selain menambah jumlah kapal perintis adalah menambah frekuensi pelayaran. Frekuensi pelayaran yang ada saat ini hanya seminggu sekali atau bahkan jika cuaca buruk dua minggu sekali. Oleh karena itu perlu ditingkatkan frekuensi pelayaran kapal perintis dari dan ke lokasi proritas. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Perhubungan di tingkat pusat, Perhungunan di tingkat provinsi, Perhubungan Komunikasi dan Informatika di tingkat kabupaten. 8. Perbaikan Sumber Daya Alam yang rusak di perbatasan Strategi untuk kebijakan : Perbaikan Sumber Daya Alam yang rusak di perbatasan adalah : Melakukan rehabilitasi Sumber Daya Alam di perbatasan Strategi yang dilakukan adalah melakukan rehabilitasi sumber daya alam di lokasi prioritas demi kelesteraian sumber daya alam itu sendiri. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Lingkungan hidup dan Kementerian Kehutanan di tingkat pusat, Kehutanan dan Lingkungan Hidup di tingkat provinsi dan kabuapten. C. Pengelolaan Lintas Batas 1. Pembangunan sistem pengamanan dan pengawasan laut yang handal di perairan Miangas Strategi untuk kebijakan : Pembangunan sistem pengamanan dan pengawasan laut yang handal di perairan Miangas adalah : a. Menyediakan sarana dan prasarana pertahanan dan keaman laut Strategi yang dilakukan adalah menyediakan sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan laut dengan demikian diharapkan meningkatkan pengawasan dan pengamanan laut. b. Melakukan kerjasama dan kordinasi dengan pihak terakit dalam rangka pengawasan perairan laut Miangas Strategi yang lain yaitu melakukan kerjasama dan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka pengawasan perairan laut Miangas dengan maksud untuk membantu dan mengurangi beban pengawasan TNI AL karena perairan di lokasi prioritas cukup luas. c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam membantu dan turut menjaga perairan Miangas Selain pengawasan dan pengamanan dilakukan oleh TNI AL peningkatan kemanan dapat juga melibatkan peran serta masyarakat yang ada di lokasi prioritas. Selain untuk menjaga kedaulatan Negara juga untuk meminimalkan kerugian Negara dan masyarakat sendiri. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 6

94 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) d. Menyediakan personil di kawasan perbatasan Selain menyediakan sarana dan prasarana pertahanan dan keamanan laut diperlukan juga personil yang memiliki kualitas SDM yang baik untuk mengoperasikan dan mengoptimlkan sarana dan prasarana yang ada. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Pertahanan dan Keamanan, TNI AL. 2. Percepatan penyelesaian status kewarganegaraan masyarakat Phisang (filipina Sangir) Strategi untuk kebijakan : Percepatan penyelesaian status kewarganegaraan masyarakat Phisang (filipina Sangir) adalah : Melakukan identifikasi dan pendataan masyarakat yang tidak memiliki status kewarganegaraan Strategi yang dilakukan adalah melakukan identifikasi dan pendataan masyarakat yang tidak memiliki status kewarganegaraan. Setelah melakukan identifikasi dan pendataan, kemudian penetapan status kewarganegaraan agar jelas status kewarganegaraan mereka. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, dan BNPP. 3. Peningkatan pemanfaatan potensi nilai jual hasil tangkapan Strategi untuk kebijakan : Peningkatan pemanfaatan potensi nilai jual hasil tangkapan adalah : a. Meningkatkan pemanfaatan potensi perikanan dan kelauatan melalui pengembangan sarana prasarana produksi Strategi yang dilakukan meningkatkan pengembangan sarana prasaran produksi untuk menunjang nilai jual hasil tangkap nelayan. Dengan adanya sarana dan prasarana diharapkan nilai jual hasil tangkapan meningkat. b. Meningkatkan pemanfaatan potensi perikanan dan kelauatan melalui pengembangan sarana prasarana pengolahan dan pemasaran. Strategi lain adalah pengembangan sarana pengolahan dan pemasaran agar hasil tangakapan dapat didistribusikan ke pengepul atau pengusaha pengolahan ikan. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Industri dan Perdagangan di tingkat pusat, Kelautan dan Perikanan dan Industri dan Perdaganan di tingkat provinsi dan kabupaten. 4. Penambahan jumlah BBM yang lebih banyak ke wilayah perbatasan Strategi untuk kebijakan : Penambahan jumlah BBM yang lebih banyak ke wilayah perbatasan adalah : Meningkatkan distribusi BBM ke wilayah perbatasan Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan distribusi BBM ke lokasi prioritas dimana saat ini jumlahnya masih sangat kurang untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dengan ditingkatkan distribusi BBM ke lokasi prioritas diharapkan kebutuhan-kebutuhan vital di masyarakat dapat terpenuhi. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian ESDM di tingkat pusat. 5. Pemeriksaan pelintas batas hanya dilakukan oleh pihak yang berwenang Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 7

95 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Strategi untuk kebijakan : Pemeriksaan pelintas batas hanya dilakukan oleh pihak yang berwenang adalah : Memeriksa pelintas batas hanya boleh dilakukan oleh pihak yang berwenang Strategi yang dilakukan adalah penegasan kepada oknum-oknum bahwa yang berwenang dalam pemeriksaan pelintas batas adalah mereka yang sudah memiliki tugas pokok tersebut seperti bea cukai, imigrasi, dan TNI AL. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang adalah Kementerian Dalam negeri di tingkat pusat. 6. Peningkatan Kerjasama lintas batas dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Strategi untuk kebijakan : Peningkatan Kerjasama lintas batas dalam Pelestarian Lingkungan Hidup adalah : Menjalankan amanat kerja sama dalam pelestarian lingkungan hidup Strategi yang dilakukan adalah menjalankan amanat kerja sama dalam pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian diharapkan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam laut dapat terus terjaga. Adapun kementerian atau lembaga yang berwenang yang berwenang adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan SSME (Sulu Sulawesi Marine Ecoregion). Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 8

96 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 5.3 PROGRAM PRIORITAS PENGELOLAAN LOKPRI MIANGAS Program prioritas pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas adalah programprogram yang disusun untuk menjalankan rencana pembangunan dan pengelolaan, serta mewujudkan visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi. Program prioritas merupakan program yang mempunyai daya ungkit yang signifikan dalam konteks percepatan pembangunan Lokpri. Program prioritas di lokpri miangas adalah sebagai berikut : A. Pengelolaan Batas wilayah Negara 1. Program penetapan dan penegasan wilayah batas Negara Kegiatan : a. Survei pengamatan dan pencatatan titik titik batas negara Indonesia dengan Filipina b. Perundingan penyelesaian batas wilayah negara antara Indonesia dengan Filipina mengenai batas wilayah laut c. Kunjungan kerja ke Filipina B. Pembangunan Kawasan Perbatasan 2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Kegiatan : a. Pengembangan objek pariwisata unggulan b. Sosialisasi Pulau Miangas sebagai salah satu destinasi wisata skala nasional c. Pengembangan jenis dan paket wisata unggulan 3. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidik Kegiatan : a. Penambahan tenaga pendidik di kawasan perbatasan b. Pelatihan bagi pendidik untuk memenuhi standar kompetensi c. Pemberian tunjangan perbatasan untuk tenaga pendidik 4. Program Bea Siswa Perbatasan Kegiatan : a. Pemberian bea siswa kepada siswa/siswi di kawasan perbatasan 5. Program kerja sama pendidikan dan pelatihan Kegiatan : a. Kerja sama BNPP-Kemendikbud-Indonesia Mengajar 6. Program pengadaan tenaga medis di perbatasan Kegiatan : a. Pengadaan dokter umum b. Penambahan jumlah perawat c. Pemberian tunjangan perbatasan untuk tenaga medis 7. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya Kegiatan : a. Penambahan ruang inap b. Pengadaan ambulance/mobil jenazah 8. Program penyediaan dan pengolahan air baku Kegiatan : a. Penyediaan air bersih 9. Program Pembangunan turap/talud/brojong pengamanan batas wilayah Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 9

97 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Kegiatan : a. Pembangunan talud keliling 10. Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan dan telekomunikasi Kegiatan : a. Penambahan daya dan jam pelayanan listrik b. Penguatan sinyal dan jaringan data telekomunikasi 11. Program Penyedian Sarana Angkutan Laut Kegiatan : a. Pembelian kapal perintis cepat 12. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Laut Kegiatan : a. Penambahan frekuensi pelayaran ke pulau-pulau terluar 13. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam Kegiatan : a. Pengelolaan dan rehabilitasi Hutan rakyat dan Hutan bakau C. Pengelolaan Lintas Batas (Cross Border) 14. Program penyediaan sarana prasarana pertahanan dan kemanan Kegiatan : a. Pengadaan kapal patroli lengkap dengan persenjataan b. Subsidi BBM untuk kapal patrol c. Pengadaan radar pemantau d. Pembangunan markas dan barak personil 15. Program peningkatan kerjasama pengawasan kawasan perbatasan Kegiatan : a. Patroli bersama antara TNI, Polri, Pemerintah Daerah dan Masyarakat 16. Program pemberdayaan masayarakat dalam pengawasan dan pengedalian sumber daya kelautan Kegiatan : a. Pembentukan kelompok swakarsa pengamanan sumber daya kelautan 17. Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Kegiatan : a. Penyuluhan hukum dalam pendayagunaan sumber daya laut 18. Program penambahan personil pertahanan dan keamanan kawasan perbatasan Kegiatan : a. Penambahan personil TNI AL/Marinir 19. Program penentuan status kewarganegaraan Kegiatan : a. Pendataan dan verifikasi masyarakat yang tidak memiliki status kewarganegaraan b. Sosialisasi dan Pendampingan mayarakat untuk ingin mengurus status kewarganegaraan 20. Program pengembangan perikanan tangkap Kegiatan : Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 10

98 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) a. Pemberian bantuan kapal pajeko b. Pemberian bantuan alat tangkap 21. Program optimalisasi pengolahan dan pemasaran perikanan Kegiatan : a. Pembangunan gudang penyimpanan hasil tangkap nelayan b. Pembangunan tambatan perahu bagi nelayan c. Pembangunan pabrik es (coldstorage) d. Pengembangan lembaga usaha perikanan tangkap 22. Program Pemerataan distribusi BBM ke wilayah perbatasan Kegiatan : a. Pengadaan BBM di wilayah perbatasan b. Pengadaan SPBU mini di wilayah perbatasan 23. Program peningkatan pemeriksaan terhadap pelintas batas yang datang Kegiatan : a. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap pelintas batas yang datang 24. Program peningkatan kualitas pelayanan terhadap pelintas batas Kegiatan : a. Memberikan pelayanan yang baik terhadap pelintas batas 25. Program pelestarian lingkungan hidup Kegiatan : a. Perlindungan terhadap area sekitar pulau dari aktivitas penangkapan ikan skala besar Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB V - 11

99

100 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Kaidah pembangunan dan pengelolaan menjelaskan mekanisme pelaksanaan rencana pembangunan dalam konteks antara lain: (a) Perencanaan; (b) Pelaksanaan; (c) Evaluasi dan pengawasan; (d) Pelaporan; dan (e) Pendanaan. 6.1 Perencanaan Renduk Lokpri disusun untuk mengatasi permasalahan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan yang selama ini cenderung bersifat parsial dan tersebar di berbagai sektor, tumpang tindih, tidak sinkron satu sama lain, dan tidak terkoordinasi dengan baik. Penyusunan Renduk Lokpri dilakukan secara maksimal melalui proses teknokratik sekaligus partisipatif bersama seluruh pemangku kepentingan terkait dalam pengelolaan perbatasan, untuk selanjutnya menjadi masukan bagi penyusunan program-program pembangunan di Lokpri. Renduk Lokpri disusun dengan mengacu kepada dokumen perencanaan pembangunan, dokumen perencanaan tata ruang, dan dokumen pengelolaan perbatasan, antara lain: (1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasi onal ; (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ; (3) Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah dan Kawasan Perbatasan , dan (4) Rencana Tata Ruang, khususnya dalam konteks Kawasan Perbatasan sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional. Rencana Induk ini berlaku untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu tahun yang muatannya akan diselaraskan dengan RPJMN tahun Rencana Induk ini memuat berbagai agenda prioritas lintas sektor beserta sasaran, indikator hasil (outcome), dan target pencapaiannya pada setiap tahun dalam jangka waktu Agenda agenda prioritas tersebut selanjutnya akan dijabarkan ke dalam kegiatankegiatan beserta sasaran, indikator keluaran (output), target pencapaian tahunan, beserta kebutuhan jumlah anggarannya dalam Rencana Aksi. Rencana aksi akan menjadi acuan dan masukan bagi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) di tingkat pusat dan daerah melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan sesuai dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Untuk memastikan kegiatan-kegiatan dalam rencana aksi diakomodasi oleh Kementerian, Lembaga Pemerintah NonKementerian, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam dokumen perencanaan dan penganggaran masingmasing serta sesuai dengan sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Induk, badan pengelola perbatasan di semua tingkatan perlu melakukan sinergi perencanaan melalui mekanisme pertemuan yang melibatkan 4 (empat) pihak ( fourlateral meeting) antara lain badan pengelola perbatasan, otoritas perencanaan pembangunan, otoritas keuangan, dan instansi teknis terkait. Sinergitas tersebut juga harus terlihat dalam hubungan antara Rencana Induk dengan dokumen perencanaan pembangunan, dokumen pengelolaan perbatasan, dan dokumen perencanaan tata ruang. 6.2 Pelaksanaan Pelaksanaan agenda-agenda strategis dalam Rencana Induk memerlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, dalam hal ini K/L, harus memiliki komitmen yang kuat untuk saling bersinergi dan keseriusan dalam mengalokasikan Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB VI - 1

101 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) sumberdaya untuk percepatan pembangunan kawasan perbatasan, sehingga kawasan perbatasan mampu berfungsi sebagai beranda depan wilayah Negara yang memiliki daya saing. Pihak legislatif perlu mendukung secara politik dalam kerangka keberpihakan dalam pengalokasian anggaran untuk pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. Dukungan dunia usaha juga sangat diperlukan dalam bentuk investasi bagi pengembangan potensi dan pembangunan ekonomi, antara lain dalam bentuk pengembangan kawasan-kawasan ekonomi seperti kawasan perdagangan, berikat, industri, dan kawasan pariwisata. Masyarakat di sekitar perbatasan seperti masyarakat adat, harus diikutsertakan secara aktif dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan hak ulayat dan adat istiadat, sehingga mereka merasa memiliki dan menjadi bagian dari sistem pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara, pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan yang ditetapkan dalam Rencana Induk secara teknis dilaksanakan oleh K/L, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota. Implementasi program dilakukan secara sinergis antarsektor, antark/l, dan antara pusat dan daerah di bawah koordinasi badan pengelola perbatasan. Selain itu diperlukan pula penguatan jejaring dam kemitraan dengan pihak swasta untuk turut berpartisipasi dalam implementasi program. Koordinasi pelaksanaan program di tingkat Pusat dilaksanakan oleh BNPP. Sedangkan koordinasi pelaksanaan program di tingkat daerah dilakukan oleh Badan Pengelola Perbatasan di daerah (provinsi dan/atau kabupaten/kota yang berbatasan dengan negara tetangga). 6.3 Evaluasi Dan Pengawasan Evaluasi dan pengawasan pelaksanaan Renduk Lokpri bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan, arah kebijakan, strategi, dan agenda prioritas yang telah ditetapkan, serta mengambil langkah perbaikan terhadap kekuarangan dan/atau kekeliruan dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi atas pelaksanaan Rencana Induk dilaksanakan secara berkala, yaitu evaluasi paruh waktu pelaksanaan Rencana Induk (mid-term evaluation) dan evaluasi akhir pelaksanaan Rencana Induk (expost evaluation). Tujuan evaluasi adalah untuk mengukur pencapaian hasil ( outcome) dari pelaksanaan agenda-agenda prioritas dan mengukur pencapaian dampak ( impact) dari tujuan yang telah ditetapkan dalam kerangka penanganan berbagai isu strategis di setiap kawasan perbatasan. Selain evaluasi berkala paruh waktu dan akhir pelaksanaan Rencana Induk, evaluasi juga dapat dilakukan dengan tujuan khusus sesuai dengan kebutuhan, yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman evaluasi khusus yang ditetapkan oleh BNPP. Pengawasan dilakukan setiap tahun dengan tujuan untuk memastikan bahwa agendaagenda prioritas yang telah ditetapkan dalam Rencana Induk dan telah dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan dalam rencana aksi, diakomodasi ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran sektoral dan daerah setiap tahunnya dan dilaksanakan dengan baik di Lokasi-lokasi Prioritas yang ditetapkan. Untuk mendukung pelaksanaan evaluasi dan pengawasan diperlukan beberapa upaya meliputi: Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB VI - 2

102 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) 1. Kegiatan pengumpulan informasi secara sistematis dan berkala oleh BNPP dan Badan Pengelola Perbatasan di tingkat daerah mengenai perkembangan isu dan permasalahan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan, khususnya di lokasilokasi prioritas. 2. Kegiatan pengumpulan informasi secara sistematis dan berkala oleh BNPP dan Badan Pengelola di tingkat daerah terkait pelaksanaan agenda dan kegiatan pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan, beserta hasil/ keluaran dan dampak dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh K/L dan daerah terkait setiap tahun di lokasi-lokasi prioritas. 3. Pertemuan koordinasi, di tingkat pusat dan daerah secara berkala yang difasilitasi oleh BNPP maupun Badan Pengelola Perbatasan di daerah dengan K/L, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, dunia usaha, dan masyarakat. 4. Publikasi laporan periodik yang dikeluarkan oleh BNPP dan Badan Pengelola Perbatasan di daerah terkait dengan hasil evaluasi dan pengawasan terhadap upaya pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. 6.4 Pelaporan Kaidah pengelolaan didalam Rencana Induk memuat mengenai mekanisme pelaporan hasil kegiatan pembangunan lokasi prioritas selama 5 (lima) tahun. Pelaporan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Rencana Induk dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu evaluasi paruh waktu dan evaluasi akhir periode. Sedangkan pelaporan hasil pengawasan terhadap implementasi Agenda Prioritas berdasarkan Rencana Induk dilakukan minimal setahun sekali pada akhir tahun anggaran atau sesuai dengan kebutuhan. Pelaporan hasil evaluasi dan pengawasan tersebut di atas dilakukan secara berjenjang oleh Satuan Kerja Penanggung Jawab Program BNPP kepada Kepala BNPP dan oleh Kepala BNPP kepada Presiden. 6.5 Pendanaan Kaidah pengelolaan didalam Rencana Induk memuat pendanaan yang dilakukan dalam melaksanakan proram pembangunan dan pengelolaan lokasi prioritas. Sesuai dengan Pasal 15 ayat 2(c) Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008, rencana kebutuhan anggaran pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan ditetapkan oleh BNPP. Rencana kebutuhan anggaran tersebut disusun dan dituangkan dalam rencana aksi setiap tahun berdasarkan Agenda-agenda Prioritas yang telah ditetapkan dalam Rencana Induk. Pembiayaan kegiatan dalam rencana aksi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Universal Service Obligation (USO), Public Service Obligation (PSO), investasi swasta, dan sumber pembiayaan lain yang sah. Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB VI - 3

103

104 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran untuk penyempurnaan pelaksanaan kegiatan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan periode tahun di Lokpri Miangas. 7.1 Kesimpulan Kesimpulan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Negara di Lokasi Prioritas Miangas Tahun adalah: 1. Lokpri Miangas memiliki perbedaan tersendiri dibandingkan dengan lokpri di Sulawesi Utara dan Maluku Utara, karena bentuknya yang pulau kecil. Unsur konektivitas antar pulau menjadi perhatian utama agar pemerataan pembangunan tercapai. 2. Isu-isu strategis yang muncul di Lokpri Miangas merupakan Isu Pengelolaan Batas Negara, Isu terkait Pembangunan Kawasan Perbatasan dan Isu Lintas Batas. Tingkat urgensitas terbesar adalah pada isu belum tersedianya sarana prasarana pertahanan dan keamanan yang baik. 3. Visi, misi, dan tujuan pengembangan kawasan Lokpri Miangas diarahkan sebagai lokpri pintu gerbang perbatasan dengan pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan sebagai bagian dari pertahanan dan keamanan Nasional. 4. Arah kebijakan, strategi dan program pengelolaan kawasan perbatasan Lokpri Miangas direncanakan sebagai langkah-langkah strategis untuk mempercepat potensi perekonomian lokal kawasan dan regional, yang berbasis pada pengembangan perikanan dan kelautan. Pengelolaan kawasan perbatasan di Pulau Miangas diharapkan melibatkan berbagai pihak yang memiliki kesamaan visi dalam melihat urgensitas pengelolaan kawasan perbatasan. Instansi pemerintahan sebagai pihak terkait dalam berbagi tingkatan (nasional, provinsi, kabupaten) memiliki peran yang penting dalam mengawal jalannya kegiatan, yang meliputi: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) pengawasan dan evaluasi, d) pelaporan, dan e) pendanaan. 7.2 Saran Saran terhadap proses pelaksanaan Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan periode tahun di Lokpri Miangas, antara lain: 1. Mengintervensi Lokpri Laut dengan pendekatan kecamatan sulit memberikan daya ungkit yang signifikan. 2. Kecamatan perbatasan khususnya di pulau terluar tidak bisa berdiri mandiri, masih memerlukan dukungan Mainland untuk berkembang. 3. Perlu dibangun interaksi yang kuat antara pulau terluar dengan Mainland di bagian dalam Negara Indonesia, selain interaksi dengan tetangga. 4. Maka Intervensi yang perlu dilakukan perlu mengakomodir penguatan interaksi antara Pulau Terluar dengan Mainland. 5. Oleh karenanya, membangun perbatasan laut harus secara komprehensif Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB VII - 1

105 Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Berbasis Lokasi Prioritas(Renduk Lokpri) menyentuh Pulau Terluar dan Mainland-nya secara sekaligus agar memberi daya ungkit yang signifikan. Gambar 7. 1 Pertimbangan Pengelolaan Lokpri Laut Buku Rencana Induk Lokpri Miangas BAB VII - 2

106

107 Lampiran I. Matriks Arah Kebijakan, Strategi dan Program Prioritas Lokpri Miangas No. Isu Strategis Kebijakan Strategi Program Indikator Target Pihak Terkait 1. Pengelolaan Batas Wilayah Negara Belum disepakatinya batas wilayah negara antara Indonesia dengan Filipina Penegasan dan penetapan batasbatas wilayah negara Meningkatkan upaya perundingan dalam penegasan batas wilayah negara Program penetapan dan penegasan wilayah batas negara Jumlah perundingan RI dengan Filipina 15 Kemenlu, Kemenhan, Sekretariat Tetap BNPP, BIG 2. Pembangunan Kawasan Perbatasan a Ekonomi Kurangnya informasi pariwisata ke destinasi wilayah perbatasan Pengembangan Destinasi Pariwisata Menyusun rencana dan promosi tujuan pariwisata ke wilayah perbatasan Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Jumlah destinasi wisata 1 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pariwisata b Sosial Budaya Rendahnya kualitas SDM di kawasan perbatasan akibat rendahnya mutu pendidikan Peningkatan akses terhadap pelayanan pendidikan di kawasan perbatasan Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidik Jumlah penambahan tenaga pendidik 15 Kemendikbud, Pendidikan Program Bea Siswa Perbatasan Jumlah penerima beasiswa 50 Kemendikbud, Pendidikan Program kerja sama pendidikan dan pelatihan Jumlah kerjasama 15 Kemendikbud,

108 No. Isu Strategis Kebijakan Strategi Program Indikator Target Pihak Terkait Pendidikan Rendahnya pelayanan kesehatan di wilayah perbatasan Peningkatan pelayanan sarana prasarana kesehatan Meningkatkan pelayanan sarana prasarana kesehatan Program pengadaan tenaga medis di perbatasan Jumlah Pengadaan tenaga medis Tersedianya 1 dokter, 5 perawat, Kemenkes, Kesehatan c Sarana Prasarana (Infrastruktur) Rendahnya pelayanan kesehatan di wilayah perbatasan Peningkatan pelayanan sarana prasarana kesehatan Meningkatkan pelayanan sarana prasarana kesehatan Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya Jumlah pengadaan fasilitas rawat inap 2 ruang inap, 1 ambulance/mobil jenazah Kemenkes, Kesehatan Rendahnya kualitas pengelolaan air bersih Peningkatan sarana prasarana dasar air bersih Meningkatkan sarana prasarana dasar air bersih untuk masyarakat di perbatasan Program penyediaan dan pengolahan air baku Persentase standar pelayanan minimum 100% Kementerian PU, PU Abrasi pantai yang sangat tinggi Pembuatan talud pengaman pantai Membuat talud pengaman pantai Program Pembangunan turap/talud/brojong pengamanan batas wilayah Jumlah panjang talud Terbangunnya talud sepanjang 3 Km Kementerian PU, PU

109 No. Isu Strategis Kebijakan Strategi Program Indikator Target Pihak Terkait Rendahnya pelayanan infrastruktur dasar listrik dan telekomunikasi menyebabkan terhambatnya arus informasi dan komunikasi Peningkatanan akses terhadap pelayanan dasar listrik dan telekomunikasi di kawasan perbatasan Menyediakan kebutuhan listrik dan telekomunikasi Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan dan telekomunikasi Jumlah pembangunan tower telekomunkasi 3 Kementerian ESDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika c Transportasi Rendahnya Pelayanan transportasi laut sehingga menyebabkan terhambatnya aliran distribusi orang dan barang kebutuhan pokok Peningkatan kualitas pelayanan sarana transportasi laut Menambah jumlah kapal perintis yang lebih cepat dan kapasitas angkut lebih besar Meningkatkan frekuensi pelayaran perintis ke pulaupulau terluar Program Penyedian Sarana Angkutan Laut Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Laut Jumlah Penambahan armada kapal Jumlah frekuensi pelayanan angkutan laut 1 Kementerian Perhubungan, Perhubungan, Pelni 2 x seminggu Kementerian Perhubungan, Perhubungan, Pelni d Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Rusaknya perairan karena pembuangan pohon kelapa ke laut dalam pembangunan Bandara Miangas Perbaikan Sumber Daya Alam yang rusak di perbatasan Melakukan rehabilitasi Sumber Daya Alam di perbatasan Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam Jumlah kegiatan rehabilitasi 15 Kementerian Kehutanan, Kehutanan, Pertambangan dan Energi

110 No. Isu Strategis Kebijakan Strategi Program Indikator Target Pihak Terkait 3. Pengelolan Lintas Batas (Cross Border) a Pertahanan dan Keamanan Lemahnya sistem pertahanan dan keamanan sehingga menyebabkan aktivitas illegal seperti illegal fishing dan illegal trading di perairan Miangas Pembangunan sistem pengamanan dan pengawasan laut yang handal di perairan Miangas Menyediakan sarana dan prasarana pertahanan dan keaman laut Melakukan kerjasama dan kordinasi dengan pihak terakit dalam rangka pengawasan perairan laut Miangas Program penyediaan sarana prasarana pertahanan dan keamanan Program peningkatan kerjasama pengawasan kawasan perbatasan Jumlah penambahan sarana prasarana pertahanan dan keamanan Jumlah kegiatan patroli bersama 1Pos lintas batas, 2kapalpatroli, 1 barak personil, 1 radar pemantau Kemenhan, TNI AL, Sekretariat Tetap BNPP 15 Kemenhan, TNI AL, Sekretariat Tetap BNPP Meningkatkan peran serta masyarakat dalam membantu dan turut menjaga perairan Miangas Program pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengedalian sumber daya kelautan Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Jumlah kegiatan pemberdayaan Persentase kesadaran dan penegakan hukum 25 Kementerian Kelautan dan Perikanan, BNPP 100% Kementerian Pertahanan, BNPP

111 No. Isu Strategis Kebijakan Strategi Program Indikator Target Pihak Terkait Menyediakan personiil di kawasan perbatasan Program penambahan personil pertahanan dan keamanan kawasan perbatasan Jumlah tenaga personil 25 Kementerian Pertahanan, BNPP b Sosial Budaya Lintas Batas Tidak jelasnya status kewarganegaraan masyarakat Miangas yang tinggal di Filipina (kecamatan Tibanban) Percepatan penyelesaian status kewarganegaraan masyarakat Phisang (filipina Sangir) Melakukan identifikasi dan pendataan masyarakat yang tidak memiliki status kewarganegaraan Program penentuan status kewarganegaraan Jumlah kegiatan penentuan status kewarganegaraan 15 Sekretariat Tetap BNPP, Kemenlu, Kemendagri c Ekonomi Lintas Batas Rendahnya pemanfaatan potensi perikanan tangkap sehingga menyebabkan nilai jual hasil tangkap dalam mendukung perdagangan antar negara (RI dengan Peningkatan pemanfaatan potensi nilai jual hasil tangkapan Meningkatkan pemanfaatan potensi perikanan dan kelauatan melalui pengembangan sarana prasarana produksi Program pengembangan perikanan tangkap Program optimalisasi pengolahan dan pemasaran perikanan Jumlah sarana prasarana tangkap 10 Unit pajek 10 paket alat tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kelautan dan Perikanan

112 No. Isu Strategis Kebijakan Strategi Program Indikator Target Pihak Terkait Filipina) Meningkatkan pemanfaatan potensi perikanan dan kelauatan melalui pengembangan sarana prasarana pengolahan dan pemasaran Program optimalisasi pengolahan dan pemasaran perikanan Jumlah sarana dan prasarana pengolahan dan pemasaran 1 gudang 1 dermaga Minimnya pasokan BBM ke wilayah perbatasan Penambahan jumlah BBM yang lebih banyak ke wilayah perbatasan Meningkatkan distribusi BBM ke wilayah perbatasan Program Pemerataan distribusi BBM ke wilayah perbatasan Persentase pemerataan distribusi bbm 100% Kementerian ESDM, Pertamina d Pelintas Batas Penegasan wewenang pemeriksaan terhadap pelintas batas Pemeriksaan pelintas batas hanya dilakukan oleh pihak yang berwenang Memeriksa pelintas batas hanya boleh dilakkukan oleh pihak yang berwenang Program peningkatan pemeriksaan terhadap pelintas batas yang datang Program peningkatan kualitas pelayanan terhadap pelintas batas Persentase pelayanan pemeriksaan lintas batas Persentase kualitas pelayanan pemeriksaan lintas batas 100% Bea Cukai, Imigrasi, Pos AL 100% Bea Cukai, Imigrasi, Pos AL

113 No. Isu Strategis Kebijakan Strategi Program Indikator Target Pihak Terkait e Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Adanya Kerjasama Coral Triangle Initiative dan The Sulu and Sulawesi Seas are Large Marine Ecosystems (LME) Peningkatan Kerjasama lintas batas dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Menjalankan amanat kerjasama dalam pelestarian lingkungan hidup Program pelestarian lingkungan hidup Jumlah kegiatan program pelestarian 15 Kementerian Lingkungan Hidup, SSME (Sulu Sulawesi Marine Ecoregion)

114 Lampiran II. Matriks Rencana dan Program SEKRETARIAT TETAP BNPP Dan K/L di Lokasi Prioritas Miangas No Program Kegiatan Lokasi 1 PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta Program penetapan dan penegasan wilayah batas negara Survei pengamatan dan pencatatan t1itik titik batas negara Indonesia dengan Filipina RI dengan Filipina 1 Paket Kemenlu, Kemenhan, BIG Perundingan penyelesaian batas wilayah negara antara Indonesia dengan Filipina mengenai batas wilayah laut RI dengan Filipina 1 Paket Kemenlu, Kemenhan, Sekretariat Tetap BNPP Kunjungan kerja ke Filipina Filipina 1 Paket Kemenlu, Kemenhan, Sekretariat Tetap BNPP 2 PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN a Ekonomi Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Pengembangan objek pariwisata unggulan Pulau Miangas 1 Paket Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisa ta Pariwisat a

115 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta Sosialisasi Pulau Miangas sebagai salah satu destinasi wisata skala nasional Pulau Miangas 1 Paket Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisa ta Pariwisat a Pengembangan jenis dan paket wisata unggulan Pulau Miangas 1 Paket Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pariwisa ta Pariwisat a b Sosial Budaya Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidik Penambahan tenaga pendidik di kawasan perbatasan Pelatihan bagi pendidik untuk memenuhi standar kompetensi Pulau Miangas Pulau Miangas 1 Paket Kemendikbud 1 Paket Kemendikbud Pendidik an Pendidik an Pendidik an Pendidik an Pemberian tunjangan perbatasan untuk tenaga pendidik Pulau Miangas 1 Paket Kemendikbud Pendidik an Pendidik an Program Bea Siswa Perbatasan Pemberian bea siswa kepada siswa/siswi di kawasan Pulau Miangas 1 Paket Kemendikbud Pendidik an Pendidik an

116 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta perbatasan Program kerja sama pendidikan dan pelatihan Kerja sama SEKRETARIAT TETAP BNPP- Kemendiknas- Indonesia Mengajar Pulau Miangas 1 Paket Kemendikbud,Sekretariat Tetap BNPP Pendidik an Pendidik an Yayasan Indonesia Mengajar Program pengadaan tenaga medis di perbatasan Pengadaan dokter umum Penambahan jumlah perawat Pulau Miangas Pulau Miangas 1 Dokter Kemenkes 5 perawat Kemenkes Kesehat an Kesehat an Kesehata n Kesehata n Pemberian tunjangan perbatasan untuk tenaga medis Pulau Miangas 1 Paket Kemenkes Kesehat an Kesehata n c Sarana Prasarana (Infrastruktur) Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/pusk esmas pembantu dan Penambahan ruang inap Pengadaan ambulance/mobil jenazah Pulau Miangas Pulau Miangas 3 Ruangan Kemenkes 1 Unit Kemenkes Kesehat an Kesehat an Kesehata n Kesehata n

117 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta jaringannya Program penyediaan dan pengolahan air baku Penyediaan air bersih Pulau Miangas 1 Unit Kementerian PU PU PU Program Pembangunan turap/talud/brojo ng pengamanan batas wilayah Pembangunan talud keliling Pulau Miangas 3 Km Kementerian PU PU PU Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrika n dan telekomunikasi Penambahan daya dan jam pelayanan listrik Penguatan sinyal dan jaringan data telekomunikasi Pulau Miangas Pulau Miangas 1 Paket 1 Paket Kementerian ESDM Kementerian Komunikasi dan Informatika

118 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta d Transportasi Program Penyedian Sarana Angkutan Laut Pembelian kapal perintis cepat Pulau Miangas 1 Unit Kementerian Perhubungan Perhubu ngan Perhubu ngan Pelni Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Laut Penambahan frekuensi pelayaran ke pulau-pulau terluar Pulau Miangas 2 kali/mingg u Kementerian Perhubungan Perhubu ngan Perhubu ngan Pelni e Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam Pengelolaan dan rehabilitasi Hutan rakyat dan Hutan bakau Pulau Miangas 1 Paket Kementerian Kehutanan Kehutan an Kehutana n, Pertamb angan dan Energi 3 PENGELOLAAN LINTAS BATAS (CROSS BORDER) a Pertahanan dan Keamanan Program penyediaan sarana prasarana Pengadaan kapal patroli lengkap dengan persenjataan Pulau Miangas 2 Unit Kemenhan, TNI AL

119 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta pertahanan dan kemanan Subsidi BBM untuk kapal patroli Pulau Miangas Liter/Ming gu Kemenhan, TNI AL Pengadaan radar pemantau Pulau Miangas 1 Unit Kemenhan, TNI AL Pembangunan markas dan barak personil Pulau Miangas 1 Unit Kemenhan, TNI AL Program peningkatan kerjasama pengawasan kawasan perbatasan Patroli bersama antara TNI, Polri, Pemerintah Daerah dan Masyarakat Pulau Miangas 1 Paket Kemenhan, TNI AL Program pemberdayaan masayarakat dalam pengawasan dan pengedalian sumber daya kelautan Pembentukan kelompok swakarsa pengamanan sumber daya kelautan Pulau Miangas 3 Kali/Mingg u Kemenhan, TNI AL

120 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut Penyuluhan hukum dalam pendayagunaan sumber daya laut Pulau Miangas 1 Paket BNPP, Kemenhan, DKP DKP Program penambahan personil pertahanan dan keamanan kawasan perbatasan Penambahan personil TNI AL/Marinir Pulau Miangas 1 Paket Kemenhan, TNI AL b Sosial Budaya Lintas Batas Program penentuan status kewarganegaraa n Pendataan dan verifikasi masyarakat yang tidak memiliki status kewarganegaraan Sosialisasi dan Pendampingan mayarakat untuk ingin mengurus status kewarganegaraan Pulau Miangas/F ilipina Pulau Miangas/F ilipina 1 Paket 1 Paket Sekretariat Tetap BNPP, Kemenlu, Kemendagri Sekretariat Tetap BNPP, Kemenlu, Kemendagri

121 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta c Ekonomi Lintas Batas Program pengembangan perikanan tangkap Pemberian bantuan kapal pajeko Pemberian bantuan alat tangkap Pulau Miangas Pulau Miangas 10 Unit KKP 1 Paket KKP Kelauta n dan Perikan an Kelauta n dan Perikan an Kelautan dan Perikana n Kelautan dan Perikana n Program optimalisasi pengolahan dan pemasaran perikanan Pembangunan gudang penyimpanan hasil tangkap nelayan Pembangunan tambatan perahu bagi nelayan Pulau Miangas Pulau Miangas 1 Unit 1 Dermaga KKP Kelauta n dan Perikan an Kelautan dan Perikana n Pembangunan pabrik es (coldstorage) Pulau Miangas 1 Unit Pengembangan lembaga usaha perikanan tangkap Pulau Miangas 1 Paket Kementerian Koperasi UKM DKP DKP

122 No Program Kegiatan Lokasi Satuan/ Volume K/L Kewenangan Prov Waktu Pelaksanaan Kab Swasta Program Pemerataan distribusi BBM ke wilayah perbatasan Pengadaan BBM di wilayah perbatasan Pengadaan SPBU mini di wilayah perbatasan Pulau Miangas Pulau Miangas Liter/Bula n Liter/Bula n Kementerian ESDM Kementerian ESDM d Pelintas Batas Program peningkatan pemeriksaan terhadap pelintas batas yang datang Melakukan pemeriksaan rutin terhadap pelintas batas yang datang Pulau Miangas 1 Paket Bea Cukai, Imigrasi, Pos AL Program peningkatan kualitas pelayanan terhadap pelintas batas Memberikan pelayanan yang baik terhadap pelintas batas Pulau Miangas 1 Paket Bea Cukai, Imigrasi, Pos AL e Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Program pelestarian lingkungan hidup Perlindungan terhadap area sekitar pulau dari aktivitas penangkapan ikan skala besar Pulau Miangas 1 Paket Kementerian Lingkungan Hidup SSME (Sulu Sulawesi Marine Ecoregion )

123

124

125

126

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 2 BUKU PUTIH SANITASI 2013 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 BUKU PUTIH SANITASI 2013 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kondisi Geografis Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara, dengan Ibukota Melonguane yang berjarak

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan

Lebih terperinci

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia - 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

TABEL ARAHAN INDIKASI PROGRAM UTAMA

TABEL ARAHAN INDIKASI PROGRAM UTAMA - 51 - TABEL ARAHAN INDIKASI PROGRAM UTAMA No Program Utama Lokasi Besaran A. Perwujudan Struktur Ruang PJM-1 2014-2019 PJM-2 2019-2024 PJM-3 2024-2029 PJM-4 2029-2034 Sumber Dana Instansi Pelaksana 1

Lebih terperinci

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF Apakah Rencana Tata Ruang Pulau sudah sesuai dengan koridor ekonomi?, demikian pertanyaan ini diutarakan oleh Menko Perekonomian dalam rapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

2017, No Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran No.77, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Nasional. Wilayah. Rencana Tata Ruang. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci Rangkuman tentang Muatan Rencana Rinci Di Susun Oleh : Nama : Nadia Nur N. Nim : 60800114049 Kelas : C1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga

Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Terbitnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

Gambar 9 Peta Provinsi Sulawesi Utara

Gambar 9 Peta Provinsi Sulawesi Utara 58 4 GAMBARAN UMUM DAN POTENSI WILAYAH 4.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Sulawesi Utara dalam prospektif regional maupun internasional berada pada posisi yang sangat strategis karena terletak di bibir

Lebih terperinci

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.

Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan. Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan www.arissubagiyo.com Latar belakang Kekayaan alam yang melimpah untuk kesejahterakan rakyat. Pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan peraturan serta untuk

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: RAKERNAS KEMENTERIAN KUKM Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD OLEH: (BUPATI KEPULAUAN TALAUD) Disampaikan pada Acara Rapat Koordinasi Pengawasan Nasional (RAKORWASNAS) di BPKP Pusat, Jakarta Jakarta, 18 MEI 2017 1. KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruang nya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan

Lebih terperinci

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA Oleh Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Indonesia memiliki cakupan wilayah yang sangat luas, terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM REPOSISI KAPET 2014 KELEMBAGAAN DIPERKUAT, PROGRAM IMPLEMENTATIF, KONSISTEN DALAM PENATAAN RUANG MEMPERKUAT MP3EI KORIDOR IV SULAWESI LEGALITAS, KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR PU DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan 2016-2021 I. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERBUDAYA MEMBENTUK MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN 2011 BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2011 5.1. Kondisi Wilayah Sulawesi Saat Ini Perkembangan berbagai indikator ekonomi regional provinsi-provinsi di wilayah Sulawesi menjelang akhir tahun 2009 tak terlepas

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL Andi Sitti Chairunnisa Mappangara 1, Misliah Idrus 2, Syamsul Asri 3 Staff Pengajar Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL Ir. H.A. Helmy Faishal Zaini (Disampaikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018

ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 ARAH KEBIJAKAN RENCANA INDUK KELITBANGAN OLEH KEPALA BALITBANG PROV. SUMBAR BUKITTINGGI, TANGGAL 25 APRIL 2018 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT DASAR PENYUSUNAN RIK 1. UU No. 18

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand). GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 24 Sesi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG : 2 A. PENGERTIAN NEGARA BERKEMBANG Negara berkembang adalah negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah, standar

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT

KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DI PERAIRAN LAUT Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 oleh Eko Budi Kurniawan Kasubdit Pengembangan Perkotaan Direktorat Perkotaan Direktorat Jenderal Penataan Ruang disampaikan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Peletakan sendi-sendi dasar pembangunan Sulawesi Tenggara periode 2008 2013, telah memperlihatkan kerangka pembangunan yang jelas, terarah dan sistematis dalam menyongsong

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA, PROVINSI GORONTALO, PROVINSI SULAWESI TENGAH, PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU III: Pembangunan Berdimensi Kewilayahan DIPERBANYAK OLEH : KEMENTERIAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, 6 November 2012 Wilayah Pesisir Provinsi Wilayah Pesisir Kab/Kota Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai Produktivitas hayati tinggi dengan keanekaragaman hayati laut tropis

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1873, 2016 KEMEN-ATR/BPN. RTRW. KSP. KSK. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37

Lebih terperinci

Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional antara lain: peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional antara lain: peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL 06 FEBRUARI 2014 Pasal 1 nomor 17 Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA MUSYAWARAH

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN

BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI TAHUN BAB V PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2010 2014 5.1 Kondisi Wilayah Saat Ini 5.1.1 Capaian Pembangunan Wilayah Pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di wilayah dalam kurun waktu 2004 2008 cenderung terus meningkat.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2017 PEMERINTAHAN. Wilayah. Rencana Tata Ruang. Perbatasan Negara. Sulut, Gorontalo, Sulteng, Kaltim, Kaltara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH I. Pendahuluan Dengan mengacu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Visi-Misi Presiden serta Agenda Prioritas Pembangunan (NAWA CITA),

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA

PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA PENYUSUNAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA Oleh Staf Ahli Menneg PPN Bidang Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Tertinggal ikhwanuddin@bappenas.go.id

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : BOLAANG MONGONDOW 1.01 BOLAANG MONGONDOW 123.163 112.138 235.301 1 1.01.05 SANG TOMBOLANG 6.065 5.458 11.523 2 1.01.09 DUMOGA BARAT 9.812 8.819 18.631 3 1.01.10 DUMOGA TIMUR 10.615 9.34

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 I. UMUM Jawa Barat bagian Selatan telah sejak lama dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH

BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH BINTAN BERTUAH, NEGERI BERMARWAH Menuju BINTAN SEJAHTERA Visi Dan Misi Oleh Drs. H. KHAZALIK INDRA SETIAWAN,SST BINTAN, JUNI 2015 0 DAFTAR ISI I. LATAR BELAKANG 1 II. PERMALAHAN DAN TANTANGAN 2 A. PERMASALAHAN

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN FERRY INDARTO, ST DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Malang, 24 Oktober 2017 DEFINISI KLHS : RANGKAIAN ANALISIS

Lebih terperinci

Lampiran I.71 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.71 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : /Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci