RESUME JOURNAL READING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESUME JOURNAL READING"

Transkripsi

1 1

2 RESUME JOURNAL READING MULTIPLE MICRONUTRIENT SUPPLEMENTS DURING PREGNANCY DO NOT REDUCE ANEMIA OR IMPROVE IRON STATUS COMPARED TO IRON-ONLY SUPPLEMENTS IN SEMIRURAL MEXICO JUDUL PENELITIAN Suplement multipel mikronutrisi selama kehamilan tidak mengurangi anemia atau meningkatkan status zat besi dibandingkan dengan hanya suplement zat besi di semirural meksiko. LATAR BELAKANG PENELITIAN Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar di banyak Negara berkembang dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi yang merugikan termasuk pengembangan mental yang buruk, penurunan produktivitas, kematian ibu, dan berat lahir rendah. Kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab utama anemia, terutama di kalangan anak-anak dan wanita hamil. OBJEKTIF PENELITIAN Untuk membandingkan keefektifan penggunaan suplemen multipel mikronutrisi dan hanya menggunakan suplemen zat besi pada ibu hamil dengan membandingkan konsentrasi Haemoglobin dan serum feritin di semirural, meksiko. VARIABEL INDEPENDEN (FAKTOR RISIKO/EXPOSURE) Anemia Malas berkunjung ke puskesmas Melahirkan di paraji Sosial ekonomi rendah Tidak makan makanan bergizi selama kehamilan Tidak ada makanan tambahan untuk bayi VARIABEL DEPENDEN (OUTCOME) Defesiensi zat besi sebelum dan sesudah melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah 2

3 DESAIN PENELITIAN (KELEBIHAN & KEKURANGAN DESAIN) Desain penelitian: Studi Eksperimental Randomized Cotrol Trial Kelebihan: a) Memberikan perlakuan pada masyarakat untuk di observasi secara individu dan kelompok. b) Baik untuk menentukan hubungan sebab dan akibat. c) Subjek dalam populasi adalah kelompok yang acak. d) Dapat dipakai untuk mengevaluasi obat-obatan baru Kekurangan: a) Tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan uj i klinis karena adanya hambatan pada faktor etis. Semua penelitian eksperimen yang dilakukan pada manusia harus mendapatkan persetujuan dari badan penilai faktor etis. b) Sering ditemukan waktu yang tepat untuk melakukan uji klinis (Budiarto dan Anggraeni, 2001). LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Lokasi : Cuernavaca, Morelos, Meksiko Waktu : POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi Sampel : 921 ibu hamil : Darah vena JUMLAH SAMPEL, CARA PENGAMBILAN SAMPEL Jumlah Cara pengambilan : 873 ibu hamil : Random, Untuk pengukuran kuantitatif feritin dalam serum ditentukan dengan sandwich immunoassay (ELISA, Opus Behring Laboratories) menggunakan komersial kits (Dade Behring). CRP dalam serum diukur dengan sistem immunonephelometry 3

4 STATISTIK YANG DIGUNAKAN Student t test HASIL PENELITIAN Meskipun prevalensi anemia sama pada kedua titik (P> 0,05), namu kekurangan zat besi lebih tinggi (P = 0,026) pada batas awal pada kelompok zat besi dan dibandingkan dengan kelompok kontrol risiko anemia lebih tinggi (P = 0,014) dan juga Anemia defisiensi besi (IDA) (P = 0,026) pada kelompok MM dibandingkan dengan kelompok FE pada sample usia kehamilan 32 minggu. Pada Anemia odds ratio yang dihasilkan 2,05 (95% CI: 1,16, 3,62) dan Anemia defisiensi besi (IDA) odds ratio 1,88 (95% CI: 1,08, 3,28). Selanjutnya disesuaikan atas perbedaan dasar BMI (P> 0,025). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada sample 1 bulan setelah kelahiran yang telah disesuaikan status zat besi, BMI, dan juga tidak efektif dalam pemberian suplementasi yang telah dimodifikasi. PEMBAHASAN Kelebihan penelitian : Untuk mengetahui betapa pentingan zat besi terutama untuk ibu hamil dan balita Kekurangan penelitian : Kurangnya keefektifan mikronutrisi sebagai suplemen tambahan dikarenakan isi dari kandungan mikronutrisi tersebut tidak terlalu menguntungkan karena rendahnya defisiensi terhadap vitaminvitamin yang ada di suplemen mikronutrisi multipel. SIMPULAN PENELITIAN Penelitian ini sangat jelas mengindikasikan bahwa pemberian mikronutrien suplemen selama kehamilan tidak terlalu ampuh dalam mengurangi anemia atau defisiensi besi bila dibandingkan dengan tablet besi. *** 4

5 SUPLEMEN MULTIPEL MIKRONUTRISI SELAMA KEHAMILAN TIDAK MENGURANGI ATAU MENINGKATKAN STATUS ZAT BESI DIBANDINGKAN DENGAN HANYA ZAT BESI DI SEMIRURAL MEKSIKO Abstrak Dampak dari besi-satunya suplemen (FE) versus suplemen mikronutrisi yang mengandung besi (MM) selama kehamilan pada status besi dinilai dalam suatu sub-sampel (n = 453) dari wanita yang berpartisipasi dalam percobaan double-blind secara acak di Meksiko. 5

6 Kepatuhan, dipantau oleh observatorium itu, tinggi (> 85%). Kedua kelompok adalah serupa pada perekrutan (<13 minggu kehamilan) untuk karakteristik sosiodemografi berbagai dan untuk konsentrasi hemoglobin rata-rata (Hb) dan prevalensi anemia (Hb <110 g / L; 11%). Namun, berarti feritin serum lebih tinggi (P <0,05) pada kelompok MM (n = 142) dibandingkan dengan kelompok FE (n = 148) dan prevalensi defisiensi besi (serum feritin <12 ug / L) lebih rendah pada MM kelompok (44,4%) dibandingkan dengan kelompok FE (57,4%). Pada trimester ketiga, hampir setengah dari perempuan anemia pada kedua kelompok, dan berarti Hb (g / L) lebih rendah untuk kelompok MM (104,2, 95% CI: 102,5, 106,0) dibandingkan dengan kelompok FE (108,1; 95% CI: 106,4, 109,8) setelah disesuaikan untuk dasar serum feritin. Sebaliknya, tidak ada perbedaan dalam konsentrasi Hb pada 1 bulan setelah melahirkan atau dalam feritin rata-rata dan prevalensi defisiensi besi pada kehamilan 32 minggu dan 1 bulan setelah melahirkan (90,9 dan 45,1% untuk kelompok MM; 92,6 dan 47,3% untuk kelompok FE, masing-masing). Kesimpulannya, daripada meningkatkan Hb atau besi relatif status ke FE-satunya suplemen sebagai hipotesis, suplemen MM mungkin sedikit berkurang konsentrasi Hb selama kehamilan. Suplemen tidak mampu memenuhi kebutuhan besi yang dibuktikan dengan peningkatan dramatis pada anemia dan kekurangan zat besi pada akhir kehamilan. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar di banyak Negara berkembang dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi yang merugikan termasuk pengembangan mental yang buruk, penurunan produktivitas, kematian ibu, dan berat lahir rendah. Kekurangan zat besi dianggap sebagai penyebab utama anemia, terutama di kalangan anak-anak dan wanita hamil. Anemia selama kehamilan, bagaimanapun, tetap menjadi masalah di banyak rangkaian meskipun faktanya bahwa penyediaan rutin suplemen zat besi telah direkomendasikan untuk wanita hamil. Kegagalan program suplementasi besi untuk mengurangi anemia pada ibu hamil telah dikaitkan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi penyampaian program. Ini termasuk kurangnya ketersediaan suplemen, kemiskinan, kurangnya pengetahuan, dan kurangnya kepatuhan karena kurangnya motivasi dan / atau efek samping. Anemia dapat disebabkan oleh faktor gizi atau non gizi. Secara khusus, selain besi, defisiensi mikronutrien seperti vitamin A, C, B-12 dan asam folat dapat berpengaruh pada perkembangan anemia. Nutrisi ini dapat mempengaruhi sintesis hemoglobin baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan mempengaruhi penyerapan dan atau mobilisasi. Sebagai contoh, vitamin A telah terbukti berperan dalam mobilisasi besi untuk hematopoiesis dan penelitian menunjukkan bahwa suplemen vitamin A bersama dengan suplemen besi rutin selama kehamilan secara substansial menurunkan prevalensi anemia bila dibandingkan dengan hanya suplemen zat besi. Demikian pula, vitamin C dikenal untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Defisiensi folat dan vitamin B-12 secara bebas dapat menyebabkan anemia megaloblastik yang berbeda dengan anemia defisiensi besi mikrositik dengan mempengaruhi sintesis DNA. Di banyak Negara berkembang, diet rendah zat besi juga rendah pada beberapa nutrisi lain karena asupan rendah makanan hewani dan asupan tinggi dari makanan yang kaya akan 6

7 faktor penghambat penyerapan seperti fitat. Hal ini karena peningkatan dalam memberikan nutrisi selain besi untuk mengurangi prevalensi anemia, tetapi beberapa studi telah mengevaluasi dampak multivitamin-mineral pada anemia dan status zat besi selama kehamilan. Dua uji coba terkontrol secara acak (RCT) dari Tanzania dan Nepal telah mengevaluasi manfaat dari suplemen multiple mikronutrisi pada hasil kehamilan, tetapi hanya satu pemeriksaan status besi dan menemukan bahwa multiple mikronutrisi tidak meningkatkan indikator hematologi jika dibandingkan dengan pasien yang menerima suplemen zat besi folat. Kami baru saja menyelesaikan sebuah RCT yang membandingkan efek dari suplemen multivitamin mineral prenatal harian dengan suplemen besi saja pada hasil kelahiran dan memeriksa efek pada anemia dan status zat besi dalam tulisan ini. Studi Pengaturan dan desain RCT dilakukan selama tahun untuk membandingkan kemanjuran dari suplemen Multipel Mikronutrisi (MM) dengan membandingkan hanya suplemen zat besi selama kehamilan untuk memperbaiki hasil kelahiran pada komunitas semirural dekat dengan kota dari Cuernavaca di Morelos, Meksiko. Suplemen MM telah dirancang untuk memberikan % dari rekomendasi diet penyisihan dari kunci vitamin( 700µg retinol, 2µg vitamin B-12, 66,5 mg vitamin C) dan mineral (15mg Zn) dan beberapa suplement yang mirip dengan suplemen ternama yang tersedia. Kelompok kontrol menerima hanya zat besi dengan standar pelaksanaan dari pemerintah kesehatan di meksiko pada saat itu dengan penelitian yang sudah dilakukan. Inform consenyt di peroleh dari semua wanita yang menyetujui untuk berpartisipasi kemudian merekan dialokasikan secara acak untuk kelompok MM dan FE. Pengumpulan data Pada saat pertama kali (perekrutan), semua partisipan menjalani pemeriksaan pre natal rutin. Lalu petugas penelitian akan mendatangi rumah partisipan satu per satu selama 6 kali seminggu (6 hari per minggu) sampai melahirkan untuk memberikan dan memantau dosis konsumsi suplemen. Kemudian dilakukan pengambilan darah vena (dari partisipan yang bersedia atau tidak semuanya) saat pertama kali, 32 minggu kehamilan dan 1 bulan post partum. Darah sampel disentrifugasi pada suhu kamar selama 15 menit pada 2000x g. Serumnya dipisah, kemudian bekukan pada suhu 20 0 C dan dipindahan dalam waktu 1 minggu ke suhu 70 0 C sampai dianalisis. Konsentrasi serum feritin dan protein C-reaktif (CRP) juga dianalisa di laboratorium nutrisi INSP. Untuk pengukuran kuantitatif feritin dalam serum ditentukan dengan sandwich immunoassay (ELISA, Opus Behring Laboratories) menggunakan komersial kits (Dade Behring). CRP dalam serum diukur dengan sistem immunonephelometry. Konsentrasi hemoglobin (Hb) diukur di INSP pada waktu yang sama dengan menggunakan portable photometer (Hmocue) dari sampel darah kapiler yang diperoleh dari 7

8 tusukan jari. Pengambilan data murni dilakukan seraca berkesinambungan dengan pengawasan oleh staf di Cuernavaca. Perhitungan data dilakukan di Emory University. Analisis data Variabel utama adalah hasil pengukuran besi status dan anemia pada kehamilan 32 minggu dan 1 bulan postpartum. Karena serum feritin tidak terdistribusi normal, maka dapat berubah nilai-nilai yang digunakan.nilai kecil dari 0,0001 ditambahkan ke semua nilai untuk memastikan transformasi yang tepat dari "nol". Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin di bawah 110,105 dan 120 g / L pada perekrutan32 minggu usia kehamilan dan 1 bulan setelah melahirkan.sedangkan kekurangan zat besi didefinisikan sebagai feritin serum di bawah 12 g / L pada semua titik waktu (18,19). Anemia defisiensi besi ditandai oleh Kehadiran kedua anemia dan kekurangan zat besi. Usia kehamilan adalah berdasarkan tanggal yang ditarik kembali dari periode menstruasi terakhir dan kelebihan berat badan adalah didefinisikan sebagai BMI di atas 25 kg/m2 (20). Kepatuhan dihitung dengan mengungkapkan jumlah tablet yang dikonsumsi sebagai persentase dari jumlah total yang mereka bisa dikonsumsi (6 hari per minggu dari perekrutan hingga pengiriman). Sampel penelitian untuk analisis ini adalah suatu sub-sampel dari seluruh kehamilan ditugaskan untuk pengobatan antara Juli 1997 dan 31 Desember 1999, yang mengakibatkan kelahiran hidup tunggal dan memiliki data tentang langkah-langkah dari besi status di rekrutmen, 32 minggu kehamilan, dan 1 postpartum mo. Perbandingan antara sampel akhir dan mereka tidak termasuk,dilakukan untuk karakteristik awal dipilih dan ukuran kepatuhan dan komparatif dari dua kelompok perlakuan dalam sampel akhir adalah diuji untuk sosiodemografi yang dipilih, kesehatan, dan karakteristik gizi dari wanita pada perekrutan. Perbandingan ini dilakukan menggunakan uji t Student untuk sarana untuk variabel berdistribusi normal dan chi-kuadrat proporsi untuk variabel kategori. Berarti konsentrasi hemoglobin dan serum feritin dibandingkan antara kelompok suplemen menggunakan model linier umum untuk kontrol untuk faktor-faktor yang berbeda antara kelompok pada perekrutan. Dalam kasus hasil biner, yaitu anemia, anemia defisiensi besi (IDA), dan kekurangan zat besi, model regresi logistik multivariat digunakan untuk membandingkan kelompok perlakuan. Dalam kedua kasus, peran outliers dan kesesuaian model diperiksa. Selain itu, efek modifikasi oleh karakteristik dipilih apriori untuk analisis data (Besi status dan BMI ibu pada perekrutan) telah diuji. Semua statistik Analisis ini diadakan SAS 8.2. Sebuah nilai P 0,05 untuk efek utama dan P 0,15 untuk istilah interaksi dianggap signifikan. Penyesuaian juga dilakukan untuk beberapa perbandingan sebagai yang sesuai. Hasil Sebanyak 921 kehamilan diidentifikasi, dimana 873 setuju untuk diberikan treatment setelah kehamilan, dengan ketentuan tertentu, dan informed consent dan 645 dari kehamilan menghasilkan kelahiran hidup tunggal. Rugi untuk follow up ini adalah sekitar 25%, alasan yang 8

9 dijelaskan di bagian lain (14). Pengukuran hemoglobin yang tersedia pada awal, 32 minggu kehamilan, dan 1 bulan postpartum untuk sub-sampel 453 dari 645 perempuan (70,2%). Pengukuran serum feritin juga dilakukan di 3 titik waktu untuk sampel yang lebih kecil dari 290 kehamilan (Gambar 1). Meskipun desain awal adalah untuk memperoleh contoh darah vena hanya untuk suatu sub-sampel acak 30% dari seluruh kehamilan, sampel darah sebenarnya diperoleh dari sejumlah besar perempuan pada berbagai titik waktu dan data dasar yang tersedia untuk hemoglobin dan feritin serum untuk 802 dan 683 kehamilan, masing-masing, yang ditugaskan untuk pengobatan. Berdasarkan persyaratan ukuran sampel dan keterbatasan anggaran, serum feritin estimasi, dilakukan untuk titik waktu mendatang (32 minggu usia kehamilan dan 1 bulan setelah melahirkan) hanya untuk 300 sampel pertama yang memiliki nilai-nilai dasar feritin serum. Perbandingan karakteristik ibu yang dipilih (Tabel 1) untuk sampel akhir dari 453 kehamilan dengan data lengkap hemoglobin pada awal, 32 kehamilan minggu, dan 1 bulan setelah melahirkan menunjukkan bahwa kedua kelompok perlakuan tidak berbeda bagi sebagian besar karakteristik termasuk usia, paritas, jumlah minggu hamil, konsentrasi hemoglobin. Tidak ada perbedaan untuk pendidikan, etnis, dan status ekonomi. Namun, hampir sepertiga dari wanita 9

10 kelebihan berat badan, dengan proporsi lebih tinggi (P <0,05) pada kelompok FE (38,8%) dibandingkan dengan kelompok MM (32,3%). Prevalensi anemia tidak berbeda antara kelompok, tetapi serum feritin lebih rendah pada kelompok MM dibandingkan dengan kelompok FE dalam sampel akhir. Multiple micronutrients (n = 227) Iron only (n = 226) Maternal age, y 22.9 ± ± 5.4 Duration of pregnancy, wk 9.1 ± ± 2.3 Primiparous, % Schooling, y 7.1 ± ± 3.2 Economic status ± ± 1.1 Indigenous ethnicity, % Single mother, % * Height, cm ± ± 4.6 Weight, kg 52.4 ± ± 10.2 BMI, kg/m ± ± 4.4* Serum ferritin, 3 μg/l 14.5 ± ± 14.9* Hemoglobin, g/l ± ± 13.5 Duration of supplementation, wk 29.4 ± ± 2.6 Supplements consumed, n ± ± 17.1 Compliance, % 88.0 ± ± 5.1 Perbandingan sampel akhir (n = 453) untuk mereka dengan data darah tidak lengkap dan / atau mereka yang tidak dapat di follow-up (n = 420) tidak ditemukan adanya perbedaan yang 10

11 signifikan dalam karakteristik awal kecuali wanita dalam sampel akhir adalah mungkin kehamilan pertama (Tabel 2). Prevalensi anemia pada awal juga lebih tinggi pada kelompok MM (16,8%) dibandingkan dengan kelompok FE (7,3%) bagi mereka yang tidak dapat di follow-up maupun memiliki data darah lengkap, akan tetapi ada perbedaan dalam kekurangan zat besi berdasarkan pada serum feritin yang ditemukan. subsampel dari 290 kehamilan dengan data lengkap feritin serum tidak ditemukan adanya perbedaan karakteristik awal dari sisa sampel (n = 583, data tidak disajikan). n Complete blood data n Incomplete blood data Maternal age, y ± ± 5.6 Duration of pregnancy, wk ± ± 3.2 Primiparous, % * Schooling, y ± ± 3.3 Economic status ± ± 1.0 Indigenous ethnicity, % Single mother, % Height, cm ± ± 4.9 Weight, kg ± ± 10.0 BMI, kg/m ± ± 4.2 Serum ferritin, 3 μg/l ± ± 20.9 Hemoglobin, g/l ± ± 15.1 Duration of supplementation, wk ± ± 11.8* Supplements consumed, n ± ± 66.0* Compliance, % ± ± 21.0* Multiple micronutrient group, % Prevalensi anemia terjadi sekitar 11% pada saat pengumpulan sample dan meningkat 38% pada sample usia kehamilan 32 minggu dan 44% pada sample yang mengalami 1 bulan setelah kelahiran. Dibandingkan masalah anemia, prevalensi jauh lebih tinggi kekurangan zat besi pada saat pengumpulan sample dan hampir semua wanita kekurangan zat besi pada sample usia kehamilan 32 minggu, dan sekitar setengahnya pada sample yang mengalami 1 bulan setelah kelahiran. Prevalensi Anemia defisiensi besi (IDA) selama kehamilan menunjukkan bahwa 11

12 sebagian besar anemia disebabkan kekurangan zat besi. Sekitar dua pertiga penyebab anemia adalah kekurangan zat besi pada sample 1 bulan setelah kelahiran. Perbandingan prevalensi anemia, kekurangan zat besi, dan Anemia defisiensi besi (IDA) dengan kelompok perlakuan (Tabel 3) menunjukkan tidak ada perbedaan pada sample usia kehamilan 32 minggu dan sample 1 bulan setelah kelahiran. Meskipun prevalensi anemia sama pada kedua titik (P> 0,05), namu kekurangan zat besi lebih tinggi (P = 0,026) pada batas awal pada kelompok zat besi dan dibandingkan dengan kelompok kontrol risiko anemia lebih tinggi (P = 0,014) dan juga Anemia defisiensi besi (IDA) (P = 0,026) pada kelompok MM dibandingkan dengan kelompok FE pada sample usia kehamilan 32 minggu. Pada Anemia odds ratio yang dihasilkan 2,05 (95% CI: 1,16, 3,62) dan Anemia defisiensi besi (IDA) odds ratio 1,88 (95% CI: 1,08, 3,28). Selanjutnya disesuaikan atas perbedaan dasar BMI (P> 0,025). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada sample 1 bulan setelah kelahiran yang telah disesuaikan status zat besi, BMI, dan juga tidak efektif dalam pemberian suplementasi yang telah dimodifikasi. Perbandingan konsentrasi rata-rata hemoglobin dengan kelompok yang diberikan intervensi pada sample usia kehamilan 32 minggu dan sample 1 bulan setelah kelahiran (Tabel 4) mengungkapkan bahwa konsentrasi awal rata-rata hemoglobin pada kedua kelompok sama dan telah disesuaikan menurut batas serum feritin, setelah diberikan intervensi/penyesuain untuk batas dasar feritin kosentrasi Hb secara signifikan lebih tinggi pada kelompok FE dibandingkan dengan kelompok MM pada sample usia kehamilan 32 minggu. Perbandingan rata-rata konsentrasi serum feritin (terjadi perubahan log) pada usia kehamilan 32 minggu dan sample 1 bulan setelah melahirkan mengungkapkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang belum diberikan intervensi atau setelah intervensi yang disesuaikan dengan batas serum feritin. Diskusi Penelitian ini sangat jelas mengindikasikan bahwa pemberian mikronutrien suplemen selama kehamilan tidak terlalu ampuh dalam mengurangi anemia atau defisiensi besi bila dibandingkan dengan tablet besi. Perhitungan poststudy membuktikan bahwa dengan menggunakan two tailed test dengan tingkat signifikan 0,05, sampel ukuran 453 dan 290 mempunyai kekuatan >80% untuk mendeteksi perbedaan sampai 4g/L. (0,28 SD) dan 0,35 log mg/l (0,35 SD) dalam ratarata konsentrasi hemoglobin dan ferritin serum yang menghasilkan efek kecil hingga menengah. Meskipun prevalensi anemia tidak berbeda secara signifikan antara grup 32 minggu kehamilan, resiko anemia lebih besar pada MM grup daripada FE grup setelah disesuaikan dengan dasar serum ferritin. Potensi bias seleksi sebagai akibat dari tingginya prevalensi anemia pada MM grup (16,8%) di bandingkan dengan FE grup (7,3 %) diantara pasien yang data nya tidak lengkap juga menjadi perhatian walaupun tidak ada perbedaan dalam defisiensi besi berdasarkan serum ferritin. Kurangnya manfaat dari MM selama kehamilan mungkin karena beberapa alasan. Vitamin A tidak terlalu menguntungkan Karena rendahnya angka defeisiensi vitamin A pada masyarakat. Defisiensi folat dan vitamin B12 juga sedikit di derita. Potensi interaksi yang merugikan antara besi dan seng juga penting. Seng bisa mengurangi bioavailibilitas besi. Hasil percobaan di Peru menunjukkan bahwa walaupun bioavaibilitas besi terganggu oleh seng, dimasukkannya 15 mg 12

13 seng dengan 60 mg besi dan folat tidak mempengaruhi perubahan status hemoglobin dan besi selama kehamilan bila dibandingkan dengan besi-folat. Suplemen kami mengandung nutrisi yang sama sehingga rasanya tidak mungkin kompetisi antara besi dan seng dalam suplemen ini bisa menjelaskan kurangnya dampak. Table 3. Multiple mikronutrien iron only N = 142 n = 148 % % Anemia 1 Baseline wk gestation mo postpartum Iron deficiency 2 Baseline wk gestation mo postpartum Iron-deficiency Anemia 3 Baseline wk gestation mo postpartum Hb < 110, 105, dan 129 g/l at baseline, 32 wk gestation, 1 mo postpartum berturut-turut 2. Serum ferritin < 12.0 mg/l 3. Hb < 110, 105, 120 g/ L at baseline, 32 wk gestation, dan 1 mo postpartum, berturutturut, dan serum ferritin 12.0 mg/l 13

14 Walaupun prevalensi anemia lebih rendah di beberapa Negara, namun setengah dari perempuan mengalami defisiensi besi dan meningkat selama masa kehamilan walaupun dengan pemberian suplemen besi. Prevalensi defisiensi besi meningkat ada 32 minggu usia kehamilan dan pada 1 bulan pasca melahirkan. Belum begitu jelas apakah serum feritin dipengaruhi oleh factor tertentu, tetapi control level serum CRP, marker untuk infeksi tidak mengubah kesimpulan yang sudah ada ( hasil tidak ditunjukkan). Pemberian suplementasi besi selama kehamilan tidak adekuat untuk mengkompensasi jumlah yang terlalu tinggi terutama dengan status besi yang rendah dan lebih ditekankan membutuhkan status nutrisi pada kehamilan. Di Tanzania, diberikan placebo dan suplemen mikronutrien multiple setiap hari selama kehamilan ternyata dapat menurunkan anemia dan mencegah defisiensi besi terutama pada orang yang memiliki IDA pada dasarnya. Walaupun belum mengapa yang diberi perlakuan lebih efektif dibanding suplemen besi, tapi pada kenyataannya saat diamati prevalensi defisiensi besi lebih rendah pada kelompok yang diberi perlakuan dan suplemen mikronutrien multiple dapat dikonsumsi oleh perempuan dengan usia reproduktif. Kesimpulan, pada penelitian ini pemberian suplemen mikronutrien multiple selama kehamilan tidak meningkatkan hematologi dan status besi dibandingkan dengan pemberian suplemen besi. Penelitian dari Nepal menunjukkan bahwa tidak terlihat penambahan yang signifikan pada status hematologi selama kehamilan dengan mengkonsumsi suplemen mikronutrien multiple dibandingkan suplemen besi. Penelitian ini dianggap gagal untuk mendekteksi adanya kelebihan pada suplemen mikronutrien multiple untuk ibu melahirkan, walaupun pada percobaan awal di Tanzania diberitahukan dapat menurunkan prevalensi bayi premature. Tanpa adanya keraguan, kita harus menerima dengan hati- hati terutama dikarenakan kita tidak memiliki data yang yang benar untuk menunjukkan suplemen mikronutrien multiple sebagai pengganti suplemen besi. 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang masih terjadi pada wanita khusunya ibu hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah 41,8%. Kejadian anemia diseluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian 2 22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian anemia di Kota Yogyakarta meningkat menjadi 25,38%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goal (MDG) sudah dicanangkan pada September 2000. Upaya memperbaiki kesehatan ibu dan anak ditargetkan tercapai pada tahun 2015. Berapa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus menerus bertambah 1. Di Inggris, tidak kurang dari 40 persen penduduk mengkonsumsi suplemen secara teratur

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin (KVA) dan obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) tertinggi di ASEAN. Menurut data SDKI tahun 2007 didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan kurang lebih 2,15 milyar orang di dunia menderita anemia dengan prevalensi kejadian anemia dengan prosentase bayi dan anak < 2 tahun (48%), anak sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang ditimbulkan cukup serius dengan spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia sehingga masuk dalam daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS) Setyo mahanani Nugroho 1, Masruroh 2, Lenna Maydianasari 3 setyomahanani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan ibu terhadap zat besi mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang sedang tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara asean. Berdasarkan Survei Demografi Kependudukan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal s (MDG s) Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama di dunia hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama di dunia hingga saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada kehamilan masih merupakan masalah utama di dunia hingga saat ini. Menurut World Health Organization (WHO) (2011) anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh rendahnya angka kematian ibu (AKI). AKI di Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Intik gizi yang tidak cukup dan infeksi merupakan penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan anak (UNICEF, 1999). Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan gizi makro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Secara konseptual, variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependent seperti gambar berikut : Variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia adalah gizi yang seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari dua milyar orang diperkirakan akan kekurangan vitamin dan mineral penting, khususnya vitamin A, yodium, zat besi (Fe) dan zinc (Zn). Sebagian besar orang-orang

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GLISIN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN WANITA HAMIL TRIMESTER KEDUA YANG MENDAPAT SUPLEMEN ZAT BESI

PENGARUH PENAMBAHAN GLISIN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN WANITA HAMIL TRIMESTER KEDUA YANG MENDAPAT SUPLEMEN ZAT BESI PENGARUH PENAMBAHAN GLISIN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN WANITA HAMIL TRIMESTER KEDUA YANG MENDAPAT SUPLEMEN ZAT BESI ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya untuk mengatasi masalah malnutrisi secara global telah dilakukan oleh WHO (World Health Organization) melalui program Sustainable Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok Ibu hamil. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tubuh, zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2009). Besi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan metode case control. Pengambilan data variabel dependen pada metode

Lebih terperinci

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami

membutuhkan zat-zat gizi lebih besar jumlahnya (Tolentino & Friedman 2007). Remaja putri pada usia tahun, secara normal akan mengalami PENDAHULUAN Latar belakang Anemia zat besi di Indonesia masih menjadi salah satu masalah gizi dan merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian. Anemia zat besi akan berpengaruh pada ketahanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di beberapa Posyandu Balita Wilayah Binaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai batas ambang menurut umur dan jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang optimal manusia tidak dapat melakukan semua aktifitas kesehariannnya dengan sempurna.perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu hamil adalah masalah kesehatan yang harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan, karena menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik dan mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) di suatu negara merupakan gambaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) di suatu negara merupakan gambaran dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka kematian ibu (AKI) di suatu negara merupakan gambaran dari status gizi, kesehatan ibu, dan tingkat pelayanan kesehatan terutama bagi ibu hamil, melahirkan, serta

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan STUDI EKSPRIMENTAL/STUDI INTERVENSI Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan sengaja diberikan tindakan/intervensi tertentu dengan kelompok lain yang sama tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besinya lebih besar daripada orang dewasa normal di dunia, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. besinya lebih besar daripada orang dewasa normal di dunia, terutama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling sering ditemukan pada anak yang sedang tumbuh dan wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel spermatozoa yang diikuti dengan perubahan fisiologis dan psikologis (Mitayani, 2012). Peristiwa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Heatlh Organization 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru dalam periode pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan

Lebih terperinci

PENGARUH MENGKONSUMSI MULTIPLE MICRO NUTRIENT (MMN) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN IBU HAMIL

PENGARUH MENGKONSUMSI MULTIPLE MICRO NUTRIENT (MMN) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN IBU HAMIL PENGARUH MENGKONSUMSI MULTIPLE MICRO NUTRIENT (MMN) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN IBU HAMIL RD Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan Abstract: MMN, Weight. Pregnant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Penyebab utama anemia ini adalah kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia selama kehamilan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia selama dekade terakhir. Anemia pada ibu hamil adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL Nuraenny Ratna Bauw 1, Aryu Candra K. 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan merupakan suatu penyakit tetapi sering kali menyebabkan komplikasi akibat dari berbagai perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 36 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik, yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI (PRODI) TAHUN 2013

ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI (PRODI) TAHUN 2013 ABSTRAK PENELITIAN BERBASIS PROGRAM STUDI (PRODI) TAHUN 2013 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin Kampus Unhas Tamalanrea Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal masa sebelum menjelang persalinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah peristiwa kodrati bagi perempuan, seorang perempuan akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologi. Status gizi merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Boyolali III, Puskesmas Ampel I, Puskesmas Ampel II, Puskesmas Sambi I, Puskesmas Andong, Puskesmas Selo

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Laela Yusriana 1610104358 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBERIAN SUPLEMEN MULTI MICRONUTRIEN DAN

PERBANDINGAN PEMBERIAN SUPLEMEN MULTI MICRONUTRIEN DAN PERBANDINGAN PEMBERIAN SUPLEMEN MULTI MICRONUTRIEN DAN TABLET FE TERHADAP PENINGKATAN HEMOGLOBIN, HEMATOKRIT PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PRAMBANAN KLATEN DAN PUSKESMAS PRAMBANAN SLEMAN Enderia Sari ABSTRAK

Lebih terperinci