Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara xxxx BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara xxxx BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 1 / 58 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Ketentuan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization/ ICAO), pada Annex 14 tentang Aerodromes, disebutkan bahwa setiap bandar udara wajib membuat dan memiliki Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat (Airport Emergency Plan). Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat dimaksud terutama berkaitan dengan kecelakaan pesawat udara yang terjadi di bandar udara dan di luar bandar udara dalam radius 8 km (5 nautical miles) dari pusat bandar udara. Selain itu, Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat juga mencakup kejadian yang tidak berkaitan dengan pesawat udara yang terjadi di bandara udara. Adapun maksud utama pengadaan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxx adalah untuk meminimalkan korban jiwa maupun harta benda akibat kejadian kecelakaan pesawat udara yang terjadi di dalam dan atau luar xxx Kewajiban lain yang berkaitan dengan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxx, adalah mencakup kegitan-kegiatan: (a). Persiapan sebelum terjadi keadaan darurat, (b). Pelaksanaan ketika terjadi keadaan darurat, (c). Setelah selesai penanggulangan keadaan darurat. Karena demikian luasnya ruang lingkup kegiatan, sangat spesifiknya pekerjaan dan besarnya tanggung jawab yang dibebankan kepada Bandar Udara xxx, maka dibutuhkan peran serta instansi/unit kerja yang profesiional, baik yang berada di dalam maupun dari luar xxx. Untuk memudahkan bagi semua pihak yang terkait langsung dalam pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat di bandar udara xxx, diperlukan adanya dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxx yang berisi petunjuk, batasan tugas, kewajiban, peran dan

2 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 2 / 58 prosedur bertindak yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas masingmasing unit/intansi yang sifatnya profesional. Pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing unit kerja diharapkan berlangsung secara nyata, benar dan terpadu, sehingga setiap unit kerja fungsional tidak menemui kendala. Oleh sebab itu selain keberadaan Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxx, juga diperlukan adanya kesepakatan bersama untuk melakukan persiapan, memfasilitasi, menyediakan personil yang mampu, dan melakukan latihan-latihan baik secara bersama maupun parsial guna memperoleh kompetensi masing-masing dan koordinasi yang terpadu Tujuan Penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Dokumen Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat untuk: (a). Digunakan oleh masing-masing unit kerja terkait agar lebih mudah memahami tugas dan tanggung jawab, sehingga pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat dapat berjalan dengan lancar dan berhasil; (b). Sebagai sarana koordinasi terpadu antara bandar udara dengan instansi/ unit kerja terkait dalam pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat yang terjadi di dalam dan sekitar bandar udara xxx Terminologi Kecelakaan Pesawat Udara (Aircraft Accident) Kecelakaan Pesawat Udara adalah suatu kejadian yang tidak diduga/ tidak diketahui sebelumnya, yang berhubungan dengan pengoperasian sebuah pesawat udara tertentu, dan dapat membahayakan atau mengakibatkan kematian penumpang dan/ atau awak serta kerusakan pesawat udara itu sendiri

3 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 3 / 58 Insiden Pesawat Udara (Aircraft Incident) Insiden Pesawat Udara adalah suatu kejadian selain dari Kecelakaan Pesawat Udara (Aircraft Accident), yang tidak diketahui sebelumnya dan berkaitan dengan keselamatan pengoperasian terhadap pesawat udara. Contoh insiden yang dimaksud dalam dokumen ini adalah: Adanya tumpahan bahar bakar pesawat udara di apron, passenger loading bridge, daerah penyimpanan bahar bakar; kejadian menyangkut barang-barang berbahaya; gedung yang runtuh; tabrakan kendaraan/ pesawat di darat. Pengoperasi pesawat udara (Aircraft Operator) Pengoperasi pesawat udara adalah orang (perseorangan), atau organisasi (badan hukum) yang memikul tanggung jawab pengoperasian pesawat udara. Perusahaan Angkutan Udara Perusahaan Angkutan Udara adalah badan hukum/perusahaan yang bergerak dibidang penerbangan. Koordinator Maskapai Penerbangan (Airline Co-ordinator) Koordinator Maskapai Penerbangan adalah orang sebagai perwakilan sah, yang bertindak dan bertanggung jawab atas nama perusahaan/ maskapai penerbangan dalam hubungan terjadinya keadaan darurat, yang meliputi pesawat udara, personil dan/ atau harta benda miliknya. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat (Airport Emergency Plan). Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat adalah rencana yang berisi prosedur prosedur koordinasi, tindakan penanggulangan keadaan darurat yang terjadi di bandar udara dan sekitarnya, yang dilakukan bandar udara dan instansi terkait. Latihan Penanggulangan Keadaan Darurat (Airport Emergency Exercise) Latihan Penanggulangan Keadaan Darurat adalah latihan bersama yang dilakukan oleh semua unit kerja terkait dengan untuk

4 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 4 / 58 Penanggulangan Keadaan Darurat. Latihan ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang keefektifan dari Dokumen Penanggulangan Keadaan Darurat. Unit Pemberi Layanan Informasi Penerbangan (Airport Flight Information Services Unit) Unit Pemberi Layanan Informasi Penerbangan adalah bagian unit Pemanduan Lalu Lintas Penerbangan yang memberikan pelayanan informasi berhubungan dengan pencarian dan pertolongan (search and rescue) pada bandar udara yang tidak di kendalikan serta memberikan pelayanan informasi panduan kepada pesawat udara dalam keadaan darurat. Kepala / Kacab (Airport Manager) Kepala / Kacab adalah orang (perseorangan) yang mempunyai tugas/ jabatan kepala/ manajer/ kepala cabang dari suatu bandar udara. Sisi Udara (Air Side) Sisi Udara adalah bagian dari daerah pergerakan bandar udara daratan termasuk bangunan dan fasilitasnya yang berbatasan dengan daerah publik. Unit Pemberi Layanan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Services Unit) Unit Pemberi Layanan Lalu Lintas Udara adalah unit kerja yang memberi pelayanan informasi penerbangan, pelayanan kesiagaan, pelayanan saran lalu lintas penerbangan, pemanduan lalu lintas penerbangan. Menara Pemanduan Lalu Lintas Penerbangan (Aerodrome Control Tower ) Menara Pemanduan Lalu Lintas Penerbangan adalah tempat (menara) yang disediakan bagi petugas pemandu lalu lintas penerbangan di bandar udara

5 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 5 / 58 Daerah perawatan (Care Area) Daerah perawatan adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat memberikan perawatan medis pertama kali kepada korban kecelakaan. Daerah Pengumpulan (Collection Area) Daerah Pengumpulan adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat dikumpulkannya para korban kecelakaan. Pos Komando Bergerak (Mobile Command Post ) Pos Komando Bergerak adalah lokasi di lapangan yang digunakan sebagai tempat pusat komando, koordinasi, pengendalian dan komunikasi pada saat terjadi keadaan darurat. Alarm Keadaan Darurat (Crash Alarm) Alarem Keadaan Darurat (Crash Alarm) adalah Bell/ tanda yang digunakan sebagai alat untuk memberitahukan adanya kejadian/ keadaan darurat di Bandar udara. Barang-Barang Berbahaya (Dangerous Goods) Barang-barang berbahaya adalah benda atau zat (padat, cair dan gas) yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa dan harta benda serta keselamatan penerbangan. Barang-barang berbahaya tersebut dapat berupa: bahan peledak, gas pampat, zat cair dan zat padat yang mudah terbakar atau beracun, pengoksida, bahan-bahan beracun, bahan-bahan yang menimbulkan infeksi, bahan radioaktif atau yang menimbulkan korosi. Tempat Penampungan Korban Tidak Cidera (Designated Passenger Holding Area) Tempat Penampungan Korban Tidak Cidera adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat untuk menampung para penumpang pesawat udara kecelakaan yang tidak terluka

6 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 6 / 58 Pusat Operasi Keadaan Darurat (Emergency Operations Centre) Pusat Operasi Keadaan Darurat adalah lokasi tertentu di bandar udara yang digunakan sebagai tempat/ pusat operasional koordinasi dalam penanggulangan keadaan darurat bandar udara. Dokter forensik (Forensic Doctor) Dokter forensik adalah dokter yang tugas utamanya melakukan/ menyelidiki penyebab kematian dimana terdapat alasan untuk menduga bahwa kematian terjadi tidak secara wajar/ alami. Data yang diperoleh adalah data yang terkait dengan fakta-fakta medis dengan pertanyaan-pertanyaan hukum. Latihan Berskala Penuh (Full-Scale Emergency Exercise) Latihan berskala Penuh adalah latihan yang dilakukan oleh semua unit kerja secara bersama yang bertujuan untuk menguji seluruh fasilitas, prosedur dan kompetensi personil terkait secara terpadu. Peta Berkisi-Kisi (Grid Map) Peta berkisi-kisi adalah peta bandar udara dan sekitarnya sampai radius 8 km dari pusat bandar udara yang digunakan untuk menunjukkan tempat/ lokasi kecelakaan, tempat penting di bandar udara Keadaan Darurat di Udara (In-Flight Emergency) Keadaan Darurat di Udara adalah keadaan darurat yang dialami pesawat udara yang sedang udara yang mungkin mengancam keselamatan penumpang atau pesawat udara pada penerbangannya. Penyelidikan (Investigation) Penyelidikan adalah proses penelitian secara seksama yang dilakukan oleh petugas tertentu untuk mendapatkan data penyebab terjadinya kecelakaan untuk mencegah kejadian yang sama dimasa dating. Penyelidikan yang dilakukan meliputi pengumpulan data, analisis data, penyajian informasi, penarikan kesimpulan berkenaan dengan penyebab kecelakaan dan pembuatan rekomendasi tentang keselamatan penerbangan

7 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 7 / 58 Daerah Pemisahan korban (Triage Area) Daerah Pemisahan korban adalah daerah yang digunakan sebagai tempat untuk memisahkan para korban untuk mendapatkan prioritas pertolongan/ perawatan lanjutan. Daerah transportasi Medis (Medical Transportation Area) Daerah Transportasi Medis adalah daerah yang digunakan sebagai tempat untuk kendaraan ambulan berkumpul/ menunggu sebelum mengangkut korban ke rumah sakit. Rumah Sakit Bergerak (Mobile Emergency Hospital) Rumah Sakit Bergerak adalah bagian dari kegiatan rumah sakit yang bertempat/ berada disekitar lokasi kejadian, dengan fasilitas medis lengkap yang dapat memberikan bantuan klinis dilakukan oleh dokter dan para tenaga medis, bagi korban yang mengalami luka parah di tempat kejadian kecelakaan sebelum diantarkan ke rumah sakit. Daerah Pergerakan (Movement Area) Daerah Pergerakan adalah bagian dari bandar udara yang digunakan untuk tinggal landas, pendaratan dan taxing pesawat udara, mencakup daerah manuver termasuk apron. Kerjasama Penanggulangan Keadaan Darurat (Mutual Aid Emergency Agreement) Kerjasama Penanggulangan Keadaan Darurat adalah suatu kesepakatan/ persetujuan untuk bekerja sama antara bandar udara dengan instansi di sekitar bandar udara, dalam rangka penanggulangan keadaan darurat. Komandan Lapangan (On-Scene Commander) Komandan Lapangan adalah seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin (Komandan) dalam pelaksanaan seluruh operasi penanggulangan keadaan darurat di bandar Udara

8 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 8 / 58 Latihan parsial (Partial Exercise) Latihan parsial adalah pelatihan keadaan darurat yang dilakukan oleh sebagian/ beberapa unit kerja yang terkait dengan penanggulangan keadaan darurat di bandar udara. Titik Pertemuan (Redezvous Point) Titik Pertemuan adalah suatu tempat bertemunya para bantuan (kendaraan), untuk kepentingan penanggulangan keadaan darurat di bandar udara. Pada titik pertemuan tersebut, para bantuan akan menerima pengarahan untuk menuju daerah tahapan (staging area). Daerah tahapan (Staging Area) Daerah tahapan adalah tempat yang letaknya strategis untuk lokasi berkumpulnya para bantuan (kendaraan/ peralatan dan personil), yang siap digunakan untuk/ dalam penanggulangan keadaan darurat di bandar udara. Penstabilan (Stabilization) Penstabilan adalah langkah-langkah medis/ non medis yang dilakukan untuk memulihkan faktor psikologis para korban kecelakaan untuk meningkatkan daya tahan menjadi lebih kuat dan mempermudah perawatan/ pemulihan lebih lanjut. Latihan strategi (Desk/ Tabletop Exercise) Latihan strategi adalah jenis latihan strategi penyergapan yang dilakukan dengan sarana meja bergambar bandar udara dan beberapa model pesawat dan mobil pemadam, yang digunakan untuk menguji kemampuan personil dalam mengambil keputusan sehubungan dengan kegiatan pertolongan dan pemadaman kebakaran yang mungkin dilakukan. Pemberian Pita petunjuk (Tagging) Pemberian Kartu/ Label/ Pita petunjuk adalah metode pemberian Kartu/ Label/ Pita petunjuk sebagai tanda/ identitas/ petunjuk yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan korban dengan prioritas urgensi perawatan yang diperlukan yaitu:

9 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 9 / 58 (a) Urgensi kebutuhan perawatan segera (prioritas I), (b) Urgensi kebutuhan perawatan biasa (prioritas II), (c) Urgensi kebutuhan perawatan kecil (prioritas III), atau (d) Urgensi kebutuhan perawatan terakhir/ tidak (prioritas 0) bila korban sudah meninggal dunia. Daerah pemisahan (Triage area) Daerah pemisahan adalah suatu daerah yang digunakan sebagai lokasi dilakukannya pemisahan korban keadaan darurat sesuai dengan sifat dan tingkat cidera yang dialami untuk menentukan prioritas perawatan dan pengangkutan yang diperlukan. Kartu/ Label/ Pita petunjuk (Tag) Kartu/ Label/ Pita petunjuk adalah kartu/ Label/ Pita petunjuk yang digunakan sebagai tanda korban sesuai dengan sifat dan tingkat cidera yang dialami dan prioritas perawatan yang dibutuhkan. Untuk memudahkan identifikasi maka warna tag dibedakan sbb: (a) Segera (prioritas I) berwarna merah dengan gambar kelinci; (b) Biasa (prioritas II) berwarna kuning dengan gambar kura-kura; (c) Kecil (prioritas III) berwarna hijau dengan gambar ambulan; dan (d) Terakhir (prioritas 0) bagi yang meninggal berwarna hitam dengan gambar batu nisan

10 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 10 / 58 BAB II LEGALITAS Pembuatan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxx (xxx Airport Emergency Plan) ini, didasari oleh berbagai jenis peraturan perundangan baik yang bersifat nasional maupun internasional. Peraturan perundangan yang dimaksud adalah: 2.1 Dasar Hukum Undang-undang No: 1 tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan; Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang (Aerodrome); Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 47/2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar udara; Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No.SKEP/94/IV/ 98 tentang Persyaratan Teknis dan Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran; 2.2 Referensi ICAO ANNEX 14 tentang Aerodromes ICAO Airport Services Manual Doc AN/898 Part 1 Rescue and Fire Fighting ICAO Airport Services Manual Doc AN/898 Part 7 Airport Emergency Planning

11 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 11 / 58 BAB III KLASIFIKASI KEADAAN DARURAT Penyebab Keadaan Darurat Jenis-jenis penyebab terjadinya keadaan darurat bandar udara sangat banyak adanya, oleh karena itu perlu diadakan klasifikasi untuk memudahkan dalam operasionalnya. Secara garis besar perbedaan dilakukan dengan melihat ada tidaknya pesawat udara setelah itu terkait dengan lokasi kecelakaan/ kejadian. Jenis penyebab keadaan darurat dimaksud adalah: Kecelakaan Pesawat Udara di xxx (Kode 1) Tanpa diduga/ diketahui sebelumnya telah terjadi kecelakaan/ kebakaran pesawat udara di xxx Kecelakaan Pesawat Udara di Luar xxx (Kode 2) Tanpa diduga/ diketahui sebelumnya telah terjadi kecelakaan/ kebakaran pesawat udara di luar Bandar udara dalam radius + 8 km (5 Nautical miles) dari pusat xxx Kecelakaan Pesawat Udara di Perairan (kode 2) Diketahui telah terjadi kecelakaan pesawat udara di daerah perairan (laut, danau, sungai dan rawa) di luar bandar udara xxx Insiden Pesawat Udara di Udara (kode 2) Diketahui telah terjadi suatu insiden pesawat udara tertentu yang sedang terbang dan dikhawatirkan akan mempengaruhi keselamatan pesawat udara berikut penumpang dan awaknya Pesawat Udara Datang Mengalami Insiden Barang dan Bahan Berbahaya (Dangerous Goods) (kode2) Diketahui adanya barang berbahaya pada pesawat udara yang sedang terbang, yang mungkin akan membahayakan pada saat dilakukan bongkar/muat barang

12 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 Insiden Pesawat Udara di Udara (kode 2) Diketahui telah terjadi suatu insiden pesawat udara tertentu yang sedang terbang dan dikhawatirkan akan mempengaruhi keselamatan pesawat udara berikut penumpang dan awaknya Pesawat Udara Datang Dalam Keadaan Darurat /Full Emergency (Kode3) Diketahui adanya gangguan terhadap pesawat udara yang sedang udara di xxx dan dimungkinkan/ akan menjadi ancaman bagi keselamatan para penumpang dan awak serta pesawat udara itu sendiri Pesawat Udara Datang yang mengalami Tindak Gangguan melawan Hukum (Kode 4) Diketahui adanya gangguan terhadap pesawat udara yang sedang udara di xxx namun tidak menjadi ancaman bagi keselamatan para penumpang dan awak serta pesawat udara itu sendiri Pesawat udara datang dalam Ancaman Bom. (Kode 5) Diperoleh informasi bahwa pesawat udara datang dan di dalamnya terdapat/ diletakkan bom sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi keselamatan penumpang dan pesawat udara termasuk awaknya Ancaman Bom terhadap bangunan/ Gedung di bandara xxx (Kode 6) Diperoleh informasi bahwa di dalam atau disekitar bangunan, fasilitas, peralatan tertentu di xxx telah diletakkan bom Insiden pesawat udara di darat (kode 7) Diketahui telah terjadi insiden pesawat udara di darat yang membuat kondisi bandar udara tidak dapat beroperasi secara normal dan mengancam operasi bandara udara. Kejadian insiden di meliputi: a. Kerusakan kecil pada mesin, penutup mesin, baling-baling dan ujung sayap pesawat, b. Lekukan atau lubang kecil di badan pesawat udara,

13 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 13 / 58 c. Ketidak mampuan pesawat udara untuk bergerak sendiri dikarenakan kerusakan ban, panas yang tinggi pada bagian rem, d. Adanya tumpahan bahan bakar di sekeliling pesawat udara, Bencana Alam/ Natural Disaster (Kode 7) Apabila terjadi kondisi bandar udara tidak dapat beroperasi secara normal disebabkan antara lain banjir, gempa bumi, angin topan, badai sehingga mengancam keselamataan penerbangan Darurat Medis / Medical Emergency (Kode 7) Apabila terjadi kondisi bandar udara tidak dapat beroperasi secara normal disebabkan antara lain gangguan medis yang mungkin mempengaruhi operasi bandar udara, penerbangan Kebakaran Fasilitas (Gedung,Peralatan/ Structural Fire) (Kode 8) Diketahui telah terjadi kebakaran gedung/ fasilitas/ peralatan atau kendaraan tertentu di bandar udara yang mungkin mempengaruhi operasi bandar udara, penerbangan Cuaca Buruk (kode 10) Diketahui akan dan atau sedang terjadi cuaca buruk (badai/ hujan lebat/ dll.) yang dapat mempengaruhi keselamatan operasi penerbangan, manusia, gedung, fasilitas dan peralatan yang ada di bandar udara XXXX Pesawat udara datang dalam cuaca buruk. (kode 10) Diketahui sebuah pesawat udara akan mendarat di xxxx, namun keadaan cuaca tidak baik sehingga dikawatirkan akan berakibat fatal pada saat melakukan pendaratan Tingkat Siaga/ Panggilan Siaga Dari semua jenis penyebab keadaan darurat bandar udara tersebut perlu di kelompokkan/ klasifikasi. Klasifikasi dimaksud adalah:

14 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 14 / 58 Kelompok yang membutuhkan penanggulangan segera dinamakan (Siaga I) atau Aircraft Crash/ Kebakaran, penyebabnya adalah: 1) Butir 3.1.1; 2) Butir 3.1.2; 3) Butir ) Butir Kelompok yang membutuhkan penangulangan tidak segera karena alasan tertentu dinamakan (Siaga II) atau Full Emergency, penyebabnya adalah: 1). Butir ) Butir 3.1.8; Kelompok yang membutuhkan penangulangan paling tidak segera karena alasan tertentu dinamakan (Siaga III) atau Local Stand by, penyebabnya adalah: 1). Butir 3.1.4; 2). Butir 3.1.5; 3). Butir ). Butir ). Butir ). Butir ) Butir ) Butir Format Berita Keadaan Darurat Dengan adanya tiga kelompok siaga maka berita keadaan darurat juga di formulasikan agar jelas singkat dan mudah dimengerti oleh semua pihak terkait Untuk panggilan: SIAGA I : FORMAT BERITA 1a (terkait pesawat udara) adalah: Bandara : xxx Kejadian : Aircraft Crash, 3x /...(ref ) Lokasi : xxx (Ref.grid map)

15 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 15 / 58 Tipe pesawat, Maskapai penerb.: xxx Runway in used : xxx Person On Board : xxx orang Fuel on board : xxx liter Dangerous Goods : xxx /nihil Untuk panggilan: SIAGA I : FORMAT BERITA 1b (tidak terkait pesawat udara) adalah: Bandara : xxx Kejadian : Kebakaran 3x / xxx (ref ). Unit PKP-PK Langsung ke tempat kejadian Lokasi : xxx (Ref.grid map)/ Gedung xxx. Untuk panggilan: SIAGA II : FORMAT BERITA 2 (terkait pesawat udara) adalah Bandara : xxx Kejadian : xxx (Ref.3.2.2) Lokasi/ Posisi : Final/ Base leg/ Down wind/...(grid map) Tipe pesawat, Maskapai penerb.: xxx Runway in used : xxx POB : xxx orang Estimate Time Arrival : xxx Untuk panggilan: SIAGA III : FORMAT BERITA 3 (terkait pesawat udara) adalah: Bandara : xxx Kejadian : xxx (Ref.3.2.3) Tipe pesawat, Maskapai penerb.: xxx Lokasi : Final/ Base leg/ Down wind/...(grid map). Runway in used : xxx Estimate Time Arrival : xxx

16 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 16 / 58 BAB IV INSTANSI YANG TERKAIT 4.1. Umum Sebagaimana telah dipaparkan pada bab pendahuluan (bab I) bahwa penanggulangan keadaan darurat tidak dapat dilaksanakan oleh bandar udara secara sendiri. Untuk itu sangat diperlukan bala bantuan dari berbagai pihak. Adapun nama-nama unit kerja/ instansi yang mungkin terkait langsung dalam penanggulangan keadaan darurat bandar udara adalah: Pemandu LL Penerbangan (Aerodrome Control Tower/ ATC) Unit PKP-PK (ARFS Unit) Unit Pengamanan (Airport Security) Kantor Kesehatan Pelabuhan(Health Medical Center) Pengelola Dinas Pemadam Kebakaran Pemda (City Fire Brigade) Rumah Sakit (Hospital) Perusahaan/ Maskapai Penerbangan (Aircraft Operator) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Unit Ground Handling (Ground Handling Agency) Bea Cukai (Custom Office) (hanya Internasional Airport) Imigrasi (Imigration Office) (hanya Internasional Airport) Karantina (Quarantine Office) (hanya Internasional Airport) Kantor Pos (Post Office) (hanya untuk Internasional Airport) Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai/ (Coast Guard units) Unit SAR (SAR Unit) bila ada Kepolisian Police) Tentara Nasional Indonesia: PMI (Palang Merah Indonesia) Pengelompokan Tim Dalam kegiatan penanggulangan kedaaan darurat di Bandar Udara xxx perlu dibentuk tim yang diantaranya : Kelompok pengendali (di pusat pengendali krisis), terdiri dari : Ketua Komite, Wakil Ketua Komite, Sekretaris, dan Anggota Komite Kelompok pelaksana, terdiri dari :

17 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 17 / Unit pengatur lalu lintas udara, Unit operasi pertolongan dan pemadaman, Unit pelayanan kesehatan, Unit pengamanan dan ketertiban. Kelompok pendukung, terdiri dari : Unsur komunikasi, Unsur transportasi & logistik, Unsur fasilitas yang diperlukan Tugas dan Tanggung Jawab Dalam setiap penanggulangan keadaan darurat maka kelompokkelompok dalam tim memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: Kelompok Pengendali Ketua Komite: a. Bertindak sebagai pimpinan/komando sesuai dengan kewenangannya, b. Mengkoordinir kegiatan di pusat kendali krisis, c. Menentukan pemberlakuan dan pencabutan keadaan darurat, d. Memberikan keterangan pers, e. Melaporkan keadaan darurat dan hasil kegiatan yang telah dilakukan kepada pimpinannya lansung Anggota Komite: a. Melaksanakan kegiatan sesuai bidang tugasnya, b. Menginformasikan kepada ketua tentang perkembangan situasi di lapangan, c. Berkoordinasi dengan kelompok pendukung dan pelaksana Kelompok Pelaksana Operasi pertolongan kecelakaan dan pemadaman Kebakaran

18 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 18 / 58 pesawat udara: Di xxx : a. Kadin/Kadin/Koja PKP-PK sebagai 1) pimpinan operasi dilokasi kejadian, PKP-PK bertanggung jawab atas 2) pelaksanaan operasi penanggulangan kecelakaan dan kebakaran pesawat udara, sedangkan Pemadam Kebakaran Pemda sebagai Dinas tenaga bantuan. Di luar xxx: b. 1) Pemadam Kebakaran Pemda berperan aktif sebagai pimpinan operasi dilokasi kejadian 2) Dinas Pemadam bertanggung jawab penanggulangan Kebakaran atas Pemda pelaksanaan ikut operasi kecelakaan/kebakaran dan berkoordinasi dengan unit PKP-PK xxx sesuai kesepakatan bersama Unsur Pelayanan Medis a. Di dalam dan di luar xxx: 1) Kadis Dinas Pelayanan Kesehatan/KKP atau pejabat yang ditunjuk sebagai koordinator Tim Medis, 2) Tim Medis bertanggung jawab terhadap pelayanan medis korban kecelakaan hasil identifikasi /kebakaran pesawat udara, 3) Melaporkan korban ke Pusat Pengendali Krisis Unsur Pengamanan dan Ketertiban Pelaksanaan pengamanan dan ketertiban pada kecelakaan / kebakaran pesawat udara di : Di xxx : a. 1) Kadin/Konit/Koordinator

19 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx Pengamanan ditunjuk sebagai 19 / 58 koordinator pengamanan di lokasi kecelakaan, Unit Pengamanan 2) xxx.bertanggung jawab terhadap: a) Kelancaran lalu lintas kendaraan dari dan ke lokasi kecelakaan, b) Ketertiban penempatan penumpang yang selamat, c) Menertibkan orang - orang yang tidak berkepentingan, 1. Pengam anan terhadap barang - barang penumpang, 2. Pengam anan dari instansi terkait berkoordinasi dengan unit pengamanan bandar udara dalam memberikan tugas pengamanan, Di sekitar b. xxx : 1) Polri ditunjuk sebagai koordinator pengamanan di lokasi kejadian. 2) Pengamanan xxx bertanggung jawab untuk: a) Keamanan dan ketertiban di lokasi kecelakaan, b) Menertibkan orang orang yang tidak berkepentingan, c) Mengamankan barang - barang penumpang korban kecelakaan / kebakaran pesawat udara, d) Membantu evakuasi korban dari lokasi kejadian, e) Melaporkan

20 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx perkembangan situasi kepada 20 / 58 komando pengendali. f) Pengamanan Bandar Udara xxx berkoordinasi tentang situasi di lokasi kejadian. 4) Kelompok pendukung Kegiatan kelompok pendukung ini dikoordinir oleh pimpinan/pejabat yang ditunjuk masing - masing unit fungsional, dengan tugas sebagai berikut: a) Menyiapkan dukungan Menyiapkan transportasi Menyiapkan fasilitas komunikasi, b) dan logistik, c) operasional yang diperlukan, d) Berkoordinasi dengan Kelompok Pengendali dan Pelaksana. 4.3 Identitas Petugas Komando di lapangan Untuk memudahkan mengidentifikasi/ membedakan masing-masing unit/ intansi yang terkait langsung dilapangan terutama para komandan/ kepala yang memberi komando, harus menggunakan identitas ROMPI dan/ atau TOPI tertentu sebagai berikut: Komandan Pemadam Kebakaran, warna MERAH Komandan Satuan Pengamanan, BIRU Koordinator Kesehatan, PUTIH; Kepala ; ORANGE: Koordinator Pengangkutan, HIJAU; Kepala Forensik COKLAT:

21 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 JARINGAN TELEPON KEADAAN DARURAT BANDARA XXXX ATC No. ccc-ccccc PKP-PK No. ccc-ccccc PK KOTA No. ccc-ccccc KEAMANAN PENERBANGA N No. ccc-ccccc POLISI No. ccc-ccccc UNIT KES No. ccc-ccccc RS KOTA No. ccc-ccccc MILITER No. ccc-ccccc KABANDARA No. ccc-ccccc AIRLINE No. ccc-ccccc PEMERINTAH No. ccc-ccccc BUS No. ccc-ccccc KNKT No. ccc-ccccc CUSTOM & No. ccc-ccccc PERTAMINA No. ccc-ccccc HANGAR No. ccc-ccccc POOL No. ccc-ccccc POS No. ccc-ccccc LURAH No. ccc-ccccc No. ccc-ccccc No. ccc-ccccc No. ccc-ccccc No. ccc-ccccc Gambar 4-1 Jaringan Telpon Kecelakaan Pesawat Udara di bandara

22 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 22 / 58 BAB V TINDAKAN INSTANSI TERKAIT Untuk mewujudkan tugas dan tanggung jawab dari setiap unit kerja maka perlu disusun prosedur yang menyangkut tindakan dari setiap unit kerja secara lebih rinci sehingga tidak menimbulkan duplikasi, keraguan, dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Prosedur tindakan dimaksud adalah: 5.1. Bila Terjadi Kecelakaan Pesawat Udara di Tindakan Aerodrome Control Tower (Tower), setelah mengetahui terjadinya kecelakaan pesawat udara di bandar udara adalah: Membunyikan crash bell (menekan tombol crash alarm); Menyampaikan berita kecelakaan melalui telepon langsung ke unit PKP-PK dengan susunan (Format : 1a); Memberitahu kepada Kacab/ Kabandara bahwa telah terjadi kecelakaan pesud dengan susunan berita sesuai (Format 1a); Mengatur semua pergerakan unit kerja terkait di daerah pergerakan (movement area); Memperhatikan perkembangan api dan proses pemadaman, kondisi runway/ taxyway dengan berkoordinasi ke on-scene Commander; Penutupan landas pacu (bila diperlukan); Memberitahu AIS untuk menerbitkan NOTAM Untuk Bandar udara yang pelayanan LLU nya tidak di kontrol (AFIS) tindakan yang dilakukan adalah : Memberitahu : unit PKP-PK, unit Komunikasi penerbangan, Petugas Ad Bandara yang ada, Kepala Bandara, Pusat pemberitaan militer di bandara. Bila mungkin menghindarkan pesawat datang dengan memberi informasi adanya kecelakaan pesawat udara

23 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 23 / 58 Memberitahu Tim Investigasi, Duty officer, Maintenance support, Unit Meteorologi untuk memperhatikan keadaan cuaca saat itu Tindakan Unit PKP-PK, setelah mendengar bunyi crash bell dan mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara di bandar udara adalah: Tindakan Petugas Watch room akan melakukan: Membunyikan crash bell (bila tower tidak membunyikan) /untuk Kode Memberitahu : a. Pimpinan Unit PKP-PK/ Komandan jaga tentang lokasi kecelakaan; b. memberitahu Sub Fire station (jika lebih dari 1 fire station); c. Memberitahu pimpinan unit PKP-PK (bila sedang tidak dinas); d. Memberitahu pemadam pemda setempat (bila perlu) Mengarahkan agar bala bantuan berkomunikasi dengan watch room untuk menuju lokasi kecelakaan; Memonitor informasi dengan radio komunikasi ke lokasi kecelakaan. Tindakan Kepala unit/ Komandan Jaga PKP-PK dengan Commando Car segera menuju ke lokasi kecelakaan adalah : Memperhatikan situasi lokasi kecelakaan dan arah angin; Menetapkan posisi collection area; Mengarahkan posisi kendaraan PKp-PK; Menunjukkankan jalur/ jalan penyelamatan dari pesawat ke collection area; Minta bantuan tambahan foam dan air Mengkoordinasikan kegiatan dengan komandan pemadam pemda ; Menentukan daerah aman untuk triage area dan lokasi ambulance; melanjutkan evakuasi hingga selesai; Bila api padam total dan korban telah dievakuasi semua, melaporkan kepada komandan lapangan

24 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 Tindakan Tim Kendaraan Rescue langsung menuju lokasi sambil memperhatikan informasi dari tower dan mengambil posisi yang mudah untuk pertolongan adalah : Langsung memadamkan kebakaran terutama dilokasi jalan penyelamatan (bila ada kebakaran); Melaksanakan evakuasi korban di luar pesawat udara bila ada; Mengevakuasi korban dalam pesawat; Tindakan Tim Kendaraan Foam Tender/Combinet Agent langsung menuju lokasi sambil memperhatikan informasi dari tower dan mengambil posisi pemadaman kebakaran adalah: Pemadaman api Melindungi Badan pesawat dengan busa; Melindungi Petugas penolong dan korban yang dievakuasi; Memadamkan api kebakaran hingga tuntas; Mengevakuasi korban; Tindakan Tim Kendaraan Nurse langsung menuju lokasi sambil memperhatikan informasi dari tower dan mengambil posisi untuk menambah air ke Foam Tender dengan melakukan: Menggelar selang langsung ke Foam tender; Mengisi tangki air Foam tender; Mengambil air ke sumber air dan kembali ke lapangan; Tindakan Tim Kendaraan Ambulance PKP-PK langsung menuju lokasi sambil memperhatikan informasi dari tower dan mengambil posisi pada Colecting area serta melakukan: Mengeluarkan tandu dari Ambulance; Memberi pertolongan pertama kepada korban; Memisahkan korban menurut prioritas perawatan yang diperlukan ;

25 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 25 / Memberi identitas korban dengan memasang Tag; Bila diperlukan mengangkut korban menuju RS setempat; Tindakan Unit Keamanan Penerbangan (AVSEC), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat di bandar udara adalah: Tindakan Komandan Keamanan Penerbangan adalah: Memerintahkan anggotanya menuju ke lokasi kecelakaan; Menuju ke lokasi kecelakaan; Memimpin pemasangan garis pengaman (security line); Mengawasi masyarakat agar tidak mendekati tempat kecelakaan; Mengatur arus lalu lintas bantuan ketempat kecelakaan ; Tindakan Para Anggota keamanan penerbangan yang bertugas di lokasi kecelakaan adalah : Mengamankan jalan sepanjang jalur yang akan dilalui kendaraan PKP-PK dan lainnya; Memasang garis pengaman (security line) di sekeliling lokasi kejadian; Menjaga agar masyarakat tidak mendekati lokasi kecelakaan; Menjaga barang-barang milik penumpang ; Tindakan Para Anggota keamanan penerbangan yang bertugas di Rendezvous Point adalah: Mencegah agar orang-orang yang tidak berkepentingan memasuki daerah bandara; Mengarahkan bala bantuan yang datang agar menuju Staging area yang telah ditentukan; Menjaga rendezvous point hingga ada pemberitahuan selesai;

26 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 Tindakan Para Anggota keamanan penerbangan yang bertugas di Staging Area adalah: Mencegah agar orang-orang yang tidak berkepentingan memasuki daerah kecelakaan; Mengarahkan bala bantuan yang datang agar menunggu sampai dengan ada panggilan untuk menuju kelokasi kecelakaan ; Menjaga staging area hingga ada pemberitahuan selesai; Tindakan Para Anggota keamanan penerbangan yang bertugas di pos keamanan penerbangan adalah: Mencatat semua berita/ informasi yang masuk; Memberitahu kepolisian setempat; Berkoordinasi dengan Komandan di lapangan; Tindakan Para Anggota keamanan penerbangan yang bertugas di Tempat penampungan korban (collection area) adalah: Mengatur jalur lalu lintas yang dilalui ambulance ke daerah triage untuk memindahkan korban Mengadakan komunikasi dua arah dengan pos komando; Tindakan Para Anggota keamanan penerbangan yang bertugas di Pos Jaga lainnya akan melakukan: Tetap di pos masing-masing; Berkoordinasi dengan komandan Tindakan Kepala / Kacab, setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah: Mengaktifkan pusat pengendalian keadaaan darurat Langsung menuju lokasi kecelakaan pesawat udara (lihat Grid Map) dan berada di pos Komando;

27 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 Mengamati kondisi kecelakaan dari pos komando dan memberi bantuan keputusan-keputusan bertindak kepada unit-unit yang memerlukan; Mengontrol kegiatan melalui telepon khusus yang telah ditentukan; Menerbitkan NOTAM; Memberi keputusan untuk menutup bandar udara; Memberikan press release; Memerintahkan pelaksanaan pemindahan pesawat udara (setelah ada keputusan dari KNKT); Menyatakan keadaan darurat telah berakhir Melaporkan kepada : Menteri Perhubungan, Dirjen Hubud, ;Dir Kampen, Tindakan Unit Kesehatan / KBU (Airport Medical Center); KKP, setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, akan: Langsung menuju lokasi colection area; Memisahkan korban sesuai prioritas penanganan medis; Memberi bantuan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) kepada korban sesuai jenis luka yang dialami; Memasang tag kepada setiap korban sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; Tindakan Dinas Pemadam Kebakaran Pemda (City Fire Brigade), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara di Bandara XXXX, adalah: Langsung menuju xxxx dan rendezvous point yang telah ditetapkan; Menerima instruksi staging area yang digunakan; Melakukan tugas sesuai prosedur yang telah ditentukan; Tindakan Rumah Sakit (Hospital ), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah:

28 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 Mengerahkan tim medis beserta peralatannya dan Ambulance ke lokasi kejadian kemudian menuju rendezvous point selanjutnya ke collection area; Menyiapkan tempat tidur untuk menampung korban; Berkoordinasi dengan unit Kesehatan selaku koordinator tim medis dalam penanganan korban di lokasi kejadian; Mengangkut korban ke rumah sakit yang dirujuk setelah dilakukan penanganan awal dengan menggunakan ambulance yang sudah disiapkan; Berkoordinasi antar rumah sakit untuk menangani korban yang dirujuk ke rumah sakit terkait; Menginformasikan tentang perkembangan penanganan korban di rumah sakit masing-masing kepada koordinator tim medis; Tindakan Perusahaan Angkutan Udara, setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, akan : Segera bergabung di Emergency Operation Centre; Menyiapkan ruangan untuk keluarga korban/penumpang Menyiapkan ruangan isolasi untuk awak pesawat udara; Menyiapkan petugas untuk meringankan beban stres korban yang selamat; Menyiapkan Pengangkutan dan Perbekalan; Menyiapkan Peralatan Teknik (sesuai jenis pesawat udara); Mengirimkan wakil untuk bergabung dengan Pos Komando (Command Post); Menyampaikan daftar penumpang dan awak pesawat serta bergabung dengan petugas di Triage Area; Mengamankan Bagasi dan Kargo; Mengirimkan personil ke Holding Area; Bertanggung jawab atas pemindahan kerangka/ reruntuhan pesawat; Tindakan Unit SAR (KKR/SKR), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, akan :

29 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx Menuju lokasi kecelakaan dengan peralatan rescue; Berkoordinasi dengan pusat pengendalian keadaan darurat; Membantu pelaksanaan pertolongan/ evakuasi; / 58 Tindakan Kantor Pelayanan Bea Cukai (Custom Office) (hanya untuk Internasional Airport), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah: Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Memeriksa barang bagasi penumpang sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan Komandan Lapangan; Tindakan Kantor Pelayanan Imigrasi (Imigration Office) (hanya untuk Internasional Airport), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalh : Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Melaksanakan tugas sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan Komandan Lapangan; Tindakan Kantor Pelayanan Karantina (Quarantine Office) (hanya untuk Internasional Airport), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah : Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Melaksanakan tugas sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan Komandan Lapangan; Tindakn Kantor Pos (Post Office), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah : Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Melaksanakan tugas sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan Komandan Lapangan;

30 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / Tindakan Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai / KPLP (Coast Guard units), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah : Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Melaksanakan tugas sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan komandan lapangan; Tindakan Polri, setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah : Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Melaksanakan tugas sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan komandan lapangan; Tindakan Tentara Nasional Indonesia/ TNI: ADRI/ AURI/ ALRI (Army/Air Force/ Maritime) setempat, setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, akan : Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Melaksanakan tugas sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan komandan lapangan; Tindakan Unit Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Handling), setelah mendapat berita bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat udara, adalah : Segera bergabung ke Emergency Operation Centre; Melaksanakan tugas sesuai prosedur; Berkoordinasi dengan komandan lapangan; Bila Terjadi Kebakaran Pada Fasilitas/Gedung bandar Udara

31 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx Siapapun yang 31 / 58 mengetahui telah terjadi kebakaran di xxx segera : Menghubungi dinas PKP-PK dan atau pengamanan bandar udara xxx, nomor telepon: ccccc, dengan isi laporan: a. Kebakaran, b. Lokasi kebakaran, c. Identitas pelapor (nama, unit kerja, dll); Padamkan sumber api dengan alat pemadam api ringan/ hidrant yang tersedia disekitar lokasi (bila dapat melakukannya); Membunyikan fire alarm yang terdekat (bila ada); Tindakan Unit PKP-PK, setelah mengetahui telah terjadi kebakaran fasilitas di bandar udara, adalah : Tindakan Petugas Watchroom adalah: Menyiagakan seluruh anggota PKP-PK Memberitahu Tower tentang adanya kebakaran; Tetap berkoordinasi dengan Tower; Menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran Pemda (bila diperlukan) Tindakan Kepala Unit/ Komandan Jaga adalah: Langsung menuju lokasi kebakaran; Berkoordinasi dengan petugas control tower; Mengkoordinir evakuasi, Tim Kendaraan pemadam adalah: Langsung menuju lokasi kebakaran; Memadamkan kebakaran sesuai prosedur; Menyelamatkan orang-orang yang terkurung api;

32 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 Tindakan Petugas Kontrol Tower, setelah mendapatkan informasi dari PKP-PK adalah : Memberitahu Kabandara/ Kacab dengan berita format 1b; Mengatur pergerakan di movement area; Tindakan Petugas Pengamanan Bandar Udara dilokasi, setelah mengetahui terjadi kebakaran fasilitas di bandar udara adalah: Membuka pintu - pintu untuk jalan penyelamatan orang; Melaporkan kepada Posko Pengamanan ; Mencegah terjadinya kekacauan situasi di sekitar lokasi kebakaran; Mengatur lalu lintas kendaraan agar petugas PKP-PK mudah menjangkau lokasi kebakaran; Menghubungi AMC (bila lokasi kebakaran dekat parking stand); Memberitahukan Kepolisian setempat lokasi kejadian; Memasang garis pengaman (security line) Tindakan Administrator / Kabandara/Kacab, setelah mengetahui telah terjadi kebakaran fasilitas di bandar udara, adalah : Melaporkan kepada Menteri Perhubungan; Melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Melaporkan kepada Direktur KAMPEN Memberitahukan Pemerintah Daerah; Tindakan Petugas Kesehatan, setelah mengetahui telah terjadi kebakaran fasilitas di bandar udara, adalah : Mengirim ambulance, dokter dan para medis menuju lokasi kejadian kebakaran;

33 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx Tindakan Unit AMC bandar udara, 33 / 58 setelah mengetahui telah terjadi kebakaran fasilitas di bandar udara, adalah : Berkoordinasi dengan Perusahaan Angkutan Udara untuk pemindahan pesawat udara ke tempat yang dianggap aman; Mengkoordinir pemindahan peralatan GSE; Tindakan POLRI, setelah mengetahui telah terjadi kebakaran fasilitas di bandar udara, adalah : Melaksanakan kegiatan sesuai prosedur dan fungsi Kepolisian; Berkoordinasi dengan Keamanan bandara Tindakan Petugas Humas, setelah mengetahui telah terjadi kebakaran fasilitas di bandar udara, adalah : Memberi pengarahan kepada wartawan yang meliput kebakaran bangunan dibandar udara; Memberi kartu pengenal untuk memasuki tempat pertemuan; Bila Pesawat Udara Dalam Keadaan darurat Penuh (Full Emergency) Tindakan Petugas Kontrol Tower setelah mengetahui adanya pesawat udara menuju bandar udara xxx, dan mengalami gangguan serius, akan: Menghubungi unit PKP-PK untuk siaga II dengan berita sesuai dengan Format IIa; Menyampaikan informasi ke Kabandara/ Kacab bandar udara; Tindakan Unit PKP-PK, adalah : Komandan Jaga melakukan: Segera menuju lokasi standby siaga II, setelah berkoordinasi dengan Tower;

34 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 34 / Mengatur posisi siaga II bagi fasilitas PKP-PK; Mendengarkan instruksi Tower; Tim PKP-PK adalah: Mengikuti instruksi Komandan Jaga; Mendengarkan berita lebih lanjut dari Tower; Memperhatikan pesawat udara yang mengalami gangguan; Tindakan Petugas Keamanan, setelah mengetahui pesawat udara sedang dalam full emergency adalah: Menyiapkan peralatan pengamanan (security line), Megaphone, Rambu-rambu lalu lintas; Siaga di tempat yang telah ditentukan; Tindakan Administrator / Kepala bandar Udara/ Kacab, setelah mengetahui pesawat udara sedang dalam full emergency adalah: Segera berkoordinasi dengan pimpinan petugas tower, pimpinan unit PKP-PK bandar udara, pimpinan keamanan bandar udara dan dinas pelayanan medis Membuat pernyataan/ mengumumkan bahwa keadaan darurat telah selesai jika situasi berkembang lebih baik atau pesawat telah mendarat dengan selamat Mengaktifkan EOC bila keadaan meningkat menjadi siaga Tindakan Perusahaan Angkutan Udara yang bersangkutan, setelah mengetahui pesawat udara sedang dalam full emergency adalah: Menyiapkan petugas teknik pesawat udara; Menyiapkan peralatan ground handling yang diperlukan; Menyiapkan Transportasi dan logistik;

35 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 35 / Menyiapkan Tim Pengamanan bagasi dan Kargo; Menyiapkan peralatan lain untuk pertolongan dan evakuasi Tindakan Pusat Kendali Komando Keadaan Darurat, setelah mengetahui pesawat udara sedang dalam full emergency adalah: Mengkoordinasikan dengan tim bila sewaktu-waktu terjadi perubahan dari siaga 2 menjadi siaga Memantau dan mengantisipasi perkembangan lebih lanjut Siaga di Tempat (Local Standby) Tindakan Petugas Kontrol tower atau AFIS, setelah pilot pesawat udara yang menuju bandar udara menyatakan mengalami gangguan, tetapi tidak mempengaruhi keselamatan dalam pendaratan adalah: Menyampaikan berita kepada unit PKP-PK untuk siaga III; Menyampaikan berita/ informasi sesuai Format III; Tindakan Petugas PKP-PK, setelah mengetahui siaga ditempat adalah: Mengumumkan keadaan siaga III (local standby); Pimpinan unit/ Koja PKP-PK menginstruksikan kendaraan pemadam siap ditempat; Semua Komandan regu memonitor perkembangan kondisi pesawat udara melalui radio komunikasi; Memberitahukan petugas Medis (KKP/KBU); Tindakan Unit Keamanan, : setelah mengetahui siaga ditempat adalah: Komandan meneruskan berita kepada anggotanya untuk siaga III; Anggota berada di tempat / pos tugas masing masing; Menunggu berita lebih lanjut

36 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / Tindakan Administrator / Kepala / Kacab, setelah mengetahui siaga ditempat adalah: Memberitahu Perusahaan Angkutan Udara yang bersangkutan; Memberitahu CIQ (yang melayani penerbangan internasional); Memonitor perkembangan gangguan pesawat udara Tindakan Petugas KKP/KBU, setelah mengetahui siaga ditempat adalah: Menyiapkan Pelayanan Medis untuk siaga III ; Menunggu berita lebih lanjut Tindakan Perusahaan Angkutan Udara, setelah mengetahui siaga ditempat adalah: Menyiapkan peralatan ground handling yang diperlukan; Menyiapkan tempat Pengamanan Barang dan Kargo; Menunggu berita lebih lanjut Tindakan Gangguan melawan Hukum Penanggulangan tindak gangguan melawan hukum mengacu kepada ketentuan dalam Airport Security Program (ASP) masing masing bandara. 5.6 Ancaman Bom di darat (Gedung/Fasilitas /Pesawat di ) Penanggulangan ancaman bom di darat mengacu kepada ketentuan dalam Airport Security Program (ASP) masing masing bandara. 5.7 Insiden Pesawat di Darat

37 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 37 / 58 Insden di bandar udara mungkin memerlukan sebagian atau keseluruhan tindakan untuk kode Bencana Alam di, maka: Tindakan Tower, setelah mengetahui adanya situasi bencana alam, adalah: Menyampaikan berita/ informasi dengan format Menginformasikan kejadian bencana alam kepada perusahaan angkutan udara Tindakan Ketua Emergency Operation Center, setelah mengetahui adanya bencana alam, adalah: Segera mengaktifkan emergency operation center; Melakukan koordinasi dengan unit/ instansi terkait untuk mengambil tindakan pengamanan ; Meminta BMKG untuk menginformaskan perkembangan cuaca/ prediksi pergerakan badai dan potensi bahaya yang kemungkinan akan muncul; Melakukan koordinasi dengan unit terkait tentang kebutuhan sarana/ prasarana yang diperlukan; Mengkoordinasikan agar perusahaan angkutan udara menutup pesawat udara yang di darat dan mengikat dengan pemberat agar tidak tertiup oleh angin badai; Tindakan Unit PKP-PK, setelah mengetahui adanya bencana alam di bandar udara adalah : Segera berkoordinasi dengan petugas control tower; Siaga di tempat; Mengkoordinir evakuasi (bila diperlukan) Tindakan Unit Keamanan, setelah mengetahui adanya bencana alam di bandar udara, adalah:

38 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx / 58 Mengatur lalu lintas kendaraan agar petugas PKP-PK mudah menjangkau lokasi bencana alam; Mengamankan obyek vital Memberitahukan POLRI setempat (bila diperlukan) Tindakan Unit Kesehatan, setelah mengetahui adanya bencana alam di bandar udara adalah: Mengirimkan ambulance, dokter dan para medis menuju lokasi tertentu (bila diperlukan); Berkoordinasi dengan unit PKP-PK dan atau pusat pengendalain keadaan darurat Tindakan Unit AMC, setelah mengetahui adanya bencana alam di bandar udara adalah: Mengkoordinasikan pemindahan pesawat udara dengan perusahaan angkutan udara, (bila diperlukan); Mengkoordinasikan pemindahan peralatan GSE Tindakan Kantor SAR setempat, setelah mengetahui adanya bencana alam di bandar udara adalah: Melaksanakan kegiatan pertolongan sesuai prosedur yang ditentukan, (bila diperlukan) Berkoordinasi dengan EOC Cuaca Buruk di Tindakan Petugas ATC /AFIS, setelah menerima informasi dari petugas BMKG setempat bahwa bandar udara akan/ sedang terjadi cuaca buruk adalah: Meneruskan berita kepada pesawat udara yang menuju ke Bandar udara xxx;

39 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 39 / Menginformasikan kepada petugas PKP-PK untuk Siaga III; Berkoordinasi dengan BMKG setempat tentang perkembangan keadaan cuaca Unit PKP-PK, setelah menerima informasi dari petugas Tower bahwa bandar udara akan/sedang terjadi cuaca buruk adalah: Komandan unit/ jaga PKP-PK melakukan: Mengintruksikan kepada seluruh personil PKP-PK untuk siaga III Berkoordinasi dengan petugas tower, untuk perkembangan lebih lanjut Barang-Barng Berbahaya di Darat Penanggulangan barang/ bahan berbahaya di darat mengacu kepada Dokumen ICAO ketentuan dalam penanggulangan kode Kecelakaan Pesawat Udara di Perairan di Luar bandar Udara Tindakan Petugas ATC atau AFIS, setelah menerima berita kecelakaan pesawat udara di perairan di luar bandara adalah: Segera menginformasikan dengan format 1 kepada: a. Unit PKP-PK untuk persiapan bantuan peralatan ke lokasi kecelakaan; b. Administrator / Kepala / Kacab Bandar Udara; c. Tim SAR untuk persiapan lebih lanjut; d. Perusahaan Angkutan Udara yang bersangkutan Tindakan Unit PKP-PK, setelah menerima berita kecelakaan pesawat udara di perairan di luar bandar udara adalah: Berkoordinasi dengan : a. Dinas Pemadam Kebakaran Pemda, b. Tim SAR (KKR/SKR) setempat, c. Dinas Kesehatan Pemda Membantu pelaksanaan pertolongan bila memungkinkan

40 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 40 / Tindakan Administrator /Kepala /Kacab bandar Udara, setelah menerima berita kecelakaan pesawat udara di perairan di luar bandara adalah: Mengaktifkan Emergency Operation Center; Menghubungi Kantor SAR (KKR/SKR) setempat; Menginformasikan kepada : a. Menteri Perhubungan b. Dirjen Perhubungan Udara, c. Direktur Keamanan Penerbangan, d. PEMDA e. TNI f. POLRI,

41 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 41 / 58 LAMPIRAN

42 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 42 / 58 Lampiran 1 Data-Data NAMA BANDAR UDARA : ALAMAT BANDAR UDARA : TELEPON BANDAR UDARA : FAX BANDAR UDARA : NAMA KABUPATEN/KOTA : NAMA PROPINSI : JAM OPERASI : WIB/WITA/WIT ( UTC) KEMAMPUAN LANDASAN : Pesawa terbesar dan terberat PELAYANAN LALU LINTAS UDARA : ATC/ADC MHz KATEGORI BANDAR UDARA : Kategori xxx. UNTUK PKP-PK KOORDINAT : 00.00;00S; E ELEVASI : 00 M/00 FEET JARAK DARI PUSAT KOTA : 00 KM Arah Timur/Barat/Utara

43 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 43 / 58. Lampiran 2 Contoh : Grid Map xxxx

44 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 44 / 58 Lampiran 3 Contoh : Grid Map Radius 8 km Dari Pusat xxxx

45 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 45 / 58 Lampiran 4 Contoh: Kesepakatan Kerja Sama Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara xxxx DOKUMEN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

46 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 46 / 58 BANDAR UDARA XXXXX KESEPAKATAN KERJA SAMA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT BANDAR UDARA XXX Nama Instansi : Alamat Instansi : Mengacu pada Dokumen rencana Penanggulangan Keadaan Darurat, yang diterbitkan pada tanggal, beserta prosedur dan instruksi yang tertuang pada dokumen ini, kami menyepakati untuk bekerja sama dalam penanggulangan keadaan darurat bandara xxxx, sebagaimana tertera dalam prosedur dan akan melaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sesuai yang tertera dialamnya., Nama Instansi ttd (Nama perwakilan instansi) Lampiran 5 Contoh: Bagan Organisasi Komite Keadaaan Darurat xxxx BAGAN ORGANISASI KOMITE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

47 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 47 / 58 BANDAR UDARA XXXX Ketua PKDxxxx Wakil ketua PKDxxxx Sekretaris PKDxxxx Anggota PKDxxxx KETERANGAN BAGAN KOMITE Jabatan Dlm Komite Ketua Jabatan dlm Instansi Instansi Fax: Alamat Instansi Keterangan Merangkap anggota Xxxxx Adbandara/ bandara / cabang bandara Merangkap anggota Merangkap anggota Kepala Kantor Wakil Ketua Sekretaris HP/Telp: Anggota xxxx Anggota Anggota Catatan : Pengisian jabatan dalam bagan komite disesuaikan dengan kondisi bandara setempat Lampiran 6 Contoh: Jaringan Komando JARINGAN KOMANDO KOMANDAN LAPANGAN

48 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx KOMANDAN PKP-PK KOMANDAN SECURITY KOORDINATOR MEDIS KOMANDAN AMBULANCE KOMANDAN DAMKAR 48 / 58 KOMANDAN POLISI KOORDINATOR RS KOORDINATOR TRANSPORTASI PIMPINAN MASKAPAI PENERBANGAN NO A Lampiran 7 Contoh: TAG untuk Korban Kecelakaan Pesawat Udara. TAG KORBAN KECELAKAAN PESAWAT UDARA NO A Halaman depan NO A Halaman belakang NO A NO A

49 Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat xxxx 49 / 58 Lampiran 8. Contoh : Lokasi Kecelakaan, Colection Area, Triage, Care Area

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI 1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Junior PKP-PK 1.1 Lokasi penting dalam penanggulangan gawat darurat 1.1.1 Rendezpous point Adalah tempat tertentu di bandar udara yang disediakan

Lebih terperinci

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI 1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Basic PKP-PK 1.1 1.2 Pengertian tentang gawat darurat bandar udara 1.1.1 Kondisi bandar udara dibawah batas normal Gawat darurat adalah kondisi dimana

Lebih terperinci

Tanggal : 13 JULI 2015

Tanggal : 13 JULI 2015 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 479 TAHUN 2015 Tanggal : 13 JULI 2015 PETUNJUK PENYUSUNAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT NO MATERI Lembar Pengesahan Penerimaan

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1306, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pesawat Udara. Rusak. Bandar Udara. Pemindahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.128 TAHUN 2015 TENTANG PEMINDAHAN PESAWAT

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 479 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 479 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 479 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 90 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 90 TAHUN 2016 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 90 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 130 TAHUN 2916 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

9 Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan

9 Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirfktorat-ifnderal PFRHIIRHNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 420 TAHUN 2011 TENTANG PERSYARATAN STANDAR TEKNIS DAN OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI 1.1 "Wajib" digunakan dalam Lampiran untuk menunjukkan suatu ketentuan, penerapan yang seragam

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 14 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 {MANUAL OF STANDARD CASR PART 139) VOLUME IV

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP.378 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP.378 TAHUN 2011 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP.378 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 301 / V /2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 301 / V /2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 301 / V /2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 10 (ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-10), RENCANA

Lebih terperinci

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 1. TUJUAN Sebagai pedoman untuk menghadapi keadaan darurat. Untuk menyelamatkan jiwa manusia, lingkungan dan asset perusahaan.

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2015, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1431, 2015 KEMENHUB. Keamanan Penerbangan Nasional. Darurat. Penanggulangan. Program. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 140 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

SKEP /40/ III / 2010

SKEP /40/ III / 2010 SKEP /40/ III / 2010 PETUNJUK DAN TATA CARA PELAPORAN KEJADIAN, KEJADIAN SERIUS DAN KECELAKAAN DI BANDAR UDARA BAGIAN 139-04 (ADVISORY CIRCULAR PART 139 04, INCIDENT, SERIOUS INCIDENT, AND ACCIDENT REPORT)

Lebih terperinci

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT 1. TUJUAN Sebagai pedoman untuk menghadapi keadaan darurat. Untuk menyelamatkan jiwa manusia, lingkungan dan asset perusahaan. 2. RUANG LINGKUP Yang termasuk keadaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga aspek yaitu keselamatan penerbangan (safety), keselamatan gedung (security), dan total quality management

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 479 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 479 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 479 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2017 HANKAM. Pencarian dan Operasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6061) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN (PPBK) PADA DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG BUPATI MALANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG nphhnmp KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PH 190 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENANGANAN OPERASI IREGULER BANDAR UDARA (AIRPORT JRREGULAR OPERATION)

Lebih terperinci

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Posted by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering. Standar dan regulasi terkait dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas ruang dan jarak. Tatanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1865, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Operasi Iraguler. Penaganan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 190 TAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENANGANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang-undang Nomor 15

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Kebijakan 1. Pencarian, pertolongan dan evakuasi

Lebih terperinci

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) 1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) Adopsi Amandemen untuk Konvensi Internasional tentang Pencarian

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lima tahun terakhir angkutan udara di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Data angkutan udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN

Lebih terperinci

Advisory Circular 92-01

Advisory Circular 92-01 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/27/ II / 2009 TANGGAL : 13 FEBRUARY 2009 Advisory Circular 92-01 THE HANDLING AND CARRIAGE OF DANGEROUS GOODS ON THE OPERATOR S AIRCRAFT.

Lebih terperinci

KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, 28-29 AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DASAR PELAKSANAAN Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM NO 61 TAHUN 2015 Tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1157, 2014 KEMENHAN. Penanggulangan Bencana. Evakuasi Medik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG EVAKUASI MEDIK DALAM PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa tingkat kepadatan hunian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN UMUM Keamanan dan keselamatan penerbangan memiliki peranan yang penting dan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki dalam setiap moda transportasi. Salah satu moda transportasi yang harus memiliki standar peraturan keamanan

Lebih terperinci

yang tidak menyediakan bahan pemadam api sesuai dengan

yang tidak menyediakan bahan pemadam api sesuai dengan -21-5.139. 5.140. 5.141. 5.142. 5.143. 5.144. 5.145. 5.146. 5.147. 5.148. 5.149. 5.150. 5.151. 5.152. 5.153. 5.154. 5.155. yang tidak dilengkapi dengan pemadam api sesuai dengan kategori bandar udara untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara, 1. Kebandarudaraan

Lebih terperinci

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5448 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 156) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1378, 2016 KEMENHUB. Pesawat Udara Sipil Asing. Angkutan Udara Bukan Niaga. Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE (SAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN (SAR)

STANDAR PELAYANAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN (SAR) Lampiran I Surat Keputusan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nomor: SK.KBSN 110/VII/BSN-2017 Tanggal : 14 Juli 2017 STANDAR PELAYANAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN (SAR) A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan penerbangan selalu menjadi hal serius selama bertahun-tahun hal ini dikarenakan resiko kematian yang di akibatkan oleh suatu kecelakaan pesawat terbang

Lebih terperinci

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang No. 397, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pencarian dan Pertolongan Bantuan Militer Asing. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN MILITER ASING

Lebih terperinci

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG TINDAK LANJUT HASIL RAPAT KOORDINASI TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Lembaga Penyelenggaraan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Lembaga Penyelenggaraan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara No.1288, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penerbangan Nasional. Keamanan. Program. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEAMANAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 002 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8 No.1031, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. IMB. Bandar Udara. Pemberian dan Persetujuan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 87 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001 TATA CARA PELAKSANAAN SIAGA SEARCH AND RESCUE (SAR) DAN PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa membuat persaingan dalam dunia pekerjaan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN KECELAKAAN DAN KEBAKARAN PADA BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA ABSTRAK

ANALISIS KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN KECELAKAAN DAN KEBAKARAN PADA BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA ABSTRAK ANALISIS KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN KECELAKAAN DAN KEBAKARAN PADA BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA Kaleb Andrian NRP: 1321003 Pembimbing: Deni Setiawan, S.T., M.T. ABSTRAK Bandar Udara Husein Sastranegara

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.689, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sistem Tanpa Awak. Pesawat Udara. Pengendalian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 47 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2016 BASARNAS. Pencarian dan Pertolongan. Pelaksanaan. Pembiayaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DISASTER PLAN. Oleh : dr. Iryani R ambarwati

DISASTER PLAN. Oleh : dr. Iryani R ambarwati DISASTER PLAN Oleh : dr. Iryani R ambarwati PENGERTIAN Bencana / musibah masal adalah suatu keadaan dimana terjadi kecelakaan atau bencana alam dan atau bencana yang di buat oleh manusia yang dalam waktu

Lebih terperinci

2018, No Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 273/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret

2018, No Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 273/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret No.269, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kantor UPBU Mutiara Sis Al-Jufri. ORTA. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 15 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan 18 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan KNKT berdasarkan : Keputusan Presiden nomor 105 tahun 1999 Bab I Psl 1 ayat (1) Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1773, 2015 KEMENHUB. Pengoperasian Sistem. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Dilayani Indonesia. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] BAB XXII KETENTUAN PIDANA Pasal 401 Setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara Indonesia atau pesawat udara asing yang memasuki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara Niaga. Keterlambatan Penerbangan. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

Penggunaan APAR dan Kedaruratan Penggunaan APAR dan Kedaruratan II. 7 Kode Darurat per 2012 Code Blue (Kegawatdaruratan Medis) Code Red (Kebakaran) Code Grey (Gangguan Keamanan) Code Pink (Penculikan Bayi) Code Purple (Evakuasi) Code

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

Teknis fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di bandar udara

Teknis fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di bandar udara Standar Nasional Indonesia Teknis fasilitas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) di bandar udara ICS 03.220.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 167 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDAR,A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG APRON MANAGEMENT SERVICE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

STANDAR OPRASIONALPROSEDUR (SOP) SAR SAT SABHARA POLRES MATARAM

STANDAR OPRASIONALPROSEDUR (SOP) SAR SAT SABHARA POLRES MATARAM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DA ERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPRASIONALPROSEDUR (SOP) SAR SAT SABHARA POLRES MATARAM I. DASAR A. KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan keselamatan penerbangan merupakan hal yang menjadi prioritas utama untuk mencapai sasaran program pemerintah road map to zerro accident. Dalam peraturan

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa musibah yang dialami manusia

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TOLITOLI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F D I P R E S E N T A S I K A N P A D A : P E M B E K A L A N F A S I L I T A T

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN DI BIDANG MANAJEMEN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 14 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 {MANUAL OF STANDARD CASR PART 139) VOLUME IV

Lebih terperinci

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORATJENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 83 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA ORGANISASIDANTATAKERJA KANTORUNIT PENYELENGGARA BANDARUDARABUDIARTO a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti ketentuan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PELAYANAN PERTOLONGAN KECELAKAAN PENERBANGAN DAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1155, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Prosedur Investigasi Kecelakaan dan Kejadian Serius Pesawat Udara Sipil. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 830. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci