BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian dengan Judul Kosakata Busana pada Rubrik Busana sebagai Materi Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan oleh Aminah Adnan Tahun 2003 Skripsi tersebut mendeskripsikan jenis kosakata yang meliputi kosakata umum, kosakata khusus, kosakata aktif, kosakata pasif, kosakata asli dan kosakata serapan. Kemudian mengenai makna kata, jenis makna kata yang meliputi makna konotatif, makna denotatif, makna leksikal, makna gramatikal, makna lugas dan makna kias pada rubrik Busana sebagai Materi Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan. Data yang digunakan adalah kosakata busana pada rubrik Busana sebagai Materi Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan. Selain itu digunakan teori jenis busana, meliputi busana rumah, busana kerja, busana pesta, busana rekreasi dan busana olahraga. Sumber data yang digunakan adalah media cetak majalah Kartini, yaitu kosakata pada rubrik busana majalah Kartini nomor 2015,2019, 2023, 2030, 2033, 2036, 2037, 2039, 2041, 2047, 2049, 2052, 2067, 2068, 2069, 2070, 2071, dan 2072, tanggal 27 Juli 2000 sampai dengan tanggal 31 Oktober Pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap atau teknik SBLC. Untuk menyediakan data tulis digunakan metode pustaka Persamaan penelitian yang dilakukan Aminah Adnan dengan penelitian ini, sama-sama menganalisis kosakata. Perbedaannya terletak pada data dan sumber data yang digunakan. Data yang digunakan peneliti berupa kosakata pada ungkapan gaya hidup dalam wacana acara Orang Pinggitan di Trans7 periode Maret Sedangkan 6

2 7 data penelitian Aminah Adnan adalah kosakata busana pada rubrik Busana sebagai Materi Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan. 2. Penelitian dengan Judul Analisis Gilir Tutur pada Acara Talkshow Hitam Putih yang Ditayangkan Trans7 oleh Indah Februani Tahun 2013 Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan gilir tutur pada tayangan acara talk show Hitam Putih di Trans7. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menguraikan atau mendeskripsikan serta memaparkan data yang kemudian dilanjutkan dengan penganalisisan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan dari para peserta percakapan acara talk show Hitam Putih yang ditayangkan di Trans7. Tuturan yang diambil berupa cara memperoleh gilir tutur dengan cara memperoleh, mencuri, merebut, mengganti, menciptakan dan melanjutkan dari tayangan talk show Hitam Putih edisi on the weekend pada Mei tanggal 6,17,20, 27 tahun Sumber data dalam penelitian ini diambil dari acara talk show Hitam Putih. Persamaan penelitian Indah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitian yang digunakan, yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada data dan sumber data. Data yang digunakan peneliti berupa kosakata pada ungkapan gaya hidup dalam wacana acara Orang Pinggitan di Trans7 episode Maret 2014, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan data tuturan dari para peserta pada percakapan acara talk show Hitam Putih di Trans7. Sumber data yang digunakan peneliti berupa wacana ungkapan gaya hidup dalam acara Orang Pinggiran episode Maret 2014, yang tayang pada hari Kamis pukul WIB di Trans7, sedangkan peneliti terdahulu pada acara talk show Hitam Putih.

3 8 B. Kosakata 1. Pengertian Kosakata Kosakata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 499) adalah perbendaharaan kata. Kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Banyaknya kata tidak dapat disebutkan jumlahnya dengan pasti, karena kata-kata itu merupakan bagian dari sistem bahasa yang rentan terhadap perubahan dan perkembangan sosial budaya masyarakat, sehingga jumlahnya sewaktu-waktu dapat bertambah maupun berkurang (Chaer, 2007: 6-7). Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Soedjito (1992: 24) kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan daftar kata yang disusun seperti kamus serta penjelasan secara singkat dan praktis. Kualitas penguasaan kosakata seseorang akan mempengaruhi empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini menandai bahwa penguasaan kosakata sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa seseorang karena ide-ide seseorang tak akan mungkin dapat disampaikan tanpa melalui kata-kata. Penguasaan kosakata merupakan salah satu syarat utama yang menentukan keberhasilan seseorang untuk terampil berbahasa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang semakin mudah pula ia menyampaikan dan menerima informasi, baik secara lisan maupun tulisan. Tarigan (2008: 2) menjelaskan, penguasaan kosakata sangat diperlukan dalam setiap keterampilan berbahasa, baik itu menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kosakata atau perbendaharaan kata adalah himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang

4 9 tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Penguasaan kosakata sangat diperlukan dalam setiap keterampilan bahasa. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap sangat penting, baik dalam proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah banyak diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang semakin mudah dia menyampaikan dan menerima informasi, baik secara lisan maupun tulisan. 2. Jenis-Jenis Kosakata Setiap kata mengandung makna dan mempunyai peran di dalam pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran yang dimiliki sesuai dengan jenis atau macam dari kata-kata tersebut serta penggunaannya di dalam kalimat. Chaer (2007: 86) menggolongkan katakata dalam beberapa jenis sesuai konsep makna yang dimiliki atau peran yang harus dilakukan. Jenis-jenis kosakata tersebut meliputi kata benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat, kata sapaan, kata penunjuk, kata bilangan, kata penyangkal, kata depan, kata penghubung, kata keterangan, kata tanya, kata seru, kata sandang, dan kata partikel. Sedangkan menurut Tarigan (1994: 447) jenis kosakata meliputi: kosakata dasar, kosakata aktif dan pasif, kosakata umum dan khusus, kosakata asli dan serapan. Menurut Redaksi Transmedia (2010: 37) kosakata meliputi kosakata baku dan nonbaku. Secara umum, kosakata meliputi: kosakata umum dan khusus, kosakata baku dan nonbaku, kosakata asli dan serapan. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kosakata mempunyai beberapa jenis yang didasarkan pada konsep makna yang dimiliki. Dalam hal ini, peneliti

5 10 akan menjabarkan jenis-jenis kosakata secara umum. Jenis-jenis kosakata tersebut akan dijabarkan sebagai berikut: a. Kosakata Umum dan Khusus Menurut Tarigan (1994: 449), kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya dan dapat menaungi berbagai hal, sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu, sempit, dan terbatas dalam pemakaiannya. Menurut Hurlock (1978: 187), kosakata umum terdiri atas kata yang dapat digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda, sedangkan kosakata khusus terdiri atas kata dan arti spesifik yang hanya digunakan pada situasi tertentu. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kosakata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup makna luas, sedangkan kosakata khusus adalah kata yang memiliki ruang lingkup makna sempit atau terbatas. Sebagai contoh dapat tergambar dari tabel 2.3 berikut: Tabel 2.1 Kosakata Umum dan Khusus Buah unggas bunga warna dsb. Umum Khusus apel, jeruk, semangka ayam, burung mawar, melati, kamboja merah, kuning, hijau dsb. b. Kosakata Baku dan Nonbaku Menurut Kosasih (2012: 83) kosakata baku adalah kata yang cara pengucapan ataupun penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum. Sedangkan kata nonbaku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya tidak memenuhi kaidah standar atau baku. Mufid (2015: 7) kata baku adalah kata yang telah diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Adapun

6 11 secara khusus dapat dipahami sebagai kata yang secara sosial lebih disenangi pemakaiannya, terlebih bagi mereka yang dianggap berpendidikan disekitar masyarakat bahasa ( pelajar dan mahasiswa). Kata baku juga digunakan dalam bahasa baku dengan konteks ragam bahasa yang berpendidikan. Sedangkan kata nonbaku adalah kata yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tatabahasa, dan kosakatanya dari kata baku. Singkatnya, kata tidak baku dapat dipahami sebagai katakata atau ungkapan yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yang umumnya dipakai dalam percakapan atau tulisan tidak resmi. Menurut pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata baku dan nonbaku hanyalah istilah yang dipakai guna mempermudah memahami kaidah-kaidah yang biasa digunakan dalam masyarakat, baik secara umum maupun khusus. Kata baku dan nonbaku bukanlah pembahasan mengenai kata benar atau kata tidak benar. Dengan kata lain, kata baku tidak berarti kata yang benar pemakaiannya, sedang kata tidak baku adalah kata yang salah atau tidak boleh digunakan. Transmedia (2010: 38) memberikan beberapa contoh kosakata baku dan nonbaku sebagai berikut: Tabel 2.2 Kosakata Baku dan Nonbaku Kosakata Baku Cabai Camilan Dengan Mengapa Tidak Kosakata Nonbaku Cabe Cemilan Sama Kenapa Enggak c. Kosakata Asli dan Serapan Departemen Pendidikan Nasional (2007: 514) menyebutkan bahwa kata serapan (juga kata pungutan atau kata pinjam) adalah kata yang diserap dari bahasa lain, dan sebaliknya kosakata asli adalah kata yang tidak dipengaruhi atau diserap dari bahasa lain.

7 12 Kridalaksana (2011: 112) menamakannya kata pinjaman yaitu kata yang dipinjam dari bahasa lain dan kemudian sedikit banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain yang masuk ke dalam bahasa Indonesia akibat terjadinya kontak antar bahasa. Kontak tersebut menimbulkan serapan kata yang bermakna. Dalam bahasa Indonesia jika tidak ditemukan istilah yang tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan sebagai sumber peristilahan Indonesia. Dari kosakata bahasa asing tersebut dibentuk istilah baru dengan cara menerjemahkan atau menyerap istilah asing. C. Makna Kata 1. Pengertian Makna Kata Depdiknas (2007: 7003) pengertian makna terbagi menjadi dua yaitu: (1) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu. (2) maksud dari pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Menurut Djajasudarma (2009: 7) makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Sedangkan Lyons (dalam Djajasudarma, 2009: 7) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Djajasudarma (2009: 3) berpendapat bahwa makna mempunyai empat aspek yang dapat dipertimbangkan dari fungsi, dan dibedakan atas (1) sense (pengertian), (2) feelling (perasaan), (3) tone (nada), dan (4) intension (tujuan). Keempat aspek tersebut dapat dipertimbangkan melalui data bahasa Indonesia sebagai contoh pemahaman makna tersebut.

8 13 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna kata adalah arti yang mengandung maksud dan tujuan. Makna juuga merupakan konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai makna. Semua hal yang ditunjuk oleh para pemakai bahasa mengandung makna sehingga mereka dapat saling mengerti akan maksud dari tujuan tersebut. Makna merupakan pengertian yang diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Makna sebuah kata didasarkan pada kesepakatan dari pemakainya sehingga dapat saling dimengerti. 2. Jenis-Jenis Makna Kata Chaer (1994: ) membagi makna kata menjadi beberapa jenis antara lain: makna leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial dan nonreferensial, denotatif, konotatif, konseptual, asosiatif, kata idiom serta makna peribahasa. Sedangkan Djajasudarma (2009: 7) membagi makna kedalam 12 jenis antara lain: Makna sempit, luas, kognitif, konotatif dan emotif, referensial, konstruksi, leksikal dan gramatikal, idesional, proposisi, pusat, piktorial, dan makna idiomatik. Secara umum, makna kata meliputi: Makna denotatif dan makna konotatif. Berdasarkan uraian tersebut, pada kesempatan kali ini peneliti akan membahas dua jenis makna kata yaitu makna denotatif dan konotatif. Kedua makna tersebut akan dijabarkan sebagai berikut: a. Makna Denotatif Kridalaksana (2001: 98) menyatakan bahwa makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Redaksi Transmrdia (2010: 88) menyatakan makna denotatif adalah makna suatu kata sesuai dengan konsep asalnya, apa adanya tanpa mengalami perubahan atau penambahan makna. Parera ( 2004: 99)

9 14 menyatakan bahwa makna denotatif suatu kata merupakan makna yang wajar, yang asli, yang muncul pertama, yang diketahui pada mulanya, atau makna yang sesuai pada kenyataan (sebenarnya). Dengan demikian dapat disimpulkan makna denotatif adalah makna sebenarnya yang tidak mengalami perubahan atau penambahan makna. Contoh: (1) Rani sedang makan pisang goreng. (2) Kaki ayah terjepit pintu. Pada contoh kalimat (1) mengandung makna yang sebenarnya, yaitu Rani sedang memakan pisang yang digoreng menggunakan minyak goreng. Kemudian makna sebenarnya yang timbul dari contoh (2) adalah kaki (anggota tubuh bagian bawah yang digunakan untuk berjalan) ayah terjepit pintu. b. Makna Konotatif Menurut Djajasudarma (2009: 12), makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Menurut Pateda (2010: 112) makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Tarigan (1995: 56) menyatakan bahwa makna konotatif merupakan responsi-responsi emosional yang sering bersifat perorangan serta timbul dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada kebanyakan para pemakainya. Menurut Redaksi Transmedia (2010: 88) makna konotatif adalah makna yang mengalami perubahan atau penambahan dari makna asalnya. Parera (2004: 99) menyatakan bahwa makna konotatif bersifat merangsang dan menggugah panca indra, perasaan, sikap, keyakinan dan keperluan tertentu. Lehrer (dalam Chaer, 2007: 152) menyatakan bahwa konotatif yang berkaitan dengan nilai rasa kata maksudnya, berkenaan dengan adanya rasa senang atau tidak adanya rasa senang pada seseorang

10 15 apabila mendengar atau membaca kata tersebut. Timbulnya rasa senang karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang menyenangkan (positif), timbulnya rasa tidak senang karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan (negatif). Contoh: (3) Rani makan hati karena tingkah laku suaminya. (4) Kimi terkenal sebagai kutu buku di sekolahnya. Kata makan hati pada contoh (3) merupakan makna kiasan yang mempunyai arti tersiksa hati dan pikiran karena kelakuan suaminya yang kurang baik. Sedangkan kata kutu buku merupakan kiasan dari orang yang sangat rajin membaca dan sering terlihat membaca buku. Dengan demikian dapat disimpulkan makna konotatif adalah makna suatu kata yang berdasarkan perasaan (nilai rasa) atau pikiran seseorang yang melakukan perubahan atau penambahan makna. Makna konotatif merupakan nilai rasa yang ditambahkan pada kata-kata yang bersangkutam. D. Wacana 1. Pengertian Wacana Menurut Kridalaksana (2011: 259) wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Tarigan (1993: 23) mengatakan bahwa istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara lakon. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tinggi atau terbesar (Chaer, 2012: 267).

11 16 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri ensiklopedi). Wacana bukan hanya mencakup percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara lakon. Wacana juga merupakan satuan bahasa yang terlengkap, yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan yang utuh, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Wacana bersifat komunikatif, interpretatif dan kontekstual. 2. Jenis-Jenis Wacana Pada dasarnya, klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan, perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan, dan teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru. Menurut Mulyana (2005: 47:63) wacana dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu: (1) berdasarkan bentuk, (2) berdasarkan media penyampaian, (3) berdasarkan jumlah penutur, (4) berdasarkan sifat, (5) berdasarkan isi, (6) berdasarkan gaya dan tujuan. Menurut Marwoto, dkk., (1987: ) wacana dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) jika ditinjau dari aspek hubungan pembicara dan pendengar yakni: wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog dan (2) berdasarkan tujuan: wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, dan wacana persuasif. Dalam penelitian ini klasifikasi wacana dibatasi dua jenis menurut dasar pengklasifikasiannya, yaitu berdasarkan media penyampaiannya dan tujuannya. Hal ini dikarenakan kedua klasifikasi wacana tersebut merupakan hal yang dibutuhkan dalam penelitian dan sesuai dengan judul penelitian.

12 17 a. Berdasarkan Media Penyampaiannya Menurut Mulyana (2005: 51-52) berdasarkan media penyampaiannya. Wacana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu wacana tulis dan lisan. Wacana tulis yaitu jenis wacana yang yang disampaikan melalui tulisan. Wacana lisan yaitu wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai wacana tulis dan wacana lisan. 1) Wacana tulis yaitu jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan karena tulisan merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana tulis sering dipertukarkan maknanya dengan teks atau naskah. Kedua istilah tersebut kurang mendapat tempat dalam kajian wacana. Apalagi, istilah teks atau naskah tampaknya berorientasi pada huruf, sedangkan gambar tidak termasuk di dalamnya. 2) Wacana lisan yaitu jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran. Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa pertama kali lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang utama, primer dan sebenarnya adalah wacana lisan. Wacana lisan meliliki beberapa kelebihan yaitu, bersifat alami dan langsung, mengandung unsur-unsur prosodi bahasa, memiliki sifat suprasentensial dan berlatar belakang konteks situasional. b. Berdasarkan Tujuannya Menurut Marwoto (1987: ) wacana dapat dikelompokkan mejadi lima yaitu wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana

13 18 argumentasi. Wacana narasi mengisahkan suatu kejadian berdasarkan urutan waktu. Wacana deskripsi wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Wacana eksposisi menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Wacana persuasi membujuk pembaca agar mau berbuat sesuai dengan keinginan penulisnya. Wacana argumentasi meyakinkan pembaca agar mau mengubah pandangan kemudian mengikuti pandangan penulis. Wacana dalam acara Orang Pinggiran merupakan wacana deskripsi karena menceritakan suatu objek dengan gambaran mengenai keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan hal tersebut. E. Wacana Orang Pinggiran di Trans7 Orang pinggiran merupakan program acara semi dokumenter yang mengulas tentang perjuangan orang pinggiran untuk dapat bertahan hidup meskipun kehidupan mereka terus terkikis oleh perkembangan zaman. Motivasi dan semangat mereka dalam mengatasi berbagai halangan demi memenuhi kebutuhan hidup walaupun dengan keterbatasan dan ketertinggalan menjadi inspirasi bagi penonton. Orang pinggiran adalah program tayangan yang menyentuh sisi humanis dan jiwa sosial penontonnya. Tayangan ini ditayangkan setiap hari Kamis dengan durasi 45 menit, pukul WIB. Pada tayangan ini penonton diajak untuk larut dalam lika-liku perjuangan manusia hanya untuk sekedar bertahan hidup (anak-negeri.blogspot.com). Umumnya yang menjadi subjek ataupun pelaku utama dalam tayangan ini adalah seorang fakir miskin dengan segala keterbatasan rezeki, fisik dan latar belakang keluarganya. Takdir yang menempatkan mereka dalam kondisi tertinggal tidak lantas

14 19 menyurutkan semangat mereka untuk mencari nafkah demi sesuap nasi. Kesulitan hidup mereka masih ditambah dengan adanya anggota keluarga yang menderita sakit menahun atau beban kebutuhan primer lainnya seperti biaya pendidikan bagi anak. Selain itu, masalah sandang, pangan dan papan juga kerap dipaparkan dalam tayangan tersebut. Seperti yang terjadi pada episode Rindu di Ujung Senja yang tayang pada tanggal 13 Maret Tayangan tersebut menceritakan tentang kehidupan seorang nenek bernama Pinah yang tidak mempunyai anak dan hidup dengan menjual garam. Ia menjual garamnya dengan harga yang begitu murah dan harus berkeliling kampung supaya garam jualannya habis. Pinah menjual garam untuk bertahan hidup walaupun garam hasil olahannya sudah kalah saing dengan dengan garam hasil olahan industri. Kemudian episode Persembahan Hidup untuk Biyung yang tayang pada tanggal 20 Maret Tayangan tersebut bercerita tentang kehidupan seorang anak bernama Andri yang hidup bersama neneknya yang bernama Diyem dari kecil. Ibu dan ayahnya bercerai ketika Andri masih dalam kandungan, kemudian ibunya meninggal saat melahirkan Andri. Andri hidup bersama neneknya dari lahir. Sejak kelas 5 SD Andri menggantungkan hidupnya untuk bekerja di industri kerupuk rambak demi mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan neneknya. Kedua episode tersebut banyak mengandung kosakata dan makna kata sebagai ungkapan gaya hidup. Selain itu pada episode Rindu di Ujung Senja dan Persembahan Hidup untuk Biyung dapat dijadikan cerminan hidup bahwa betapa di era globalisasi seperti sekarang masih terdapat sederetan kaum marjinal ditengah ganasnya arus globalisasi. Mereka orang pinggiran bukan lantas untuk dipinggirkan. Trans7 adalah salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Trans7 berada dalam media CT Corp di bawah payung Transmedia. Awalnya Trans7 bernama TV7

15 20 yang berdiri pada 2 Maret Keberadaan TV7 telah diumumkan dalam berita negara nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Kemudian dengan adanya kerjasama strategis antara para group dan kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, lahirlah Trans7. Pada 15 Desember 2006 dilakukan relaunching dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans7. Stasiun televisi ini menyajikan tayangan yang menomorsatukan kecerdasan, ketajaman, kehangatan, kepribadian yang aktif serta penuh hiburan. Trans7 diharapkan menjadi televisi yang maju dengan program yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif. F. Gaya Hidup Gaya hidup menurut Engel (1994: 399) adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah hasil dari jajaran total ekonomi budaya, kekuatan kehidupan sosial yang menyokong kualitas manusia seseorang. Sedangkan Sutisna (2003: 145) mengemukakan gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat) dan mengelompokkan dalam tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Gaya Hidup Aktivitas Ketertarikan ( Interests ) Opini Bekerja Pekerjaan Bisnis Peristiwa Sosial Makanan Budaya 1. Bekerja Berdasarkan tabel 2.3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: (Sutisna, 2003: 145) Bekerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007 : 554) adalah

16 21 melakukan sesuatu pekerjaan (perbuatan) atau berbuat sesuatu. Dengan demikian bekerja merupakan aktivitas fisik maupun pikiran dalam mengerjakan atau nmenyelesaikan sesuatu. Dalam bekerja ada aturan sesuai dengan kriteria prosedur maupun aturan tertentu. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang dapat menghasilkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2. Peristiwa Sosial Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 811) peristiwa adalah kejadian atau hal luar biasa yang benar-benar terjadi. Sedangkan sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 1189) adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Dengan demikian peristiwa sosial adalah peristiwa yang lebih menitik beratkan pada kehidupan manusia (hubungan antar manusia). Peristiwa sosial yang terjadi atau timbul yang dapat disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Juga dapat disimpulkan peristiwa sosial merupakan kejadian-kejadian yang ada dimasyarakat. 3. Pekerjaan Pekerjaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 554) pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb), tugas kewajiban atau perbuatan. Dengan demikian pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu. Ada pekerjaan yang menghasilkan barang dan ada pula yang menyediakan jasa. Pekerjaan menghasilkan barang dapat dilihat hasilnya. Adapun pekerjaan memberikan jasa hanya dapat dirasakan manfaat dari layanannya.

17 22 4. Makanan Makanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 699) adalah segala sesuatu yang dapat dimakan (lauk pauk, kue dan lain-lain). Segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk jaringan tubuh, memberikan tenaga dan mengatur semua proses dalam tubuh. Dengan demikian makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan dan setelah dicerna serta diserap oleh tubuh akan berguna bagi kesehatan dan kelangsungan hidup. Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil bertani atau berkebun yang meliputi sumber hewan dan tumbuhan. Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan lain-lain. 5. Bisnis Bisnis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 150) adalah usaha komersial dalam dunia perdagangan, bidang usaha atau usaha dagang. Dengan demikian bisnis merupakan usaha menjual barang atau jasa yang dilakukan oleh perorangan, sekelompok orang atau organisasi kepada konsumen (masyarakat) dengan tujuan utamanya adalah memperoleh keuntungan. Pada dasarnya, kita melakukan bisnis adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan. Untuk memulai suatu bisnis, semua orang dapat melakukan bisnis, termasuk mahasiswa atau pelajar. 6. Budaya Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 222) adalah pikiran atau akal budi. Dengan demikian budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi

18 23 ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Gaya hidup masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya, bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Hal ini sangat dipengaruhi dengan budaya dan globalisasi suatu masyarakat. Berdasarkan pernyataan tentang gaya hidup, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup merupakan pola tingkah laku sehari-hari sekelompok manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup juga dapat diartikan sebagai aktivitas seseorang, ketertarikan dan cara berpikir seseorang dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan seperti cara berpakaian, kosakata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, tingkat ekonomi, dan lain-lain. Gaya hidup sering dihubungkan dengan kelas sosial ekonomi dan menunjukkan citra seseorang. Tampaknya manusia dalam berbudaya kini tidak lagi sekedar membeli barang, tetapi membeli merek, dan merek bukanlah sekedar nama. Banyaknya jenis gaya hidup dan istilah-istilah dalam gaya hidup maka ada banyak istilah-istilah yang muncul. Istilah-istilah itu akhirnya berkembang menjadi kosakata mengenai gaya hidup.

19 24 G. Bahasa terhadap Gaya Hidup Menurut Depdiknas (2007: 207), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri, budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat serta tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan). Bahasa ada hubungan dengan tingkatan sosial di dalam masyarakat. Adanya tingkatan masyarakat dapat dilihat dari dua segi: pertama, dari segi kebangsawanan, dan kedua, dari kedudukan sosial yang ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian (gaya hidup) yang dimiliki (Abdul Chaer, 2004: 39). Berdasarkan uraian tersebut, jika mengacu kepada bahasa seseorang, maka dalam hubungan dengan orang menurut kekuasaan dan solidaritas dapat dipandang sebagai cara untuk menempatkan seseorang pembicara dalam dunia sosialnya (gaya hidup) ketika mereka berbicara dan bahasa berkaitan dengan gaya hidup seseorang. H. Kerangka Pikir Skripsi berjudul Kajian Kosakata dan Makna sebagai Ungkapan Gaya Hidup dalam Wacana Orang Pinggiran Episode 13 dan 20 Maret 2014 di Trans7 membahas tentang kosakata, makna kata, wacana, wacana Orang Pinggiran dan gaya hidup. Di dalam kosakata terdapat pengertian kosakata dan jenis-jenis kosakata. Jenis-jenis kosakata diantaranya ada kosakata umum dan khusus, kosakata baku dan nonbaku, kosakata asli dan serapan. Kemudian, pada bagian makna kata, terdapat pengertian makna dan jenis-jenis makna. Jenis-jenis makna membahas tentang makna konotatif dan makna denotatif. Selanjutnya, skripsi ini juga membahas tentang wacana yang di dalamnya memaparkan tentang pengertian wacana dan jenis-jenis wacana. Pada bagian

20 25 jenis-jenis wacana dibagi lagi menjadi dua berdasarkan pada media dan tujuannya. Sedangkan pada bagian wacana Orang Pinggiran terdapat deskripsi mengenai acara tersebut yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta. Selain keempat sub-judul tersebut, pada skripsi ini juga dibahas mengenai gaya hidup yang berisi tentang pengertian gaya hidup. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada bagan 2.1 sebagai berikut:

21 27 Bagan 1. Kerangka Berpikir Kajian kosaka dan makna sebagai ungkapan gaya hidup dalam wacana Orang Pinggiran Episode 13 dan 20 Maret 2014 di Trans 7 Kosakata Makna Kata Wacana Pengertian Kosakata Jenis Kosakata Pengertian Makna Jenis-jenis Makna Pengertian Wacana Jenis - jenis Wacana 1. Kosakata Umum dan khusus 2. Kosakata Baku dan Nonbaku 3. Kosakata Asli dan Serapan 1. Makna Denotatif 2. Makna Konotatif Berdasarkan Media Berdasarkan Tujuan Wacana Orang Pinggiran di Trans7 Kosakata dan Makna sebagai Ungkapan Gaya Hidup dalam Wacana orang Pinggirian Episode Maret 2014 di Trans7 Gaya hidup 26

BAB I PENDAHULUAN. posisi yang dimiliki seseorang di dalam sejumlah kelompok atau organisasi dan prestise

BAB I PENDAHULUAN. posisi yang dimiliki seseorang di dalam sejumlah kelompok atau organisasi dan prestise 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Status adalah simbol dari kesuksesan hidup, status pada dasarnya mengarah pada posisi yang dimiliki seseorang di dalam sejumlah kelompok atau organisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO Endang Sulistyaniningsih Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: esulistyaniningsih@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan sebagainya. Bahasa dianggap sebagai sarana yang paling utama dalam memenuhi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki keanekaragaman yang unik dan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. Pada dasarnya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu cara manusia berinteraksi dengan orang lain yang biasa disebut interaksi sosial. Interaksi sosial ini dapat mengungkapkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika komunikasi sudah menjadi bagian penting dari suatu masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika komunikasi sudah menjadi bagian penting dari suatu masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika komunikasi sudah menjadi bagian penting dari suatu masyarakat, maka komunikasi dapat menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya. Dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program hiburan mendapat posisi yang digemari dalam khalayak.

BAB I PENDAHULUAN. program hiburan mendapat posisi yang digemari dalam khalayak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyak program-program yang ditayangkan di media televisi Indonesia, termasuk program hiburan seperti Sinetron, Drama, Games, Music, Reality Show, Gosip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini berbasis

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek Bahasa Melayu. Sudah berabad-abad lamanya Bahasa Melayu digunakan sebagai alat komunikasi atau lingua france bukan saja

Lebih terperinci

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagikeberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan Bahasa Jepang dapat diperoleh

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN Berbicara adalah salah satu dari keterampilan bahasa yang ditekankan pencapaiannya melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran menulis merupakan pelajaran yang masih belum banyak diminati oleh siswa. Sebagai contoh

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal ini ditunjukkan dengan dicantumkannya mata pelajaran bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Teori Teori yang mendasari penelitian ini adalah konsep ungkapan fatis (phatic communion) Malinowski (1923), fungsi fatis menurut Jakobson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi dan teknologi, dua kata yang erat kaitannya. Komunikasi sebagai suatu hal yang dibutuhkan oleh setiap manusia, sedangkan teknologi pun turut merubah peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada era informasi ini seakan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Media massa memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat. Masyarakat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk karakter bangsa. Menyadari akan hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia memiliki satuan pendidikan berupa kurikulum. Armstrong, dkk (2009, hlm. 172) menyatakan bahwa kurikulum adalah perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai kebutuhan utama yang harus dipelajari dan dikembangkan karena bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Chaer (2009: 3) berpendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi dan komunikasi. Alat komunikasi manusia yakni bahasa bersifat manusiawi, dalam arti hanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

Budi Waluyo Rudi Adi Nugroho BAHASA INDONESIA. Tingkat Semenjana. untuk SMK Kelas X. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional

Budi Waluyo Rudi Adi Nugroho BAHASA INDONESIA. Tingkat Semenjana. untuk SMK Kelas X. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional Budi Waluyo Rudi Adi Nugroho BAHASA INDONESIA 1 Tingkat Semenjana untuk SMK Kelas X Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan 18 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa. Kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. peran yang cukup sentral dalam kehidupan sehari-hari, bahkan hampir semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk berinteraksi, maksudnya alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan. Seseorang dapat menyampaikan ide, gagasan, pikiran

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci