Model Implementasi Packet Optical Transport Network (P-OTN) pada IP / MetroE Network Eksisting

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Implementasi Packet Optical Transport Network (P-OTN) pada IP / MetroE Network Eksisting"

Transkripsi

1 Model Implementasi Packet Optical Transport Network (P-OTN) pada IP / MetroE Network Eksisting Bambang Cahyono Researcher of Broadband Core Network Bandung, 2017

2 Daftar Isi 1 Latar Belakang 2 Formulasi Masalah 3 Penyelesaian Masalah 4 Kesimpulan dan Saran

3 Daftar Isi 1 Latar Belakang 2 Formulasi Masalah 3 Penyelesaian Masalah 4 Kesimpulan dan Saran

4 Latar Belakang Trafik bertumbuh sangat cepat, baik secara global maupun nasional. Dipicu peningkatan konten video, peningkatan jumlah smartphone dan semakin besar bandwidth yang ditawarkan ke user. Network harus bertumbuh juga, hal ini memunculkan masalah meningkatnya kompleksitas jaringan dan meningkatkan Capex dan Opex. Munculnya teknologi Packet-Optical Transport Netork (P-OTN), yang merupakan perkembangan dari teknologi OTN dan WDM yang diberi kapabilitas packet switch (Layer-2). Dibandingkan network berbasis router/metro Ethernet, P-OTN secara teoritis menawarkan penyederhanaan jaringan dan efesiensi total cost (capex dan opex). Permasalahahan: Bagaimana teknologi P-OTN bila dibandingkan teknologi eksisting (router dan Metro Ethernet)? Bagaimana strategi deployment P-OTN pada jaringan eksisting, khususnya Metro Ethernet?

5 Pertumbuhan Trafik Yang Sangat Cepat Forecast trafik Global IP traffic akan berlipat 3 kali pada 2021 disbanding Atau menjadi 9,1 EB/hr. (Exabyte = byte = 1 milyar gigabyte). Trafik akan didominasi oleh trafik video yang diperkirakan akan mencapai 70% dari total trafik. Trafik video baik yang berupa IPTV, VoD maupun yang OTT seperti youtube. Kontributor lain dari meningkatnya trafik adalah bertumbuhnya pengguna smartphone dan semakin besarnya BW mobile akses yang tersedia. Misalnya dengan meluasnya jaringan 4G dan diperkenalkannya jaringan 5G.

6 Pertumbuhan Trafik Yang Sangat Cepat - Lanjutan Forecast trafik Indonesia Tidak berbeda dengan tren global, pertumbuhan trafik di Indonesia bahkan lebih besar lagi. Diperkirakan trafik IP akan berlipat hampir 5 kali dalam rentang 2016 ke PB/hari pada 2016 menjadi 102 PB/hari pada Atau 7,7 EB/thn pada 2016 menjadi 37,3 EB/thn pada (PB = Petabyte = byte, EB = Exabyte = byte)

7 Perkembangan Teknologi IP-Transport Saat ini teknologi WDM sudah banyak digunakan baik untuk jarak jauh maupun untuk inner city. Keunggulan WDM dalam membawa trafik besar dalam 1 pair fiber optic menjadi solusi bagi mahalnya biaya penarikan fisik fiber optic. Kebutuhan untuk membawa trafik tipe lain selain trafik IP masih ada, misalnya trafik SDH, fiber channel ataupun raw video. Hal ini menjadi salah satu pendorong dikembangkannya teknologi Optical Transport network (OTN). OTN memiliki keunggulan dalam membawa berbagai tipe trafik tanpa perlu mengkonversinya terlebih dahulu. OTN hanya melakukan pembungkusan trafik dengan header-headernya tanpa mengubah bentuk asli trafik. OTN memiliki beberapa fitur yang tidak dimiliki oleh WDM, seperti kemampuan mengaggregasi beberapa stream trafik menjadi satu stream trafik yang lebih besar. Misalnya beberapa trafik 1 Gbps menjadi 1 trafik 10 Gbps atau bahkan langsung ke 100 Gbps. Bila WDM hanya bias menawarkan model proteksi berbasis fiber optic atau lamda, maka OTN dapat menawarkan proteksi sampai level sub-lambda. WDM dan OTN sudah biasa digabungkan dalam satu perangkat ataupun dalam satu system, untuk mendapatkan keunggulan dari masing-masing teknologi tersebut. Saat ini, meskipun masih terdapat tipe trafik selain IP/Ethernet seperti disebutkan di atas, hampir seluruh trafik yang dilewatkan dalam suatu jaringan adalah trafik IP/Ethernet. Sehingga untuk membawa trafik tersebut dibutuhkan perangkat router ataupun switch.

8 Perkembangan Teknologi IP-Transport Dengan semakin meningkatnya trafik, yang diperkirakan akan menjadi lipat 5 kali pada tahun 2021 disbanding tahun Kebutuhan akan network elemen yang dapat membawa trafik besar secara murah menjadi signifikan. Penggabungan teknologi packet switch, OTN dan WDM dalam satu perangkat saat ini banyak dikembangkan untuk menyederhanakan network disamping untuk menghemat biaya baik CAPEX maupun OPEX. Penggabungan ini dianggap lebih unggul dalam membawa trafik yang besar, khususnya dalam kecilnya cost-per-bit, maupun dalam kompleksitas jaringan. Penggabungan ini biasa dikenal dengan nama Packet-Optical Transport Network (P-OTN) atau Multi Service-Optical Transport Network (MS-OTN). Beberapa vendor menggunakan istilah P-OTN sementara lainnya menggunakan MS-OTN. Dalam materi ini kita menggunakan istilah P-OTN karena lebih menggambarkan cara kerjanya. Beberapa platform DWDM eksisting yang digunakan Telkom, sebenarnya telah memiliki kapabilitas OTN yang dapat dikembangkan menjadi P-OTN. Hanya saja saat ini hanya digunakan hanya untuk sebagian fungsinya, yaitu fungsi OTN framing dan DWDM. Platform DWDM tersebut antara lain adalah Nokia, Huawei, Coriant dan ZTE. Fungsi switching packet pada network eksisting Telkom dilaksanakan oleh GPON/MSAN/DLAM pada layer akses, Metro Ethernet pada layer regional dan inner city dan router IP Backbone pada layer nasional. Fungsi ini disandingkan dengan network DWDM untuk transport jarak jauh atau untuk menghemat fiber pada reginal/inner city. Dengan adanya P-OTN ini sebagai solusi teknologi transport ada potensi terjadinya komplemen bahkan subtitusi teknologi Metro Ethernet dan IP Backbone dengan P-OTN ini. Tulisan ini akan membahas apa dan bagaimana P-OTN tersebut, serta kapabilitasnya yang perlu diketahui.

9 Daftar Isi 1 Latar Belakang 2 Formulasi Masalah 3 Penyelesaian Masalah 4 Kesimpulan dan Saran

10 Masalah Permasalahan yang akan dibahas adalah: Bertumbuhnya kompleksitas jaringan yg dihadapi akibat pertumbuhan jaringan IP/metro Ethernet. Kebutuhan system proteksi dan QoS dalam memenuhi kebutuhan layanan di dalam jaringan. Bagaimana model migrasi dari network berbasis IP/metroE ke P-OTN.

11 Kompleksitas Jaringan Secara umum network IP/MetroE dapat digambarkan seperti contoh gambar disamping. Network dibagi menjadi beberapa level (misalnya Primary, secondary dan tertiary). Setiap level dapat terdiri atas beberapa ring yang saling independent. Dalam 1 ring umumnya terdapat beberapa router terpasang serial. Penambahan trafik pada salah satu node router, akan berdampak kebutuhan pertambahan kapasitas seluruh node dalam ring tersebut. Dalam contoh gambar dibawah, penambahan kapasitas di interface a pada ME1, akan meningkatkan kebutuhan kapasitas pada interface b sd J dari ME2 sd ME5. Banyaknya node dalam satu ring dan banyaknya leveling juga berpenaruh terhadap kompleksitas jaringan dan delay yang terjadi di dalamnya. Secara teoritis semakin sedikit leveling dan semakin sedikit hop akan membuat jaringan semakin simple dan delay semakin kecil. delay a ME 1 ME 2 ME 3 ME 4 ME b c d e f g 5 h i j

12 Kebutuhan Proteksi dan QoS Untuk menjamin terjadinya kelangsungan layanan, dibutuhkan kemampuan network untuk menh=ghadapi kejadian multiple failure. Dalam network eksisting, terdapat kemampuan untuk menghadapi kondisi tersebut. Kelemahan system eksisting adalah bila network merupakan campuran router dan WDM, maka system proteksinya berdiri terpisah dan tidak saling mengetahui. Sehingga akan terdapat kemungkinan terjadi flapping akibat ketidaksinkronan keduanya. Protection system Protection system IP/metroE WDM Kapabilitas QoS yang paling umum dibutuhkan adalah bandwidth limiting dan traffic priority. Bandwidh limiting dibutuhkan untuk membatasi besar BW yang dialokasikan untuk suatu layanan atau suatu customer. Traffic priority digunakan untuk memberi prioritas berbeda dari service yang berbeda. Sehingga trafik dari service VIP mendapat layanan lebih dahulu daripada service non-vip. Network IP/metroE mengenali sangat banyak type prioritas seperti PCP, MPLS-Exp, IP Prec dan DSCP, dengan jumlah kelas yang bias sangat banyak (DSCP maks 64 kelas).

13 Model Migrasi ke P-OTN PEs PEs PEs PEs Core Network Bagaimana model migrasi yang dilakukan? OTN Core Akses NW Akses NW OTN Access Topologi eksisting Topologi dengan P-OTN

14 Daftar Isi 1 Latar Belakang 2 Formulasi Masalah 3 Penyelesaian Masalah 4 Kesimpulan dan Saran

15 Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaiana masalah Bagaimana P-OTN dapat meyederhanakan topologi network. Model implementasi QoS yang dapat digunakan. Sistem proteksi yang digunakan. Tahapan Migrasi.

16 Perbandingan model kerja Router/MetroE vs P-OTN Router + WDM P-OTN L3 Router WDM L2 L0 P-OTN L2 L1 L0 Router bekerja pada layer-2 dan layer-3 OSI. Sementara P-OTN bekerja pada Layer-0, layer-1 dan layer-2 OSI. Untuk koneksi jarak jauh atau untuk menghemat dark fiber, router memerlukan node WDM. Sedangkan P-OTN sudah memiliki kapabilitas WDM yang terintegrasi didalamnya. Router+WDM tidak memiliki kapabilitas layer-1 (OTN switch), sehingga untuk membawa trafik non-ip perlu melakukan konversi trafik tersebut ke format IP/Ethernet. P-OTN hanya akan membungkus trafik non-ip tersebut kedalam OTN frame, tanpa perlu konversi. Router dapat memberikan layanan berbasis layer-3 seperti IP-VPN, IP-multicast yang tidak dapat diberikan oleh P-OTN yang hanya bekerja sampai layer-2 OSI.

17 Implementasi P-OTN untuk menyederhanakan Topologi. PEs PEs PEs PEs Akses NW Core Network Akses NW Dengan implementasi P-OTN: Jumlah node dapat disederhanakan dari formasi router+wdm menjadi P-OTN. jumlah hop layer-2/3 dapat dikurangi menjadi 2 atau maks 3 hop. Sementara pada topologi eksisting jumlah hop layer-2/3 adalah sebanyak jumlah router/metro Ethernet yang dilewati. Kebutuhan layanan layer-3 membutuhkan router terpisah (CE atau PE). OTN Core OTN Access Topologi eksisting Topologi dengan P-OTN

18 Penyederhanaan Topologi Banyaknya hop router/me adalah meningkatnya Capex dan Opex dan bertambahnya delay end-to-end. Meningkatnya capex dan opex akibatnya banyaknya hop dijelaskan contoh gambar ME dibawah. Untuk membawa trafik dari interface a pada ME 1 menuju interface j di ME 5, dengan menghemat dari 4 hop pada gambar di atas menjadi 1 hop pada gambar dibawah, penghematan capex dan opex sebab tidak diperlukan interface c,d,e,f,g dan h. Bahkan ME diantaranya dapat dipilih yang lebih kecil. a ME 1 ME 2 ME 3 ME b c d e f g 4 ME h i 5 j a ME 1 ME 5 b i Kerugian kedua dari banyaknya hop adalah bertambahnya delay end-to-end. Dalam gambar dibawah delay layer-2 processing pada ME 2, ME 3 dan ME 4 tidak perlu terjadi, sehingga secara end-to-end delay akan menjadi lebih kecil. Layer-2 delay j a ME 1 ME 2 ME 3 ME 4 ME b c d e f g h i 5 j a ME 1 ME 5 b i j

19 Implementasi QoS Model QoS yang diperlukan dalam network dengan kemampuan minimal untuk bandwidth limiting dan priority. P-OTN dapat melakukan bandwidth limiting dengan 2 cara: Menggunakan kemampuan OTN switch. Pada kemampuan ini setiap trafik dibatasi berdasarkan tipe ODU yang dialokasikan untuknya. Pada model ini ukuran bandwidth tidak sefleksibel pengaturan menggunakan kapabilitas packet switch. Model ini jarang digunakan untuk membatasi trafik IP, hanya digunakan untuk trafik non-ip. Menggunakan kemampuan Packet switch. Kemampuannya setara dengan router/metro Ethernet dalam fleksibilitas besar bandwidth yang dialokasikan. Model ini yang banyak digunakan untuk trafik IP. Model prioritas yang dapat dikenali antara lain: VLAN priority (802.1p). Exp-bit untuk network yang bekerja menggunakan MPLS-TP. IP-Precedence atau DSCP untuk marking pada IP header (layer-3) Karena P-OTN bekerja pada layer-2, tidak dapat memproses langsung prioritas pada Layer-3. P-OTN akan melakukan mapping terlebih dahulu ke dalam prioritas layer-2 sesuai mode kerjanya. Karena prioritas DSCP bias sangat banyak (64 kalas) sementara prioritas layer-2 hanya terbagi 8 kelas. Semua kelas prioritas akan dimapping menjadi hanya 8 kelas.

20 Sistem Proteksi Berbeda dengan prioritas pada packet switching, dimana masing-masing paket diberi mark tingkat prioritasnya. Saat terjadi kongesti akibat lonjakan trafik, maka trafik dengan prioritas tinggi akan dilewatkan terlebih dahulu, sementara trafik dengan prioritas rendah akan ditunda (buffer) atau bahkan dibuang (drop). Pada OTN switch tidak ada lagi pengenalan prioritas perpaket, sebab model koneksi OTN adalah connection oriented sebagaimana pada circuit switch. Sementara packet switch menggunakan konsep connectionless oriented. Prioritas pada OTN dilakukan bukan pada saat terjadi kongesti, tetapi pada saat terjadi gangguan seperti fiber cut atau loss connection. Koneksi OTN dengan prioritas tertinggi mempunyai model proteksi terbanyak/terbaik (backup koneksi terbanyak). Sedangkan koneksi dengan prioritas lebih rendah akan mendapat proteksi lebih sedikit bahkan dapat saja tidak memiliki backup koneksi sama sekali. Klasifikasi prioritas pada OTN umumnya dibagi sebagai berikut: Diamond, Platinium, Gold dan Silver. Semakin tinggi kelas prioritas menunjukkkan semakin baik sistem proteksi dan restorasi yang diberikan. Kelas tertinggi (Platinium) biasanya menggunakan Protection Restoration Combined (PRC), dan kelas terendah (Silver) biasanya tanpa proteksi. Perbedaan pengertian mekanisme Proteksi dan mekanisme Restorasi dalam OTN/xWDM/ASON: Proteksi adalah mekanisme yang menggunakan rute/path yang telah disiapkan sebelumnya (pre-built path) sebagai path back-up, untuk meningkatkan efektifitas koneksi. Restorasi adalah mekanisme untuk mengganti path yang gangguan/failure dengan path baru yang dibentuk setelah gangguan terdeteksi. Sehingga switching time mekanisme Restorasi akan lebih tinggi daripada mekanisme Proteksi.

21 Model Proteksi Dari ke-3 layer dalam P-OTN semuanya memiliki kemampuan system proteksi. Ketersediaan tipe proteksi ini bisa berbeda-beda dari tiap type produk. Tidak setiap produk menyediakan seluruh tipe proteksi. Ketiga layer proteksi ini dapat dibuat bekerja secara terpisah maupun secara terintegrasi. Beberapa model proteksi terdapat pada produk semua vendor, beberapa lainnya hanya diadopsi oleh vendor-vendor tertentu. Beberapa model proteksi yang tersedia adalah: o Ethernet Ring Protocol (ERP). Bekerja pada L2 packet switch. ERP digunakan untuk proteksi pada network dengan topologi ring. Proteksi dilakukan ring-by-ring. o Tunnel MPLS-TP. Bekerja pada L2. Hanya bekerja pada network yang menggunakan MPLS. Proteksi dilakukan berbasis service, bukan berbasis ring seperti ERP. o Proteksi OTN. Dilakukan pada L-1 OTN switch. Proteksi dilakukan berbasis alokasi frame OUT. Biasa juga disebut proteksi sub-lambda. o ASON Electrical. Bekerja pada L1 OTN. Menggunakan kemampuan OTN switch membelokkan trafik. Hanya dapat dilakukan pada node yang memiliki OTN switch. o SNCP (1+1 protection). Bekerja pada L0 DWDM. Proteksi berbasis card lambda dan jalur fiber. Model proteksi adalah 1 jalur aktif diproteksi oleh 1 jalur standby. o ASON optical. Bekerja pada L0 WSS.

22 Tahapan Implementasi (1/2) Core Ring Access Ring = OTN = Routra/MetroEthernet = Akses (GPON/MSAN) Core Ring Access Ring Implementasi P-OTN pada network IP/metro area dilakukan secara bertahap. Tahapan ini harus berbasis ring, sebab P- OTN tidak dapat bekerja secara individual, dan tidak interoperable dengan perangkat dari vendor berbeda. Adapun tahapan dari implementasi ini adalah: 1. Dibuat desain ultimate dengan memilih node-node yang akan menjadi ring utama, dan node-node yang akan jadi ring akses, serta hubungan antara ring akses dengan ring utama. 2. Node anggota ring utama adalah node dengan trafik tinggi dan memiliki koneksi fisik optik ke lebih dari 2 node lain di ring utama. Sehingga dapat dibuat topologi mesh atau semi-mesh di ring utama ini. 3. P-OTN diimplementasikan pada Ring utama (core ring). Dengan koneksi berbasis OTN switch (sub-lambda/l1) kapasitas 100G per lambda. Idealnya tidak ada kebutuhan penggantian router/me dalam tahapan ini. Bahkan okupansi ME seharusnya menurun dibandingkan sebelum implementasi P-OTN.

23 Tahapan Implementasi (2/2) Core Ring Access Ring = OTN = Router/Metro Ethernet = Akses (GPON/MSAN) Core Cloud Access Ring 4. Setelah ring utama menggunakan P-OTN. Implementasi P-OTN pada ring2 akses dilakukan secara bertahap dan terpisah. Tidak ada saling ketergantungan antara sing akses yang satu dengan ring akses lainnya. Dilakukan Yaitu saat kebutuhan trafik mencapai batasan interface ME eksisting atau batasan switching kapasitasnya. 5. Ring akses yang telah dimigrasikan ke P-OTN, dapat menggunakan topologi ring, dapat juga menggunkan semi-mesh, tergantung ketersediaan fisik fiber optik. 6. Sebagaimana saat implementasi di ring utama, tidak ada kebutuhan penggantian ME eksisting. Untuk perluasan wilayah, GPON/MSAN dapat langsung terhubung ke P-OTN tanpa melalui router/me 7. Dalam implementasi ini tidak diperlukan rekonfigurasi service di level ME. 8. Node akses (GPON, MSAN atau DSLAM) secara logik terhubung ke ME, tatapi secara fisik dapat saja terhubung langsung ke ME ataupun melalui P-OTN. Tergantung jarak dari ME induknya.

24 Daftar Isi 1 Latar Belakang 2 Formulasi Masalah 3 Penyelesaian Masalah 4 Kesimpulan dan Saran

25 Kesimpulan 1. Tren pertumbuhan trafik sangat tinggi, baik secara global maupun nasional. Dipicu oleh pertumbuhan trafik video, pertumbuhan jumlah smartphone dan perkembangan teknologi mobile access (3G, 4G, 5G). 2. Untuk melayani pertumbuhan trafik tersebut, network IP-Transport harus ikut berkembang. Hal ini membawa konsekuensi kompleksitas network meningkat dan meningkatnya total cost of ownership (TCO). 3. Kemunculan teknologi Packet-OTN (P-OTN), yang merupakan perkembangan teknologi OTN yang dilengkapi kapabilitas packet switch, menawarkan solusi atas penyederhanaan topologi jaringan dan TCO yang lebih rendah. 4. P-OTN seluruh kelebihan teknologi WDM (layer-0), seluruh kelebihan teknologi OTN (layer-1) dan sebagian dari teknologi switch/metro Ethernet (layer-2). Tetapi P-OTN belum memiliki kapabilitas layer-3 sebagaimana router. 5. P-OTN memiliki fungsi proteksi yang dapat dipilih dan terinterasi antara proteksi pada layer-0 (fiber and lambda protection), proteksi pada layer-1 (sub-lambda/otu protection) dan proteksi pada layer-2 (ring and service protection). Dibandingkan dengan gabungan DWDM dan router yang memiliki sistem proteksi yang tidak terintegrasi. 6. P-OTN juga memiliki kapabilitas QoS, seperti bandwidth limiting, marking priority, policing and shaping. Karena tidak memiliki kapabilitas layer-3, inputan marking QoS layer-3 akan diabaikan atau di-remarking ke marking QoS layer Untuk memberikan service berbasis layer-3, jaringan berbasis P-OTN harus dilengkapi router baik pada sisi pelanggan/ce atau pada sisi network/pe.

26 Saran 1. Migrasi dari jaringan eksisting ke jaringan berbasis P-OTN dapat dilakukan bertahap: Dilakukan secara ring-by-ring, tidak bisa node-by-node. Tahap awal migrasi dilakukan pada ring utama, dengan topologi mesh atau semi mesh. Tahap selanjutnya pada ring akses secara bertahap, dengan topologi ring atau semi-mesh. 2. Leveling jaringan dapat direduksi menjadi 2 level pada regional dan 1 level pada backbone. 3. Node eksisting tetap dapat dimanfaatkan untuk memberikan layanan layer Perlu dikaji lebih dalam terhadap bilamana, dimana dan menggunakan platform vendor siapa dalam melakkan migrasi, khusunya terkait TCO dan rencana jangka panjangnya. 5. Perlu dikaji pula penggunaan kesesuaian penggunaan teknologi P-OTN dengan teknologi SDN dan NFV.

27

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multi Protocol Label Switching (MPLS) menurut Internet Engineering Task Force (IETF), didefinisikan sebagai arsitektur jaringan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 54 BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 4.1. Pendahuluan Teknologi telekomunikasi saat ini membutuhkan sebuah jaringan yang dapat dilewati data dalam jumlah yang sangat besar, dapat melakukan transfer

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet. DAFTAR ISTILAH Aggregator : perkumpulan dari ethernet service switch yang terhubung dengan service router pada jaringan Metro Ethernet. Carrier Ethernet : media pembawa informasi pada jaringan dengan interface

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (Lapisan

BAB III LANDASAN TEORI. yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan 3 (Lapisan BAB III LANDASAN TEORI Pada bab landasan teori ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang mendukung dalam pengerjaan tugas ini, seperti switch, router, dan metro Ethernet. 3.1 ROUTER ROUTER adalah alat

Lebih terperinci

BAB I ANALISA PENGARUH TIPIKAL SISTEM PROTEKSI ASON TERHADAP OCUPANCY KAPASITAS PADA PERANGKAT OSN 9500 HUAWEI DI PT. INDOSAT

BAB I ANALISA PENGARUH TIPIKAL SISTEM PROTEKSI ASON TERHADAP OCUPANCY KAPASITAS PADA PERANGKAT OSN 9500 HUAWEI DI PT. INDOSAT BAB I ANALISA PENGARUH TIPIKAL SISTEM PROTEKSI ASON TERHADAP OCUPANCY KAPASITAS PADA PERANGKAT OSN 9500 HUAWEI DI PT. INDOSAT 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi backbone network merupakan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Topologi Jaringan. Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan BAB II DASAR TEORI 2.1 Topologi Jaringan Topologi jaringan adalah susunan berbagai elemen jaringan (link, node, dan lainnya) yang menggambarkan bagaimana berbagai elemen jaringan saling terhubung satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam kegiatannya. Peranan teknologi informasi akan semakin vital bagi perusahaan besar dan perusahaan

Lebih terperinci

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN Jaringan Komputer I Materi 9 Protokol WAN Wide Area Network Jaringan data penghubung jaringan-jaringan akses/lokal Karakteristik Menuju berbasis paket Dari connectionless menuju connection oriented (virtual

Lebih terperinci

BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA

BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA 36 BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA Sebagai penyedia layanan komunikasi data, PT. Telkom Indonesia menawarkan berbagai macam pilihan teknologi komunikasi data terutama

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI 2206100535 MPLS (Multi Protocol Label Switching) Penggabungan antara IP dan ATM Mengoptimalkan

Lebih terperinci

Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS)

Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Sigit Haryadi *, Hardi Nusantara Dan Ahsanul Hadi Priyo

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM. mendukung proses implementasi, antara lain: Operating System yang digunakan pada komputer Server.

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM. mendukung proses implementasi, antara lain: Operating System yang digunakan pada komputer Server. BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Dibawah ini adalah spesifikasi perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mendukung proses implementasi, antara lain: Windows Server 2008 Operating System yang

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ Teknologi WAN Wide area network (WAN) digunakan untuk saling menghubungkan jaringan-jaringan yang secara fisik tidak saling berdekatan terpisah antar kota, propinsi

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan Teknologi Jaringan Ethernet

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan Teknologi Jaringan Ethernet BAB II DASAR TEORI 2.1 Perkembangan Teknologi Jaringan Ethernet Perkembangan telekomunikasi saat ini tumbuh dengan pesat, beberapa teknologi memliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kehadiran teknologi-teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ethernet merupakan sebuah protokol pada layer Data-link yang banyak digunakan. Ethernet pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970, oleh para peneliti di Xerox Palo

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON)

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON) PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON) Novita Dwi Susanti, Samsu Ismail Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN 3.1 Tahapan Proses Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan tentang proses penelitian yang dibagi dalam beberapa tahap seperti berikut: 1. Mempelajari konfigurasi layanan

Lebih terperinci

SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER

SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER Soal No.1 a. Rancang sebuah MAN dengan criteria sebagai berikut : - Topologi jaringan yang digunakan - Protokol yang dipakai - Alamat IP tiap host dan server - Operating

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. praktis, mudah, dan efisien meningkat. Kebutuhan pelanggan (user) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. praktis, mudah, dan efisien meningkat. Kebutuhan pelanggan (user) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan yang praktis, mudah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi tunneling digunakan perusahaan dan kantor agar memiliki jalur khusus yang aman dalam berkomunikasi dan bertukar data antar perusahaan. Dengan tunneling,

Lebih terperinci

TRAFFIC ENGINEERING ANALYSIS MENGGUNAKAN LSP (LABEL-SWITCHED PATH) PADA JARINGAN METRO ETHERNET ALCATEL LUCENT

TRAFFIC ENGINEERING ANALYSIS MENGGUNAKAN LSP (LABEL-SWITCHED PATH) PADA JARINGAN METRO ETHERNET ALCATEL LUCENT TRAFFIC ENGINEERING ANALYSIS MENGGUNAKAN LSP (LABEL-SWITCHED PATH) PADA JARINGAN METRO ETHERNET ALCATEL LUCENT Hadi Kristianta Benny Setiawan Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset dan inovasi dalam teknologi telekomunikasi menyediakan layanan yang beraneka ragam, memiliki kapasitas tinggi sesuai kebutuhan yang berkembang, mudah diakses

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI 32 BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI 3.1 Mekanisme Analisis QoS (Quality of Service) Jaringan ASTInet Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai mekanisme analisis QoS (Quality of Service) di Head Office

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN JALUR ALTERNATIF JARINGAN IPTV PADA PT. TELKOM AREA NETWORK KOTA JAKARTA UTARA

ANALISIS DAN DESAIN JALUR ALTERNATIF JARINGAN IPTV PADA PT. TELKOM AREA NETWORK KOTA JAKARTA UTARA ANALISIS DAN DESAIN JALUR ALTERNATIF JARINGAN IPTV PADA PT. TELKOM AREA NETWORK KOTA JAKARTA UTARA Ferwin, Ranum Rusmainidar, Dahlan Martadiredja Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

Dian Satria Jaya Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang. Abstrak

Dian Satria Jaya Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang. Abstrak QUALITY OF SERVICES TERHADAP KINERJA PAKET USER DATAGRAM PROTOCOL PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT PALEMBANG Dian Satria Jaya Jurusan Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

B A B IV A N A L I S A

B A B IV A N A L I S A 76 B A B IV A N A L I S A 4.1 Analisa Utilisasi Pada sisi akses, parameter yang berkaitan dengan transfer data selain bandwidth juga dikenal dengan parameter throughput. Throughput adalah jumlah bit-bit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Layanan multimedia streaming saat ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan internet. Dengan tersedianya layanan multimedia streaming kita dapat melakukan

Lebih terperinci

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI. Triple Play. Disusun Oleh : Intan Budi Harjayanti ( )

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI. Triple Play. Disusun Oleh : Intan Budi Harjayanti ( ) TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI Triple Play Disusun Oleh : Intan Budi Harjayanti (15101105) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2016 BAB I LATAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Layer pada OSI dapat digolongkan menjadi 2 jenis layanan (Type of Service) yaitu Connection-Oriented dan Connection-Less (Tanenbaum, Computer Network Fifth Editon, 2011). Layanan

Lebih terperinci

BAB III. 3.1 Pengertian MSAN

BAB III. 3.1 Pengertian MSAN BAB III 3.1 Pengertian MSAN MSAN (Multi Service Accses Network) adalah suatu platform jaringan akses yang menyediakan layanan umum untuk memberikan layanan broadband dan narrowband dalam jaringan PSTN

Lebih terperinci

MODUL 11 QoS pada MPLS Network

MODUL 11 QoS pada MPLS Network MODUL 11 QoS pada MPLS Network A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep QoS 2. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara jaringan IP dengan jaringan MPLS. B. DASAR TEORI Multi Protocol

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN KARYA ILMIAH IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN OLEH : NAEMAH MUBARAKAH, ST NIP : 132 306 867 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK 200 7 Implementasi Jaringan Optik Transparan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario Pada BAB ini akan dibahas analisis tentang performan jaringan IP pada switch cisco 2950 Untuk aplikasi video call dengan protocol UDP, analisis yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 70 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dilakukan perancangan dan konfigurasi jaringan berbasis IP dan VPN MPLS beserta estimasi peralatan yang akan digunakan, menganalisa masalah serta

Lebih terperinci

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas WAN WAN adalah sebuah jaringan komunikasi data yang tersebar pada suatu area geografik yang besar seperti propinsi atau negara. WAN selalu menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS TRAFFIC PADA JARINGAN CIRCUIT EMULATION SERVICE DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA WITEL SUMSEL

ANALISIS TRAFFIC PADA JARINGAN CIRCUIT EMULATION SERVICE DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA WITEL SUMSEL ANALISIS TRAFFIC PADA JARINGAN CIRCUIT EMULATION SERVICE DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA WITEL SUMSEL Anggia Nur Apriliza 1*, Suroso 2, Emilia Hesti 3 123 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Politeknik

Lebih terperinci

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. Disusun oleh : Nurul Haiziah Nugraha (14101025) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Trafik internet telah mengalami pertumbuhan yang terus-menerus selama beberapa tahun yang lalu. Pertumbuhan trafik internet untuk masa depan diharapkan dengan kemunculan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN IMPLEMENTASI GENERALIZE MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING

STUDI KELAYAKAN IMPLEMENTASI GENERALIZE MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING STUDI KELAYAKAN IMPLEMENTASI GENERALIZE MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING SEBAGAI SISTEM PROTEKSI JARINGAN DENSE WAVELENGHT DIVISION MULTIPLEXING DI PT. INDOSAT JEMBER SKRIPSI Oleh Intan Wulandari Sayekti

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SISTEM EVALUASI QUALITY OF SERVICE PADA JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING. Agustino

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SISTEM EVALUASI QUALITY OF SERVICE PADA JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING. Agustino UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Program Studi Networking Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 SISTEM EVALUASI QUALITY OF SERVICE PADA JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

2. Dasar Teori. Fakultas Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi Telkom. 2 3

2. Dasar Teori. Fakultas Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi Telkom. 2 3 ANALISIS PERBANDINGAN QoS PROTOCOL EIGRP, OSPF, DAN RIPv2 PADA LINK ANTARA ROUTER PROVIDER EDGE (PE) DENGAN ROUTER CUSTOMER EDGE (CE) PADA KASUS JARINGAN MPLS-VPN Satria Limbong Arung, [1] Rendy Munadi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL SIMULASI 4.1 Instalasi sistem Dalam melakukan simulasi pada jaringan VRRP ini, dibutuhkan program untuk membangun sebuah jaringan VRRP, pada simulasi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

4. PE-D2-JT-SS. Gambar 4.9 Konfigurasi dasar Router PE-D2-JT-SS 5. P3-D2-JT. Gambar 4.10 Konfigurasi dasar Router P3-D2-JT

4. PE-D2-JT-SS. Gambar 4.9 Konfigurasi dasar Router PE-D2-JT-SS 5. P3-D2-JT. Gambar 4.10 Konfigurasi dasar Router P3-D2-JT 93 4. PE-D2-JT-SS Gambar 4.9 Konfigurasi dasar Router PE-D2-JT-SS 5. P3-D2-JT Gambar 4.10 Konfigurasi dasar Router P3-D2-JT 94 6. PE-D2-JT-BRAS Gambar 4.11 Konfigurasi dasar Router PE-D2-JT-BRAS 4.4 Konfigurasi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN

TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN Iwan Rijayana Jurusan Teknik Informatika, Universitas Widyatama Jalan Cikutra 204 A Bandung E-mail: rijayana@widyatama.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN di bawah. 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem yang digunakan dapat dijelaskan dengan blok diagram Gambar 3.1 PERANCANGAN PENERAPAN PERSIAPAN DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus. dapat memberikan kualitas layanan dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus. dapat memberikan kualitas layanan dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaringan telekomunikasi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus dikembangkan agar user

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut hanya berada dalam satu lokasi maka akan lebih mudah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut hanya berada dalam satu lokasi maka akan lebih mudah dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arus informasi semakin maju akhir-akhir ini dan semakin menuntut kecepatan dari suatu jaringan yang digunakan. Jaringan komputer merupakan solusi yang

Lebih terperinci

STT Telematika Telkom Purwokerto

STT Telematika Telkom Purwokerto PENERAPAN JARINGAN MULTI SERVICE ACCESS NETWORK UNTUK MENDUKUNG NGN Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar pada mata kuliah Kinerja Telekomunikasi prodi S1 Teknik Telekomunikasi. Oleh : Lina Azhari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Dari kerangka metodologi yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa terdapat 4 hal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu : 1. Analisis Masalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN LATENCY PADA DYNAMIC WAVELENGTH ROUTER SALURAN TRANSMISI OPTIK WILLY V.F.S

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN LATENCY PADA DYNAMIC WAVELENGTH ROUTER SALURAN TRANSMISI OPTIK WILLY V.F.S TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN LATENCY PADA DYNAMIC WAVELENGTH ROUTER SALURAN TRANSMISI OPTIK O L E H WILLY V.F.S. 040402079 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

MPLS Multi Protocol Label Switching

MPLS Multi Protocol Label Switching MPLS Multi Protocol Label Switching Antonius Duty Susilo dutymlg@gmail.com Biodata S2 Magister Teknologi Informasi ITB Bandung Pengajar di SMK Telkom Malang Pengajar di STMIK Pradnya Paramita Malang Pengajar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE

BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE BAB IV ANALISA KONFIGURASI, JARAK KEMAMPUAN, DAN INTERFACE 4.1 Analisa Konfigurasi Konfigurasi pada Gigabit Passive Optical Network (GPON) terbagi menjadi 2, yaitu Konfigurasi Logic dan Konfigurasi Fisik

Lebih terperinci

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR 73 A. JUDUL TUGAS AKHIR Analisa Performansi Jaringan Multi Protocol Label Switching Pada Aplikasi Videoconference. B. RUANG LINGKUP 1. Jaringan Komputer 2. Aplikasi Videoconference

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER : RANGKUMAN KOMUNIKASI DAN PROTOKOL JARINGAN

JARINGAN KOMPUTER : RANGKUMAN KOMUNIKASI DAN PROTOKOL JARINGAN NAMA : MUHAMMAD AN IM FALAHUDDIN KELAS : 1 D4 LJ NRP : 2110165026 JARINGAN KOMPUTER : RANGKUMAN KOMUNIKASI DAN PROTOKOL JARINGAN Internet merupakan sekumpulan router yang saling terhubung. Jaringan komputer

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

BAB III TEORI PENDUDUKUNG BAB III TEORI PENDUDUKUNG Dalam Laporan kerja praktek ini didukung dengan beberapa teori diantaranya yaituteori tentang SDH (Syncronous digital Hierarchy). Pada bab ini menjelaskan tentang arsitektur dari

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN KUALITAS LAYANAN INFRASTRUKTUR IPTV MENGGUNAKAN JARINGAN MPLS PADA KEGIATAN PENELITIAN DIGITAL BROADCASTING

ANALISA DAN PERANCANGAN KUALITAS LAYANAN INFRASTRUKTUR IPTV MENGGUNAKAN JARINGAN MPLS PADA KEGIATAN PENELITIAN DIGITAL BROADCASTING ANALISA DAN PERANCANGAN KUALITAS LAYANAN INFRASTRUKTUR IPTV MENGGUNAKAN JARINGAN MPLS PADA KEGIATAN PENELITIAN DIGITAL BROADCASTING DI PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BPPT SKRIPSI Oleh DENNY NURPARAMITA

Lebih terperinci

BAB III KONSEP METRO ETHERNET. Ethernet merupakan salah satu teknologi yang telah dikenal luas,

BAB III KONSEP METRO ETHERNET. Ethernet merupakan salah satu teknologi yang telah dikenal luas, BAB III KONSEP METRO ETHERNET 3.1. Teknologi Ethernet Ethernet merupakan salah satu teknologi yang telah dikenal luas, khususnya dalam arsitektur jaringan LAN. Kelebihannya yang cukup menonjol adalah kemampuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaringan telekomunikasi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus dikembangkan agar user

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR Sebagai Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik Informatika

Lebih terperinci

7.1 Karakterisasi Trafik IP

7.1 Karakterisasi Trafik IP BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,

Lebih terperinci

5. QoS (Quality of Service)

5. QoS (Quality of Service) PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 5. QoS (Quality of Service) Latar Belakang QoS Karakteristik Jaringan IP Alokasi Sumber Daya Definisi QoS QoS adalah suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan

Lebih terperinci

JARINGAN IP Jaringan Telekomunikasi

JARINGAN IP Jaringan Telekomunikasi JARINGAN IP Jaringan Telekomunikasi Tipe Jaringan Komputer Client/Server Pelayanan jaringan terletak pada komputer yang dinamakan server. Server merespon request dari client. Server adalah komputer sentral

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X

BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X BAB III JARINGAN VPN IP SAAT INI PADA PERUSAHAAN X 3.1 Topologi Jaringan VPN IP Cakupan yang dibahas di dalam tugas akhir ini adalah layanan VPN IP Multiservice, dan digunakan topologi jaringan berbentuk

Lebih terperinci

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy) BAB II SDH (Synchronous Digital Hierarchy) 2.1 Tinjauan Umum SDH Dalam sistem transmisi, dikenal teknik multiplex. Multiplex adalah penggabungan beberapa sinyal informasi menjadi satu dan ditransmisikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam QoS terdapat salah satu mekanisme yang dapat menjamin kualitas layanan dalam jaringan yang disebut dengan Differentiated Service. DiffServ tidak memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi berbasis Multiprotocol Label Switching (MPLS).

BAB 1 PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi berbasis Multiprotocol Label Switching (MPLS). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi membuat teknologi begitu pesat berkembang. Dengan berkembangannya teknologi mempengaruhi kepada meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan Time Division Multiplexing (TDM) selalu berpikir bahwa Internet Protocol (IP) harus berjalan di atas infrastruktur Time Division Multiplexing (TDM),

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI DAN ANALISA SPANNING TREE PROTOCOL PADA JARINGAN METRO ETHERNET

TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI DAN ANALISA SPANNING TREE PROTOCOL PADA JARINGAN METRO ETHERNET TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI DAN ANALISA SPANNING TREE PROTOCOL PADA JARINGAN METRO ETHERNET Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : BAYU FITRIANTO

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEAMLESS MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) PADA JARINGAN MPLS

IMPLEMENTASI SEAMLESS MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) PADA JARINGAN MPLS IMPLEMENTASI SEAMLESS MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) PADA JARINGAN MPLS Nisa Aulia Nurhasanah 1), Ida Wahidah 2), Bambang Cahyono 3) 1),2 Teknik Telekomunikasi, Universitas Telkom, Bandung,3 ) Research

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 38 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisis hasil implementasi yang telah dilakukan. Pengujian dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui performansi pada jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian VRRP VRRP (Virtual Routing Redundancy Protocol) merupakan salah satu protokol open source redundancy yang artinya dapat digunakan di berbagai merek perangkat dan dirancang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Jenis-Jenis Jaringan Local Area Network (LAN) Local Area Network (LAN) secara umum adalah jaringan privat yang menghubungkan perkantoran, gedung atau kampus.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Dasar Teori Ethernet Over SDH SDH (Synchronous Digital Hierarchy) menjelaskan tentang transfer data dengan kapasitas yang besar menggunakan media transmisi serat opti, sistem detakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan perancangan system yang digunakan, beserta metode pengambilan data untuk kemudian dilakukan analisa. 3.1 Perancangan

Lebih terperinci

(Gigabit Passive Optical Network)

(Gigabit Passive Optical Network) (Gigabit Passive Optical Network) GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai Broadband Access berbasis kabel serat optik. GPON merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T

Lebih terperinci

MPLS. Sukamto Slamet Hidayat

MPLS. Sukamto Slamet Hidayat MPLS Sukamto Slamet Hidayat MPLS Pengenalan MPLS Arsitektur MPLS Enkapsulasi MPLS Rekayasa Trafik pada MPLS Operasi MPLS Kesimpulan Done 1. PENGENALAN MPLS MPLS = Multi Protocol Label Switching Penggabungan

Lebih terperinci

Tujuan Muliplexing Jenis Teknik Multiplexing Segmentasi jaringan segregasi jaringan

Tujuan Muliplexing Jenis Teknik Multiplexing Segmentasi jaringan segregasi jaringan 1. Analisa perbedaan antara sumulasi dengan multiplexing! 2. Analisa tentang devices, media dan services! 3. Perbedaan LAN, MAN, dan WAN dalam sebuah tabel perbedaan! 4. Lakukan analisa dari animasi 2.4.4.1,

Lebih terperinci

ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA SIMULASI JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS VPN)

ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA SIMULASI JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS VPN) JETri, Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 33 48, ISSN 1412-0372 ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA SIMULASI JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS VPN) Yuli Kurnia

Lebih terperinci

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu 1 Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain. Setiap Ethernet card mempunyai alamat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL UJI COBA

BAB 4 HASIL UJI COBA BAB 4 HASIL UJI COBA 4.1 Uji Coba Fungsi Interface Berikut merupakan hasil dari konfigurasi pada interface perangkat Metro Ethernet TYPE A pada daerah TGA dan JIA. sehingga kita dapat mengetahui hasil

Lebih terperinci

KONSEP DASAR JARINGAN KOMPUTER

KONSEP DASAR JARINGAN KOMPUTER KONSEP DASAR JARINGAN KOMPUTER 1.1 Pengertian Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah hubungan antara 2 komputer atau lebih yang terhubung dengan media transmisi kabel atau tanpa kabel (wireless). Dua

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini komunikasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, bentuk dan

Lebih terperinci

Peralatan yang terhubung ke segmen jaringan terdefinisi sebagai networking devices

Peralatan yang terhubung ke segmen jaringan terdefinisi sebagai networking devices 1 Networking Devices Peralatan yang terhubung ke segmen jaringan terdefinisi sebagai networking devices Device ini terbagi menjadi dua yaitu: end user device: komputer, printer, scanner dan device yang

Lebih terperinci

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Semakin berkembangnya era teknologi telekomunikasi, kecepatan dan quality of service (QoS) menjadi faktor yang penting. Suatu masalah mungkin saja menyebabkan kesalahan

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN VIDEO PADA JARINGAN ATM DENGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING

ANALISIS LAYANAN VIDEO PADA JARINGAN ATM DENGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING ANALISIS LAYANAN VIDEO PADA JARINGAN ATM DENGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING Cakra Danu Sedayu, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Lapisan OSI 2 Data Link. Nyoman Suryadipta, ST, CCNP

Lapisan OSI 2 Data Link. Nyoman Suryadipta, ST, CCNP Lapisan OSI 2 Data Link Nyoman Suryadipta, ST, CCNP » Intro» Struktur Frame» Sublayer MAC & LLC» Protokol LAN» Protokol WAN Intro » Mengatur Protokol yang akan digunakan sebelum dikirim melalui media akses

Lebih terperinci

WIDE AREA NETWORK & ROUTER. Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP

WIDE AREA NETWORK & ROUTER. Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP WIDE AREA NETWORK & ROUTER Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP WIDE AREA NETWORK Pengertian WAN atau Wide Area Network adalah kumpulan komputer dan sumber daya jaringan yang terhubung melalui jaringan wilayah

Lebih terperinci

PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN

PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN Dadiek Pranindito 1, Levana Rizki Daenira 2, Eko Fajar Cahyadi 3 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Sekolah Tinggi Telematika Telkom Purwokerto

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-1: Internetworking Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Internetworking Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Usulan Perancangan Untuk koneksi jaringan data center dari San Jose dan Freemont, penulis mengusulkan membuat suatu jaringan berbasis VPN-MPLS. Dengan perancangan jaringan

Lebih terperinci