BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka Hakikat Pencak Silat Definisi pencak Silat Pencak silat adalah seni beladiri asli Indonesia, yang telah berumur berabad-abad. Pencak silat diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada zaman dahulu ketika manusia masih hidup dari berburu, mereka hidup secara berkelompok dan saling bermusuhan. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka belajar membela diri dengan cara menirukan gerakan-gerakan binatang buruan mereka dalam membela diri. Dengan berkembangnnya peradaban, seni beladiri juga ikut berkembang ke arah lebih sempurna dan dinakaman pencak atau silat. Istilah atau nama pencak silat mengandung 4 (empat) aspek atau unsur pengertian, yaitu: unsur olahraga, unsur kesenian, unsur beladiri, dan unsur kerohanian (kebatinan). Dalam olahraga pencak silat terdapat beberapa pendekatan sebagaimana yang dikatakan olehsucipto (2001:3) bahwa ada dua pendekatan yang umumnya diterapkan dalam pembelajaran pencak silat, yaitu pendekatan teknis dan pendekatan taktis. Pendekatan teknis menekankan pada pembelajaran teknik dari suatu permainan, sedangkan pendekatan taktis menekankan pada taktik dari suatu permainan dalam cabang olahraga. Gerakan dalam pencak silat sangat disukai karena memiliki seni yang tinggi Menurut Syukur (dalam Maryono, 1998:26) bahwa pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan menghidar, yang disertaikan dengan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan sebagai sarana hiburan. Sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan 7 di depan umum.

2 Peranan pencak silat adalah sebagai sarana dan prasarana untuk membentuk manusia seutuhnya yang sehat, kuat, tangkas, terampil, sabar, kesatria, dan percaya diri. Pencak silat merupakan olahraga khas kelahiran Indonesia yang berakar pada adat istiadat beberapa daerah. Gerakan tangan dan tubuh, baik dengan iringan musik atau tidak yang menggambarkan patriotisme seseorang dalam mempertahankan diri. Pencak silat mempunyai 4 aspek yang mencakup nilai-nilai luhur sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, yaitu: 1) Aspek mental spiritual a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b. Tenggang rasa, percaya diri dan disiplin, c. Cinta bangsa dan tanah air, d. Persaudaraan, pengendalian diri dan tanggung jawab, dan e. Solidaritas sosial, jujur, membela kebenaran dan keadilan. 2) Aspek bela diri a. Berani dalam membela kebenaran dan keadilan, b. Tahan uji dan tabah, c. Tangguh dan ulet, d. Tanggap, peka dan cermat, e. Melaksanakan ilmu padi (tidak sombong), f. Menggunakan keterampilan gerak efektifnya dalam perkelahin hanya dalam keadaan terpaksa untuk keselamatan diri bangsa dan tanah air. 3) Aspek seni a. Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur,

3 b. Mengembangkan pencak silat yang di arahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa, c. Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai pencak silat yang bersifat kedaerahan, d. Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif, dan e. Mampu menyaingi dan menyerap nilai-nilai budaya dari luar yang positif. 4) Aspek olahraga a. Berlatih dan melaksanakan olahraga pencak silat sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, b. Meningkatkan prestasi, c. Menjunjung tinggi nilai solidaritas, dan d. Pantang menyerah. Ketua IPSI Pertama(Mr.Wongsonegoro) mengatakan bahwa pencak adalah serangan bela, berupa tarian dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu, yang bisa dipertunjukkan di depan umum. Silat adalah inti sari dari pencak, yakni kemahiran untuk perkelahian atau membela diri matia-matian yang tidak dapat dipertunjukkan di depan umum. Imam Koesoepangat, mengatakan bahwa pencak merupakan gerak bela diri tanpa lawan, sementara silat sebagai bela diri yang tidak boleh dipertandingkan. Tokoh-tokoh pendiri IPSI akhirnya sepakat untuk tidak membedakan pengertian pencak dan silat, karena kedua kata tersebut memang mempunyai pengertian yang sama. Kata pencak maupun silat sama-sama mengandung pengertian kerohanian, irama, keindahan, dan kiat maupun praktek, kinerja atau aplikasinya. Istilah pencak silat merupakan sebuah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional dewasa ini. Eksistensi pencak silat telah berkembang diberbagai negara sehingga tidak diragukan lagi bahwa keberadaannya serta kemandiriannya. Muhajir (2007: 47) menyatakan bahwa pencak silat adalah hasil budaya masyarakat

4 Indonesia untuk membela dan mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal senada dikemukakan oleh Gunawan (2007: 8) bahwa pencak silat adalah beladiri tradisional Indonesia yang berakar dari budaya Melayu, dan bisa ditemukan hampir seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, pencak silat pada hakikatnya adalah hasil warisan budaya asli masyarakat Indonesia yang berakar dari budaya Melayu dan bisa ditemukan hampir seluruh wilayah Indonesia yang bertujuan untuk membela dan mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pencak silat, terdapat beberapa fungsi sebagai berikut. a. Pencak silat sebagai olahraga pencak silat dikatakan sebagai salah satu cabang olahraga hal ini diungkapkan oleh Nugroho (2004: 4). Pernyataan ini dianggap tepat, sebab bila ditinjau dari karakteristiknya, pencak silat melibatkan fisik dalam pelaksanaannya. Di samping itu, pencak silat telah menjadi salah satu media kompetisi dalam memperjuangkan prestasi. Prestasi ini diperoleh dari sebuah kemenangan persaingan dari suatu pertandingan atau perlombaan dalam berbagai kategori. Sebagai contoh adalah dilaksanakannya kejuaraan-kejuaraan pencak silat baik di tingkat daerah, wilayah, nasional, maupun internasional. Tujuan prestasi inilah sehingga pencak silat dkatakan sebagai olahraga. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Gafur (dalam Abdullah dan Manadji, 1994: 9) bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapa dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangkan memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi optimal.

5 Perlu diketahui pula bahwa olahraga pencak silat bukan hanya nilai-nilai olahraga prestasi yang tertuang di dalamnya, namun juga memiliki empat aspek yang mencakup nilainilai luhur sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, salah satunya ialah aspek olahraga. Mukholid (2004: 126) menguraikan nilai-nilai luhur pencak silat dari aspek olahraga, yakni: (1) berlatih dan melaksanakan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur, (2) meningkatkan prestasi, (3) menjunjung tinggi solidaritas, dan (4) pantang menyerah. b. Pencak silat sebagai pendidikan Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang berilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat terkandung di dalam jati diri yang meliputi tiga hal pokok, sebagai satu kesatuan, yaitu : (1) budaya Indonesia sebagai asal dari coraknya, (2) falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaan, dan (3) pembinaan mental spiritual/budi pekerti, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek integral dari substansinya. Pencak silat yang dihayati keseluruhan nilai-nilainya, akan mempunyai manfaat yang besar, bukan saja bagi individu yang mempelajarinya tetapi juga bagi masyarakat. Dengan perkataan lain, pendidikan pencak silat mempunyai manfaat individu dan sosial. Pendidikan pencak silat dapat memberikan sumbangan dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, serta merupakan character and nation building. Pendidikan pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan pencak silat yang berakar pada budaya Indonesia, yang mencakup segi mental dan fisikal secara terpadu diharapkan dapat membentuk manusia seutuhnya yang berkualifikasi seperti: (1) taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) berkepribadian dan mencintai budaya Indonesia, (3) memiliki rasa percaya diri, (4) menjaga martabat diri, (5) mampu menguasai dan mengendalikan diri, (6) mempunyai rasa tanggung jawab serta disiplin pribadi dan sosial,

6 (7) senatiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan serta tahan uji dalam menghadapi cobaan dan godaan, (8) menghormati sesama manusia, terutama yang lebih tua dan memberikan tauladan kepada yang lebih muda, (9) bersikap damai dan bersahabat kepada siapapun yang baik, (10) mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi serta suka menolong manusia lain yang sedang berada dalam kesulitan dan keresahan, (11) selalu rendah hati, ramah dan sopan dalam berbicara dan pergaulan sosial, (12) berjiwa besar, berani mawas diri, dan mengoreksi diri, berani meminta maaf atas kesalahannya yang diperbuat dan senang memberi maaf kepada manusia lain dan mengaku bersalah, (13) mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingan pribadi, (14) merasa optimis, tidak mudah frustasi dan ikhlas dalam menghadapi kesulitan hidup, (15) rela berkorban demi kepentingan bersama, dan (16) anti kejahatan dan kenakalan yang mengganggu ketertiban dan ketetraman masyarakat serta membantu upaya warga masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. C.Pencak Silat Sebagai Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaat kegiatan jasmani. Pencak silat pada hakekatnya adalah kegiatan jasmani yang di dalamnya terkandung aspek olahraga, dan merupakan wahana pendidikan jasmaniah yang memiliki tujuan tertentu. Tujuan yang terungkap dari pencak silat sebagai sarana pendidikan jasmani antara lain : (1) tujuan untuk mencapai kesehatan, (2) tujuan rekreasi, dan (3) tujuan prestasi. Pencak silat yang wujudnya merupakan peragaan keterampilan dan latihan semua jurus dan teknik bela diri yang dilaksanakan secara utuh dengan ungkapan nyata dengan tujuan untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran, ketangkasan dan ketahanan jasmani. Istilah rekreasi sering diterjemahkan dalam kata menciptakan kembali melepaskan lelah atau pemanfaatan waktu luang. Namun kita mengenal ciri rekreasi ditinjau dari segi tujuannya yaitu : (1) sebagai pelepas lelah, (2) sebagai penyalur dalam pengisian waktu

7 luang, (3) sebagai imbangan kerja, dan (4) sebagai pemenuhan dorongan untuk bergabung dengan kelompok. Berdasarkan pengelolaannya, kita mengenal rekreasi sekolah (program ekstra kurikuler), rekreasi perusahaan (kegiatan untuk para pegawai), rekreasi komersial (di organisasi untuk mencari keuntungan rekreasi perkumpulan, seperti club hobi organisasi remaja dan lainnya). Berdasarkan bentunya, maka kita mengenal rekreasi mengandalkan keterampilan atau gerak jasmani, termasuk di dalamnya pencak silat sebagai rekreasi untuk tujuan tertentu di atas. Pencak silat prestasi merupakan olahraga kompetensi dipertandingkan pada ivent-ivent kejuaraan tertentu Setiap cabang olahraga pasti memiliki teknik dasar sebagai penunjang menuju pencapaian keterampilan yang sempurna. Demikian halnya juga pencak silat memiliki. Adapun teknik dasar dalam pencak silat di kelompokan ke dalam 4 (empat) kategori, yaitu : sikap dasar, gerak dasar, teknik dasar serangan, dan teknik pembelaan (Muhajir, 2007 : 46-47). Khusus yang menyangkut teknik dasar serangan terbagi dalam dua bentuk yaitu serangan tangan dan serangan kaki. Salah satu bentuk serangan kaki adalah tendangan lurus. Tendangan sabit merupakan salah satu bentuk serangan tungkai/kaki. Tendangan merupakan teknik dan taktik serangan yang dilaksanakan dengan menggunakan tungkai dan kaki sebagai komponen penyerang. Tendangan dalam pencak silat cukup bervariasi. Pada dasarnya, tendangan dalam pencak silat berjumlah 14 (empat belas) jenis (Lubis, 2004 : 26-30), tetapi hanya 6 (enam) jenis tendangan yang seringkali dipergunakan dalam pertandingan. Mukholid (2007: ) dan Hariyadi (2003: 74-79) mengemukakan keenam jenis tendangan tersebut, yakni: (1) tendangan depan/lurus, (2) tendangan samping/tendangan T, (3) tendangan sabit, (4) tendangan belakang, (5) tendangan gajul, dan (6) tendangan jejag Tendangan Sabit dalam Pencak Silat

8 Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya setengah lingkaran kedalam dengan sasaran seluruh bagian tubuh dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki (Lubis, 2004:29). Merujuk pada maknanya merupakan suatu teknik tendangan yang lintasan gerakannya membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip dengan sabit (arit/clurit), yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam. Jika dianalisa dari teknik gerakannya, maka benturan pada arah samping luar menuju arah dalam dengan perkenaan kaki pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh dari kordinasi antara tungkai atas dan bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah garakan kaki. Tendangan sabit sangat efektif untuk melumpuhkan lawan. Keefektifitasan tersebut tercipta karena gerakan yang diperlukan oleh tubuh sewaktu melakukan teknik ini hanya sedikit. Dengan demikian, efisiensi gerak menjadi maksimal. Namun karena sifatnya yang melengkung laksana bulan sabit, tendangan ini menjadi sangat keras daya benturnya. Oleh karena itu, keterampilan tendangan sabit ini patut dimiliki oleh seorang atlit sebagai teknik pendukung dalam menyempurnakan keterampilan gerak pencak silat secara totalitas. Dengan demikian, pelaksanaan latihan perlu dilakukan. Gerak melingkar adalah salah satu konsep yang dipahami oleh sesorang yang belajar fisika. Selama ini gerak melingkar hanya diperagai melalui ganbar-gambar padahal gerak tersebut mudah dipelajari melalui pencak silat. Pencak silat merupakan seni bela diri asal melayu yang diadopsi oleh Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam, pencak silat itu sendiri berasal dari kata Silaturrahmi dan banyak makna didalamnya salah satunya secara dhahir silat berarti mengenal dan menjalin kekerabatan sesama manusia dan secara bathin mengenal siapa dirinya dan tuhannya. Menurut MUNAS IPSI (1995) pencak silat dapat diartikan sebagai gerak-bela serang yang teratur menurut system, waktu, tempat, dan iklim

9 dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pencak silat merupakan suatu kemahiran bela diri tingkat tinggi dengan berdasarkan persaudaraan yang kuat. Untuk saat ini olahraga pencak silat telah dipertandingkan dalam berbagai ajang pertandingan, kategori yang dipertandingkan dalam olahraga pencak silat adalah: Kategori Tanding, Tunggal, Ganda, dan Regu. Kategori tanding merupakan kategori yang paling banyak menggunakan prinsip-prinsip biomekanika di dalamnya. Tendangan Sabit merupakan teknik serangan yang paling besar frekuensinya digunakan didalam kategori tanding. Seperti namanya tendangan busur adalah tendangan berbentuk busur dengan menggunakan punggung kaki. Pelaksanaan tendangan ini adalah sama dengan prinsip tendangan depan namun lintasanya berbentuk busur dengan tumpuan satu kaki dan perkenaan pada punggung kaki, Analisis didalam ilmu biomekanika tendangan ini berhubungan dengan Kecepatan Linier dan Kecepatan Rotasi. Sebelum menganalisis tendangan busur ditinjau dari ilmu Biomekanika terlebih dahulu pahami pengertian tentang Biomekanik itu sendiri. Biomekanika (Biomechanics) merupakan salah satu ilmu pokok ilmu keolahragaan, apabila dilihat dari asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu Bio dan Mechanics jadi secara bahasa dapat diartikan mekanika mahluk hidup dalam hal ini manusia. Jadi secara istilah biomekanika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak benda-benda hidup/mati, serta gaya-gaya yang bekerja dan efek yang dihasilkannya melalui pendekatan ilmu mekanika. Sedangkan mekanika sendiri adalah bagian dari pembahasan dalam ilmu fisika yang mempelajari bagaimana tenaga dapat menghasilkan satu gerak tertentu. Bertolak belakang dari yang telah diuraikan tersebut diatas penulis tertarik untuk membahas tentang analisis kecepatan teknik tendangan sabit ditinjau dari lintasannya.

10 Dalam melakukan gerakan tendangan sabit harus sesuai dengan arahan pelatih agar tidak terjadi cedera Menurut Hariyadi (2003: 47), menjelaskan cara melatih atau berlatih tendangan sabit, yaitu dilakukan dalam gerak lambat. Langkah pertama yang dilakukan ialah berdiri pada posisi sikap pasang yang baik, kemudian angkat lutut setinggi pinggang. Kedua, julurkan tungkai kesamping diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan. Kunci lutut (untuk latihan dengan tenaga penuh, hindari cara mengunci lutut ini) dan rasakan bahwa kaki (yang menendang) benar-banar telah berada pada posisi miring. Selanjutnya, tarik tungkai bawah dan kembali pada posisi semula. Adapun rangkaian gerakan tendangan sabit ini adalah : a. Dari sikap pasang yang baik, Gambar 1: Sikap Pasang b. Angkat lutut setinggi sasaran, Gambar 2 : Angkat Lutut Setinggi Sasaran

11 c. Putar pinggul kearah samping dalam diikuti gerakan telapak kaki yang berputar searah dengan tendangan, Gambar 3 : Putar Pinggul Kearah samping d. Lecutkan tungkai bawah yang berpusat pada lutut,pinggul ikut berputar untuk menambah daya ledak tendangan e. Tarik kembali tungkai bawah, dan Gambar 4 : lecutan kaki Gambar 5 : tarik tungkai

12 f. Kembali pada sikap pasang Gambar 6 : Kembali ke Sikap Pasang Hakikat Latihan Kekuatan Otot Tungkai Pengertian Latihan Latihan adalah kegiatan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang. Tujuannya ialah untuk mendapatkan gerakan ototamatis. Menurut Harsono (1988: 323), Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis, kontinyu di mana beban dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang pada akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan fisik dan mental secara bersama-sama. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis, dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang kian meningkat. Latihan yang sistematis adalah program latihan yang direncanakan secara matang, dan dilaksanakan sesuai jasdwal menurut pola yang telah ditetapkan, serta dievaluasi sesuai dengan alat yang benar. Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan keterampilan atau prestasi olahraga sebaksimal mungkin. Menurut Bompa (1990: 98) tujuan latihan yang harus dipahami adalah sebagai berikut: (a) untuk meningkatkan perkembangan fisik secara umum; (b) untuk mengembangkan fisik khusus yang ditentukan oleh kebutuhan olahraga

13 tersebut; (c) untuk menyempurnakan teknik olahraga dan koordinasi gerak; (d) meningkatkan dan menyempurnakan strategi; (e) meningkatkan kepribadian seperti kemauan keras, kepercayaan diri, ketekunan, semangat, disiplin; (f) menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal; (g) mempertahankan kesehatan atlit; (h) untuk mencegah cedera; (i) memperkaya pengetahuan teori dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologis, dan gizi. Tujuan utama latihan atau training adalah untuk membantu atlit meningkatkan ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada aspek- aspek latihan yang perlu diperhatikan seperti: a. Latihan fisik Latihan ini khusus ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi fisik atlit, yang mencakup komponen-komponen fisik. b. Latihan teknik Latihan untuk memahirkan teknik- teknik gerakan, misalnya teknik menendang. c. Latihan taktik Latihan untuk menumbuhkan perkembangan interprentive atau daya tafsir pada atlit, pola-pola permainan, strategi, taktik pertahanan dan penyerangan. d. Latihan mental Perkembangan mental atlit tidak kurang pentingnya dari perkembangan tiga faktor tersebut diatas Prinsip-Prinsip Latihan Agar proses latihan dapat memberikan manfaat, maka harus disusun program sebagai pedoman pelaksanaan pelatihan. Namun, program latihan tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip latihan. Untuk memahami prinsip-prinsip latihan, maka perlu dikaji berdasarkan pada kajian Ilmu Faal (Fisiologik), Ilmu Jiwa (Psikologik), dan Ilmu Kependidikan (Pedagogik).

14 Lebih jelas lagi, prinsip-prinsip pelatihan dikemukakan oleh Harsono (1991: ) sebagai berikut: (1) pemanasan tubuh, (2) metode latihan, (3) berpikir pilosof, (4) prinsip beban lebih, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi latihan, (8) metode bagian dan metode menyeluruh, (9) perbaikan kesalahan, (10) perkembangan menyeluruh, (11) model latihan, dan (12) penetapan sasaran. Perlu diperhatikan, sebelum melaksanakan latihan, terlebih dahulu harus menentukan aspek-aspek latihan yang menjadi prioritas atau tujuan utama dilaksanakannya latihan. Secara garis besar, ada empat aspek latihan, yakni aspek latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental. Dengan demikian, pelaksanaan latihan melalui penelitian ini, penulis hanya akan memfokuskan pada aspek latihan fisik yakni latihan kekuatan otot tungkai, dan latihan teknik yakni latihan kelentukan tungkai, dengan mempertimbangkan karakteristik sampel. Menimbang bahwa sampel dalam penelitian ini tergolong anak usia muda, maka Sidik (dalam Pelatihan -Olahraga-Untuk-Usia-Sekolah-(6-18Tahun).pdf), menjelaskan bahwa aspek latihan yang perlu dikembangkan pada anak usia muda adalah terutama keterampilan (teknik) gerak dasar yang benar dengan kemampuan fisik dasar yang baik. Oleh karena itu, setiap pelatih dituntut untuk memahami tahapan-tahap latihan dari aspek-aspek latihan tersebut sehingga mengetahui kapan dan berapa besar porsi latihan untuk multilateral dan spesialisasi. Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka pelatihan dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan dengan mempertimbangkan karakteristik sampel atau siswa seperti usia, jenis kelamin, karakter fisik, kepribadian, dan perilaku sosial Pengertian Kekuatan Otot Kekuatan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga. Komponen kekuatan dimaksud diarahkan pada kekuatan

15 otot. Menurut Ladi, Hendrajadja, dan Riyanto (2009: 11) mengatakan bahwa kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi kebugaran jasmani karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi seseorang dari kemungkinan cedera. Definisi kekuatan otot dalam buku hasil Mukhtamar XIII Tapak Suci Putera Muhammadiyah (2006: 28) tertuang bahwa cecara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahan/beben. Secara mekanis, kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontrasi maksimal. Hal senada diungkapkan oleh Setiawan (1991: 118), kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Demikian halnya juga, Thomas yang dikutip oleh Subardjah (dalam mengemukakan, kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara maksimal dalam suatu usaha. Hal ini dapat diukur dengan satu repetisi usaha maksimum atau 1 RM. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot tungkai merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan/beban. 2.2 Kerangka Berfikir Tendangan sabit adalah tendangan yang lintasannya setengah lingkaran kedalam dengan sasaran seluruh bagian tubuh dengan punggung telapak kaki atau jari telapak kaki. Merujuk pada maknanya merupakan suatu teknik tendangan yang lintasan gerakannya membentuk garis setengah lingkaran, atau tendangan ini cara kerjanya mirip dengan sabit

16 (arit/clurit), yaitu diayun dari samping luar menuju samping dalam. Dianalisa dari teknik gerakannya maka benturan pada arah samping luar menuju arah dalam dengan perkenaan kaki pada punggung kaki. Efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh dari kordinasi antara tungkai atas dan bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah garakan kaki. Mengingat karakteristik gerakan tendangan sabit itu, maka pelaksanaannya lebih efektif, perlu adanya suatu kekuatan otot tungkai. kekuatan otot merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi maksimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kontraksi maksimal guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan/beban.untuk menciptakan kekuatan pada tungkai ini diperlukan suatu proses latihan yang teratur. Keteraturan proses latihan ditentukan oleh program latihan. Program latihan akan efektif apabila memenuhi prinsip-prinsip latihan. Intinya adalah, latihan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan karakterisitik orang yang dilatih, baik dari segi kepribadian, perilaku motorik, perilaku sosial, dan intelektual. Dengan pelatihan kekuatan otot tungkai akan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan teknik tendangan sabit. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah kompenen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik sacara keseluruhan. Dalam hal latihan kekuatan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai yang kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara efisien seperti mengangkat, menjinjing, dan lain-lain serta mereka akan membentuk tubuh manusia yang menjadi lebih baik. Melalui latihan kekuatan, otot-otot yang tidak terlatih karena sesuatu sebab, karena suatu kejadian misalnya akan menjadi lemah karena serabut otot mengecil atau hal ini dibiarkan akan dapat mengakibatkan kelumpuhan otot. Dengan demikian latihan kekuatan untuk peningkatan

17 kemampuan otot tungkai dapat dilihat dari kemampuan melintasi beban secara cepat dan terarah. Jadi setiap cabang olahraga khususnya gerakan kaki pada waktu melakukan lompatan kesegala arah benar-benar memerlukan kekuatan dan daya tahan otot tungkai. Untuk melakukan gerakan dengan melewati rintangan harus sesuai dengan petujuk agar pelaksanaanya dapat terarah dengan baik dan benar. Dan pada prinsipnya untuk melaith kekuatan dan daya tahan otot sangatlah penting bagi mantapnya kompenen fisik guna mendukung pencapaian prestasi disetiap cabang olahraga. Yang menjadi alasanya adalah karena kekuatan merupakan daya pengerak sekaligus pencegah cidera. Disamping itu kekuatan faktor utama untuk menciptkan prestasi yang optimal. Dengan kekuatan otot, terutama otot tungkai, serang atlit silat dapat melakukan tendangan dengan baik karena dia memiliki kekuatan. Untuk mendapatkan hasil tendangan yang baik maka haruslah dilakukan dengan baik dan benar dan ditunjang oleh kekuatan otot tungkai yang baik. Untuk medapatkan keuatan yang baik, diperlukan program latihan yang baik dan terarah. Makin baik program latihan, maka makin baik kekuatan otot tungkai maka makin baik pula kemampuan siswa dalam melakukan tendangan sabit. Penelitian ini, hanya di batasi pada pengaruh latihan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan melakukan tendangan sabit siswa putra/putri kelas VIII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo. 2.3 Hipotesis Penelitian Dari arti katanya, hipotesis memnag berasal dari 2 penggalan kata, yaitu hypo yang artinya dibawah dan Thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permaslahan penelitian, sam[ai terbukti melalaui data yang terkumpul.

18 Apabila peneliti telah mendalami permasalaha penelitianaya dengan saksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lau membuat suatu teori semntara, yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran)itulah hipotesis. Arikunto, (1993 : 63) Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh pelatihan kekuatan otot tungkai tarhadap kemampuan melakukan tendangan sabit dalam cabang olahraga pencak silat pada siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Kota Gorontalo.

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi Pencak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di berbagai Negara Asia, Malaysia, Brunei,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang di sebut IPSI ( Ikatan Pencak Silat Sealuruh Indonesia ).

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang di sebut IPSI ( Ikatan Pencak Silat Sealuruh Indonesia ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah salah satu seni beladiri budaya bangsa asli Indonesia. Di setiap daerah seluruh Indonesia memiliki macam-macam aliran pencak silat yang berbeda-beda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beladiri pencak silat merupakan warisan kebudayaan beladiri asli bangsa Indonesia, 1 yang patut dibanggakan dan dikembangkan sebagai aset budaya bangsa. Sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan artikulasi aspirasi bangsa dalam menyikapi kegaulan seluruh komponen bangsa tentang kondisi bangsa yang dirasakan mengkhawatirkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani Pengertian-pengertian pendidikan jasmani telah banyak dibuat dan disusun oleh para ahli. Berikut pengertian

Lebih terperinci

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB IV BELA DIRI 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Pencak Silat Olahraga bela diri pencak silat merupakan salah satu alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan suatu rangkaian yang utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencak silat merupakan olahraga beladiri yang lahir dan berkembang dalam masyarakat rumpun melayu. Pada awalnya pencak silat berfungsi sebagai alat untuk membela diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoretis 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw Mengontrol bola merupakan salah satu teknik dasar permainan sepak takraw.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak

Lebih terperinci

BAB I A. Latar Belakang

BAB I A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Pencak Silat adalah suatu seni beladiri tradisional yang berasal dari Indonesia. Pada saat ini olahraga beladiri pencak silat sangat dikembangkan, mengingat olahraga beladiri pencak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Asia setelah diselenggarakanya Kejuaraan Dunia Pecak Silat1 di Jakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. dan Asia setelah diselenggarakanya Kejuaraan Dunia Pecak Silat1 di Jakarta pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merujuk pada sejarah, pencak silat merupakan suatu warisan khasanah seni budaya produk bangsa Asean dan khususnya Indonesia. Pada masa perjuangan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat merupakan suatu seni beladiri tradisional yang berasal dari Nusantara yang merupakan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan atau disebarluaskan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa untuk menghadapi masa depan. Maka proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.

Lebih terperinci

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Games, Asian Beach Game, dan Kejuaraan Dunia, Gerakan dasar pencak silat

BAB I PENDAHULUAN. Games, Asian Beach Game, dan Kejuaraan Dunia, Gerakan dasar pencak silat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga saat ini menjadi kebutuhan setiap individu, karena melakukan kegiatan olahraga yang baik dan benar serta berkelanjutan dapat meningkatkan derajat kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan badan. Jadi, olahraga berarti gerak badan atau aktivitas jasmani. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. gerakan badan. Jadi, olahraga berarti gerak badan atau aktivitas jasmani. Olahraga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga terdiri dari kata olah yang berarti laku, perbuatan, perikelakuan, sedangkan raga, yang berarti badan mengandung makna, berlatih diri dengan gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (IPSI) didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (IPSI) didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah istilah baku yang digunakan untuk menyebut sebuah seni bela diri khas Indonesia. Seni bela diri sendiri memiliki dua makna : seni dan pembelaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang. berlangsung seumur hidup. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari program pendidikan. Tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya manusia sadar bahwa dirinya sebagai individu sekaligus makhluk sosial yang terdiri dari jasmani dan rohani, yang keduanya tidak bisa dipisahkan.

Lebih terperinci

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tidak mengenal metode pembelajaran jangan harap dapat melaksanakan proses 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Tinjauan Metode Demonstrasi Dalam menggunakan metode pembelajaran sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode pembelajaran

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah proses sistematis yang berupa segala bentuk kegiatan atau usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina potensi jasmani

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara multi budaya dan keanekaragaman. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya suku, adat istiadat, dan budaya, yang tercermin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya berkaitan erat dengan pola hidup manusia, dimanapun manusia tersebut bermasyarakat, akan menciptakan dan mewariskan kebudayaan. Dengan budaya maka manusia telah

Lebih terperinci

APLIKASI NILAI-NILAI LUHUR PENCAK SILAT SARANA MEMBENTUK MORALITAS BANGSA

APLIKASI NILAI-NILAI LUHUR PENCAK SILAT SARANA MEMBENTUK MORALITAS BANGSA APLIKASI NILAI-NILAI LUHUR PENCAK SILAT SARANA MEMBENTUK MORALITAS BANGSA Moh. Nur Kholis Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Email : nurkholis88@unpkediri.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang olahraga. Olahraga merupakan salah satu wujud yang bisa mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1 82. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan hingga tingkat Nasional dan Internasional dan Pencak Silat juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribabadian, maupun kewajiban sebagai warga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses kehidupan manusia selalu membawa anggota tubuhnya kesetiap tempat untuk bergerak sambil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses kehidupan manusia selalu membawa anggota tubuhnya kesetiap tempat untuk bergerak sambil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses kehidupan manusia selalu membawa anggota tubuhnya kesetiap tempat untuk bergerak sambil berinteraksi dengan lingkungannya. Proses perpindahan tubuh ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian studi kasus yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, mengenai Pendidikan Kepribadian Dan Pembinaan Mental Spiritual Melalui Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, kualitas sumber daya manusia pun harus terus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. lambang IPSI. Ketiga trisula melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga dan

BAB II KAJIAN TEORITIS. lambang IPSI. Ketiga trisula melambangkan unsur seni, beladiri dan olahraga dan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Pencak Silat Ikatan pencak silat indonesia (IPSI) memandang pencak silat sebagai sesuatu kesatuan (catu tunggal), seperti tercermin dalam senjata

Lebih terperinci

PROGRAM LATIHAN JANGKA PANJANG (5 TAHUN 12 TAHUN)

PROGRAM LATIHAN JANGKA PANJANG (5 TAHUN 12 TAHUN) PROGRAM LATIHAN PROGRAM LATIHAN JANGKA PANJANG (5 TAHUN 12 TAHUN) PROGRAM LATIHAN JANGKA MENENGAH (2 TAHUN 4 TAHUN) PROGRAM LATIHAN JANGKA PENDEK (1 TAHUN KE BAWAH) PROGRAM LATIHAN JANGKA PANJANG (5 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti teknik, taktik, fisik dan mental. Secara fisik, dapat dilihat dengan kemampuan biomotor yang

Lebih terperinci

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan PENGARUH PELATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO 2 MAX DALAM CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT PADA MAHASISWA SEMESTER VI B JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA (Idris Mohamad, Ahmad Lamusu, Edy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencak silat akan menghadapi lawan dengan gerakan yang terpola dan terukur.

BAB I PENDAHULUAN. pencak silat akan menghadapi lawan dengan gerakan yang terpola dan terukur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak Silat adalah istilah baku yang digunakan untuk menyebut sebuah seni bela diri khas Indonesia. Seni bela diri sendiri mengandung dua makna : seni dan pembelaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP TENDANGAN SABIT PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DI SMPN 4 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, karena segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat itu ditentukan oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri.

Lebih terperinci

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dari jenis olahraga bela diri lainnya seperti Silat, Judo, Kung Fu, Kempo dan bela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

I. PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan perlombaan dari kegiatan intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat merupakan hasil karya budaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun temurun hingga mencapai bentuknya seperti sekarang ini. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Latihan merupakan suatu proses yang sistematik untuk meningkatkan kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu metode latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat memiliki gerakan dasar yang terencana, terarah, terkordinasi, dan terkendali, yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan seperti yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Pada hakikatnya aktivitas olahraga merupakan media pendidikan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Pada hakikatnya aktivitas olahraga merupakan media pendidikan 207 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pada hakikatnya aktivitas olahraga merupakan media pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor;

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh PP 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan cabang olahraga tertua, karena gerakan-gerakan dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

II. TINJAU PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk. mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAU PUSTAKA. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk. mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan 8 II. TINJAU PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah dan rohaniah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber daya manusia melalui proses pembelajaran dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI

2015 D AMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT TAD JIMALELA TERHAD AP KEBUGARAN JASMANI D AN PERILAKU SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 CILEUNYI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan cabang olahraga yang menuntut berbagai bentuk gerakan. Untuk dapat melakukan gerakan pada olahraga pencak silat seperti gerakan pukulan,

Lebih terperinci

OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA ATLET PENCAK SILAT UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA ATLET PENCAK SILAT UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 1/017) 1-9 1 HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA ATLET PENCAK SILAT UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG Oleh AL AZIS HARDI Universitas PGRI Palembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH : KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KECEPATAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN DEPAN PADA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DI SMK AHMAD YANI KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai cita-cita. Oleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 0 SUMBANGAN POWER OTOT TUNGKAI, KESEIMBANGAN, KOORDINASI DAN KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PRESTASI POOMSAE TAEKWONDO ( Studi Korelasional Prestasi Poomsae Atlet Taekwondoin Putra di Surakarta ) TESIS Disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup dengan kata lain di mulai dari sejak dini hingga akhir hayat. Pendidikan adalah semua kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan olahraga sering kali terkalahkan oleh pendidikan akademis lainya, padahal aspek kesehatan jasmani merupakan aspek penting guna mendukung pendidikan

Lebih terperinci

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagian besar masyarakat Indonesia menyadari bahwa pemeliharaan kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup sehat jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kemampuan atau kondisi fisik. Menurut Harsono (2000:4) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya tidak lepas dari aktivitas gerak dan berjalan yang selama ini kita lakukan sehari-hari dalam aktivitas berolahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model Pendidikan melalui aktivitas jasmani, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Singgih Pratomo, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Singgih Pratomo, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan dan proses belajar mengajar, tujuan dari pembelajaran atau pendidikan telah tercantum dalam Undang-undang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci